• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 99 PEKANBARU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 99 PEKANBARU."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 99 PEKANBARU

Oleh

Diah Permata Sari1, Syahrilfuddin2, Gustimal Witri3

Abstract

Its low average mathematics learned result student’s caused by teacher that doesn't link material with student’s real life or student’s experience everyday. This case caused by student’s that don’t understand the material. From 29 studen’ts, only 9 students or about 31,03 % that successful up to KKM which established by school, meanwhile 20 student’s or about 68, 97 % get points under KKM. The average on daily test is 60,52. This research design is classroom action research (PTK) that consisting of 2 cycles with 4 times materials representation and 2 times daily test. Analisis’s result data shows daily test I increase average of learned research of basic score 60,52 becomes 71,72 and from daily test I to daily test II becomes 83,10. Wholly of basic score daily test I to daily test II increase 22,58 points (37,3%). So, it can be concluded that the application of Indonesian realistic mathematics education (PMRI) can increase student’s mathematics result of class IV SDN 99 Pekanbaru

Keyword: The application of Indonesian realistic mathematics education (PMRI), Student’s result, Mathematics

PENDAHULUAN

Menurut Freudental (dalam Suryanto,2010:14), matematika sebaiknya diajarkan dengan mengaitkannya dengan realitas sejalan dengan pengalaman siswa, serta relevan dengan masyarakat. dan selanjutnya dikatakan belajar matematika hendaknya selalu dikaitkan dengan realitas dan dekat dengan dunia anak, relevan bagi masyarakat sehingga “apa yang harus dipelajari bukanlah matematika sebagai sistem tertutup, melainkan suatu kegiatan, yakni proses matematisasi matematika”. Selama ini umumnya siswa menganggap bahwa matematika sebagai mata pelajaran yang membosankan, menyeramkan, dan menakutkan. Hal ini mendorong kecenderungan siswa untuk selalu menghindari mata pelajaran matematika.

1. Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Riau, Nim 0905135255, e-mail diah199217@yahoo.co.id

2. Dosen pembimbing I, Staf pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail

3. Dosen Pembimbing II, Staf pengajar program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, e-mail gustimalw@yahoo.com

(2)

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari wali kelas IV SDN 99 Pekanbaru, menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah, dari 29 siswa hanya 9 siswa atau sekitar 31,03 % saja yang berhasil mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70, sedangkan 20 siswa atau sekitar 68, 97 % mendapat nilai dibawah KKM. Adapun nilai rata-rata pada ulangan harian yaitu 60,52.

Hal ini terjadi karena guru dalam pembelajaran masih menggunakan teori pembelajaran yang konvesional seperti ceramah dan diskusi saja. Dalam kegiatan belajar mengajar ini guru lebih banyak berperan aktif dari pada siswa. Sehingga siswa tidak dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Guru tidak menghubungkan materi dengan kehidupan nyata siswa atau pengalaman siswa sehari-hari dan guru tidak menggunakan media atau alat peraga dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa kurang memahami materi pelajaran, tidak tertarik dalam belajar, banyaknya siswa yang masih bermain-main dalam proses pembelajaran, siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa tidak bersemangat dalam belajar dan siswa tidak memahami konsep-konsep materi dalam pembelajaran matematika.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa merupakan indikator bahwa perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran matematika yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar atau aktif dalam pembelajaran. Untuk itu perlu adanya perubahan dalam pendekatan pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk mengadakan pembelajaran berdasarkan teori pembelajaran matematika realistik Indonesia (PMRI) karena menurut teori ini hasil belajar matematika akan lebih baik apabila materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan sesuai dengan yang ada difikiran anak.

Berdasarkan permasalahan maka peneliti melakukan penelitian dengan judul penerapan teori Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 99 Pekanbaru.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2006) mengemukakan bahwa Penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah kegiatan yang dilakukan di dalam kelas untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran – pembelajaran dikelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran dikelas secara professional.

Menurut Arikunto (2010), ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan lazim di lalui yaitu, (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Waktu penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Siklus 1 pada pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 30 November 2012, pertemuan kedua 1 Desember 2012, ulangan harian I pada tanggal 3 Desember 2012. Siklus ke 2 pada pertemuan ke empat pada tanggal 5 Desember 2012, pertemuan kelima pada tanggal 7 Desember 2012 dan ulangan harian II pada tanggal 8 Desember 2012. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 99

(3)

Pekanbaru. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV sebanyak 29 orang siswa yang terdiri dari 15 Perempuan dan 14 siswa laki-laki.

