9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Video Dokumenter
Kamera dipercaya sebagai alat penangkap dan penyalur realitas sosial yang ada. Sejak tahun 1970an teori poststrukturalis mengatakan kamera dan video yang dihasilkan adalah sebuah sistem dari nilai budaya dan kepercayaan. Keaslian cerita dari sebuah video diuji dalam vedio dokumeneter yang seharusnya menampilkan sebuah cerita fakta dan dikemas secara objektif.
Ralph S. Singleton and James A. Conrad menjelaskana dokumenter adalah video dari sebuah peristiwa yang aktual. Peristiwa-peristiwa tersebut didokumentasikan dengan menggunakan orang-orang biasa. Sementara menurut Edmund F. Penney dokumenter adalah suatu jenis video yang melakukan interpretasi terhadap subyek dan latar belakang yang nyata. Terkadang istilah ini digunakan secara luas untuk memperlihatkan aspek realistiknya dibandingkan pada video-video cerita konvensional. Namun istilah ini juga telah menjadi sempit karena seringkali hanya menyajikan rangkaian gambar dengan narasi dan soundtrack dari kehidupan nyata ( http://www.idseducation.com/articles/14-pendapat-ahli-mengenai-pengertian-video-dokumenter/) Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Peristiwa yang diangkat umumnya pristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam, misalnya korupsi dalam penanganan bencana, jaringan mafia suatu negara, atau yang lainnya. Terkadang, dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas suatu peristiwa (http://www.idseducation.com/articles/jenis-jenis-video-dokumenter/)
10 menegaskan bahwa aturan utama dalam menganalisis sebuah karya dokumenter adalah etika pembuatan video itu sendiri. Sebagian teori mengatakan, video dokumenter adalah sebuah cerita fakta tentang sebuah realita sosial sehingga pasti bersifat objektif. Namun sebagian teori lagi mengatakan, pengaruh dari sang pembuat video, penonton, proses interogasi masalah, dll harus juga jadi pertimbangan dalam menganalisis sebuah video dokumenter.
Teori Wacana Laclau dan Mouffe
Teori wacana digunakan untuk memahami fenomena sosial sebagai pengkonstruksian kewacanaan karena pada prisipnya semua fenoma sosial dapat diteliti dengan analisis wacana. Laclau dan Mouffe mengkonstruksikan teorinya sendiri dengan jalan menggabungkan dan memodifikasi 2 tradisi teoritis utama yaitu Marxisme dan Strukturalisme. Marxisme fokus pada fenomena sosial yang ada sedangkan strukturalisme menyediakan teori makna. Wacana dipahami sebagai penetapan makna, tanda-tamda yang terdapat dalam wacana merupakan momen, dan setiap momen seperti mata jaring dalam jaring yang lain. Semua tanda merupakan momen dalam suatu sistem dan makna sistem itu sendiri tergantung pada hubungannya dengan tanda yang lainnya.
Laclau dan Mouffe menetapkan 4 konsep utama dalam analisis wacana : titik nodal, titik tanda persetujuan, medan kewacanaan, dan pengahkiran. Titik nodal merupakan sebuah tanda yang memiliki hak khusus karena tanda yang lainnya memperoleh makna darinya, misalkan wacananya adalah demokrasi maka titik nodalnya adalah rakyat. Wacana berusaha untuk menyingkirkan kemungkinan pemaknaan ganda yang terdapat dalam sebuah tanda, sehingga fokus pada makna antar tanda. Medan wacana sendiri merupakan cadangan makna yang telah ditiadakan oleh wacana.
Wacana merupakan upaya untuk menata tanda-tanda sehingga seolah-oleh tanda tersebut memiliki makna yang utuh atau ada kesatuan makna. Masyarakat atau sekelompok manusia yang menerima kesatuan makna tersebut akan memandanganya sebagai sebuah fakta yang objektif.yang menjadi fokus analisis wacana adalah bukan mencari makna yang sebenarnya namun lebih pada analisa proses pengkontruksian makan yang diterima masyarakat.
11 “mama” oleh anaknya, secara tidak langsung anak tersebut telah memposisikan perempuan itu pada posisi “ibu” dan anak tersebut memiliki sejumlah harapan perlakuan dari posisi tersebut. Subjek itu sendiri merupakan suatu struktur yang tidak tetap dan senantiasa akan berjuang menjadi sesuatu yang utuh. Ada beberapa konsep individu dan identitas yang dikemukakan Laclau dan Mouffe. Subjek memperoleh identitas dari kewacanaan dan tidak pernah cukup menjadi dirinya sendiri. Identitas merupakan identifikasi posisi subjek itu sendiri dalam struktur kewacanaan. Identitas bisa senantiasa diubah seperti wacana.
