• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi terhadap Keseimbangan Antara Matakuliah pada Kurikulum Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Unud.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi terhadap Keseimbangan Antara Matakuliah pada Kurikulum Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Unud."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

EVALUASI TERHADAP KESINAMBUNGAN

ANTARA MATAKULIAH PADA KURIKULUM

JURUSAN ARSITEKTUR,

FAKULTAS TEKNIK UNUD

Tim Peneliti

1.. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP (Ketua) 2. Ir. I Made Suarya, MT

3. Dr. Ir. Widiastuti, MT.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN JURUSAN ARSITEKTUR TAHUN 2015

Judul Penelitian : Evaluasi Terhadap Kesinambungan Antara Matakuliah pada

Kurikulum Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Unud

Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi,MSP b. NIDN / NIP : 0006055703 / 19570506 198403 1 001

c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Nomor HP / email : 0816 4703 831 / syamsul_alam_paturusi@yahoo.fr

Anggota Peneliti (1) :

a. Nama Lengkap : Ir. I Made Suarya, MT

b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19561015 199103 2 003

c. Jabatan Fungsional : Lektor

d. Nomor HP / email : 081 55766912/ mdsuarya@yahoo.com

Anggota Peneliti (2) :

a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Widistuti, MT

b. NIDN / NIP : 0015105602 / 19630825

c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

d. Nomor HP / email : 081 23651246/ wiwiedwidiastuti@yahoo.fr

Biaya Penelitian : - diusulkan ke Jurusan Rp. 10.000.000,- - dana institusi lain Rp.

-- inkind sebutkan -

Bukit Jimbaran, 11 September 2015 Menyetujui,

Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD

Ketua Tim Peneliti

Ir. I Made Suarya, MT NIP. 19561015 198601 1 001

(3)

3

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... 2

DAFTAR ISI... 3

RINGKASAN ... 4

BAB 1 PENDAHULUAN ... 5

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Perencanaan dan Implementasi Kurikulum ... 9

2.2. Sosialisasi Rencana Implementasi ... 11

2.3. Teori Perubahan ... 14

BAB III METODE PENELITIAN... 24

3.1. Rancangan Penelitian ... 24

3.2. Lokasi Penelitian ... 24

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 24

3.4. Teknik Sampling ... 25

3.5. Teknik Pendataan ... 25

3.6. Instrumen Penelitian... 25

3.7. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL DAN BAHASAN ... 27

4.1 Kesesuaian antara Materi Pelajaran Teori dengan Satuan Acara Perkuliahan ... 27

4.2 Kesamaan Pemahaman Team Teaching Tentang Materi Pelajaran Teori yang Akan Diimplementasikan Pada Studio Perancangan Arsitektur ... 29

4.3. Tuntutan Substansi Studio Perancangan Arsitektur Pernah (atau tidak pernah) Diberikan Teori Penunjang Sebelumnya ... 30

V SIMPULAN DAN SASARAN ... 32

5.1. Simpulan ... 32

5.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

(4)

4

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompatibilitas antara teori yang diberikan sebelumnya dengan terapannya pada matakuliah Studio Perancangan Arsitektur sebagai inti utama (core) pada kurikulum pembelajaran di Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Unud.

Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, melalui evaluasi pembelajaran di Studio Tugas Akhir sebagai muara seluruh proses pembelajaran di Jurusan Arsitektur. Melalui wawancara mendalam (in-depth interview) pada dua mahasiswa yang sedang mengikuti studio Tugas Akhir.

Hasilnya disajikan dalam bentuk tabulasi dari hasil persentasi frekuensi yang kemudian dipadukan dengan wawancara terstruktur untuk kemudian di interpretasikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masih sangat terbatas SAP yang dibuat oleh Dosen di jurusan Asitektur. Dari SAP yang dibuat tidak semuanya sesuai dengan yang diberikan kepada mahasiswa, bahkan sebagian agak melenceng. Hasil lainnya adalah pemahaman antara dosen team teaching tentang kedalaman materi yang dituntut dalam studio tidak sama; dan terakhir masih ada kesenjangan antara tuntutan materi studio dengan materi teori yang diberikan sebelumnya. Ada yang terlupa karena jarak waktu antara pemberian teori dan aplikasinya di studio terlalu lama. Juga masih ada materi yang belum pernah diberikan pada tahapan teori, namun dituntut pembuatannya saat studio.

(5)

5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesenimbungan dan keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor. Proses ini diawali dengan perencanaan kurikulum dengan serangkaian ikutannya seperti: (1) Menentukan Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran (CP); (2). Memilih dan merangkai Bahan Kajian; (3).Menyusun Mata Kuliah, Struktur Kurikulum, dan menentukan SKS; dan (4). Menyusun Rencana Pembelajaran dan Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Kemudian diikuti dengan tahapan Implementasi Kurikulum dan Monitoring Pelaksanaannya. Faktor-faktor penentu keberhasilannya sangat ditentukan oleh banyak hal seperti: tenaga pengajar sebagai ujung tombak yang berhubungan langsung dengan mahasiswa; sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar; metode pembelajaran dan sistem penilaian dan dukungan pengelolaan (manajemen) termasuk administrasi.

Kurikulum pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Tekik Unud sejak berdirinya tahun 1965 setidaknya telah mengalami tujuh kali penyesuaian. Setiap pergantian kurikulum ini didahului dengan tahapan evaluasi tentang efektivitas dan penyesuaian terhadap berbagai kebijakan Departemen Pendidikan, perkembangan teknologi, perkembangan kebutuhan pasar, masukan dari pengguna lulusan (melalui tracer study). Sehingga diharapkan dengan kurikulum baru tersebut mampu menghasilkan lulusan yang siap latih1 untuk masuk dalam dunia kerja.

(6)

6 Arsitektur ditambah satu Studio Tugas Akhir. Hirarki Studio 1 hingga Studio Tugas akhir dirancang dengan tingkat kompleksitas dan tingkat kesulitan yang semakin meningkat seiring meningkatnya jenjang Studio. Dukungan matakuliah lainnya terhadap Studio ada yang bersifat langsung (misalnya matakuliah Metode Perancangan, Struktur-Konstruksi, Utilitas) dan ada yang bersifat tidak langsung untuk memperkaya (enrichment) wawasan rancangan. Singkatnya, sebaran matakuliah untuk mendukung kegiatan Studio terbentuk seperti pohon dengan cabang dan rantingnya, dimana Studio adalah batang utamanya.

Dalam implementasinya, baik pada proses Studio Perancangan maupun saat ujian Studio Tugas Akhir, para dosen penguji sering kecewa atas kompetensi yang dimiliki mahasiswa. Beberapa kemampuan dasar yang mestinya sudah dikuasai oleh seorang mahasiswa pada jenjang tertentu ternyata jauh dari yang diharapkan. Bila terjadi hanya pada satu dua mahasiswa, maka kemungkinan masalahnya pada individu mahasiswa, tetapi ini hampir bersifat massiv dalam jumlah besar. Bila kondisi ini dibiarkan tentu saja dapat merugikan bagi mahasiswa dan institusi pendidikan. Ditengah semakin ketatnya persaingan kerja dan tuntutan kualitas kompetensi lulusan yang semakin tinggi, maka masalah ini perlu dicarikan solusi pemecahannya.

Melihat kenyataan seperti ini, pihak jurusan Arsitektur telah melakukan berbagai upaya, antara lain dengan diskusi bersama antara pengajar di jurusan, atau membentuk semacam panitia adhoc untuk mengadakan evaluasi terhadap proses belajar mengajar. Meski demikian, solusi yang diberikan hanya bersifat parsial dan hanya bersifat sementara. Dampak perbaikannya belum terlihat secara nyata, bahkan ada yang hanya sekedar wacana yang kemudian dilupakan seiring dengan perjalanan waktu dan kesibukan lainnya. Beberapa hasil diskusi dosen dalam kelompok kecil, hanya diketahui dan disepakati oleh kelompok kecil tersebut tanpa adanya sosialisasi ke kelompok pengajar secara menyeluruh.