Instrumen Penelitian berupa Perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktifitas guru dan siswa dan hasil belajar. Teknik pengumpulan data terdiri dari non tes, tes hasil belajar.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan data aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum).

Aktifitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar dibukukan pada observasi dengan rumus :

NR = x 100% (KTSP, 2007,367) Keterangan :

NR = Persentase rata-rata aktivitas (guru/siswa) JS = Jumlah skor aktivitas yang dilakukan

SM = Skor maksimal yang didapat dari aktivitas guru/ siswa

Analisis data tentang ketercapaian KKM indikator pada materi operasi penjumlahan bilagan bulat dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa secara individual yang diperoleh dari ulangan siklus I dan ulangan siklus II. Skor ulangan siklus siswa untuk setiap indikator dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

K= x 100 (Purwanto, 2004:102) Keterangan :

K = Ketuntasan

SP = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

Ketuntasan belajar klasikal dalam penelitian ini adalah jika ketuntasan kelas mencapai 75% (Mulyasa:2009). Untuk menentukan ketuntasan klasikal digunakan rumus:

KK= x 100 % (Purwanto, 2004:102) Keterangan :

KK = Ketuntasan klasikal N = Jumlah siswa seluruhnya ST = Siswa tuntas

Peningkatan hasil belajar siswa pada penelitian ini dilihat juga dari rata-rata. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah :

n x X i (Subana, 2000:64) Keterangan : X = rata-rata i

x = jumlah nilai seluruh siswa n = banyaknya siswa

(4)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil tindakan yang dianalisis yaitu aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan tercapainya KKM untuk setiap indikator.

1. Aktivitas Guru dan Siswa

Berdasarkan diskusi peneliti dan pengamat dari hasil pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran pada pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 6 (termasuk UH) terlihat bahwa aktivitas guru dan siswa secara keseluruhan sudah berjalan dengan baik, seperti terlihat pada lembar hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa.

Pada siklus I dari hasil lembar pengamatan kegiatan pembelajaran kurang berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan, hal ini dapat dilihat dari aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari setiap pertemuan.

Pertemuan pertama terlihat aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran ini masih belum berjalan dengan baik, namun guru kurang menguasai kelas dan memotivasi siswa dalam menjelaskan petunjuk pengerjaan LKS, selain itu guru tidak mengarahkan siswa secara berkelompok.

Aktivitas siswa pada pertemuan pertama masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki yaitu masih ada siswa yang masih melakukan kegiatan lain dalam proses pembelajaran seperti mengganggu konsentrasi siswa lainnya dan lain-lain. Saat pembentukan kelompok siswa agak ribut sementara saat mengerjakan LKS ada siswa yang tidak bisa menerima teman sekelompoknya dan dalam pengerjaan sebagian besar siswa juga terlihat bingung menggunakan media untuk menyelesaikan permasalahan. Selain itu sebagian besar kelompok belum dapat membagi tugas dalam kelompok. Siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Namun secara umum pembelajaran sudah dikategorikan baik.

Pertemuan kedua, aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran ini sudah mengalami peningkatan, dimana guru sudah mulai bisa dalam penguasaan kelas dan memotivasi siswa , dalam menjelasakan petunjuk pengerjaan LKS sudah mulai dimengerti siswa. Namun guru masih kurang dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan pada saat kegiatan kelompok berlangsung.

Aktivitas siswa pun sudah mengalami peningkatan, dimana siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran, sehingga sudah terlihat keseriusan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, walaupun masih ada sebagian siswa yang melakukan aktivitas-akvitas lain saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa juga masih agak ribut saat membentuk kelompok. Namun siswa telah terlihat dapat saling menghargai diantara anggota kelompok saat pembagian kelompok. Siswa mulai dapat bekerja sama. Selain itu sebagian besar kelompok telah dapat mengerjakan LKS dengan menggunakan media. Namun masih ada anggota kelompoknya tidak mendapatkan tugas dan masih ada siswa berjalan-jalan untuk melihat hasil kerja kelompok lain.

