• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FREE CASH FLOW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH FREE CASH FLOW"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

INDONESIA

SKRIPSI

MAKMUR NIM 105731104717

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN ANEKA INDUSTRI DI BURSA EFEK

INDONESIA

SKRIPSI

DIsusun dan Diajukan Oleh :

MAKMUR

NIM : 105731104717

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021M/1443H

(3)

iii

Kamu mungkin bisa menunda, tapi waktu tidak bisa menunggu

Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh ( untuk

urusan lan ) dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap ( Q.S Al-Insyirah : 6-8 )

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karuniannya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua ku tercinta Orang-orang yang saya sayang dan almamaterku

PESAN DAN KESAN

Ikuti alurnya. Keberhasilan akan datang jika kita berusaha dan tidak hanya menunggu

(4)
(5)
(6)

vi

(7)

vii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Free Cash Flow dan Financial Leverge terhadap Manajemen Laba dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderasi pada perusahaan Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia” dengan baik dan tepat waktu. Salam serta shalawat tak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang saat ini dengan pedoman Al-Qur’an dan Hadits.

Skripsi ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S-1) pada program studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, SE.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii

4. Orang tua tercinta yang telah mendidik dengan segala upaya dan selalu memberikan kasih sayang, doa dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.

5. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.CA.CSP selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak berjasa dalam memberikan banyak ilmu dan memberikan pelajaran selama proses penyusunan skripsi ini

6. Ibu Nurhidayah, SE.,M.Ak selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak berjasa dalam memberikan banyak ilmu dan memberikan pelajaran selama proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kesabaran dan bimbingan terbaik yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

7. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

8. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

9. Teman Kelas AK 1 2017 yang saling memberikan semangat dan doa selama penyusunan skripsi ini agar dapat selesai bersama-sama.

(9)

ix bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 20 Oktober 2021

Penulis,

Makmur

(10)

x

Pada Perusahaan Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar, Dibimbing oleh Bapak Ismail Badollahi dan Ibu Nurhidaya.

Tujuan penelitian ini merupakan jenis penelitian bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh free cash flow dan financial leverage terhadap manajemen laba dengan kepemilikan institusional sebagai variabel moderasi pada perusahaan Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan perusahaan ( Annual Report ) yang diakses melalui web resmi Bursa Efek Indonesia ( www.idx.co.id ) .

Hasil penelitian menunjukkan data dengan menngunakan perhitungan statistik melalui aplikasi Statistical Packkage for the Social Science (SPSS) versi 26 mengenai pengaruh free cash flow dan financial leverage terhadap manajemen laba dengan kepemilikan institusional sebagai varaibel moderasi pada perusahaan Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia. Adapun hasil penelitan menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba, financial leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, dan kepemilikan institusional tidak mampu memoderasi pengaruh free cash flow dan financial leverage terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : Free Cash Flow, Financial Leverage, Manajemen Laba Dan Kepemilikan Institusional

(11)

xi

Industrial Companies on the Indonesia Stock Exchange. Thesis, Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar, Supervised by Mr. Ismail Badollahi and Mrs. Nurhidaya.

The purpose of this study is a type of quantitative research with the aim of knowing the effect of free cash flow and financial leverage on earnings management with institutional ownership as a moderating variable in various industrial companies on the Indonesia Stock Exchange. The type of data used in this study is secondary data in the form of the company's annual report (Annual Report) which is accessed through the official website of the Indonesia Stock Exchange (www.idx.co.id ) .

The results showed that the data using statistical calculations through the Statistical Package for the Social Science (SPSS) version 26 application regarding the effect of free cash flow and financial leverage on earnings management with institutional ownership as a moderating variable in various industries on the Indonesia Stock Exchange. The research results show that partially free cash flow has a negative and significant effect on earnings management, financial leverage has no effect on earnings management, and institutional ownership is unable to moderate the effect of free cash flow and financial leverage on earnings management.

Keywords: Free Cash Flow, Financial Leverage, Profit Management And Institutional Ownership

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Teory Agency ... 10

2. Manajemen Laba ... 12

3. Free Cash Flow ... 15

(13)

xiii

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian... 39

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi Dan Sampel ... 40

1. Populasi ... 40

2. Sampel ... 40

D. Jenis Dan Sumber Data ... 42

E. Definisi Oprasional Variabel ... 42

1. Variabel Indepenen ... 43

2. Varaiabel Dependen ... 45

3. Variabel Moderasi ... 46

F. Metode Pengumpulan Data... 48

G. Metode Analisis Data... 48

1. Statistik Deskriptif ... 48

2. Uji Asumsi Klasik ... 49

a. Uji Normalitas ... 49

b. Uji Multikolinieritas ... 50

c. Uji Heteroskedastisitas ... 50

3. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENELITIAN ... 54

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

B. Hasil Analisis data ... 57

1. Analisi deskriptif... 57

2. Uji Asumsi Klasik ... 59

(14)

xiv

A. Kesimpulan ... 78

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 79

C. Saran ... 81

D. Keterbatasan Penelitian ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 88

(15)

xv

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 41

Tabel 3.2 Daftar Sample ... 41

Tabel 3.3 Pengukuran Variabel ... 47

Tabel 4.1 Sampel Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 56

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 57

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas ... 60

Tabel 4.4 Hasil Uji multikoloniearitas ... 61

Tabel 4.5 Hasil Uji Persamaan Regresi Model 1 ... 63

Tabel 4.6 Hasil Uji Persamaan Regresi Model 2 ... 65

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Sebelum Moderasi ... 67

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi Setelah Moderasi ... 67

Tabel 4.9 Hasil Pengujian Uji F ... 68

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Uji T ... 69

(16)

xvi

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Good corporate governance merupakan seperangkat peraturan dan upaya perbaikan sistem dan proses dalam pengelolaan organisasi dengan mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban seluruh pemangku kepentingan, baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris maupun Dewan Direksi ( Hendro 2017 : 98 ). Sehingga good corporate governance menciptakan mekanis medan alat control untuk menciptakan efisiensi bagi perusahaan dan memberikan keuntungan bagi semua pihak stakeholder.Terdapat lima prinsip good corporate governance yang dapat dijadikan pedoman bagi suatu korporat atau para pelaku bisnis, yaitu transparency, accountability, responsibility, indepandency dan fairness. Tetapi prinsip good corporate governance tidak selalu terlaksana sebagaimana mestinya. Beberapa permasalahan sering terjadi seperti ketidakjujuran dalam pelaporan laporan keuangan, terutama dalam melaporkan laba perusahaan menjadi salah satu masalah yang sering terjadi ( Eka Pratiwi : 2018 ). Good corporate governance dapat diukur dengan kepemilikan institusional.

