• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS VI MI NAHDLATUL WATHAN PRINGGASELA LOMBOK TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS VI MI NAHDLATUL WATHAN PRINGGASELA LOMBOK TIMUR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2721-2033

1

PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS VI MI NAHDLATUL WATHAN PRINGGASELA

LOMBOK TIMUR

Agus Muliadi1*, Isnanto2, Agus Marjianto3

1,2,3 Jurusan Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

*Corespondeng E-mail: agusmuliadi029@gmail.com

ABSTRAK

Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa di dalam mulut seseorang bebas darikotoran seperti debris, plak, dan kalkulus. Meningkatkan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sejak usia dini. Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan suatu index yaitu Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) Masalah angka OHI-S pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur termasuk kategori sedang. Tujuan Mengetahui pengetahuan tentang cara menjaga kebersihan gigi dan mulut pada siswa klas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan melibatkan 27 anak Sekolah Dasar sebagai responden serta pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner. Hasil Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang cara memilih sikat gigi yang baik dan benar ,cara menyikat gigi yang baik dan benar, waktu yang tepat untuk menyikat gigi, manfaat menyikat gigi, serta akibat bila tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut termasuk dalam kategori baik Kata kunci:

Pengetahuan, Kebersihan Gigi Dan Mulut, Siswa

ABSTRACT Key word:

Knowledge, Dental and Oral Hygiene, Students

Dental and oral hygiene is a condition that indicates that a person's mouth is free from impurities such as debris, plaque, and calculus.

Improving dental and oral health is one of the efforts made in maintaining dental and oral health from an early age. The level of dental and oral hygiene can be measured by an index, namely the Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). The problem of OHI-S numbers in class VI students of MI Nahdlatul Wathan Pringgasela, East Lombok is in the medium category. Objective To know the knowledge about how to maintain dental and oral hygiene in class VI students of MI Nahdlatul Wathan Pringgasela, East Lombok. This research method is descriptive by involving 27 elementary school children as respondents and data collection is obtained through questionnaires. Results Based on the results of the study, it was found that the knowledge of grade VI students at MI Nahdlatul Wathan Pringgasela, East Lombok on how to

(2)

2

choose a good and correct toothbrush, how to brush teeth properly and correctly, the right time to brush your teeth, the benefits of brushing your teeth, and the consequences if you don't take care of your teeth. dental and oral hygiene are included in the good category

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting dalam kehidupan setiap individu termasuk pada anak dan orang tua, karena gigi yang tidak di pelihara dengan baik akan menimbulkan penyakit pada gigi yang diantaranya adalah plak gigi dan karang gigi. Plak gigi umumnya berupa lapisan bening dan lengket yang terjadi akibat bergabungnya bakteri yang merugikan dengan sisa-sisa makanan dan ludah. terdapat Plak disela-sela gigi dan dibatas perlekatan antara gigi dengan gusi, timbunan plak gigi yang mengeras akan membentuk calculus atau karang gigi (Putri, et al., 2016).

Kesehatan Gigi dan Mulut adalah keadaan sehat dari jaringan keras dan jaringan lunak gigi serta unsur-unsur yang berhubungan dalam rongga mulut, yang memungkinkan individu, makan, berbicara dan berinteraksi sosial tanpa disfungsi, gangguan estetik, dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit, penyimpangan oklusi dan kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara sosial ekonomi (Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data Riskesdes (2018), proporsi perilaku menyikat gigi setiap hari di indonesia sebesar 94,7%, namun proporsi yang menyikat gigi dengan benar hanya 2,8%, bedasarkan data proporsi menyikat gigi setiap hari di NTB sebesar 94,5% yang menyikat gigi dengan benar hanya sebsar 4,5% hal ini menjadi masalah karena salah satu cara pencegahan yang efektif terhadap terjadinya penyakit gigi dan mulut adalah melalui tindakan menyikat gigi. Terbentuknya perilaku menyikat gigi individu yang benar didasari oleh pengetahuan individu yang diperoleh antara lain melalui pendidikan.