Dari tabel pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa aktivitas guru dan siswa pada PMRI dari setiap pertemuan pada siklus kedua mengalami

(5)

peningkatan dari setiap pertemuan pada siklus pertama, dimana pada siklus kedua aktivitas guru dan siswa sudah dilaksanakan sesuai dengan harapan.

Tabel 1

Analisis lembar pengamatan penerapan teori Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) aktivitas guru selama proses pembelajaran

(siklus I dan II)

No Aktivitas yang diamati

Siklus I Siklus II Pertemuan ke Pertemuan Ke

I II IV V

1 Mereview pemahaman siswa yang berkaitan dengan materi

pembelajaran

3 3 4 4

2 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi motivasi kepada siswa

3 3 3 3

3 Memberikan suatu permasalahan berupa soal

4 4 4 4

4 Merumuskan suatu permasalahan 2 3 4 4 5 Meminta siswa mengerjakan

permasalahan secara individu

3 3 3 4

6 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok diskusi

2 2 2 3

7 Membagikan (LKS) dan

menjelaskan petunjuk pengerjaan media yang digunakan

2 3 3 3

8 Meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusinya

2 2 3 3

9 Menerima berbagai tanggapan yang berbeda dari kelompok diskusi lainnya

3 3 3 4

10 Membimbing siswa membuat kesimpulan pelajaran dan mengevaluasi belajar siswa

4 4 4 4

Jumlah Skor 28 30 33 36

Rata-rata (dibagi 10) 2,8 3 3,3 3,6

Persentase (%) 70 75 82,5 90

Kategori Baik Baik Sangat Baik

Sangat Baik

Dari tabel diatas terlihat bahwa secara umum aktivitas guru di siklus I dan II mengalami peningkatan pada setiap pertemuan pada pertemuan pertama persentase sebesar 70% dengan kategori baik, pada pertemuan kedua sebesar 75% dengan kategori baik, pada pertemuan keempat sebesar 82,5% dengan kategori sangat baik dan pada pertemuan kelima 90% dengan kategori sangat baik.

(6)

Seperti aktivitas guru, aktivitas siswa juga mengalami peningkatan pada setiap pertemuan pada siklus I dan siklus II, dapat dilah pada tabel berikut :

Tabel 2

Analisis lembar pengamatan penerapan teori Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) aktivitas siswa selama proses pembelajaran

(siklus I dan II)

No Aktivitas yang diamati

Siklus I Siklus II Pertemuan ke Pertemuan Ke

I II IV V

1 Siswa memperhatikan penjelasan guru

2 2 4 4

2 Siswa mendengarkan penjelasan guru

2 3 3 4

3 Siswa memperhatikan

permasalahan yang diberikan guru

3 3 4 4

4 Siswa merumuskan permasalahan yang diberikan guru

3 3 3 3

5 Siswa mengerjakan permasalahan secara individu

3 3 3 4

6 Siswa duduk dalam kelompok dan bekerja sama saling membagi tugas dalam mendiskusikan masalah yang diberikan guru di LKS bersama kelompok dengan menggunakan media

2 2 3 3

7 Siswa mendengarkan dan

memperhatikan hasil persentasi tiap kelompok serta mencocokkkan dengan hasil kerja kelompoknya

2 2 3 3

8 Siswa aktif menanggapi hasil diskusi kelompok lain dengan memberikan komentar

2 2 3 3

9 Siswa menerima berbagai tanggapan yang berbeda dari kelompok diskusi lainnya

3 3 3 3

10 Siswa menyimpulkan materi pembelajaran dan mengerjakan evaluasi

4 4 4 4

Jumlah Skor 26 27 33 35

Rata-rata (dibagi 10) 2,6 2,7 3,3 3,5 Persentase (%) 65 67,5 82,5 87,5

Kategori Baik Baik Sangat Baik

Sangat Baik

(7)

Dari tabel diatas terlihat bahwa secara umum aktivitas siswa di siklus I dan II mengalami peningkatanpada pertemuan pertama persentase sebesar 65% dengan kategori baik, pada pertemuan kedua sebesar 67,5% dengan kategori baik, pada pertemuan keempat sebesar 82,5% dengan kategori sangat baik dan pada pertemuan kelima 87,5% dengan kategori sangat baik.

