• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP DASAR PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KONSEP DASAR PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DASAR PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF 1. Pengertian Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif

Bimbingan dan Konseling merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas yang dirancang oleh konselor untuk membantu klien dalam upaya untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin. Pengembangan diri siswa tidak serta merta mencapai hasil seperti yang diharapkan karena pada diri siswa selalu mengalami perkembangan yang sifatnya fluktuatif artinya bahwa perkembangan siswa tidak linear saja akan tetapi kadang menunjukkan grafik yang positif tetapi ada kalanya menunjukkan grafik yang negatif. Untuk membantu kondisi seperti yang dialami oleh setiap siswa maka perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif. Layanan bimbingan dan konseling komprehensif meliputi segala layanan yang mencakup visi, misi, tujuan, fungsi, sasaran, kegiatan, strategi, personel dan fasilitas serta evaluasi.

Bimbingan dan konseling komprehensif diprogramkan untuk semua siswa artinya bahwa semua peserta didik hukumnya wajib memperoleh layanan bimbingan dan konseling, sehingga image/persepsi bahwa fokus bimbingan dan konseling hanyalah pada siswa yang bermasalah saja akan hilang. Oleh karena itu, dalam bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan: (1) ruang lingkup yang menyeluruh, (2) dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan, dan (3) tujuannya pengembangan potensi peserta didik (Suherman, 2011:51).

Ruang lingkup layanan bimbingan dan konseling komprehensif tidak hanya berfokus pada peserta didik sebagai pribadi saja melainkan seluruh aspek kehidupan siswa sejak usia dini sampai dengan peserta didik berusia remaja (SMA/SMK).

Melalui bimbingan dan konseling komprehensif peserta didik diharapkan memahami dan dapat mengetahui kehidupan yang mencakup kehidupan akademik, karir dan pribadi sosial. Fokus utama dalam bimbingan dan konseling komprehensif adalah teraktualisasinya potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. Selanjutnya pada gilirannya peserta didik dapat sukses baik di sekolah maupun di masyarakat.

(2)

Bimbingan dan konseling komprehensif dirancang untuk mencegah artinya bahwa konselor berkewajiban membantu peserta didik agar dapat mempunyai sikap proaktif dalam menghadapi berbagai persoalan. Titik berat bimbingan dan konseling komprehensif adalah mengarahkan peserta didik agar dapat mencegah berbagai kemungkinan yang dapat berakibat mengganggu dalam perkembangannya.

Disamping itu, melalui program preventif diharapkan peserta didik dapat memilih tindakan yang tepat sehingga mampu mendukung perkembangan peserta didik ke arah yang positif. Bimbingan dan konseling komprehensif memfokuskan diri pada pengembangan potensi peserta didik, makna dari pernyataan tersebut bahwa setiap aktivitas bimbingan dan konseling hendaknya terarah pada upaya membantu peserta didik untuk memenuhi kebutuhan dan potensi peserta didik agar dapat berkembang sesuai dengan tahap dan tugas perkembangannya. Tahap dan tugas perkembangan peserta didik dapat dilihat pada Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling komprehensif merupakan upaya untuk memberikan bantuan yang secara utuh melibatkan konselor, pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, staf administrasi, orang tua dan masyarakat.

2. Tujuan Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif

Tujuan penyusunan program BK di sekolah tidak lain agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien serta dapat dievaluasi baik program, proses dan hasilnya. Tersusun dan terlaksananya program BK dengan baik akan lebih menjamin pencapaian tujuan bimbingan dan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya dan lebih menegakkan akuntabilitas BK di sekolah.

Agar pelaksanaan bimbingan dan konseling komprehensif mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam program bimbingan dan konseling maka harus dipahami lima premis dasar bimbingan dan konseling komprehensif. Menurut Gysbers dan Henderson (2006:28) kelima premis tersebut adalah sebagai berikut:

(3)

a. Tujuan bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan.

Tujuan yang dimaksud dalam bentuk sejumlah kompetensi yang harus dikuasai peserta didik, maka segala aktivitas bimbingan dan konseling harus selalu diarahkan untuk membantu peserta didik dalam pencapaian standar kompetensi.