Demikian halnya untuk mengubah perilaku yang tidak benar menjadi perilaku yang benar juga intervensinya lewat pendidikan (Kemenkes, 2018).

Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa di dalam mulut seseorang bebas darikotoran seperti debris, plak, dan kalkulus.

Meningkatkan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sejak usia dini. Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan suatu index yaitu Oral Hygiene Index Simplified (OHI- S)(Puspita & Sirat, 2017). Menurut(H.L. Blum (Notoatmodjo, 2014), derajat kesehatan dipengaruhi 4 (empat) macam faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku merupakan faktor terbesar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya derajat kesehata

Cara yangpaling mudah dilakukan untuk menjaga kebersihan serta kesehatan gigi dan mulut dengan menggosok gigi.Perilaku menyikat gigi yang baik dan benar yaitu dilakukan secara tekun, teliti, dan teratur. Menyikat gigi adalah rutinitas yang penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi dari bakteri dan sisa makanan yang melekat dengan menggunakan sikat gigi. Menyikat gigi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga agar gigi tetap dalam keadaan yang bersih dan sehat(Puspita &

Sirat, 2017).

(3)

3

Indonesiamengabaikan kondisi kesehatan gigi secara menyeluruh, meskipun sebenarnya mencakup estetika dan seluruh kesehatan umum. Untuk kesehatan gigi dan mulut, Riskesdas 2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2%.Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018 juga menunjukan bahwa proporsi perilaku menyikat gigi setiap hari yaitu 94,7% dan 2,8% sudah menyikat gigidua kali sehari, pada pagi dan malam secara benar (Kemenkes, 2018).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Salah satu penyebab seorang mengabaikan masalah kesehatan gigi dan mulutnya adalah faktor pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut yang kurang. Masalah kesahatan gigi dan mulut seperti karies, gingivitis, radang dan stomatitis pada kelompok usia sekolah menjadi perhatian yang penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebakan oleh rentannya kelompok usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi dan mulut. Hal itu dilandasi kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut (Machfoedz, 2015). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan tehadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan tersebut terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh manusia melalui indra pengelihatan dan indra pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang(Notoatmodjo, 2012)

Sebelum mengadopsi perilaku baru maka seseorang harus tahu terlebih manfaat perilaku tersebut bagi diri dan keluarga. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2012) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, harus melalui proses adopsi perilaku sebagai berikut : a)

Awareness (kesadaran) yakni menyadari dan mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. b) Interest, seseorang mulai tertarik pada stimulus atau objek. c) Evaluation menimbang – nimbang baik atau tidaknya stimulus bagi diri dan keluarganya). Pada tingkat ini sikap responden sudah lebih baik lagi. d) Trial, seseorang telah memulai mencoba perilaku baru. e) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus atau objek.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan tehadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan tersebut terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan yang diperoleh manusia melalui indra pengelihatan dan indra pendengaran. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan erat kaitannya dengan perilaku.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua

(4)

4

kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar(Notoatmodjo, 2014)

Tabel 1 Dari hasil pemeriksan OHI-S siswa klas VI MI Nahdlatul Wathan pada tanggal desember 2020 didapat data sebagai berikut;