2. Analisis Keberhasilan Tindakan

Analisis keberhasilan tindakan pada siklus I dan II dalam penelitian ini dianalisis dengan melihat ketuntasan belajar siswa yang mencapai KKM sesuai dengan yang ditetapkan sekolah, yaitu 70.

3. Analisis Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II ini dilihat dari hasil belajar matematika siswa, dengan melihat jumlah siswa yang mencapai KKM pada skor dasar, Ulangan Harian I dan II. Adapun jumlah siswa yang mencapai KKM 70. dapat dilahat pada tabel 3

Tabel 3

Analisis Kriteria Ketuntasan Minimum Skor

Dasar UH I UH II

Jumlah siswa yang mencapai KKM 70

9 siswa 19 siswa 26 siswa % Jumlah siswa yang mencapai KKM 70

31,03 % 65, 52% 89,66%

Secara umum persentase Kriteria Ketuntasan Minimal pada ulangan harian II lebih tinggi dibandingkan dengan ulangan harian I. Hal ini menunjukkan perbaikan proses pembelajaraan, memberikan dampak yang positif terhadap hasil belajar siswa.

4. Analisis Rata-rata (Mean)

Berdasarkan hasil Ulangan Harian I, II dan skor dasar yang diperoleh siswa, peningkatan hasil belajar matematika siswa dapat juga dilihat menggunakan rata-rata. Adapun data nilai rata-rata siswa disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4

Analisis Rata-rata Hasil Belajar Siswa Pada Skor Dasar, Siklus I dan Siklus II Sebelum dan Sesudah Tindakan

Skor Dasar UH I UH II

Rata-rata 60,52 71,72 83,10

Adapun peningkatan dari skor dasar 60,52 ke ulangan harian I 71,72 adalah 11,2 poin (18,5%) dan dari ulangan harian I 71,72 ke ulangan harian II 83,10 adalah 11,38 poin (15,9%).

5. Ketuntasan Klasikal Penerapan Teori PMRI

Perbandingan ketuntasan klasikal skor dasar, siklus I, siklus II penerapan teori PMRI siswa kelas IV SDN 99 Pekanbaru dilihat pada tabel berikut :

(8)

Tabel 5

Ketuntasan Klasikal Penerapan Teori PMRI Setiap Siklus Kelompok Nilai Jumlah Siswa Siswa Tidak Tuntas Siswa Tuntas Persentase Ketuntasan Tuntas Klasikal Skor Dasar 29 20 9 31,03 TT Siklus I 29 10 19 65,52 TT Siklus II 29 3 26 89,66 T

Perbandingan ketuntasan klasikal skor dasar, siklus I, siklus II penerapan teori PMRI siswa kelas IV SDN 99 Pekanbaru dilihat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas secara individu dan persentase ketuntasan secara klasikal meningkat dari skor dasar jumlah siswa yang tuntas 9 orang, tidak tuntas 20 orang siswa, persentase ketuntasan 31,03% dan dikatakan tidak tuntas secara klasikal.. Pada siklus 1 jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 orang siswa menjadi 19 orang siswa, sedangkan jumlah yang tidak tuntas menurun sebanyak 10 orang siswa menjadi 10 orang siswa, persentase ketuntasan meningkat sebanyak 34,49 % menjadi 65,52% dan dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat sebanyak 7 orang siswa menjadi 26 orang siswa, sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas menurun sebanyak 7 orang siswa menjadi 3 orang siswa, persentase ketuntasan meningkat sebanyak 24,14% menjadi 89,66% dan dikatakan tuntas klasikal. Hal ini disebabkan siswa sudah memahami materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan menggunakan PMRI, sebagian besar siswa juga sudah memahami cara mengerjakan soal dengan benar.

Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data tentang penerapan pembelajaran PMRI pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat pada bagian ini dikemukakan pembahasan hasil penelitian. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 99 Pekanbaru setelah dilaksanakan tindakan kelas melalui pembelajaran PMRI.

Pendekatan teori PMRI pada materi operasi hitung penjumlahan bilangan bulat dengan memberikan masalah kontekstual yang realistik ataupun yang sesuai dengan kehidupan nyata anak dan sesuai dengan yang ada difikiran anak yang dapat membangun dan menemukan ide-ide dan konsep-konsep matematis.