Kesenjangan antara harapan terlaksananya kesinambungan antara mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum dengan kenyataan absennya beberapa kemampuan dasar

1 Lulusan S1 Arsitektur, lulusannya BUKAN mencetak Arsitek, tetapi Sarjana Arsitektur. Setelah

(7)

7 yang mestinya sudah dikuasai oleh mahasiswa, menjadi fokus utama dalam penelitian ini. Masalah utamanya adalah apa, siapa dimana penyebab tejadinya kesenjangan ini?

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah materi pelajaran teori yang diberikan sesuai dengan yang tertera dalam Satuan Acara Pengajaran?

2. Apakah materi pelajaran teori yang akan diimplementasikan pada Studio Perancangan Arsitektur telah diketahui oleh seluruh team teaching pada Studio tersebut?

3. Apakah substansi yang dituntut pada Studio Perancangan Arsitektur sudah pernah diberikan teori penunjang sebelumnya?

1.3.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada Rumusan Masalah pada butir 1.2., maka Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kesesuaian antara materi yang diberikan ke mahasiswa dengan Satuan Acara Pengajaran (SAP)

2. Mengetahui kesamaan pemahaman materi diantara anggota team teaching

studio perancangan

3. Mengetahui kompatibilitas antara teori yang diberikan sebelumnya dengan aplikasinya pada Studio Perancangan

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademik

Dengan penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan pemikiran yang dapat disumbangkan terhadap perkembangan pendidikan jurusan Arsitektur, khususnya tentang evaluasi keruntutan antara matakuliah satu dengan lainnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

(8)
(9)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan dan Implementasi Kurikulum

Implementasi kurikulum yang baik dihasilkan dari perencanaan yang baik pula. Proses perencanaan membutuhkan sumber daya untuk menyelesaikan aktivitas yang diharapkan. Hal ini menetapkan dan menentukan bagaimana cara mengatur kebijakan yang akan dijalankan tindakan yang direncanakan tersebut. Planninng berlangsung sebelum program atau penyerahan program.

Louis dan Miles (1990) mengemukakan bahwa perencanaan harus diawali dengan visi. Dalam riset, mereka menemukan bahwa institusi pendidikan yang sukses dalam menerapkan perubahan yang meningkatkan program mereka memiliki staff yang memegang gambaran serupa dari apa yang institusi perlukan. Para dosen merasa terikat dengan program yang baru dan dikembangkan dan mempunyai semangat terhadap inovasi itu.

Apapun orientasi seseorang kepada kurikulum, tidak ada penyangkalan bahwa implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga faktor: orang, program, dan proses. Tiga faktor tidak dapat dipisahkan. Seorang pengelola pendidikan boleh menekan satu faktor lebih dari yang lain, tetapi tidak ada pemimpin yang mahir yang akan mengabaikan tiga faktor sekaligus. Banyak institusi pendidikan yang gagal untuk menerapkan program karena mereka mengabaikan faktor-faktor tersebut dan menghabiskan dana dan waktu hanya untuk memodifikasi

program atau proses. Salah satu alasan mengapa banyak kurikulum gagal adalah

bahwa pembuat kurikulum, khususnya di Perguruan Tinggi, memusatkan energi untuk

mengubah program tetapi tidak cukup perhatian pada kebutuhan para dosen dan perhatian minimal kepada organisasi institusi.

Incrementalism

(10)

10 sedikit kendali atau manfaat atas perubahan tersebut. Fullan dan Goodlad (1991) mendeskripsikan bahwa para dosen memiliki sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan para sejawatnya. Hal ini merupakan pengasingan yang menghasilkan organisasi institusi yang hanya menyatu dalam kelas dan pengaturan jadwal. Seymour Sarason juga mengemukakan pengasingan dosen dalam organisasi institusi yang secara negatif berdampak pada perubahan. Selanjutnya ia menyatakan bahwa para dosen merasakan, secara profesi, mereka adalah milik mereka sendiri. Adalah tanggung jawab mereka, dan milik mereka sendiri, untuk memecahkan permasalahan mereka. Hal ini menyebabkan para dosen memandang perubahan dalam program sebagai suatu aktivitas individu.

Masalah utama untuk menerapkan kurikulum baru adalah banyak individu dalam kebijakan yang umum memandang institusi dan lingkungan mereka sebagai hal yang sama saja. Institusi adalah institusi. Mind-set ini menyebabkan individu, dan bahkan beberapa pendidik, merasakan bahwa rata-rata implementasi secara umum adalah sama saja; tidak perlu melakukan penyesuaian prosedur implementasi yang cocok bagi institusi tertentu. Bagaimanapun, pendidik pada intinya sedang membuat kasus unik bagi institusi masing-masing. Oleh karenanya, kurikulum baru yang berasal dari luar institusi terkait sering menciptakan gegar budaya.

Institusi dan kurikulum yang kaku berdampak pada peran dosen. Tantangannya adalah mendapatkan pendidik untuk berpikir tentang cara baru menciptakan kurikulum dan jalan baru untuk pembelajaran di dalam kultur institusi. Memotivasi para dosen untuk mengasumsikan peran baru dan bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang sudah ditetapkan. Para dosen perlu mempertimbangkan untuk menjadi playrwrigt,

produsen, dan aktor ‘film’ baru dalam simponi bidang pendidikan. Harus dipikirkan

juga bagaimana cara memperoleh persetujuan para pengguna lulusan .

(11)

11 mengambil prakarsa untuk membuat perubahan apapun dalam kurikulum itu. Ketika mereka sudah mulai terbiasa dengan kurikulum tersebut, mereka mulai memodifikasinya.

2.2. Sosialisasi Rencana Implementasi

Kapanpun dan dimanapun saat program baru sedang dirancang, saluran komunikasi harus dibiarkan terbuka sehingga program yang baru datang bukan sebagai suatu kejutan. Diskusi tentang suatu program baru antar para dosen dan tim kurikulum adalah kunci sukses implementasi. Yang perlu disadari bahwa komunikasi adalah peristiwayang sangat kompleks. Komunikasi menggambarkan transmisi fakta, gagasan, nilai-nilai, perasaan, dan sikap dari seseorang kelompok ke yang lain. Komunikasi berkaitan dengan pesan antara pengirim dan penerima pesan.

Komunikasi sebagai pesan antara pengirim dan penerima, harus dipastikan berjalan secara efektif, akurat dan bermutu. Untuk meyakinkan bahwa komunikasi berjalan dengan baik dan pesan yang dikirimkan sampai, tim kurikulum harus memahami saluran komunikasi informal. Karena kadangkala komunikasi formal mengikuti pengaturan yang kaku dan birokratis. Komunikasi dapat mengalir sepanjang seluruh tingkat organisasi, baik vertikal maupun horisontal antar pemangkukepentingan. Komunikasi ke samping akan membentuk networking horisontal antar pemangkukepentingan.

Tantangan komunikasi, formal atau informal, samping, vertikal atau horisontal, adalah pesan yang disampaikan dalam bentuk lisan atau bentuk tulis. Informasi tentang program baru dapat dikomunikasikan melalui media surat, memo, artikel, buku, laporan dan internet.

Dukungan Implementasi

Tim kurikulum harus didukung untuk modifikasi program yang direkomendasikan untuk memudahkan implementasi. Mereka harus lakukan ini sehingga mereka dapat membangun keyakinan diri mereka. Pendidik sering memerlukan pelatihan untuk merasakan nyaman dengan program baru.

