• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi tingkat kesejahteraan psikologis remaja di balai pelayanan sosial asuhan anak ``Wiloso Muda-Mudi`` di Purworejo tahun 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi tingkat kesejahteraan psikologis remaja di balai pelayanan sosial asuhan anak ``Wiloso Muda-Mudi`` di Purworejo tahun 2016."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA DI BALAI PELAYANAN ASUHAN ANAK “WILOSO MUDA-MUDI” DI

PURWOREJO

(Studi Deskriptif pada Remaja di Balai Pelayanan Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo Tahun 2016)

Ciputra Wangsa Universitas Sanata Dharma

2016

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan Kusioner Kesejahteraan Psikologis yang disusun oleh peneliti berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (koefisien reliabilitas 0,945). Subjek penelitian ini adalah remaja yang menjadi penerima manfaat berjumlah 100 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dan frekuensi dengan klasifikasi tingkat kesejahteraan psikologis menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Tujuan penelitian ini: (1) Mendeskripsikan tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff. (2) Mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis remaja putra dan remaja putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff.

(2)

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF JUVENILES’ PSYCHOLOGICAL WELL-BEING LEVEL AT BALAI PELAYANAN ASUHAN ANAK “WILOSO

MUDA-MUDI” IN PURWOREJO

(A Descriptive study of Juveniles at BalaiPelayananAsuhanAnak “Wiloso Muda-Mudi” in Purworejo on 2016)

CiputraWangsa Sanata Dharma University

2016

This research is a quantitative research with a descriptive approach. The research data gathering method is Psychological Well-being questionnaire which is composed by researcher based on six psychological well-being dimensions from Ryff (reliability coefficient 0.945). The research subjects are 100 juveniles as benefit recipients The research data analysis technique is the calculation of the percentage and frequency by classifying the level of psychological well-being into very high, high, medium, low, and very low.

The research objectives: (1) To describe the juveniles’ psychological well-being level at Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi in Purworejo in 2016 based on six psychological well-being dimensions from Ryff. (2) To discover female and male juveniles’ psychological well-being level at Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi in Purworejo in 2016 based on six psychological well-being dimensions from Ryff.

(3)

DESKRIPSI TINGKAT KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA DI

BALAI PELAYANAN SOSIAL ASUHAN ANAK “WILOSO

MUDA-MUDI” DI PURWOREJO TAHUN 2016

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Ciputra Wangsa

NIM: 121114053

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Just do the little things first, and let the great things come to you.

Do not scare to try possitive things with different ways.

Succeed come from you not people’s judges.

The reason I stand here is my family and the sacrifices.

(7)

Wangsa-v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan bagi…

Tuhan Yesus dan Bunda Maria,

yang selalu memberikan petunjuk, berkat, rahmat, nikmat-Nya kepada saya

Orangtua Tercinta,

yang selalu memberikan motivasi, dukungan, masukan, dan solusi disetiap saat

Adik dan Abang Tersayang,

yang selalu memberikan masukan, dukungan, dan hiburan dikala peneliti sedang

merasa risau

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS REMAJA DI BALAI PELAYANAN ASUHAN ANAK “WILOSO MUDA-MUDI” DI

PURWOREJO

(Studi Deskriptif pada Remaja di Balai Pelayanan Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo Tahun 2016)

Ciputra Wangsa

Universitas Sanata Dharma

2016

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan Kusioner Kesejahteraan Psikologis yang disusun oleh peneliti berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (koefisien reliabilitas 0,945). Subjek penelitian ini adalah remaja yang menjadi penerima manfaat berjumlah 100 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan persentase dan frekuensi dengan klasifikasi tingkat kesejahteraan psikologis menjadi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Tujuan penelitian ini: (1) Mendeskripsikan tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff. (2) Mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis remaja putra dan remaja putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff.

(11)

ix

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF JUVENILES’ PSYCHOLOGICAL WELL-BEING LEVEL AT BALAI PELAYANAN ASUHAN ANAK “WILOSO

MUDA-MUDI” IN PURWOREJO

(A Descriptive study of Juveniles at Balai Pelayanan Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” in Purworejo on 2016)

Ciputra Wangsa Sanata Dharma University

2016

This research is a quantitative research with a descriptive approach. The research data gathering method is Psychological Well-being questionnaire which is composed by researcher based on six psychological well-being dimensions from Ryff (reliability coefficient 0.945). The research subjects are 100 juveniles as benefit recipients The research data analysis technique is the calculation of the percentage and frequency by classifying the level of psychological well-being into very high, high, medium, low, and very low.

The research objectives: (1) To describe the juveniles’ psychological well-being level at Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi in Purworejo in 2016 based on six psychological well-being dimensions from Ryff. (2) To discover female and male juveniles’ psychological well-being level at Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi in Purworejo in 2016 based on six psychological well-being dimensions from Ryff.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas segala berkat dan bimbingan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Deskripsi Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo Tahun 2016”

Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari banyak pihak guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses yang telah dijalani oleh peneliti. Untuk itu peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

4. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang tak kenal lelah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan ketelitian. Serta memberikan saran, masukan, dan petunjuk selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan dukungan selama peneliti menempuh studi.

6. Bapak Sugianto atas kesetiaan memberikan pelayanan sekretariat yang ramah kepada peneliti selama menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(13)

xi

8. Adik Ciputra Wangsa, yakni Irvan Arliansyah atas doa, dukungan, dan keceriaan yang telah diberikan kepada peneliti.

9. Abang Ciputra, yakni Christian Wangsa atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti.

10. Sanak Saudara Ciputra Wangsa, yakni Ce Alui, Ko Viktor, Ko Ahuat, Ce Afun, Ce Kien, Qhiume Sherly, Qhiuqhiu Nyongkhin, I Ani, I Afa dan Phopho yang telah mendukung baik dari motivasi, masukan, dukungan, hal financial dan yang lainnya.

11. Teman-teman dari angkatan 2012 yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

12. Seluruh kakak angkatan dari angkatan 2010 dan 2011 yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

13. Seluruh adik angkatan dari angkatan 2013, 2014, 2015, dan 2016 yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini.

14. Sahabat-sahabat peneliti, yakni Liliana Paulina, Yuni Cahaya Hati, Novia, Nia, Deddy, Kevin Theogantara, Nikodemus Wisnu Pradana, Ervin Aprilianti, Melisa Putri Oktaviani, Alvita Anjarsari Hamungpuni, dan Sella Sidesyana atas segala dukungan, masukan, informasi, dan keceriaan yang telah diberikan selama peneliti menyelesaikan skripsi ini.

15. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penulisan skripsi ini.

