• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES PEMBELAJARAN DIKLAT PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA TKSM : Studi Deskriptif di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROSES PEMBELAJARAN DIKLAT PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA TKSM : Studi Deskriptif di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROSES PEMBELAJARAN DIKLAT PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA

TKSM

(Studi Deskriptif di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Jalan Panorama 1 Lembang, Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

RIZKY ARNISYAH

NIM. 0903874

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROSES PEMBELAJARAN DIKLAT PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA

TKSM

(Studi Deskriptif di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Jalan Panorama 1 Lembang, Bandung)

Oleh Rizky Arnisyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

© Rizky Arnisyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

RIZKY ARNISYAH

PROSES PEMBELAJARAN DIKLAT PERLINDUNGAN ANAK DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN KESEJAHTERAAN ANAK PADA

TKSM

(Studi Deskriptif di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan

Sosial (BBPPKS) Regional II Jalan Panorama 1 Lembang, Bandung) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING I,

Prof. Dr, Ishak Abdulhak, M.Pd NIP. 19490227 197703 1 002

PEMBIMBING II,

Drs. Ade Cahyana, M.Sc NIP. 19501108 197803 10 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM (Studi Deskriptif di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Bandung).

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pembelajaran diklat perlindungan anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak pada TKSM, untuk itu pernyataan penelitiannya yang akan dikaji yaitu : 1) Bagaimana persiapan pembelajaraan Diklat Perlindungan Anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak pada TKSM 2) Bagaimana pola proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam Diklat Perlindungan Anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak pada TKSM 3) Bagaimana penilaian pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak pada TKSM.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban-jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan dari pertanyaan penelitian tersebut.

Kajian pustaka dalam penelitian ini yaitu konsep konsep mengenai konsep belajar dan pembelajaran, konsep pendidikan dan pelatihan, konsep perlindungan anak, konsep kesejahteraan anak dan konsep tenaga kesejahteraan sosial.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 5orang informan yang meliputi 1 orang narasumber atau widyaiswara dan 4 orang sebagai triangulan yang terdiri dari satu orang panitia penyelenggara dan empat orang peserta diklat TKSM. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, studi dokumentasi dan triangulasi data.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan 1) Persiapan diklat perlindungan anak dimulai dari identifikasi kebutuhan kepada peserta diklat yang dilakukan oleh widyaiswara dan panitia penyelenggara, penetapan tujuan pembelajaran agar sesuai dengan visi dan misi, pengarahan program kegiatan, penyusunan materi oleh widyaiswara, pemilihan metode pembelajaran, penyusunan silabus, penyusunan jadwal diklat. 2) Pola proses pembelajaran diklat perlindungan anak lebih banyak menggunakan metode diskusi dan metode pemberian games melalui ice breaking di sela-sela pembelajaran dinilai cukup membantu peserta dalam menghilangkan kejenuhan di tengah-tengah proses pemberian materi. 3) Penilaian pembelajaran diklat perlindungan anak terdiri dari tes tertulis yaitu pemberian instrumen penilaian kinerja widyaiswara oleh panitia untuk diisi oleh peserta diklat dan non tes yaitu saaat widyaiswara melakukan tanya jawab saat diakhir pembelajaran akan selesai.

(5)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

CHILD PROTECTION TRAINING LESSONS LEARNED IN IMPROVING CHILD WELFARE SERVICES IN TKSM

(Studi Deskriptif at Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) jalan Panorama 1 Lembang, Bandung)

Rizky Arnisyah

Mahasiswi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia

rizkiarnisyah@gmail.com

Abstract

Issue in this study is how the learning process of child protection training in improving child welfare services on TKSM , for the statement of research that will be studied are: 1 ) How to prepare pembelajaraan Child Protection Training in improving child welfare services on TKSM 2 ) What is the pattern learning process Training is carried out in the child Protection in improving child welfare services on TKSM 3 ) How child Protection Training and assessment of learning in improving child welfare services on TKSM . The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. . Based on the study conducted by researchers drew the conclusion that the Learning Process Child Protection Training in Improving Child Welfare Services in TKSM is an increase in knowledge and skills in the participants of the training were measured through the beginning and end of the test . With suggestions for the committee and wdiyaswara should be an evaluation of the implementation of the activities after the training ended about the things that became strengths and weaknesses of the program that has dilaksanakan.selain , alumni education and training should be facilitated in order to form a Forum Communications .

(6)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iii

DAFTAR ISI ………... iv

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR GAMBAR ………. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ………... 6

C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ………. 6

D. Tujuan Penelitian ……… 7

E. Manfaat Penelitian ……….. 7

F. Sistematika Penulisan ………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ……….. 9

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran………. 9

2. Belajar, Pembelajaran dan Penerapannya dalam PLS ………... 10

B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan ……….. 12

1. Pengertian Pelatihan ………... 12

2. Pengertian Diklat ……… 13

3. Model-model Diklat ………... 15

C. Konsep Perlindungan Anak ……… 22

1. Definisi Perlindungan Anak ………... 22

D. Konsep Kesejahteraan Anak ………... 25

1. Pengertian Kesejahteraan Anak ………. 25

2. Sistem Kesejahteraan Anak ………... 29

3. Prinsip-Prinsip Kesejahteraan Anak ……… 29

4. Pelayanan Kesejahteraan Anak ……….. 29

E Konsep Tenaga Kesejahteraan Sosial ………. 30

1. Pengertian Tenaga Kesejahteraan Sosial ……….. 30

2. 3. 4. Fungsi Dasar Pekerjaan Sosial ………... Pekerjaan Sosial Sebagai Suatu Profesi ………. Lembaga Pengguna Pekerja Sosial Profesional ………. 33 33 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ………. 35

1. Lokasi Penelitian ……… 35

2. Subyek Penelitian ………... 35

B. Desain Penelitian ……… 36 36 37 37 1. 2. 3.

Tahap Pra-Lapangan ………..