Dalam menganalisis sebuah wacana, hal pertama yang dilakukan adalah menetukan penanda-penanda utama : titik nodal, penanda utama dan mitos. Misalkan titik nodal : demokrasi, penanda utama : laki-laki, mitos : masyarakat. Setelah brhasil mengidentifikasi penanda-penanda utama maka hal selanjutnya adalah melanjutkan penyelidikan bagaimana wacana, identitas, dan ruang sosial diorganisasikan secara kewacanaan. Hal ini dilakaukan untuk mengetahui bagaiaman penggabungan penanda-penanda utama dengan penanda-penanda yang lain.
Analisis Wacana Kritis (AWK)
AWK menyediakan teori sekaligus metode untuk menganalisis hubungan wacana dan perkembangan sosial masyarakat. Berikut 5 ciri umum pendekatan AWK yang di kemukakan Fairclough dan Wodak ( Jorgensen, 2010 : 115)
1.Sifat dan struktur proses kultural dan sosial merupakan sebagian linguistik-kewacanaan.
Praktek kewacaan merupakan tempat dihasilkan dan dikonsumsinya teks wacana yang pada ahkirnya berkontribusi dalam penyusunan dunia sosial. Tujuan AWK adalah untuk menjelaskan linguistik-kewacaan fenomena sosial dan proses perubahan makna yang ada. Wacana memberikan tuntunan tidak hanya pada bahasa tulis, bahasa tutur namun juga pada pencitraan visual. Yang perlu menjadi catatan adalah, teks memiliki sistem semiotik yang berbeda dengan bahasa tulis, pencitraan visual dan/atau bunyi.
2. Wacana itu tersusun dan bersifat konstitutif.
12 entitas sosial berasal dari benak orang-orang. Objek fisik tidak akan mendapatkan makna dari wacana.
3.Penggunaan bahasa hendaknya dianalisis seara empiris dalam konteks sosialnya.
Analisis Laclau dan Mouffe mengerjakan analisis tekstual linguistik yang kongkret atas penggunaan bahasa dalam interaksi sosial.
4.Fungsi wacana secara ideologis.
Fokus penulisan AWK adalah praktik kewacanaan yang mengkonstruksi representasi dunia, subjek sosial, dan hubungan sosial termasuk hubungan kekuasaan dan peran yang diaminkan dalam kelompok tertentu. AWK bersifat kritis artinya bahwa analisis ini bertujuan untuk mengungkap peran praktik kewacanaan dalam hubungan-hubungan sosial yang cenderung melibatan kekuasaan yang tidak sepadan.
5.Penulisan kritis.
Sejatinya AWK juga tidak dapat dianggap sebagai pendekatan politik yang netral karena atas nama emansipasi, AWK berupaya untuk memihak kelompok sosial yang tertindas oleh kekuasaan yang tidak setara. Dengan mengkritik peran praktik kewacanaan yang tidak seimbang analisis ini ingin memperjuangkan tercapainya perubahan sosial yang radikal.
Analisis Wacana Kritis Fairclough
Wacama mengacu pada penggunaan bahasa sebagai praktik sosial, wacana bersifat konstitutif dan tersusun. Wacana digunakan dalam suatu bidang khusus, seperti politik atau ilmiah. Wacana mengacu pada cara bertutur yang memberikan makna dari pengalaman-pengalaman perspektif tertentu. Wacana berkontribusi dalam pengkonstruksian identitas sosial, hubungan sosial, sistem pengetahuan dan makna. Sehingga wacana memiliki 3 fungsi yaitu, fungsi identitas, fungsi hubungan dan fungsi ideasional.
13 Setiap peristiwa komunikasi dipahami sebagai peristiwa 3 dimensi. Teks (tuturan, visual, pencitraan dan bisa jadi gabungan ketiganya). Praktik kewacanaan melibatkan pemrokdusian dan pengkonsumsian teks, dan kemudian adanya praktik sosial.
Metode dan desain penulisan analisis wacana kritis Fairclough
1.Pemilihan masalah penulisan
AWK dimaksudkan untuk menghasilkan penulisan kritis yaitu berkontribusi pada ketidakadilan atau ketidaksetaraan yang terjadi dimasyarakat. Permasalahan bisa jadi persoalan individu atau kelompok yang ada di masyarakat. Bisa merupakan upaya untuk mengungkap suatu ketidakadilan atau menuntut kebutuhan yang tidak terpenuhi.