(14)
(15)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...vii

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

G. Definisi Operasional Variabel ...10

1. Kesejahteraan Psikologis ...10

2. Remaja...11

(16)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA...12

A. Hakikat Kesejahteraan Psikologis...12

1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis ...12

2. Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis ...13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis ...15

B. Hakikat Remaja ...17

1. Pengertian Remaja ...17

2. Ciri-ciri Masa Remaja ...18

3. Tugas Perkembangan Remaja ...22

4. Kebahagiaan dalam Masa Remaja ...23

C. Hakikat Balai Pelayanan Sosial ...25

1. Pengertian Balai Pelayanan Sosial ...25

2. Manfaat Balai Pelayanan Sosial...26

3. Sasaran Balai Pelayanan Sosial...26

4. Kriteria Anak yang Bisa Masuk ke Balai Pelayanan Sosial ...27

5. Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo ...28

D. Kerangka Berpikir...32

BAB III METODE PENELITIAN...34

A. Jenis Penelitian...34

B. Subjek Penelitian...34

C. Waktu dan Tempat Penelitian ...36

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian...36

1. Teknik Pengumpulan Data...36

2. Instrumen Penelitian...36

E. Analisis Butir dan Reliabilitas Instrumen ...39

1. Analisis Butir ...39

(17)

xv

F. Teknik Analisis Data ...43

BAB IV DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....46

A. Hasil Penelitian ...46

1. Tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff. ...46

2. Tingkat kesejahteraan psikologis dari remaja putra dan remaja putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo tahun 2016 ...48

B. Pembahasan ...50

BAB V PENUTUP...57

A. Kesimpulan ...57

B. Keterbatasan ...58

C. Saran...58

a. Bagi para pengasuh ...58

b. Bagi balai ...58

c. Bagi peneliti lain ...59

DAFTAR PUSTAKA ...60

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Jumlah Penerima Manfaat di Balai Berdasarkan Jenis Kelamin...35

TABEL 3.2 Jumlah Penerima Manfaat di Balai Berdasarkan Tingkatan Sekolah ...35

TABEL 3.3 Jumlah Penerima Manfaat Berdasarkan Status di Balai...36

TABEL 3.4 Skor Alternatif Jawaban Kuesioner Kesejahteraan Psikologis ...37

TABEL 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kesejahteraan Psikologis ...38

TABEL 3.6 Daftar Jumlah Item Masing-masing Dimensi ...38

TABEL 3.7 Indeks Diskriminasi Item Kuesioner Kesejahteraan Psikologis ...40

TABEL 3.8 Jumlah Hasil Klasifikasi Diskriminasi Item Kuesioner Kesejahteraan Psikologis ...40

TABEL 3.9 Kisi-kisi Kuesioner Kesejahteraan Psikologis Setelah Uji Diskriminasi Item...41

TABEL 3.10 Kriteria Reliabilitas Menurut Guilford ...43

TABEL 3.11 Kategorisasi Kesejahteraan Psikologis...44

TABEL 3.12Kategorisasi Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo ...45

TABEL 4.1 Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo ...46

TABEL 4.2 Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja Putra di Balai Pelayanan Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo...48

(19)

xvii

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 4.1 Diagram Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan

Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo ...47

GRAFIK 4.2 Diagram Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan

Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo ...48

GRAFIK 4.3 Diagram Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Kesejahteraan Psikologis ...62

Lampiran 2 Tabulasi Data Hasil Kuesioner Psikologis ...68

Lampiran 3 Tabulasi Data Hasil Korelasi Item-total Kuesioner ...78

Lampiran 4 Hasil Reliabilitas ...82

Lampiran 5 Tabulasi Hasil Kuesioner Kesejahteraan Psikologis Remaja...84

Lampiran 6 Frekuensi Kesejahteraan Psikologis Remaja ...91

Lampiran 7 Tabulasi Hasil Kuesioner Kesejahteraan Psikologis Remaja Putra ...94

Lampiran 8 Frekuensi Kesejahteraan Psikologis Remaja Putra ...98

Lampiran 9 Tabulasi Hasil Kuesioner Kesejahteraan Psikologis Remaja Putri....103

Lampiran 10 Frekuensi Kesejahteraan Psikologis Remaja Putri...107

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah peneltian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang

Setiap orang berhak memiliki kesejahteraan hidup. Manusia dipandang sebagai pribadi yang utuh, yang memiliki banyak aspek didalam dirinya seperti fisik, sosial, intelektual, emosional, spiritual dan estetis. Manusia memiliki aspek fisik dan aspek psikologis yang saling mempengaruhi satu sama lain. Maka kesejahteraan hidup penting untuk dimiliki setiap orang karena kesejahteraan hidup merupakan hasil dari fungsi aspek fisik dan psikologis yang berjalan baik dan optimal dalam diri manusia.

(22)

fungsi-fungsi psikisnya secara optimal, misalnya memiliki pengelolaan emosi yang baik, kemampuan bersosialisasi yang baik, dan lain sebagainya.

Ryff mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis adalah pencapaian penuh dari kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk dapat menerima diri apa adanya, menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, penguasaan lingkungan sekitar, menentukan tujuan hidup, dan mengembangkan potensi yang ada didalam diri. Sehingga menurut peneliti apabila seseorang tidak memiliki kesejahteraan secara psikologis, maka hal tersebut dapat mempengaruhi aspek-aspek diri yang mungkin akan berdampak pada kesehatan fisik, pikiran dan perilaku. Sebagai contoh misalnya seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan membuat seseorang menjadi gemetar ketika berada di depan orang banyak.

(23)

Kesejahteraan psikologis merupakan hal yang penting di dalam kehidupan manusia. Kesejahteraan psikologis menjadi sangat penting karena hal tersebut dapat membentuk pribadi seseorang menjadi lebih positif dalam menjalani hidupnya. Selain itu, seseorang yang sudah sejahtera secara psikologis, akan mampu mengatur lingkungan sekitar bukan sebaliknya, lebih-lebih individu tersebut juga dapat membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan orang sekitarnya.

Menurut peneliti ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan psikologis seseorang. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya penerimaan diri, penghargaan diri, pemaknaan hidup, kemampuan seseorang dalam menanggapi dan merefleksikan segala peristiwa yang pernah dialami. Sedangkan faktor eksternal bisa berupa kondisi lingkungan sekitar dan lingkungan keluarga.

Merebaknya berbagai kasus perlindungan anak tentu saja memprihatinkan kita semua. Keluarga sebagai institusi utama dalam perlindungan anak ternyata belum sepenuhnya mampu menjalankan perannya dengan baik. Kasus perceraian, disharmoni keluarga, keluarga miskin, perilaku ayah atau ibu yang salah, pernikahan siri, pernikahan dini, dan berbagai permasalahan lainnya menjadi salah satu pemicu terabaikannya hak-hak anak dalam keluarga.

