• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DAN TRIAKONTANOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BIJI BAYAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DAN TRIAKONTANOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BIJI BAYAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DAN TRIAKONTANOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BIJI BAYAM

[THE EFFECT OF SUN LIGHT INTENSITY AND TRIACONTANOL ON THE GROWTH AND SEED YIELD OF SPINACH]

Suyanto Zaenal Arifin

Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta

Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condong Catur, Yogyakarta. 55283

Abstract

The aim of this study was to investigate the effect of light intensity and triacontanol on the growth and seed yield of spinach. The study was conducted at the Agricultural Training, Research and Development Experimental station, Gajah Mada University, Yogyakarta, from August to November 2004, at an altitude of 126 m above sea level and the type of soil was Regosol with climate type belong to C3. This experiment used a split plot with and three replicates for each treatment. A Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) was used to test the significance of the treatments at 5% protection level. Three levels of light intensity (100, 70 and 40%) was assigned as the main plot. While the second factor was four concentration of triacontanol (0, 100, 200 and 300 ppm) that was assigned as the sub plot. The results showed that light intensity of 100% could increase seed yield, dry weight of plants and the number of leaves. While the light intensities of 40 - 100% gave the same result for 1000-seed weight, plant height and leaf area. The treatment of 200 ppm triacontanol could increase the dry weight, plant height, leaf number and leaf area, but there was no significant effect on seed yield and 1000-seed weight. There was no interaction between light intensity and triacontanol concentration on all parameters observed, except for plant height.

Key words: light intensity, triacontanol, Amaranthus tricolor.

PENDAHULUAN

Tanaman bayam (Amarathus tricolor L.) dewa- sa ini dikenal diseluruh daerah tropis dan tumbuh- nya mudah Ezedinma dan Onazi (1986). Bahkan menurut Rumphius tanaman bayam dikenal hampir di seluruh dunia. Di Indonesia bayam merupakan tanaman penting di antara tanaman sayuran. Selain untuk sayuran, akarnya dapat digunakan sebagai obat sakit gigi, terlambat haid, melarutkan lendir bronchitis akut (Heyne, 1987) dan bijinya mengan- dung lisin yang tinggi yang dapat dibuat tepung (Sutarno, 1988). Di dalam setiap 100 g bagian yang dapat dimakan, terkandung protein 4,6% pro- tein (Yamaguchi, 1983), 47,0 cal kalori, 18,0 mg besi, 12,86 IU vitamin A, dan 120 mg vitamin C (Dinas Pertanian Tanaman Pangan DIY, 1984).

Pertumbuhan tanaman bayam dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan tindakan kultur teknis. Salah satu faktor lingkungan yang banyak berpengaruh adalah cahaya matahari, sedangkan faktor tindakan kultur teknis adalah cara pemeliharaaan tanaman.

Tindakan budidaya yang yang tidak tepat dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman bayam men- jadi merana sehingga hasilnya kurang dan kualitas- nya jelek.

Intensitas cahaya adalah besarnya tenaga caha- ya yang diterima tanaman per satuan luas per satu- an waktu. Perbedaan intensitas cahaya bagi tanam- an bayam dapat mempengaruhi pertumbuhanya.

Akan tetapi intensitas cahaya optimal untuk ta- naman bayam belum banyak diketahui. Hasil pene- litian yang dilakukan Suharsono (1983) menunjuk- kan bahwa tanaman bayam yang ditanam tanpa naungan menghasilkan berat segar dan luas daun lebih tinggi dibandingkan tanaman bayam yang tumbuh pada naungan 35, 50 dan 75%. Namun penelitian yang dilakukan oleh Simbolon dan Su- tarno (1986) menyebutkan bahwa tanaman bayam yang berada di bawah naungan plastik putih de- ngan intensitas cahaya 8000 – 9000 lux atau 15%

memberikan hasil lebih baik dibandingkan tanam- an bayam yang ditanam tanpa naungan atau inten- sitas cahaya 100% atau 42.000 – 69.000 lux dan tanaman bayam yang ditanam di bawah naungan plastik hitam dengan intansitas cahaya 800 – 1500 lux atau 2%.

Untuk menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman bayam dapat di- lakukan dengan menanam di bawah naungan wa- ring (paranet). Paranet sebagai naungan dimak- sudkan untuk mengurangi intensitas cahaya mata-

(2)

hari menjadi 70 dan 40%. Menurut Branchini dan Pantono (1974) tanaman bayam menghendaki kondisi lingkungan cahaya matahari yang banyak (sunny) tetapi tidak terlalu terbuka (exposed).