Tahap Pekerjaan Lapangan ………

(7)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Metode Penelitian ………... 38

D. Definisi Operasional ………... 38

E. Instrumen Penelitian ………... 40

1. Jenis Instrumen ……….. 40

2. Penyusunan Instrumen ………... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 42

1. Wawancara ………. 42

2. Observasi ……… 43

3. 4. Studi Dokumentasi ………. Triangulasi Data ………. 43 44 G. Analisis Data ………... 44

1. Mendeskripsikan Data ……… 45

2. Reduksi Data ……….. 45

3. Penarikan Kesimpulan ………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………... 46

1. Sejarah BBPPKS Bandung ……… 46

2. Visi Lembaga Misi Lembaga ……… 46

3. Tujuan ……… 47

4. Sasaran ………... 47

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Struktur Organisasi ……… Tugas dan Fungsi ………... Program Kerja ……… Jejaring Kerja / Mitra Kerja ………... Waktu dan Tempat Pelaksanaan ……… Sasaran Populasi Peserta Pelatihan ……… Materi Pelatihan ………. 48 48 49 53 53 53 56 B. Hasil Penelitian ………... 57

1. Identitas Informan ……….. 57

2. Deskripsi Hasil Wawancara ………... 57

a. Persiapan Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM ... 58

b. Pola Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM ……… 74

c. Penilaian Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM ... 89

C. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 101

1. Persiapan Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM ... 101

(8)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Penilaian Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

... 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 118 B. Saran ... 122

(9)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Identitas Informan ……….……… 31

4.1 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Golongan ……… 47

4.2 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Pendidikan Formal ……….. 47

4.3 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Jabatan ……… 48

4.4 Daftar Peserta Diklat Perlindungan Anak Tahun 2013 ………. 50

4.5 Data Informan Penelitian ………. 63

4.6 Jawaban Informan tentang Identifikasi Kebutuhan ………... 53

4.7 Jawaban Informan tentang Tujuan Pembelajaran ………. 58

4.8 Jawaban Informan tentang Pengarahan Program Kegiatan Diklat ……… 59

4.9 Jawaban Informan tentang Penyusunan Materi ……… 62

4.10 Jawaban Informan tentang Pemilihan Metode Pembelajaran …………... 65

4.11 Jawaban Informan tentang Penyusunan Silabus ... 67 4. 12 Jawaban Informan tentang Penyusunan Jadwal Diklat ……….

68 4. 13 Jawaban Informan tentang Pembinaan Keakraban ………...

70 4. 14 Jawaban Informan tentang Penetapan Kontrak Belajar ………

72 4.15 Jawaban Informan tentang Pre Test ………..

75 4. 16 Jawaban Informan tentang Pendekatan Pembelajaran ………..

77 4. 17 Jawaban Informan tentang Penggunaan Metode Pembelajaran …………

79 4. 18 Jawaban Informan tentang Penggunaan Media Pembelajaran …………..

81 4.19 Jawaban Informan tentang Penggunaan Sumber Belajar ………..

83 4.20 Jawaban Informan tentang tehnik penilaian tes akhir ………...

85 4.21 Jawaban Informan tentang Aspek Penilaian ……….

87 4. 22 Jawaban Informan tentang Penilaian Simulasi Kerja ………

89 4. 23 Jawaban Informan tentang Evaluasi Widyaiswara ………

92 4. 24 Jawaban Informan tentang Tindak Lanjut ……….

[image:9.595.91.523.132.639.2]
(10)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

[image:10.595.76.522.204.638.2]
(11)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak sebagai penerus bangsa merupakan komunitas yang harus

diperhatikan dan dilindungi serta dijamin hak-haknya sebagai seorang

anak. Ini menunjukan bahwa komunitas anak adalah komunitas rentan

yang mudah terabaikan berkaitan dengan keterpurukan akan hak-haknya.

Secara realitas, banyak anak yang terabaikan secara di sengaja atau tidak

sengaja oleh orang tua, keluarga dan masyarakat.

Anak pemegang hak, pemerintah, masyarakat dan keluarga

ber-kewajiban untuk mengakui, mengimplementasikan, dan memenuhi hak – hak anak.Keluarga paling “ber-kewajiban” untuk mengakui dan memenuhi hak-hak anak.Keluarga pada posisi yang sentral dalam memberikan

perlindungan kepada Anak. Keluarga lingkungan hidup terdekat bagi anak,

keluarga-lah yang paling mengetahui dan mengenali kondisi dan

kebutuhan anak.

Kondisi ini tentu saja tidak bisa dibiarkan secara berlarut-larut

karena dampak yang ditimbulkan berakibat pada pertumbuhan dan

perkembangan anak itu sendiri seperti mengalami kecacatan, lemah fisik,

mental dan spiritual serta berkemampuan rendah. Kelemahan-kelemahan

ini akan berdampak luas pada kemampuan mengelola masa depan bangsa.

Secara umum permasalahan anak di Indonesia tidak terlepas dari

kondisi bangsa indonesia yang termasuk negara berkembang, dengan

bercirikan pada tingkat ekonomi rata-rata rendah. Hal ini menyebabkan

setiap keluarga berupaya memaksimalkan pendapatannyam diantaranya

dengan memanfaatkan setiap anggota keluraga termasuk anak-anak untuk

bekerja. Ironisnya baik sektor formal maupun informal memanfaatkan

kehadiran anak-anak untuk bekerja guna memperoleh keuntungan besar.

Perlakuan buruk terhadap anak juga terjadi dalam keluarga,

(12)

2

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehendak orang tua terhadap anak bahkan penganiayaan terhadap anak.

Perlakua yang salah pada anak akan menimbulkan kerugian bagi masa

deoan bangsa Indonesia. Hal ini akan berimplikasi pada rendahnya

kemampuan sumber daya manusia yangmenyebabkan bangsa Indonesia

kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Dukungan Keluarga adalah : istilah umum yg meliputi berbagai

jenis intervensi termasuk konseling individu, program obat-obatan

terlarang dan alkohol, kelompok pendukung, bantuan praktis, bertujuan

untuk mendukung anak – anak dan keluarga agar dapat hidup bersama

dan memastikan bahwa anak – anak terlindungi.

Untuk menyelamatkan anak-anak dari segala bentuk

perlakuansalah, penelantaran, dan eksploitasi. Bukan perlindungan atas

semua hak, namun hanya khusus untuk hak-hak tertentu untuk melindungi

anak dari hal-hal yang mengancam kesejahteraan dan keselamatan

anak.Harus dibedakan antara isu kesejahteraan anakdgn

perlindungananak.

