• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DEFINISI OBJEK PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III DEFINISI OBJEK PENELITIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

34 BAB III

DEFINISI OBJEK PENELITIAN

Dalam Bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian menjelaskan sedikit tentang Kota Malang yang akan menjadi lokasi penelitian penulis. Penulis juga akan menjelaskan tentang sejarah di Kota Malang, bagaimana kondisi sosial yang ada di Kota Malang mulai dari masalah sosial, jenis, defmisi, kriteria Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial(PSKS) hingga aktor yang berdiri dalam Dunia Sosial yang ada di Kota Malang. Disini akan mengupas tentang dunia Sosial di Kota Malang secara singkat padat dan jelas. Bab ini berfungsi agar pembaca mengetahui gambaran umum yang ada di Kota Malang beserta masalah sosial.

A. Kesejahteraan Sosial di Kota Malang

Kesejahteraan Sosial merupakan salah satu aspek yang cukup penting, karena semua manusia tentu membutuhkan kebutuhan hidup material, jasmani, dan rohani. Kota Malang merupakan kota padat penduduk karena banyaknya sekolah dan Perguruan Tinggi maupun perusahaan-perusahaan, mengakibatkan Kota Malang kebanjiran pendatang dari berbagai macam daerah. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.27

Untuk menciptakan kesejahteraan sosial pcrlu di lakukan upaya yang terarah, terpadu,dan berkelanjutan yang dil lakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dal am bentuk pelayanan sosial guna memenuhi

27 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat: Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan sosial dan Pekeija Sosial. (Bandung: Refika Aditama, 2005), hal. 1-3.

(2)

kebutuhan dasar setiap warga negara yang di sebut dengan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.Penyelenggaraan kesejahteraan sosial itu sendiri meliputi rehabilitasi sosial dan pemberdayaan sosial.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sendiri di tujukan kepada Penyandang Masai ah Kesejahteraan Sosial (PMKS). PMKS adalah perseorangan , keluarga, kelompok, atau masyarakat karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya, baik jasmani, rohani maupun sosial secara memadai dan wajar.

Tabel 3.1

Data PMKS Kota Malang Jawa Timur 2014

no Jenis PMKS L P Total

1 Anak Balita Terlantar 111 89 200

2 Anak dengan disabilitas 79 53 132

3 Anak Jalanan 160 26 186

4 Anak terlantar 67 63 130

5 Anak yang berhadapan dengan hokum 7 7

6 Anak yang menjadi korban kekerasan 1 1

7 Anak yang membutuhkan perlindungan khusus 41 41 82

8 Bekas warga binaan masyarakat 41 3 L 44

1 0

9 Gelandangan 9 1

10 Kelompok minoritas 13 26 39

11 Keluarga bermasalah sosialpsikologis 41 44 85 12 Komunitas adat terpencil

13 Korban bencana alam 1 1 2

14 Korban penyalahgunaan NAPZA 10 1 11

15 Korban tindak kekerasan 4 4

16 Korban trafficking 1 1

17 Korban bencana sosial 1 1 2

18 Lanjut usia terlantar 830 1349 2179

19 Orang dengan HIV/AIDS

20 Pekerja migran bermasalah sosial

21 Pemulung 95 25 125

22 Pengemis

23 Penyandang disabilitas 755 642 1397

24 Perempuan rawan social ekonomi 3 916 919

25 Tuna susila

26 Fakir miskin 37025

Total 42403

Sumber: Dinas Sosial Kota Malang

(3)

Pada tabel data PMKS tahun 2014 bisa kita lihat ada 26 jenis PMKS, dan jumlah PMKS yang terdata oleh Dinas Sosial Kota Malang yaitu sebanyak 42403 PMKS.Angka yang cukup banyak. Apabila 42403 PMKS tersebut di tampung di sebuah panti atau Unit Pelayanan Terpadu tentu akan mengalami overload. Angka tersebut menunjukkan bagaimana kesejahteraan sosial di Kota Malang masih menjadi permasalahan.Angka terbanyak pada PMKS fakir miskin yaitu beijumlah 37025.Dari angka tersebut bisa di katakan PMKS paling tinggi di Kota Malang adalah fakir miskin. Angka tertinggi no 2 adalah jenis PMKS lanjut usia terlantar.

Angka tersebut mencapai 2179 dengan 830orang laki-laki lanjut usia terlantar dan 1349 orang perempuan lanjut usia terlantar. Sedangkan angka terkecil dan jenis PMKS paling sedikit di Kota Malang adalah anak yang menjadi korban kekerasan hanya beijumlah 1 anak laki-laki.