Sementara itu, faktor kultur teknik yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pertumbuhan dan kualitas hasil bayam adalah penggunaan zat peng- atur tumbuh. Menurut Moore (1979) zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik selain zat hara yang dalam konsentrasi rendah mampu mempe- ngaruhi proses fisiologis tanaman. Salah satu zat pengatur tumbuh yang banyak diperdagangkan adalah Dharmasri 5 EC, yaitu suatu senyawa yang mengandung bahan aktif triakontanol (suatu turun- an alkohol alifatik rantai panjang dengan rumus kimia CH3(CH2)28CH2OH). Triakontanol diisolasi dari daun tanaman alfalfa (Medicago sativa L.) (Ries dan Houtz, 1983). Pengaruh triakontanol terhadap tanaman adalah memperbaiki sistem per- akaran agar akar lebih banyak dan penyebaran le- bih baik, sehingga penyerapan unsur hara dan air dari dalam tanah meningkat. Selain itu triakontanol juga diketahui meningkatkan pertumbuhan vegeta- tif, meningkatkan aktivitas enzym dan meningkat- kan sintesis protein (Ries dan Wert, 1977).

Menurut Ries dan Houtz (1983) aplikasi tria- kontanol yang paling tepat untuk tanaman yang menghasilkan biji adalah pada saat pembentukan bunga, sedangkan pada sayuran daun aplikasinya adalah pada saat perkembangan vegetatif berlang- sung cepat.

Dalam percobaan ini digunakan berbagai kon- sentrasi triakontanol. Diharapkan pemberian tria- kontanol mampu menggiatkan kinerja enzim se- hingga dapat memacu pertumbuhan tanaman ba- yam dan meningkatkan hasil bijinya.

BAHAN DAN METODA

Penelitian ini dilakukan di kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4), Universitas Gajah Mada di Kalitirto, Berbah, Yog- yakarta. Tempat penelitian ini berada pada keting- gian 126 meter di atas permukaan laut dengan je- nis tanah Regosol.

Bahan penelitian yang digunakan adalah benih bayam merah yang berasal dari Balai Benih Induk Hortikultura Ngipiksari, Yogyakarta, Dharmasari 5 EC, urea, TSP, KCl, Furadan 3G, Dithane M-45 dan Diazinon 60 EC. Sedangkan alat-alat yang di- gunakan adalah waring (paranet), bambu, kawat, paku, cangkul, cetok, gembor, rol meter, hand sprayer, timbangan, light meter, leaf area meter, oven, kamera, penggaris dan arit.

Penelitian ini dilaksanakan dengan bagan fak- torial terdiri atas dua faktor yang tersusun dalam rancangan petak terpisah (split plot) yang diulang tiga kali. Untuk mengetahui perlakuan-perlakuan yang berpengaruh nyata dilakukan pengujian de- ngan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada jenjang nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1976).

Petak utama adalah intensitas cahaya matahari (I) yang terdiri dari tiga aras, yaitu I1 = intensitas cahaya 100%, I2 = intensitas cahaya 70% dan I3 = intensitas cahaya 40%. Sedangkan anak petak (sub plot) adalah konsentrasi triakontanol (K) yang ter- diri dari empat aras, yaitu K0 = konsentrasi 0 ppm (disemprot air sebagai kontrol), K1 = konsentrasi 100 ppm, K2 = konsentrasi 200 ppm dan K3 = kon- sentrasi 400 ppm. Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan.

Pengamatan dilakukan terhadap parameter-pa- rameter sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman yang dilakukan pada akhir pe- nelitian (umur tanaman 101 hari) setelah benih disebar. Pengukuran dimulai dari leher akar sampai ujung daun tertinggi.

2. Luas daun dan jumlah daun. Pengukuran luas daun meliputi seluruh daun yang ada pada ta- naman yang diamati dengan leaf area meter, sedangkan jumlah daun dilakukan menghitung jumlah daun yang telah membuka penuh.

3. Berat kering tanaman. Tiap anak petak (sub plot) diambil seluas 2,4 x 2,0 m sebagai petak panen. Dari petak panen diambil dua tanaman sampel yang diambil secara acak.

