• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKURSUS KHILAFAH DI YOUTUBE (Analisis Wacana Kritis pada Ustaz HTI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISKURSUS KHILAFAH DI YOUTUBE (Analisis Wacana Kritis pada Ustaz HTI)"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

i i

DISKURSUS KHILAFAH DI YOUTUBE (Analisis Wacana Kritis pada Ustaz HTI)

TESIS

Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

dalam Bidang Bahasa dan Sastra Islam

Oleh:

Waki Ats Tsaqofi 21161200100068

Pembimbing:

Dr. Makyun Subuki, M.Hum.

KONSENTRASI BAHASA DAN SASTRA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

(2)

vii ii PRAKATA

ِمْيِحَّرلا ِنَ ْحَّْرلا ِللها ِمــــــــــــــــــْسِب ا ِناَّمَت َ ح

لْا ُم َلَ َّسلاَو ُة َلَ َّصلاَو ٍن َكََم َلَِب اادَبَأَو الًَزَأ ِدحوُجحوَمحلا ِلله ُدحمَحلَْا َ َعَل ِن َلََمحكَ حلْ

َناَنحدَع ِ َ

لََو ِدِِّيَس ٍدَّمَ ُمُ اَنِدِِّيَس ٍناَسححِإِب حمُهَعِبَت حنَمَو ِهِبحح َصَو ِ ِلِآ َ َعَلَو ،

، حن َ

أ ُدَهحش َ

أ َّ

لًِإ َلِِإ لً َّ

حيِ َشَ لً ُهَدححَو ُللها َ

َ لً ُ ُلِحوُسَرَو ُهُدحبَع اادَّمَ ُمُ اَنَدِِّيَس َّن َ

أ ُدَهحش َ

أَو ُ لِ َك َ َّ ِبَن

ُدحعَب اَّم َ أ .ُهَدحعَب .

ALHAMDULILLAH, tiada rasa syukur yang paling utama penulis ucapkan selain kepada Allah. Karena dengan Taufiq, Hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan lancar. Tidak ada daya dan upaya kecuali atas izin dan keagungan-Nya. La> H{aula Wala> Quwwata illa> Billa>h . Semoga penulis menjadi orang yang selalu bersyukur, sabar, dan selalu dibimbing-Nya ke jalan yang lurus.

Amin.

Salawat dan salam penulis sampaikan kepada Baginda Besar, Nabi akhir zaman, panutan bagi sekalian alam, Muhammmad saw. Teladannya tidak akan pernah tergantikan, akhlaknya selalu menjadi yang utama. Darinya Islam rah}mah dan ramah dikenal. Semoga kita semua selalu meneladaninya supaya kelak mendapatkan syafaatnya. Amin.

Buku ini merupakan adopsi dari tesis penulis di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk itu, buku tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan jasa-jasa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiel dalam menyelesaikan buku ini.

Pertama , kepada Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr.

Hamka Hasan, LC., M.A., Wakil Direktur, Arif Zamhari, M.Ag.,Ph.D., Ketua Jurusan Program Magister, Dr. Imam Sujoko, M.A., Sekretaris Program Studi Magister, seluruh staf, pustakawan-pustakawati, dan seluruh civitas akademika Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kedua , penulis bersyukur memiliki pembimbing seperti Dr. Makyun

Subuki, M.Hum. Secara pribadi penulis sangat kagum karena beliau selalu

welcome dengan penulis. Keilmuan beliau dalam bidang kajian linguistik

khususnya analisis wacana kritis sepertinya tidak diragukan lagi. Di sisi lain,

penulis juga sangat berterima kasih karena dari awal penelitian, ia selalu terbuka

untuk diajak berdiskusi. Ia juga selalu memberikan “kebebasan” penulis untuk

(3)

viii iii

mengembangkan dan membangun ide-ide yang ada di kepala penulis. Terima kasih pula kepada para dewan penguji, mulai dari Proposal Tesis sampai Ujian Tesis: Dr. JM. Muslimin, M.A., Prof. Dr. Prof. Iik Arifin Mansurnoor, M.A., Ph.D., Dr. Yuli Yasin, M.A., Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D., Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Kusmana, Ph.D., Dr. Tb. Ade Asnawi, M.A., Dr. M. Adib Misbachul Islam, M.Hum., yang telah memberikan masukan beserta ide-ide sehingga tesis ini menjadi lebih bermakna.

Ketiga , para dosen pengajar Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dari awal hingga akhir perkuliahan, di antaranya adalah Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., Prof. Dr. Suwito, MA. (alm), Prof. Dr. Atho Mudzhar, MSPD., Prof. Dr. Yunasril Ali, MA., Prof. Dr. Salman Harun, MA., Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Faqih, MA., Prof. Dr. Huzaemah T.

Yanggo, MA., Prof. Dr. Masykuri Abdillah, M.A., Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum., Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A., Dr. Usep Abdul Matin, MA., Dr. Fuad Jabali, MA., serta para dosen dan tenaga pengajar lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Jaza>kum Allah Ah}san al-jaza > ’ .

Keempat , kepada istri tercintaku Sarah Hajar Mahmudah dan anakku Mahira Ats-Tsaqofi, terima kasih doa dan motivasinya, dan mohon maaf bila selalu ditinggal dalam pengerjaan tesis ini. kepada Bapak tercinta, Drs. H.

Baidowi, M.Si., kerja kerasnya selama masa ini menjadi “ kaca kehidupan ” bagi penulis. Ia sangat ketat dan keras dalam mendidik tentang ajaran agama kepada penulis. Kepada Ema tercinta, Hj. Suheryati, S.Ag., yang setiap langkah dan senyuman ikhlasnya selalu menjadi panutan kepada semua anak-anaknya. Terima kasih Bapak dan Ema, telah mengizinkan anakmu ini untuk terus berkelana dalam menuntut ilmu, dan maafkanlah bila anakmu ini belum bisa membanggakan.

Semoga Bapak dan Ema selalu diberikan umur panjang dan berkah. Amin. Kepada Kakak, Ahmad Taftazani, tanpa disadari, engkau akan terus menjadi panutanku sebagai adikmu. Terima kasih penulis juga ucapkan untuk Abah dan Ibu, yang sudah menjadi bagian dari hidup penulis, dan selalu memberi semangat hidup sehari-hari. Terima kasih yang amat sangat kepada keluarga besar alm. KH. Abdul Jabar dan H. Syadeli yang selalu memberi semangat tiada henti.

Ucapan terima kasih pula kepada Bapak H. Abdul Mun’im DZ, Wakil Sekretaris Jendral PBNU yang telah memberikan tempat tinggal selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, dari S1 sampai S2. Banyak hal yang penulis dapat bersamanya, juga Mas Anam (NU Online), Pak Rosyid, dan Pak Sae yang telah memberikan semangat untuk terus berkarya dan bergerak.

Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan khususnya Rizki

Fauzi Iskandar, Ahmad Aminudin, Ahmad Musabiq Habibie, Ikfil Chasan, Arif

Chaniago, Muhammad Reza al-Habsyi, Muhammad Nurul Hadi, Wildan

Munawwar, Dedi Saiful Anwar, Navida Syafaati, Radtria al-Kaf, Ahsana Fitria,

Devi Mustika Sari, Suci Eryz Meryzka, dan teman seperjuangan lainnya. Kepada

Hasin Abdullah yang mau direpotin, Ira Rahmah Mahfudhoh dan Mufidah Zain

yang sudah mau menyelaras aksara ( proofreader ) buku ini. Dan masih banyak lagi

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

(4)

ix iv

Tiada kata yang pantas selain lantunan doa nan tulus, semoga Allah membalas dengan pahala kepada mereka yang telah memberikan kontribusi besar pada penulis. Kepada Allah lah kita memohon perlindungan, pertolongan, dan ampunan dari khilaf dan salah.

Terakhir, semoga buku yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi semua yang membacanya, terutama bagi yang berminat di bidang linguistik, dan khususnya analisis wacana kritis dan media sosial terutama Youtube. Kritik dan saran yang konstruktif tentunya sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan kehadiran buku ini bermanfaat dan menjadi amal yang pahalanya mengalir. Amin.

Ciputat, 11 Desember 2020

Waki Ats Tsaqofi

(5)

x v Abstrak

Kajian yang dilakukan pada tesis ini bertujuan untuk mengungkap ideologi pada para ustaz di Youtube dalam menyajikan wacana khila>fah . Tesis ini akan menjawab beberapa pertanyaan, yakni bagaimana teks-teks khila>fah direpresentasikan oleh para ustaz di Youtube? Lalu bagaimana praktik diskursif khila>fah pada video-video para ustaz? Dan bagaimana wacana khila>fah ditinjau dari praktik sosialnya?