2.Rumusan pertanyaan penulisan
Praktik kewacanaan memiliki hubungan dialektik dengan praktik sosial lainnya. Salah satu tujuan utama AWK adalah memperlihatkan hubungan antara praktik kewacanaan dengan struktur dan perkembangan sosial dan budaya yang ada di masyarakat. Kewacanaan secara aktif mencerminkan dan memberikan kontribusi kepada perubahaan sosial dan budaya. Pertanyaan penulisan bisa muncul dari 3 dimensi wacana.
3.Pilihan materi
Pilihan materi tergantung pada sejumlah aspek yaitu, pertanyaan penulisan, pengetahuan penulis tentang materi yang relevan dan apakah askes menuju materi memungkinkan.
14 Apabila percakapan merupakan materi yang akan digunakan maka perlu adanya transkripsi untuk memudahkan proses analisis. Transkripsi harus dilakukan secara lengkap, detail dan sebenar-sebenarnya. Sehingga tujuan penulisan dapat terwujud.
5.Analisis
AWK fairclough memiliki tahapan proses analisis yang dilakukan sesuai dengan model 3 dimensi.
Praktik kewacanaan
Analisis praktik kewacanaan dipusatkan pada bagaimana teks diproduksi dan dikonsumsi.
Teks
Dengan melakukan analisis terinci linguistik pada teks dengan mengunakan piranti khusus, semisal menjelaskan bagaimana wacana diaktifkan secara tekstual dan membuat kesimpulan yang mendukung penulisan
Praktik sosial
Hendaknya dilakukan eksplorasi hubunan antara praktik kewacanaan dan tatanan wacana. Memetakan hubungan kultural, sosial dan nonwacana dan struktur yang menyusun konteks lebih luas. Kesimpulan yang dihasilkan nantinya dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perubahan dan konsekuensi-konsekuensi ideologis.
6.Hasil penulisan
Hasil penulisan hendaknya tetap mempertimbangkan etika tertentu tentang penggunaan hasil penulisan, karena biasa jadi hasil penulisan digunakan sebagai rekayasa sosial dimasyarakat.
15
Peneltitan berjudul “Wacana Toleransi Pada Sinetron (Analisis Wacana Kritis Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441)” karya Wida Rachmania tahun 2013 dari UKSW.
Satu stasiun televisi dengan stasiun televisi lain berlomba-lomba untuk menyajikan sinetron bergenre religi bertujuan menarik penonton sebanyak mungkin. Tukang Bubur Naik Haji The Series merupakan salah satu sinetron yang bergenre drama religi dan ditayangkan di RCTI. Sinetron ini selain mengusung tema-tema yang mengandung muatan nilai religi juga menyuguhkan tema dengan muatan wacana toleransi seperti yang terlihat pada episode 439-441. Penyajian pesan yang sederhana dan menarik, namun di dalamnya termuat banyak pesan kebaikan yang dapat diambil, membuat sinetron ini diminati dan mendapat respon yang baik dari masyarakat. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui wacana toleransi pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441. Penulisan ini termasuk dalam kategori penulisan kualitatif dengan menggunakaan pendekatan analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk yang meneliti pada level teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Teknik pengambilan data melalui pemilihan beberapa scene pada sinetron tersebut yang meliputi adegan-adegan yang menggambarkan wacana-wacana toleransi dalam sinetron. Analisis data yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan pengamatan melalui setiap dialog sinetron, visualisasi gambar, dan tokoh yang terdapat pada sinetron yang menggambarkan wacana toleransi pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441. Dari analisis yang telah dilakukan pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series episode 439-441, menghasilkan wacana toleransi yang terkandung yaitu bentuk toleransi antar suku dan antar umat beragama, serta beretika dalam kehidupan bermasyarakat. Wacana toleransi yang disuguhkan sebagai sarana untuk memberikan gambaran kepada penonton bentuk toleransi dengan menghormati dan menghargai masyarakat berketurunan Tionghoa di Indonesia yang merayakan Imlek dengan harapan tercipta keharmonisan di tengah-tengah masyarakat yang multikultural.1
Penulisan berjudul “Coklat dan premepuan (Analisis Wacana Kritis Sara Milis pada
Iklan Televisi Tim-Tam dan Tango Crunch” karya Johor Hanna Ruth Simanjuntak tahun 2013 dari UKSW.