Kepemilikan institusional adalah bagian dari saham perusahaam yang dimiliki oleh investor institusi, seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan perusahaan lainnya yang terkait dengan kategori tersebut ( Febriarti, 2017 ).

Kepemilikan institusional merupakan suatu struktur yang berperan penting untuk dapat mendorong kinerja perusahaan dan dapat mendorong tingkat pengawasan

(18)

perusahaan. Tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional yang dianggap sophisticated investor yang tidak mudah dibodohi oleh manajer dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga akan mengurangi perilaku oportunistic atau mementingkan diri sendiri untuk melakukan praktik manajemen laba. Sehingga dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajemen dengan investor dan ketidakjujuran dalam memberikan informasi pelaporan keuangan.

Informasi laba yang diperlukan bagi investor maupun pihak manajemen tercantum dalam laporan laba rugi perusahaan yang menjadi penilaian dasar terhadap kinerja atau prestasi perusahaan. Tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi sering dipengaruhi oleh penggunaan metode akuntansi yan digunakan. Namun para pengguna laporan keuangan tidak memperhatikan bagaimana cara yang digunakan oleh perusahaan dalam memperoleh laba tersebut tetapi melihat pada informasi laba yang di berikan oleh perusahaan.

Sehingga manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan dan cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba lebih baik ( Mahawyahrti dan Budiasih, 2016 ).

Teori agency mengasumsikan bahwa principal tidak memiliki informasi yang cukup terhadap kinerja agen karena adanya batasan antara principal sebagai pemilik dan agent sebagai manajer yang menjalankan perusahaan. Agen memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kapasitas diri, lingkungan perusahaan, dan seluruh aktivitas oprasional perusahaan tentang prospek

(19)

perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan principal. Hal ini dapat menimbulkan dysfunctional behaviour serta ketidak transparanan pada laporan keuangan yang apabila dilakukan secara berlebihan dan berkelanjutan akan menimbulkan kerugian baik kepada investor maupun pada perusahaan itu sendiri ( Yogi & Damayanthi, 2016 ). Sehingga akan menimbulkan konflik antara pemilik perusahaan dan pihak manajemen perusahaan yang dikenal dengan agency theory, dimana teori ini dianggap sebagai suatu analisis dan usaha untuk mencari penyelesaian dalam memecahkan masalah perusahaan yaitu antara pemilik perusahaan dengan agen manajemen ( Hamdani, 2016:33 ).

Manajemen laba merupakan suatu teknik penyajian keuntungan yang didasarkan pada keinginan pengelola dengan memilih metode akuntansi maupun mengelola accrual laporan keuangan ( Pratama, Hasan, dan Diyanto : 2016). Manajemen laba terdiri dari pengambilan keuntungan karena adanya keleluasan yang disediakan oleh prinsip-prinsip akuntansi dalam pengelolaan pendapatan sesuai dengan keperluan manajer ( Lazzem dan Jilani : 2017 ).

Manajeman laba terjadinya karena adanya beberapa motivasi yaitu motivasi bonus, motivasi utang , motivasi pajak, motivasi penjualan saham, motivasi penggantian direksi, dan motivasi politik. Manajemen laba sering terjadi pada perusahaan Go Public guna menarik perhatian investor dalam menilai laba perusahaan.

Perusahaan sektor aneka industri masuk dalam industri manufaktur yang mengelolah bahan baku menjadi bahan jadi ( produk ) barang setengah jadi ( komponen ) seperti mesin, alat berat tekstil, garmen, kabel dan komponen

(20)

otomotif. Pertumbunan sektor aneka industri mengalami kenaikan dan penurunan. Sepanjang kuartal 1-2019, indeks harga saham aneka industri mengalamai kinerja paling turun sebesar 7,53 %. Penurunan ini lebih kecil dibanding priode yang sama tahun lalu sebesar 9,95 %. Penurunan ini dipengaruhi oleh sentimen global. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang membuat kinerja indeks sektor ini agak tertekan. Tetapi indeks harga saham sektor aneka industri pada tanggal 26-29 mei 2020 mengalami kenaikan sebesar 14,1 %. Badan Pusat Statistik melaporkan neraca perdangan maret 2020 mengalami surplus sebesar US$ 743 juta, kondisi ini dipicu oleh posisi ekspor yang lebih besar dari pada impor ( kontan.co.id : 2021 ). Seiring dengan naik turunnya pertumbuhan sektor aneka industri, perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat melalui sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba ( Nabila : 2020 ). Sehingga Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dengan mengetahui free cash flow dan financial leverage yang ada dalam perusahaan.

Free cash flow ( Aliran kas bebas ) adalah adanya dana yang berlebih, yang tersedia untuk didistribusikan kepada para pemegang saham, dan keputusan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan pihak manajemen ( Sri Oktaryani 2016 ).

Manajer suatu perusahaan akan menggunakan aliran kas bebasnya untuk berinvestasi dikarenakan dalam aliran kas bebas memuat informasi kinerja oprasional perusahaan. Dimana free cash flow mencerminkan keleluasan

(21)

perusahaan dalam melakukan investasi tambahan, membayar hutang, maupun menambah likuiditas perusahaan.