Teori yang digunakan dalam tesis ini adalah analisis wacana kritis Norman Fairclough (1995, 2003, dan 2010) yang berorientasi pada teks, yang berupaya menyatukan tiga dimensi analisis, yang masing-masing sangat diperlukan untuk analisis wacana, yakni dimensi analisis tekstual dan linguistik yang erat dalam linguistik, dimensi praktik diskursif kaitannya dengan produksi, distribusi, dan konsumsi teks, serta dimensi praktik sosial, meliputi level situasional, level institusional, dan level sosial.

Melalui studi wacana khila>fah yang dilakukan oleh ustaz Youtube bisa tercermin melalui sejumlah fakta kebahasaan. Sebagai praktik diskursif, terdapat intertekstualitas antara teks wacana khila>fah dengan teks lainnya dalam semesta wacana. Tegasnya, ada latar belakang ideologis yang dimiliki oleh para ustaz Youtube. Para ustaz secara tidak kritis menganggap bahwa khila>fah bagian dari keyakinan Islam sehingga harus ditegakkan. Hal ini tidak lepas dari latar belakang para ustaz sebagai aktivis Hizbut Tahrir, hal ini dapat dilihat melalui analisis praktik sosial. Idologi para ustaz tersebut ini bersifat ekstrem dan fundamentalis.

Hasil penelitian ini menunjukan kesamaan dengan Norman Fairclough (1995, 2003, and 2010) dan Sukron Kamil (2015), bahwa wacana adalah praktik sosial. Melalui bahasa bisa menunjukkan ideologi.

Kata Kunci: khila>fah , wacana, dan ustaz

(6)

xi vi Abstract

The study aims to reveal the ideology of ustaz on Youtube in presenting the discourse of khila>fah . This thesis will answer several questions, those are how are khila>fah texts represented by ustaz on Youtube? Then what about the discursive practice of khila>fah in the videos of the ustaz? And how is the discourse of khila>fah viewed from its social practice?

The theory used in this thesis is critical discourse analysis of Norman Fairclough (1995, 2003, and 2010) which is text-oriented, which seeks to unite three dimensions of analysis, those dimensions are indispensable for discourse analysis, namely 1) the dimensions of textual and linguistic analysis that are closely related with linguistics; 2) the discursive practice dimension is related to the production, distribution and consumption of text, and 3) the social practice dimension, including the situational level, the institutional level, and the social level.

Through the study of khila>fah discourse conducted by ustaz in Youtube, it can be reflected in a number of linguistic facts. As a discursive practice, there is an intertextuality between the discourse text khila>fah and other texts in the order of discourse. Specifically, ustaz in Youtube have the ideological background. The ustaz uncritically considers that khila>fah is part of the Islamic belief that must be upheld. This is inseparable from the background of the ustaz as Hizbut Tahrir activists, this can be seen through the analysis of social practices. The ideology of ustaz are extreme and fundamentalist.

The results of this study show similarities with Norman Fairclough (1995, 2003, and 2010) dan Sukron Kamil (2015), that discourse is a social practice. Through language can show ideology.

Keyword: khila>fah , discourse, and ustaz

(7)

xii vii صخلم

فدهت ةيجولويديأ نع فشكلا لىإ ةلاسرلا هذه ذتاسلْا

توليا عَل لا باطخ ضرع في بو هذه .ةفلَ

ةلئسأ ةدع عَل بيتج ةلاسرلا ةطساوب ةفلَلا صوصن ليثمت متي فيك ،

ذتاسلْا توليا عَل مث ؟بو فيك

ةيباطلا ةسراملما

هويديف في ةفلَخلل تا

ذتاسلْا لىإ رظني فيكو ؟

ةفلَلا باطخ نم

اهتسرامم

؟ةيعامتجلًا هذه في ةمدختسلما ةيرظلنا ةلاسرلا

ا باطلا ليلتح هي لن يدقلن

نامرو ( فكلايرف ، 1995

و ، 2003

صنلل ةهجوم هيو ) 2010 داعبلْا كلت ، ليلحتلل داعبأ ةثلَث ديحوت لىإ عىستو ،

لً

دب لا ليلحلت باط

،

لىولْا ا داعبأ لت لنا ليلح لما يوغللاو صي

ا اطابترا طبتر لا ملعب ااقيثو

ةغل

، ينالثاو ة ةسراملما دعُب طبتري

و صلنا جاتنإب ةيباطلا هتساو هعيزوت

هكلَ

و ، لثالثا ة ةيعامتجلًا ةسراملما دعُب ىوتسلما كلذ في امب ،

عيامتجلًا ىوتسلماو سيسؤلما ىوتسلماو ةيفرظلا .

رد للَخ نم ا باطخ ةسا

لذا ةفلَل ي

هارجأ ذتاسلْا ليا عَل تو نأ نكمي ، بو في كلذ سكعني

نم ددع

ةيدارطتسا ةسراممك .ةيوغللا قئاقلْا ينب صانت كانه ،

لا باطلا صن وصلناو ةفلَ

في ىرخلْا ص

عتمتي ، ديدحلتا هجو عَل .باطلا بيترت

ذتاسلْا في بوتوليا برتعي .ةيجولويديأ ةيفلبخ ذتاسلْا

نود

فلَلا نأ صيحمت ة

سلإا ةديقعلا نم ءزج ملَ

سملتا بيج تيلا ةي ني لً اذهو .اهب ك

لخ نع لصف ةيف

ذتاسلْا يؤر نكميو ، ريرحلتا بزح في ءاطشنك لَخ نم كلذ ة

لما ليلتح ل .ةيعامتجلًا تاسرام

ةيجولويديأ ذتاسلْا

ةليوصأو ةفرطتم .

هباشت ةسارلَا هذه عم

فكلايرف نامرون (

، 1995 و ، 2003

) 2010 ، اركش ( لمكا ) 2015 باطلا نأ

مم عامتجا ةسرا نم .ةي

لا للَخ .ةيجولويديلْا رهظت نأ نكمي ةغل

ةيحاتفلما تامكللا :

لا لَ

لا ،ةف

،باط

سلْا

ات

ي

د

(8)

xiii viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Tesis ini menggunakan pedoman transliterasi Arab – Latin ALA-LC Romanization Tables, berikut penjelasannya:

A. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf Latin sebagai berikut:

Initial Name Romanization Initial Name Romanization

ا Alif A ط T}a>’ T{

ب Ba>’ B ظ Z}a>’ Z

ت Ta>’ T ع ‘Ayn ‘

ث Tha>’ Th غ Ghayn Gh

ج Jim J ف Fa>’ F

ح H{a>’ H{ ق Qa>f Q

خ Kha>’ Kh ك Ka>f K

د Da>l D ل La>m L

ذ Dha>l Dh م Mi>m M

ر Ra>’ R ن Nu>n N

ز Za>y Z و Wa>w W

س Si>n S ه،ة Ha>, Ta>’

Marbu>t}ah

H, T

ش Shi>n Sh ء Hamzah ‘

ص S}a>d S{ ي Ya>’ Y

ض D}a>d D

(9)

xiv ix B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf

Latin

Nama

َ Fath}ah A A

َ D{amah U U

َ Kasrah I I

2. Vokal Rangkap atau Diftong Tand

a Nama Gabungan

Huruf Nama

ا ...

ي

Fath}ah

dan Ya>’ Ay A dan I

ا ...

و

Fath{ah dan Wa>w

Aw A dan U

C. Vokal Panjang Tand

a

Nama Gabungan

Huruf

Nama

ىآ dan Alif Fath}ah a> garis atas A dan

ي ى dan Ya> Kasrah ’ i> I dan garis

atas

و ى dan Wa>w D{amah u> U dan

garis atas D. Ta>’ Marbu>t{ah

Transliterasi ta>’ marbu>t}ah (

ة

) di akhir kata, bila dimatikan ditulis h. Apabila dalam bentuk kata benda majemuk (mud}a>f wa mud{a>f ilayh) dilambangkan dengan huruf t.

Contoh:

ةأرم : Mar’ah ةيبتر لا ةرازو : Wiza>rat al-Tarbiyah E. Kata Sandang Alif + La>m

Contoh:

ثيدلحا : al-H{adi>th شمشلا : al-Shams

(10)

xv x F. Pengecualian Transliterasi

Ketentuan transliterasi tidak berlaku pada kata – kata Arab yang telah lazim

digunakan dan diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti : Allah, salat, zakat dan

lain sebagainya, kecuali dihadirkan dalam konteks aslinya dan dengan

pertimbangan konsistensi dalam penulisan.