Berdasarkan data dari Kementerian Sosial RI tahun 2010, bahwa

jumlah anak-anak yang berada dalam situasi sulit adalah sebanyak 17,7

juta, meliputi anak-anak terlantar, anak-anak yang dieksploitasi dan

akan-anak yang membutukan perlindungan khusus termasuk akan-anak cacat, akan-

anak-anak yang berada di dalam lembaga permasyarakatan, anak-anak-anak-anak yang

berada dalam panti dan juga anak-anak yang bekerja di sektor formal

maupun informal. Populasi yang cukup besar dilihat dari permasalahan

sosial yang dihadapi oleh anak-anak tersebut.Oleh karena itu diperlukan

kebijakan yang besifat komprehensif yang dapat memberikan

perlindungan menyeluruh kepada anak-anak Indonesia.

Sesuai dengan amanat Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak Pasal 20 bahwa Negara, pemerintah,

masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab

(13)

3

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perlindungan anak meliputi perlindungan khusus terhadap 1) anak

dalam situasi darurat; 2) anak yang berhadapan dengan hukum; 3) anak

dari kelompok minoritas dan terisolasi; 4) anak tereksploitasi (secara

ekonomi/seksual), anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

(NAPZA), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak

korban kekerasan fisik/mental, anak yang menyandang cacat, dan anak

korban perlakuan salah dan penelantaran.

Saat ini permasalahan-permasalahan tersebut diindikasikan

mengalami peningkatan seiring dengan kompleksitas masalah sosial yang

berkembang di masyarakat, sehingga perlu perhatian serius, terpadu dan

berkelanjutan, melalui system pelayanan dan program kesejahteraan sosial

anak yang melembaga dan profesional dan dapat menjangkau seluruh anak

yang mengalami masalah kesejahteraan sosial dengan mengedepankan

peran dan tanggung jawab keluarga serta masyarakat.

Banyak hal yang sudah dilakukan oleh pemerintah, baik itu

kebijakan, upaya konkrit yang sudah diimplementasikan, berbagai regulasi

dan legislasi, perencanaan dan pengganggaran, pembentukan kelembagaan

yang bisa mengatasi masalah anaksecara sistematik.Serta mengoptimalkan

SDM Kesejahteraan Sosial yang ada dengan menyelenggarakan diklat

guna meningkatkan kapasitas SDM tersebut.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan potensi yang terkandung

dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial

yang adaptif; yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi

yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan

dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dengan kata lain bahwa,

manusia makhluk yang dinamis dan dapat berkembang sesuai dengan

potensi yang dimilikinya. Untuk menunjang potensi itu, maka pendidikan

merupakan salah satu cara dalam meningkatkan potens manusia agar terus

(14)

4

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendidikan secara umum merupakan upaya yang dilakukan dalam

rangka memberikan pengetahuan dan pemahaman yang mencakup aspek

kognitif, afektif, dan keterampilan (psikomotor).Hal ini sejalan dengan

pendapat Suparna (2005:3) yang mengemukakan bahwa pada umumnya

pendidikan memberi tekanan materi pada aspek kognitif, sebagian

memberi tekanan pada aspek afektif, sebagian besar memberi tekanan

pada aspek keterampilan (psikomotor).

Kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan

atau menigkatkan kualitas SDM, yaitu melalui kegiatan penelitian,

lokakarya, seminar, dan lain-lain.Selain itu upaya yang dapat dilakukan

yaitu dengan pelatihan atau diklat.Pada saat ini banyak terdapat

pelatihan-pelatihan atau diklat yang diselenggarakan ataupun dilaksanakan oleh

berbagai instansi pemerintah, perusahaan, LSM, perorangan, ataupun

lembaga diklat khusus.

Dengan sifat materi ada aspek-aspek yang disebutkan dalam

pengertian pendidikan di atas, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek keterampilan (psikomotor); maka untuk menunjang ketiga aspek

tersebut agar terpenuhi secara bersamaan, layanan pendidikan program

kelembagaan juga pada umumnya berupa pelatihan-pelatihan. Selanjutnya

Suparna (2005:3) mengemukakan pula bahwa :

Pelatihan merupakan suatu program pembelajaran yang pada umumnya dilakukan oleh lembaga pendidikan yang khusus untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dasar, pengetahuan, dan keterampilan individu sesuai dengan misi lembaga penyelenggara dan hasil analisis pakar.

Dalam pelaksanaannya, pelatihan memerlukan pengelolaan atau

manajemen yang baik dan terarah, mulai dari proses perencanaan,

pelaksanaan, hingga evaluasi ataupun tindak lanjut. Perencanaan yang baik

(matang) akan berdampak pada pelaksanaan dan hasil evaluasi yang baik

pula.

Sebagai bagian dari unsur yang mempersiapkan SDM

(15)

5

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung melaksanakan pengembangan

dan kapasitas peningkatan sumber daya manusia aparatur dan masyarakat

dalampenyelenggaraan pembangunan dan pelayanan kesejahteraan sosial

yang profesional dan kompeten.

Dalam rangka mewujudkan kebijakan dan program kesejahteraan

sosial anak, BBPPKS berperan serta untuk mempersiapkan tenaga

kesejahteraan sosial yang memiliki kompetensi melalui Diklat

Perlindungan Anak. Tujuan diklat ini meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan peserta diklat dalam melaksanakan pelayanan kesejahteraan

sosial anak. Pelatihan ini ditujukan bagi para tenaga kesejahteraan sosial,

BBPPKS menyelenggarakan sebuah pelatihan yang dinamakan “Diklat Perlindungan Anak Bagi TKSM”. Oemar Hamalik (2000:11) menyebutkan bahwa pelatihan adalah :

Suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh profesional, berlangsung dalam satuan waktu tertentu, bertujuan meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu.

Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah relawan yang bekerja ketika

terjadi bencaa atau musibah. Terdapat perbedaan antara pekerja sosial

dengan relawan, Abu Huraerah (2008:37) menyatakan cara kerja dan

mekanisme pertolongan yang diberikan kepada para penyandang masalah

oleh relawan dan pekerja sosial berbeda.

Relawan senantiasa bekerja dan memberi pertolongan atas dasar belas kasihan (philantropy) atau karena dorongan amal (charity), sedangkan pekerja sosial dalam menjalankan aktivitas profesionalnua didasari oleh tiga komponen dasar yang secara intergratif membentuk profil dan pendekatan pekerjaan sosial: kerangka pengetahuan (body of knowledge), kerangka keahlian

(body of skills) dan kerangka nilai (body of values).

Pekerjaan sosial yang dilakukan oleh relawan hanya berdasarkan

pada rasa simpati dan kasihan serta waktu yang dilakukan oleh relawan

(16)

6

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketika terjadi masalah sosial yang besar, sedangkan pekerjaan sosial

membantu masyarakat bukan hanya ketika terjadi bencana atau musibah.

