• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE YANG DIMEDIASI OLEH SELF COMPASSION TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA PANTI ASUHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE YANG DIMEDIASI OLEH SELF COMPASSION TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA PANTI ASUHAN"

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DIMENSI KEPRIBADIAN BIG FIVE YANG DIMEDIASI OLEH SELF COMPASSION TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA REMAJA PANTI

ASUHAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Psikologi

Program Studi Magister Psikologi Minat Utama Psikologi Klinis Anak

Diajukan oleh:

Ari Sinta 157029007

Kepada

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

Cover ... i

Lembar Pengesahan... ii

Pernyataan ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar... x

Daftar Lampiran ... xi

Ucapan Terima Kasih... xii

Abstract... ... xv

Abstrak... .... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 15

1.4.2 Manfaat Praktis ... 16

1.5 Sistematika Penulisan ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Kesejahteraan Psikologis ... 18

2.1.1 Pengertian Kesejahteraan Psikologis ... 18

2.1.2 Dimensi Kesejahteraan Psikologis ... 19

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis ... 21

2.2 Kepribadian Big Five ... 23

2.2.1 Pengertian Kepribadian Big Five... 23

2.2.2 Dimensi Kepribadian Big Five ... 24

2.2.3 Peran Kepribadian Big Five... 27

2.3 Self Compassion ... 29

2.3.1 Pengertian Self Compassion ... 29

2.3.2 Komponen Self Compassion... 30

2.3.3 Peran Self Compassion ... 31

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Compassion ... 34

2.4 Remaja ... 36

2.4.1 Pengertian Remaja ... 36

2.4.2 Ciri-ciri Remaja ... 38

2.5 Panti Asuhan ... 40

2.5.1 Pengertian Panti Asuhan... 40

2.5.2 Tujuan Panti Asuhan... 41

2.5.3 Remaja di Panti Asuhan... 42

2.6 Kepribadian Big Five dan Kesejahteraan Psikologis ... 43

2.7 Self Compassion dan Kesejahteraan Psikologis ... 46

2.8 Kepribadian Big Five dan Self Compassion ... 47

2.9 Kepribadian Big Five, Kesejahteraan Psikologis dan Self Compassion Pada Remaja Panti Asuhan... 49

2.10 Hipotesis Penelitian ... 51

(5)

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ... 54

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 54

3.2.1 Kesejahteraan Psikologis... 54

3.2.2 Kepribadian Big Five ... 55

3.2.3 Self Compassion ... 57

3.3 Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel ... 59

3.3.1 Populasi dan Sampel... 59

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel dan Jumlah Sampel Penelitian ... 59

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 61

3.4.1 Skala Kesejahteraan Psikologis ... 61

3.4.2 Skala Kepribadian Big Five ... 62

3.4.3 Skala Self Compassion ... 65

3.5 Uji Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 66

3.5.1 Validitas Alat Ukur... 66

3.5.2 Uji Daya Beda Aitem ... 67

3.5.3 Reliabilitas Alat Ukur ... 68

3.6 Hasil Uji Coba Alat Ukur... 69

3.7 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 81

3.8 Metode Analisa Data ... 82

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... . 88

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian... 88

4.1.1 Gambaran Umum Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

4.1.2 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Usia... 89

4.2 Hasil Penelitian... 89

4.2.1 Hasil Uji Asumsi ... 89

4.2.1.1 Uji Normalitas ... 89

4.2.1.2 Uji Linearitas... ... 91

4.2.1.3 Uji Autokorelasi ... 92

4.2.1.4 Uji Multikolinearitas ... 92

4.2.1.5 Uji Heterokedastisitas ... 93

4.3 Hasil Utama Penelitian ... 94

4.3.1 Pengaruh Dimensi Kepribadian Extraversion terhadap Kesejahteraan Psikologis ... 94

4.3.2 Pengaruh Dimensi Kepribadian Agreeableness terhadap Kesejahteraan Psikologis ... 96

4.3.3 Pengaruh Dimensi Kepribadian Neuroticism terhadap Kesejahteraan Psikologis ... 99

4.3.4 Pengaruh Dimensi Kepribadian Openness terhadap Kesejahteraan Psikologis ...101

4.3.5 Pengaruh Dimensi Kepribadian Conscientiousness terhadap Kesejahteraan Psikologis ...103

4.3.6 Pengaruh Dimensi Kepribadian Extraversion terhadap Self Compassion ...106

4.3.7 Pengaruh Dimensi Kepribadian Agreeableness terhadap Self Compassion ...108 4.3.8 Pengaruh Dimensi Kepribadian Neuroticism terhadap

(6)

Self Compassion ...111

4.3.9 Pengaruh Dimensi Kepribadian Openness terhadap Self Compassion ...113

4.3.10 Pengaruh Dimensi Kepribadian Conscientiousness terhadap Self Compassion ...115

4.3.11 Pengaruh Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis ...118

4.3.12 Pengaruh Dimensi Kepribadian Big Five yang di Mediasi oleh Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis ...121

4.4 Kategorisasi Data Penelitian ...129

4.4.1 Kesejahteraan Psikologis ...129

4.4.2 Dimensi Kepribadian Big Five ...131

4.4.3 Self Compassion ...135

4.5 Tabulasi Silang... 136

4.6 Hasil Tambahan ...141

4.6.1 Data Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Big Five yang Paling Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Psikologis ...141

4.6.2 Data Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Big Five yang Paling Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Psikologis ...142

4.7 Pembahasan ...143

4.7.1 Pengaruh Dimensi Kepribadian Big Five terhadap Kesejahteraan Psikologis ...143

4.7.2 Pengaruh Dimensi Kepribadian Big Five terhadap Self Compassion ...150

4.7.3 Pengaruh Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis ...153

4.7.4 Pengaruh Dimensi Kepribadian Big Five yang di Mediasi oleh Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis ...155

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...159

5.1 Kesimpulan ...159

5.2 Saran ...161

DAFTAR RUJUKAN ...164 LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Kesejahteraan Psikologis Perkategori... 55

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Dimensi Kepribadian Big Five Perkategori... 57

Tabel 3.3 Defenisi Operasional Self Compassion Perkategori... 58

Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis Sebelum Uji Coba ... ... 62

Tabel 3.5 Distribusi Item Skala Kepribadian Big Five Sebelum Uji Coba ... 64

Tabel 3.6 Distribusi Item Skala Self Compassion Sebelum Uji Coba ... 66

Tabel 3.7 Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis Setelah Uji Coba ... 70

Tabel 3.8 Distribusi Item Skala Kesejahteraan Psikologis Sesudah Analisa Faktor... 74

Tabel 3.9 Distribusi Item Skala Kepribadian Big Five Setelah Uji Coba ... 77

Tabel 3.10 Distribusi Item Skala Kepribadian Big Five Setelah Analisa Faktor ... 78

Tabel 3.11 Distribusi Item Skala Self Compassion Setelah Uji Coba ... 79

Tabel 3.12 Distribusi Item Skala Compassion Setelah Analisa Faktor ... 81

Tabel 4.1 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 88

Tabel 4.2 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Usia... 89

Tabel 4.3 Hasil Normalitas Sebaran Data... 90

Tabel 4.4 Hasil Uji Linearitas Variabel Penelitian... 91

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Bebas... 92

Tabel 4.6 Analisis Pengaruh Dimensi Kepribadian Extraversion terhadap Kesejahteraan Psikologis... 94

Tabel 4.7 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Extraversion terhadap Kesejahtereraan Psikologis... 95

Tabel 4.8 Analisis Persamaan Regresi Dimensi Kepribadian Extraversion terhadap Kesejahteraan Psikologis... 95