(11)

xvii xi DAFTAR ISI PRAKATA

ABSTRAK

PEDOMAN TRANSLITRASI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Rumusan Masalah ... 9

3. Batasan Masalah ... 9

C. Tujuan, Manfaat, dan Signifikansi Penelitian ... 9

D. Kajian Terdahulu yang Relevan ... 10

E. Metode Penelitian ... 15

1. Jenis dan Metode Penelitian ... 15

2. Sumber Data ... 16

3. Teknik Analisis Data ... 16

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II ANALISIS WACANA DAN KHILÂFAH ... 19

A. Analisis Wacana Kritis ... 19

1. Pengertian ... 19

2. Elemen Analisis Wacana Kritis ... 22

3. Norman Fairclough: Wacana sebagai Praktik Sosial ... 23

B. Khila>fah ... 28

C. Ideologi ... 37

BAB III USTAZ DAN MEDIA SOSIAL ... 41

A. Ustaz ... 41

B. Media Sosial ... 43

1. Sejarah, Pengertian, dan Jenis ... 43

2. Youtube ... 47

C. Ustaz dan Pemanfaatan Media Sosial ... 48

BAB IV WACANA KHILA<FAH PARA USTADZ DI YOUTUBE DITINJAU DARI DIMENSI TEKS ... 55

A. Kedulatan Tuhan ... 55

B. Kewajiban Mendirikan Khila>fah ... 79

C. Khila>fah ‘ala> Minha>j al-Nubuwwah ... 96

(12)

xviii xii BAB V

YOUTUBE SEBAGAI PRAKTIK DISKURSIF KHILA>FAH ... 113

A. Produksi dan Distribusi Teks Khila>fah ... 114

B. Konsumsi Teks Khila>fah ... 127

BAB VI WACANA KHILA>FAH DITINJAU DARI PRAKTIK SOSIAL ... 141

A. Situasional ... 141

B. Institusional ... 144

C. Sosial ... 147

BAB VII PENUTUP ... 159

A. Kesimpulan ... 159

B. Saran ... 161

DAFTAR PUSTAKA ... 163

GLOSARIUM ... 177

INDEKS ... 179

LAMPIRAN ... 185

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wacana, sebagai satuan bahasa

1

yang komplit maka di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan atau verbal), tanpa keraguan apa pun. Jakobson mengungkapkan bahwa salah satu fungsi dari bahasa adalah fungsi konatif, yang berorientasi kepada penerima pesan.

2

Hal ini berkaitan dengan wacana misalnya ajakan, perintah, dan sebagainya. Pada Rabu, 19 Juli 2017, status badan hukum organisasi kemasyarakatan (Ormas) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dicabut oleh Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Pencabutan ini menggunakan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2017 atau yang disebut dengan Perpu Ormas.

3

HTI dianggap terbukti berkeinginan mengubah negara Pancasila dengan sistem khila>fah ,

4

sehingga segala aktivitasnya tidak diperbolehkan, termasuk doktrin khila>fah . Meski demikian, pada era masyarakat digital saat ini doktrin khila>fah masih bisa ditemukan di media sosial seperti Youtube, Facebook, Instagram, dan lain sebagainya. Dengan demikian, para ustaz HTI tetap bisa mewacanakan doktrin khila>fah .

1Bahasa merupakan suatu piranti yang membangun relasi dan membentuk interaksi suatu kelompok sosial untuk menyatukan satu dengan yang lainnya. Bahasa yang juga bisa disebut sebagai sistem lambang bunyi yang arbiter dengan memakai simbol.1 Selain itu, bahasa mempunyai pola tertentu yang tidak sembarangan. Namun demikian, bahasa tidak terlepas dari pembahasan fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Keberaturan yang terwujud dari fonologi, morfologi dan sintaksis inilah yang akan membentuk sebuah pesan dalam wujud kalimat yang di dalamnya terdapat makna, gagasan, ide, atau konsep. Hal demikian akan terbentuk satuan bahasa yang lebih besar dari kalimat-kalimat yang bisa disebut dengan wacana.Abdul Chaer,

Linguistik Umum,

(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 267.

2Lauri Linask, “Diff erentiation of language functions during language acquisition based on Roman Jakobson’s communication model” dalam

Sign Systems Studies

46 (4), 2018, 517–537.

3Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan. Bisa diunduh pada https://setkab.go.id/wp- content/uploads/2017/07/Perpu_Nomor_2_Tahun_2017.pdf

4Terdapat rekaman, ‘ikrar ribuan mahasiswa Intitut Pertanian Bogor (IPB) pada Maret 2016, yang bersumpah sepenuh jiwa meyakini bahwa paham sekuler hanyalah sumber penderitaan rakyat’. Selain itu, HTI disebut mendakwahkan doktrin negara berbasis ke-

khila>fah

-an kepada para pengikutnya.

(14)

2

Terkait studi analisis wacana yang mengambil objek surat kabar (baik cetak atau elektronik), karya sastra berupa novel, serta pidato pejabat sudah banyak dilakukan para ahli yang melibatkan berbagai teori dan pendekatan, tampaknya sesuatu yang umum dalam kajian makro-linguistik. Untuk itu penulis mengambil objek berupa ceramah ustaz pendukung khila>fah (dalam hal ini para aktivis HTI) yang diambil dari Youtube. Sebetulnya ide atau wacana khila>fah sudah sejak lama ada di Indonesia. Bahkan sebelum deklarasi Islamic State Iraq and Syiria (ISIS) pada 2014.

5

HTI sudah sejak lama menggulirkan wacana khila>fah isla>miyyah. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Islam Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tentu saja banyak warga Muslim Indonesia yang merasa terwakili oleh apa yang ditawarkan HTI tersebut. Misalnya saja orasi Felix Siauw pada Rapat Akbar HTI 1436 H di Gelora Bung Karno:

“...Bahwa tidak ada yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, dan kembali kita kepada-Nya (Allah). Maka tidak boleh ada sekutu satu pun dari Allah, baik itu dalam penciptaan, baik itu dalam hukum, baik itu dalam hal pemerintahan, sebagaimana kami, kita yakin setiap janji Allah dan Rasulullah. Seperti itulah kita meyakini, bahwa akan kembalinya

khila>fah ‘ala> minha>j al-nubuwah.

Takbir”6

Teks di atas digunakan untuk memengaruhi penerima pesan ( adressee ) agar melakukan perubahan sikap dan tindakan. Dalam teks semacam ini, yang terpenting adalah fungsi ajakan ( appeal ).

7

Ajakan dalam teks di atas adalah

‘ kembalinya khila>fah ‘ala minha>ji al-nubuwwah ’ yaitu mengembalikan sistem khila>fah sebagaimana konsep kenabian. Felix Siauw juga menekankan bahwa hadirnya khila>fah atas perintah Allah dan Rasul-Nya, seperti kalimat sebelumnya ‘ tidak boleh ada sekutu pun dari Allah, baik itu dalam penciptaan, hukum, serta pemerintahan, sebagaimana kita yakin setiap janji Allah dan Rasulullah’ . Hal ini merupakan teknik yang dipakai pembicara dalam upaya meyakinkan sasaran bahwa dia dan gagasan-gagasannya adalah baik dan bagus

5Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS), awal Ramadhan tahun 1435 H bertepatan dengan tanggal 29 Juni 2014 melalui juru bicaranya Abu> Muhammad al- Adnani mendeklarasikan terbentuknya

khila>fah

Islam. Pada hari yang sama sebuah rekaman suara turut, kelompok bersenjata ini dipimpinan Abu> Bakr al-Baghdadi> dan menyatakan berdirinya

khila>fah

yang akan menjadi pemimpin bagi umat muslim di seluruh dunia. Lihat https://m.tempo.co/read/news/2014/06/30/115589195/isil- mendeklarasikan-negaraislam, diakses pada tanggal 21 Juli 2018.

6Orasi Ustadz Felix Siauw dalam Rapat Pawai Akbar HTI 1436 Video bisa dilihat di: https://www.youtube.com/watch?v=934S84Su9GI

7Jan Renkema,

Introduction to Discourse Studies

, (Amsterdam: John Benjamin Publishing Company, 2004) 175

(15)

3

karena konsep tersebut sesuai dengan ajaran Islam.

8

Dengan kata lain, Felix Siauw mengingatkan kepada muslim Indonesia, bahwa Indonesia sebagai negara yang tidak menggunakan hukum Allah, berdasarkan ayat-ayat-Nya dan aturan Rasul-Nya, Indonesia telah meninggalkan syariat Islam. Karena menggunakan hukum buatan manusia. Untuk itu, Felix Siauw mengajak untuk menegakkan khila>fah isla>miyyah.