Jumlah siswa

Debris indeks

Calculus

indeks OHI-S Rata-Rata

skor OHI-S Kategori

27 1,47 0,87 2,34 (2,34) Sedang

Skor OHI-S 2,3 berdasarkan standar kritria OHI-S dari WHO termasuk katagori sedang. Dengan demikian permasalahannya adalah kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur dengan kategori sedang. OHI-S merupakan indeks yang mengukur kebersihan gigi dan mulut salah satu indikator dalam pengukuran OHI-S adalah tingkat debris indeks, dan calculus indeks, dimana evaluasinya terhadap perkembangan debris dan calculus tersebut akan berpengaruh terhadap status kesehatan jaringan penyangga gigi (Putri et al 2012). Salah satu yang penting adalah mengenai UKGS. Menurut Kemenkes (2015), ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wahtan Pringgasela Lombok timur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang di berikan kepada masing-masing siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur. Teknik Analisa data menggunakan rata-rata kemudian diolah presentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakuksn di MI Nahdlatul Wathan Pringgasela kabupaten Lombok Timur yang berada dalam binaan Puskesmas Pringgasela. Jarak sekolah dengan puskesmas 2 km Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur.yang berjumlah 27 siswa terdiri dari 18 siswa perempuandan 9 siswa laki-laki. hasil Pengumpulan data yang di lakukan dengan metode kuisioner pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela dengan 15 pertanyaan berikut hasil pengumpulan data

Pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang Memilih sikat gigi yang baik.

Hasil kuesioner pengetahuan siswa tentang pemilihan sikat gigi dapat dilihat pada tabel berikut :

(5)

5

Tabel 2 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang cara memilih sikat gigi yang

baik

No Pernyataan Siswa

Benar Salah

 %  %

1. Cara memilih sikat gigi yang baik

27 100 0 0

2. Bulu sikat yang baik dan benar

24 88.9% 3 11,1%

3. Waktu mengganti sikat gigi yang baik

25 92,6% 2 7,4%

Jumlah Total 76 281,5% 5 18,5%

Rata-rata 93.8 6.2

Kriteria Pengetahuan Baik

Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan pringgasela lombok timur menjawab 93,8.% sehinga diketahui pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur

tentang memilih sikat gigi dengan keriteria pengetahuan baik.

Berdasarkan hasil analisis data pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang memilih sikat gigi termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut disebabkan banyaknya siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan menjawab benar pertanyaan tentang memilih sikat gigi.

Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut, dipasaran dapat ditemukan beberapa macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk ( Putri, et al., 2016).

Penelitian ini sejalan dengan (Ria, 2019) yang menyatakan bahwa pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan cara membiasakan anak untuk menyikat gigi dan memilih sikat gigi yang baik. Syarat sikat gigi yang baik antara lain yaitu mempunyai bulu sikat yang halus dan ujung bulu sikat membulat. Bulu sikat yang halus pada sikat tidak akan merusak email dan gusi juga tidak akan terluka. Sikat gigi yang sudah lama dipakai, biasanya bulu-bulunya menjadi rusak susunannya. Bulu sikat yang rusak permukaannya tidak rata tidak mampu membersihkan gigi secara keseluruhan. Kepala sikat gigi berbentuk ramping. Jika bagian kepala sikat gigi yang terlalu lebar tidak dapat digunakan untuk membersihkan bagian bagian gigi yang letaknya pada pangkal rahang (Putra danYusiana2014).

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan Pringgasela Lombok timur memiliki kategori pengetahuan yang baik tentang memilih sikat gigi Sikat gigi akan berpegaruh terhadap angka OHI-S apabila sikat gigi

(6)

6

tidak memenuhi sarat akan berpengaruh terhadap angka kebersihan gigi dan mulut (OHI-S).

Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang Cara Menyikat Gigi yang Baik dan Benar

Hasil kuesioner pengetahuan siswa tentang cara menyikat gigi dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang cara menyikat gigi yang

baik

No Pernyataan Siswa

Benar Salah

 %  %

1. Menyikat gigi bagian depan 26 96.3 1 3,7 2. Menyikat gigi bagaian

mengunyah

24 88,9 3 11,1

3. Menyikat gigi menghadap ke langit-langit

23 85,2 4 14,8

Jumlah Total 73 270,4 8 29,6

Rata-rata 90,1 9,9

Kriteria Pengetahuan Baik

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan pringgasela lombok timur menjawab 90,1.% sehingga diketahui pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang cara menyikat gigi dengan keriteria pengetahuan baik

Berdasarkan hasil analisis data pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang cara menyikat gigi termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut disebabkan banyaknya siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan menjawab benar pertanyaan tentang cara menyikat gigi

Menyikat gigi yang benar serta teratur merupakan langkah awal untuk mendapatkan gigi serta gusi yang sehat dan juga berguna untuk meningkatkan kesehatan tubuh serta kualitas hidup (Sufriani & Ruhul Aflah, 2018).