Tabel 4.9 Analisis Pengaruh Dimensi Kepribadian Agreeableness terhadap Kesejahteraan Psikologis... 96

Tabel 4.10 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Agreeableness terhadap Kesejahtereraan Psikologis... 97

Tabel 4.11 Analisis Persamaan Regresi Dimensi Kepribadian Agreeableness terhadap Kesejahteraan Psikologis... 98

Tabel 4.12 Analisis Pengaruh Dimensi Kepribadian Neuroticism terhadap Kesejahteraan Psikologis... 99

Tabel 4.13 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Neuroticism terhadap Kesejahtereraan Psikologis... 99 Tabel 4.14 Analisis Persamaan Regresi Dimensi Kepribadian Neuroticism

(8)

terhadap Kesejahteraan Psikologis... 100 Tabel 4.15 Analisis Pengaruh Dimensi Kepribadian Openness terhadap

Kesejahteraan Psikologis... 101 Tabel 4.16 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Openness

terhadap Kesejahtereraan Psikologis... 102 Tabel 4.17 Analisis Persamaan Regresi Dimensi Kepribadian Openness

terhadap Kesejahteraan Psikologis... 102 Tabel 4.18 Analisis Pengaruh Dimensi Kepribadian Conscientiousness

terhadap Kesejahteraan Psikologis... 104 Tabel 4.19 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Conscientiousness

terhadap Kesejahtereraan Psikologis... 104 Tabel 4.20 Analisis Persamaan Regresi Dimensi Kepribadian Conscientiousness

terhadap Kesejahteraan Psikologis... 105 Tabel 4.21 Hasil Rekapitulasi Taraf Signifikansi Dimensi Kepribadian Big Five terhadap Kesejahteraan Psikologis... 106 Tabel 4.22 Analis Pengaruh Dimensi Kepribadian Extraversion terhadap

Self Compassion... 106 Tabel 4.23 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Extraversion

terhadap Self Compassion... 107 Tabel 4.24 Analisis Persamaan regresi Dimensi Kepribadian Extraversion

terhadap Self Compassion... 107 Tabel 4.25 Analis Pengaruh Dimensi Kepribadian Agreeableness terhadap

Self Compassion... 109 Tabel 4.26 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Agreeableness

terhadap Self Compassion... 109 Tabel 4.27 Analisis Persamaan regresi Dimensi Kepribadian Agreeableness

terhadap Self Compassion... 110 Tabel 4.28 Analis Pengaruh Dimensi Kepribadian Neuroticism terhadap

Self Compassion... 111 Tabel 4.29 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Neroticism

terhadap Self Compassion... 111 Tabel 4.30 Analisis Persamaan regresi Dimensi Kepribadian Neuroticism

terhadap Self Compassion... 112 Tabel 4.31 Analis Pengaruh Dimensi Kepribadian Openness terhadap

Self Compassion... 113 Tabel 4.32 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Openness

terhadap Self Compassion... 113 Tabel 4.33 Analisis Persamaan regresi Dimensi Kepribadian Openness

terhadap Self Compassion... 114 Tabel 4.34 Analis Pengaruh Dimensi Kepribadian Conscientiousness terhadap

Self Compassion... 115 Tabel 4.35 Analisis Sumbangan Efektif Dimensi Kepribadian Conscientiousness

terhadap Self Compassion... 116 Tabel 4.36 Analisis Persamaan regresi Dimensi Kepribadian Conscientiousness

terhadap Self Compassion...116 Tabel 4.37 Hasil Rekapitulasi Taraf Signifikansi Dimensi Kepribadian Big Five terhadap Self Compassion... 117 Tabel 4.38 Analis Pengaruh Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis

... 118 Tabel 4.39 Analis Sumbangan Efektif Self Compassion terhadap

(9)

Kesejahteraan Psikologis...118

Tabel 4.40 Analis Persamaan Regresi Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis... 119

Tabel 4.41 Hasil Rekapitulasi Dimensi Kepribadian Big Five, Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis... 120

Tabel 4.42 Analis Pengaruh Langsung Dimensi Kepribadian Extraversion dan Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis...121

Tabel 4.43 Pengaruh Dimensi Kepribadian Extraversion terhadap Self Compassion ...122

Tabel 4.44 Analis Pengaruh Langsung Dimensi Kepribadian Agreeableness dan Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis...123

Tabel 4.45 Pengaruh Dimensi Kepribadian Agreeableness terhadap Self Compassion...123

Tabel 4.46 Analis Pengaruh Langsung Dimensi Kepribadian Neuroticism dan Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis...125

Tabel 4.47 Pengaruh Dimensi Kepribadian Neuroticism terhadap Self Compassion ...125

Tabel 4.48 Analis Pengaruh Langsung Dimensi Kepribadian Openness dan Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis...126

Tabel 4.49 Analis Pengaruh Langsung Dimensi Kepribadian Conscientiousness dan Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis...127

Tabel 4.50 Pengaruh Dimensi Kepribadian Conscientiousness terhadap Self Compassion...128

Tabel 4.51 Nilai Empirik dan Hipotetik Kesejahteraan Psikologis...130

Tabel 4.52 Kategorisasi Kesejahteraan Psikologis...130

Tabel 4.53 Perbedaan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Kepribadian Big Five ...131

Tabel 4.54 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Extraversion...132

Tabel 4.55 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Agreeableness...133

Tabel 4.56 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Neuroticism...134

Tabel 4.57 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Openness...134

Tabel 4.58 Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Conscientiousness...135

Tabel 4.59 Nilai Empirik dan Hipotetik Self Compassion...135

Tabel 4.60 Kategorisasi Self Compassion...136

Tabel 4.61 Tabulasi Silang Kategorisasi Dimensi Kepribadian Big Five dengan Kesejahteraan Psikologis...137

Tabel 4.62 Tabulasi Silang Kategorisasi Dimensi Kepribadian Big Five dengan Self Compassion...138

Tabel 4.63 Tabulasi Silang Kategorisasi Self Compassion dengan Kesejahteraan Psikologis...139

Tabel 4.64 Tabulasi Silang Kategorisasi Dimensi Kepribadian Big Five, Self Compassion dengan Kesejahteraan Psikologis...140

Tabel 4.65 Dimensi Kepribadian Big Five yang Paling Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Psikologis...141

Tabel 4.66 Analis Pengaruh Setiap Dimensi Kepribadian Big Five terhadap Kesejahteraan Psikologis...142

Tabel 4.67 Dimensi Self Compassion yang Paling Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Psikologis...142

Tabel 4.68 Analis Pengaruh Setiap dimensi Kepribadian Big Five terhadap Kesejahteraan Psikologis...143

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian ... 49

Gambar 3.1 Rumus Smith... 60

Gambar3.2 Analisis Regresi Tanpa Mediator... 85

Gambar 3.3 Analisis Regresi Dengan Mediator... 86

Gambar 4.1 Grafik Heteroskedastisitas... 93

Gambar 4.2 Hubungan Dimensi Kepribadian Extraversion, Self Compassion dan Kesejahteraan Psikologis... 122

Gambar 4.3 Hubungan Dimensi Kepribadian Agreeableness, Self Compassion dan Kesejahteraan Psikologis... 124

Gambar 4.4 Hubungan Dimensi Kepribadian Neuroticism, Self Compassion dan Kesejahteraan Psikologis... 126

Gambar 4.5 Hubungan Dimensi Kepribadian Conscientiousness, Self Compassion dan Kesejahteraan Psikologis... 128

Gambar 4.6 Rumus Mean Hipotetik dan Standar Deviasi Hipotetik... 129

Gambar 4.7 Rumus Kategorisasi Kesejahteraan Psikologis... 130

Gambar 4.8 Rumus Kategorisasi Kepribadian Big Five...132

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Uji Reliabilitas dan Validitas Lampiran 2: Uji Asumsi

Lampiran 3: Uji Hipotesa

(12)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia, kekuatan dan kesehatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Pengaruh Dimensi Kepribadian Big Five yang dimediasi oleh Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis pada Remaja Panti Asuhan”. Penulisan dari tesis ini mempunyai tujuan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Magister Psikologi Profesi pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan, saran, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang terlibat dalam penyelesaian tesis ini. Pada kesempatan kali ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai pembimbing I. Terima kasih yang tak terhingga atas setiap saran, arahan, dan masukan yang Bapak berikan dalam penyelesaian tesis ini.

2. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, Psikolog, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebaikan hati, kesabaran dalam membimbing, memberikan arahan dan meluangkan waktu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Ibu Raras Sutatminingsih, Ph.D, Psikolog, selaku Ketua Program Studi Magister Psikologi Universitas Sumatera Utara dan sekaligus penguji dalam sidang tesis.

Terima kasih atas segala bimbingan, arahan, saran yang Ibu berikan sehingga tesis ini menjadi lebih baik lagi.

(13)

4. Seluruh Dosen Magister Psikologi Profesi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan, bantuan, serta dukungan selama mengikuti perkuliahan 5. Seluruh pegawai Sekretariat Magister Psikologi Profesi yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti selama mengikuti studi di Magister Psikologi Profesi ini.

6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Almarhum Agus Salim dan Ibunda Agustina.

Terima kasih yang tak terkira atas segala curahan kasih sayang, pendidikan, dukungan moral maupun material yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih yang tak terhingga kepada ibunda yang telah memberikan doa, dukungan dan membantu penulis dalam menjaga, merawat dan mendidik anak penulis pada waktu penulis mengerjakan tesis ini dan dalam masa perkuliahan untuk memperoleh gelar psikolog.

7. Suami penulis, dr Bedi Andika, terima kasih yang tak terhingga atas doa, pengertian, kesabaran, dukungan moral dan material yang telah diberikan kepada penulis pada waktu penyelesaian tesis ini. Terima kasih atas izin yang diberikan sehingga penulis bisa melanjutkan pendidikan dan mencapai cita-cita sebagai psikolog.

8. Anak penulis, Amirah Hasna Ath Thahirah, terima kasih atas pengertiannya sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini dan penulis mengucapkan maaf yang sebesar- sebesarnya kepada ananda karena waktu penulis banyak tersita dalam penyelesaian praktek kerja profesi psikologi dan penyelesaian tesis ini. Semoga ananda menjadi anak yang soleha dan dapat mencapai cita-cita untuk menjadi dokter.

9. Kepada teman-teman mapro 2015 yaitu Sari, kak Rini, kak Rahmi, Marini, kak Yus, Cut, Diba, Indah, Hario, Ririn, Nia, Lili, Putri dan yang lainnya. Terima kasih atas segala kebersamaan dan proses yang dijalani bersama.

(14)

10. Kepada teman-teman mapro 2014 yaitu Fatma dan Febri, terima kasih banyak atas dukungan, bimbingan dan perhatiannya kepada penulis. Semoga Fatma dan Febri selalu dilindungi dan mendapat berkah dari Allah SWT.

11. Kepada teman-teman mapro 2016 yaitu Riza, Attaya, Mela,Suci,Alfa dan yang lainnya.

terimakasih atas masukan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

12. Seluruh remaja Panti Asuhan Aceh Sepakat, Mamiyai, Al-Washliyah Jamiyatul Pulau Brayan, Al-Washliyah Jamiyatul Ismailiyah, Bani Adam, Putri Muhammadiyah yang ada di kota Medan yang telah bersedia mengisi kuesioner penelitian ini. Terima kasih atas kesedian dan keluangan waktu yang diberikan. Penulis mendoakan semoga kalian semua mejadi anak yang soleh/soleha, tercapai cita-citanya, selalu menjadi anak-anak yang berbahagia.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan tesis ini. Walaupun penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi penyempurnaan tesis ini. Semoga penelitian ini membawa manfaat bagi rekan rekan semua.

Medan, 17 Januari 2020

(15)

The Influence of Big Five Personality Dimensions Mediated by Self Compassion on Psychological Well Being in Orphanage Adolescents

Ari Sinta, Zulkarnain, Elvi Andriani Yusuf

Abstract

This study investigated the psychological well-being of orphanage adolescents. This study used a mediation model consisting of psychological well being as the dependent variable, big five personality dimensions as the independent variable and self compassion as the mediator. This study involved 392 orphanages adolescent , aged 13-18 years old, taken by incidental sampling technique. The data were collected using three scales, such as big five personality scale, self compassion, and psychological well being scale. The data analysis technique used was the path analysis test. The results showed that: (1) dimensions of extroversion, aggreeableness, neuroticism and conscientiousness significantly influence psychological well being in orphanage adolescents, but there was no significant influence of openness on psychological well being in orphanages adolescent (2) There was no significant influence of big five personality dimensions on psychological well being in orphanage adolescents, (4) There was no significant influence of big personality dimensions mediated by self compassion on psychological well being in orphanage adolescents. Implication of the research can be used as a basis for interventions to recognizes the personality and enhance self compassion in order to increase psychological well being in orphanage adolescents.

Keywords: big five personality, self compassion, psychological well being, orphanage adolescents

(16)

Pengaruh Dimensi Kepribadian Big Five yang Dimediasi oleh Self Compassion terhadap Kesejahteraan Psikologis Pada Remaja Panti Asuhan

Ari Sinta, Zulkarnain, Elvi Andriani Yusuf

Abstrak

Penelitian ini menyelidiki tentang kesejahteraan psikologis dari remaja panti asuhan. Penelitian ini menggunakan model mediasi yang terdiri dari kesejahteraan psikologis sebagai variabel dependen, dimensi kepribadian big five sebagai variabel independen dan self compassion sebagai mediator. Penelitian ini melibatkan 392 orang remaja yang tinggal di panti asuhan berusia 13-18 tahun, yang diambil dengan teknik accidental sampling. Pengambilan data penelitian menggunakan tiga skala sebagai alat ukur, yakni skala kesejahteraan psikologis, skala dimensi kepribadian big five, dan skala self compassion. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) dimensi kepribadian extroversion, aggreeableness, neuroticism dan conscientiousness berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan. Namun, dimensi kepribadian openness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan, (2) dimensi kepribadian big five tidak berpengaruh secara signifikan terhadap self compassion pada remaja panti asuhan, (3) self compassion berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan, (4) dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self compassion tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja panti asuhan. Implikasi dari penelitian ini adalah dapat dijadikan dasar pengembangan intervensi untuk mengenali kepribadian dan meningkatkan self compassion sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis remaja panti asuhan.

Kata kunci: dimensi kepribadian big five, self compassion, kesejahteraan psikologis, remaja panti asuhan

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagian besar remaja dapat tinggal dengan kedua orang tuanya, namun beberapa remaja lainnya harus tinggal terpisah dari keluarganya. Bahkan pada beberapa remaja, Panti Asuhan merupakan satu-satunya pilihan bagi mereka untuk dapat bertahan hidup. Penyebab terbesar anak berada di Panti Asuhan adalah kemiskinan (Williamson & Greenberg, 2010).

Menurut data yang dikumpulkan Kementrian Sosial RI pada tahun 2017, terdapat 5.540 Panti Asuhan yang terdata di Kementrian Sosial. Berdasarkan data yang dikumpulkan Kementrian Sosial RI tahun 2017, jumlah Panti Asuhan terbanyak yang ada di Sumatera Utara adalah di Kota Medan.