Pada siklus I, selama proses pembelajaran masih ada siswa yang melakukan kegiatan-kegiatan lain saat proses pembelajaran berlangsung, bingung menggunakan media, belum terbiasa memecahkan masalah secara bersama-sama dan agak ribut. Namun siswa sudah mulai ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang mana selama ini siswa hanya sebagai penerima informasi yang diberikan oleh guru. Langkah yang diambil untuk memperbaiki kekurangan, maka peneliti menjelaskan kembali cara pengerjaan soal dengan benar, momotivasi siswa supaya aktif , tidak ribut dan bisa saling bekerja sama dan membagi tugas. Peneliti juga memberikan petunjuk yang lebih jelas dan membimbing siswa pada langkah-langkah yang ada dalam LKS.

(9)

Pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan proses pembelajaran. Dimana siswa sudah mengerti dengan cara menggunakan media pembelajaran dalam menyelesaikan masalah, siswa sudah semangat dalam belajar, siswa sudah tidak melakukan kegiatan lain lagi dalam pembelajaran, selain itu siswa telah terbiasa bekerja sama dan membagi tugas dengan kelompoknya. Dan juga sudah aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru dibanding siklus I. Setelah diadakan pembelajaran dengan penerapan teori PMRI secara perlahan-lahan cara belajar siswa sudah mulai berubah. Namun demikian dalam pelaksanaan penelitian ini masih terdapat kelemahan-kelemahan. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah tidak adanya tindak lanjut dari observer terhadap siswa yang tidak mencapai KKM pada ulangan siklus I dan siklus II, siswa masih agak ribut dalam pembentukan kelompok. Masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan LKS.

Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh tentang aktivitas guru dan siswa dan ketercapaian KKM. Dari analisis data tentang aktivitas guru dan siswa terjadi peningkatan dalam proses belajar. Guru sudah mengetahui cara menyampaikan konsep pembelajaran. Siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru tetapi ikut terlibat langsung secara aktif.

Sedangkan dari analisis ketercapaian KKM diperoleh fakta bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM pada ulangan siklus I dan ulangan siklus II. Pada siklus I siswa yang mencapai KKM meningkat 34,49% dari skor dasar menjadi 65,52%. Pada siklus II meningkat 24,14% dari siklus I menjadi 89,66%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan Teori Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jadi, hasil analisis tindakan ini mendukung hipotesis tindakan yang diajukan yaitu Penerapan Teori Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas IV SDN 99 Pekanbaru.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh simpulan bahwa penerapan teori Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 99 Pekanbaru. Hal ini terlihat dari :

1. Peningkatan rata-rata hasil belajar

Pada ulangan siklus I rata-rata siswa meningkat, adapun peningkatan dari skor dasar 60,52 menjadi 71,72 meningkat 11,2 poin (18,5%). Pada ulangan siklus II meningkat 11,38 poin dari siklus I menjadi 83,10 (15,9% ).

2. Ketuntasan Klasikal

Persentase ketuntasan jumlah siswa secara klasikal dari skor dasar 31,03%, pada ulangan siklus I meningkat sebanyak 34,49% sehingga persentase menjadi 65,52%. Dan pada ulangan siklus II meningkat sebanyak 24,14% sehingga persentase menjadi 89,66%.

(10)

3. Aktivitas Guru

Penerapan teori PMRI aktivitas guru pada setiap pertemuan mengalami peningkatan. Aktivitas guru pada pertemuan pertama sebesar 70% meningkat pada pertemuan kedua menjadi 75% (meningkat sebesar 5%), dari pertemuan kedua ke pertemuan keempat menjadi 82,5% (meningkat sebesar 7,5%), dan dari pertemuan keempat ke pertemuan kelima menjadi 90% (meningkat sebesar 7,5%). 4. Aktivitas siswa

Penerapan teori PMRI dapat meningkatkan aktivitas siswa pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama sebesar 65% meningkat ke pertemuan kedua menjadi 67,5% (meningkat sebesar 2,5%), dari pertemuan kedua ke pertemuan keempat menjadi 82,5% (meningkat sebesar 15%), dan dari pertemuan keempat ke pertemuan kelima menjadi 87,5% (meningkat sebesar 5%).