Penelitian ini sejalan dengan (Rahmadhan, 2010) menyatakan bahwa pemilihan bulu sikat yang halus juga penting agar tidak melukai gusi. Pusatkan konsentrasi pada daerah tempat plak biasa menumpuk yaitu di tepi gusi (perbatasan gigi dan gusi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat banyak fissure atau celah-celah yang sangat kecil, di sekitar tambalan gigi, dan jangan lupa gigi yang paling belakang.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan Pringgasela Lombok timur memiliki kategori pengetahuan yang baik tentang cara menyikat gigi yang baik. Cara menyikat gigi akan berpengaruh terhadap angka OHI-S. Apabila pengetahuan cara menyikat giginya baik maka semakin baik pula angka

(7)

7

OHI-S. Apabila pengetahuan cara menyikat giginya buruk maka angka OHI-S menjadi buruk.

Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Ttimur tentang Waktu Menyikat Gigi yang Baik.

Hasil kuesioner pengetahuan siswa tentang waktu menyikat gigi dapat dilihat pada tabel berikut ;

Tabel 4 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang waktu menyikati yang baik

No Pernyataan Siswa

Benar Salah

 %  %

1. verkuensi menyikat gigi dalam sehari

25 92,6 2 7,1

2. waktu yang tepat untuk menyikat gigi

23 85,2 4 14,8

3. Lama waktu ketika menyikat gigi

26 96,3 1 3,7

Jumlah Total 74 274,1 7 25,6

Rata-rata 91,3 8,7

Kriteria Pengetahuan Baik

Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan pringgasela lombok timur menjawab 91,3 % sehingga diketahui pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang waktu menyikat gigi dengan keriteria pengetahuan baik

Berdasarkan hasil analisis data pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang waktu menyikat gigi termasuk dalam kategor baik.

Hal tersebut disebabkan banyaknya siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan menjawab benar pertanyaan tentang waktu menyikat gigi yang baik Pengetahuan siswa kelas VI tantang frekuensi dan waktu menyikat gigi pada siswa kelas VI Perilaku kebiasaan menyikat gigi setelah sarapan malam sebelum tidur menyebabkan pengetahuan tentang frekuensi dan waktu menyikat gigi yang benar. Karna menyikat gigi setelah sarapan dan malam sbelum tidur efektif membersihkan sisa makanan yang menempel pada gigi dan mulut.

Menurut Hidayat (2016), waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah setelah makan pagi dan malam sebelum tidur, menyikat gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel di permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi.

Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alamiWaktu menyikat gigi.

(8)

8

Penelitian ini sejalan dengan (Bakar, 2017) yang menyatakan bahwa Waktu yang terbaik untuk menyikat gigi yaitu setelah makan serta saat sebelum tidur. Menyikat gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa- sisa makanan yang melekat di permukaan ataupun di sela- sela gigi serta gusi. Namun, ada baiknya untuk menunggu setidaknya 30 hingga 60 menit antara sarapan dengan waktu membersihkan gigi. Sebaliknya menyikat gigi saat sebelum tidur, bermanfaat untuk menahan pengembangbiakan kuman dalam mulut sebab dalam kondisi tidur tidak diproduksi ludah yang berperan mensterilkan gigi serta mulut secara alami.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan Pringgasela Lombok timur memiliki kategori pengetahuan yang baik tentang waktu menyikat gigi yang baik. Apabila waktu menyikat gigi kurang tepat maka akan berpengaruh pula angka OHI-S

Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang Manfaat Menyikat gigi yang Baik dan Benar.