Departemen Sosial Republik Indonesia (2005) menyatakan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak yang terlantar, memberikan perwalian anak, memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial anak sehingga perkembangan kepribadian anak menjadi lebih baik dan diharapkan anak dapat menjadi generasi penerus cita-cita bangsa dan turut aktif dalam Pembangunan Nasional.

Hogi & Putra (2019) menyatakan bahwa Panti Asuhan bukan hanya diperuntukkan bagi anak yang kehilangan orangtua, namun untuk anak yang terlantar, anak dari orang tua yang bercerai dan anak yang kurang mampu.

(18)

Remaja yang tinggal di Panti Asuhan memiliki kecenderungan untuk lebih mudah mengalami tekanan psikologis dikarenakan adanya perasaan bahwa orang lain lebih bahagia daripada dirinya, merasa terbuang, kurang perhatian dan kasih sayang serta tuntutan untuk memenuhi peraturan-peraturan yang ketat di dalam Panti Asuhan (Kawitri, Rahmawati, Listiyandini & Rahmatika, 2018). Selain itu, yang membuat mereka berbeda dari anak lainnya adalah adanya label sosial sebagai ”anak panti” (Machmuroch & Hakim, 2015).

Masalah psikologis cenderung dialami oleh remaja Panti Asuhan yaitu seperti stress dan depresi (Kawitri dkk, 2018). Hal ini sejalan dengan temuan Batool & Shehzadi, (2017) bahwa kesejahteraan psikologis pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan adalah lebih rendah daripada kesejahteraan psikologis remaja yang tinggal dengan keluarga yang utuh.

Hasil wawancara dengan salah seorang remaja di Panti Asuhan menyatakan bahwa ia berada di Panti Asuhan karena orangtuanya tidak mampu. Selama di Panti Asuhan, ia jarang bertemu dengan keluarganya. Di sekolah ia sering diejek dan dilabel sebagai “anak panti” dan teman-teman di sekolahnya seakan tidak ingin berteman dengannya. Di panti asuhan ia harus mengikuti aturan-aturan yang ada dan berkewajiban untuk memonitor adik- adik sehingga ia akan dikenai hukuman apabila adik-adik panti melanggar aturan. Ia juga merasa kurang bisa tidur dan kurang fokus dalam mengerjakan tugas sekolah, hal ini dikarenakan ia harus mengawasi dan membantu adik- adiknya dalam belajar sehingga prestasinya di sekolah menjadi rendah.

Konflik dengan teman juga seringkali terjadi dalam hubungan dengan teman

(19)

sebaya yang ada di Panti Asuhan. Ia ingin keluar dari Panti Asuhan dan kembali bersama keluarganya, namun hal itu tidak memungkinkan karena keterbatasan ekonomi keluarganya (Komunikasi Personal, 17 Juli 2019).

Kesejahteraan psikologis yang rendah merupakan akibat dari kehidupan sehari-hari yang penuh tekanan (Ziskis, 2010). Ryff & Keyes (1995) mengemukakan bahwa ada 6 dimensi kesejahteraan psikologis yaitu: self acceptance (penerimaan diri), positive relationship with others (hubungan yang positif dengan orang lain), autonomy (kemandirian), environmental mastery (penguasaan lingkungan), purpose in life (tujuan dalam hidup) dan personal growth (pengembangan diri).

Kesejahteraan psikologis seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor kepribadian (Schmutte & Ryff, 1997). Kesejahteraan psikologis yang dimiliki seseorang dapat terlihat dari karakteristik kepribadiannya yang mampu menghadapi tekanan-tekanan yang ada dalam hidupnya (Ziskis, 2010). Big five personality adalah salah satu pendekatan dalam psikologi untuk dapat melihat kepribadian manusia dengan lima dimensi kepribadian. Lima dimensi kepribadian tersebut adalah openness, extraversion, agreeableness, neuroticism dan conscientiousness. Neuroticism memiliki karakteristik emosi yang tidak stabil, kecendrungan terhadap distress, cemas dan mood yang cenderung berubah-ubah. Extraversion memiliki karakteristik suka berteman dengan orang lain, membutuhkan stimulasi dan hal-hal yang menyenangkan sangat membuatnya. Openness memiliki karakteristik keingintahuan yang besar, mampu melakukan adaptasi terhadap hal-hal baru, mampu berimajinasi

(20)

dan kreatif. Agreeableness memiliki karakteristik yang berorientasi pada intrepersonal, memiliki kepribadian mengalah dan menghindari konflik.

Conscientiousness memiliki karakteristik yang menyukai keteraturan, memiliki kedisiplinan diri dan memiliki ambisi dalam mencapai tujuan (Pervin, Cervone & John, 2005).

Penelitian yang dilakukan Schmutte & Ryff (1997) menemukan bahwa kesejahteraan psikologis berhubungan positif secara signifikan dengan dimensi kepribadian extraversian, agreeableness dan conscientiousnes.

Kesejahteraan psikologis berhubungan negatif secara signifikan dengan dimensi kepribadian neuroticism sedangkan dengan dimensi kepribadian openness to experience tidak memiliki hubungan secara signifikan. Schmutte

& Ryff (1997) menjelaskan bahwa individu yang yang memiliki dimensi kepribadian extraversion dan neuroticism akan memiliki kesejahteraan psikologis karena memiliki penerimaan diri dan mempercayai kemampuannya dalam mengelola dan mengendalikan kegiatan sehari-hari.

Individu dengan dimensi kepribadian agreeableness mengalami kesejahteraan psikologis karena mereka mengelilingi dirinya dengan orang yang dapat membuatnya nyaman dan dukungan yang mereka peroleh dari orang lain.

Sementara itu, individu dengan dimensi kepribadian conscientiousness mengalami kesejahteraan psikologis karena mereka dapat mengontrol perilaku dan memiliki kompetensi yang tinggi melalui ketekunan. Namun, individu dengan dimensi kepribadian openness to experience kurang memiliki kesejahteraan psikologis karena memiliki ketidakpuasan terhadap dirinya

(21)

sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan diri dan mengejar pengalaman yang baru.

Schmutte & Ryff (1997) juga menemukan bahwa self acceptance, environmental mastery dan purpose in life berhubungan positif dengan extraversion dan conscientiousness. Personal growth berhubungan positif dengan openess to experience dan ekstraversion . Positive relationships with others berhubungan positif dengan agreeableness dan extraversion sedangkan autonomy berhubungan negatif dengan neuroticism. Schmutte &

Ryff (1997) menjelaskan bahwa self acceptance, environmental mastery dan purpose in life berhubungan positif dengan extraversion dan conscientiousness. Hal ini karena individu yang energik, asertif dan ramah yang merupakan karakteristik dari extraversion akan memiliki kesejahteraan psikologis dengan menerima dirinya (self acceptance), mampu menggunakan kesempatan yang ada di lingkungan (environmental mastery) dan kehidupannya yang bertujuan (purpose in life). Individu dengan conscientiousness mencapai kesejahteraan psikologis dengan menerima dirinya (self acceptance), membentuk lingkungan sesuai dengan yang diinginkan (environmental mastery) dan perilaku yang bertanggung jawab dan teliti (purpose in life). Dimensi kesejahteraan psikologis personal growth berhubungan dengan dimensi kepribadian openness dan extraversion karena openness dengan keinginannya yang kuat dan extraversion yang energik akan mengejar kesempatan dalam meningkatkan diri untuk mengalami kepuasan dalam dirinya (personal growth). Positive relationship with others

(22)

berhubungan dengan agreeableness dan extraversion karena individu agreeableness yang cenderung simpati terhadap orang lain dan individu extraversion yang cenderung ramah akan menjalin hubungan dengan orang lain untuk mencapai kesejahteraan psikologis. Autonomy berhubungan negatif dengan neuroticism karena individu yang tidak tenang dan tidak dapat mengendalikan diri cenderung tidak puas terhadap dirinya dalam pengambilan keputusan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Saricaoğlu & Arslan (2013) ditemukan bahwa neuroticism, openness, extraversion, agreeableness dan conscientiousness berhubungan secara signifikan dengan kesejahteraan psikologis. Perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada dimensi kepribadian opennes to experience, dimana Saricaoğlu & Arslan (2013) menyatakan bahwa dimensi opennes to experience akan mengalami kesejahteraan psikologis karena mereka mampu menunjukkan ketahanan diri dari pengalaman hidup yang mereka alami dan budaya yang berbeda yang mereka temui.