Wacana khila>fah semacam teks di atas mudah dijumpai di Youtube.

Artinya para ustaz menggantungkan sumber otoritatif atau wacana tertentu untuk menciptakan suatu teks. Hal ini terjadi atas dorongan sentripetal yang berasal dari kebutuhan untuk memproduksi teks sesuai dengan konvensi yang telah tersedia, yaitu bahasa dan semesta wacana ( order of discourse ), yang menjadi salah satu faktor yang membentuk praktik diskursif secara historis.

9

Terutama seruan untuk bersatunya seluruh umat Islam di bawah naungan khila>fah isla>miyyah yang dilakukan para ustaz aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Harus diakui, dengan adanya media sosial saat ini bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara keluarga atau sahabat, teman ataupun hanya untuk hiburan saja. Para pendakwah pun memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan keagamaan (dakwah). Sebab dalam Islam, dakwah menjadi substansi ajaran agama yang harus dilakukan oleh setiap muslim.

Dengan perkembangan kecanggihan media komunikasi informasi ini, maka media sosial menjadi sarana dakwah yang baru bagi para pendakwah atau para ustaz. Karena dinilai lebih masif, strategis, efektif, dan tepat sasaran.

Beberapa media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Youtube sering digunakan untuk menyampaikan pesan keislaman oleh para ustaz di Indonesia. Namun yang sering dipakai adalah Youtube, karena pada kanal Youtube, beberapa tayangan dakwah dari berbagai ustaz sering menempati posisi paling laku ( trending ).

10

Maka atas dasar ini, para ustaz menjadikan Youtube sebagai wadah untuk menyampaikan pesan-pesan keislaman kepada warganet. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Andi Faisal Bakti bahwa perlunya sejumlah kalangan atau kelompok Islam di Indonesia bisa tampil di dunia maya untuk menegaskan eksistensi dan sebagai sarana penyampaian informasi kepada anggota kelompoknya.

11

8Gareth S. Jowett & Victoria O’Donnell,

Propaganda and Persuasion

, (New York: SAGE Publication, 2012), h.290.

9Norman Fairclough,

Critical Discourse Analysis: the Critical Study of Language

, (London and New York: Longman, 1995), 7.

10 https://tirto.id/mengapa-para-dai-bisa-amat-populer-di-media-sosial-cCox diaksea pada 23 Mei 2018.

11 Bakti, menyoroti hubungan antara Islam, media dan globalisasi.

Menurutnya, saat ini, Islam harus bisa berperan penting dalam penggunaan media, baik untuk dakwah maupun Pendidikan, ataupun lainnya. Konten-konten islami (mulai dari seni, filosofi, hukum, hingga perkembangan Islam kontemporer) harus dikemas dan

(16)

4

Sebuah laporan dari Majalah Tempo , pada Juni 2017 edisi 19-25 yang berjudul “Konservatisme dalam Banyak Segi” menerangkan bahwa umat Islam Indonesia saat ini bergerak menuju kesalehan massal. Di mana pengajian tidak perlu datang ke pesantren (surau), majelis taklim, dan sebagainya, karena sudah berpindah ke perkantoran dan mal.

12

Dari laporan tersebut dengan hadirnya internet semua bisa dipromosikan lewat internet. Dengan berkembangnya alat dan teknologi media, kini dakwah tak lagi hadir dalam bentuk konvensional seperti di radio dan televisi. Beberapa sarjana memandang fenomena ini sebagai kebangkitan identitas Islam dalam budaya populer Indonesia setelah sekian lama direpresi rezim Orde Baru. Ada juga yang berpendapat ini cermin kehausan masyarakat akan Islam sebagai penjawab kebutuhan mereka.

13

Buku yang berjudul Islam on Youtube karya Ahmed K. Al-Rawi (2017) yang menawarkan wawasan empiris tentang cara netizen muslim bereaksi terhadap berbagai isu kontroversial yang terkait dengan Islam. Setelah membaca buku tersebut, kegelisahan penulis semakin meningkat, karena buku tersebut menjelaskan empat studi kasus. Yakni Kartun Nabi Muhammad , pembakaran kontroversi Alquran , Fitna , dan film Innocence of Muslims . Permasalahan yang diangkat adalah soal agama di dunia maya, gerakan sosial, dan ekstremisme. Hal ini dikarenakan kasus tersebut menimbulkan kegelisahan di dunia maya terutama bagi Youtuber (pengguna Youtube). Dari studi kasus yang dilakukan, mengarah pada ekspresi pandangan ekstremis dari beberapa pengguna Youtube dan juga turut serta berkontribusi terhadap pertumbuhan jaringan ekstremis. Kasus-kasus tersebut digunakan oleh beberapa teroris untuk merekrut anggota baru. Sementara perdebatan tentang kebebasan berekspresi dan ujaran kebencian juga ikut ditawarkan dengan simbol-simbol tertentu, melalui perdebatan-perdebatan di Youtube.

14

Dapat dipahami bahwa Youtube telah memberikan fasilitas kepada para ustaz untuk

ditampilkan secara atraktif, atraktif serta menyajikan informasi yang lengkap. Tidak hanya sebatas media cetak saja. Akan tapi bisa melalui film, musik, dan media

online

. Karena itu penting sebagai sarana untuk memberikan pemahaman yang baik tentang Islam kepada khalayak ramai. Artikel ini sisampaikan pada The 2nd International Conference on Islamic Media, 13-15 Desember 2011. Lihat Andi Faisal Bakti, “The Role of Islamic Media in The Globalization Era: Between Religious Principles and Values of Globalization,The Challenges and The Opportunities”, Artikel bisa diunduh di

https://www.academia.edu/35253848/The_Role_of_Islamic_Media_in_the_Globalizati on_Era_Between_Religious_Principles_and_Values_of_Globalization_Chellenges_and _The_Opportunities_.pdf

12Selengkapnya lihat dalam

Majalah Tempo

, “Konservatisme dalam Banyak Segi” Edisi 19-25 Juni 2017, 44.

13Lihat selengkapnya pada

Majalah Tempo,

“Potret Religi dalam Budaya Populer” Edisi 19-25 Juni 2017, 73.

14Ahmed Al-Rawi,

Islam on YouTube

, (London UK: Palgrave Macmillan, 2017).

(17)

5

menyampaikan pesan-pesan (dakwah) keislaman. Perlu diakui bahwa Youtube menjadi panggung kontestasi pesan-pesan keislaman bagi para ustaz. Hal ini menunjukkan adanya kesalehan siber di Youtube. Untuk itu, Bunt memandang bahwa maraknya pengguna internet (termasuk Youtube) telah menjadi elemen penting untuk melangsungkan sejumlah propaganda dan membentuk identitas seseorang atau kelompok muslim.

15

Artinya Youtube bisa dimanfaatkan untuk melakukan penyebaran ide, gagasan, ataupun ideologi. Dengan begitu, kesempatan besar untuk mengirimkan pesan-pesan keislaman dalam media sosial. Misalnya beberapa pengguna media sosial mem- posting ayat-ayat Alquran dan Hadis untuk menyampaikan pesan keislamannya.

16

Selain itu, media sosial terutama Youtube meningkatkan kesempatan belajar bagi para muslim, terutama muslim perkotaan untuk mendapatkan pesan keislaman.

17

Namun demikian, ada beberapa hal negatif dari media sosial, seperti mempromosikan kekasaran dengan pernyataan ceroboh yang sebetulnya dilarang dalam Islam. Studi yang dilakukan Muhammad Wildan (2017) terkait Facebook, menjelaskan bahwa bahasa menjadi penggerak kontestasi Islam di ruang Facebook. Melalui bahasa, pengguna Facebook baik perseorangan, kelompok, ataupun institusi menggulirkan isu-isu Islam fundamentalis, moderat, liberal, sehingga bermetamorfosis menjadi kesalehan masyarakat bahasa sebagai cerminan kesalehan warganet.

18

Sejatinya, dakwah menurut Quraish Shihab merupakan sebuah usaha untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat umum. Bisa juga diartikan sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan.

19

Pada hakikatnya, dakwah itu mengajak manusia kepada Allah (ibadah) dengan hikmah dan nasihat yang baik nan bijak.

20

15Gary R Bunt

, Islam in the Digital Age E-Jihad, Online Fatwa and Cyber Islamic Environment,

(London Strerling, Virginia: Pluto Press, 2003), 4.