(12)

12 kurikulum harus memiliki suatu pemahaman yang tepat mengenai konsep kurikulum dan bagaimana kurikulum diciptakan. Tanpa dukungan dana yang cukup, usaha untuk mendapatkan suatu program yang efektif akan gagal. Dana diperlukan untuk peralatan dan material suatu program baru. Juga diperlukan untuk menyediakan dukungan para pengajar untuk implementasi. Pada level lokal, ada lima langkah yang dilibatkan dalam pendanaan program baru, yaitu persiapan, penerimaan, adopsi, pelaksanaan, dan evaluasi.

Kepercayaan harus dibangun dalam institusi, khususnya antara bidang administrasi dan dosen. Kepercayaan adalah penjamin utama kunci sukses inovasi dan implementasi. Implementasi adalah suatu usaha emosional dan kolaboratif. Dukungan adalah hal penting jika implementasi diharapkan sukses. Lortie menunjuk para dosen mengalokasikan mayoritas waktu kerja mereka dalam kelas dengan para mahasiswa mereka, oleh karena itu hendaknya mereka memiliki komunikasi minimal dengan rekan dan pengampu mereka. Peluang para dosen untuk bekerjasama, berbagi gagasan, bersama-sama memecahkan permasalahan, dan dengan cara kerja sama menciptakan materi yang memungkinkan implementasi kurikulum dengan baik.

Implementasi Sebagai Proses Perubahan

Tujuan pengembangan kurikulum, dengan mengabaikan tingkatan, adalah untuk membuat suatu perbedaan untuk memungkinkan para mahasiswa untuk mencapai tujuan institusi, tujuan masyarakat, dan, barangkali yang paling penting, capaian dan tujuan mereka sendiri. Sederhananya, aktivitas kurikulum adalah aktivitas perubahan. Tetapi apa yang terjadi ketika perubahan terjadi? Apa yang merupakan sumber perubahan? Dapatkah orang-orang meramalkan konsekuensi perubahan? Dapatkah pendidik mengendalikan perubahan yang secara langsung mempengaruhi mereka? Tentu saja, orang-orang dapat menggunakan beberapa pengendalian di atas proses perubahan, tetapi untuk melakukannya memerlukan pemahaman terhadap perubahan. Pemahaman terhadap konsep perubahan dan berbagai jenis perubahan mengijinkan individu untuk menentukan sumber perubahan. Hal itu membantu mereka menyadari bahwa, sungguhpun mereka tidak bisa benar-benar meramalkan konsekuensi perubahan, mereka dapat membuat "terkaan terbaik" meramalkan tentang perubahan untuk menghasilkan sesuatu.

(13)

13 oleh pandangan kenyataan umum mereka. Mereka yang menerima model pengembangan kurikulum yang logis akan memandang perubahan sebagai sesuatu yang dengan tepat mengatur dan mengimplementasikan rencana. Implementasi menjadi bagian dari suatu proses perubahan yang linier.

Mereka yang awam akan merasa perubahan sebagai sesuatu yang tak mungkin dengan ketat dikendalikan. Suatu tahap di dalam aktivitas kurikulum, implementasi bukanlah sesuatu yang terjadi secara linier. Mengamati implementasi ketika interaksi berarti bahwa orang tidak bisa mengalah kepada permintaan obyektifitas dan kuantifikasi. Tentu saja, orientasi perubahan ini menunjukkan suatu proses pencerahan individu: sikap dan kepercayaan mereka. Pertimbangan yang dibuat oleh konstruksi pribadi dari kenyataan mereka dan sikap mereka ke arah hidup dan nilai-nilai yang mereka pegang sebagai sesuatu yang suci.

Dengan mengabaikan orang awam , tidak ada penyangkalan bahwa perubahan dapat terjadi dalam berbagai cara. Dua jalan yang paling nyata adalah perubahan lambat seperti ketika penyesuaian kecil, misalnya jadwal kuliah, penambahan buku di perpustakaan, atau ketika rencana pelajaran atau unit merekrut dosen. Perubahan cepat, misalnya pengetahuan baru atau kecenderungan sosial yang berdampak pada institusi, pengenalan untuk desain.

Saat ini, institusi sedang dilibatkan banyak perubahan cepat dibanding perubahan lambat. Kita sedang mengalami perubahan cepat yang tidak hanya di dalam basis pengetahuan kita: bagaimana fungsi otak, bagaimana pelajaran terjadi, tetapi juga perubahan dalam ilmu kependudukan negeri dan terus meningkat keaneka-ragaman kelompok di dalam masyarakat. Perubahan cepat sedang terjadi di dalam latar belakang keluarga dan sturuktur, subkultur, dan kelompok masyarakat. Pluralisme budaya sedang menjadi trend dan menemukan momentumnya. Sebagai tambahan, teknologi bidang pendidikan juga sedang trend dan menemukan momentumnya, berdampak pada kurikulum dan pengeimplementasiannya.

Menurut riset, untuk merubah kurikulum yang cepat untuk diterapkan, ada lima petunjuk yang harus diikuti, yaitu:

(14)

14 2. Inovasi yang sukses memerlukan perubahan di dalam struktur suatu institusi. Dengan perubahan struktural, berarti memodifikasi hal yang utama menyangkut para dosen dan mahasiswa, apakah yang ditugaskan di Studio saling berhubungan satu sama lain.

3. Inovasi sedapat mungkin dapat dikendalikan oleh seluruh dosen. Tidak bisa menginovasi gagasan mengenai masalah perancangan atau pemikiran solutif ketika mahasiswa tidak bisa menggambar teknik.

4. Implementasi dari usaha perubahan harus organik bukan birokratis. Ketegasan, prosedur monitoring, dan aturan bukanlah hal yang memungkinkan untuk perubahan; pendekatan yang birokratis ini perlu digantikan dengan pendekatan yang adaptip atau organik yang meminimalkan penyimpangan dari perencanaan awal dan mengenali permasalahan dan kondisi-kondisi institusi.

5. Hindarilah sindrom "lakukan sesuatu, kerjakan apapun". Kebutuhan adalah suatu yang telah direncankan pada kurikulum, juga untuk memusatkan kegiatan, waktu, dan dana yang serasi dan rational.

2.3. Teori Perubahan

Perubahan dihasilkan oleh pengetahuan baru, namun kehadiran pengetahuan baru tidaklah cukup untuk perubahan. Masyarakat harus mengenali suatu kebutuhan untuk berubah. Lovell mengemukakan teori perubahan dalam lima proses: 1) kepemimpinan; 2) komunikasi; 3) potensi manusia; 4) problem solving; dan 5) evaluasi. Proses ini dapat mendorong ke arah sistem (institusi) kohesi dan kooperasi atau konflik dan tegangan.

(15)

15 dua hal ini berkekuatan sama, suatu keseimbangan atau timbangan yang hidup memungkinkan suatu posisi dalam keadaan stabil atau keadaan tetap pada saat tertentu. Bagaimanapun, pada saat daya penggerak mulai menundukkan pengendalian kekuatan, akan memicu perubahan. Sepanjang daya penggerak ini lebih kuat, aktivitas perubahan akan berlanjut. Ketika pengendalian kekuatan memperoleh kembali daya gerak, perubahan akan melambat.

Model Kekuatan Bidang

Daya penggerak Pengendalian Kekuatan

a. Intervensi Pemerintah a. Ketakutan yang tak dikenal b. Nilai-Nilai Masyarakat b. Ancaman untuk menggerakkan atau hamparan rumput

c. Perubahan Teknologi c. ketrampilan atau Pengetahuan usang d. Ledakan Pengetahuan d. Nilai-Nilai tradisional

e. Proses Administratif e. Sumber daya yang terbatas

Tipologi Perubahan

Para penanggungjawab kurikulum, untuk mengimplementasikannya, perlu memahami sifat alami perubahan. Dengan pemahaman, proses perubahan dapat menghadapi tantangan dan menyemangati mereka yang dilibatkan. Mereka yang tidak mengerti kompleksitas perubahan mungkin untuk memulai tindakan akan mengakibatkan perselisihan di dalam organisasi institusi. Bennis mengemukakan beberapa jenis perubahan:

1. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan di mana yang dilibatkan itu mempunyai kuasa sama dan fungsi. Orang-Orang mengidentifikasi dan mengikuti prosedur tepat dalam hubungan dengan aktivitas yang ada. Perubahan yang direncanakan menjadi yang ideal.