Sementara itu kita ketahui jenis PMKS anak jalanan beijumlah 186 anak.Data jenis PMKS anak jalanan tersebut diambil dari proses identifikasi dan klasifikasi jenis PMKS. tetapi seperti yang di ungkapkan oleh putri lolyta selaku pegawai Dinas Sosial yang menangani anak jalanan:28

“Anak jalanan yang tidak teijaring dal am proses operas i simpatik, tidak masuk dalam data anak jalanan Dinas Sosial, mereka lolos dari penjaringan karena pada saat dilakukan penjaringan anak jalanan tersebut tidak berada di titik yang biasanya mereka melakukan akti fitas”

Jadi anak jalanan yang lolos dari proses penjaringan yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Satpol-PP tidak masuk dalam data PMKS anak jalanan yang berada di Dinas Sosial, jadi kemungkinan masih ada anak jalanan yang berada di

28 Wawancara dengan Putri Lolyta Dian selaku staff Dinas Sosial, Dnsos, 18 Juni 2018

(4)

Kota Malang. Mereka yang lolos dari operasi simpatik pada saat itu tidak beraktifitas di jalan.

B. ktor-Aktor penyelenggara Kesejahtcraan Sosial di Kota Malang

Dalam menciptakan kesejahteraan sosialdi Kota Malang tentu ada aktor- aktor yang berperan di dalamnya agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.Selain pemerintah khususnya Dinas sosial, SATPOLPP, ada LSM, komunitas, dan masyarakat sipil (civil society).Dalam penelitian penulis dilakukan kepada ke empat aktor tersebut antara lain adalah Dinas Sosial, SATPOLPP, LSM, dan Komunitas.

1. Dinas Sosial Kota Malang

Dinas Sosial Kota Malang merupakan Satuan Keija Perangkat Daerah (SKPD) sebagai unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dinas Sosial mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah di bidang sosial. Dinas Sosial bertugas sebagai pelaksana dalam kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh Pemerintah Kota Malang, salah satupelaksanaan kebijakan yang menjadi tanggungjawab Dinas Sosial adalah kebijakan yang menyangkut permasalahan sosial, termasuk mcngcnai kebijakan penanganan anak jalanan.

Mengacu pada Keputusan Walikota Malang Nomor 88 tahun 2011, anak jalanan dimasukkan sebagai sal ah satu kategori dalam Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).Dalam Keputusan Walikota ini menyatakan bahwa untuk melakukan penanganan terhadap PMKS perlu dilakukan dengan upaya koordinasi secara terpadu dengan mengikutsertakan seluruh komponen, baik dari pihak pemerintah maupun non pemerintah, juga peran serta masyarakat luas

(5)

dalam pelaksanaan kebijakan ini.Untuk mempermudah dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, dibentuk suatu Komite Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dibawah pengarahan dari Walikota Malang dan dibawah tanggungjawab dari Sekretaris Daerah Kota Malang serta Asisten Administrasi Daerah.

Untuk dapat mewujudkan penyelenggaraan otonomi daerah yang benar- benar sehat atau untuk mewujudkan kesesuaian antara prinsip dan praktek penyelenggaraan Otonomi Daerah, maka Pemerintah Kota Malang dengan Dinas sosial sendiri mempunyai tugas dan fungsi yang cukup spesifik yakni mengurusi masalah sosial yang ada di Kota Malang.Kewenangannya berupa meningkatkan kesejahteraan sosial.

Hal ini bertujuan untuk mewujudkanmasyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang sejahtera.Dengan adanya Dinas Sosial diharap dapat menciptakan kesejahteraan sosial dan kualitas hidup sesorang pun akan lebih baik jika kondisi permasaiah kesejahteraan sosial dapat teratasi.

2. Bidang Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial di maksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemempuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar, secara persuasif, motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial dalam bentuk motivasi dan diagnosis psikososial, pelatihan vokasional, dan pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental spiritual, fisik, sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesbilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan dan resosialisasi, bimbingan lanjutan dan rujukan.

(6)

3. Bidang Pemberdayaan Sosial

Pemberdayaan sosial dimaksudkan untuk memberdayakan Penyandang Maslah Kesejahteraan Sosial (PMKS) agar mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri.Selain itu juga untuk meningkatkan peran serta lembaga dan/ atau perseorangan sebagai Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pemberdayaan Sosial dilakukan melalui:

peningkatan kemauan dan keAmampuan, penggalian nilai-nilai dasar, potensi dan sumber daya, pemberian akses, dan pemberian bantuan usaha.