16 Iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Sebuah iklan tidak akan ada artinya tanpa adanya pesan. Pesan yang disampaikan oleh sebuah iklan, berupa pesan verbal, non verbal, dan bahkan perpaduan antara antara pesan verbal dan pesan non verbal. Salah satu daya tarik dalam penulisan ini adalah kedua iklan televisi yang merupakan iklan produk makanan ringan, diantaranya makanan ringan berlapis cokelat. Iklan Tim-Tamdan Tango Crunch Cake, menghadirkan pesan verbal maupun non verbal, dimana perempuan sebagai objek tanda yang akhirnya mengkonstruksi perempuan. Penulisan ini bersifat untuk menganalisis bagaimana posisi perempuan yang ada di dalam iklan Tim-Tamdan Tango Crunch Cake. Dengan menggunakan analisis wacana kritis Sara Mills, salah satu wacana yang menganalisis mengenai feminis. Dengan melihat bagaimana posisi subjek-objek dan posisi pemirsa dalam iklan TimTamdan Tango Crunch Cake, akan terungkap wacana yang ingin disajikan kepada khalayak apakah memunculkan konstruksi perempuan melalui beberapa potongan scene iklan Tim-Tam dan Tango Crunch Cake.Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa iklan Tim-Tamdan Tango Crunch
Cakemenempatkan perempuan dikonstruksi lewat tubuh, lewat pakaian yang
dikenakan,perempuan sebagai makhluk sempurna, dan sebagai objek pelengkap. Dilihat dari konstruksi peremouan sebagai objek pelengkap ingin mengatakan perempuan hanya sebagai objek hantaran, sampingan di masyarakat. Semua hasil konstruksi ini merupakan gambaran bahwa perempuan sebagai objek tanda dalam iklan. Sosok perempuan belum dapat berada sebagai makhluk yang superior, sehingga persepsi masyarakat tidak berubah bahwa perempuan belum sejajar dengan laki-laki.2
Penulisan berjudul “Analisis Wacana Kritis dalam Pagelaran Wayang Kulit Lakon Petruk Dadi Ratu” karya Lanjar Rani tahun 2013 dari UKSW.
Masalah yang dibahas didalam penulisan ini adalah wacana yang muncul dari lakon wayang kulit Petruk Dadi Ratu. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui wacana di dalam lakon Petruk Dadi Ratu dan mengapa wacana tersebut memiliki struktur sedemikian rupa. Petruk Dadi Ratu merupakan lakon caranganyang keberadaannya sebagai lakon yang berbeda dan diluar dari pakemisasi pagelaran wayang kulit selama ini. Alur ceritanya yang diangkat dengan nuansa lakon yang berbeda dan baru dengan cara penyampaian dalang yang menggunakan improvisasi didalam
17 alur cerita sesuai dengan ciri khasnya. Hal itu dikarenakan corak politis dan protes dalam lakon tersebut. Salah satunya dapat dilihat dalam lakon “Petruk Dadi Ratu”. Lakon ini merupakan lakon improvisasi dimana dalang memberikan sesuatu yang lebih aktual dan sesuai dengan realitas yang ada di dalam kehidupan sebagai wujud kritik sosial politik terhadap apa yang terjadi di dalam pemerintahan saat ini. Keberadaan dalang dengan pagelaran wayang kulitnya dan sikap-sikap memberikan pesan moral maupun politisnya menarik untuk dikaji melalui pendekatan analisis wacana kritis. Penulisan ini menggunakan Analisis Wacana Kritis dengan model pendekatan Norman Fairclough. Data yang diperoleh dianalisis dalam tiga dimensi, yaitu dimensi teks, dimensi praktik wacana, dan dimensi sosiokultural. Penulisan ini juga menggunakan teori Foucault untuk melihat bagaimana wayang kulit sebagai bentuk pengetahuan dan kekuasaan didalam sebuah analisis wacana kritis. Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil berupa adanya perubahan dalam dunia pewayangan yaitu sisi lain pakemisasi dalam sebuah pagelaran wayang kulit. Hal tersebut disebabkan karena kemajuan jaman dan ideologi untuk mengemas kesenian wayang kulit menjadi lebih menarik dan dapat mempertahankan eksistensinya. Hal tersebut ditunjukkan melalui lakon wayang kulit Petruk Dadi Ratu dalam sebuah lakon carangan.3
2.3 Kerangka Pikir
3http://repository.uksw.edu/handle/123456789/4499
18 Wacana dan
keberpihakan Analisis Wacana Kritis
Video dokumenter
“ianida di Kopi Mirna
KompasTV Pemberitaan sejumlah