Saricaoğlu & Arslan (2013) juga menjelaskan bahwa extraversion berhubungan positive relationship with others, self acceptance dan environmental mastery. Openness to experience berhubungan dengan autonomy dan personal growth. Conscientiousness berhubungan dengan purpose in life. Neuroticism berhubungan negatif dengan positive relationship with others. Sementara itu, agreeableness tidak berhubungan dengan autonomy. Saricaoğlu & Arslan (2013) menjelaskan bahwa individu

(23)

extraversion yang sociable, talkative, friendly dan terbuka akan mengalami kesejahteraan psikologis menerima dirinya (self acceptance), berhasil membangun relasi dengan orang lain (positive relationship with others) dan mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya (environmental mastery). Individu opennes to experience akan mengalami kesejahteraan psikologis jika ia bersikap flexible dengan pengalaman yang baru (personal growth) dan mampu mengambil keputusan meskipun berbeda dari orang lain (autonomy). Individu conscientiousness memiliki kesejahteraan psikologis jika kehidupannya memiliki arah dan tujuan (purpose in life). Individu neuroticism kurang mampu untuk menjalin hubungan dengan orang lain (positive relationship with others) sehingga berhubungan negatif dengan kesejahteraan psikologis. Sementara itu, individu agreeableness tidak berhubungan dengan autonomy karena ketidakmampuannya dalam menyuarakan keinginan hatinya dalam hubungan interpersonal (autonomy).

Selanjutnya, dimensi kepribadian big five juga ditemukan berhubungan dengan self compassion (Neff, Rude & Kirkpatrick, 2007). Self-compassion adalah pemahaman terhadap diri, sadar akan keadaan diri dengan tidak melakukan penghakiman diri, tidak terisolasi, dan tidak melakukan kritikan yang berlebihan berlebihan terhadap kekurangan diri (Neff, 2003).

Agreeableness, extraversion dan conscientiousness ditemukan berhubungan positif secara signifikan dengan self compassion sedangkan neuroticism ditemukan berhubungan negatif secara signifikan dengan self compassion dan openness tidak berhubungan dengan self compassion ( Neff,

(24)

Rude & Kirkpatrick, 2007). Selanjutnya, Neff, Rude & Kirkpatrick (2007) juga menjelaskan self compassion akan mengarahkan ke level neuroticism yang rendah sehingga terhindar dari depresi, kecemasan dan merasa bersalah.

Self compassion berhubungan positif dengan agreableness menunjukkan bahwa kebaikan hati dan merasa terhubung dengan orang lain serta keseimbangan emosi yang dimiliki oleh self compassion terkait dengan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Self compassion berhubungan dengan extraversion karena individu extraversion cenderung tidak khawatir dengan penilaian orang lain terhadap perilaku mereka sehingga tidak membuat mereka malu dalam berhubungan sosial dan tidak menarik diri. Self compassion berhubungan dengan conscientiousness yang menunjukkan bahwa kestabilan emosi yang dimiliki oleh self compassion dapat membantu dalam perilaku yang lebih bertanggung jawab. Self compassion tidak mempunyai hubungan dengan openness to experience karena karakteristik kepribadian dengan active imagination, kepekaan terhadap estetika dan keterbukaan pikiran tidak berhubungan dengan self compassion.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dewayani & Nugraha (2014) dan menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara extraversion, conscientiousness, openness to experience terhadap self compassion sedangkan pada dimensi kepribadian neuroticism ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan dengan self compassion. Dewayani & Nugraha (2014) menjelaskan bahwa extraversion berhubungan dengan self compassion karena

(25)

individu dengan kepribadian ini dapat menerima dirinya dengan baik yang ditandai dengan senang bergaul, aktif, suka berbicara, bersikap ramah, optimis dan memiliki emosi yang positif sehingga pada saat individu tersebut mengalami kesulitan, ia mampu menjaga kestabilan emosi agar selalu positif dengan bersikap optimis mampu melewati kegagalan dan mau memaafkan diri sendiri.

Dewayani & Nugraha (2014) juga menjelaskan bahwa agreeableness berhubungan dengan self compassion. Individu dengan kepribadian tersebut cenderung memiliki hati yang lembut, murah hati dan toleran sehingga apabila lingkungan mengecewakannya maka ia akan berusaha memaafkan, bersikap toleran terhadap segala pendapat serta kritikan dan mencoba memaklumi segala pendapat yang diberikan orang lain. Selanjutnya, conscientiousness berhubungan dengan self compassion. Individu dengan kepribadian ini cenderung memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas, memiliki ambisi untuk mencapai prestasi dan memiliki disiplin diri sehingga meskipun ia mengalami kesulitan, ia tetap mampu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Individu neuroticism tidak berhubungan dengan self compassion karena individu dengan kepribadian ini cenderung cemas dalam menghadapi kesulitan. Individu openness to experience berhubungan dengan self compassion karena individu dengan kepribadian ini memiliki keingintahuan yang besar sehingga pada saat mengalami kesulitan, ia mampu melihat masalah tersebut secara objektif.

(26)

Dalam kaitannya dengan kesejahteraan psikologis, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara kesejahteraan psikologis dengan self compassion.

Homan (2016) mengemukakan tentang adanya hubungan yang positif antara self compassion dengan kesejahteraan psikologis. Salah satu elemen penting dari self compassion adalah memperlakukan diri dengan kindness (mengasihi) dan caring (peduli) sehingga self compassion melibatkan self acceptance dalam mengenali, menerima kelemahan dan kekuatan seseorang.

Memperlakukan diri dengan memaafkan kesalahan yang ada dan menerima sikap diri akan menunjukkan kepuasan dalam hubungan personal yang dapat mempengaruhi hubungan yang positif dengan orang lain (positive relationships with others). Self compassion, personal growth dan environmental mastery paling baik dijelaskan dalam perspektif motivasi. Self compassion akan meningkatkan motivasi dalam memperbaiki diri karena self compassion meningkatkan keinginan seseorang untuk bertumbuh dan berkembang secara personal (personal growth) dan meningkatkan kapasitas mereka untuk mengatur hidupnya secara efektif (environmental mastery)

Homan (2016) juga menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai self compassion yang tinggi cenderung lebih bahagia, lebih memiliki kepuasan hidup, lebih rendah dalam pengaruh negatif, dan hanya sedikit mengalami gejala dari tekanan psikologis seperti mengalami kecemasan dan depresi. Hal ini sejalan dengan Anggreini dan Kurniawan (2012) menyatakan bahwa self compassion memiliki hubungan yang positif dengan mengalami kepuasan hidup, hubungan sosial, dan merasa lebih bahagia, dan menunjukkan skor

(27)

yang lebih rendah pada kecemasan, depresi, ketakutan, merasa tertekan, merasa gagal dan marah.