Diklat perlindungan anak membantu TKSM dalam mendapatkan

berbagai pengetahuan serta wawasan mengenai pelayanan kesejahteraan

sosial anak yang dapat dilakukan secara profesional.Peningkatan

pengetahuan tersebut terjadi akibat dari hasil belajar yang telah dilaluinya.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, diperoleh beberapa masalah

yang dapat penulis identifikasikan, yaitu sebagai berikut :

1. Peserta yang bersifat heterogen karena berlatar belakang yang berbeda,

rata-rata usia peserta diklat pun 23-50 tahun. Kemampuan seseorang

berbeda-beda dalam belajar, peserta diklat sendiri kebanyakan merupakan

orang dewasa, kemampuan orang dewasa untuk mengerti, menerima,

mempercayai, menilai memerlukan suatu proses dan perkembangan

proses itu sangat dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki.

2. Pelaksanaan pembelajaran dalam diklat lebih banyak menekankan 60%

pada teori, dan 40% pada praktek.

3. Penggunaan metode dan tehnik pembelajaran masih bersifat

konvensional, misalnya metode ceramah dengan teknik pembelajaran

kerja kelompok, sehingga pembelajaran berlangsung secara klasikan dan

bersifat satu arah.

C. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut, maka penulis

merumuskan permasalahn penelitian ini yang diasumsikan pada “Bagaimana Proses pembelajaran Diklat Perlindungan Anak Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada Peserta Tenaga Kerja

(17)

7

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk lebih memperjelas permasalahan dalam penelitian ini,

difokuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana persiapan pembelajaraan Diklat Perlindungan Anakdalam

meningkatkan pelayanan kesejahteraan anakpada TKSM?

2. Bagaimana pola proses pembelajaran yang dilaksanakan dalamDiklat

Perlindungan Anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan

anakpada TKSM?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam

meningkatkan pelayanan kesejahteraan anakpada TKSM?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan jawaban-jawaban

terhadap masalah yang telah dirumuskan. Penulis merumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikanpersiapan pembelajaraan pada Diklat

Perlindungan Anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan

anak pada peserta TKSM

2. Untuk mendeskripsikan pola proses pembelajaran yang dilaksanakan

dalamDiklat Perlindungan Anak dalam meningkatkan pelayanan

kesejahteraan anakpada peserta TKSM.

3. Untuk mendeskripsikan penilaian proses pembelajaran yang

dilaksanakanpada Diklat Perlindungan Anak dalam meningkatkan

pelayanan kesejahteraan anak pada peserta TKSM.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

mengembangkan konsep, teori, dan wawasan Pendidikan Luar

Sekolah, khususnya yang berkenaan dengan teori Pendidikan Luar

(18)

8

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat bermanfaat

bagi praktisi atau peneliti dalam pengembanganmeningkatkan

pelayanan kesejahteraan anak.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan

selanjutnya, maka berikut ini adalah rencana peneliti membagi

pokok-pokok pembahasan yang terdiri dari :

BAB I Pendahuluan terdiri dari Judul, Latar Belakang Penelitian,

Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II Kajian Pustaka terdiri dari konsep mengenai konsep

belajar dan pembelajaran, konsep pendidikan dan pelatihan, konsep

perlindungan anak, konsep kesejahteraan anak dan konsep tenaga

kesejahteraan sosial.

BAB III Metode Penelitian terdiri atas memnbahas tentang lokasi

dan subjek penelitian, subjek penelitian, desain penelitian, metode

penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan

data, prosedur Pengolahan Data dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri atas hasil

penelitian, deskripsi data dan sebagainya.

BAB V Kesimpulan dan Saran terdiri dari hasil simpulan yang

didapat dari penelitian dan saran yang dapat digunakan oleh para peneliti

(19)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan

Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Bandung yang menjadi tempat

berlangsungnya kegiatan diklat bagi TKSP dan TKSM dan peneliti

memilih untuk meneliti dalam Diklat Perlindungan Anak bagi TKSM.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran

diklat perlindungan anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan

anak pada peserta tenaga kerja sosial masyarakat (TKSM), maka

penelitian juga dilakukan di dalam ruang kelas dimana tempat

berlangsungnya diklat perlindungan anak. TKSM yang menjadi subjek

penelitian adalah peserta yang terlibat pada diklat perlindungan anak dan

widyaiswara yang menjadi narasumber.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang, benda atau lembaga yang akan

diteliti yang dapat memberikan data bagi kepentingan penelitian, sehingga

subjek penelitian disebut juga sebagai sumber data. Arikunto (2006:129)

menyatakan bahwa :

Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang akan merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan.

Pengambilan subjek penelitian dalam penelitian ini berdasarkan

kepada apa yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (Sugiyono,

2010:219) bahwa “penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak

didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk

mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk

(20)

36

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“penelitian kualitatif umumnya mengambil informan (subjek penelitian) lebih kecil dan pengambilannya cenderung purposif daripada acak”.

Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang informan

yang meliputi satu orang narasumber atau widyaiswara dan empat orang

sebagai triangulan yang terdiri dari satu orang panitia penyelenggara dan

empat orang peserta diklat TKSM yang diselenggarakan oleh BBPPKS

[image:20.595.118.534.211.626.2]

sebagai informan utama.

Tabel 3.1

IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN

No. Nama Kode Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Terakhir

1. Dra. Hetty Hendriyani P P 51 S2

2. Dr. Satriawan, M.Si W1 P 49 S3

3. Rizky Achmad WB1 L 25 S1

4. Oki Alfi WB2 L 30 S1

5. Ari Krisna WB3 L 29 S1

B. Desain Penelitian

Berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu

pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, maka dari itu peneliti

menggunakan alur atau desain yang akan dilakukan pada penelitian ini

ada tiga tahap, yaitu Tahap Pra-Lapangan, Tahap Pekerjaan Lapangan,

Tahap Analisis Data sesuai yang dikemukakan oleh Moleong 92010:127),

yaitu :

1. Tahap Pra-Lapangan

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai proses

pembelajaran diklat perlindungan anak dalam meningkatkan pelayanan

kesejahteraan anak pada TKSM. Pada tahap awal, peneliti melakukan

(21)

37

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui kesesuaian fokus penelitian dengan permasalahan yang

terdapat di lapangan.