Hasil kuesioner pengetahuan siswa tentang manfaat menyikat gigi dapat dilihat pada tabel berikut;

Tabel 5 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang manfaat menyikat gigi yang

baik dan benar.

No Pernyataan Siswa

Benar Salah

 %  %

1. manfaat menyikat gigi yang baik dan benar

22 81,5 5 18,5

2. Anda lakukan agar mulut bersih dari sisa makanan

24 88,9 3 11,1

3. Manfaat menyikat gigi secara umum

23 85,2 4 14,85

Jumlah Total 69 255.6 12 44,45

Rata-rata 85,2 14,8

Kriteria Pengetahuan Baik

Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan pringgasela lombok timur menjawab 85,2.% Sehingga diketahui pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang manfaat menyikat gigi dengan keriteria pentahuan baik

Berdasarkan analisis data pengetahuan kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela tentang manfaat menyikat gigi yang baik termasuk dalam katagori baik sebagiayan besar responden menjawab benar pengetahuan siswa kelas VI manfaat menyikat gigi yg baik dan benar.

(9)

9

Menurut Syafrudin, dkk (2011) peneliti manfaat menyikat gigi akan membersihkan berbagai sisa makanan yang tertinggal pada gigi setelah sarapan pagi. Jika kita tidak menyikat gigi, bakteri akan menggerogoti sisa makanan tersebut dan bisa mengubahnya menjadi asam yang tidak baik bagi kesehatan gigi dan mulut.Menyikat gigi secara teratur dapat membantu mengurangi pembentukan plak gigi.Mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung sukrosa juga merupakan langkah pencegahan kerusakan gigi. Kontrol kesehatan gigi secara berkala merupakan salah satu langkah menjaga kesehatan gigi.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan Pringgasela Lombok timur memiliki kategori pengetahuan yang baik tentang manfaat menyikat gigi. Apabila siswa mengetahui manfaat menyikat gigi kurang maka akan berpengaaruh juga terhadap angka OHI-S

Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela Lombok Timur tentang Akibat Bila Tidak Menjaga Kebersihan Gigi dan Mulut.

Hasil kuesioner pengetahuan siswa tentang akibat bila tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang akibat bila tidak menjaga

kebersihan gigi dan mulut

No Pernyataan Siswa

Benar Salah

 %  %

1. Akibat tidak membersihkan gigi dan mulut yang baik dan

benar

27 100 0 0

2. Membersihkan bau mulut 24 88,9 3 11,1

3. Penyebab bau mulut 27 100 0 0

Jumlah Total 78 288,9 3 11,1

Rata-rata 96,3 3,7

Kriteria Pengetahuan Baik

Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas VI MI Nahsatul Wathan pringgasela lombok timur menjawab 96,3.% sehingga diketahui pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang akibat bila tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan kriteria pengetahuan baik

Berdasarkan analisis data pengetahuan kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan pringgasela tentang akibat bila tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut termasuk dalam katagori baik.dikerenakan Sebagian besar responden menjawab benar. Hasil penelitian diketahui banyak siswa menjawab benar tentang akibat bila tidak menyikat gigi.

(10)

10

Keadan gigi dan rongga mulut yang tidak sehat selain dapat menyebabkan keluhan penyakit gigi dnn mulut keluhan penyakit gigi dan mulut juga dapat menimbulkan bau mulut yang tidak sedap atau yang disebut halitosis. Halitosis dapat menghambat dan menyebabkan pengucilan social (Adrianelly et al., 2020).