16Biasanya media sosial untuk mem-

posting

Alquran dan hadis biasanya Facebook. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Wildan, “Kontestasi Islam di Facebook Studi Sosiolinguistik” (Disertasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).

17 Abdul Qayyum, “Role of Social Media in The Light of Islamic Teaching”

dalam

Al-Qalam

Desember 2015, 27-36.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ua ct=8&ved=2ahUKEwib1bGmpvncAhVHT30KHZVDCcEQFjABegQICRAC&url=http

%3A%2F%2Fpu.edu.pk%2Fimages%2Fjournal%2Falqalam%2FPDF%2F3.Dr.%2520 Abdul%2520Qayyum%2520CH%2B%2520Zaid%2520Mahmood_Dec2015.pdf&usg=

AOvVaw0g0eGR5J-X0Vu9eMMnPRkY.

18Muhammad Wildan, “Kontestasi Islam di Facebook Studi Sosiolinguistik”

(Disertasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017).

19M. Qurais Shihab,

Membumikan al-quran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat

, Cet.VII (Bandung: Mizan, 1994), h.194

20QS. an-Nah}l [16]: Ayat 125.

(18)

6

Dengan adanya dakwah, Islam bisa tersebarluas di penjuru dunia.

21

Dakwah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bisa diartikan sebagai berikut, 1) propaganda, 2) penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.

22

Dalam kegiatan berdakwah ada dua faktor penting yaitu: 1) bahasa dan 2) orang yang menyampaikan dakwah tersebut. Namun, dalam penelitian ini dakwah bisa dipahami sebagai sebuah wacana yang memiliki beberapa faktor penting terkait sarana, yaitu: 1) untuk mengutarakan gagasan, 2) menjelaskan fenomena alam atau sosial; 3) untuk menghasilkan dan menghasilkan kembali makna oleh subjek atas kepentingan tertentu.

Jakobson menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Foucault, bahwa bagaimanapun akan salah apabila kita menganggap fungsi penulis (termasuk pembicara) sebagai rekonstruksi murni yang sederhana setelah fakta teks yang diberikan sebagai bahan pasif. Karena sebuah teks selalu menyandang sejumlah tanda-tanda yang merujuk pada penulis atau pembicara. Bagi para ahli tata bahasa, tanda-tanda tekstual ini dapat berupa pemakaian kata ganti orang, kata keterangan waktu dan tempat, serta kata kerja konjungsi (penghubung).

23

Oleh karena itu, dalam studi analisis wacana kritis akan menyoroti hal itu, melalui beberapa fakta kebahasaan. Wacana juga dapat memberikan perbedaan besar terhadap individu sebagai anggota kelompok, kelas, atau komunitas sosial lainnya.

Dalam uraian singkat di atas, penulis tertarik untuk menelusuri wacana khila>fah yang ada di kanal Youtube. Dakwah semacam ini mudah ditemui seperti Ismail Yusanto, Rokmat S Labib, Felix Siauw, Fatih Karim, dan Hafidz Abdurrahman, kenapa Youtube dipilih? Karena Youtube bisa menyebarkan ke berbagai kalangan tanpa harus hadir ke tempat pelaksanaan.

Hal ini memudahkan wacana khila>fah terus bergulir. Apalagi Youtube bebas diakses tanpa harus diseleksi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Dakwah semacam ini bukan berada pada ruang yang hampa yang bebas dari pengaruh ideologi.

24

Artinya meskipun para pendukung khila>fah dalam hal ini HTI sudah dibubarkan, namun ide dan gagasannya masih bisa dinikmati dan disebarkan di Youtube. Perlu dicatat selain menyebarkan pesan ideologis Youtube juga bisa menghasilkan pendapatan melalui iklan (monetisasi) yang ditawarkan. Dengan begitu, para ustaz mendapatkan penghasilan tambahan untuk menunjang aktivitas dakwah dan doktrin khila>fah, tanpa harus takut diblokir.

21Ah}mad Mah}mu>d,

ad-Da‘wah ila> al-Isla>m

,(Birut: Dâr al-Ummah, 1995), 8.

22Lihat KBBI Online https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dakwah diakses pada 11 Desember 2018.

23Michel Foucault,

Language, Counter-Memory, Practice: Selected Essays and Interviews

, (New York: Cornell University Press, 1977), 129.

24Nul Laila, “Analisis Wacana Kritis dalam Studi Teks Dakwah”, dalam

Jurnal Ilmu Dakwah

, Vol. 11 No. 1, April 2005, 79.

(19)

7

Beberapa penelitian terkait pemanfaatan media sosial dalam doktrin keagamaan sudah banyak dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Eva F. Nisa “Social Media and the Birth of an Islamic Social Movement:

ODOJ (One Day One Juz) in Contemporary Indonesia” menjelaskan bahwa aplikasi WhatsApp dapat dimanfaatkan untuk gerakan One Day One Juz (ODOJ), yang berupaya mendorong umat Islam untuk menghidupkan kembali semangat membaca Alquran. Eva F. Nisa juga menyoroti sejauh mana gerakan ODOJ memobilisasi sentimen keagamaan di kalangan umat Islam dari beragam afiliasi. Lebih lanjut Eva F. Nisa berpendapat bahwa WhatsApp telah memungkinkan lahirnya gerakan Quran semi-virtual, yang berakar pada gerakan Tarbiyah. Gerakan ODOJ telah melukis warna baru pada publik Islam kontemporer dan kehadirannya sangat penting untuk memahami transformasi media-scape agama di Indonesia.

25

Selain penelitian Eva F. Nisa, penelitian yang dilakukan Wahyuddin Halim juga menyoroti pemanfaatan media sosial (Facebook) dalam komunitas pesantren di Sulawesi Selatan, Indonesia, telah mempengaruhi kehidupan beragama dan tradisi pesantren yang sering dikaitkan dengan konservatisme. Misalnya, banyak pesantren, seperti As’adiyah di provinsi Sulawesi Selatan telah membuka diri untuk menerima dan menggunakan teknologi modern dalam program pengajaran dan pengabaran. Dengan pengenalan teknologi digital, banyak anggota komunitas (santri dan alumni) As’adiyah telah memanfaatkan media sosial untuk memelihara dan memperkuat jaringan dan meningkatkan reputasi keagamaan mereka.

26

Untuk itu, dalam penelitian ini bukan hanya meneliti wacana khila>fah , akan tetapi berusaha untuk lebih jauh bagaimana para ustaz memanfaatkan media sosial terutama Youtube dalam mewacanakan khila>fah . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana kritis (AWK), dengan menggunakan analisis ini, dapat menelaah hubungan antara bahasa dan ideologi. Karena teknik AWK menurut Jorgensen dan Philips dalam bukunya Discourse Analysis as Theory and Method , wacana dipandang sebagai praktik sosio-kultural yang tidak selamanya bersifat linguistik-diskursif. Selain itu, wacana juga memiliki hubungan dialektis dengan dimensi sosial lain yang berfungsi secara ideologis.

27

25 Eva F. Nisa “Social media and the birth of an Islamic social movement:

ODOJ (One Day One Juz) in contemporary Indonesia” dalam

Journal Indonesia and the Malay World

, Volume 46 No. 134 2018. (24-43).

26 Wahyuddin Halim “Young Islamic preachers on Facebook: Pesantren As’adiyah and its engagement with social media” dalam

Journal Indonesia and the

Malay World

, Volume 46, No. 134, 2018. (44-60).

https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13639811.2018.1416796.

27Marianne W Jorgensen dan, Louis J Phillip.,

Discourse Analysis as Theory

and Method

. (London: SAGE Publications, 2002). 61-64.

(20)

8

Sehingga penelitian ini menyajikan langkah-langkah membaca fenomena budaya, politik, dan sosial secara kritis berangkat dari linguistik kritis. Serta dalam melihat fenomena kebahasaan memungkinkan seseorang untuk lebih berhati-hati dalam melihat realitas sosial, realitas yang terkadang tercipta sebagai hasil tafsiran ideologis para ustaz tertentu di Youtube terkait wacana keislaman dalam melihat kenyataan dan pemaksaannya secara halus pada kognisi dan cara pandang masing-masing individu dalam melihat dunia sekeliling.

Bagi Fairclough, bahasa merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Hubungan dialektis antara bahasa dan realitas sosial direalisasikan melalui persinggungan antara teks, praktik wacana, dan struktur sosial.