Tahap selanjutnya peneliti menentukan diklat yang akan menjadi

fokus penelitian, yaitu diklat perlindungan anak setelah peneliti

menemukan kesesuaian permasalahan dengan fokus penelitian kemudian

peneliti mengurus perizinan untuk melakukan penelitian ke lembaga

terkait yaitu BBPPKS Bandung, menjajaki serta menilai lapangan untuk

melaksanakan penelitian, selanjutnya peneliti melakukan studi

pendahuluan untuk mencocokan fokus penelitian dengan kondisi

sebenarnya ke BBPPKS Bandung. Faktor yang tidak kalah penting

dalampenelitian adalah memilih subjek penelitian yang akan dijadikan

sebagai sumber data agar data yang dihasilkan dapat

dipertanggunjawabkan dan kredibel. Setelah semua persiapan

perlengkapan penelitian selesai, maka peneliti menyiapkan persoalan etika

penelitian.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahapan pekerjaan lapangan merupakan kegiatan yang dilakukan

peneliti di lokasi penelitian, yaitu proses pengumpulan data melalui

teknik-teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan. Melalui tahap

pekerjaan lapangan peneliti melakukan penggalian informasi data secara

mendalam dengan cara : (a) Memahami latar penelitian dan mulai

merancang tahap-tahap dalam melakukan penelitian di lapangan. (b)

Memasuki lapangan, ketika peneliti memasuki lapangan maka peneliti

harus mulai menjalin hubungan yang baik dengan subjek penelitian agar

proses pengumpulan data yang dilakukan dapat terjalin dengan baik dan

subjek penelitian mampu memberikan data-data yang sesuai dengan

kepentingan peneliti. (c) Tahap mengumpulkan data, pada tahap ini

peneliti melakukan pengumpulan data kepada subjek penelitian dengan

menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan studi

dokumentasi.

(22)

38

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian yang telah peneliti dapatkan selama melakukan

proses penelitian dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan data

seperti observasi, wawancara dan studi dokumentasi kemudian dilakukan

analisis. Nasution (Sugiyono, 2011:245) mengungkapkan bahwa “analisis

data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan:.Namun

analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama peneliti memasuki

lapangan, selesai dilapangan hingga pada tahap penulisan laporan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada hakikatnya digunakan untuk

mempermudah proses penelitian yang akan dilakukan. Penggunaan

metode yang tepat dalam penelitian akan mempermudah proses penelitian

yang dilakukan. Sugiyono (2011:2) mengemukakan bahwa “Metode

penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”. Dalam menentukan metode penelitian yang digunakan

peneliti mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai dalam proses penelitian

ini, yaitu untuk memperoleh data dan informasi mengenai perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dalam proses

pembelajaran diklat perlindungan anak dalam meningkatkan pelayanan

kesejahteraan anak pada TKSM.

Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian deskriptif

tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya

menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan.

Metode deskriptif digunakan dalam upaya memecahkan atau menjawab

permasalaha yang sedang dihadapi pada situasi sekarang, seperti yang

diungkapkan oleh Sutaryat (2009:39) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan keadaan saat ini”. Adapun yang dimaksud dengan metode deskriptif dalam penulisan skripsi ini yaitu

(23)

39

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak pada peserta tenaga

kerja sosial masyarakat. Penelitan yang dilakukan terhadap TKSM

berlangsung pada keadaan dimana TKSM mengikuti proses pembelajaran

dalam diklat.

Penelitian yang dilakukan berupaya untuk menghasilkan

gambaram tentang objek penelitan yang sedang diteliti secara keseluruhan

dan utuh mengenai proses pembelajaran diklat perlindungan anak dalam

meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak pada TKSM maka

pendekatan penelitian yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan

pendekatan kualitatif seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011:14)

bahwa :

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan dalam penelitian yang kondisi objeknya alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci, menggunakan teknik pengumpulan dengan triangulasi data (gabungan dari data-data yang didapatkan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

Peneliti berusaha untuk menggambarkan proses pembelajaran

diklat perlindungan anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan

anak pada TKSM dalam kondisi yang alamiah dilingkungan proses

pembelajaran berlangsung. Pendapat lain tentang pendekatan kualitatif

diungkapkan oleh Moleong (2010:6) menjelaskan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Melalui pendekatan kualitatif penelitian disajikan dalam bentuk

uraian atau deskripsi dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang

menggambarkan hasil dari penelitian.

(24)

40

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam memperoleh pemahaman yang tepat mengenai penelitian

yang dilakukan maka diperlukan definisi operasional yang berisi judul

serta fokus dari penelitian yang dilaksanakan. Untuk memperjelas

mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diuraikan

pengertian istilah dalam penjelasan berikut :

1. Proses pembelajaran diklat perlindungan anak meliputi perencanaan

dalam suatu diklat, pelaksanaan yang merupakan proses dari sebuah

diklat, evaluasi untuk mengetahui hasil setelah mengikuti diklat.

2. Diklat yang penulis teliti di BBPPKS Bandung merupakan diklat

perlindungan anak dimana peserta diklat adalah tenaga kerja sosial

masyarakat yang berprofesi menjadi pekerja sosial di yayasan/panti

asuhan atau lembaga tertentu.

3. Pelayanan kesejahteraan anak yaitu adalah bentuk pelayanan sosial

apada anak yang diberikan melalui panti-panti atau yayasan dalam

menangani masalah kesejahteraan anak seperti anak terlantar atau anak

jalanan.

4. Tenaga kerja sosial masyarakat atau TKSM adalah pekerja sosial non

PNS yang bertugas di yayasan/lembaga/panti asuhan atau forum

organisasi yang bergerak di bidang perlindungan anak yang terlantar,

anak jalanan atau anak-anak yang mengalami masalah sosial.

E. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Kualitas data sangat menentukan kualitas penelitian.Kualitas data

tergantung dari kualitas alat (instrumen) yang digunakan untuk

pengumpulan data penelitian.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif, karena kualitatif maka yang menjadi instrumen atau

alat penelitian adalah peneliti sendiri.Sebagaimana yang diungkapkan oleh

(25)

41

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siap melakuan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.Validasi

terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman

peneliti tentang metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan

terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek

penelitian, baik secara akademik dan logistiknya.Untuk mendapatkan data

dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan jenis instrumen

wawancara dan observasi.