2. Perubahan dengan paksaan, ditandai oleh satu orang/kelompok menentukan tujuan dan dengan sengaja tidak masuk orang lain yang mengambil bagian. Kelompok terkendali mempunyai yang utama menggerakkan dan memelihara kuasa yang berbeda menyeimbangkan.

(16)

16 kekurangan suatu usaha sengaja; mereka adalah tidak-pasti.

Kebalikan dari perubahan yang direncanakan adalah perubahan acak atau alami. Jenis perubahan ini terjadi dengan tidak ada penentuan sasaran. Sering perubahan alami terjadi di institusi. Kurikulum disesuaikan atau dimodifikasi dan diterapkan bukan sebagai suatu hasil analisa hati-hati tetapi sebagai tanggapan ke peristiwa yang tidak diantisipasi.

Robert Chin telah membahas tiga jenis strategi perubahan:

1. Empirical-Rational. Tekanan strategi pada pentingnya kebutuhan perubahan dan wewenang untuk menerapkan. Sering institusi kekurangan pendekatan ini untuk berubah sebab mereka tidak mengetahui mereka memerlukan suatu perubahan maupun keterampilan untuk menerapkan itu.

2. Normative-Reeducative. Strategi berdasar pada kecerdasan/inteligen dan rasionalitas manusia. Manusia akan berubah jika mereka didekati secara rasional dan dibuat untuk melihat bahwa mereka harus memodifikasi nilai-nilai, sikap, pemahaman, dan ketrampilan mereka.

3. Power Strategies. Memaksa individu itu mematuhi berbagai keinginan dari mereka yang lebih pandai. Strategi paksaan jarang digunakan di dalam institusi, kecuali saat luar biasa.

John McNeil telah menyelidiki proses perubahan dengan penggunaan kompleksitas organisator:

1. Substitution/Penggantian. Ini melukiskan perubahan di mana satu unsur mungkin diganti yang lain. Seorang dosen, sebagai contoh, mengganti buku teks dengan buku yang lain. Jenis perubahan ini yang paling umum dan yang paling mudah.

2. Alteration/ Perubahan. Perubahan jenis ini ada ketika seseorang memperkenalkan program dan materi atau prosedur baru.

3. Pertubartion/Gangguan. Perubahan ini bisa jadi pada mulanya mengganggu suatu program tetapi kemudian disesuaikan secara penuh oleh perancang kurikulum dengan program yang berkelanjutan.

4. Restructuring/Restrukturisasi. Perubahan ini mendorong ke arah modifikasi sistem. Seperti konsep pengajaran baru, seperti perubahan susunan kepegawaian atau team pengajar.

(17)

17

Model Implementasi Kurikulum

Pemilihan Model Implementasi kurikulum sering tergantung pada pilihan filosofis. Praktisi dan sarjana melanjutkan pada kebutuhan akan alat-alat yang efektif untuk meningkatkan kurikulum dan pengajarannya. Harris mengamati bahwa usul umum strategi perubahan meliputi: 1) menjelaskan bentuk otoritas; 2) menyertakan peserta dalam penentuan sasaran, pemilihan staf, dan evaluasi; 3) penetapan tanggung-jawab dan peran dosen; 4) personil pelatihan dalam strategi perubahan dan teknik resolusi konflik; dan 5) perabot perubahan dengan melibatkan dukungan.

Checklist untuk Menerapkan Perubahan Kurikulum adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana nantinya pribadi dosen yang diubah oleh inovasi?

2. Berapa banyak waktu persiapan tambahan yang diperlukan untuk inovasi? 3. Bagaimana nantinya inovasi "cocok" dan ke materi apa mahasiswa diarahkan? 4. Apa jenis sumber daya material dosen yang akan disajikan?

5. Apa jenis materi pelajaran baru yang disediakan untuk mahasiswa? 6. Apa pola teladan interaksi teacher-learner akan dituntut?

7. Bagaimana permintaan prosedur pengajaran diperlukan yang belum dikuasai dosen?

8. Apa jenis tugas yang akan diberikan? 9. Standardisasi test yang harus diambil?

10. Dukungan administrasi terhadap program baru?

11. Apa yang harus dilakukan orang tua untuk memahami dan mendukung program yang baru?

Menerapkan perubahan di dalam organisasi manapun, termasuk institusi memerlukan berbagai tugas pendekatan. Secara esensial menerapkan perubahan meliputi tiga langkah, yaitu inisiasi, implementasi, dan pemeliharaan. Inisiasi yaitu perubahan mengacu pada penentuan langkah proses implementasi, memperoleh kultur institusi yang mau menerima inovasi yang direncanakan. Pada langkah ini, perencana menaikkan pertanyaan penting tentang siapa yang akan dilibatkan, yang diharapkan dari tingkat dukungan, dan apa yang merupakan status kesiap-siagaan person untuk inovasi. Idealnya, pertanyaan ini berkenaan dengan tahap inisiasi ketika bagian-bagain dilibatkan dalam aktivitas pengembangan kurikulum.

(18)

18 adalah langkah variasi model-model atau pendekatan untuk tahap implementasi, yang mana akan dijelaskan nanti. Tahap yang ketiga adalah maintenance atau pelembagaan, dimana sangat esensial untuk monitoring inovasi setelah diperkenalkan. Jika pemeliharaan tidak direncanakan untuk inovasi yang diperkenalkan sering memudar atau diubah.

Yang dilibatkan dalam menerapkan program baru harus didukung oleh fakta bahwa sebagian besar pekerjaan dari masa lampau beberapa dekade telah melengkapi taktik atas bagaimana cara mempengaruhi perubahan dalam institusi. Jon Snyder dan orang lain menunjukkan bahwa riset atas implementasi kurikulum memiliki temuan tentang kondisi-kondisi yang memudahkan atau menghalangi keseluruhan proses implementasi. Sesungguhnya, kita mengetahui banyak tentang proses implementasi, dan beberapa peneliti kini lebih sedikit tertarik akan implementasi sebagai proses perubahan dan lebih tertarik akan bagaimana implementasi ditetapkan dan dialami oleh para dosen dan para mahasiswa.

Model Overcoming Resistance to Change Model (ORC)

(19)

19 organisasi dapat diubah. Juga, perubahan adalah suatu pengalaman yang sangat pribadi, dan kita harus mempertimbangkan kepribadian individu untuk berdaya melalui proses implementasi atau perubahan. Apalagi, perubahan yang diperkenalkan harus menunjuk para dosen dan ‘pemain kurikulum lain’.

Dalam riset atas implementasi inovasi di perguruan tinggi, Hall dan Loucks mencatat bahwa concern dapat dikelompokkan ke dalam empat langkah pengembangan: Langkah 1: Unrelated concerns. Para dosen pada tingkatan ini tidak merasa adanya suatu hubungan antara diri mereka dengan perubahan yang diusulkan. Sebagai contoh, jika suatu ilmu pengetahuan program baru sedang diciptakan dalam suatu institusi, seorang dosen pada langkah ini akan sadar akan usaha tetapi tidak akan mempertimbangkan bahwa ia akan terpengaruh oleh atau terkait dengan usaha itu. Dosen tidak akan menentang perubahan sebab ia benar-benar tidak merasa perubahan mempengaruhi daerah profesionalnya atau pribadinya.

Langkah 2: Personal concerns. Pada tahap ini, individu bereaksi kepada inovasi dalam hubungan dengan situasi pribadinya. Ia mempunyai kaitan dengan program yang baru, apa dan bagaimana dia sedang lakukan. Contoh, dosen akan merasa bahwa ia akan terlibat dengan program yang baru tersebut. Dosen akan menghadapi pertanyaan seberapa besar ia akan berkonstribusi dalam perubahan.