Self-compassion pada masa remaja adalah terendah dalam periode kehidupan (Neff, 2011). Neff & McGehee (2010) menjelaskan bahwa self compassion sangat relevan dengan pengalaman remaja. Penerimaan diri (self acceptance) dan mengasihi diri (self kindness) yang ditimbulkan dari self compassion akan mengurangi dalam menghakimi diri ketika remaja berhadapan dengan hal-hal yang tidak disukai dalam dirinya. Kemampuan untuk memandang bahwa pengalaman seseorang juga dialami oleh orang lain pada umumnya (common humanity) akan memberikan rasa keterhubungan secara interpersonal dengan orang lain sehingga dapat menolong remaja untuk mengatasi ketakutan akan penolakan sosial (Neff & McGehee, 2010)

Neff & McGehee (2010) mengatakan bahwa emosi yang naik turun yang merupakan salah satu ciri fase remaja memiliki hubungan dengan seringnya remaja mengkritik dirinya secara berlebihan atau menghakimi diri terhadap perbandingan sosial dengan orang lain. Demikian pula pada remaja yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah juga cenderung memandang diri negatif dan cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain terkait status yang ia miliki (Sünbül & Güneri, 2019). Sebagian besar remaja di Panti Asuhan berasal dari golongan ekonomi rendah (Williamson & Greenberg, 2010).

Remaja yang berada di Panti Asuhan dengan self compassion yang tinggi cenderung yakin bahwa ada hal yang dapat dibanggakan dalam dirinya,

(28)

mampu memahami kondisi keluarganya, tidak merasa bahwa dirinya tidak bahagia daripada orang lain, tidak berangan apabila keluarganya berkumpul, dan tidak terisolasi dari orang lain (Nafisah, Hendriyani & Martiarini, 2018).

Penelitian tentang self compassion pada remaja Panti Asuhan masih jarang dilakukan, namun self compassion pada remaja di panti asuhan berada pada kategori sedang (Kawitri, Rahmawati, Listiyandini & Rahmatika, 2018). Hal ini berarti bahwa remaja cukup dalam memahami dirinya pada waktu mengalami kesulitan hidup dan cukup mengakui bahwa setiap manusia pernah melakukan kesalahan dan cukup menerima keadaan atau pengalaman yang sulit.

Berkaitan dengan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melihat pengaruh dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan. Sejauh ini terdapat satu penelitian di luar negeri yang yang melihat hubungan dimensi kepribadian big five, self compassion dan kesejahteraan psikologis (Saricaoğlu & Arslan, 2013). Namun, berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini ingin melihat pengaruh dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis. Penelitian sebelumnya melibatkan orang dewasa sedangkan penelitian ini melibatkan remaja di Panti Asuhan. Batool & Shehzadi, (2017) menemukan bahwa remaja yang tinggal di Panti Asuhan memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih rendah daripada remaja yang tinggal dengan keluarga yang utuh dan self-compassion terendah dalam periode kehidupan terjadi pada masa remaja

(29)

(Neff, 2011). Penelitian yang mengkaitkan dimensi kepribadian big five, self compassion dan kesejahteraan psikologis secara bersama-sama belum pernah dilakukan di Indonesia. Selain itu, masih minimnya penelitian tentang self compassion pada remaja di Panti Asuhan. Hal ini dirasa penting oleh peneliti karena self compassion dapat membantu remaja dalam menghadapi kesulitan, kegagalan dan ketidaksempurnaan (Neff, 2011). Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melihat pengaruh dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah

a. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian big five terhadap kesejahteraan psikologis ?

a.1. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian extraversion terhadap kesejahteraan psikologis?

b.2. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian aggreeableness terhadap kesejahteraan psikologis?

a.3. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian conscientiousness terhadap kesejahteraan psikologis?

a.4. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian opennes to experience terhadap kesejahteraan psikologi?

(30)

a.5. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian neuroticism terhadap kesejahteraan psikologis?

b. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian big five terhadap self compassion?

b.1. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian extraversion terhadap self compassion?

b.2. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian agreeableness terhadap self compassion?

b.3. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian conscientiousness terhadap self compassion?

b.4. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian opennes to experience terhadap self compassion?

b.5. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian neuroticism terhadap self compassion?

c. Apakah ada pengaruh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis ? d. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self

compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan ? d.1. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian extroversion yang

dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan?

d.2. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian agreeableness yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan?

(31)

d.3. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian neuroticism yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan?

d.4. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian openness yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan?

d.5. Apakah ada pengaruh dimensi kepribadian conscientiousness yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu untuk menyelidiki pengaruh dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis Anak. Hal ini terntunya terkait dengan penelitian mengenai pengaruh dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self

(32)

compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja di Panti Asuhan.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang dimensi kepribadian big five, kesejahteraan psikologis dan self compassion pada remaja Panti Asuhan baik secara teoritis maupun empiris.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan informasi bagi remaja di Panti Asuhan mengenai besarnya pengaruh kepribadian big five yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan.

b. Memberikan informasi pada keluarga, pihak panti asuhan, masyarakat dan pemerintah tentang pengaruh dimensi kepribadian big five yang dimediasi oleh self compassion terhadap kesejahteraan psikologis pada remaja Panti Asuhan.

(33)

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelasan mengenai teori perkembangan yang terkaitdengan masalah, serta teori yang terkait dengan dependent dan independent variable.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pendekatan penelitian, tipe penelitian, desain penelitian, rumusan permasalahan, hipotesis penelitian, responden penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data dan prosedur peneltitian.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Hasil penelitian dijabarkan dengan pembahasan teoritis berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian dan memberikan saran metodologis serta saran praktis untuk penelitian selanjutnya.

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesejahteraan Psikologis

2.1.1 Pengertian Kesejahteraan Psikologis

Lawton (1996) mendefinisikan kesejahteraan psikologis merupakan evaluasi seseorang terhadap kehidupannya berdasarkan aspek-aspek kehidupan yangdianggap memuaskan. Sementara itu, Okun dan Stock (1984) mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis adalah kepuasan subjektif yang dirasakan oleh seseorang dalam kehidupannya.

Campbell (1976) mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis adalah evaluasi kognitif dan emosi terhadap kehidupan seseorang. Kesejahteraan adalah bentuk dari kepuasaan hidup apabila dievaluasi secara kognitif dan merupakan perasaan positif (affect) apabila dievaluasi secara emosi. Namun, Ryff (1989) mengemukakan bahwa keadaan dimana individu dapat menerima dirinya, memiliki tujuan hidup, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal disebut sebagai kesejahteraan psikologis.

Peneliti mengacu pada defenisi yang dikemukakan oleh Ryff (1989) bahwa kesejahteraan psikologis adalah pencapaian yang dapat diraih ketika seseorang dapat menerima dirinya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan

(35)

hubungan yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, memiliki kemampuan dalam mengendalikan lingkungan, dan mampu untuk terus bertumbuh secara personal.