4. Berat 1000 biji yang diambil dari petak panen dan telah dikeringkan dengan sinar matahari.

Selanjutnya un-tuk memperoleh berat 1000 biji tersebut digu-nakan rumus:

d x B 100 14

100

= −

Ka

di mana:

B = berat 1000 biji dengan kadar air 14%.

Ka = kadar air biji kering matahari.

d = berat 1000 biji kering matahari.

5. Berat biji per hektar yang dicari menggunakan rumus:

10 L x x b H 100 14

100

= −

Ka

di mana:

B = hasil biji kering dengan kadar air 14 persen (ton ha-1).

L = luas petak panen.

b = berat biji kering pada petak panen.

Ka = kadar air biji kering.

10 = faktor pengubahan dari kg ke ton dan dari meter persegi ke hektar.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi tanaman

Hasil analisis statistik (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan intensitas cahaya tidak berpenga- ruh nyata terhadap tinggi tanaman. Sedangkan per- lakuan konsentrasi triakontanol dan interaksi anta- ra intensitas cahaya dengan konsentrasi triakonta- nol menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bayam (cm).

Intensitas cahaya

(%)

Konsentrasi triakontanol (ppm)

Rata-rata

0 100 200 400

100 127,300 125,033 118,500 134,333 129,292 a 70 127,433 134,500 131,333 128,933 130,550 a 40 114,467 132,867 136,210 128,867 129,103 a Rata-rata 123,067 130,800 128,681 130,711 128,315

K q p pq p (+)

Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%; (+) = terdapat interaksi antara I dan K.

Tinggi tanaman dipengaruhi oleh triakontanol karena triakontanol dapat meningkatkan aktivitas enzim dan meningkatkan sintetis protein (Ries dan Wert, 1977). Dari hasil analisis diperoleh tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan triakontanol 100 ppm.

Luas daun

Hasil analisis statistik (Tabel 2) menunjukkan bahwa perlakuan intensitas cahaya dan interaksi intensitas cahaya dengan konsentrasi trikontanol tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap luas daun. Sedangkan perlakuan konsentrasi tria- kontanol menunjukkan pengaruh yang nyata terha- dap luas daun.

Tabel 2. Rata-rata luas daun tanaman bayam (cm2).

Intensitas cahaya

(%)

Konsentrasi triakontanol (ppm)

Rata- rata

0 100 200 400

100 2662,26 4530,65 6682,52 3375,87 4312,82 a 70 2857,63 2815,22 5316,11 3123,36 3528,08 a 40 2269,32 3087,03 5019,18 3269,35 3411,22 a Rata-rata 2596,41 3477,63 5672,60 3256,19 3411,22 a

K q q p q (-)

Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.

Luas daun dipengaruhi oleh triakontanol kare- na triakontanol dapat meningkatkan aktifitas enzim dan meningkatkan sintesis protein, mempengaruhi primordia interkalar pada daun. Dari hasil analisis diperoleh luas daun terbesar pada perlakuan kon- sentrasi 200 ppm.

Jumlah daun

Hasil analisis statistik (Tabel 3) menunjukkan bahwa perlakuan intensitas cahaya dan konsentrasi trikontanol menunjukkan pengaruh yang nyata ter- hadap jumlah daun. Akan tetapi tidak ada penga- ruh nyata pada interaksi intensitas cahaya dengan konsentrasi triakontanol terhadap jumlah daun.

Tabel 3. Rata-rata jumlah daun tanaman bayam.

Intensitas cahaya

(%)

Konsentrasi triakontanol (ppm)

Rata-rata

0 100 200 400

100 167,87 198,57 230,00 153,67 187,53 a 70 130,30 133,80 129,43 118,90 128,11 b 40 105,13 124,90 166,37 113,87 127,57 b Rata-rata 134,43 152,42 175,27 128,81 147,73

K q pq p q (-)

Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.

Triakontanol dapat meningkatkan penyerapan air dari dalam tanah, meningkatkan pertumbuhan vegetatif, meningkatkan aktivitas enzim, dan me- ningkatkan sintesis protein (Ries dan Wert, 1977).

Cahaya merupakan faktor utama yang mengendali- kan pertumbuhan dari kuncup lateral (Gardner et al., 1985). Pada intensitas cahaya 100% diperoleh rata-rata jumlah daun paling besar dibandingkan jumlah daun pada intensitas cahaya 70 dan 40%.

Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya inten- sitas cahaya akan mengakibatkan berkurangnya hasil fotosintesis dan ketersediaan enzim, sehingga menyebabkan pertumbuhan tunas untuk memben- tuk daun berkurang pula. Dari analisis diperoleh perlakuan terbaik intensitas cahaya 100% dan per- lakuan konsentrasi larutan triakontanol 100 ppm.

Berat kering tanaman

Hasil analisis statistik berat kering tanaman pa- da Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan intensi- tas cahaya memberikan pengaruh yang nyata ter- hadap berat kering tanaman. Sedang perlakuan konsentrasi triakontanol dan interaksi antara inten- sitas cahaya dengan konsentrasi triakontanol tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering tanaman.

(4)

Tabel 4. Rata-rata berat kering tanaman bayam.

Intensitas cahaya

(%)

Konsentrasi triakontanol (ppm)

Rata-rata

0 100 200 400

100 124,44 137,78 141,11 116,66 130,00 a 70 78,33 76,67 85,56 73,34 78,47 b 40 52,22 64,45 84,44 62,22 65,83 b Rata-rata 85,00 92,96 103,70 84,07 91,44

K q pq p q (-)

Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.

Tingginya berat kering tanaman pada perlaku- an intensitas cahaya 100% dibandingkan intensitas cahaya 70 dan 40% disebabkan oleh lebih besar- nya intensitas cahaya yang diterima tanaman se- hingga hasil fotosintesis lebih besar pula. Hal ini juga menyebabkan akumulasi hasil bersih fotosin- tesis menjadi lebih besar, yang pada akhirnya berat kering tanaman meningkat. Pengaruh perlakuan konsentrasi triakontanol terhadap berat kering ta- naman disebabkan karena triakontanol dapat me- ningkatkan aktivitas enzim dan meningkatkan sin- tesis protein (Ries dan Wert, 1977). Dari hasil ana- lisis diperoleh perlakuan intensitas yang terbaik pada 100% dan konsentrasi triakon-tanol 200 ppm.

Berat 1000 biji

Hasil analisis statistik terhadap berat 1000 biji yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap berat 1000 biji, sedangkan konsentrasi triakontanol dan interaksi intensitas cahaya dengan konsentrasi triakontanol tidak menunjukkan pe- ngaruh yang nyata. Intensitas cahaya 40% membe- rikan berat 1000 biji terbesar dibandingkan inten- sitas cahaya 70% dan 100%. Pengurangan inten- sitas cahaya sampai 40% meningkatkan berat 1000 biji, dan meningkatkan hasil bijinya per hektar.

Tabel 5. Rata-rata berat 1000 biji tanaman bayam.

Intensitas cahaya

(%)

Konsentrasi triakontanol (ppm)

Rata-rata

0 100 200 400

100 0,8199 0,8225 0,8133 0,8189 0,8186 b 70 0,9179 0,8111 0,8238 0,8202 0,8182 b 40 0,8417 0,8705 0,8283 0,8261 0,8417 a Rata-rata 0,8265 0,8347 0,8218 0,8217 0,8262

K p p p p (-)

Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.

Hasil biji bayam per hektar

Berdasarkan hasil analisis statistik (Tabel 6) terungkap bahwa perlakuan intensitas cahaya memberikan pengaruh nyata terhadap hasil biji ba- yam per hektar, sedangkan konsentrasi triakonta- nol tidak memberikan pengaruh yang nyata. Se- lanjutnya, hasil sidik ragam pada jenjang nyata 5%

tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata antara intensitas cahaya dan konsentrasi triakonta- nol.

Tabel 6. Rata-rata hasil biji tanaman bayam (kg).

Intensitas cahaya

(%)

Konsentrasi triakontanol (ppm)

Rata-rata

0 100 200 400

100 555,067 559,917 572,707 614,123 575,453 a 70 330,447 381,837 358,710 332,447 350,868 b 40 328,767 364,587 379,490 351,867 356,178 b Rata-rata 404,770 435,447 436,969 432,812 427,449

K p p p p (-)

Angka-angka pada baris maupun kolom yang diikuti oleh huruf sama, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata berdasarkan uji DMRT pada jenjang nyata 5%; (-) = tidak terdapat interaksi antara I dan K.