Langkah 3: Ta sk-related concerns. Concern pada tingkatan ini berhubungan dengan aplikasi nyata dari inovasi dalam kelas. Contoh, dosen akan mempunyai kaitan dengan bagaimana cara yang tepat menerapkan program yang baru. Berapa banyak waktu akan diperlukan untuk pengajaran program baru ini? Apakah materi kuliah cukup disajikan? Apakah strategi yang terbaik untuk mengajar program yang baru?

Langkah 4: Impact-related concerns. Ketika bereaksi pada langkah ini, seorang dosen jadi lebih terkait dengan bagaimana inovasi akan mempengaruhi organisasi. Dosen tertarik akan bagaimana program yang baru mungkin mempengaruhi para mahasiswa, para sejawat, dan masyarakat. Kekuatan dosen ingin menentukan dampak program, pada apa ia sedang diajarkan. Contoh, memungkinkan para mahasiswa untuk hidup di masa datang ?

Ketika bekerja dengan ORC model, pendidik harus hadapi secara langsung dengan perhatian pada langkah-langkah 2, 3, dan 4. Jika mereka mengabaikannya, masyarakat tidak akan menerima inovasi.

(20)

20 Pengembangan tata kelola berarti suatu pendekatan yang agak spesifik untuk menyempurnakan perubahan dan peningkatan dalam organisasi. Hal ini merupakan suatu usaha untuk meningkatkan suatu pemecahan dan proses pembaruan organisasi, terutama sekali melalui hasil diagnosis dan manajemen kolaboratif. Penekanannya pada kerjasama kelompok dan kultur organisatoris.

French and Bell melukiskan tujuh karakteristik yang memisahkan pengembangan organisasi dari cara tradisional dalam pengelolaan organisasi, yaitu:

1. Penekanan pada team-work

2. Penekanan pada kelompok dan intergroup 3. Penggunaan riset di bidang ilmu

4. Penekanan pada kerja sama/kolaborasi di dalam organisasi sebagai kultur yang dominan

5. Perwujudan kultur harus dirasakan sebagai bagian dari kesatuan sistem

6. Perwujudan organisasi yang bertanggung-jawab atas dan bertindak sebagai

consultants-facilitators

7. Penghargaan terhadap dinamika berkelanjutan dari organisasi secara terus menerus untuk mengubah lingkungan.

Pengembangan tata kelola memandang proses implementasi kurikulum sebagai suatu proses interaktip berkelanjutan.

Concerns-Based Adoption Model

Menggunakan pandangan individu sebagai pendekatan dalam sistem perinstitusian. Semua perubahan dimulai dari individu; perubahan individu, dan melalui perilaku perubahan mereka, institusi juga berubah. Perubahan terjadi ketika perhatian individu diberitahukan. Semua pribadi berubah, dan individu "membeli saham kongsi" perubahan dimana mereka memiliki kepemilikan kedua-duanya, yaitu perhatian dan proses. Lagipula, mereka harus memandang bahwa hasil dari implementasi mempunyai suatu dampak pribadi atas profesionalisme hidup mereka. Sebab perubahan dimulai dari individu dan melibatkan individu sepanjang proses perubahan, orang harus menyadari bahwa perubahan adalah suatu proses lambat; dan memerlukan waktu untuk mewujudkannya; individu memerlukan waktu untuk belajar ketrampilan baru, dan merumuskan sikap baru.

(21)

21 a. Kesadaran inovasi

b. Kesadaran mengukur informasi c. Perhatian untuk diri

d. Berhubungan dengan kegiatan mengajar e. Berhubungan dengan para mahasiswa

Organizational Parts, Units, and Loops

Model pengembangan organisatoris dan Concerns-Based Adoption Model

mendukung sistem berpikir. Kedua-duanya merpertimbangkan tindakan sebagai hal yang dilakukan dalam suatu organisasi yang digambarkan oleh suatu sistem hubungan, jika tidak ada sistem hubungan yang terlihat: menarik berbagai komponen ke dalam kesatuan utuh, kemudian tidak ada organisasi; hanya ada free-floating komponen. Dalam situasi seperti itu, perubahan yang direncanakan dalam organisasi, institusi dalam situasi kita, perlu mencoba untuk menerima “win—win” atau “win—lose” atau tidak sepadan. Dalam menerapkan perubahan akan ada potensi konflik antara orang-orang dan kelompok, bahkan di tingkat jurusan. Walaupun konflik akan terjadi, harus diatur sedemikian sehingga orang-orang menyadari bahwa semua orang berkesempatan menang. Program baru yang sedang diterapkan dalam institusi menghadiahi suatu kesempatan untuk semua bagian: para mahasiswa, para dosen, jabatan, dan prinsip. Bagaimanapun, implementasi yang baik memerlukan enersi, waktu, dan kesabaran. Implementasi, agar berhasil, harus dirasa sebagai suatu usaha yang menuntut suatu batasan waktu jangka panjang dan kooperasi dan keterlibatan utama antar orang-orang dan jurusan. Lihat tips Kebijaksanaan untuk Promosi Perubahan.

Kebijaksanaan untuk Promosi Perubahan

Persamaan manusia adalah suatu pertimbangan penting untuk implementasi kurikulum. Agen perubahan dan para pemimpin perubahan harus memahami orang-orang dan bagaimana mereka bereaksi untuk berubah. Berikut ini adalah beberapa gagasan di luar kebiasaan untuk dipertimbangkan:

1. Kemajuan dari kepastian ke kerancuan. Meyakinkan segalanya bahwa semua pada tempatnya sebelum mulai implementasi, dan menyadari bahwa beberapa hal-hal tak diduga akan terjadi.

(22)

22 kadang terjadi kejutan dan kekacauan. Dalam berhadapan kekacauan yang direncanakan kita boleh merangsang modifikasi kreatif dalam implementasi kita, dan membawa ke dalam hubungan keberadaan yang kita tidak pernah membayangkannya. 3. Lihat makna sesungguhnya dari perilaku orang

4. Sadarilah bahwa orang-orang akan menentang perubahan, tetapi harus dilakukan. 5. Gunakan kemungkinan kekeliruan untuk membangun kredibilitasmu

6. Bersikap sensitip

7. Tingkatkanlah mutu permanen ke temporer 8. Humor pada saat yang tepat.

Educational Change Model

Walaupun ada banyak model implementasi, efektivitas dalam memanfaatkannya tergantung pada sebagian pada seberapa baik kita menyerap keseluruhan konsep implementasi. Michael Fullan telah membahas faktor pokok yang mempengaruhi implementasi, yaitu:

1. Karakteristik perubahan

a. Relevansi dan Kebutuhanhan perubahan b. Kejelasan

c. Kompleksitas

d. Mutu dan program bisa dipraktekkan 2. Karakteristik institusi di tingkat daerah

f. Sejarah usaha inovatif g. Proses Adopsi

h. Dukungan Administratif pusat

i. Pengembangan staff dalam jabatan dan keikutsertaan) j. Garis Waktu dan sistem informasi

k. Tampakan dan Karakteristik masyarakat 3. Karakteristik di level institusi

l. Karakteristik prinsip dan kepemimpinan m. Karakteristik dosen dan hubungan

n. Karakteristik mahasiswa dan kebutuhan 4. Karakteristik external menuju sistem lokal o. Peran para agen pemerintah

(23)

23 Orang yang ingin menerapkan kurikulum yang baru perlu memahami karakteristik dari perubahan yang sedang dirancang. Sering orang akan menentang inovasi sebab perubahan tersebut tidak diberitahukan atau, jika diberitahukan, orang itu tidak mau memerima oleh perubahan tersebut. Kebutuhan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dijaga. Perubahan pandangan bersamaan dengan nilai-nilai, mereka jadi lebih berkeinginan menerima inovasi yang sedang diusulkan.