Penelitian ini sejalan dengan (Nuraeny,2017) yang menyatakan bahwa kebersihan rongga mulut yang kurang dijaga dengan baik dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada jaringan keras seperti gigi, maupun infeksi jaringan lunak seperti pada pipi, bibir, gusi, dan lidah. Hasil survey kesehatan nasional pada tahun 2013 menyatakan bahwa penduduk Indonesia yang melakukan sikat gigi dengan benar sesudah makan pada pagi dan malam hari hanya sekitar 2,3 %, sementara tingkat kejadian kerusakan gigi atau karies nasional menggunakan Indeks DMF-T adalah sebesar 4,6 atau dapat dikatakan tinggi menurut WHO..

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa iswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan PringgaselaLombok timur memiliki kategori pengetahuan yang baik tentang akibat bila tidak mejaga kebersihan gigi dengan baik. Bila siswa tidak menjaga kebersihan gigi akan perpengaruh pada angka kebersihan gigi dan mulut

KSIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan kebersihan gigi dan mulut pada siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela dapat di simpulkan bahwa; 1.

Pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela tentang cara memilih sikat gigi yang baik dan benar termasuk dalam kategori baik 2. Pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar termasuk dalam kategori baik, 3. Pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela tentang waktu yang tepat untuk menyikat gigi termasuk dalam kategori baik, 4.Pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela tentang manfaat menyikat gigi yang baiktermasuk dalam kategori baik, 5. Pengetahuan siswa kelas VI MI Nahdlatul Wathan Pringgasela tentang akibat bila tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut termasuk dalam kategori baik

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2018). Hubungan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Sekolah Dengan Pelaksanaan UKSG (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) Di Sekolah Dasar dan Sederajat Se Kota Makassar. Jurnal Media Kesehatan Gigi, 17(1), 32–33.E-ISSN 2022 2061

Achmad, M. H., Ramadhany, S., Mudjari, S., & Adam, A. M. (2018). Determinant factors of dental caries in Indonesian children age 8-12 years. Pesquisa Brasileira Em

Odontopediatria e Clinica Integrada, 18(1), 1–7.

https://doi.org/10.4034/PBOCI.2018.181.64

Adrianelly, S., Jurusan, S., Gigi, K., Kemenkes, P., & Abstrak, M. (2020). Pengetahuan Anak Tentang Menyikat Gigi Yang Baik Terhadap Halitosis Pada Siswa-Siswi Kelas IV SD Swasta St. Ignatius Medan Johor. Ejournal.Poltekkes-Smg.Ac.Id,50-53.

DOI: https://doi.org/10.36911/pannmed.v12i1.48

(11)

11

Bakar, S. A. (2017a). Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi pada Malam Hari dalam Mengantisipasi Karies pada Murid di SDN Ralla 2 Kab. Barru. Media Kesehatan Giigi, 16(2), 2–10.https://doi.org/10.32382/mkg.v16i2.897

Hidayat, Rachmat dan Tandiari, Astrid. 2016.kesehatan gigi & mulut apa yang sebaiknya anda tahu. yogyakarta : CD Andi Offset, 2016.978-979-29-6261-1

Husna, A. (2016). Peranan Orang Tua dan Perilaku Anak dalam Menyikat Gigi dengan Kejadian Karies Anak. Jurnal Vokasi Kesehatan, 2(1), 17–23.

DOI: https://doi.org/10.30602/jvk.v2i1.49

Kemenkes RI. (2015). Permenkes 89 tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut.

Jurnal Teknosains, 44(8), 53.

http://arxiv.org/abs/1011.1669%0Ahttp://dx.doi.org/10.1088/1751-

Kemenkes. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018/ Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. In Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LPB (Vol. 3).20-21 ISBN 978-602-373-118-3

Machfoedz, Lam. 2015.menjaga kesehatan gigi & mulut dan anak-anak ibu hamil. jakarta : F Tramaya, 2015. hal 92.

Notoatmodjo, S. 2012.promosi kesehatan dan prilaku kesehatan. jakarta : Rineka cipta, 2012.17- 23

Notoatmodjo, S. 2014.Promosi kesehatan dan prilaku kesehatan. jakarta : Rineka cipta, 2014.