2. Penyusunan instrumen

Dalam penyusunan instrumen penelitian ini, terdapat beberapa

tahap penyusunan instrumen yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

a. Penyusunan kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi penelitian disusun secara sistematis sesuai

dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, yang selanjutnya

diklarifikasikan berdasarkan indikator untuk memudahjan dalam

pembuatan alat pengumpulan data yang akan digunakan, dari indikator ini

kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan.

Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka dibuat dalam

bentuk matriks.Sedangkan matriks atau kolom-kolom dalam instrumen

penelitin berisi pertanyaan penelitian, aspek penelitian, indikator,

sumber data, alat pengumpul data (terlampi).

b. Penyusunan pedoman wawancara

Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu menyusun

pedoman wawancara dimana di dalamnya berisi daftar pertanyaan yang

akan diajukan kepada informan.Pedoman wawancara ini dimaksudkan

untuk memudahkan dalam pelaksanaan wawancara, sehingga

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih terarah dan sistematis.

c. Penyusunan pedoman observasi

Penyusunan pedoman observasi dilakukan sebelum penulis datang

ke lapangan/objek penelitian, hal tersebut dilakukan agar kedatangan

penulis ke lapangan/objek yan akan diteliti dengan tujuan penelitian,

(26)

42

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah ditetapkan. Adapun caranya dengan menetapkan tempat,

orang/personal, benda, alat-alat, dan jenis-jenis kegiatan yang

berhubungan dengan tujua penelitian dan merumuskannya ke dalam

tulisan berupa pedoman observasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.Dalam penelitian kualitatif, instrumen yang paling utama adalah

peneliti sendiri.Peneliti dapat mengamati secara langsung kelapangan

untuk mendapatkan data. Namun tanpa mengatahui teknik pengumpulan

data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

yang telah ditetapkan.

Dalam suatu penelitian diperlukan alat pengumpulan data.Hal ini

penting untuk memperoleh data yang valid, untuk itu diperlukan suatu alat

yang tepat.Dalam penelitian ini teknik wawancara dan observasi

merupakan alat pengumpul data yang utama.untuk megetahui dan

mengumpulkan data-data yang diperlukan, maka digunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara atau teknik komunikasi langsung menurut Winarno

Surakhmad (1998:162) adalah tenik dimana peneliti mengumpulkan data

dengan melakukan komunikasi langsung dengan subjek penelitian, baik di

dalam situasi yang sebenarnya maupun di dalam situasi buatan.

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dilakukan

dengan beberapa informan antara lain : 1 (satu) orang panitia

penyelenggara diklat dan 1 (satu) orang narasumber atau widyaiswara

untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran diklat perlindungan

anak. Wawancara yang dilakukan peneliti terjadi di BBPPKS Bandung

selama penelitian berlangsung yang kurang lebih berlangsung selama 2

(27)

43

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena hanya melibatkan peneliti dan responden. Proses wawancara yang

peneliti lakukan dengan peserta TKSM dilakukan di BBPPKS Bandung

dengan situasi yang tertutup untuk mengetahui data mengenai proses

pembelajaran diklat perlindungan anak.

2. Observasi

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data

dalam proses penelitian, mengenai proses pembelajaran diklat

perlindungan anak dalam meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak

pada TKSM. Observasi terdiri dari berbagai jenis, namun dalam penelitian

ini peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif, sebagaimana yang

diungkapkan oleh Sugiyono (2011:227) “Partisipasi pasif (Passive

Participation): jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang

yang diamati, tetapi tidak ikut telibat dalam kegiatan tersebut”. Dalam

melakukan penelitiannya, peneliti tidak secara langsung mengikuti

kegiatan yang dilakukan oleh Subjek Penelitian (TKSM) namun hanya

melakukan pengamatan. Selain melakukan observasi, peneliti juga

melakukan teknik pengumpula data melalui wawancara.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan kepada narasumber atau

widyaiswara dan peserta diklat yaitu TKSM serta mengetahui sejauh mana

proses pembelajaran dalam diklat ini berlangsung dan apa yang menjadi

faktor pendukung dan penghambatnya. Dalam melakukan observasi

peneliti dibantu oleh pedoman observasi.

3. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dalam penelitian ini juga diperoleh melalui studi

dokumentasi yang berupa pancatatan dokumen atau arsip-arsip laporan,

yang berkaitan dengan diklat perlindungan anak. “Dokumen merupakan

catatan peristiwa yang telah berlalu.Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” (Sugiyono,

2010:240).Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil

(28)

44

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

apabila didukung dengan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

proses diklat seperti pedoman penyelenggaraan diklat perlindungan anak,

hasil evaluasi penyelenggaraan diklat serta dokumentasi kegiatan diklat

perlindungan anak.

4. Triangulasi Data

Triangulasi dalam proses pengumpulan data bertujuan untuk

mengecek kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data dan berbagai

sumber data. “Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2011:241)”. Peneliti menggunakan

triangulasi teknik dalam penelitian ini yang berarti peneliti menggunakan

berbagai teknik pengumpulan data yang berbeda-beda dalam mendapatkan

data dari sumber yang sama yaitu observasi, wawancara, serta studi

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan triangulasi

sumber yang berbeda-beda melalui penggunaan teknik yang sama. Sebagai

informan utama atau informan kunci dalam penelitian ini adalah peserta

diklat yaitu TKSM yang berasal dari provinsi Jawa Barat, sedangkan

sebagai triangulasi subjek penelitian, peneliti mengambil informan lain

yaitu panitia penyelenggara dan narasumber atau widyaiswara.

G. Analisis data

Dalam teknik analisis kualitatif merupakan analisis yang

berdasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang

diteliti. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisis

kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis

kuantitatif.Pronsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan

menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik,

teratut, terstruktur dan mempunyai makna.Proses analisis data dimulai

dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari sumber data, karena

(29)

45

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,

selama dilapangan dan setelah selesai di lapangan sebagaimana yang

dikemukakan oleh Nasution (Sugiyono, 2011:245) menyatakan “Analisis

telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun

ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan Data

Mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna

memperoleh bentuk nyata dari responden atau narasumber, sehingga lebih

mudah peneliti dalam menarik hasil penelitian yang dilakukan.Kegiatan

yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan data yang di dapat

berdasarkan hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan studi

kepustakaan. Data yang diperoleh yaitu mengenai keadaan lokasi diklat

perlindungan anak yaitu BBPPKS Bandung, mengetahui gambaran proses

pembelajaran diklat perlindungan anak yang meliputi benda, kondisi,

perilaku, sarana prasarana, metode dan objek lain yang mendukung

gambaran dimulai tahap perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran

dan evaluasi pembelajaran pada diklat perlindungan anak dalam

meningkatkan pelayanan kesejahteraan anak pada TKSM.