2.1.2 Dimensi Kesejahteraan Psikologis

Ryff & Keyes (1995) menjabarkan bahwa konsep kesejahteraan psikologis memiliki 6 dimensi, yaitu:

a. Penerimaan Diri (Self Acceptance)

Mencakup sikap yang positif dari seseorang terhadap dirinya dan bersedia menerima segala sesuatu yang ada pada diri serta menyikapi pengalaman masa lalu secara positif. Seseorang yang memiliki self acceptance yang tinggi mampu menerima dirinya dengan baik yang terlihat dari adanya pandangan yang positif terhadap diri dan pengalaman di masa lalu. Namun, seseorang dengan self acceptance yang rendah kurang menerima dirinya karena adanya ketidakpuasan terhadap diri dan pengalaman masa lalu.

b. Hubungan yang Positif dengan Orang Lain (Positive Relationship With Others)

Mencakup kemampuan dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain. Individu dengan Positive Relationship With Others yang tinggi cenderung mampu menjalin hubungan dengan orang lain, memiliki kepercayaan dalam hubungan, empati dan perhatian dengan orang lain. Namun, individu dengan Positive Relationship With Others yang rendah cenderung merasa terisolasi,

(36)

kurang terbuka, mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain, kurang hangat, kurang peduli dengan orang lain serta tidak mudah diajak berkompromi.

c. Kemandirian (Autonomy)

Mencakup perilaku yang mandiri, menjalankan standar tersendiri dan mampu bertindak tanpa merasa terbebani oleh tekanan sosial. Seseorang dengan autonomy yang tinggi cenderung mandiri, tidak merasa terbebani oleh tuntutan lingkungan dalam berpikir dan berperilaku, mampu mengarahkan diri sendiri, mandiri dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan serta bertindak berdasarkan standar nilai yang diyakini. Sebaliknya, individu yang memiliki autonomy yang rendah cenderung memperhatikan harapan dan penilaian dari orang lain, dalam mengambil keputusan sangat bergantung trehadap orang lain dan merasa terbebani oleh tuntutan sosial dalam berpikir dan berperilaku.

d. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery)

Mencakup kemampuan seseorang untuk mengatur lingkungan atau membuat lingkungan sesuai dengan yang ia inginkan. Seseorang yang memiliki Environmental Mastery yang tinggi cenderung mampu mengatur lingkungan yang sesuai dengan dirinya dan mampu melihat peluang yang ada di lingkungannya.

Namun, seseorang dengan Environmental Mastery yang rendah cenderung mengalami kesulitan dalam menguasai lingkungannya, merasa bahwa mengatur dan mengubah lingkungan adalah hal yang sulit untuk dilakukan, serta tidak menyadari peluang yang ada di dilingkungannya.

(37)

e. Tujuan Hidup (Purpose in Life)

Mencakup adanya tujuan dan arah dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang memiliki purpose in life yang tinggi cenderung memiliki kebermaknaan hidup, memiliki target yang hendak dicapai dan merasa memiliki kehidupan yang berarti. Namun, seseorang yang memiliki purpose in life yang rendah cenderung tidak memiliki kebermaknaan dalam hidup dan tidak memiliki target yang jelas

f. Pengembangan Pribadi (Personal Growth)

Mencakup tentang kemampuan seseorang untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai individu dari waktu ke waktu dan tidak tertutup terhadap pengalaman-pengalaman yang baru. Seseorang yang memiliki personal growth yang tinggi cenderung memiliki kebutuhan akan pengembangan diri, sadar akan potensi yang ada pada diri, dan sikap dan tindakan dari waktu ke waktu mengalami perubahan yang positif. Namun, seseorang yang memiliki personal growth yang rendah cenderung menganggap dirinya sebagai seseorang yang tidak mampu untuk berkembang, mengalami kesulitan untuk meningkatkan sikap dan perilaku, tidak menyadari potensi yang dimiliki.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis

Ryff dan Singer (1996) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis, yaitu :

(38)

a. Usia

Penguasaan lingkungan dan kemandirian mengalami peningkatan seiring peningkatan usia (usia 25-39, 40-59, 60-74). Namun, terjadi penurunan seiring peningkatan usia dalam tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Sementara itu, terdapat variasi berdasarkan usia pada dimensi penerimaan diri, hubungan positif.

b. Jenis kelamin

Ada perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin pada pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan diri, dimana angka yang lebih tinggi diperoleh oleh wanita dibandingkan pria. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi penerimaan diri, kemandirian, penguasan lingkungan dan pertumbuhan pribadi

c. Status sosial ekonomi

Seseorang dengan pendidikan dan jabatan yang lebih tinggi memiliki gambaran kesejahteraan psikologis yang lebih baik dan dimensi yang palingberpengaruh adalah dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Faktor protektif dalam menghadapi tekanan hidup adalah kesuksesan hidup.

d. Dukungan sosial

Kesejahteraan psikologis seseorang dipengaruhi oleh dukungan sosial karena dapat membantu perkembangan kepribadian seseorang dan dapat menjadi pemberi dukungan pada saat seseorang mengalami kesulitan dalam hidup. Tinggi dan rendahnya kesejahteraan psikologis seseorang dapat ditentukan dari interaksi sosial seseorang. Individu yang tidak memiliki teman dekat cenderung memiliki

(39)

kesejahteraan psikologis yang rendah. Oleh karena itu, dukungan sosial dipandang memiliki pengaruh yang besar dalam kesejahteraan psikologis seseorang.

e. Kepribadian

Kepribadian ekstrovertdan neurotis adalah kepribadian yang berhubungan secara signifikan dengan kesejahteraan psikologis (Costa & McCrae, 1980).

Kepribadian dapat memprediksi perilaku seseorang pada situasi tertentu. Schmutte dan Ryff (1997) menemukan bahwa lima tipe kepribadian dapat mempengaruhi dimensi kesejahteraan psikologis. Extraversion, conscientiousness, dan low neuroticism berhubungan dimensi pengembangan pribadi. Agreeabless dan extraversion pada dimensi hubungan yang positif dengan orang lain memperoleh skor yang tinggi. Namun, low neuroticism pada dimensi kemandirian mendapat yang skor tinggi

2.2 Kepribadian Big Five

2.2.1 Pengertian Kepribadian Big Five

Big five merupakan sebuah pendekatan yang menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh seseorang dalam kehidupannya sehari-hari dan untuk melihat kuatnya setiap dimensi yang ada pada seseorang (Pervin, Cervone,

& John, 2005). Sementara itu, Feist & Feist (2010) mengemukakan bahwa big five adalah suatu pendekatan untuk melihat kepribadian manusia yang dapat memprediksi perilaku seseorang melalui lima dimensi yang dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima dimensi kepribadian tersebut adalah

(40)

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness to experiences.

Costa & McCrae (2003) mengemukakan bahwa big five adalah sebuah pendekatan teoritis untuk membedakan individu dengan mengacu pada lima faktor dasar kepribadian manusia yaitu neuroticism, extraversion, openness, agreeableness dan conscientiousness. Dikatakannya lagi bahwa yang paling menentukan kepribadian adalah faktor biologis sedangkan hanya ada sedikit pengaruh pada pengalaman sosial.

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa kepribadian big five mengacu pada lima dimensi kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness, agreeableness dan conscientiousness.