Ketika suatu perusahaan memerlukan pendanaan, maka perusahaan dihadapkan pada dua pilihan sumber pendanaan yaitu modal internal (laba ditahan) atau modal eksternal (hutang). Sehingga hutang merupakan instrumen yang sensitif terhadap nilai perusahaan, tetapi pemegang saham cenderung memilih hutang sebagai alternatif pendanaan ( Rara Maharyani : 2020 ). Finacial leverage adalah besarnya beban tetap keuangan yang telah digunakan oleh perusahaan( Rara Maharyani : 2020 ) . Dimana financial leverage dapat menunjukkan seberapa besar hutang yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai perusahaan kegiataan oprasional perusahaan. Rasio leverage paling banyak digunakan untuk meningkatkan laba perusahaan, hal ini dikarenakan rasio ini dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dan juga digunakan oleh investor untuk melihat kemampuan dan resiko perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki utang yang tinggi. Hal tersebut membuat manajer perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaannya melalui peningkatan laba perusahaan.

Oleh karena itu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memperngaruhi praktik manajemen laba di lakukan oleh beberapa peneliti.

Diantaranya Cintria Juliarti Prastuti ( 2019 ) tentang pengaruh dewan komisaris independen, komite audit dan free cash flow terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dewan komisaris independen

(22)

berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, komite audit dan free cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian yang di lakukan oleh Nur Asyiroh ( 2019 ) tentang firm size, leverage, profitabilitas, free cash flow, good corporate governance dan earning manajemen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh pada earning management yang bersifat positif.

Kemudian variabel leverage tidak memiliki pengaruh pada earning management.

Kemudian profitabilitas memiliki pengaruh yang bersifat positif pada earning management. Kemudian variabel free cash flow memiliki pengaruh yang bersifat negatif terhadap earning management. Kemudian good corporate governance yang diporsikan dengan IBCG rating modified tidak memiliki pengaruh pada earning management

Penelitian yang dilakukan oleh Monica dan Sufiyati ( 2019 ) tentang faktor- faktor yang mempengaruhi earning management. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitability dan free cash flow memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik earning management sedangkan firm size, leverage, dan firm age tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik earning management.

Dari hasil penelitian diatas, terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten antara penelitian satu dengan yang lainnya yang menimbulkan perdebatan antar praktisi mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian ulang untuk membahas masalah tersebut dengan objek penelitian yaitu pada perusahaan sektor aneka industri yang terdiri dari beberapa sub sektor dengan

(23)

menggunakan variabel moderasi yaitu kepemilikan institusional, merupakan bentuk pengendalian perusahaan sebagai faktor non keuangan dan penulis menambahkan variabel free cash flow dan finacial leverage sebagai faktor keuangan yang dianggap memengaruhi manajemen laba. Berdasarkan masalah yang di paparkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “ Pengaruh Free Cash Flow Dan Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka masalah- masalah yang dapat dirumuskan lebih lanjut dalam penulisan ini yaitu :

1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap praktik manajemen laba ? 2. Apakah financial laverage berpengaruh terhadap praktik manajemen laba ? 3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap praktik manajemen

laba ?

4. Apakah kepemilikan institusional mampu memoderasi pengaruh free cash flow terhadap praktik manajemen laba ?

5. Apakah kepemilikan institusional mampu memoderasi pengaruh financial leverage terhadap praktik manajemen laba ?

(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalah yang dikemukakan sebelumnya maka tujuan dari penulisan ini yaitu :

1. Untuk menguji pengaruh free cash flow terhadap praktik menajemen laba.

2. Untuk menguji pengaruh financial laverage terhadap praktik manajemen laba.

3. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba.

4. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional memoderasi pengaruh free cash flow terhadap praktik manajemen laba.

5. Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional memoderasi pengaruh financial leverage terhadap praktik manajemen laba

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teori

Hasil dari penelitian diharapkan mampu menjadi salah satu bahan referensi bagi pihak manajemen perusahaan dan para pengguna informasi keuangan perusahaan dalam upanya untuk mencegah terjadinya praktik manajemen laba dalam meningkatkan mutu dan kualitas perusahaan. Serta menambah konstribusi ilmu pengetahuan secara umum maupun bidang akuntansi dan menjadi acuan dalam kajian literatur untuk penelitian selanjutnya.

(25)

2. Manfaat Praktisi

Hasil dari penelitian diharapkan dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan terkait praktik atau penerapan manajemen laba dalam perusahaan dan menjadi bahan pertimbangan bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan dalam melakukan investasi maupun calon investor yang baru terkait dengan kualitas nilai laba perusahaan.

(26)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori Agency ( Teori Keagenan )

R.A Supriyono ( 2018 : 63 ) menjelaskan konsep teori keagenan (agency theory) yaitu hubungan kontraktual antara pihak prinsipal ( pemberi kontrak ) dan pihak agent ( penerima kontrak ). Hubungan ini dilakukan untuk suatu kerjasama dimana principal memberi wewenang kepada agent mengenai pembuatan keputusan yang terbaik bagi principal dengan mengutamakan kepentingan dalam mengoptimalkan laba perusahaan.

Sehingga meminimalisir beban yang dikeluarkan oleh perusahaan agar kinerja perusahaan terlihat baik. Teori keagenan merupakan hubungan kerja sama antara dua pihak yaitu pihak ( participal ) yang membuat kontrak dan wewenang kepada pihak lain ( agent ) untuk dapat menjalankan wewenang sesuai dengan aturan yang telah disepakati.

Teori agency mengasumsikan bahwa principal tidak memiliki informasi yang cukup terhadap kinerja agen karena adanya batasan antara principal sebagai pemilik dan agent sebagai manajer yang menjalankan perusahaan. Agent memiliki informasi yang lebih banyak mengenai kapasitas diri, lingkungan perusahaan, dan seluruh aktivitas oprasional perusahaan tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan principal. Sehingga timbul ketidak seimbangan informasi yang dimiliki antara principal dan agent, dimana kondisi ini disebut asimetri informasi. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik antara pemilik perusahaan dan pihak

(27)

manajemen perusahaan yang dikenal dengan agency theory, dimana teori ini dianggap sebagai suatu analisis dan usaha untuk mencari penyelesaian dalam memecahkan masalah perusahaan yaitu antara pemilik perusahaan dengan agent manajemen ( Hamdani, 2016:33 ).