(24)

24

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Berdasakan pada masalah penelitian yang telah dirumuskan pada Bab 1 maka penelitian ini akan menggunakan Metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode ini dipilih karena feonomena yang akan dipecahkan bersifat abstrak yang menghubungkan dua fenomena yaitu: fenomena psikologis (dalam hal ini, faktor motivasi) dengan fenomena kegiatan pendidikan (dalam hal ini, proses belajar mengajar pada studio perancangan Arsitektur).

3.2. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan pada Studio Tugas Akhir baik yang berlokasi di kampus Sudirman. Pengamatan Kampus hanya terbatas pada pencarian data dan informasi fisik tentang kondisi, kualitas dan fasilitas yang tersedia.

Sedangkan data dan informasi yang bersifat opini, pendapat, penilaian, komentar mahasiswa yang akan dijadikan sampel tidak terikat dengan lokasi (insitu). Wawancara yang dilakukan bisa dilakukan dimana saja (exsitu)

3.3. JENIS DAN SUMBER DATA

a. JENIS DATA

Jenis data yang akan dikumpulkan dapat berupa data angka angka (kuantitatif) seperti luas ruang studio, luas ruang “studio” , kapasitas daya tampung ruang. Selain itu juga data yang bersifat kualitatif misalnya untuk menilai kualitas sarana dan prasarana studio, identifikasi fasilitas yang tersedia dan data lain berupa pendapat, komentar,

uneg uneg, penilaian mahasiswa.

b. SUMBER DATA

(25)

25 data yang sudah dimiliki oleh jurusan atau fakultas (bila tidak ada akan diadakan pengukuran sendiri/sumber primer).

3.4. TEKNIK SAMPLING

Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling, artinya mahasiswa yang akan diwawancarai sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan akan dapat memberikan informasi yang banyak tentang studio dan permasalahannya. Mahasiswa yang akan diwawancarai adalah mahasiswa yang sedang dalam proses di Studio Tugas Akhir. Pertimbangannya adalah mahasiswa ini sedang berproses menggunakan berbagai kemampuan, menerapkan apa yang mereka ketahui dan dapatkan selama kuliah.

Jumlah sampling tergantung dari jumlah mahasiswa yang sedang mengikuti Studio Tugas Akhir, bila jumlahnya banyak akan ditetapkan 10 % dari jumlah tersebut. Namun bila jumlahnya sedikit maka akan diambil semuanya (sensus).

3.5. TEKNIK PENDATAAN

Data akan diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap responden yang dipilih. Pada wawancara mendalam ini peneliti akan melepas responden bercerita sebanyak mungkin apa yang mereka ketahui, rasakan, impiannya, serta memperhatikan bahasa tubuh, mimik wajah ketika bercerita. Diusahakan

sedemikian rupa supaya responden tidak mengetahui bahwa mereka “diwawancarai”, diharapkan dengan cara ini diperoleh data yang “alami” tidak dibuat buat, apa adanya.

Untuk itu rekaman wawancara dilakukan secara tersembunyi (hidden recorder).

Sedangkan data fisik studio akan dilakukan melaui teknik observasi. Karena peneliti adalah juga dosen pembimbing pada studio Perancangan, maka penghayatan dan

gambaran suasana ruang setidaknya sangat membantu “membaca” ruang ruang yang

ada.

3.6. INSTRUMEN PENELITIAN

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Handphone sebagai alat perekam, bukan alat rekam yang menjolok. 2. Kamera

(26)

26 3.7. TEKNIK ANALISIS DATA

Langkah langkah analisis penelitian dilakukan beberapa tahap:

1. Data yang diperoleh dari rekaman wawancara (audio data) ditransfer kedalam bahasa tulis (literate data).

2. Hasil wawancara sebagai faktor intrinsik yang sudah dalam bentuk tulisan, dicoding, yaitu diberi tanda misalnya dengan stabilo untuk mencari kata kata kunci yang memiliki makna, langkah ini juga sekaligus sebagai upaya reduksi data yang banyak menjadi lebih ringkas.

3. Dari makna kata yang diperoleh, diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian.

4. Demikian halnya dengan data data fisik tentang studio, fasilitas sarana dan prasarana, suasana ruang (sebagai faktor ekstrinsik) dideskripsikan dan dikaji silang dengan hasil wawancara,

5. Selanjutnya faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik didialogkan dengan teori dan kemudian di interpretasikan dan dimaknai

6. Termasuk dalam pertimbangan analisis adalah interpretasi bahasa tubuh, mimik, suasana ruang dibalik yang kasat mata.

(27)

27

BAB 4

HASIL DAN BAHASAN

4.1 KESESUAIAN ANTARA MATERI PELAJARAN TEORI DENGAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) berfungsi sebagai pedoman kerja dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, yaitu :

Preventif

Mencegah Dosen dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kurikulum.

Korektif

Berfungsi sebagai rambu-rambu yang harus ditaati dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan.

Konstruktif

Memberikan arah secara rinci bagi pelaksanaan dan pengembangan pendidikan yang mengacu pada kurikulum.

Salah satu kesulitan dalam penelitian ini adalah kenyataan bahwa dari 48 pengajar arsitektur hanya sekitar 20 orang (41 %) saja yang memiliki SAP. Dari 20 orang tersebut hanya 12 orang yang menyampaikannya di awal kuliah kepada mahasiswa, dalam arti menyampaikan secara oral bukan menyampaikan/memberikan secara fisik SAP tersebut kepada mahasiswa. Sehingga agak menyulitkan ketika menanyai hal ini kepada mahasiswa, misalnya Gde Bambang Yudha (angkatan 2011) menyatakan:

“ Pak, kami tidak tahu persis, apakah SAP yang disampaikan di awal kuliah sama dengan materi yang diberikan kepada kami. Saya lupa dan tidak hapal. Tetapi yang jelas bapaknya….memberikan penjelasan di awal kuliah. Juga tidak tahu apakah dosen berikutnya (catatan dari peneliti: mungkin ini mata kuliah yang diajar berbanyak dosen) mengikuti SAP koordinator mata kuliah” (wawancara 6 September 2015, jam 17.00 di rumah).

(28)

28 wawancara kembali ke mahasiswa yang sama dan tanggapannya adalah sebagai berikut.

“seingat saya ada beberapa materi yang sesuai dengan apa yang pak tanyakan…tetapi hanya disinggung sepintas….tidak sedetail yang tertera di SAP……bahkan ada juga yang tidak tertera justru banyak diterangkan ibunya” (wawancara 14 september 2015 di ruang prodi Pascasarjana pariwisata jam 10.00).

Dari wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa ternyata isi SAP tidak sesuai dengan penerapannya di depan kelas. Pengajar lebih banyak berimprovisasi apa yang diinginkan dan apa yang diketahui. Menurut Nurudin Zanky2 dalam tulisannya

“Permasalahan dan Solusi dalam Proses Belajar Mengajar” bahwa berimprovisasi terhadap SAP sah sah saja dan malah dianjurkan sebagai variasi atau mengurangi kejenuhan, kemonotonan dalam proses belajar mengajar, asalkan tidak keluar dari batas prinsip utama SAP.