28

Baginya, hanya tugas analisis wacana kritis sajalah yang dapat menemukan relasi kuasa dan bahasa (kuasa sosial dan ideologi). Dengan mempertimbangkan pandangan di atas, penulis meyakini bahwa penelitian Diskursus Khila>fah di Youtube penting untuk dilakukan. Untuk itu, penelitian ini berupaya mengungkap ideologi ustaz di Youtube melalui studi analisis wacana kritis.

Tesis ini didasarkan pada lima asumsi. Pertama , wacana adalah hasil ekspresi verbal manusia dari pikiran dan perasaan, dan karenanya merupakan produk dari praktik bahasa. Kedua , wacana yang dihasilkan oleh individu atau organisasi dari sudut pandang tertentu. Ketiga , sebagai produk manusia (lembaga), wacana merupakan budaya dasar kepedulian terhadap orang atau lembaga. Keempat , ketika wacana diterima oleh masyarakat yang berbeda budaya sebagai produk budaya, bisa jadi isinya diikuti ‘dengan benar’ atau

‘salah’, dan pembaca juga bisa menolaknya. Kelima, Youtube dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan ideologi.

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa penelitian ini mengetengahkan isu ‘wacana khila>fah ’, ‘Youtube’, dan ‘analisis wacana kritis’.

Ketiganya memunculkan sejumlah permasalahan. Untuk itu, penulis perlu menarasikan identifikasi masalah yang menjadi persoalan penelitian ini agar lebih sistematis:

a. Wacana khila>fah , penulis melihat bahwa wacana khilafa>h dihegemoni oleh ustaz dan aktivis HTI yang menginginkan tegaknya khila>fah isla>miyyah sebagai sistem pemerintahan sehingga seluruh umat Islam bisa bersatu dalam satu naungan.

b. Youtube dapat dilihat dari berbagai sisi, misalnya para ustaz HTI bisa menyebarkan ide, gagasan, dan wacana meski sudah dibubarkan. Selain

28Norman Fairclough,

Language and Power

, (London: Pearson Education System. 2001), 16

(21)

9

itu, dari Youtube ustaz HTI bisa mendapatkan penghasilan tambahan untuk menopang dakwahnya.

c. Analisis wacana kritis dapat memeriksa masalah yang berkaitan dengan kekuatan dan ideologi. Atas dasar itu, studi ini akan memunculkan sub-pembahasan, di antaranya; teks atau linguistik;

produksi, distribusi, dan konsumsi teks; dan soso-kultural.

2. Rumusan Masalah

Setelah diuraikan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut, bagaimana teks- teks khila>fah direpresentasikan oleh para ustaz di Youtube? Lalu bagaimana praktik diskursif wacana khila>fah pada video-video para ustaz? Dan bagaimana wacana khila>fah ditinjau dari praktik sosialnya?

3. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penelitian ini maka penulis perlu memberikan sejumlah batasan dalam penelitian ini, di antaranya:

1. Fokus penelitian ini diambil dari video-video pada ustaz pendukung HTI, yakni dari Channel Felix Siauw (Ustaz Felix Siauw), Cinta Quran TV (Ustaz Fatih Karim), Khilafah Channel (Ustaz Rokmat S Labib dan Ustaz Hafidz Abdurrahman), dan Fokus Khilafah Channel (Ustaz Ismail Yusanto). Empat channel atau kanal Youtube ini sering mengkampanyekan khila>fah . Karena kelima ustaz tersebut merupakan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

2. Tema berfokus pada wacana khila>fah, yakni kewajiban mendirikan khila>fah , khilafah ‘ala> minha>j al-nubuwwah , dan demokrasi tidak islami .

3. Terkait waktu penelitian ini yakni diambil dari video-video 10 tahun terakhir yang tersebar di kanal Youtube.

C. Tujuan, Manfaat dan Signifikansi Penelitian Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Menjelaskan bagaimana teks-teks khila>fah direpresentasikan.

2. Menjelaskan bagaimana praktik diskursif pada video para ustaz di Youtube.

3. Mengungkap ideologi para ustaz di Youtube ditinjau dari praktik sosial wacana khila>fah .

Sedangkan manfaat dan signifikansi yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Penelitian ini menawarkan suatu konsep masyarakat bahasa siber

( virtual speech community ) yang pola interaksinya lebih komunikatif

atas isu-isu yang terjadi di sekitarnya. Seperti yang disampaikan oleh

(22)

10

Crystal, kemajuan teknologi internet (Youtube) adalah suatu bentuk fakta sosial.

29

b. Harapan pada penelitian dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa video-video ceramah yang disajikan oleh para ustaz tidak terlepas dari ideologi, serta berbagai macam kepentingan sehingga masyarakat diharapkan dapat bersikap peka, cerdas, dan kritis terhadap setiap apa yang disampaikan para ustaz.

c. Mengkaji apakah sejumlah wacana keislaman dalam hal ini wacana khila>fah yang disebarkan melalui video-video Youtube yang dikaji melalui analisis wacana kritis bisa memperkuat asumsi di atas dan menjadi akar problem keagamaan kontemporer di Indonesia, terutama radikalisme dan juga solusinya.

d. Ikut membantu menyelesaikan salah satu problem nasional, yaitu radikalisme yang di antaranya diakibatkan oleh pola keagamaan tertentu yang bisa menumbuhkannya, sehingga Indonesia ke depan bisa terbebas problem radikalisme.

e. Diharapkan hasil penelitian ini nanti bisa bermanfaat dengan menjadi rujukan bagi para pemangku kepentingan, terutama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan juga kelembagaan seperti Kementerian Agama yang menangani hubungan antar agama dan bisa untuk mendapatkan rekomendasi ustaz-ustaz yang layak dijadikan penceramah. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi kelembagaan civil society non-pemerintah yang bergerak dalam isu yang sama. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan ikut memberikan kontribusi untuk pengembangan penelitian yang lebih mendalam, terutama pengembangan penelitian di bidang bahasa yang kontekstual.

D. Kajian Terdahulu yang Relevan

Agar memperoleh hasil penulisan yang baik dan komprehensif, karenanya penulis akan mengaplikasikan acuan-acuan sebagai berikut: setelah melakukan pengamatan, ada sejumlah reset terdahulu yang menggunakan tema khila>fah dan analisis wacana kritis; Islam dan media sosial; dan juga riset bahasa dan pola keagamaan sebagai objek kajiannya. Maka dari itu, penulis akan membuat langkah-langkah kajian terdahulu ini supaya lebih sistematis, kronologis, tematis, dan komprehensif.

1) Kajian yang mengangkat tema khila>fah sebetulnya sudah banyak yang meneliti, di antaranya buku Ainur Rofiq yang berjudul Membongkar Proyek Hizbut Tahrir di Indonesia (2012), buku ini merupakan hasil dari disertasinya yang berangkat dari penelitian kualitatif dengan fokus pada kajian pustaka degan metode analisis yang menggunakan prinsip-prinsip kritis terhadap ide khila>fah . Selain itu bertujuan agar mengetahui alasan mengapa

29David Crystal,

Language and the Internet

, (USA: Cambridge University Press, 2001).

(23)

11

HT ingin mendirikan khila>fah dan bagaimana argumentasinya, serta bagaimana konsekuensi logis dan politis dari pemikiran khila>fah tersebut.

30

Selain buku tersebut, Makmun Rosyid menulis buku Hizbut Tahrir Indonesia Gagal Paham Khilafah (2017) yang meneliti ayat-ayat yang sering digunakan oleh aktivis HTI untuk melegitimasi wacana khila>fah . Temuan penelitian Rosyid adalah pertama ayat-ayat yang digunakan HTI telah lepas dari substansi ayat, kedua implikasi dari transformasi makna ayat oleh HTI berdampak negatif pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

31

Dari kedua penelitian tersebut belum menyinggung bagaimana teks-teks wacana khila>fah yang digulirkan pada ustaz aktivis HTI sebagai kuasa sosial dan ideologi. Tentunya juga belum menyingung bagaimana para ustaz aktivis HTI memanfaatkan Youtube sebagai media transfer ide dan gagasan khila>fah .

Selanjutnya, tema khila>fah yang dianalisis dengan analisis wacana kritis dalam hal ini surat kabar, baik cetak maupun elektronik. Tulisan Laode Samsul yang berjudul “Pemberitaan Berdirinya Khila>fah (Analisis Wacana Kritis pada Tabloid Media Umat)” dalam Jurnal Dialektika: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Matematika (2015), penelitian ini bertujuan menganalisis representasi pelaporan pembentukan kekhalifahan yang dibentuk dalam Tabloid Media Ummah, makna pesan, dan nilai-nilai jurnalis (ideologi media) dalam merepresentasikan berita-beritanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana kritis Norman Fairclough. Hasil penelitian ini menemukan bahwa: Pertama , representasi pembentukan kekhalifahan diwakili secara super-ordinat dalam rubrik Media Utama dengan orientasi ideologis dan politis. Kedua , dalam analisis level mikro atau analisis teks, yaitu kombinasi antara kata atau kalimat dan koherensi dan kohesifitas, membentuk makna pada indikasi pembentukan kekhalifahan pada tahun 2013.