Hal ini sangat wajar karena bimbingan dan konseling merupakan sub sistem dari sistem pendidikan. Dalam lembaga pendidikan sekolah, sekurang-kurangnya terdiri dari komponen kepala sekolah, guru bidang studi dan konselor. Ketiga komponen tersebut saling kerjasama dan berkontribusi dalam membantu perkembangan peserta didik yang optimal.

b. Program bimbingan dan konseling bersifat perkembangan artinya bahwa fokus utama layanan bimbingan dan konseling adalah mengawal perkembangan peserta didik melalui upaya memfasilitasi peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara optimal.

Dalam proses pengawalan perkembangan peserta didik tidak selamanya berjalan mulus tetapi bersifat fluktuatif, kadang ada masalah, kadang tidak mengalami masalah. Terhadap peserta didik yang sedang mengalami masalah tersebut perlu ditangani melalui konseling klinis baik bersifat individual maupun kelompok.

Dengan demikian program BK komprehensif disusun berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan, sesuai SKKPD.

c. Program bimbingan dan konseling merupakan team building approach artinya merupakan tim yang bersifat kolaboratif antar staf. Untuk itu, program bimbingan dan konseling komprehensif menuntut semua komponen sekolah dan anggota masyarakat stake holders bersinergi dalam membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling. Namun demikian, kendali dan tanggung jawab utama pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah konselor sekolah (akan sangat baik apabila di bawah koordinator sekolah yang telah bersertifikat), sehingga konselor sekolah tidak hanya memberikan layanan yang bersifat langsung kepada peserta didik melainkan memberikan layanan yang bersfat konsultatif dan kolaboratif dengan guru, administrasi sekolah, kepala sekolah, orang tua, dan anggota

(4)

masyarakat lain.

d. Program bimbingan dan konseling merupakan proses yang sistematis dan dikemas melalui tahap-tahap perencanaan, desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut. Oleh karena itu, perlu dipahami bagaimana mengelola proses tersebut secara tepat dan mencapai hasil yang optimal serta dapat dilakukan penilaian dan tindak lanjut.

e. Program bimbingan dan konseling harus dikendalikan oleh kepemimpinan yang mempunyai visi dan misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling. Peranan kepala sekolah sebagai pemimpin sangat berkontribusi yang positif dalam menjamin akuntabilitas dan pencapaian kinerja konselor sekolah dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

Berdasarkan tujuan penyusunan program BK komprehensif dapat dipahami bahwa program BK komprehensif selaras dengan tujuan pendidikan, bersifat perkembangan, team building approach, sistematis dan kepemimpinan dengan visi misi yang kuat dalam BK. Standar kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD) dapat dilihat pada tabel berikut.

Aspek Perkembangan :Landasan Hidup Religius

No .

TATARAN/

INTERNALISA SI TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal bentuk- bentuk dan tata cara ibadah

Mengenal arti dan tujuan ibadah.

Mempelajari hal ihwal ibadah.

Mengkaji lebih dalam tentang makna

kehidupan beragama.

(5)

sehari-hari.

2. Akomodasi Tertarik pada kegiatan ibadah sehari-hari.

Berminat mempelajari arti dan tujuan setiap bentuk ibadah.

Mengembangkan pemikiran

tentang kehidupan beragama.

Menghayati nilai-nilai agama sebagai

pedoman dalam berperilaku.

3. Tindakan Melakukan bentuk- bentuk ibadah sehari-hari.

Melakukan berbagai kegiatan ibadah dengan kemauan sendiri.

Melaksanakan ibadah atas keyakinan sendiri disertai sikap toleransi.

Ikhlas

melaksanakan ajaran agama dalam

kehidupan.

Aspek Perkembangan :Landasan Perilaku Etis

No .

TATARAN/

INTERNALIS ASI TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal patokan baik- buruk atau benar-salah dalam berperilaku.

Mengenal alasan perlunya mentaati aturan/norma berperilaku.

Mengenal keragaman sumber norma yang berlaku di masyarakat.

Menelaah lebih luas tentang nilai- nilai universal dalam kehidupan manusia.

2. Akomodasi Menghargai aturan-aturan yang berlaku

Memahami keragaman aturan/patoka

Menghargai keragaman sumber norma

Menghargai keyakinan nilai- nilai sendiri

(6)

dalam kehidupan sehari-hari.

n dalam berperilaku alam konteks budaya.

sebagai rujukan pengambilan keputusan.

dalam keragaman nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

3. Tindakan Mengikuti aturan-aturan yang berlaku dalam

lingkunganny a.

