BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketika seseorang membeli koran, kebanyakan mereka sebelumnya telah mendengar berita
yang sama dari radio dan televisi. Ini karena media massa seperti televisi bisa dengan cepat
menaikan berita terkini, diantaranya dengan siaran live. Tidak hanya sekedar menyiarkan sebuah berita, tapi mereka dapat menjelaskan berita tersebut dengan sangat tajam dan mendalam.
MacLuhan mengatakan, televisi tidak seperti media massa yang lainnya, karena dia merupakan
hot media dan mudah diakses masyarakat. Meski tekonologi sudah berkembang pesat seperti bermuculan sejumlah media massa baru (new media) namun nyatanya televisi masih jadi pilihan utama masyarakat untuk menambah pengetahuan mereka tentang apa yang sedang terjadi. Hal ini
karena jangkauan televisi yang luas dan berpengaruh signifikan bagi masyarakat (Elena, 2015 :
53)
Publik dunia sempat digegerkan dengan munculnya dugaan plagiat pidato yang dilakukan
Melania Trump istri dari calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Pidato kebangsaan calon
ibu presiden diduga mirip dan menjiplak pidato istri, Barack Obama, Michelle Obama pada tahun
2008. Sontak sejumlah media TV ternama Amerika BBC dan CNN belomba-lomba memberitakan
kasus tersebut dengan headline yang tak tanggung-tanggung. “US election: Melania Trump
'plagiarised' Michelle Obama” headline berita yang ditanyangkan BBC
(http://www.bbc.com/news/election-us-2016-36832095). Sementara CNN juga memberitakan
kesamaan pidato Melania dengan headline “Plagiarismin Melania Trump’s Speech” ( http://edition.cnn.com/videos/politics/2016/07/19/rnc-convention-melania-trump-wrote-the-speech-sot.cnn)
Hal ini menunjukan televisi punya kekuatan besar untuk mempengaruhi masyarakat.
Televisi dapat dengan mudah dan cepat membuat sebuah statment yang belum tentu benar, namun
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan beragam suku dan bahasa serta
keunikannya tersendiri. Dua ratus lima puluh lima juta jiwa penduduknya yang mayoritas ‘polos’
dapat dengan sangat mudah disetir oleh media.
(
http://www.tribunnews.com/regional/2016/06/12/donasi-nenek-saeni-capai-rp-265-juta-netizen-hati-hati-ntar-diambil-lagi-sama-satpol-pp). Hal ini terbukti dengan terkumpulnya dana bantuan
lebih dari 265 juta rupiah untuk seorang ibu pedagang warteg di Serang Banten, pasca liputan razia
warung milikinya tersebar di televisi nasional.
Pedagang ditayangkan dengan wajah iba dan tertindas membuat masyarakat Indonesia iba
dan mengumpulkan dana bantuan. Faktanya, cerita yang ditayangkan tidak sepenuhnya benar
karena si pedagang adalah seorang pengusaha yang memiliki lebih dari satu rumah makan.
Pedagang warteg itu akhirnya mengakui bahwa tangisan dan wajah memelasnya adalah perintah
dari media massa televisi nasional yang meliputnya
(
http://daerah.sindonews.com/read/1117365/174/saeni-punya-tiga-warteg-di-kota-serang-1466091269). Cerita yang ditayangkan televisi sering kali merupakan hal nyata yang tidak nyata.
Kisah pedagang warteg tersebut nyata secara audio dan visual, karena kita dapat melihat dan
mendengarkannya. Tetapi ternyata kisah pedangan tersebut tidak nyata, karena hanya sebuah
karangan dari televisi. Dalam hal ini, masyarakat cenderung untuk langsung percaya akan hal yang
ditampilkan televisi tanpa terlebih dahulu mencari kebenaran yang sesungguhnya dari cerita
tersebut.
Ada juga kasus lain yang menyita perhatian publik. Kopi bersianida yang merenggut nyawa
seorang perempuan Bali keturunan Tionghoa. Penulis sempat mengikuti jalannya pemberitaan
sejak meninggalnya Wayan Mirna Salihin pada awal Januari 2015. Berita ini menjadi panas pasca
polisi membawa kasus ini ke meja hijau karena menemukan mulut mayat Mirna menghitam diduga
keracunan. Persidangan jadi alot karena terdakwa Jessica Kumala Wongso masih tidak mengaku
bersalah karena tidak terbukti terdakwa telah memasukan racun sianida ke dalam kopi Mirna,
sementara keluarga Mirna yakin Jessica bersalah.