Dengan demikian tujuan SAP yang bersifat preventif, korektif dan konstruktif belum sepenuhnya bisa tercapai di jurusan arsitektur Unud. Diperlukan adanya suatu

terobosan kebijakan dari pimpinan untuk “memaksa” para pengajar untuk membuat

(29)

29 4.2 KESAMAAN PEMAHAMAN TEAM TEACHING TENTANG MATERI PELAJARAN TEORI YANG AKAN DIIMPLEMENTASIKAN PADA STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR

Studio Perancangan Arsitektur yang memiliki SKS 6 dan diadakan dua kali dalam seminggu dengan durasi 7 jam/pertemuan. Rata rata jumlah dosen yang terlibat dalam Studio sekitar 12 orang. Pembagian tugas setiap dosen tergantung dari masing masing pengelola Studio. Pada Studio 1 misalnya, setiap dosen bertanggung jawab hanya pada satu kelompok mahasiswa dalam hal membimbing dan menilai. Variasi lainnya, misalnya pada Studio 6, satu atau dua dosen (tergantung dari jumlah mahasiswa), bertanggung jawab pada satu kelompok mahasiswa (membimbing dan menilai) tetapi juga secara bergilir juga membimbing dan menilai kelompok lainnya.

Dari berbagai variasi pengelolaan Studio di atas, masing masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Paling banyak permasalahan yang ditemui adalah pada bimbingan yang bergilir seperti contoh pada Tabel 1

Tabel 1 Jadwal Tugas Dosen

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Dosen A Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Dosen B Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Dosen C Kelompok3 Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Dosen D Kelompok4 Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Dosen E Kelompok5 Kelompok1 Kelompok2 Kelompok3 Kelompok4

Dari Tabel 1 terlihat bahwa setiap jadwal pertemuan, Dosen bertugas pada kelompok yang berbeda. Pada setiap pergantian tersebut, kadangkala informasi dan tuntutan target dan kedalamannya antara dosen berbeda, sebagaimana yang dialami oleh Gde Bambang Yudha.

“kami mahasiswa jadi bingung pak, ketika asistensi dengan ibu A arahannya seperti ini, namun giliran dengan bapak C diberi arahan lain lagi” (wawancara tgl 6 September pukul 17.00 di rumah).

Lalu ketika dikejar dengan pertanyaan berikutnya untuk mengetahui siapa yang akhirnya diikuti, dengan enteng dan polos dijawab sebagai berikut.

“ kami lihat lihat dulu pak, misalnya melihat jadwal tugas dosen,……apakah akan bertemu lagi dengan dosen yang sama atau tidak, kalau demikiankelompok kami

(30)

30

bikin beberapa versi, tetapi kami lebih cenderung mengikuti dosen yang paling

menentukan nilai akhir nantinya, hehehe….habis mau mengikuti yang mana?”

(wawancara 6 September 2015)

Dari diskusi diskusi diatas terkesan bahwa mahasiswa dalam mengerjakan studio bersifat pragmatis, mereka tidak terlalu perduli dengan kebenaran ilmiah, mereka lebih cenderung berorientasi pada kelulusan, entah dengan cara apapun.

Pembelajaran (lesson learned) yang bisa dipetik dari ini adalah bahwa masalah ketidak samaan persepsi antara dosen di dalam team teaching bisa diatasi dengan komunikasi antara team dalam bentuk koordinasi secara terus menerus mulai dari penentuan tugas, target materi dan kedalaman tugas hingga hingga penentuan nilai akhir.

4.3. TUNTUTAN SUBSTANSI STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR PERNAH (ATAU TIDAK PERNAH) DIBERIKAN TEORI PENUNJANG SEBELUMNYA

Studio Perancangan Asitektur pada dasarnya adalah kegiatan perancangan (design) yang dikerjakan selama satu semester. Durasi waktu yang digunakan cukup panjang karena seluruh proses perancangan harus dikerjakan secara komprehensif, mulai dari ide, konsep rancangan, pemrograman ruang, dan desain (rancangan tapak, tampak bangunan, potongan, detail arsitektural hingga penyajian akhir dalam bentuk perspektif). Tentu saja kegiatan ini tingkat kesulitannya berbeda antara satu studio dengan studio lainnya. Prinsipnya semakin tinggi studionya semakin kompleks pekerjaan yang dilakukan.

Seluruh rangkaian proses desain yang telah dipaparkan diatas, secara teoritis materinya telah diberikan satu semester sebelumnya. Singkatnya, studio adalah aplikasi praktek dari teori yang telah didapatkan sebelumnya. Memang tidak mudah mengaplikasikan teori dalam praktek, selalu ada penyesuaian penyesuaian terhadap kasus tugas yang diberikan.

(31)

31 mampu menjawab atau tidak seimbang dengan tuntutan kedalaman yang diminta dalam Studio. Kalau itu tejadi, masih bisa diatasi dengan memperdalam materi melalui berbagai sumber (buku, internet). Tetapi yang lebih parah adalah jika materi yang dituntut tidak pernah diberikan pada tahapan teori. Misalnya dalam tahapan

“Transformasi Konsep”, terkesan mahasiswa tidak mengerti apa yang dilakukan, meski mereka membuatnya berlembar-lembar, seperti yang dikemukakan oleh Gde Bambang Yudha berikut ini.

“kami tidak pernah diajarkan bagaimana membuat Transformasi Konsep, sehingga kami hanya meniru dan mengambi contoh dari kakak senior” (wawancara 6 September 2015).

Pertanyaan selanjutnya adalah menanyakan pemahaman terhadap contoh yang diberikan oleh kakak kelas mereka. Bambang memberi jawaban sebagai berikut.

“kami terus terang tidak mengerti, pokoknya apa yang diberikan oleh kakak senior langsung saja kami modifikasi sesuai dengan tugas, hehehe…”

Demikian halnya dengan pengetahuan tentang “Struktur dan Konstruksi Bangunan” “ kami memang telah mendapatkan materi tersebut, bahkan dengan berbagai contoh contoh, namun kami sudah lupa semuanya………..terlalu lama antara teori dan praktenya di studio pak, catatan (catatan peneliti: maksudnya buku kuliahnya) sudah tidak tahu dimana disimpan, malas pak mencarinya lagi…..usul saya pak, kalau bisa mestinya pada semester yang sama……sehingga masih fresh.”

Pembelajaran yang bisa dipetik adalah, perlunya pembenahan pada beberapa mata kuliah yang langsung berkontribusi pada kegiatan studio, misalnya pada mata kuliah

(32)

32

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

5.1.1 Masih sangat terbatas SAP yang dibuat oleh Dosen di jurusan Asitektur. Dari SAP yang dibuat tidak semuanya sesuai dengan yang diberikan kepada mahasiswa, bahkan sebagian agak melenceng dan banyak improvisasi.

5.1.2 Pemahaman antara dosen team teaching tentang kedalaman materi yang dituntut dalam studio tidak sama, sehingga mahasiswa bingung untuk mengambil sikap yang pada akhirnya lebih berorientasi pada “kelulusan” ketimbang mengetahui secara benar dan ilmiah.

5.1.3 Ada kesenjangan antara tuntutan materi studio dengan materi teori yang diberikan sebelumnya. Ada yang terlupa karena jarak waktu antara pemberian teori dan aplikasinya di studio terlalu lama. Juga masih ada materi yang belum pernah diberikan pada tahapan teori, namun dituntut pembuatannya saat studio (misalnya kegiatan Transformasi konsep).

5.2 SARAN

a. Perlu ada kebijakan pada pimpinan untuk “memaksa” setiap dosen koordinator mata kuliah untuk membuat SAP. Selain itu perlu dicari suatu mekanisme pengawasan pelaksanaan SAP secara konsisten, misalnya pemberdayaan mahasiswa untuk mengontrol kesesuaian SAP dan terapannya dikelas.

b. Koordinasi secara terus menerus antara team teaching di studio menyangkut kedalaman target tugas, bentuk penyajian (deskripsi dan gambar) dan setiap permasalahn yang timbul pada proses studio berlangsung.

(33)

33

Daftar Pustaka

Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins. 2004. Curriculum: Foundation, Principles, And Issues, Fourth Edition. Boston USA: Pearson Education

Bakarman, Ahmed Abdullah. Quality Evaluation Tool for the Design Studio Practice

(Pdf)

Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikologi. Jakarta:BPK Gunung Mulia Keith, Davis, & Jhon W. Newstrom, 2000. Perilaku Dalam Organisasi .Yogyakarta:

BPFE.