2.2.2 Dimensi Kepribadian Big Five

Costa & McCrae (2003) menggambarkan teori kepribadian big five dalam lima dimensi kepribadian, yaitu:

a. Neuroticism (N): memiliki karakteristik berupa ketidakstabilan emosi, lebih mudah mengalami distress, memiliki ide-ide yang tidak nyata, cemas, dan moodyang dimiliki cenderung mudah berubah. Individu yang memiliki skor neouroticsm tinggi memiliki karateristik tegang, gugup, tidak stabil, tidak puas, mudah khawatir, emosional dan cemas. Individu yang memiliki skor neouroticsm rendah memiliki karateristik berupa tidak mudah marah, tenang, secure, dan memiliki kepuasan terhadap diri sendiri. Adapun subfaktor dari dimensi neuroticism adalah anxiety (tense), self-consciousness (shy), depression (not

(41)

contented), vulnerability (not self confident), impulsiveness (moody), dan angry hostility (irritable). Dimensi bipolar dari neuroticism adalah emotional stability.

b. Extraversion (E): Memiliki karakteristik suka bersosialisasi, suka berkomunikasi, stimulasi adalah sebuah kebutuhan bagi individu dengan extraversion, tertarik dengan hal-hal yang menyenangkan. Seseorang dengan extraversion yang tinggi memiliki karateristik yang energik, ramah, banyak berbicara, berorientasi terhadap orang lain, dominan, tidak pesimis, bersosialisasi, dan menyukai hal-hal yang membuatnya senang. Seseorang dengan Individu yang extraversion yang rendah memiliki karateristik berupa orientasi pada tugas, tidak banyak bicara, lebih sering sendiri, tidak percaya diri dan pemalu. Subfaktor dari dimensi extraversion adalah gregariousness (sociable), activity level (energetic), assertiveness (forceful), excitement seeking (adventurous), positive emotions (enthusiastic), dan warmth (outgoing). Dimensi bipolar dari extraversion adalah introversion.

c. Openness to experience (O): Memiliki karakteristik berupa keingintahuan terhadap sesuatu hal yang besar, suka dengan hal yang baru, mampu beradaptasi dengan hal yang baru, memiliki imajinasi, memiliki kreatifitas, memiliki sensitivitas, dan fleksibel. Seseorang yang dengan openness yang tinggi memiliki karateristik berupa: memiliki ketertarikan terhadap banyak hal, kreatif, imajinatif, tidak tradisional, menyenangkan, dan artistik. Seseorang dengan openness yang rendah memiliki karateristik yaitu: kaku, tidak banyak ketertarikan terhadap berbagai hal, membosankan, sederhana dan tidak nyata. Subfaktor dari dimensi openness to experience adalah fantasy (imaginative), aesthetics (artistic), feelings

(42)

(excitable), ideas (curious), actions (wide interest), dan values (unconventional).

Dimensi bipolar dari openness adalah closedness.

d. Agreeableness (A): memiliki karakteristik yang orientasinya adalah interpersonal, peduli terhadap orang lain, mempercayai orang lain, dan memiliki empati. Seseorang dengan skor agreeableness yang tinggi memiliki karateristik yaitu hati yang mudah tersentuh, membantu sesama, mudah memaafkan, jujur, ramah, mudah bekerjasama, mampu menjalin hubungan dengan orang lain, dan mudah percaya terhadap orang lain. Seseorang dengan agreeableness yang rendah memiliki karateristik berupa sering menyakiti perasaan orang lain, sulit bekerjasama, sering berprasangka terhadap orang lain, sulit memaafkan orang lain, sering melakukan perlawanan dengan orang lain, dan menjagajarak dengan orang lain. Subfaktor dari dimensi agreeableness adalah straightforwardness (not demanding), trust (forgiving), altruism (warm), modesty (not show-off), tendermindedness (sympathetic), dan compliance (not stubborn). Dimensi bipolar dari agreeableness adalah antagonism.

e. Conscientiousness (C): memiliki karakteristik berupa menyukai sebuah keteraturan, mandiri dan bertanggung jawab. Seseorang dengan conscientiousness yang tinggi memiliki karateristik berupa melakukan sesuatu hal secara terorganisir, tekun, melakukan sesuatu hal dengan sunguh-sungguh, disiplin, cermat, memiliki motivasi yang tinggi, dan dapat diandalkan. Seseorang dengan conscientiousness yang rendah memiliki karateristik berupa tidak cermat, kurang termotivasi, tidak rapi, berfokus pada kesenangan, tidak punya tujuan, tidak rajin, dan malas. Subfaktor dari dimensi conscientiousness adalah self-discipline (not

(43)

lazy), dutifulness (not careless), competence (efficient), order (organized), deliberation (not impulsive), dan achievement striving (thorough). Dimensi bipolar dari conscientiousness adalah lack of direction.

2.2.3 Peran Kepribadian Big Five

Costa & McCrae (2003) mengemukakan bahwa kepribadian big five memiliki lima dimensi yaitu neuroticism yang berlawanan dengan emotional stability mencakup perasaan-perasaan negatif seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah dan tegang. Selanjutnya Feist dan Feist (2010) menjelaskan bahwa individu dengan tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap kehidupannya dibandingkan dengan individu dengan tingkat neuroticism yang tinggi akan kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, serta memiliki self-esteem yang rendah.

Opennes to experience menjelaskan tentang keluasan, kedalaman dan kompleksitas dari aspek mental serta pengalaman hidup (Pervin, Cervone, &

John, 2005). Individu dengan tingkat opennes yang tinggi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif dan imajinatif. Oleh karena itu, individu dengan tingkat opennes tinggi memiliki banyak pertanyaan dan menyiapkan diri akan hal yang baru, dan mereka cenderung senang mengambil resiko untuk mencoba hal-hal yang baru (Costa & McCrae, 2003).

Extraversion dan agreeableness menjelaskan tentang sifat-sifat interpersonal yaitu apa yang dilakukan seseorang dengan orang lain. Extraversion memiliki ciri-ciri berupa: percaya diri, dominan, aktif dan energik. Oleh karena

(44)

itu, individu dengan tingkat extraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman dari pada individu dengan tingkat extraversion yang rendah (Costa & McCrae, 2003).

Agreeableness memiliki karakteristik kepribadian yang ramah, mudah mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Hal tersebut menyebabkan individu dengan agreeableness cenderung mampu beradaptasi sosial dengan baik (Costa & McCrae, 2003). Selanjutnya, Feist dan Feist (2010) menambahkan ketika seseorang dengan tingkat agreeableness tinggi berhadapan dengan konflik, self-esteem mereka akan cenderung menurun, sedangkan seseorang dengan tingkat agreeableness yang rendah cenderung untuk lebih agresif dan tidak kooperatif.

Conscientiousness menjelaskan tentang perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan untuk mengendalikan dorongan yang diperlukan dalam kehidupan.

Individu dengan tingkat conscientiousness tinggi lebih cenderung untuk mengikuti aturan, melihat masalah dengan serius dan berperilaku serta bekerja dengan hati- hati. Oleh karena itu, individu yang memiliki tingkat conscientiousness tinggi lebih baik dalam mengontrol situasi, lebih teliti dan disiplin (Costa & McCrae, 2003).

Penelitian Rehulina & Wulandari (2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan dari dimensi kepribadian big five dengan makna hidup seseorang.

Dimensi kepribadian extraversion, openness, agreeableness dan conscientiousness memiliki hubungan yang positif dengan makna hidup, sedangkan neuroticism memiliki hubungan yang negatif dengan makna hidup.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian dan analisis data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep kalor antara siswa yang belajar melalui

Suboxone dipandang efektif oleh sebagian besar partisipan karena dilihat dapat membuat beberapa penasun pulih, akan tetapi hal tersebut berbanding terbalik dengan

Alasan peneliti memilih untuk mengembangkan penuntun praktikum yaitu sesuai dengan analisis kebetuhan, yang telah dilakukan wawancara dan penyebaran angket

Menilai perbezaan jantina terhadap kreativiti merupakan penyelidikan yang kontroversi dan diterokai secara meluas dalam kajian tingkah laku (Abraham, 2016). Pelbagai

Dalam mendesain jaringan FTTH sangat perlu diketahui tentang teknologi perangkat aktifnya, karena ada kaitannya dengan penggunaan core optik, Pada panduan atau Panduan

Pemberdayaan adalah pemberian tanggungjawab dan wewenang dari manajer kepada karyawan, yang melibatkan adanya sharing informasi dan pengetahuan untuk memandu

[r]

pengabaian kemungkinan adanya perubahan dan transformasi sosial. Dialektika antara struktur sosial dan diskursus atau praktik sosial ini menjadi poin yang penting dalam