2. Reduksi Data

Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila

diperlukan.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada penarikan kesimpulan peneliti menyampaikan ringkasan hasil

(30)

46

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan bahasa yang mudah dipahami, karena kesimpulan berisikan

(31)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Keberhasilan pelayanan kesejahteraan sosial bagi kesejahteraan

anak, sangat ditentukan oleh pemahaman petugas atau pekerja sosial anak

terhadap perkembangan dan permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap proes

pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam meningkatkan pelayanan

kesejahteraan anak pada TKSM, penulis dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Persiapan Pembelajaraan Diklat Perlindungan Anak Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak Pada TKSM

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian,

persiapan proses pembelajaran diklat perlindungan anak adalah sebagai

berikut :

Persiapan yang dilakukan melalui identifikasi kebutuhan dengan

aspek yang digunakan dari karakteristik latar belakang calon peserta diklat

melihat dari jenjang pendidikan, jabatan/profesi serta agama. Adapun

identifikasi kebutuhan menurut widyaiswara dilihat dari analisis tempat

kerja, analisis mata diklat agar sesuai dengan bidang kerja peserta diklat

adapun metode yang digunakan yaitu dengan cara tanya jawab, orientasi

langsung ke lapangan atau observasi yang dilakukan oleh widyaiswara dan

pengisian instrumen berupa biodata saat penerimaan peserta diklat.

Penetapan tujuan pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan

diharapkan dapat sesuai dengan visi dan misi. Tujuan merupakan

pernyataan tentang kondisi yang ingin dicapai setelah pembelajaran

dilakukan. Tujuan pembejaran umum dari diklat perlindungan anak yaitu

untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, sikap dan

(32)

114

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelum memasuki ruangan kelas adanya pengrahan program dari

panitia yang disampaikan setelah pembukaan diklat, pengarahan program

pun dilakukan di kelas oleh widyaiswara yaitu menjelaskan substansi dari

materi diklat.

Widyaiswara memiliki peran penting dalam penyusunan materi,

karena widyaiswara yang lebih mengetahui materi apa yang akan

disampaikan saat diklat. Materi yang disusun oleh widyaiswara harus

sesuai denganbidang kerja peserta diklat.. Materi yang sudah disusun dan

didiskusikan bersama panitia lalu disusun dijadikan modul oleh panitia.

Pemilihan metode yang akan digunakan pun harus diperhatikan

oleh widyaiswara karna tidak semua metode yang bisa dipakai tetapi

efektif dalam penyampaian materinya. Metode yang ada dalam diklat

perlindungan anak yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, role playing,

games, studi kasus, modelling.

Penyusunan silabus dilakukan oleh widyaiswara yang menyusun

silabus dari materi diklat yang telah dibuat agar sesuai dengan tujuan

umum dan khusus. Dalam penyusunan silabus, widyaiswara harus mampu

memahami pokok-pokok bahasan dan isi dari materi yang akan disajikan.

Tahap terakhir dalam persiapan proses pembelajaran yaitu

penyusunan jadwal diklat, jadwal diklat dibuat oleh panitia. Setelah jadwal

diklat telah dibuat lalu dilaporkan kepada widyaiswara yang akan mengisi

materi dalam diklat tersebut.

2. Pola Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian,

pola proses pembelajaran diklat perlindungan anak adalah sebagai berikut :

Dilakukan pembinaan keakraban agar menciptakan suasan belajar

yang nyaman, interaktif antar peserta dengan peserta, peserta dengan

widyaiswara. Pembinaan keakraban dilakukan di dalam kelas pada saat

materi dinamika kelompok, adanya perkenalan widyaiswaara dan peserta

(33)

115

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan games yang tujuannya membuat suasana lebih kondusif dan

membuat peserta lebih saling mengenal satu dengan yang lainnya.

Adanya kontrak belajar umum yang telah dibuat oleh panitia dan

widyaiswara untuk dipatuhi oleh peserta selama mengikuti diklat

perlindungan anak. Widyaiswara pun membuat kontrak belajar tambahan

tanpa mengubah kontrak belajar yang ada, kontrak belajar yang

melibatkan peserta tentang peraturan-peraturan yang berlaku selama

mengikuti pembelajaran.

Pre test atau tes awal diberikan oleh widyaiswara berupa

pemberian soal kepada peserta diklat, selain itu widyaiswara melakukan

tanya jawab kepada peserta tentang masalah perlindungan anak.

Tujuannya untuk mengukur pemahaman awal peserta tentang masalah

perlindungan dan kesejahteraan anak.

Dalam proses pembelajaran widyaiswara menggunakan pendekatan

pembelajaran andragogi karena peserta terbilang usia dewasa dan memiliki

pengalaman dan latar belakang yang berbeda. Penyajian materi dalam

proses pembelajaran menggunaka metode pembelajaran yang digunakan,

widyaiswara lebih cenderung menggunakan metode ceramah, tanya jawab,

role playing dan diskusi dalam pembelajarannya. Dalam proses

pembelajaran, peserta menilai cukup membantu peserta untuk

menghilangkan rasa jenuh bila widyaiswara memberikan games melalui

ice breaking. Media belajar yang digunakan oleh widyaiswara atau peserta

dalam proses pembelajaran yaitu white board, sound system, LCD, laptop,

Flipchart, pedoman dsikusi untuk peserta, lembar mainan/ karton kecil

untuk menulis jawaban hasil diskusi peserta.

Sumber belajar yang mendukung dalam proses pembelajaran yaitu

buku-buku dan memanfaatkan sumber belajar melalui internet untuk

mencari informasi terkait dengn materi diklat.

(34)

116

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian,

persiapan proses pembelajaran diklat perlindungan anak adalah sebagai

berikut :

Dilakukan tes akhir setelah pemberian materi oleh widyaiswara.

Tehnik penilaian yang dilakukan oleh panitia yaitu berupa tes tertulis

dengan pemberian instrumen penilaian mengenai kinerja widyaiswara dan

penyelenggaraan diklat. Tehnik penilaian yang dilakukan widyaiswara

berupa non test melalui tanya jawab dan pemberian tugas kepada peserta.

Aspek penilaian yang diberikan panitia untuk diisi oleh peserta

widyaiswara berkaitan dengan kinerja widyaiswara dan segala aspek yang

berhubungan dengan penyelenggaraan diklat seperti sarana dan prasarana.