Saran

Melalui tulisan ini peneliti memberikan beberapa saran yang berhubungan dengan penerapan teori Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI), yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah, diharapkan dapat menjadikan PMRI sebagai salah satu pembelajaran matematika di sekolah-sekolah, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika.

2. Bagi guru, diharapkan bisa menerapkan PMRI dalam pembelajaran matematika, karena PMRI ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan kepada :

1. Bpak Dr. H. M. Nur Mustafa, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

2. Drs. H. Lazim. N, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Riau.

3. Drs. Syahrilfuddin, S.Pd. M.Si, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan ilmu, meluangkan waktunya dan membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Dra. Gustimal Witri, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan Bapak/Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau yang telah banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.

6. Ibu Hj.Nurilam,S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 99 Pekanbaru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam penyelesaian skripsi ini.

(11)

7. Ibu Badriaty A.Ma.Pd selaku wali kelas SD Negeri 99 Pekanbaru sekaligus pelaksana dalam penelitian ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Ramli dan Ibunda Yulinar, yang telah memberikan curahan kasih sayang, jerih payah serta doanya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan program sarjana S1 ini.

9. Adik-adikku tersayang Sindi Arlina dan Taufik Rizki Putra, serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta doanya.

10.Teman-teman dan sahabatku yang selalu ada dalam suka dan duka selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Sahabat dan teman-teman angkatan 2009 dan seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, atas persahabatan, persaudaraan, dan kebersamaannya selama ini, serta semua pihak yang turut pula memberikan dorongan dan bantuannya kepada penulis, dalam penulisan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. et al. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Darsono.(2010). Pmri : Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia Suatu

Inovasi Dalam Pendidikan Matematika Di Indonesia (online). http://nazwandi.wordpress.com/2010/06/22/jurnalpmri-pembelajaran- matematika-realistik-indonesia-suatu-inovasi-dalam-pendidikan-matematika-di-indonesia/ (diakses tanggal 30 November 2012)

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Dimyati dan Mudjono. (2006). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.

Esistri, Yona. (2011). Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) untuk Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IVA SD Negeri 013 Tampan Pekanbaru. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar : Tidak diterbitkan

Mulyasa. (2006). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya

Punaji, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Rasyid dan Mansur. (2007). Penilaian Hasil Belajar. Bandung : CV Wacana Prima

Ruseffendi. (2012). Filsafat Pembelajaran PMRI (Materi pada pelatihan PMRI untuk dosen PGSD di Bandung, 16-18 Oktober 2012) : Tidak diterbitkan Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta

Subana. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia

Suryanto. (2010). Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Yogyakarta : Tim PMRI

(12)

Suwangsih dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung : UPI PRESS

Suyono. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Rosda Karya

Syah Muhibbin . (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Syahrilfuddin, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Pekanbaru : Cendikia

Insani

Taniredja, T. et al. (2011) . Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung : Alfabeta.

Tarigan, Daitin. (2006). Pembelajaran Matematika Realistik. Departemen Pendidikan Nasional : Tut Wuri Handayani

Tn. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pekanbaru : UNRI Press.

Trianto, (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana

Zuhri. (2009). Penilaian Hasil Belajar Matematika. Pekanbaru : Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji statistik seperti yang tertera pada Tabel 4 menunjukkan bahwa semen segar yang telah diencerkan dengan menggunakan larutan NaCl dan ekstrak buah

Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa tingkat kelulushidupan larva ikan selais yang direndam dalam larutan probiotik dengan rentang waktu berbeda (perlakuan P1,

KPU Kota Yogyakarta melakukan kooordinasi dengan penyelenggara pemilu di tingkat kecamatan dan tingkat desa/kelurahan terkait dengan pemaksimalan daftar pemilih

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat mutu dan uji hedonik (warna, aroma, rasa dan tekstur) es krim susu sapi yang ditambahkan pasta ubi jalar

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dan kinerja karyawan pada karyawan yang bekerja di perusahaan elektrik dan

Makin lama perlakuan HMT maka indeks pengembangan, tingkat kehilangan padatan dan susut masak total makin kecil, sedang tekstur dan deformasinya makin besar, namun

Pelaksanaan Pemberian Pembebasan Bersyarat oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas I A Makassar ternyata ada kendala atau hambatan, baik hambatan internal maupun hambatan