Ketiga , Analisis Praktik Wacana, yaitu dimensi peristiwa komunikasi yang terkait dengan proses produksi dan konsumsi teks menunjukkan bahwa reporter Media Ummah memiliki nilai-nilai dan ideologi Islam.

32

Meskipun sama-sama menggunakan analisis wacana kritis Norman Fairclough namun objek penelitiannya berbeda, penelitian yang dilakukan Laode Samsul hanya fokus pada berdirinya khila>fah saja dan dalam analisisnya tidaklah menerapkan kajian kritis.

Selanjutnya, Makalah yang ditulis Moch. Syarif Hidayatullah yang berjudul “Against The State Ideology on Islamic Online Media in Indonesia”

(2017) ini berfokus pada isu-isu NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

30Ainur Rofiq,

Membongkar Proyek Hizbut Tahrir di Indonesia

(Yogyakarta:

LKiS, 2012).

31Makmun Rosyid,

Hizbut Tahrir Indonesia Gagal Paham Khilafah

(Ciputat:

Pustaka Compass, 2017).

32Laode Samsul, “Pemberitaan Berdirinya Khilafah (Analisis Wacana Kritis dada Tabloid Media Umat)” dalam

Jurnal Dialektika: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa,

Sastra, dan Matematika

, volume 1, No, 1, (2015), 1-11.

(24)

12

versus Khila>fah di media cyber Indonesia. Media online hizbut-tahrir.or.

(mewakili HTI dan grup radikal lainnya), nu.or.id (mewakili NU dan grup moderat), dan islamlib.com (mewakili JIL dan grup liberal lainnya). Penelitian ini bertujuan untuk menguji kecenderungan, intensitas, fungsi wacana, dan gaya bahasa pada berita dan artikel di situs. Analisis wacana dan analisis konten akan digunakan untuk membongkar isi semua situs tentang masalah NKRI dan khila>fah . Diketahui bahwa situs NU (Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia) dan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) memiliki kecenderungan untuk selalu berbeda pada masalah ideologi khila>fah . Situs JIL (Jaringan Islam Liberal) bukan sumber utama berita dan artikel khila>fah . Situs HTI semakin banyak dan beragam dalam mengembangkan ideologi khila>fah . Ini wajar karena situs HTI memiliki misi utama untuk mengampanyekan ideologi khila>fah dan menangkal semua pandangan berbeda. Juga dikenal dalam fungsi wacana bahwa situs biasanya menggunakan fungsi direktif dan fungsi referensial. Dalam gaya bahasa, situs menggunakan persuasif lebih dari naratif. Makna denotatif lebih ringkas daripada makna konotatif. Judul-judul dalam beberapa artikel terlihat lebih mudah dan provokatif.

33

Makalah ini hanya menampilkan kontestasi wacana-wacana NKRI dan Khila>fah namun hanya menampilkan judul artikelnya saja. Sehingga tidak melakukan studi kritis sebagaimana AWK itu sendiri, misalnya kenapa website hizbut-tahrir.or memilih sumber-sumber tertentu dalam mewacanakan ide khila>fah yang sebetulnya masih banyak sumber-sumber lain yang lebih otoritatif.

2) Penelitian terdahulu yang mengupas bahasa dan pola keagamaan, yakni penelitian yang dilakukan Sukron Kamil, dkk. (2013) yang berjudul

“Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan dalam Teks- teks Keislaman Kontemporer” teori yang digunakan dalam penelitian ini, adalah teori mentalistik Noam Chomsk. Penelitian ini juga menganalisis kata ambilan/serapan Arab dalam konteks teks melalui analisis semantik sintaksikal sehingga menghasilkan semakin fundamentalis ormas/ kelompok sosial Islam tertentu, maka kata ambilan/serapan Arab yang dipakainya semakin banyak.

34

Meski sama-sama meneliti bahasa dan pola keagamaan, studi ini berbeda objek penelitiannya, Sukron Kamil, dkk. fokus pada kata ambilan/serapan berbahasa Arab yang dilakukan oleh berbagai organisasi keagamaan.

Selanjutnya penelitian Muhammad Wildan Kontestasi Islam di Facebook Studi Sosiolinguistik (2017), penelitiannya menunjukkan bahwa bahasa menjadi penggerak kontestasi Islam di ruang Facebook. Melalui bahasa, aktivis Facebook berlatar perseorangan, kelompok, dan institusi menggulirkan

33MocSyarif Hidayatullah, “The Khilafah Discourse on Aljazeera and Alarabiya: a Valuable Lesson for Indonesian Online Media” dalam

Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR)

, volume 154, (2017), 59-62.

34Sukron Kamil, dkk “Pola Keagamaan dan Bahasa: Studi Kontekstual Kata Serapan Dalam Teks-teks Keislaman Kontempore”

Laporan Penelitian Kompetitif

Kolektif

, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

(25)

13

isu-isu Islam fundamentalis, moderat, dan liberal, sehingga bermetamorfosis menjadi kesalehan masyarakat bahasa sebagai cerminan kesalehan masyarakat siber. Kendatipun wajah fundamentalis literalis, dakwahis, serta politis masih mendominasi karena loyalitas pada institusinya, tetapi dengan adanya Islam moderat dan Islam liberal menjadi kekuatan penyeimbang dalam mengontestasikan gagasan keislaman.

35

Meski sama-sama menggunakan penelitian bahasa dan keagamaan, namun berbeda dengan yang akan penulis lakukan yakni berfokus pada wacana khila>fah dengan menggunakan studi analisis wacana kritis.

3) Kajian yang mengangkat isu-isu Islam dan media sosial, terutama dalam hal ini Youtube. Pelu dicatat bahwa hubungan antara media sosial dan agama telah menarik minat banyak cendekiawan dalam dekade terakhir.

Misalnya Lim dan Putnam, Religion, Social Networks, and Life Satisfaction (2010) menyatakan bahwa jaringan sosial menawarkan bukti kuat untuk mekanisme sosial dan partisipatif yang membentuk pengaruh agama terhadap kepuasan hidup. Meskipun kebangkitan jejaring sosial tampaknya merupakan tantangan baru bagi individu dan institusi beragama.

36

Riset yang dilakukan Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari (2014) menunjukkan bahwa tantangan dan kesempatan dalam pengajaran komunikasi serta penyiaran Islam pada saat ini (era digital)}, mereka berpandangan bahwa media baru (new media) seperti Facebook, Twitter, Google+, Youtube, dan yang sejenisnya mempunyai daya dominan dalam memberi pengaruh pada setiap dimensi kehidupan manusia. Penetrasi yang mengglobal seakan meruntuhkan dinding-dinding pembatas dan menjadikannya sebagai liberalisasi informasi. Dengan demikian new media ini sudah membuat suatu peradaban baru.

37

Penelitian yang dilakukan Hew Wai Weng yang berjudul The Art of Dakwah: Social Media, Visual Persuasion and the Islamist propagation of Felix Siauw (2018) ini menyoroti (a) persimpangan antara aktivitas online dan acara offline dalam dakwah Islam kontemporer; (b) berbagai bentuk ekspresi lisan, tekstual dan visual dakwah on-offline ; dan (c) politik dan puisi dakwah. Secara singkat, penelitian ini menggambarkan bagaimana dakwah online dan visual saling melengkapi daripada menggantikan dakwah offline dan tekstual. Hew Wai Weng menelaah bagaimana dan dalam kondisi apa Felix Siauw secara kreatif menggunakan media sosial dan gambar visual untuk menyebarkan ideologi HTI di kalangan anak muda Muslim Indonesia. Pendekatan

35Muhammad Wildan,

Kontestasi Islam di Facebook Studi Sosiolinguistik

(Tangerang Selatan: Cinta Buku Media, 2017)

36Chaeyoon Lim dan Putnam, R. D. “Religion, Social Networks, and Life Satisfaction” dalam

American Sociological Review

, 75(6), (2010), 914–933.

37Andi Faisal Bakti dan Venny Eka Meidasari, “Trendsetter Komunikasi di Era Digital: Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam”

dalam

Jurnal Komunikasi Islam

, Vol. 1, No. 1, (2014), 20-44.