Menurut Wicaksono ( 2015 ) Teori keagenan memiliki tiga asumsi terdiri dari :

1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest)

2. Manusia memiliki daya pikir yang terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality)

3. Manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat tersebut, manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya

Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia diatas, maka seorang manajer orang yang mengontrol proses berjalannya kegiatan oprasional , memiliki kesempatan yang sangat besar untuk melakukan tindakan kecurangan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan orang lain yang disebut dengan sifat opportunistic. Adanya konflik antara agent dan participal ini akan menimbulkan biaya yang disebut agency cost (biaya keagenan). Sehingga biaya keagenan dapat diminimalisir dengan adanya prosedur pengawasan untuk menyelaraskan antara kepentingan perusahaan maupun pemilik perusahan melalui suatu konsep yang dinamakan corporate governance (tata kelola perusahaan) diharapkan mampu berfungsi untuk menekan atau menurunkan konflik dan biaya

(28)

keagenan yang terjadi serta dapat memberikan kepercayaan kepada pemegang saham akan kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan ( Mulyadi dan Anwar : 2015 )

2. Manajemen Laba

a. Definisi Manajemen laba

Manajemen laba merupakan pilihan manajemen terhadap kebijakan akuntansi atau tindakan nyata yang diambil untuk mempengaruhi laba agar dapat mencapai beberapa tujuan laba yang akan dilaporkan ( Scott, 2015 ).

Dengan demikian, manajemen laba merupakan tindakan yang disengaja dilakukan oleh manajemen dengan cara menaikkan atau menurunkan laba yang dapat menurunkan kredibilitas laporan keuangan. Hal tersebut dapat menyesatkan stakeholder dalam menilai kinerja perusahaan dan mempengaruhi hasil kontrak yang telah disepakati berdasarkan pada angka- angka akuntansi yang dilaporkan.

b. Teknik Manajemen Laba

Menurut Scott ( 2015 : 425 ) menjelaskan teknik manajemen laba yang dapat dilakukan oleh manajemen yaitu :

1. Taking a bath

Yaitu dilakukan pada saat terjadi organizational stess atau re-organisasi seperti pengangkatan CEO baru. Jika perusahaan harus melaporkan rugi maka manajer terdorong untuk melaporkan rugi yang sekalian besar dengan cara melakukan penghapusan aktiva atau pembuatan cadangan biaya dimasa mendatang.

(29)

2. Minimalisasi laba

Dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada laporan keuangan priode berjalan lebih rendah dari pada laba sesungguhnya.

3. Maksimalisasi laba

Dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada laporan keuangan priode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya.

4. Perataan laba

Dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten ( rata atau smooh) dari priode ke priode.

c. Motivasi Manajemen Laba

Kepercayaan yang telah diberikan oleh manajemen memicu terjadinya tindakan kecurangan dengan memaksimalkan laba perusahaan meskipun dengan cara yang tidak baik. Tindakan ini akibat dari adanya perbedaan kepentingan antara investor dan manajemen perusahaan.

Sulistiawan, dkk ( 2011 ) menyebutkan bahwa secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau organisasi untuk melakukan tindakan manajemen laba yaitu :

1. Motivasi bonus

Adanya asimetri informasi mengenai keuangan perusahaan membuat pemilik perusahaan akan memberikan sejumlah intensif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer. Sehingga manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan untuk memperoleh bonus.

(30)

2. Motivasi utang

Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham untuk kepentingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan beberapa kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau menginvestasikan dananya diperusahaannya. Tentunya manajer harus menunjukkan perfoma yang baik dari perusahaannya.

3. Motivasi Pajak

Dalam perusahaan go public maupun belum go public mereka cenderung melaporkan dan menginginkan laporan laba fiskal lebih rendah dari nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi para manajer untuk bertindak kreatif melakukan tindakan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan kebijakan akuntansi perpajakan.

4. Motivasi Penjualan Saham

Motivasi ini banyak digunakan oleh perusahaan yang akan go public atau pun yang sudah go public. Perusahaan yang akan go public akan melakukan penawaran saham perdananya ke publik atau lebih dikenal dengan istilah Initial Public Offering (IPO) untuk memperoleh tambahan modal usaha dari calon investor. Begitu pula dengan perusahaan yang sudah go public untuk kelanjutan ekspansinya.

(31)

5. Motivasi Pergantian Direksi

Dengan adanya priode pergantian direksi atau Cherf Executive Officer ( CEO) memotivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba. Dimana menjelang berakhirnya masa jabatan direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar perfoma kerjanya tetap terlihat baik pada akhir tahun jabatannya. Motivasi utamanya adalah untuk memperoleh bonus yang maksimal pada akhir masa jabatannya.

6. Motivasi Politik

Motivasi ini biasanya terjadi pada perusahaan besar yang bidang usahanya banyak menyentuh masyarakat luas, seperti perusahaan- perusahaan strategis perminyakan, gas, listrik, dan air. Sehingga manajer akan melakukan manjemen laba untuk meningkatkan nilai perusahaannya dengan menggunakan metode akuntansi untuk menurunkan labanya agar terhindar dari tindakan monopoli oleh perusahaan lainnya.

3. Free Cash Flow

Free cash flow merupakan adanya kelebihan dana yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang saham dan keputusan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil oleh manajemen ( Sri Oktaryani : 2016 ).Free cash flow sangat penting bagi perusahaan karena memungkinkan perusahaan dapat memanfaatkan peluang yang bisa digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan agar di pandang lebih oleh

(32)

pihak lain .Dengan mengetahui arus kas bebas kita akan bisa melihat proyeksi pertumbuhan serta kesehatan suatu perusahaan. Sehingga meningkatkan Free cash flow merupakan salah satu cara manajemen dalam meningkatkan penilaian pihak lain terhadap perusahaan sehingga dapat menarik pihak lain dalam menananmkan modalnya dalam perusahaan.

