Strategi Perencanaan Global
Disusun Oleh :
Biani Naeli Muna (125020300111098)
Untuk Memenuhi Tugas Pengantar Akuntansi
2014
AKUNTANSI
Assalamualaikum wr.wb. Bapak/Ibu dan teman-teman di seluruh Indonesia
sekalian.
Semoga dengan file ini, bisa semakin menambah ilmu pengetahuan, wawasan & dapat bermanfaat bagi sesama.
Jika dalam penulisan, pembahasan maupun pengutipan terdapat kekurangan/kekeliruan baik sengaja maupun tidak,
dengan senang hati saya menerima saran yang bersifat membangun dari Bapak/Ibu dan teman-teman yang dapat disampaikan melalui jaringan dibawah
ini :
PIN BBM : 517EB577
Facebook : Biaini Neli LinkedIN : Biaini Neli
Salam,
Strategi Perencana Global
1. Pengertian Strategi Perencanaan Global
Adalah proses pengadaptasian pada sebuah organisasi atau perusahaan sehingga mempau mengoperasionalkannya secara Internasional untuk menciptakan rumusan dalam penciptaan straregi global yang lebih efectiv.
2. Strategi perencanaan pada lingkungan global multikultural
Sejak abad ke 20, manajer di sleuruh dunia memiliki banyak tantangan dalam perusahaannya. Mereka berharap dapat menemukan hal yang lebih bak daripada periode sebelumnya terutama dalam hal sumber daya manusia, keuangan, maupun informasi. Beberapa organisasi mencoba untuk mempertahankan hidup organisasinya dalam menghadapi berbagai tantangan baru yang terjadi sekarang ini. Adapun cara-cara yang dilakukan adalah tetap mempertahankan dirinya, menjadi yang pertama di perkembangan produknya maupun teknologi atau dari cara bagaimana memproduksi maupun mempertahankan secara lebih baik (otomatis).
Beberapa lembaga yang lain telah merencanakan berbagai cara dalam membantu sumber daya manusianya dalam hal ini adalah tenaga kerjanya untuk menjadi perusahaan yang lebih baik agar konsumer meras terlayani baik dnegan produk maupun jasa yang telah ditawarkan. Kemudian, dari dtrategi manajemennya, lebih ditujuakan secara individual maupun non-profit. Dalam persaingan global,manajer perusahaan selaku pemegang manajamen bisnis harus mampu membaca situasi bisnis secara cermat dan handal.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh seoarang manajer dalam
menghadapi tantangan tersebut antara lain :
a. Berfikir secara menyeluruh (universal) terhadap apapun. Tidak langsung berpikir
hal yang negatif mengenai suatu hal aupunterhadap ornag lain.
b. Mempersiapkan ide-ide baru untuk mengganti ide-ide yang sudah lama maupun
kuno.
c. Membenahi adanya pendangan negatif terhadap norma maupun praktik yang
hanya mengandalkan wawasan maupun pengalaman lama.
d. Memprogram dan membetuk keepribadian setiap indvidu ke arah yang lebih baik,
e. Tetap menjaga kondisi dan gaya hidup yang baik dan mengganti gaya hidup yang tidak sesuai.
f. Bersikpa terbuka dan memberikan fasilitas terhadap siapapun.
g. Melihat berbagai keahlian maupun kompetensi, termasuk bahasa dari luar.
h. Menerapkan dan menumbuhkan sinergi berbudaya dimanapun dan kapanpun.
i. Menjalankan dan menciptkan kondisi kerja secara baik dan lingkunagn yang
multikultural.
j. Mencari celah adanya setiap peluang.
k. Menebarkan semangat optimisme, sehingga mampu dilaksanakan hingga masa
depan.
Oleh karena itu, seoarang manajer harus memilik jiwa multikultural (mengadaptasi dari Simons, Vazquez dan Harris, 1993)
a. Memiliki hubungan yang baik terhadap siapa saja dan memiliki nilai yang berbudi
luhur.
b. Terbuka dan fleksibel tehadap perbedaan.
c. Ramah terhadap siapa saja, yang memiliki latar belakang berbeda, rasm etnik
maupun gender.
d. Mampu menjadi fasilitator, penguat di dalam memegang jabatannya.
e. Mampu berkolaborasi baik secara joint venture, konsorsium maupun koalisi.
f. Sebagai agen perubajan baik masa sekarang maupun masa depan.
hubungan kekeluargaan yang sangat kental maupun berkelompok. Selain itu bagaimana cara mendekatkan denagn Allah. Secara umum, kepribadian yang cenderung individualis lebih dipenagruhi oleh latar belakang keluarga maupun jabatan.