(24)

2002 tentang Perlindungan Anak telah diatur dengan jelas tentang perlindungan anak sampai kepada aturan sanksi pidana bagi yang melanggar hak anak. Dalam Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa penyelenggaraan perlindungan anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara.

(25)

remaja lebih mepunyai kepekaan terhadap dirinya dibandingkan usia anak-anak. Selain itu, mayoritas penghuni balai pelayanan sosial asuhan anak yang menjadi tempat penelitian peneliti adalah anak asuh yang berada pada usia remaja.

Adapun informasi mengenai Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo. Informasi didapat dari analisis situasi dari program IbM ( Ipteks bagi Masyarakat) dari Dosen Bimbingan dan Konseling di Universitas Sanata Dharma. Ditinjau dari kompetensi komunikasi pengasuhan tampak bahwa keterampilan komunikasi pengasuhan yang efektif para tenaga pengasuh di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi Purworejo lemah. Komunikasi tenaga pengasuh cenderung agresif, dan otoriter. Komunikasi yang seperti ini mengakibatkan konsep pengasuhan tidak terjadi. Tenaga pengasuh yang berperan menggantikan orangtua berubah menjadi pengawas yang cenderung dijauhi dan ditakuti anak. Akibatnya anak kurang dapat berkembang secara positif.

(26)

pemikiran yang kritis dalam menghadapi suatu permasalahan, kemudian responden laki-laki yang berinisial AG merupakan pemimpin organisasi yang ada di balai, dan AR yang merupakan anak paling tua dari seluruh remaja. Peneliti melakukan wawancara kepada ketiga orang tesebut karena responden tersebut sudah memiliki kriteria yang diharapkan peneliti, diantaranya memiliki sikap yang netral dan tidak memihak antara pengasuh dan penerima manfaat, memiliki sikap keterbukaan untuk dimintai informasi dan pemikiran yang luwes. Peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui kondisi yang ada di balai dan apakah kebutuhan mereka semua terpenuhi dengan baik atau tidak. Dari wawancara yang dilakukan ada informasi yang sama dari responden, yakni perhatian dari beberapa pengasuh yang masih sangat kurang, tetapi untuk kebutuhan sehari-hari bisa terpenuhi dengan baik.

(27)

Adapun alasan peneliti melakukan penelitian terkait kesejahteraan psikologis remaja di balai pelayanan sosial, yaitu untuk mengetahui seberapa tinggi kesejahteraan psikologis remaja yang menjadi penerima

manfaat di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di

Purworejo.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah diatas, terkait dengan permasalahan yang dialami remaja Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo., diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi”

di Purworejo memiliki hubungan komunikasi yang kurang efektif dengan pengasuh.

2. Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” masih ada yang merasa tidak nyaman dengan keadaan di balai sehingga masih melakukan pelanggaran peraturan.

3. Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo belum mampu mengontrol dirinya sehingga melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada disekitarnya.

4. Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi”

di Purworejo masih belum mandiri. C. Pembatasan Masalah

(28)

psikologis remaja di balai untuk dikaji lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti ikut mengambil andil dalam melakukan sebuah penelitian terkait “Deskripsi Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo”. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut maka perumusan masalah penelitian ini diformulasikan secara spesifik menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff?

2. Seberapa tinggi tingkat kesejahteraan psikologis dari remaja putra dan remaja putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo tahun 2016?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang didasarkan pada masalah yang ingin dipecahkan oleh peneliti yaitu:

(29)

2. Mendeskripsikan tingkat kesejahteraan psikologis remaja putra dan remaja putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak Wiloso Muda-Mudi di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti diharapkan bisa memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi tentang kesejahteraan psikologis di bidang studi bimbingan dan konseling.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengasuh di balai pelayanan sosial asuhan anak wiloso muda-mudi di Purworejo

(30)

b. Bagi remaja di balai pelayanan sosial asuhan anak wiloso muda-mudi di Purworejo

Para remaja putra dan putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat seberapa tinggi tingkat kesejahteraan psikologis mereka. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para remaja putra dan putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo mengenai manfaat, pengetahuan, dan bimbingan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis diri mereka.

c. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini menjadi tolok ukur yang dapat digunakan sebagai dasar atau referensi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian dengan topik kesejahteraan psikologis secara lebih mendalam.

G. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini:

(31)

2. Remaja adalah masa peralihan atau transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimana remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status anak-anak.

(32)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini mempaparkan hakikat kesejahteraan psikologis, remaja, balai pelayanan sosialdan kerangka berpikir.

A. Hakikat Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis

Ryff (1989) menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis adalah pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang, dimana individu tersebut mampu menerima dirinya, mampu menciptakan hubungan yang positif dengan orang lain, memiliki kemandirian, memiliki kemampuan dalam penguasaan lingkungan, memiliki kemampuan untuk terus tumbuh dan memiliki tujuan hidup.

(33)

Kesejahteraan psikologis dapat ditandai dengan diperolehnya kebahagiaan, kepuasan hidup dan tidak adanya gejala-gejala depresi (Ryff, 1995). Menurut Ryff (1989) kebahagian (happiness) merupakan hasil dari dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap manusia. Synder dan Lopez (2002), menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis bukan hanya sekedar ketiadaan penderitaan namun juga meliputi keterikatan aktif di dalam dunia, memahami arti dan tujuan hidup serta hubungan seseorang pada subjek ataupun orang lain.

Dari beberapa pengertian kesejahteraan psikologis yang telah dikemukakan peneliti dapat menyimpulkan definisi kesejahteraan psikologis. Peneliti menyimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis adalah suatu kondisi dimana seseorang dapat berfungsi secara optimal dari segi psikis yang diperoleh melalui evaluasi terhadap segala sesuatu yang terjadi dikehidupan seseorang.

2. Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis

Ryff (1989) mengemukakan ada enam dimensi kesejahteraan psikologis, yakni :

a. Penerimaan diri (self-accaptance)

(34)

yang baik dan buruk dalam dirinya dan tetap positif terhadap kejadian masa lalunya.

b. Hubungan yang positif dengan orang lain (positive relations with others)

Seseorang yang mampu menjalin hubungan yang positif dengan orang lain ditandai dengan adanya sikap hangat, puas, dan percaya terhadap hubungannya dengan orang lain, mempunyai sikap empati, afeksi dan keakraban terhadap orang lain, dan paham akan arti memberi dan menerima dalam hubungannya dengan orang lain.

c. Otonomi (autonomy)

Seseorang yang memiliki sikap otonomi dalam dirinya ditandai dengan adanya kemampuan dalam mengatur perilakunya sendiri, mandiri, mampu melawan tekanan sosial yang diterima dan bertindak dengan cara-cara tertentu, memiliki prinsip diri, dan mampu mengevaluasi diri dengan standar-standar pribadi.

d. Penguasaan lingkungan (environmental mastery)

(35)

menciptakan dan mengelola keadaan yang cocok bagi kebutuhan dan nilai-nilai pribadi.

e. Tujuan hidup (purpose of life)

Seseorang yang memiliki tujuan dalam hidup ditandai dengan adanya tujuan hidup yang terarah, merasa bahwa segala kejadian baik yang akan datang maupun yang telah terjadi memiliki makna penting dalam dirinya, memegang keyakinan yang memberikan tujuan hidup, memiliki tujuan dan sasaran untuk hidup.

f. Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Seseorang yang tumbuh sebagai pribadi ditandai dengan adanya keinginan untuk terus berkembang, melihat dirinya sebagai pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-pengalaman yang baru, melihat peningkatan dalam diri dan perilakunya setiap saat dan mengubah sikap-sikap dengan cara berefleksi dari pengalaman.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis

Pada Tahun 1989 Ryff melakukan penelitian untuk mengukur skala konstruk dan evaluasi dari aspek kesejahteran psikologis. Ryff (1996) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, yakni:

(36)

Hasil menunjukan bahwa masa dewasa awal hingga masa dewasa madya memiliki hasil yang baik pada dimensi penguasaan lingkungan dan kemandirian, tetapi ada penurunan pada dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi tujuan hidup pada masa dewasa madya hingga masa lanjut usia.

Perbedaan tersebut juga ada penyebabnya. Hal tersebut dikarenakan kelompok pada masa usia tersebut sudah pernah mengalami pengalaman-pengalaman yang berharga dalam hidupnya dimana orang muda belum pernah mengalami hal tersebut. Tetapi, dalam dimensi hubungan yang positif dengan orang lain dan dimensi penerimaan diri tidak ada perbedaan yang signifikan dari segala kelompok usia.

b. Perbedaan gender (sex differences)

(37)

c. Perbedaan kelas (class differences)

Kelas yang dimaksud adalah jenjang pendidikan, jabatan pekerjaan, penghasilan dan status sosial. Jenjang pendidikan mempengaruhi kesejahteraan psikologis karena mempengaruhi dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi tujuan dalam hidup. Selain itu, kesejahteraan psikologis juga dipengaruhi oleh suatu jabatan, penghasilan dan status sosial seseorang dimana ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi enam dimensi kesejahteraan psikologis (The Naional Survey of Families and Households). Semakin tinggi ketiga hal tersebut, semakin tinggi pula kesejahteraan psikologis yang diperoleh, begitu pula sebaliknya. d. Perbedaan budaya (cultural differences)

Hasil penelitian menyebutkan bahwa dimensi kesejahteraan psikologis juga dipengaruhi oleh nilai individualisme-kolektivisme. Dimensi penerimaan diri dan kemandirian pada budaya barat yang nilai individualismenya tinggi akan memiliki hasil yang lebih baik, sedangkan pada budaya timur yang memiliki nilai kolektivisme yang tinggi akan memiliki dimensi hubungan yang positif dengan orang lain yang lebih menonjol.

B. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

(38)

adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”.

Istilah adolesence , seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (dalam Hurlock) dengan mengatakan:

“Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakatdewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak . . . Integrasi dalam masyrakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber . . . Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok . . .Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial yang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id/remaja) remaja berarti mulai dewasa; muda; pemuda.

Dari beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang sedang tumbuh menjadi dewasa.

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Ciri-ciri masa remaja menurut Hurlock (1980) yaitu: a. Masa remaja sebagai periode yang penting

(39)

periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjangnya.

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting.

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (1980:207).

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru (1980:207). c. Masa remaja sebagai periode perubahan

(40)

masalah baru yang timbul lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Kelima, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Ada dua alasan yang membuat masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru (1980:208)

e. Masa remaja sebagai masa pencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

(41)

pakaian, dan yang lainnya. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya (1980:208).

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Seperti ditunjukkan oleh Majeres, “Banyak anggapan

populer tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak diantaranya yang bersifat negatif” (101).

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

(42)

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya. Remaja akan sakit hari dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (1980:208).

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip yang melekat selama belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (1980:209).

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Menurut Hurlock (1980:209) tugas perkembangan pada masa remaja adalah:

(43)

b. Menerima peran seks dewasa yang diakui oleh masyarakat baik bagi pria maupun wanita

c. Mempelajari hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis d. Mempersiapkan diri untuk memilih bidang pekerjaan atau karir

agar bisa mandiri secara ekonomi di masa yang akan datang e. Memiliki keterampilan intelektual dan kecakapan sosial f. Membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan g. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab

h. Mempersiapkan perkawinan dan memahami tugas-tugas yang ada di dalamnya serta tanggung jawab kehidupan berkeluarga

4. Kebahagiaan dalam Masa Remaja

Menurut Hurlock (1980:239), remaja yang kurang mampu menyesuaikan diri sejak masa kanak-kanak, cenderung paling tidak berbahagia dan tetap tidak berbahagia sepanjang tahun-tahun awal masa remaja. Ketidakbahagiaan remaja lebih-lebih karena masalah-masalah pribadi daripada masalah-masalah-masalah-masalah lingkungan. Ia mempunyai tingkat aspirasi tinggi, yang tidak realistik bagi dirinya sendiri, dan bila prestasinya tidak memenuhi harapan, akan timbul rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bersikap bahwa dirinya tidak mampu.

(44)

perbuatannya lebih seperti orang dewasa, berangsur-angsur rasa bahagia timbul menggantikan rasa tidak bahagia, dan tekanan serta ketidakpuasan yang menandai awal masa remaja sebagian besar menghilang.

Kebahagiaan yang lebih besar, yang merupakan ciri akhir masa remaja, sebagian disebabkan karena remaja yang lebih tua diberi status yang lebih banyak dalam usaha mempertahankan tingkat perkembangannya dibandingkan ketika pada awal masa remaja. Hal yang lebih penting lagi, ia lebih realistik akan kemampuannya dan meletakkan tujuan sesuai dengan apa yang bisa dicapai, ia terus menerus berusaha dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuannya dan ia menambah kepercayaan diri berdasarkan pengetahuan mengenai keberhasilan di masa-masa lalu yang melawan perasaan-perasaan tidak mampu yang mengganggu pada saat ia lebih muda.

(45)

dapat mengendalikan lingkungan seperti yang akan dapat dilakukan bila mencapai masa dewasa.