Bertindak atas

pertimbangan diri terhadap norma yang berlaku.

Berperilaku atas dasar keputusan yang

mempertimbangk an aspek-aspek etis.

Berperilaku atas dasar keputusan yang

mempertimbangk an aspek-aspek nilai dan berani menghadapi resiko dari keputusan yang diambil.

Aspek Perkembangan :Kematangan Emosi No

.

TATARAN/

INTERNALIS ASI TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain.

Mengenal cara- cara

mengekspresika n perasaan secara wajar.

Mempelajari cara-cara menghindari konflik dengan orang lain.

Mengkaji secara objektif perasaan- perasaan diri dan orang lain.

2. Akomodasi Memahami perasaan- perasaan diri dan orang lain.

Memahami keragaman ekspresi perasaan diri

Bersikap toleran terhadap ragam ekspresi

Menyadari atau mempertimbangk an kemungkinan- kemungkinan

(7)

dan orang lain. perasaan diri sendiri dan orang lain.

konsekuensi atas ekspresi perasaan.

3. Tindakan Mengekspresik an perasaan secara wajar.

Mengekspresik an perasaan atas dasar

pertimbangan kontekstual.

Mengekpresik an perasaan dalam cara- cara yang bebas, terbuka dan tidak menimbulkan konflik.

Mengekpresikan perasaan dalam cara-cara yang bebas, terbuka dan tidak menimbulkan konflik dan mampu berpikir positif terhadap kondisi

ketidakpuasan.

Aspek Perkembangan :Kematangan Intelektual

No .

TATARAN/

INTERNALIS ASI TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal konsep- konsep dasar ilmu

pengetahuan dan perilaku belajar.

Mempelajar i cara-cara pengambila n keputusan dan

pemecahan masalah.

Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara objektif.

Mengembangkan cara-cara

pengambilan keputusan dan pemecahan masalah berdasarkan

informasi/data yang akurat.

(8)

2. Akomodasi Menyenangi berbagai aktifitas perilaku belajar.

Menyadari adanya resiko dari pengambila n keputusan

Menyadari akan keragaman alternatif keputusan dan konsekuensi yang

dihadapinya.

Menyadari

pentingnya menguji berbagai alternatif keputusan pemecahan masalah secara objektif.

3. Tindakan Melibatkan diri dalam berbagai aktifitas perilaku belajar.

Mengambil keputusan berdasarkan pertimbanga n resiko yang mungkin terjadi.

Mengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar

informasi/data secara

objektif.

Mengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar

informasi/data secara objektif serta

bermakna bagi dirinya dan orang lain.

Aspek Perkembangan :Kesadaran Tanggung Jawab Sosial No

.

TATARAN/

INTERNALIS ASI TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal hak dan kewajiban diri sendiri dalam

Mempelajari cara- cara memperoleh hak dan

memenuhi kewajiban dalam

Mempelajari keragaman interaksi sosial.

Mengembangkan pola-pola

perilaku sosial berdasarkan prinsip kesamaan

(9)

lingkungan kehidupan sehari-hari.

lingkungan kehidupan sehari- hari.

(equality).

2. Akomodasi Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.

Menghargai nilai- nilai persahabatan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari nilai-nilai persahabatan dan

keharmonisan dalam

konteks keragaman interaksi sosial.

Menghayati nilai-nilai kesamaan (equality) sebagai dasar berinteraksi dalam kehidupan masyarakat luas.

3. Tindakan Berinteraksi dengan orang lain dalam suasana persahabatan.

Berinteraksi dengan orang lain atas dasar nilai- nilai persahabatan dan keharmonisan hidup.

Berinteraksi dengan orang lain atas dasar kesamaan (equality).

Memelihara nilai-nilai

persahabatan dan keharmonisan dalam

berinteraksi dengan orang lain.

Aspek Perkembangan :Kesadaran Gender

No .

TATARAN/

INTERNALISAS I

TUJUAN

SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal diri Mengenal Mempelajari Merperkaya

(10)

sebagai laki- laki atau perempuan.

peran-peran sosial sebagai laki-laki atau perempuan.

perilaku

kolaborasi antar jenis dalam ragam kehidupan.

perilaku

kolaborasi antar jenis dalam ragam kehidupan.