4. Bidang Perlindungan Sosial

Perlindungan sosial di maksudkan agar seseorang, keluarga, kelompok atau masyrakat yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial dapat tetap hidup secara wajar, baik bersifat sementara dan berkelanjutan dalam bentuk

bantuan langsung, penyediaan aksesbilitas, atau penguatan lembaga.

Penyelenggaraan kesejahteraan sosial di prioritaskan kepada mcrcka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial.

C. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpoll-PP)

Keberadaan Polisi Pamong Praja pada era kolonial sejak VOC tahun I860 menduduki Batavia dibawah pimpinan Gubemur Jendral PIETER BOTH, bahwa kebutuhan untuk memelihara ketentraman dan ketertiban penduduk diperlukan.

karena pada waktu itu kota Batavia sedang mendapat serangan secara sporadis dan pasukan lokal dan tentara Inggris serta meningkatnya gangguan penduduk yang

(7)

berupa pencurian, perampokan dan perkelahian. Untuk menyikapi hal itu, VOC membentuk BAILLUW, semacam Polisi yang merangkap Jaksa dan Hakim yang bertugas menangani perselisihan hukum yang timbul antara VOC dan warga serta menjaga Ketertiban dan Ketentraman warga.29

Pada masa pasca Gubenur Jendral RAAFLES, BAILLUW dikembangkan dengan dibentuk satuan yang lainnya yang disebut BESTUURS POLITIE atau Polisi Pamong Praja yang bertugas membantu Pemerintah di tingkat kawedanan untuk tugas ketertiban dan ketentraman, keamanan. Selanj utnya menjelang akhir era kolonial, dal am hal ini pada masa penjajahan Jepang. organisasi kepolisian mengalami perubahan besar dan dal am prakteknya menjadi tidak jelas.Dimana secara struktural Satuan Kepolisian, Polisi Pamong Praja bencampur baur fungsi dengan kemiliteran.Pada masa kemerdekaan yang tepatnya

Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Polisi Pamong Praja tetap menjadi bagian Organisasi Kepolisian karena belum ada secara definitif mengalami beberapa pergantian nama namun tugas dan fungsinya sama.

Pada tahun 1950 secara konstitusional ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Up. 32/2/21 tanggal 3 Maret 1950 secara resmi dengan sebutan “Satuan Polisi Pamong Praja,TUndang-undang No. 22 Tahun 1999, Satuan Polisi Pamong Praja sebagai AparatPemerintah Daerah (Desentralisasi).Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi

29 ntJp://satpolpp.malangkota.go.id/ di kases: 18 juni 2018

(8)

Pamong Praja, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2011 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Keija Satuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang Standar Operasional ProsedurSatuan Polisi Pamong Praja, Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata KeijaSatuan Polisi Pamong Praja;

Peraturan Walikota Nomor 68 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Keija Satuan Polisi Pamong Praja.30

30 ibid

Referensi

Dokumen terkait

Apabila harga beras di tingkat konsumen tidak ikut jatuh, maka implisit di sini hanya petanilah yang harus membayar biaya-biaya tersebut kepada para pelaku ekonomi lain dalam seluruh

Dengan adanya masalah masalah seperti diatas maka penulis akan melakukakan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PDRB, IPM, TINGKAT PENGANGGURAN DAN BELANJA PEMERINTAH

Diharapkan pener­ bitan SPEI di Indonesia dapat dilakukan dalam waktu dekat ini sehingga akan me­ nambah ragam instrumen surat berharga yang terdapat di pasar modal

1) Ketebalan sedimen kuarter delta Sungai Jeneberang yang berada di Kelurahan Barombong, Kecamatan Barombong, kawasan Tanjung Bayang diperoleh ketebalan sedimen

Pensil warna dalam perwujudan karya ini digunakan sebagai bahan untuk mewujudkan objek ikan secara representatif, seperti menggambarkan visual ikan yang di

Setiap anggota jemaat yang setia mengikuti Retreat Encounter ini, pasti akan semakin diberkati dan diberi kekuatan yang luar biasa dari Tuhan untuk dapat semakin maju dalam

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu observasi ke observasi yang lain, apabila kesalahan

 Etika yang berarti Mengenai filsafat etika Al-Ghazali secara sekaligus dapat kita lihat pada teori tasawufnya, Maksudnya adalah agar manusia sejauh kesanggupannya meniru