Aspek penilaian widyaiswara dalam menilai peserta diklat yaitu dilihat

dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotorik.

Selain penilaian dalam kelas, adapun penilaian simulasi kerja yaitu

dilakukan pada saat praktek kerja lapangan (PBL). Panitia melakukan

penilaian dibantu oleh bagian monitoring dan evaluasi serta petugas

lapangan untuk memantau jalannya PBL. Widyaiswara melakuan

penilaian dengan cara memberikan tugas kepada setiap kelompok dan

memantau peserta dalam mengimplementasikan teori dalam kelas di

tempat PBL.

Tahap terakhir dalam penilaian yaitu evaluasi widyaiswara

meliputi kinerja widyaiswara kepada peserta. Aspek yang menjadi acuan

adalah ketepatan waktu (durasi) sesuai jadwal, sistematika penyajian,

penguasaan materi/substansi, kemampuan menyampaikan materi,

kemudahan materi untuk difahami, kesesuaian antara materi dengan pokok

bahasan, penggunaan metode dan media pembelajaran (slide/powerpoint),

kesempatan tanya jawab dan kemampuan menjawab pertanyaan peserta,

kemampuan menciptakan daya tarik dan motivasi dalam proses belajar,

pencapaian hasil belajar, daya simpati, gaya, sikap dan perilaku terhadap

(35)

117

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tindak lanjut dari penilaian pembelajaran bagi panitia berkaitan

dengan penyelenggaraan diklat yaitu hasil evaluasi tentang

penyelenggaraan diklat dijadikan bahan masukan agar adanya perbaikan,

tindak lanjut widyaiswara dari penilaian yang dilakukan melakukan

monitoring ke tempat kerja alumn peserta diklat. Tindak lanjut peserta

sendiri menrapkan teori yang di dapat selama diklat di tempat kerjanya.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap data hasil

penelitian yang telah dilaksanakan mengenai Proses Pembelajaran Diklat

Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak

pada TKSM, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Panitia Penyelenggara dan Widyaiswara

Perlu diadakan evaluasi pelaksanaan kegiatan setelah diklat

berakhir tentang hal-hal yang menjadi kekurangan dan kelebihan dari

program yang telah dilaksanakan. selain itu, sebaiknya para alumni diklat

dapat difasilitasi untuk dapat membentuk Forum Komunikasi.

2. Bagi TKSM

Inovasi dan kemandirian yang dimiliki oleh TKSM masih kurang

sehingga sangat penting untuk terus belajar baik melalui kegiatan pelatihan

maupun kegiatan penunjang lain yang dapat membantunya meningkatkan

aspek kinerja dalam pelayanan kesejahteraan anak yang belum

berkembang.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan

masih banyak kekurangan. Penelitian ini hanya membahas mengenai

proses pembelajaran diklat perlindungan anak dalam meningkatkan

pelayanan kesejahteraan anak pada TKSM melalui pendekatan kualitatif,

saran bagi peneliti selanjutnya yaitu dapat melakukan penelitian pengaruh

(36)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Basleman, A. dan Mappa, S (2011). Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Djuanda, Deden. (2007). Anak dan Masalah Ketelantaran (Potret Penanganan dan

Pengembangan Sistem Panti Asuhan). Bandung: BBPPKS

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Kuntjorowati, Elly. (2011). Implementsi Kebijakan UU No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak. Yogyajarta: B2P3KS PRESS

Marzuki, Saleh. (2010). Pendidikan Non-Formal (Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional,

Pelatihan, dan Andragogi). Bandung: Remaja Rosdakarya Offset

Sudjana, Djudju. (2001). Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan,

Falsafah. Bandung: Falah Production

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta

Sumber Non Buku

BBPPKS. (2012). Jurnal Diklat Kesejahteraan Sosial (Anak Jalanan dan Dunia Koreksional). Bandung: BBPPKS

BBPPKS. (2004). Modul Diklat Pekerjaan Sosial Bagi Perlindungan Anak. Bandung: BBPPKS

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa-Balai Bahasa

Sumber Skripsi dan Tesis

Adi, Fajar. (2013). Pengelolaan Pada Pelatihan Pra Rekrutmen Magang Ke Jepang Dalam

(37)

Rizky Arnisyah, 2014

Proses Pembelajaran Diklat Perlindungan Anak dalam Meningkatkan Pelayanan Kesejahteraan Anak pada TKSM

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mabitul, Ita. (2012). Proses Pembelajaran Diklat Prajabatan Golongan II Berbasis

Kompetensi Dalam Membentuk Karakter Profesional Pegawai Negeri Sipil.

Skripsi UPI: Tidak diterbitkan

Septora, Melani. (2012). Proses Pembelajaran Pada Pelatihan Tata Kecantikan Kulit Dalam

Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang.

Skripsi UPI: Tidak diterbitkan

Sumber Internet:

Windari Rusmilawati. (2010). Perlindungan Anak Berdasarkan Undang-Undang di Indonesia

dan Beijing Rules, [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel  3.1
Gambar  4.1 Struktur Organisasi BBPPKS Bandung tahun 2013
Tabel 3.1 IDENTITAS SUBJEK PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan Penilaian Prakualifikasi terhadap semua perusahaan yang berminat mengikuti Pengadaan Jasa Konsultansi pekerjaan tersebut di atas,

Hasil yang diharapkan dari pembuatan website ini adalah pemanfaatan media informasi internet untuk menyajikan informasi kegiatan operasional terbaru perusahaan, sehingga semua

besi untuk Campuran Laston Lapis Aus AC-WC. c) Mengetahui sifat-sifat marshall akibat variasi penggunaan filler pasir besi dan semen untuk Campuran Laston Lapis Aus AC-WC

Data yang dikumpulkan diperoleh langsung dari PLTU Pangkalan Susu unit 1 berupa data beban. yang dibangkitkan per jam dan data jumlah bahan bakar yang

This stage includes the tests of all materials used in this study; that was, asphalt, coarse aggregate, fine aggregate, filler and crumb rubber.. (a) Tests

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. ©

The significant impact of brand equity on brand preference can be explained as follows: the higher the brand equity it means the easier consumers can recognize the

Reboisasi di desa dena kec.madapangga seluas 50 Ha pada Satuan Kerja Dinas Kehutanan Kabupaten Bima, bersama ini kami mengundang Direktur atau yang dikuasakan