(26)

14

dakwahnya menghibur namun konservatif, santai tapi dogmatis, dan personal jika politis.

38

Jurnal yang ditulis oleh Ariel Victoria Lieberman, tentang Terorisme, yang berjudul “The Internet and Propaganda: A Deadly Combination”. Fokus penelitiannya terkait dengan alat propaganda yang digunakan oleh Islamic State. Ada beberapa media yang digunakan untuk menyebarkan ideologi untuk menarik simpatisan, alat media tersebut adalah Facebook, Youtube, dan Twitter. Sementara dari rilisan resmi propaganda Islamic State mendirikan media senter al-Hayat , yang khusus menghubungkan kelompok-kelompok non-Arab, khususnya bagi kalangan remaja. Menurut laporan dari jaringan sosial media San Francisco, mesin produk propaganda Islamic State dari 2011 sampai pertengahan 2017 telah memposting lebih dari sembilan puluh ribu postingan baik dari Twiter, Facebook, Youtube dan platform media lain.

Simpatisan di luar Islamic State pun memiliki akun dan dukungan yang sangat luas, berdasarkan laporan dari Brookings Institution , terdapat dua puluh ribu akun pendukung Islamic State di Twitter, dan lebih dari dua ratus delapan puluh delapan juta pengguna aktif di seluruh dunia.

39

Berikutnya, riset yang dilakukan Melisssa Wall dan Sahar El Zahed (2011) “I’ll Be Waiting for You Guys: A Youtube Call to Action in the Egyptian Revolution” ini memastikan bagaimna sistem video Youtube menyebar dari para pemuda Mesir, misalnya Asmaa Mafouz yang berkontribusi dalam pengembangan bahasa politik baru di Mesir, yang menyediakan ruang untuk menjadikan individu sebagai politik publik, Youtube dan media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter menjadi alat politik untuk membentuk sebuah tindakan politik di Mesir.

40

Studi yang dilakukan oleh Matteo Vergani dan Dennis Zuev,

“Neojihadist Visual Politics: Comparing YouTube Videos of North Caucasus and Uyghur Militants” (2014) ini mengkaji dan membandingkan narasi visual yang terkait dengan dua pemberontakan di Asia yang turut membantu terbentuknya gerakan sosial Islam global; pemberontakan di Chechnya, Kaukasus Utara dan di Xinjiang, Tiongkok. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan narasi yang digunakan oleh militan Islam dalam menangani konflik dan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam

38Hew Wai Weng, “The Art of Dakwah: Social Media, Visual Persuasion and the Islamist propagation of Felix Siauw” dalam

Indonesia and the Malay World

, 46(134) (2018), 61–79.

39Ariel Victoria Lieberman, “Terorisme, the Internet and Propaganda: A Deadly Combination,” dalam

Journal of National Security Law & Policy

, No. 95, (2017), 95-124.

40Melisssa Wall dan Sahar El Zahed “I’ll Be Waiting for You Guys: A YouTube Call to Action in the Egyptian Revolution” dalam

International Journal of

Communication

. Vol. 5 (2011) diunduh dari

http://ijoc.org/index.php/ijoc/article/view/1241/609, 1333–1343.

(27)

15

penggunaan teknik retorika visual oleh kelompok neo-jihadis untuk menyebarkan pandangan mereka. Studi tentang narasi visual yang dipromosikan dalam video akan membantu memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dampak narasi neo-jihadis terhadap penciptaan identitas kolektif. Penelitian ini menunjukkan bahwa narasi ini memiliki fitur serupa, yang dapat diidentifikasi dalam sekumpulan sub-naratif. Namun, dalam pola yang sama, terdapat perbedaan yang signifikan, terutama pada interpretasi video oleh penonton.

41

Kayla Renée Wheeler (2014) “Remixing Images of Islam The Creation of New Muslim Women Subjectivities on Youtube” menganalisis tekstual video Youtube yang diproduksi oleh dua orang vlogger, yaitu Amenakin dan Nye Armstrong dengan menggunakan alat analisis wacana Vernakular Guo dan Lee. Fokus kerangka kerja ini pada tiga bagian, yaitu; konten, agensi, dan subjektivitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa Youtube menyediakan ruang bagi perempuan Muslim untuk menghasilkan citra baru keperempuanan Muslim. Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan kepada kita bahwa identitas berada dalam proses negosiasi dan re-artikulasi yang konstan yang bergantung pada posisi seseorang. Dengan adanya Youtube seseorang dapat mengubah identitas tersebut.

42

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, terlihat bahwa belum ada penelitian yang membahas secara khusus mengenai analisis wacana kritis terhadap video-video ustaz Youtube dalam kaitannya dengan wacana khila>fah yang disampaikan oleh ustaz. Meskipun sudah banyak yang meneliti pemanfaatan Youtube untuk mengulirkan ide, gagasan, bahkan wacan.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metodologi sebagai berikut:

1. Jenis dan Metode Pendekatan

Metode yang digunakan pada penelitian ini metode kualitatif yang bersifat deskripsif. Metode kualitatif merupakan penelitian yang menyelidiki aspek kehidupan sosial. Given mengatakan bahwa penelitian kualitatif didesain untuk mengeksplorasi elemen-elemen manusia dari suatu topik tertentu misalnya mengkaji pikiran, perasaan, atau tafsiran manusia atas arti dan proses.

43

Penelitian kualitatif sering kali didasarkan pada interpretivisme, konstruktivisme dan induktivisme. Hal ini berkaitan

41\Matteo Vergani dan Dennis Zuev, “Neojihadist Visual Politics: Comparing YouTube Videos of North Caucasus and Uyghur Militants” dalam

Asian Studies Review

, 39(1) (2014), 1–22.

42Kayla Renée Wheeler “Remixing Images of Islam The Creation of New Muslim Women Subjectivities on YouTube” dalam

Heidelberg Journal of Religions on the Internet

, Vol. 6 (2014), 144-163.

43Lisa M. Given,

The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods,

Volumes 1 & 2 (Los Angeles: SAGE Publications, 2008), xxix.

(28)

16

untuk mengeksplorasi makna subjektif yang digunakan untuk menafsirkan berbagai cara di mana realitas dikonstruksi melalui bahasa, gambar, dan artefak budaya dalam konteks tertentu. Secara umum Victor Jupp mengatakan bahwa penelitian kualitatif penekanannya pada kedalaman dan detail pemahaman dan penafsiran yang diteliti sehingga sering kali analisisnya dilakukan hingga berskala kecil atau mikro. Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif, sering kali dalam kombinasi, adalah metode yang bersifat terbuka yang memungkinkan pengumpulan informasi rinci dalam pengaturan yang relatif dekat. Metode-metode tersebut meliputi wawancara mendalam, etnografi dan observasi partisipan, studi kasus, sejarah hidup, analisis wacana dan analisis percakapan.

44

Dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif alat untuk menganalisis salah satunya analisis wacana. Untuk itu dalam penelitian ini akan menggunakan analisis wacana kritis (AWK). Karena AWK bisa menelaah lebih dalam video ceramah yang diunggah di Youtube.

Hakikatnya, AWK bukan cuma terkait studi bahasa semata, melainkan juga berupaya mengaitkannya dengan konteks. Karena Bahasa bisa digunakan untuk tujuan atau praktik tertentu, termasuk di dalamnya terdapat ideologi dan kekuasaan. Dengan menggunakan AWK, penelitian ini dapat memandang bahwa bahasa sebagai elemen penting, khususnya untuk mengamati ketidakseimbangan kekuasaan para ustaz dan masyarakat.

45

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Perlu dicatat bahwa di dalam Youtube terdapat sejumlah ustaz yang menampilkan ceramahnya. Untuk itu, data primer dalam penelitian dipilih 5 ustaz di Youtube, yaitu Ismail Yusanto, Rokmat S Labib, Felix Siauw, Fatih Karim, dan Hafidz Abdurrahman. Sudah dijelaskan di atas bahwa kelima ustaz tersebut mewakili empat kanal Youtube dan sering mengampanyekan khila>fah . Karena kelima ustaz tersebut merupakan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Sedangkan data yang kedua merupakan data sekunder yang berasal dari telaah dokumentasi yakni dengan mengkaji dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, berupa jurnal, buku, dan karya ilmiah.

44Victor Jupp,

The Sage Dictionary of Social Research Methods

, (London:

SAGE Publications, 2006), 249.

45Eriyanto,

Analisis Wacana

, (Yogyakarta, LKiS, 2001), 7.

Gambar

Gambar 2.1: Dimensi Wacana Fairclough 23

Referensi

Dokumen terkait