(http://lipsus.kompas.com/topikpilihanlist/3932/1/misteri.pembunuhan.mirna) Keluarga Mirna
dan pihak Jessica memiliki argument, kuasa hukum dan saksi ahli yang sama kuatnya.
Hampir semua media massa TV di Indonesia berulang kali memberitakan kasus kopi
ini punya porsi yang cukup besar setiap harinya. KompasTV satu diantara media yang selalu
memberitakan kasus kopi ber-sianida ini menyiarkan setiap persidangan Jessica Kumla Wongso
secara langsung. Tidak sampai disni, bahkan keseluruhan program acara KompasTV berganti dengan tayangan persidangan Jessica. “Sianida di Kopi Mirna” adalah judul video dokumenter KompasTV yang menceritakan runtutan kasus meninggalnya Mirna dengan wawancara secara
eksklusif dengan keluarga Mirna dan Jessica. Video ini dipublikasikan pada bulan Juli di
KompasTV dan pada rabu 23 Juli 2016 dan di publikasikan juga di kanal Youtube KompasTV.
Video berdurasi 59 menit 55 detik ini kemudian dibagi menjadi 4 bagian video saat di unggah di
Youtube. (https://www.youtube.com/watch?v=4VjbecrH4VM). Video dokumenter TV berjudul “Sianida di Kopi Mirna” adalah bukti ketertarikan perusahaan media massa ini pada kasus pembunuhan yang tak kunjung mendapatkan titik temu permasalahan. Kasus kopi ber-sianida ini
merupakan sebuah wacana yang diperbincangkan masyarakat, karena banyak orang yang
mengomentari dan bahkan sejumlah televisi memberi perhatian yang cukup besar mulai dari
penayangan persidangan secara live, sampai sejumlah wawanacara eksklusif.
Video dokumenter merupakan video yang mengangkat isu sosial dan bersifat Objektif
namun pada prakteknya sering kali justru mempersuasi masyarakat. Video dokumenter perdana
pada tahun 1926 oleh John Grierson dari Inggris berjudul Moana, tentang kehidupan sehari-hari
gadis muda dari Polinesia. Ralph S. Singleton and James A. Conrad menjelaskan dokumenter
adalah video dari sebuah peristiwa yang aktual. Jenis dokumenter ini memang kepanjangan dari
investigasi jurnalistik. Peristiwa yang diangkat umumnya peristiwa yang ingin diketahui lebih
mendalam, misalnya korupsi dalam penanganan bencana, jaringan mafia suatu negara, atau yang
lainnya. Terkadang, dokumenter ini membutuhkan rekonstruksi untuk membantu memperjelas
suatu peristiwa (John : 2009)
(http://www.academia.edu/5934863/NETRALITAS_MEDIA_MASSA_SEBAGAI_IMPLEME
NTASI_FUNGSI_EDUKASI_POLITIK_DI_INDONESIA) Menurut DeWitt C.Reddick (1976),
fungsi utama media massa sendiri adalah untuk mengkomunikasikan informasi ke semua orang
berupa fakta sesungguhnya tanpa embel-embel kepentingan tertentu.
Media massa berperan menghantarkan pesan sekaligus menjadi pesan itu sendiri.
Pertentangan antara keaktualan cerita dan persuasi dalam video dokumenter tidak dapat dihindari.
subjektif pada video dokumenter bisa menjadi kebenaran objektif, sehingga masyarakat yang
menyaksikan akan mempercayai bahwa video tersebut merupakan fakta meski sebenarnya secara
tidak sadar telah mempersuatif.
Video dokumenter Kompas TV yang berjudul “Sianida di Kopi Mirna” ini menimbulkan pertanyaan apakah video ini merupakan murni sebuah investigasi yang netral terhadap kasus kopi
ber-sianida, atau malah justru ada keberpihakan dari KompasTV yang dikemas dalam sebuah
wacana berita pembunuhan Mirna. Video dokumenter ini ingin dikaji penulis menggunakan
metode Analisis Wacana Kritis, dimana titik perhatian penulis pada pesan di dalam video dan
keberpihakan yang ada didalamnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penulisan ini adalah
1.2.1 Wacana apa yang ingin disampaikan video dokumenter KompasTV yang berjudul “Sianida di kopi Mirna”?
1.2.2 Apakah ada keberpihakan kepada salah satu pihak yang dilakukan KompasTV dalam video dokumenter “Sianida di Kopi Mirna” itu?