Kalau pengendalian yang diberikan oleh lingkungan sedemikian rupa sehingga memperbolehkan remaja memuaskan kebutuhannya, ia akan bahagia sepanjang kebutuhannya bersifat realistik dalam arti sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhi hal tersebut. Sebagian besar remaja menjadi lebih realistik dengan berjalannya masa remaja, hal ini dapat menjelaskan mengapa ia cenderung bahagia dan merasa lebih puas dengan kehidupannya dibandingkan ketika masih berada dalam periode tidak realistik dalam awal masa remaja.

C. Hakikat Balai Pelayanan Sosial 1. Pengertian Balai Pelayanan Sosial

(46)

penyandang masalah kesejahteraan sosial mendapatkan pemenuhan kebutuhan dasarnya dan terjamin kelangsungan hidupnya.

Dari pengertian tersebut, balai pelayanan sosial dapat diartikan sebagai gedung atau rumah atau tempat yang digunakan untuk proses refungsionalisasi dan pengembangan agar seseorang mampu untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara normal dalam kehidupan masyarakat.

2. Manfaat Balai Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Pemulihan dan pengembangan sebagaimana dimaksud ditujukan untuk mengembalikan keberfungsian secara fisik, mental, dan sosial, serta memberikan dan meningkatkan keterampilan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial).

3. Sasaran Balai Pelayanan Sosial

(47)

Muda-Mudi” di Purworejo. Balai pelayanan sosial ini adalah balai khusus anak terlantar.

4. Kriteria Anak yang Bisa Masuk ke Balai Pelayanan Sosial

Menurut Pedoman Pelaksanaan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 53 Tahun 2013, seorang anak yang mengalami perlakuan salah dan ditelantarkan oleh orang tua atau keluarga karena faktpr-faktor tertentu tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya.

a. Kriteria:

1) usia 7 sampai dengan 18 tahun

2) berasal dari keluarga miskin atau sangat miskin 3) anak yatim, piatu, yatim piatu terlantar

4) diterlantarkan atau mengalami perlakuan salah atau tidak diasuh dengan layak oleh orangtua atau keluarganya

5) tidak diketahui orangtua atau keluarganya 6) kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi secara layak b. Jangka waktu pelayanan:

(48)

2) pada proses penanganan dan pelayanan, dilaksanakan kegiatan orientasi pada keluarga penerima manfaat dengan maksud untuk mengetahui perkembangan kondisi kemampuan sosial ekonomi. Apabila keluarga penerima manfaat yang bersangkutan dipandang telah mampu sosial ekonominya, maka penerima manfaat dikembalikan kepada keluarga untuk melaksanakan fungsi pengasuhan secara mandiri.

5. Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi”

Purworejo

a. Sejarah singkat

Pada tanggal 8 Mei Tahun 1949 oleh Social Zaken didirikan Rumah Perawatan atau Balai Sosial Negara dengan nama Rumah Pendidikan Sosial “Wisma Joga” Kabupaten Purworejo dengan sasaran penanganan multi layanan (Bayi, Anak Terlantar, PGOT, dan Lansia). Pada tahun 1968 Rumah Pendidikan Sosial “Wisma Joga” Purworejo oleh Kantor Sosial (Kanso) Purworejo dikhususkan untuk menangani anak terlantar dengan nama Panti

Asuhan “Wiloso Muda Mudi” Purworejo. Pada tahun 2008

berdasar Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 50 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah menjadi Satuan Kerja (Satker)

UPT Panti Asuhan “Kumuda Putra Putri” Magelang dengan nomen

(49)

Terhitung mulai 1 Januari tahun 2011, berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor : III tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah ditetapkan menjadi Balai Rehabilitasi Sosial (Balai Resos) “Wiloso Muda Mudi” Purworejo dengan Unit Rehabilitasi Sosial (Unit Resos) “Mardi Guno” Kebumen. Sejak tahun 2015 Balai Rehabilitasi Sosial “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo berganti nama menjadi Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda -Mudi” Purworejo.

b. Visi dan misi 1) Visi

Terwujudnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Jawa Tengah yang Semakin Mandiri dan Sejahtera. 2) Misi

(a) Menyelenggarakan opersasional pelayanan Rehabilitasi Sosial system kelembagaan/institusi dan multi layanan sesuai standar pelayanan dan tahapan proses pertolongan pekerjaan sosial

(b) Membentuk karakter anak balai resos yang : sehat jasmani dan rohani, bertaqwa, jujur, bertanggung jawab, toleran, cerdas, terampil.

(50)

(1) Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat dalam usaha penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak asuh/anak terlantar dan Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT)

(2) Menjadikan Balai Resos “Wiloso Muda Mudi” Purworejo dan Unit Resos “Mardiguno” Kebumen

sebagai pusat rujukan dan informasi pelayanan rehabilitasi sosial asuhan anak/anak terlantar dan PGOT serta tempat pengkajian pengembangan usaha kesejahteraan sosial.

c. Susunan organisasi dan tugasnya

Di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda -Mudi” Purworejo ini terdapat lima susunan organisasi yang

ditugaskan untuk mengurus balai, yakni: 1) Kepala balai

Kepala balai mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dari balai.

2) Sub bagian tata usaha

Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan program, kepegawaian, keuangan, ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan balai.

(51)

Seksi penyantunan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan penyantunan untuk memenuhi kebutuhan dasar seseorang agar dapat hidup secara layak bagi kemanusiaan.

4) Seksi bimbingan sosial

Seksi bimbingan sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan dan pelaksanaan berbagai bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk membantu klien baik individu, kelompok maupun masyarakat dalam meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah, serta menjalin dan mengendalikan hubungan-hubungan sosial mereka dalam lingkungan sosialnya.

5) Kelompok jabatan fungsional

Kelompok jabatan fungsional khusus mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. d. Lingkungan fisik Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso

Muda-Mudi” Purworejo

Di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda -Mudi” Purworejo terdapat keseluruhan bangunan terdiri dari satu

(52)

untuk penerima manfaat yang terdiri atas tiga asrama putra dan tujuh asrama putri dimana tiap asrama berkapasitas sepuluh orang, kamar mandi dan toilet untuk penerima manfaat yang jumlahnya banyak namun agak kurang terawat, kantor sekretariat balai, rumah dinas bagi kepala balai dan pengasuh, ruang tata usaha, ruang bimbingan sosial, ruang penyantunan, ruang logistik, lapangan serbaguna untuk kegiatan luar ruangan, ruang makan, mushola, aula, ruang belajar, satu unit komputer, jaringan internet, kipas angin, dan printer.

D. Kerangka Berpikir

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai kerangka berpikir peneliti.