2. Akomodasi Menerima atau menghargai diri sebagai laki-laki atau perempuan.

Menghargai peranan diri dan orang lain sebagai laki- laki atau perempuan dalam kehidupan sehari-hari.

Menghargai keragaman peran laki-laki atau perempuan sebagai aset kolaborasi dan keharmonisan hidup.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau perempuan sebagai dasar dalam

kehidupan sosial.

3. Tindakan Berperilaku sesuai dengan peran sebagai laki-laki atau perempuan.

Berinteraksi dengan lain jenis secara kolaboratif dalam memerankan peran jenis.

Berkolaborasi secara harmonis dengan lain jenis dalam keragaman peran.

Memelihara aktualisasi nilai- nilai kodrati gender dalam kehidupan sosial.

Aspek Perkembangan :Pengembangan Pribadi No

.

TATARAN/

INTERNALISA SI

TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal Mengenal Mempelajari Mempelajari

(11)

keberadaan diri dalam

lingkungan dekatnya.

kemampuan dan keinginan diri.

keunikan diri dalam konteks kehidupan sosial.

berbagai peluang pengembangan diri.

2. Akomodasi Menerima keadaan diri sebagai bagian dari

lingkungan.

Menerima keadaan diri secara positif.

Menerima keunikan diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Meyakini keunikan diri sebagai aset yang harus

dikembangkan secara harmonis dalam kehidupan.

3. Tindakan Menampilkan perilaku sesuai dengan

keberadaan diri dalam

lingkungannya.

Menampilkam perilaku yang merefleksikan keragaman diri dalam

lingkungannya.

Menampilkan keunikan diri secara harmonis dalam

keragaman.

Mengembangkan aset diri secara harmonis dalam kehidupan.

Aspek Perkembangan :Perilaku Kewirausahaan (Kemandirian Perilaku Ekonomis)

No .

TATARAN/

INTERNALISA SI

TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal perilaku hemat, ulet, sungguh-

Mengenal nilai-nilai perilaku

Mempelajari strategi dan peluang untuk

Memperkaya strategi dan mencari peluang

(12)

sungguh, dan kompetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan dekatnya.

hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan kompetitif dalam kehidupan sehari-hari.

berperilaku hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan kompetitif dalam keragaman kehidupan.

dalam berbagai tantangan kehidupan.

2. Akomodasi Memahami perilaku hemat, ulet, sungguh- sungguh dan kompetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan dekatnya.

Menyadari manfaat perilaku hemat, ulet , sungguh- sungguh, dan kompetitif dalam kehidupan sehari-hari.

Menerima nilai- nilai hidup hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan kompetitif sebagai aset untuk mencapai hidup mandiri.

Meyakini nilai- nilai hidup hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan kompetitif sebagai aset untuk mencapai hidup mandiri dalam keragaman dan saling

ketergantungan.

3. Tindakan Menampilkan perilaku hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan kompetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya

Membiasakan diri hidup hemat, ulet , sungguh- sungguh, dan kompetitif dalam kehidupan

Menampilkan hidup hemat, ulet, sungguh- sungguh, dan kompetitif atas dasar kesadaran sendiri.

Memelihara perilaku kemandirian dalam keragaman dan saling

ketergantungan kehidupan.

(13)

sehari-hari.

Aspek Perkembangan: Wawasan dan Kesiapan Karir No

.

TATARAN/

INTERNALISA SI

TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal ragam

pekerjaan dan aktivitas orang dalam

lingkungan kehidupan .

Mengekspresik an ragam pekerjaan, pendidikan dan aktivitas dalam kaitan dengan kemampuan diri.

Mempelajari kemampuan diri, peluang dan ragam pekerjaan, pendidikan dan aktifitas yang terfokus pada pengembangan alternatif karir yang lebih terarah.

Memperkaya informasi yang terkait dengan perencanaan dan pilihan karir.

2. Akomodasi Menghargai ragam

pekerjaan dan aktivitas orang sebagai hal yang saling bergantung.

Menyadari keragaman nilai dan persyaratan dan aktivitas yang menuntut pemenuhan kemampuan tertentu.

Internalisasi nilai-nilai yang melandasi pertimbangan pemilihan alternatif karir.

Meyakini nilai- nilai yang

terkandung dalam pilihan karir sebagai landasan pengembangan karir.