1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah
1.3.2 Untuk mengetahui ada tidaknya keperpihakan yang dilakukan KompasTV dalam video
dokumenter yang berjudul “Sianida di Kopi Mirna”
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penulisan ini adalah diharapkan dapat bermanfaat secara teoris dengan
menguji teori analisis wacana dan sebagai sumbangan penulisan bagi dunia pendidikan.
Membuktikan bahwa video dokumenter tidak selamanya sebuah fakta realita namun juga sering
kali tidak netral dan cenderung mempengaruhi masyarakat.
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi penulis
Manfaat praktis penulisan ini bagi penulis diharapakan dapat bermanfaat bagi penulis
dalam menambaha wawasan dan sebagai acuan sikap saat memasuki dunia kerja broadcasting
nanntinya.
1.4.2.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Manfaat praktis penulisan ini bagi lembaga pendiidikan diharapkan dapat menambah
kajian anlisis wacana dalam dunia broadcasting dan menjadi acuan penentuan kebijakan, juga
semakin membuka mata masyarakat akan realitas yang sesungguhnya.
1.4.2.3 Bagi Masyarakat
Manfaat praktiks penulisan ini bagi masyarakat adalah untuk membuka mata masyarakat
bahwa tidak selamanya video dokumenter murni sebuah fakta yang ada dilapangan. Sehingga
masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam menyikapi setiap tayangan televisi.
1.5.1.1 Video Dokumenter
Video dokumenter merupakan video yang mengangkat isu sosial dan bersifat Objektif
namun pada prakteknya sering kali justru mempersuasi masyarakat. Video Dokumenter memiliki
sejumlah elemen yang harus dipenuhi yakni, suara narasi, grafis, animasi, naskah, musik, pemeran.
Dan semuanya dikemas secara apik. Keaslian cerita atau fakta yang diangkat harus diperhatikan,
karena tidak boleh ada jarak atau perbedaan dari isi video dan realitas sesungguhnya. Banyak
praktisi dunia yang tertarik membuat video dokumenternya menjadi persuasi dengan tetap
memasukan unsur narasi sehingga seringkali tidak bersifat objektif. Hal ini tentu saja karena
adanya kepentingan dari sejumlah pihak seperti pemilik modal dan pembuat video.
1.5.1.2 Wacana
Wacana adalah bahasa yang ditata menurut pola dan secara aktif mengkontruksi makna
dalam dunia sosial. Wacana dipandang sebagai upaya untuk membujuk, menyanggah, bereaksi
dan sebagainya. Wacana diekspresikan secara sadar dan terkontrol. Wacana menciptakan
kebenaran yang dikontruksikan oleh sang penguasa, dan subjek diciptakan oleh wacana itu sendiri.
Wacana diperbincangkan oleh masyarakat. Wacana diibaratkan seperti jaring yang akan
mendapatkan pemahaman berbeda jika dipandang dari sudut pandang yang berbeda pula
(Jorgensen).
1.5.1.3 Analisis Wacana
Analisis Wacana bukan untuk menyokong wacana menemukan apa yang benar-benar
dimaksud orang atau menemukan realitas dibalik wacana. Namun analisis wacana harus
menggarap apa yang benar-benar di katakan atau ditulis, dengan mengekplorasi pola yang muncul
dan mengidentifikasi konsekuensi social tentang representasi kewacanaan yang berbeda atas
realitas. Dalam mengerjakan wacana harus memberlakukannya sebagai sistem makna yang
dikonstruk secara social yang sebenarnya bisa berbeda. Pemahaman akal sehat yang harus diteliti
(ini kesulitan Analisis wacana). Masalah sifatnya instristik bagi semua pendekatan konstruksi
social, karena realitas diciptakan secara social, kebenaran hasil dari efek kewacanaan, subjek tidak
dipusatkan (Jorgensen). Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana, seperti latar,
situasi, peristiwa dan kondisi. Titik perhatiannya terletak pada teks atau percakapan yang
1.5.2 Batasan penulisan