Pada perlakuan intensitas caya terungkap bah- wa pengaruh intensitas 100% berbeda nyata terha- dap intensitas cahaya 70 dan 40%. Sedangkan an- tara intensitas 70% dan 40% tidak memperlihatkan perbedaan pengaruh yang nyata. Perlakuan inten- sitas cahaya 100% memberikan hasil biji bayam tertinggi, dikarenakan meningkatnya laju fotosin- tesis yang berakibat pada meningkatnya produk fo- tosintesis. Dengan demikian jelas bahwa perbeda- an intensitas cahaya akan mempengaruhi hasil biji tanaman bayam. Dari hasil analisis diperoleh per- lakuan intensitas cahaya terbaik yaitu 100% yang menunjukkan rata-rata hasil biji tertinggi sebesar 575,45 kg ha-1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan intensitas cahaya 100% dapat me- ningkatkan jumlah daun, berat kering tanaman dan hasil biji. Intensitas cahaya penuh sampai dengan intensitas 40% tidak menunujukkan pengaruh yang nyata terhadap berat 1000 biji, tinggi tanaman dan luas daun.

2. Perlakuan kensentrasi triakontanol 100 ppm dapat meningkatkan berat kering tanaman, tinggi tanaman, luas daun, dan jumlah daun.

Namun demikian, perlakuan konsentrasi tria- kontanol hingga 400 ppm tidak menunjukkan

(5)

pengaruh yang nyata terhadap hasil biji dan berat 1000 biji.

3. Tidak ada interaksi antara intensitas cahaya de- ngan konsentrasi triakontanol terhadap semua parameter yang diamati, kecuali tinggi tanam- an.

Berdasarkan hasil penelitian ini, guna meng- hasilkan biji (sebagai benih maupun bahan dasar industri tepung) disarankan agar tanaman bayam diusahakan ditempat yang memperoleh sinar mata- hari penuh).

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Tanaman Pangan DIY. 1984. Bayam (Amaranthus sp.): Sumber Protein Nabati dan Vitamin. Yogyakarta., Dinas Pertanian Tanaman Pangan DIY.

Ezedinma, F. O. C. dan O. C. Onazi. 1986. Introduction to Tropical Agriculture. Longman Inc, London.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1985.

Physiology of Crop Plants. Iowa, The Iowa State University Press.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1976. Statistical Procedure for Agricultural Research with Emphasis on Rice. Los Banos, The Phillpines, The International Rice Research Institute.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan, Jakarta, Jakarta.

Moore, T. C. 1979. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. New York, Springer-Verlag.

Ries, S. K. dan R. Houtz. 1983. Triacontanol as a Plant Growth Regulator. HortScience 18: 622-654.

Ries, S. K. dan V. F. Wert. 1977. Growth Responses of Rice Seeding to Triacontanol in Light and Dark.

Michigan, USA, Department of Horticulture, Michigan State University.

Simbolon, H. dan H. Sutarno. 1986. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan Beberapa Jenis Amaranthus spp. Bogor, Lembaga Biologi Nasional LIPI.

Sutarno, H. 1988. Budidaya Bayam Biji. Bhatara, Jakarta.

Yamaguchi, M. 1983. World Vegetables: Principles, Production and Nutritive Values. Van Nostrand Reinhold Co. Inc, Heidelberg.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Ovaj rad bavi se problematikom odnosa između komunikacije i kulture, odnosno bavi se odnosom poslovnih ljudi koji pripadaju različitim kulturama.. Globalizacija je

Pada kawasan sekitar Rumah Susun Bendungan Hilir 1, masih terdapat banyak ruang terbuka hijau. Yang paling menonjol adalah keberadaan Pemakaman Petamburan yang cukup luas di sebelah

2 Interactivity Interacitivity atau yang lebih dikenal dengan sebutan interaktif merupakan salah satu nilai lebih dari media baru, karena media lama bersifat pasif, sehingga tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh parameter injection time terhadap kualitas produk spion truk Mitsubishi PS 135 hasil injection molding;

mikro hidro (PLTMH) Kecamatan Muara Sahung Kecamatan Nasal dan APBD Kab & Swasta Pemda Kab (Din Pertambangan & Energi)  Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga.

Hasil yang dicapai adalah (1) mitra mengetahui Two-Tier Diagnostic Test disertai Certainty of Response Index (CRI) sebagai instrumen dan metode yang dapat mengidentifikasi

pada mahasiswa Pendidikan Fisika Reguler 2014 digunakan untuk menentukan reliabilitas angket, sedangkan hasil uji coba pada mahasiswa Pendidikan Fisika Reguler

Berdasarkan pengamatan sementara peneliti yang di dapat melalui wawancara dengan beberapa pihak dan data yang relevan dari pihak sekolah terhadap perhatian