(53)

1. Penerimaan Diri

2. Hubungan yang Positif dengan Orang Lain

3. Otonomi

4. Penguasaan Terhadap Lingkungan

5. Tujuan Hidup

6. Pertumbuhan Pribadi

Individu Memiliki Tingkat

Kesejahteraan Psikologis yang Tinggi

Individu Memiliki Tingkat

Kesejahteraan Psikologis yang Rendah

Faktor Internal

Faktor Eksternal Faktor Internal

(54)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini, memuat jenis penelitian, subjek penelitian, variabel atau objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, analisis butir, instrumen penelitian, analisis butir, reliabilitas instrumen dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2012: 7), metode kuantitatif disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah atau scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit atau empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

B. Subjek Penelitian

(55)

Data dalam penelitian ini didapat melalui pemberian kuesioner kepada 100 responden yang menjadi penerima manfaat di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak ”Wiloso Muda-Mudi” Purworejo. Berikut dipaparkan jenis kelamin dari responden penelitian:

Tabel 3.1

Jumlah Penerima Manfaat di Balai Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 30 30%

2. Perempuan 70 70%

Jumlah 100 100%

Penerima manfaat ini berasal dari dua tingkatan sekolah yang berbeda, yaitu SMP dan SMK, berikut dipaparkan tingkatan sekolah responden:

Tabel 3.2

Jumlah Penerima Manfaat Berdasarkan Tingkatan Sekolah No. Jenis Kelamin Jumlah

(56)

Tabel 3.3

Jumlah Penerima Manfaat Berdasarkan Status Di Balai No. Jenis

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama periode KKN dan pengumpulan data dilakukan pada tanggal 14 April sampai dengan 17 April 2016 di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo yang beralamatkan di Jl.Urip Sumoharjo No. 76 Purworejo.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012).

2. Instrumen Penelitan

(57)

orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

Dalam kuesioner disediakan empat alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Masing-masing alternatif jawaban juga mempunyai skor berbeda sesuai dengan masing-masing jenis item. Jenis item kuesioner ada dua, yaitu favorable dan unfavorable. Berikut akan dipaparkan skor alternatif jawaban berdasarkan jenis item kuesioner:

Tabel 3.4

Skor Alternatif Jawaban Kuesioner Kesejahteraan Psikologis No. Alternatif Jawaban

Skor

Item Favorable Item Unfavorable

1. Sangat Setuju (SS) 4 1

2. Setuju (S) 3 2

3. Tidak Setuju (TS) 2 3

4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

(58)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Kuesioner Kesejahteraan Psikologis

Aspek Indikator Item Jumlah

+ -

Penerimaan diri

a. Memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya

b. Mengakui dan menerima aspek-aspek diri termasuk hal-hal yang baik dan buruk dalam dirinya

c. Memandang positif pengalaman di masa lalunya

1,2

a. Adanya sikap hangat, puas, dan percaya terhadap hubungannya dengan orang lain

b. Mempunyai sikap empati, afeksi dan keakraban terhadap orang lain

c. Memahami akan arti memberi dan menerima dalam hubungannya dengan orang lain

Otonomi a. Mampu dalam mengatur perilakunya sendiri b. Mandiri

c. Mampu melawan tekanan sosial yang diterima dan bertindak dengan cara-cara tertentu

d. Memiliki prinsip diri e. Mampu mengevaluasi diri

27

a. Mampu mengelola lingkungan

b. Mampu mengontrol susunan yang kompleks yang ada diluar diri c. Mampu memanfaatkan segala kemungkinan yang ada

dilingkungan sekitar secara efektif

d. Mampu untuk menciptakan dan mengelola keadaan yang cocok bagi kebutuhan dan nilai-nilai pribadi

40,41

Tujuan hidup a. Memiliki tujuan hidup yang terarah

b. Merasa bahwa segala kejadian baik yang akan datang maupun yang telah terjadi memiliki makna penting dalam dirinya c. Memegang keyakinan yang memberikan tujuan hidup d. Memiliki tujuan dan sasaran untuk hidup

53,54

a. Adanya keinginan untuk terus berkembang

b. Melihat dirinya sebagai pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang

c. Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman yang baru d. Melihat peningkatan dalam diri dan perilakunya setiap saat e. Mengubah sikap-sikap dengan cara berefleksi dari pengalaman

66

Berikut dipaparkan jumlah masing-masing item berdasarkan enam dimensi tersebut:

Tabel 3.6

Daftar Jumlah Item Masing-masing Dimensi

No. Dimensi Jumlah item

1. Penerimaan diri 13 item

2. Hubungan yang positif dengan orang lain 12 item

3. Otonomi 16 item

4. Penguasaan lingkungan 13 item

5. Tujuan hidup 10 item

6. Pertumbuhan pribadi 14 item

(59)

E. Analisis Butir dan Reliabilitas Instrumen 1. Analisis butir

Dalam penelitian ini uji analisis butir dilakukan guna mengetahui daya diskriminasi item. Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala item itu sendiri, komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item-total.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan data empirik dan menganalisis butir item secara kuantitatif dengan perhitungan korelasi item dengan skor total dan menggunakan teknik analisis korelasi

Pearson Product Moment.

r

= korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir

(60)

Apabila daya beda bernilai - (minus), maka item tersebut tidak bisa membedakan antara individu yang memiliki atribut atau tidak, malah item tersebut memberikan informasi yang salah (Jelpa: 93). Maka nilai indeks diskriminasi item dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.7

Indeks Diskriminasi Item Kuesioner Kesejahteraan Psikologis

Nilai Klasifikasi

≥ 0,300 Diterima

0,250 – 0,299 Dipertimbangkan

≤ 0,249 Tidak Disarankan

- (minus) Ditolak

Apabila item tersebut memiliki nilai 0,250-0,299, maka item tersebut dapat dipertimbangkan. Item tersebut tetap dipakai jika item yang memiliki nilai ≥ 0,300 terbatas (Jelpa: 94). Dikarenakan

keterbatasan item dibeberapa indikator maka item yang masuk dalam klasifikasi dipertimbangkan juga digunakan. Berdasarkan hasil dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah item berdasarkan indeks diskriminasi item sebagai berikut:

Tabel 3.8

Jumlah Hasil Klasifikasi Diskriminasi Item Kuesioner Kesejahteraan Psikologis

Klasifikasi Jumlah Item

Diterima 64

Dipertimbangkan 4 Tidak Disarankan 10

Ditolak 0

(61)