(14)

3. Tindakan Mengekspresik an ragam pekerjaan dan aktivitas orang dalam

lingkungan kehidupan.

Mengidentifika si ragam alternatif pekerjaan, pendidikan dan aktivitas yang mengandung relevansi dengan kemampuan diri.

Mengembangka n alternatif perencanaan karir dengan mempertimbang kan

kemampuan, peluang dan ragam karir.

Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai dan kompetensi yang mendukung pilihan karir.

Aspek Perkembangan :Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya

No .

TATARAN/

INTERNALIS ASI TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan Mengenal norma-norma dalam

berinteraksi dengan teman sebaya.

Mempelajari norma-norma pergaulan dengan teman sebaya yang beragam latar belakangnya.

Mempelajari cara-cara membina kerjasama dan toleransi dalam pergaulan dengan teman sebaya.

Mengembangkan strategi pergaulan yang lebih intensif sebagai upaya untuk menjalin persahabatan yang harmonis.

2. Akomodasi Menghargai norma-norma yang

dijunjung

Menyadari keragaman latar belakang teman sebaya

Menghargai nilai- nilai kerjasama dan toleransi sebagai dasar

Meyakini nilai- nilai yang

terkandung dalam persahabatan

(15)

tinggi dalam menjalin persahabatan dengan teman sebaya.

yang mendasari pergaulan.

untuk menjalin persahabatan dengan teman sebaya.

dengan teman sebaya.

3. Tindakan Menjalin persahabatan dengan teman sebaya atas dasar norma yang

dijunjung tinggi bersama.

Bekerjasama dengan teman sebaya yang beragam latar belakangnya.

Mempererat jalinan persahabatan yang lebih akrab dengan

memperhatikan norma yang berlaku.

Mengembangkan dan memelihara nilai-nilai

pergaulan dengan teman sebaya yang lebih luas secara bertanggung jawab.

Aspek Perkembangan :Kesiapan Diri untuk Menikah dan Berkeluarga

No .

TATARAN/

INTERNALIS ASI TUJUAN

SD SLTP SLTA PT

1. Pengenalan

--- ---

Mengenal norma- norma pernikahan dan berkeluarga.

Mengkaji secara mendalam tentang norma pernikahan dan kehidupan berkeluarga.

2. Akomodasi

--- ---

Menghargai norma- norma pernikahan dan berkeluarga

Meyakini nilai-nilai yang terkandung dalam pernikahan dan

(16)

sebagai landasan bagi terciptanya

kehidupan masyarakat yang harmonis.

berkeluarga sebagai upaya untuk

menciptakan masyarakat yang bermartabat.

3. Tindakan

--- ---

Mengekspresikan keinginannya untuk mempelajari lebih intensif tentang norma pernikahan dan berkeluarga.

Memiliki kesiapan untuk menikah atau berkeluarga dengan penuh tanggung jawab.

3. Prinsip-prinsip Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling merupakan paduan hasil kajian teoritik dan telaah empirik yang menjadi pedoman pelaksanaan sesuatu yang akan dilakukan. Dalam layanan bimbingan dan konseling, prinsip- prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan dan fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dapat berkaitan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan perkembangan program bimbingan.

Pertama, prinsip-prinsip pelaksanaan program bimbingan. Menurut Van Hoose (dalam Prayitno, 1994), bahwa ada lima prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling, yaitu: (1) bimbingan berdasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri individu terkandung kebaikan-kebaikan setiap pribadi mempunyai potensi, dan pendidikan hendaklah membantu mengembangkan potensinya itu, (2) bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik

(17)

yang berbeda dengan yang lain, (3) bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadi-pribadi yang sehat, (4) bimbingan adalah pelayanan unik yang dilaksanakan oleh ahli yang telah mengikuti latihan khusus, dan untuk melaksanakan layanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.

Sedangkan Shertzer (1981: 51-53) mengemukakan enam prinsip bimbingan yang berfungsi sebagai parameter pelaksanaan bimbingan dan konseling, menggambarkan model operasional, dan menjelaskan asumsi-asumsi filosofisnya.

Keenam prinsip tersebut yaitu: (1) bimbingan sangat utama bila difokuskan pada perkembangan individu, (2) model utama pelaksanaan bimbingan ditentukan oleh proses perilaku individu, (3) bimbingan diorientasikan pada kerjasama, bukan paksaan, (4) manusia memiliki kemampuan yang berkembang, (5) bimbingan didasarkan pada pengenalan harga diri dan nilai individu, serta hak mereka untuk memilih, dan (5) bimbingan bersifat berkelanjutan, urut untuk proses pendidikan.