Dalam hal ini perusahaan yang memiliki free cash flow yang berlebih akan mengindikasi bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dibandingkan perusahaan lain. Jika free cash flow yang tersedia semakian besar, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran utang, dan deviden ( Suhadi dan Wahidawati : 2017 ). Namun sebaliknya jika semakin kecil fee cash flow yang di miliki perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban perusahaan. Jika perusahaan memiliki free cash flow yang tinggi, maka akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melakukan praktik manajemen laba karena hal tersebut mengindikasi bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah keagenan yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan manajemen tidak memanfaatkan free cash flow dengan semestinya dan digunakan hanya untuk memenuhi kepentingan pribadinya sendiri.

(33)

Menurut Harahap ( 2016 ), elemen-elemen dalam laporan arus kas bebas terdiri dari :

1. Kegiatan operasi perusahaan (operating)

Terdiri dari aktivitas penghasil utama berupa pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi maupun aktivitas pendanaan. Kegiatan ini mencakup: kegiatan produksi, pengiriman barang, pemberian servis. Arus kas dari operasi ini pada umumnya adalah pengaruh kas dari kegiatan transaksi dan peristiwa lainnya yang ikut mempengaruhi penentuan laba.

2. Arus kas dari kegiatan pembiayaan/pendanaan (Financing)

Terdiri dari aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang yang dilakukan oleh perusahaan, meliputi kegiatan peminjaman dana dari pemilik, dengan harapan pemberian penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjamkan dan membayar utang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar hutang tertentu.

3. Arus kas dari kegiatan investasi

Kegiatan yang dimaksud adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat berharga atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

(34)

4. Financial Leverage

Finacial leverage adalah besarnya beban tetap keuangan yang telah digunakan oleh perusahaan( Rara Maharyani : 2020 ). Dimana financial leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finasial yang sifatnya tetap ( fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Kewajiba-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan tingkat EBIT (Earning Before Interest and Taxes) dan harus dibayar tanpa melihat seberapa besar tingkat EBIT yang dicapai perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap berupa bunga yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut menggunakan utang yang tinggi. Perusahaan tersebut dapat dikatakan mempunyai financial leverage yang tinggi, yang berarti degree of financial leverage (DFL) untuk perusahaan tersebut juga tinggi. Penggunaan financial leverage yang besar mempunyai implikasi yang sama dengan penggunaan leverage oprasi yang besar, yaitu meningkatkan leverage ( Kasmir : 2015 )

Financial leverage yang menguntungkan terjadi apabila suatu perusahaan dapat menghasilkan pendapatan atas penggunaan dana tersebut lebih besar dari beban tetap yang harus dibayar. Sehingga berapa pun jumlah laba yang tersisa setelah beban tetap dibayar akan menjadi milik para pemegang saham biasa. Sebaliknya financial leverage yang tidak menguntungkan terjadi ketika perusahaan memiliki hasil pendapatan atas penggunaan dana yang lebih kecil dari beban tetap yang harus dibayar. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula

(35)

risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi dan investor akan semakin takut untuk menginvestasikan modalnya ke perusahaan karena risikonya tinggi. Konsep financial leverage bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan pengendalian keuangan ( Rara Maharyani : 2020 )

Financial leverage sebagai salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan laba , sehingga menjadi tolak ukur untuk melihat kinerja manajer dalam mengelolah laba perusahaan ( Astuti et al : 2017 ).Financial leverage dapat diukur dengan membandingkan rasio antara total hutang dan total aktiva perusahaan. Rasio Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang ( Kasmir : 2015 ). Sehingga Leverage yang semakin besar menunjukan risiko investasi yang semakin besar pula.

Jika perusahaan memiliki rasio leverage yang relatif tinggi menunjukkan perusahaan tersebut memiliki harapan yang tinggi dalam pengembalian dana, ketika keadaan ekonomi perusahaan berada pada kondisi yang normal. Sehingga seorang manajer keuangan perusahaan harus mempertimbangkan dengan sebaik-baiknya antara tingginya resiko dengan tingginya leverage.

(36)

Menurut Kasmir ( 2015:153 ) ada beberapa tujuan perusahaan menggunakan rasio leverage yaitu:

a. Untuk mengetahui keadaan perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak kreditor.

b. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat tetap misalnya seperti angsuran pinjaman termasuk bunga.

c. Untuk menilai keseimbangan nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.

d. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang e. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

pengelolaan aktiva.

f. Untuk menilai dan mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang

5. Good Corporate Governance

Menurut Hendro ( 2017 : 98 ) Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan dan upaya perbaikan sistem dan proses dalam pengelolaan organisasi dengan mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban seluruh pemangku kepentingan, baik Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ), Dewan Komisaris maupun Dewan Direksi. Namun ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini yang pertama yaitu hak pemegang saham yang harus dipenuhi oleh perusahaan dan yang kedua adalah kewajiban yang harus dilakukan perusahaan.

Dimana pemegang saham mempunyai hak untuk mengetahui semua

(37)

informasi yang akurat dan tepat waktu tanpa ada yang disembunyikan oleh perusahaan yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Good corporate governance merupakan sistem atau tata kelola yang digunakan dalam perusahaan untuk mengatur hubungan antara pemilik,pengelola, pihak kreditur, pemerintah, dan karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal dalam mengendalikan perusahaan sebagai upaya penciptaan nilai tambah bagi perusahaan. Sehingga diharapkan mampu meminimalisir konflik keagenan yang terjadi dalam suatu perusahaan. Hal tersebut merupakan mekanisme yang mengontrol sebuah perusahaann agar dapat berjalan dengan efektif dalam memenuhi kedua pemangku kepentingan perusahaan yaitu investor dan manajemen ( Mulyadi dan Anwar 2015 ) .