Laurens, Joyce M. (ed), 2002. The Design Studio. Surabaya: PCU.

Louis, Karen Seashore and Miles, Matthew B. 1990. Improving the Urban High School: What Works and Why. Pennsylvania: Teachers College Pr.

Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan Kedua. Bandung: Rosdakarya.

Natawijaya, Rohman dan Moesa, Moein, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Dikti. Salama, Ashraf. 1995. New Trends In Architectural Education: Designing the Design

Studio. North Carolina.

S. Nasution. 2005. Asas-asas Kurikulum, Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara. Sardiman. A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali. Sigit Arifin, Liliany. Manajemen Pengajaran di Studio Disain Arsitektur. Dimensi

Teknik Arsitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 1 9

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan.

Fullan, Michael. Goodland, John. 1991. Teacher Development and Educational Change

(34)

34 LAMPIRAN

1. BIAYA PENELITIAN

Total biaya yang dihabiskan adalah Rp.10.000.000 (Dua Puluh Juta Rupiah) yang rinciannya dapat dilihat pada Tabel 1

Tabe 1. Komponen Pembiayaan Penelitian

No Komponen Pembiayaan Total

1 Bahan habis pakai dan peralatan 6.000.000

2 Perjalanan 500.000

3 Gaji dan Upah 2.000.000

4 Lain lain 1.500.000

Jumlah 10.000.000

2. JADWAL PENELITIAN

Waktu yang dialokasikan untuk penelitian ini adalah 2 (dua) bulan, terhitung mulai bulan Agustus hingga September 2015. Secara terinci kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2 Tata Kala Penelitian

No KEGIATAN

WAKTU

Agustus September

II III IV V VI VII VIII

1 Persiapan (Grand tour,

kajian pustaka)

2 Pendataan 3 Analisis dan

Interpretasi 4 Penyusunan

laporan 5 Penggandaan

dan penjilidan 5 Penyerahan

(35)

35

No. Nama Kegiatan Justifikasi Volume

(36)

36

Lampiran 2. Format Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian Tugas

No Nama / NIDN Instansi Asal Bidang Ilmu Alokasi Waktu

(jam/minggu) Uraian Tugas

1. Dr.Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP

00-060557-03

Jurusan Arsitektur

Perencanaan Kota

4 jam/minggu  Koordinator penelitian

 Menyiapkan penelitian

2. Ir.I Made Suarya, MT Jurusan Arsitektur

Teori dan Kritik

Arsitektur

4 jam/minggu  Koordinasi lapangan

3. Dr.Ir. Widiastuti,MT Jurusan Arsitektur

Perencang Knota

(37)

37

Lampiran 4. Format Biodata Ketua/Anggota Tim Peneliti/Pelaksana

BIODATA TIM PENELITI

A. Identitas Diri (Ketua / Anggota)

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP

2 Jenis Kelamin Laki

3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

4 NIP/NIK/Identitas lainnya 19570506 198403 1 001

5 NIDN 00-060557-03

6 Tempat dan Tanggal Lahir Makassar 6 Mei 1957

7 E-mail syamsul_alam_paturusi@yahoo.fr

8 Nomor Telepon/Faks/HP (0361) 734312/0816 4703 831

9 Alamat Kantor Bukit jimbaran

10 Nomor Telepon/Faks (0361 703 384)

11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1= orang, S-2= orang; S-3= orang 12 Mata Kuliah yang Diampu 1. Seminar Tugas Akhir

2. Metodologi Penelitian

3. Studio Perancangan Arsitektur 1 dan 6

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Unhas ITB Universite de Pau et des Pays de l’Adour

Bidang Ilmu Arsitektur Perencanaan Kota dan

Wilayah

Nama Pembimbing/Promotor Ir.JSG. Undap Dr.Ir. Bambang

Kusbiantoro, MA, MSc Olivier Soubeyran

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml.(Juta Rp.)

1. 2013

Pola Penggunaan Ruang pada

Kawasan Tepian Sungai di Denpasar Hibah Jurusan

arsitektur Rp.15.000.000

2.

3.

*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan

*Sumber Jml.(Juta Rp.)

1. 2013 Penghijauan di Bedugul

(38)

38

3.

2011 Penataan Ruang Publik di Kopleks Perumahan Padang Galeria, Denpasar

*tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian DIKTI maupun dari sumber dana lainnya.

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/

Tahun Nama Jurnal

1. Pavingisasi Pusat Kota Denpasar : Kajian Fungsional dan Estetika..

Jurnal Terakreditasi Dirjen

2. Merajut Masa Lalu, Menggapai Lingkungan Binaan Hari Esok,

, Volume 7 Nomor 1 Februari 2009

NATAH

3.

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1.

Seminar Nasional Reinterpretasi Identitas Arsitektur Nusantara.,

World Heritage di Jatiluwih: Untuk Siapa dan Untuk Apa?. Prosiding Seminar ISBN no.

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

1.

Soroh Pande di Bali : Pembentukan « Kasta » dan Nilai Gelar (terjemahan Francois

Guermonprez, Les Pande de Bali : La

Formation d’une « Caste » et La Valeur d’un

Titre

H. Perolehan HKI dalam 5-10 Tahun Terakhir

No Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/ID

(39)

39

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah Diterapkan Tahun

Tempat Penerapan

Respon Masyarakat

1. 2.

J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 Tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi

Penghargaan Tahun

1. 2.

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2015

Bukit Jimbaran, 14 Mei 2015

(40)

40

Lampiran 5. Format Surat Pernyataan Ketua Tim Peneliti

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN ARSITEKTUR

Jalan Kampus Bukit Jimbaran - Bali  (0361) 703384, 703320 Fax : 703384

www.ar.unud.ac.id

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP NIDN / NIP : 00 -060557 -03

Pangkat / Golongan : Pembina Tk I/IV b Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul :

EVALUASI TERHADAP KESINAMBUNGAN ANTARA MATAKULIAH PADA KURIKULUM JURUSAN ARSITEKTUR, FAKULTAS TEKNIK UNUD

yang diusulkan dalam ‘Hibah Penelitian Jurusan Arsitektur Tahun 2015’, bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga / sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Bukit Jimbaran, 14 Mei 2015 Menyetujui,

Ketua Jurusan Arsitektur FT-UNUD Ketua Tim Peneliti

(meterai 6000)

Ir. I Made Suarya,MT NIP.19561015 198601 1 001

Gambar

Tabel 1 Jadwal Tugas Dosen
Tabel 2 Tata Kala Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Rata- rata petani memiliki tingkat efisiensi teknis sebesar 0,93 yang berarti produksi tanaman padi dengan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) skala kawasan

Kepuasan Pasien adalah suatu tingkat kepuasan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan

kesulitan dalam memahami pembuatan pola hias, karena kurangnya pengetahuan siswa terhadap variasi macam-macam teknik dasar sulam pita. Sesuai dengan hasil analisis

Komoditas yang mengalami kenaikan harga yang menyebabkan inflasi di Kota Lubuk Linggau pada bulan Januari 2017 antara daging ayam ras, tarip listrik, bahan bakar

Hal ini tidak sejalan dengan pendapat dari Lawrance dalam Laurie (2020), yang menyatakan bahwa di dalam kelas, siswa ekstrover lebih aktif dalam berinteraksi

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi asap cair kulit kacang tanah 8%, 10%, dan 12% berpengaruh

Berdasarkan pengujian dan analisis data tentang integrasi dan implikasi portofolio diversifikasi terdapat hubungan intergrasi dalam keseimbangan jangka panjang (kointegrasi)

Terminal Bus juga merupakan suatu area dan fasilitas yang di dalamnya terdapat interaksi berbagai elemen seperti manusia (penumpang, pedagang dan kru bus), fasilitas