136-139; hal. 205-209.

Nursalam. 2017.Metodologi penelitian ilmu Keperawatan pendekatan praktis. Jakarta : Selamba Medika, 2017.199-200

Puspita, N. P. V., & Sirat, S. N. M. (2017). Gambaran OHI-S dan Perilaku Menyikat Gigi pada Siswa Kelas VI SDN 5 Pekutatan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Tahun 2016. Jurnal Skala Husada, 14(April 2017), 34–40.

Putri, Megananda Hiranya, Herijulianti, Elisa dan Nurjannah, Neneng. 2012.ilmu pencegagan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. 2012. 54-64; 93-95; hal.

111-112.

Putri, Megananda Hiranya, Herijulianti, Eliza dan Nurjannah, Neneng. 2016.Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. jakarta : EGC, 2016.hal.

54-64

Rahmadhan, Ardvan Gilang. 2010.serba serbi kesehatan gigi & mulut. jakarta : bukune, 2010.20-21

Ratmini, N. K. (2017). Bau Mulut (Halitosis). Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal), 5(1), 25–29.E ISSN:2657-1811

Ria, N. (2019). Pengetahuan Pemilihan Sikat Gigi Terhadap Nilai Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Siswa-Siswi Kelas Ii C Smp Negeri 31 Jl. Jamin Ginting Km 13,5 Medan.

(12)

12

Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 13(2), 156–158. https://doi.org/10.36911/pannmed.v13i2.406 Putra, S. Y., & Yusiana, M. A. (2014). Pola konsumsi sukrosa dan perilaku menggosok gigi

pada anak dengan karies gigi. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri, 7(2), 123–132. Vol 7 No 2 (2014): Jurnal STIKES

Sufriani, & Ruhul Aflah. (2018). Gambaran Menggosok Gigi Dan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Kariogenik Pada Anak Usia Sekolah Di Sdn 54 Tahija Banda Aceh. Journal Of Syiah Kuala Dentistry Society, 1(3), 37–43.e-ISSN 2502-0412 Sugiyono. 2011.metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D

. Bandung : ALFABETA, 2011.139_140

Gambar

Tabel 1 Dari hasil pemeriksan OHI-S siswa klas VI MI  Nahdlatul Wathan pada  tanggal desember 2020 didapat data sebagai berikut;
Tabel 2 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI  MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang cara memilih sikat gigi yang
Tabel 3 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI  MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang cara menyikat   gigi yang
Tabel 4 Distribusi frekuensi jawaban responden tentang Pengetahuansiswa kelas VI  MI Nahdlatul Wathan pringgasela lombok timur tentang waktu menyikati yang baik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tulisan ini dipaparkan analisis perhitungan untuk menentukan koreksi penunjukkan dan analisis ketidakpastian dalam kalibrasi timbangan non-otomatis.Metoda yang

warna dari kedua resistor, kemudian resistor yang sudah disusun seri tersebut dialiri listrik menggunakan power suplay dan ukur dengan menggunakan amperemeter dan

[r]

Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. 1) Berdasarkan bahan pembungkusnya

hubungan kontradiktif antara ideologi otoritarianisme dengan demokrasi, hubungan korelatif antara ideologi liberalisme dengan hedonisme, serta hubungan bawahan antara

Pencapaian efektivitas yang tinggi pada aktivitas fungsi produksi dalam sebuah perusahaan meng- gambarkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola kegiatan produksinya.

Perbandingan taburan menggunakan data PM 10 melangkaui ambang pula mendapati, satu taburan parametrik ( GPD ) merupakan taburan yang lebih baik bagi mewakili stesen

Tahap perencanaan dilakukan dengan melakukan analisa sistem lama melalui analisa PIECES, menentukan data dan model apa saja yang diperlukan, menentukan