Sistem good corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada pemegang saham dan kreditor untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan efesien mungkin. Good corporate governance menciptakan mekanis medan alat control untuk menciptakan efisiensi bagi perusahaan dan memberikan keuntugan bagi semua pihak stakeholder ( Herlambang, 2017 ). Menurut Komite Nasional Governance ( KNKG, 2006), terdapat lima asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan.

(38)

1. Transparansi (Transparency)

Yaitu perusahaan harus menyediakan informasi yang akurat dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan infromasi perusahaan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Yaitu perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola dengan benar, terukur sesuai dengan kepentinga perusahaan namun tetap memperhatikan kepentingan pemegang saham atau kreditur.

Akuntabilitas merupakan pensyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja perusahaan secara berkesinambungan.

3. Responsibilitas ( responsibility)

Yaitu perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab bagi masyarakat dan lingkungan sehingga terpelihara kesinambungan usaha jangka panjang dan mendapat respon yang baik bagi masyarakat.

(39)

4. Independensi ( independency )

Perusahaan harus dikelola sesuai dengan tugas yang telah di berikan sehingga tidak saling mendominasi antar elemen dan tidak dapat intervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya perusahaan harus senantiasa memperlihatkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan tanpa mengutamakan kepentingan pribadi pihak manajemen perusahaan.

Good Corporate governance yang didasarkan pada teori keagenan diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima pengembalian atas dana yang telah diinvestasikan tanpa adanya konflik kepentingan secara pribadi.

Hal ini akan lebih memudahkan perusahaan dalam mendapatkan investasi demi pengembangan perusahaan dengan peningkatan fungsional struktur tata kelola guna untuk melindungi kepentingan pemegang saham, transparansi dan mengurangi konflik keagenan ( Okiro et al : 2015 ). Good corporate governance diukur dengan kepemilikan institusional.

a. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah bagian dari saham perusahaam yang dimiliki oleh investor institusi, seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan perusahaan lainnya yang terkait dengan

(40)

kategori tersebut ( Febriarti, 2017 ). Kepemilikan institusional merupakan suatu struktur yang berperan penting untuk dapat mendorong kinerja perusahaan dan dapat mendorong tingkat pengawasan perusahaan. Hal ini dikarenakan kepemilikan sebuah saham dapat menjadi sebuah sumber kekuasaan untuk mendukung terhadap kinerja manajemen perusahaan dalam perusahaan. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme memonitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manajemen laba.

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitoring manajemen dalam perusahaan karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong tingkat pengawasan yang lebih optimal.

Sehingga hal tersebut akan menjamin dan memberikan kemakmuran untuk pemengang saham, karena kepemilikan institusional sebagai agen pengawas di tekan melalui investasi mereka yang cukup besar di pasar modal. Sehingga kepemilikan institusional yang tinggi dalam suatu perusahaan dapat meminimalisir praktik manajemen laba, sehingga mampu memonitor pihak manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba ( Yayan Sudianto : 2016).

(41)

Sartika Hutapea (2018) menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat mengenai investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional. Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan earnings management. Pendapat kedua memandang investor institusional sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang lebih besar relatif dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang dilakukan manajer.

(42)

B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N

o

Nama Peneliti

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Lily Yovianti dan Elizabeth Sugiarto Dermawan Tahun 2020

Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan Dan

Kepemilikan

Institusional Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Variabel profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba.

Variabel ukuran perusahaan tidak bepemgaruh terhadap manajemen laba. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.

2 Diana Savitri dan Denies Priantinah Tahun 2018

Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bei Periode 2013-2016

Variabel leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Varaiebel dewan komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba. Variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba. Variabel kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba.

(43)

3 Monica dan Sufiyati Tahun 2019

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Earnings Management

Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data menunjukkan bahwa profitability dan free cash flow memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik eaqrnings management sedangkan firm size, leverage, dan firm age tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap praktik earnings management.

4 Rahma Widyaningru m dkk Tahun 2019

The Effect Of Free Cash Flow, Profitability, And Leverage To Earnings Managemet With Good Corporate Governance As A Moderating Variable

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Free cash flow secara parsial berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Variabel Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Leverage secara parsial berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Variabel GCG tidak mampu memoderasi hubungan antara free cash flow terhadap manajemen laba GCG tidak mampu memoderasi hubungan profitabilitas terhadap manajemen laba. Variabel GCG tidak mampu memoderasi hubungan leverage terhadap manajemen laba.

(44)

5 Erma Setiawati, Mujiyati Dan Erma Marga Rosit Tahun 2019

Pengaruh Free Cash Flow Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi

Variabel free cash flow free cash flow berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba akrual.

Variabel leverage tidak

berpengaruh terhadap

manajemen laba akrual. variabel free cash flow dengan good corporate governance tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara free cash flow dengan manajemen laba akurual. Variabel leverage dengan good corporate governance tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara leverage dengan manajemen laba akrual.

6 Nur Asyroh Tahun 2019

Firm Size, Leverage, Profitabilitas, Free Cash Flow, Good Corporate Governance Dan Earning Management:

Studi Pada Perusahaan Sektor infrastruktur Dan Transportasi Di Indonesia

Variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara positif pada earning management. Variabel leverage tidak memiliki pengaruh pada earning management.

Variabel profitabilitas berpengaruh secara positif pada earning management. Variabel free cash flow memiliki pengaruh secara negatif pada earning management, Variabel good corporate governance tidak memiliki pengaruh pada earning management.

(45)

7 Nike Nomiyati Tahun 2020

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Kualitas Audit, Free Cash Flow Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba

Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Variabel kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap

manajemen laba. Variabel kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Variabel free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Variabel Leverage tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.

8 Kurniah dan Ikhsan Tahun 2021

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba

Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba.

Variabel good corporate governance mampu memoderasi pengaruh free cash flow, profitabilitas dan leverage terhadap manajemen laba.

9 Rahajeng dan Atiningsih Tahun 2021

Peran Kepemilikan Institusional Dalam Memoderasi Pengaruh Earning Power,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning power dan leverage berpengaruh positif terhadap earning manajement,

(46)

Leverage, Dan Free Cash Flow Terhadap Earning Manajement

sedangkan kepemilikan institusional dapat memperlemah pengaruh leverage terhadap earning manajement dan kepemilikan institusional tidak dapat memoderasi pengaruh earning power dan free cash flow terhadap earning manajement.

10 Miftha Adelina Mayesti tahun 2017

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan Dan Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba Riil Dengan Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.

Varaiabel Leverage dan free cash flow tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Variabel kepemilikan institusional

memoderasi pengaruh

profitabilitas dan leverage terhadap manajemen laba sedangkan variabel kepemilikan institusional tidak memoderasi pengaruh ukuran perusahaan dan free cash flow terhadap manajemen laba.

(47)

C. Kerangka Konseptual

Menurut Sugiyono ( 2016 : 91 ) mengemukakan bahwa kerangka konseptual adalah suatu konsep yang memberikan gambaran hubungan antara teori dengan berbagai faktor yang teridentifikasi sebagai masalah yang akan diteliti. Untuk lebih jelasnya pengaruh antar variable independen dan dependen serta variabel moderasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

H1

H4

H3 H5

H2

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Free Cash Flow

(X1)

Financial Leverage (X2)

Manajemen Laba (Y)

Kepemilikan Institusional

(Z)

(48)

D. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba

Free cash flow merupakan adanya kelebihan dana yang tersedia untuk didistribusikan kepada pemegang saham dan keputusan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan yang diambil oleh manajemen ( Sri Oktaryani : 2016 ).Tingginya free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena dinilai memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang, dan deviden dalam menjalankan kegiatan oprasionalnnya. Meningkatkan free cash flow merupakan salah satu cara manajemen untuk meningkatkan pandangan pihak lain terhadap perusahaan agar tertarik untuk menanamkan modalnya ( Chandra : 2017 ) . Hal tersebut dapat memberikan peluang bagi manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba. Masalah keagenan yang timbul di mana pemegang saham (investor) menginginkan arus kas bebas tinggi yang didistribusikan kepada mereka untuk meningkatkan kekayaannya dan sebagai bentuk penilaian investor dalam melakukan investasi. Sedangkan manajemen menginginkan arus kas bebas tersebut ditahan untuk meningkatkan penilaian perusahaan hingga pada ukuran yang lebih optimal.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Rahma Widyaningrum dkk ( 2019 ) bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Monica dan Sufiyati ( 2019 ) menemukan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan dari surplus arus kas bebas (RCF) dan manajemen

(49)

laba (DAC). Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu :

H1 : Free Cash Flow Berpengaruh Positif Terhadap Manajemen Laba

2. Pengaruh Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba

Financial leverage merupakan penggunaan atas sumber-sumber dana yang memiliki beban tetap dan diharapkan mampu menghasilkan tambahan keuntungan yang lebih dibanding beban tetap yang akan dibayarkan (Sartono 2015). Ketika suatu perusahaan memerlukan pendanaan, maka perusahaan dihadapkan pada dua pilihan sumber pendanaan yaitu modal internal (laba ditahan) atau modal ekternal (hutang).

Sehingga hutang merupakan instrumen yang sensitif terhadap nilai perusahaan, tetapi pemegang saham cenderung memilih hutang sebagai alternatif pendanaan ( Rara Maharyani : 2020 ) Perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi, dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba karena perusahaan terancam default, artinya perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban dalam membayar utang tepat pada waktunya. Sehingga pihak kreditor melakukan pegawasan secara ketat terkait hal tersebut. Hal tersebut mengakibatkan fleksibelitas manajemen untuk melakukan manajemen laba semakin berkurang karena adanya pengawasan secara ketat yang dilakukan oleh kreditor. Sehingga perilaku manajemen laba bukanlah menjadi elemen dalam penghindaran risiko gagal bayar namun pembayaran hutang perusahaan tetaplah wajib dilunasi serta praktik manajemen laba tidak mampu dihindarinya.

(50)

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Diana Savitri dan Denies Priantinah (2018 ) bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lily dan Elizabet (2020) menemukan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu :

H2 : Financial Leverage Berpengaruh Negatif Terhadap Manajemen Laba

3. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen laba

Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitoring manajemen dalam perusahaan karena dengan adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong tingkat pengawasan yang lebih optimal.

Sehingga hal tersebut akan menjamin dan memberikaan kemakmuran untuk pemengang saham, karena kepemilikan institusional sebagai agen pengawas di tekan melalui investasi mereka yang cukup besar di pasar modal. Sehingga kepemilikan institusional yang tinggi dalam suatu perusahaan dapat meminimalisir praktik manajemen laba, sehingga mampu memonitor pihak manajemen yang berdampak mengurangi motivasi manajer untuk melakukan manajemen laba ( Yayan Sudianto : 2016). Dengan persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai dengan kepentingan pihak manajemen.

(51)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lily dan Elizabet (2020) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nike nomiyati (2020) menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu :

H3 : Kepemilikan Institusional Berpengaruh Negatif Terhadap Manajemen laba

4. Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderasi Mampu Memoderasi Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba

Kas dalam free cash flow memberikan konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Hal ini terjadi karena adanya masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham ( Hastuti et al 2018 : 1135 ). Dimana manajemen lebih menginginkan dana-dana yang diperoleh akan diinvestasikan lagi dalam peroyek-proyek yang dapat memberikan keuntungan. Namun disisi lain, pemegang saham menginginkan sisa dari dana dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Hal ini akan menimbulkan konflik kepentingan antaran manajemen dan investor.

Sehingga kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa,

(52)

seberapa besar kepemilikan suatu perusahaan yang dimiliki oleh pihak-pihak institusional dapat membantu menjaga perilaku manajer dalam praktik manajemen laba, karena pihak-pihak institusional akan mengawa tindakan- tindakan yang dilakukan manajer dengan intensitas pengawasan yang cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kurniah dan Ikhsan (2021) menemukan bahwa good corporate governance mampu medoerasi pengaruh free cash flow terhadap manajemen laba. Kemudian penelitian yang dilkukan oleh Agung dan Suryawana (2017) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu :

H4 : Kepemilikan Institusional Mampu Memoderasi Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Manajemen Laba

5. Kepemilikan Institusional Sebagai Variabel Moderasi mampu Mampu Memoderasi Pengaruh Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba

Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang .Leverage biasa dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan. Menurut Sari dan Astika ( 2015 ) leverage yang tinggiakan meningkatkan perilaku oportunistik manajemen untuk melakukan manajemen laba sehingga dimata pemegang saham dan publik

(53)

menunjukkan bahwa kinerja perusahaan sangat baik dan hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan dalam perusahaan. Sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Sesuai dengan perspektif teori keagenan (agency theory) adanya asimetri informasi yang timbul dari pihak manajemen dan para stakeholder dapat diminimalisir dengan adanya kepemilikan institusional. Dengan adanya institusional yang turut dalam kepemilikan saham perusahaan akan menjadi kontrol perilaku bagi perusahaan. Hal ini tentu sangat membantu, karena praktik manajemen laba dapat memperburuk citra perekonomian.

Sehingga memberikan keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima pengembalian atas dana yang telah diinvestasikan tanpa adanya konflik kepentingan secara pribadi. Hal ini akan lebih memudahkan perusahaan dalam mendapatkan investasi demi pengembangan perusahaan dengan peningkatan fungsional struktur tata kelola guna untuk melindungi kepentingan pemegang saham, transparansi dan mengurangi konflik keagenan ( Okiro et al : 2015 ).

Hal tersebut didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Miftha Adelina Mayesti (2017) menemukan bahwa kepemilikan institusional memoderasi pengaruh leverage terhadap manajemen laba. Hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng dan Atiningsih (2021) menemukan bahwa kepemilikan institusional dapat memperlemah pengaruh leverage terhadap earning manajement. Hal tesebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana Savitri dan Denies Priantinah (

(54)

2018 ) dengan menggunakan tiga komponen good corporate governance yaitu dewan komisaris independen, kepemilikan institutional dan kualitas audit tidak memoderasi pengaruh leverage terhadap manajemen laba.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu:

H5 : Kepemilikan Institusional Mampu Memoderasi Pengaruh Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba.

(55)

39 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kuantutatif dengan pengujian hipotesis karena data yang diperoleh berupa angka dengan pendekatan penelitian asositif kasual, dimana dalam penelitian ini menjelaskan hubungan sebab dan akibat. Menurut Sugiyono ( 2016:59 ) menyatakan bahwa penelitian asosiatif kasual adalah suatu penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dengan variabel dependen (variabel yang di pengaruhi). Penelitian ini akan menguji pengaruh free cash flow dan finanasial leverage terhadap manajemen laba dengan kepemilikan institusional sebagai variabel moderasi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimana datanya dapat di akses melalui www.idx.co.id. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli – Agustus 2021

(56)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono ( 2016 ) menyatakan bahwa populasi adalah menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) selama periode 2017- 2020.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2016: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling,dengan kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan aneka industri yang konsisten terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan aneka industri yang menerbitkan laporan keuangan secara konsisten .

3. Perusahaan aneka industri yang memiliki kelengkapan data manajemen laba, free Cash flow, financial leverage dan kepemilikan Institusional

(57)

Tabel 3.1

Kriteria Pemilihan Sampel

No Kriteria Jumlah

1

Perusahaan aneka industri yang konsisten terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia 51

2 Perusahaan aneka industri yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara konsisten

( 19 )

3

Perusahaan aneka industri yang memiliki kelengkapan data manajemen laba, free Cash flow, financial leverage dan kepemilikan institusional

( 12 )

Jumlah 20

Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka perusahaan dapat digunakan untuk menjadi sampel yang terdiri dari sampel data Time series selama 4 tahun (2017-2020) dan data Cross section sebanyak 20 perusahaan sehingga total sampel yaitu ( 4 x 20 = 80 ).

Tabel 3.2 Daftar Sampel

No Kode Perusahaan Nama Perusahaan

1 ASII PT. Astra Intenasional Tbk

2 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk

3 GJTL PT.Gajah Tunggal Tbk

4 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk

5 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk

6 INDS PT. Indospring Tbk

7 ARGO PT. Argo Pantes Tbk

8 MYTX PT. Asia Pacific Investama Tbk

9 POLY PT. Asia Pasific Fibers Tbk

Referensi

Dokumen terkait

Disisi lain DER yang tinggi juga bisa memperlemah atau memperkecil pengaruh antara likuiditas perusahaan dengan risiko sistematis saham, hal tersebut memberikan

Sesuai hasil survey yang kami lakukan di UKM pengupasan kulit ari kelapa, salah satu prosesnya yaitu pengupasan masih dikerjakan secara manual. Dari segi pengerjaan

Sistem pakar merupakan program aplikasi dimana program tersebut menirukan proses penalaran dari seorang ahli dalam memecahkan masalah, dengan kata lain sistem

Penelitian ini menggunakan variabel moderating karena adanya ketidakkonsistenan hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pramudita (2010) yang menyatakan bahwa

Efektivitas kerja pegawai adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai dengan yang telah ditetapkan, artinya pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai baik atau

salah satu modul yang direncanakan untuk membekali Ahli Teknik Lalu Lintas (Traffic Engineer) dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam melakukan survai lalu

Novian Wahyu Setiabudi, 2005. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia untuk Mata Pelajaran Fisika Bahasan Kinematika Gerak Lurus. Program Studi Pendidikan

Hasil penelitian Bank Indonesia dalam skripsi Suhendi (2010) tentang potensi, preferensi, dan perilaku masyarakat terhadap bank syari’ah di pulau Jawa pada tahun