Tabel 3.9

Kisi-Kisi Kuesioner Kesejahteraan Psikologis Setelah Uji Diskriminasi Item

Aspek Indikator Item Jumlah

+ -

Penerimaan diri

a. Memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya b. Mengakui dan menerima aspek-aspek diri termasuk

hal-hal yang baik dan buruk dalam dirinya

c. Memandang positif pengalaman di masa lalunya

1,2

a. Adanya sikap hangat, puas, dan percaya terhadap hubungannya dengan orang lain

b. Mempunyai sikap empati, afeksi dan keakraban terhadap orang lain

c. Memahami akan arti memberi dan menerima dalam hubungannya dengan orang lain

14,15

Otonomi a. Mampu dalam mengatur perilakunya sendiri b. Mandiri

c. Mampu melawan tekanan sosial yang diterima dan bertindak dengan cara-cara tertentu

d. Memiliki prinsip diri e. Mampu mengevaluasi diri

27

a. Mampu mengelola lingkungan

b. Mampu mengontrol susunan yang kompleks yang ada diluar diri

c. Mampu memanfaatkan segala kemungkinan yang ada dilingkungan sekitar secara efektif

d. Mampu untuk menciptakan dan mengelola keadaan yang cocok bagi kebutuhan dan nilai-nilai pribadi

40,41

e. Memiliki tujuan hidup yang terarah

f. Merasa bahwa segala kejadian baik yang akan datang maupun yang telah terjadi memiliki makna penting dalam dirinya

g. Memegang keyakinan yang memberikan tujuan hidup h. Memiliki tujuan dan sasaran untuk hidup

53,54

a. Adanya keinginan untuk terus berkembang

b. Melihat dirinya sebagai pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang

c. Terbuka terhadap pengalaman-pengalaman yang baru d. Melihat peningkatan dalam diri dan perilakunya setiap saat e. Mengubah sikap-sikap dengan cara berefleksi dari

pengalaman

2. Reliabilitas instrumen.

(62)

untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah-ubah.

Reliabilitas merupakan terjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel. Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1997).

Pengujian reliabilitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan teknik atau pendekatan konsistensi internal dengan perhitungan menggunakan formula Cronbach Alpha Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus:

XX

rα = 2 [1 -

]

Keterangan :

S = varians skor belahan 1

S = varians skor belahan 2 2

Sx = varians skor tes

(63)

Tabel 3.10

Kriteria Reliabilitas Menurut Guilford Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 - 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Sedang

0,21 - 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil uji reliabilitas yang didapat adalah 0.945, sehingga koefisien reliabilitas kuesioner termasuk dalam kategori sangat tinggi.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014: 208).

(64)

menurut Ryff adalah dengan menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal. Peneliti membagi pengkategorisasian tersebut menjadi lima kategorisasi, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Dari tabel frekuensi sebelumnya selanjutnya diolah dengan memasukkan norma kategorisasi yang telah ditetapkan dan kemudian dilihat berapa jumlah responden yang berada disetiap kategorisasi. Norma kategorisasi ditentukan berdasarkan formula berikut:

Tabel 3.11

Kategorisasi Tingkat Kesejahteraan Psikologis

Norma/Kriteria Skor Kategori

µ + 1,5 SD < x Sangat Tinggi

µ + 0,5 SD < x ≤ µ + 1,5 SD Tinggi

µ - 0,5 SD < x ≤ µ + 0,5 SD Sedang

µ - 1,5 SD < x ≤ µ - 0,5 SD Rendah

x ≤ µ - 1,5 SD Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian berdasarkan perhitungan skala Standar deviasi : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran

(65)

Kategori diatas digunakan untuk pengelompokan kategorisasi tingkat kesejahteraan psikologis dengan jumlah item kuesioner sebanyak 68 item maka diperoleh perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut: Skor maksimum teoritik : 4 x 68 = 272

Skor minimum teoritik : 1 x 68 = 68 Luas jarak : 272 – 68 = 204 Standar deviasi : 204 : 6 = 34

µ (mean teoritik) : (272 + 68) : 2 = 170

Hasil perhitungan analisis data skor subjek penelitian disajikan dalam norma kategorisasi tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 3.12

Kategorisasi Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori µ + 1,5 SD < x 221 < x Sangat Tinggi

µ + 0,5 SD < x ≤ µ + 1,5 SD 187 < x ≤ 221 Tinggi

µ - 0,5 SD < x ≤ µ + 0,5 SD 153 < x ≤ 187 Sedang

µ - 1,5 SD < x ≤ µ - 0,5 SD 119 < x ≤ 153 Rendah

(66)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian dan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan menjawab rumusan masalah penelitian, yaitu: 1. Tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo tahun 2016 berdasarkan enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff.

Tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial

Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tabel 4.1

Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo

Rentang Skor Kategori Frekuensi %

221 < x Sangat Tinggi 53 53%

187 < x ≤ 221 Tinggi 44 44%

153 < x ≤ 187 Sedang 3 3%

119 < x ≤ 153 Rendah - -

x ≤ 119 Sangat Rendah - -

(67)

Grafik 4.1

Diagram Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan

Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo

Data di atas menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis remaja di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo pada kategori sangat tinggi sebanyak 53 orang (53%), pada kategori tinggi sebanyak 44 orang (44%), pada kategori sedang sebanyak 3 orang (3%), sedangkan pada kategori rendah dan sangat rendah tidak ada remaja yang berada didalam kategori tersebut. Artinya, hampir seluruh penerima manfaat yang berada di balai ini sudah memiliki kesejahteraan psikologis yang baik tetapi masih ada beberapa penerima manfaat yang masih belum merasa sejahtera secara psikis.

0 10 20 30 40 50 60

(68)

2. Tingkat kesejahteraan psikologis dari remaja putra dan remaja putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo tahun 2016.

Tingkat kesejahteraan psikologis remaja putra di Balai Pelayanan Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja Putra di Balai

Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo

Rentang Skor Kategori Frekuensi %

221 < x Sangat Tinggi 14 46,7%

Diagram Kesejahteraan Psikologis Remaja Putra di Balai

Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo 0

(69)

Data di atas menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis

remaja putra di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda

-Mudi” di Purworejo pada kategori sangat tinggi sebanyak 14 orang (46,7%), pada kategori tinggi sebanyak 15 orang (50%), pada kategori sedang sebanyak 1 orang (3,3%), sedangkan pada kategori rendah dan sangat rendah tidak ada remaja putra yang berada didalam kategori tersebut. Artinya, hampir seluruh laki-laki yang ada di balai sudah memiliki kesejahteraan psikologis yang baik.