Belkin merumuskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuh kembangkan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di institusi pendidikan, yaitu: (1) konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut, (2) konselor harus tetap mempertahankan sikap profesional tanpa harus mengganggu hubungan konselor serta siswa dan personil sekolah lainnya, (3) konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan itu ke dalam kegiatan yang nyata, (4) konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik yang gagal, dan menimbulkan gangguan sehingga kemungkinan putus sekolah, permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar maupun siswa yang memiliki bakat istimewa, berpotensi rata-rata, yang pemalu dan sebagainya, (5) konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah yang serius dan yang menderita gangguan emosional, serta (6) konselor harus bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah.

(18)

Kedua, prinsip yang berkaitan dengan pengembangan program bimbingan dikemukakan oleh Gysbers dan Henderson (1988), mengemukakan tujuh prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling, yaitu: (1) program bimbingan membantu perkembangan siswa dan memperhatikan perbedaan, (2) program bimbingan membantu siswa agar dapat hidup bekerjasama dalam suatu kelompok, (3) program bimbingan memberikan layanan kepada semua siswa di semua jenjang pendidikan, (4) program bimbingan membantu siswa dalam mengembangkan pribadi- sosial, karier dan belajar, (5) program bimbingan menyediakan layanan konsultasi dan koordinasi bagi para guru, orang tua siswa dan staf administrasi, (6) program bimbingan mengembangkan layanan preventif dan remidial bagi siswa, dan (7) program bimbingan ada dua macam, yaitu sebagai komponen integral dan komponen independen dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.

Selain rumusan prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan konseling dikemukakan oleh Gysbers dan Henderson (1988), juga merumuskan empat prinsip yang berkaitan dengan pengembangan program bimbingan dan konseling. Pertama, bimbingan konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan. Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling disusun selaras dengan program pendidikan dan pengembangan secara menyeluruh. Kedua, program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga, kebutuhan individu dan masyarakat. Ketiga, program layanan bimbingan konseling disusun dan diselenggarakan secara berkesinambungan kepada anak-anak sampai orang dewasa, dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Keempat, terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling hendaknya diadakan penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan dengan pelaksanaannya.

Prinsip-prinsip pengembangan program bimbingan dan konseling tersebut, menegaskan bahwa penegakan dan penumbuhkembangan pelayanan bimbingan dan konseling hanya dapat dilaksanakan oleh konselor yang profesional. Konselor dapat

(19)

diwujudkan melalui pengembangan, peneguhan sikap, keterampilan, wawasan dan pemahaman profesional yang baik.

4. Komponen Program Bimbingan dan Konseling

Program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan, yaitu: (1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan responsif, (3) perencanaan individual, dan (4) dukungan sistem. Keempat komponen program tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Pelayanan Dasar / Kurikulum Bimbingan 1) Pengertian

Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas- tugas perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian) yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Penggunaan instrumen asesmen perkembangan dan kegiatan tatap muka terjadwal di kelas sangat diperlukan untuk mendukung implementasi komponen ini.

Asesmen kebutuhan diperlukan untuk dijadikan landasan pengembangan pengalaman terstruktur yang disebutkan.

2) Tujuan

Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Secara rinci tujuan pelayanan ini dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli agar: (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama), (2)

(20)

mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

3) Fokus pengembangan

Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian). Materi pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) self-esteem, (2) motivasi berprestasi, (3) keterampilan pengambilan keputusan, (4) keterampilan pemecahan masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi, (6) penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung jawab. Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SMP/SMA) mencakup pengembangan: (1) fungsi agama bagi kehidupan, (2) pemantapan pilihan program studi, (3) keterampilan kerja profesional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja, (6) iklim kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8) kasus-kasus kriminalitas, (9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10) dampak pergaulan bebas.

b. Pelayanan Responsif 1) Pengertian

Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan

(21)

dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual, konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan responsif.

2) Tujuan

Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir, dan/atau masalah pengembangan pendidikan.

3) Fokus pengembangan

Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas.

Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku yang ditampilkannya.

Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami konseli diantaranya: (1) merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa rendah diri,

(22)

(3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang), (4) membolos dari Sekolah/Madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9) malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalah tawuran, (12) manajemen stress, dan (13) masalah dalam keluarga.

Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah (AUM).

c. Perencanaan Individual 1) Pengertian

Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan orientasi, informasi, konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam implementasi pelayanan ini.

2) Tujuan

(23)

Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar (a) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, (b) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan (c) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.

Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karir, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing konseli. Melalui pelayanan perencanaan individual, konseli diharapkan dapat:

a) Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karir, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi, yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya.

b) Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya.

c) Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.

d) Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.

3) Fokus Pengembangan

Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek: (1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan

(24)

pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat;

(2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.

d. Dukungan Sistem

Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.

Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di Sekolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek: (1) pengembangan jejaring (networking), (2) kegiatan manajemen, (3) riset dan pengembangan.

1) Pengembangan Jejaring (networking)

Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi:

(a) konsultasi dengan guru-guru, (b) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat, (c) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan Sekolah/Madrasah, (d) bekerjasama dengan personel Sekolah/Madrasah lainnya dalam rangka menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, (e) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan

(25)

bimbingan dan konseling, dan (f) melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.

a) Kegiatan Manajemen

Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan: (1) pengembangan program, (2) pengembangan staf, (3) pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan kebijakan.

(1) Pengembangan Profesionalitas

Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan pengetahuan dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif dalam organisasi profesi, (c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah;

seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (d) melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).

(2) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi

Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang tua, staf Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/Madrasah (pemerintah dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada para konseli, menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif bagi perkembangan konseli, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, strategi ini berkaitan dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak (a) instansi pemerintah, (b) instansi swasta, (c) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (d) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan orang tua konseli, (e)

(26)

MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan (f) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).

(3) Manajemen Program

Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.

Komponen Program

BK

Peserta didik

Pelayanan Dasar

Pelayanan Responsif

Pelayanan Per.Indiv.

Dukungan Sistem

Pengembangan Profesional, Konsultasi, Kolaborasi, dan Kegiatan Manajemen

(27)

A. Rangkuman

Bimbingan dan konseling komprehensif diprogramkan untuk semua siswa artinya bahwa semua peserta didik hukumnya wajib memperoleh layanan bimbingan dan konseling, sehingga image/persepsi bahwa fokus bimbingan dan konseling hanyalah pada siswa yang bermasalah saja akan hilang. Oleh karena itu, dalam bimbingan dan konseling komprehensif perlu memperhatikan: (1) ruang lingkup yang menyeluruh, (2) dirancang untuk lebih berorientasi pada pencegahan, dan (3) tujuannya pengembangan potensi peserta didik.

Bimbingan dan konseling komprehensif mendasarkan pada lima premis yaitu: (1) bimbingan dan konseling komprehensif bersifat kompatibel, (2) bersifat perkembangan, (3) program bimbingan dan konseling komprehensif bersifat team building approach, (4) bimbingan dan konseling komprehensif dikemas dalam perencanaan, desain, implementasi dan tindak lanjut, serta (5) bimbingan dan konseling komprehensif dikendalikan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai visi dan misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling.

Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif dikemas dalam empat komponen yaitu: (1) pelayanan dasar/kurikulum bimbingan, (2) perencanaan individual, (3) pelayanan responsif, dan (4) dukungan sistem.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

The emphasis on developing competence in problem- solving processes, using action research, is supported by the literature and this is illustrated by several exam- ples of

Terima kasih pada staf Kelurahan Petisah Tengah dan masyarakat Kampung Kubur yang telah meluangkan waktunya untuk keperluan penelitian Penulis... Tabel 4.2 Jumlah Penduduk

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak, waktu yang relatif singkat, mempunyai sifat fisiologis dan morfologi sama

1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil belajar, contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab materi pelajaran akan lebih mampu

Descriptive text diartikan sebagai sebuah teks bahasa Inggris untuk mengggmbarkan seperti apa benda atau mahluk hidup yang kita deskripsikan, baik

Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer pada Program Studi Pascasarjana Magister Teknik Informatika pada Fakultas Ilmu Komputer

KESIMPULAN dari Tugas Akhir ini adalah desain dan fotografi berperan sangat penting dalam mendukung perancangan ulang identitas visual ini, dibutuhkan kualitas