Tidak kalah pentingnya dengan di Amerika Serikat, budaya disana lebih bebas dan individualis. Hal ini dikarenakan setiap orang baik yang memiliki umur berbedam status sosial maupun keweangan, memiliki persamaan pandangan. Hanya saja bagaimana cara mensikpainya.
Nilai Budaya dalam Negara
No Amerika Serikat Jepang Arab
1 Kebebasan Koneksi Ok Keselamatan keluarga
2 Kemandirian Keselarasan Keharmonisan keluarga
3 Ketergantungan satu sama lain Perkumpulan Orang tua
4 Persamaan Umur/senioritas Umur
5 Individualisme Kelompok Wewenag
6 Berdaya saing Kerjasama Kompromi
7 Effisien Kualitas Pengabdian
8 Menhargai Waktu Sabar Penyabar
9 Jujur Ketidaklangsungan Ketidaklangsungan
10 Terbuka Penengah Keramahtamahan
11 Agresif Interpersonal Ramah
12 Tidak formal Hirarki Formal
13 Orientasi masa depan Keberlangsungan Masa lalu dan sekarang
14 Pengambil resiko Konservatif Relegius
kekeluargaan
Tanpa memandang usia, status sosial, atau otoritas budaya Jepang dan Arab, bagaimanapun, mereka memberikan nilai lebih pada usia dan senioritas. Orang Jepang selalu mengutamakan perasaan suatu kelompok. Disisi lain orang-orang Arab memperlihatkan rasa hormat terhadap otoritas dan nilai senioritas serta status.
Ungkapan "waktu adalah uang" umumnya diterima sebagai kerangka kerja dalam budaya Amerika, demi keinginan untuk menyelesaikan tugas dalam jangka waktu yang pendek dan mendapatkan keuntungan yang besar, dalam hal ini adalah efisiensi. Di sisi lain Orang Jepang lebih mengutamakan kualitas tinggi daripada keuntungan langsung, dan mereka rela menunggu untuk mendapatkan hasil yang terbaik, meskipun dalam jangka waktu yang cukup lama. Orang-orang Arab lebih mengutamakan nilai kepercayaan dalam suatu hubungan bisnis, dalam hal mengutamakan kualitas mereka juga melakukannya, namun lebih mengutamakan nilai kepercayaan dalam hubungan suatu bisnis.
Budaya Amerika mendorong agar tiap individu berorientasi terhadap prestasi dan hasil. Dengan demikian, orang-orang Amerika sangat menghargai keterus-terangan dan keterbukaan ketika berhadapan dengan orang lain, hal ini berakibat pada individu didorong untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan lebih cepat. Dan karena nilai-nilai dari keterusterangan dan kesetaraan ini maka orang amerika cenderung untuk menulis dan berbicara secara tidak formal, dan selalu menggunakan nama pertama. Di sisi lain, orang-orang Jepang lebih memilih mengikuti secara tidak langsung, dan menggunakan keharmonisan dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini cukup untuk membantu mempercepat proses, dan dari semua itu dapat kita lihat bahwa jepang lebih mengutamakan hubungan yang harmonis dan lebih penting daripada konfrontasi. Sementara itu, budaya Arab juga menghindari konfrontasi, namun mereka orang-orang Arab lebih mengutamakan untuk bernegosiasi langsung dengan keramahan dan persahabatan, dengan tujuan untuk mencapai kompromi.
Daftar Pustaka
Katsioloides, Marios. 2007: International Business. UK. Elsevier Inc.
http://www.google.com/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fwww.enrichingleadership.com%2Fwp-
content%2Fthemes%2FELI%2Fimages%2Falba-audio-
bg.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fwww.enrichingleadership.com%2Fcultural-profit%2F&docid=HY31KyF1GhLSwM&tbnid=6oyH89Dw5hFanM&w=296&h=239&ei=6BU5U9TlJMm