Tingkat kesejahteraan psikologis remaja putri di Balai Pelayanan

Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo dapat digambarkan

sebagai berikut:

Tabel 4.3

Tingkat Kesejahteraan Psikologis Remaja Putri di Balai

Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo

Rentang Skor Kategori Frekuensi %

221 < x Sangat Tinggi 39 55,7%

187 < x ≤ 221 Tinggi 29 41,4%

153 < x ≤ 187 Sedang 2 2,9%

119 < x ≤ 153 Rendah - -

x ≤ 119 Sangat Rendah - -

(70)

G r

Grafik 4.3

Diagram Kesejahteraan Psikologis Remaja Putri di Balai

Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” Purworejo

Data diatas menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis

remaja putri di Balai Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda

-Mudi” di Purworejo pada kategori sangat tinggi sebanyak 39 orang (55,7%), pada kategori tinggi sebanyak 29 orang (41,4%), pada kategori sedang ssebanyak 2 orang (2,9%) , sedangkan pada kategori rendah dan sangat rendah tidak ada remaja putri yang berada didalam kategori tersebut. Artinya pada remaja putri yang menjadi penerima manfaat di balai ini juga sudah memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan remaja di Balai

Pelayanan Sosial Asuhan Anak “Wiloso Muda-Mudi” di Purworejo

(71)

memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa baik remaja putra maupun remaja putri memiliki kemampuan evaluasi diri yang baik terhadap dirinya sendiri karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan remaja putra dan remaja putri memiliki kesejahteraan psikologis di kategori sangat tinggi dan tinggi, hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian dari Ryff bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara pria dan wanita.

(72)

mengelola keadaan yang cocok bagi kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, maka individu tersebut mampu memiliki kesejahteraan psikologis. Kebanyakan para remaja yang berada di balai adalah anak terlantar dimana lingkungan asal mereka berbeda dengan lingkungan di balai, sehingga hal ini membuat para remaja di balai harus bisa beradaptasi dengan lingkungan mereka.

(73)

Kedua, para remaja yang berada di balai ini diwajibkan untuk mandiri dan bertanggung jawab akan diri mereka sendiri terutama dalam menentukan pilihan. Baik dari hal berangkat sekolah, belajar, mencuci, membereskan tempat tidur, menentukan pilihan SMK mana yang akan mereka pilih, lalu pekerjaan apa yang akan mereka pilih ketika sudah lulus SMK dan keluar dari balai. Segala keputusan ada ditangan para remaja ini walaupun di balai diberikan berbagai macam pelayanan. Ryff (1996) mengatakan bahwa seseorang mampu memperoleh kesejahteraan psikologis karena mampu mengevaluasi dirinya sendiri dengan standar-standar yang telah ditentukan oleh individu itu sendiri dan mampu menentukan pilihan hidupnya di masa yang akan datang sehingga membuat kehidupan yang sekarang menjadi lebih kreatif, semangat dan produktif.

(74)

and Households). Semakin tinggi tingkat penghasilan, semakin tinggi pula kesejahteraan psikologis yang diperoleh, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut bisa sejalan dengan hasil penelitian ini dimana remaja di balai bisa memperoleh kesejahteraan psikologis yang baik karena terpenuhinya kebutuhan mereka untuk hidup dan sekolah dan fasilitas yang tidak didapatkan dari keluarga mereka tapi bisa mereka dapatkan di balai.

Hasil penelitian ini bisa tidak sejalan sebagaimana yang diungkapkan oleh Ryff dengan dugaan awal peneliti. Hal tersebut bisa muncul apabila ternyata fasilitas yang ada di balai bukan penyebab kesejahteraan psikologis remaja di balai baik. Peneliti mendasarkan dugaan tersebut berdasarkan pemahaman bahwa anak yang berada di balai adalah anak yang berkekurangan secara ekonomi, tetapi ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki taraf ekonomi rendah juga mampu memiliki kesejahteraan psikologis yang baik.

(75)

Menurut Hurlock (1980:239), remaja yang kurang mampu menyesuaikan diri sejak masa kanak-kanak, cenderung paling tidak berbahagia dan tetap tidak berbahagia sepanjang tahun-tahun awal masa remaja. Ketidakbahagiaan remaja lebih-lebih karena masalah-masalah pribadi daripada masalah-masalah lingkungan. Ia mempunyai tingkat aspirasi tinggi, yang tidak realistik bagi dirinya sendiri, dan bila prestasinya tidak memenuhi harapan, akan timbul rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bersikap bahwa dirinya tidak mampu. Oleh karena itu hal ini memunculkan kemungkinan bahwa beberapa remaja yang memiliki kesejahteraan psikologis pada kategori sedang dikarenakan individu tersebut memiliki kemampuan evaluasi diri yang kurang baik.

(76)

aktivitas yang ada dibalai tidak terlepas dengan adanya campur tangan dari para pengasuh, sehingga hal tersebut memunculkan kemungkinan apakah kesejahteraan psikologis tersebut memang dimiliki oleh para remaja di balai atau karena instrumen yang dibuat oleh peneliti memiliki kekurangan dalam hal perumusan pernyataan yang membuat para remaja cenderung memilih alternatif jawaban yang baik saja. Pernyataan yang dibuat oleh peneliti lebih banyak berbentuk pernyataan positif yang berisi tentang diri mereka dan kehidupan mereka di balai. Hal ini yang mungkin mendorong mereka untuk memberikan jawaban yang dapat berkesan baik.

Gambar

GRAFIK 4.2  Diagram Kesejahteraan Psikologis Remaja di Balai Pelayanan
Tabel 3.1 Jumlah Penerima Manfaat di Balai Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.3 Jumlah Penerima Manfaat Berdasarkan Status Di Balai
Tabel 3.4 Skor Alternatif Jawaban Kuesioner Kesejahteraan Psikologis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anak yang terdaftar di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo tidak hanya anak asuh yang normal secara fisik, melainkan juga terdapat anak-anak yang

hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan. kesejahteraan

Hasil penelitian menunjukkan: 1) peran pekerja sosial dalam pembinaan remaja di balai perlindungan dan rehabilitasi sosial remaja meliputi: a) peran pekerja sosial dalam

4.3.2 Kendala yang dihadapi oleh UPT Pelayanan Sosial Asuhan Anak Trenggalek terkait dengan upaya pelayanan sosial terhadap anak asuh dalam mewujudkan kesejahteraan sosial

Judul :Gambaran Kesejahteraan Psikologis Remaja Hamil Di Luar Nikah Menyatakan bahwa skripsi tersebut adalah hasil karya saya sendiri dan bukan karya orang lain,

Efektivitas Pelayanan Sosial Anak Di Panti Sosial Perpulungen Wilayah Sidikalang Oleh Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.. Pelayanan sosial adalah suatu

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial orang tua dan minat remaja dengan pengambilan keputusan remaja mengikuti muda mudi Katolik

37 Sumber : Lampiran Peraturan Walikota Nomor 99 Tahun 2021 2.3 Gambaran Umum Unit Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Integratif UPKSAI Unit Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak