Penyamaan Persepsi
pada Program Sekolah Penggerak:
Struktur Kurikulum & Kurikulum Operasional
11 Juli 2021
Prinsip Perancangan Kurikulum
Bahan Diskusi Internal Tidak Untuk Disebarluaskan
Kurikulum yang disederhanakan dan lebih fleksibel sehingga selaras dengan semangat merdeka belajar
Otonomi sekolah dan guru
Pemerintah menetapkan struktur kurikulum minimum dan prinsip pembelajaran dan asesmen. Satuan pendidikan dapat mengembangkan program dan kegiatan tambahan sesuai dengan visi misi dan sumber daya yang tersedia
Satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk mengorganisasikan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa dan konteks lokal
Mudah diterapkan
Tujuan, arah perubahan, dan
rancangannya jelas dan mudah dipahami sekolah dan pemangku kepentingan
Pemerintah menyediakan perangkat ajar untuk membantu satuan pendidikan dan guru yang membutuhkan panduan dalam merancang kurikulum dan pembelajaran
Gotong-royong
Pengembangan kurikulum dan perangkat ajarnya dilakukan dengan melibatkan puluhan institusi termasuk Kemenag, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya
Sekolah dianjurkan melibatkan orangtua dan masyarakat dalam mengembangkan kurikulum operasionalnya masing-masing berdasarkan kerangka kurikulum
Bahan Diskusi Internal Tidak Untuk Disebarluaskan
Kurikulum ini meneruskan proses peningkatan kualitas pembelajaran yang telah diinisiasi kurikulum-kurikulum sebelumnya
Berbasis kompetensi
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dirangkaikan sebagai satu kesatuan proses yang berkelanjutan sehingga
membangun kompetensi yang utuh, dinyatakan sebagai Capaian Pembelajaran (CP).
Penguatan fondasi literasi di PAUD dan SD
Fleksibilitas dalam pengorganisasian pembelajaran agar pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kecepatan belajar siswa
Karakter Pancasila
Sinergi antara kegiatan pembelajaran rutin sehari-hari di kelas dengan kegiatan non-rutin interdisipliner (projek) yang berorientasi pada pembentukan dan penguatan karakter berdasarkan kerangka Profil Pelajar Pancasila.
Menguatkan penerapan teori pembelajaran karakter, yaitu melalui kegiatan projek yang kontekstual dan berpusat pada siswa
Bahan Diskusi Internal Tidak Untuk Disebarluaskan
Struktur Kurikulum
Penentuan pendekatan untuk pengorganisasian pembelajaran merupakan wewenang satuan
pendidikan
Seluruh jenjang satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan berbasis mata pelajaran, tematik, unit inkuiri, kolaborasi lintas mata pelajaran, ataupun paduannya sesuai dengan peraturan menteri
● Pendekatan tematik tidak terbatas pada SD
● SD tidak harus menggunakan tematik. Namun tidak ada larangan untuk satuan pendidikan yang mau tetap menggunakan pendekatan ini
● Tidak harus satu pendekatan untuk seluruh mata pelajaran, dapat dikombinasikan
● Keleluasaan kolaborasi antar mata pelajaran untuk melakukan asesmen lintas mata pelajaran
Mengintegrasikan pembelajaran dan/atau asesmen dapat:
❖ Mengurangi beban belajar siswa, karena asesmen yang berorientasi pada kompetensi biasanya membutuhkan lebih banyak usaha siswa (dan guru yang menilainya :))
❖ Pembelajaran dan asesmen yang lebih bermakna
Jam pelajaran (jp) diatur oleh pusat per tahun,
bukan per minggu
Siswa tidak harus mempelajari hal yang sama setiap minggu sepanjang tahun.
Target jp untuk satu tahun bisa dicapai kurang dari satu tahun.
Contoh skenario di SD:
● Mapel seni rupa dipelajari secara intensif dalam semester ganjil dan asesmen sumatifnya berupa pameran karya
● Di semester ganjil tersebut ada mata pelajaran lain yang dikurangi jp-nya, yaitu mapel IPAS
● Di semester genap mapel seni rupa tersebut tidak
diajarkan, dan mapel IPAS akan dipelajari siswa secara
intensif seperti halnya seni di semester ganjil, dengan
asesmen sumatif pameran hasil penelitian siswa
Struktur kurikulum terbagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan rutin di kelas (intrakurikuler) dan kegiatan projek
Jumlah jp tidak berubah dari Kurikulum 2013, namun sekitar 20- 30% dari jp/tahun dialokasikan untuk pembelajaran melalui projek yang ditujukan untuk mencapai profil Pelajar Pancasila
Kegiatan projek penguatan profil Pelajar Pancasila tersebut tidak berbasis mata pelajaran. Jam pelajaran untuk setiap mapel
dialihkan karena: 1) tidak ada penambahan jp untuk siswa (jp yang ada saat ini sudah cukup panjang), dan 2) diasumsikan bahwa kompetensi esensial* dari seluruh mata pelajaran akan dipelajari juga melalui projek.
*Kompetensi esensial dikenal juga dengan general capabilities, transversal skills, atau transferable skills yang dipelajari melalui disiplin ilmu namun tidak melekat pada suatu ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan di berbagai konteks termasuk kehidupan sehari-hari dan dunia kerja
Projek penguatan profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan yang fleksibel, tidak rutin/terstruktur, dan lebih berpusat pada siswa
Fleksibel dan berpusat pada siswa
●
Projek dilakukan 2-3 kali dalam satu tahun sesuai jenjang, jangka waktu masing-masing projek tidak harus sama●
Tidak perlu ada jadwal kegiatan belajar, karena siswa dapat melakukan penelitian, pengerjaan karya, dsb. sesuai kebutuhan mereka. Hal ini mendorong self-regulated learningKontekstual
●
Pemerintah Pusat hanya menentukan tema yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan●
Satuan pendidikan mengembangkan topik yang lebih spesifik dari tema tersebut, sesuai dengan tahap capaian pembelajaran siswaPenjelasan tentang projek untuk menguatkan upaya pencapaian profil Pelajar Pancasila akan disampaikan dalam sesi terpisah
Struktur Kurikulum
SD
Tujuan besar pembelajaran di SD adalah penguatan fondasi karakter dan kompetensi literasi
Kurikulum 2013
IPA dan IPS sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri- sendiri
Pendekatan tematik
Arah perubahan kurikulum
IPA dan IPS digabung menjadi IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) sebagai fondasi sebelum anak belajar IPA dan IPS terpisah di jenjang SMP
Pendekatan pengorganisasian muatan pelajaran (berbasis mata pelajaran, tematik, dsb.) merupakan kewenangan satuan pendidikan
Sekolah boleh tetap menggunakan tematik ataupun beralih ke pendekatan berbasis mata pelajaran
Mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran pilihan yang dapat diselenggarakan berdasarkan kesiapan satuan pendidikan. Pemerintah daerah melakukan fasilitasi penyelenggaraan mata pelajaran Bahasa Inggris, misalnya terkait peningkatan kompetensi dan penyediaan pendidik. Satuan pendidikan yang belum siap memberikan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan dapat mengintegrasikan muatan Bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran lain dan/atau ekstrakurikuler dengan melibatkan masyarakat, komite sekolah, relawan mahasiswa, dan/atau bimbingan orang tua
Alokasi waktu mata pelajaran SD Kelas I
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu (kls 1)
K13 Program Sekolah Penggerak
Per Tahun Per
Minggu Alokasi per tahun (minggu)
Alokasi Projek per
tahun Total JP Per Tahun
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 144 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti*
144 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti*
144 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti*
144 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti*
144 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti*
144 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti*
144** 4 108 (3) 36 144
PPKn 180 5 144 (4) 36 180
Bahasa Indonesia 288 8 216 (6) 72 288
Matematika 180 5 144 (4) 36 180
IPAS (IPA & IPS di K13) - - - - -
Pilihan minimal 1:
a) Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater, d) Seni Tari
144 4 108 (3) 36 144
PJOK 144 4 108 (3) 36 144
Bahasa Inggris*** 72 2 72 (2)***
Muatan Lokal*** 72 2 72 (2)***
Catatan:
IPAS belum diwajibkan di Kelas 1, meskipun CP IPAS untuk Fase A tersedia
Contoh:
**Permendikbud 27/2016 Tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Pada Satuan Pendidikan
***opsional. Satuan Pendidikan dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan melalui kegiatan projek.
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
Alokasi waktu mata pelajaran SD Kelas II
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu (kls 2)
K13 Program Sekolah Penggerak
Per Tahun Per
Minggu Alokasi per tahun
(minggu) Alokasi Projek per
tahun Total JP Per Tahun Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti*
144** 4
108 (3) 36 144
PPKn 180 5 144 (4) 36 180
Bahasa Indonesia 324 9 252 (7) 72 324
Matematika 216 6 180 (5) 36 216
IPAS (IPA & IPS di K13) - - 108 (3) 36 144
Pilihan minimal 1:
a) Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater, d) Seni Tari
144 4
108 (3) 36 144
PJOK 144 4 72 (2) ** - 72**
Bahasa Inggris*** 72 2 72 (2) ** - 72**
Muatan Lokal*** 72 2 108 (3) 36 144
Catatan:
Seperti K13, JP untuk Bahasa Indonesia dan Matematika bertambah dari kelas 1
IPAS belum diwajibkan di Kelas 2, meskipun CP IPAS untuk Fase A tersedia
***opsional. Satuan Pendidikan dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan melalui kegiatan projek.
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
Alokasi waktu mata pelajaran SD Kelas III - V
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu
K13 Program Sekolah Penggerak
Per Tahun Per
Minggu Alokasi per tahun
(minggu) Alokasi Projek per
tahun Total JP Per Tahun Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti*
144 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti*
144** 4
108 (3) 36 144
PPKn 180 6 144 (4) 36 180
Bahasa Indonesia 252 10 216 (6) 36 252
Matematika 216 6 180 (5) 36 216
IPAS (IPA & IPS di K13) - - 180 (5) 36 216
Pilihan minimal 1:
a) Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater, d) Seni Tari
144 4
108 (3) 36 144
PJOK 144 4 108 (3) 36 144
Bahasa Inggris*** 72 2 72 (2)*** 72
Muatan Lokal*** 72 2 72 (2)*** 72
****Jam pelajaran kelas 3 SD mengalami peningkatan, mengikuti struktur kelas 4 karena IPAS dimulai di kelas 3
***opsional. Satuan Pendidikan dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan melalui kegiatan projek.
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
Alokasi waktu mata pelajaran SD kls VI
Asumsi 1 Tahun = 32 minggu
K13 Program Sekolah Penggerak
Per Tahun Per Minggu
Alokasi per tahun (minggu)
Alokasi Projek per
tahun Total JP Per Tahun Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 144 4
96 (3) 32 128
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti*
144 4
96 (3) 32 128
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti*
144 4
96 (3) 32 128
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti*
144 4
96 (3) 32 128
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 144 4
96 (3) 32 128
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti*
144 4
96 (3) 32 128
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti*
144** 4
96 (3) 32 128
PPKn 180 5 128 (4) 32 160
Bahasa Indonesia 252 7 192 (6) 32 224
Matematika 216 6 160 (5) 32 192
IPAS (IPA & IPS di K13) 216 6 160 (5) 32 192
Pilihan minimal 1:
a) Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater, d) Seni Tari
144 4
96 (3) 32 128
PJOK 144 4 96 (3) 32 128
Bahasa Inggris*** 72 2 64 (2) ** - 64**
Muatan Lokal*** 72 2 64 (2) ** - 64**
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
**opsional. Satuan Pendidikan dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan melalui kegiatan projek.
Struktur Kurikulum
SMP
Penguatan wawasan literasi di SMP
Kurikulum 2013
Informatika sebagai mata pelajaran pilihan - Pertimbangan ketersediaan guru
Arah perubahan kurikulum
Informatika sebagai mata pelajaran wajib
- Guru yang mengajar tidak harus memiliki latar belakang pendidikan informatika. Buku guru disiapkan untuk membantu guru-guru “pemula”
dalam mata pelajaran ini
DRAF-BAHAN DISKUSI INTERNAL
Alokasi waktu mata pelajaran SMP
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu (kls VII - VIII)
K13 Program Sekolah Penggerak
Per Tahun Per Minggu
Alokasi per
tahun (minggu) Alokasi Projek
per tahun Total JP Per Tahun
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 108 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 108 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 108 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 108 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti*
108 3
72 (2) 36
108
PPKn 108 3 72 (2) 36 108
Bahasa Indonesia 216 6 180 (5) 36 216
Matematika 180 5 144 (4) 36 180
IPA 180 5 144 (4) 36 180
IPS 144 4 108 (3) 36 144
Bahasa Inggris 144 4 108 (3) 36 144
PJOK 108 3 72 (2) 36 108
Informatika 72 2 72 (2) 36 108
Pilihan minimal 1:
a)Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater,
d) Seni Tari, e) Prakarya (pilihan: Kerajinan, Rekayasa, Budidaya, Pengolahan)
108 3
72 (2)
36
108
Muatan Lokal*** 72 2 72 (2) ** - 72**
1368 1044 (29) 360 1404
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
***opsional. Satuan Pendidikan dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan melalui kegiatan projek.
Prakarya menjadi salah satu pilihan, tidak hanya Seni.
Pertimbangan: 1) untuk siswa yang tidak meneruskan ke SMA, 2) meminimalisir perubahan dari K13
Alokasi waktu mata pelajaran SMP
Asumsi 1 Tahun = 32 minggu (kls IX)
K13 Program Sekolah Penggerak
Per Tahun Per Minggu
Alokasi per
tahun (minggu) Alokasi Projek
per tahun Total JP Per Tahun
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 108 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 108 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 108 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 108 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Budi Pekerti*
108 3
64 (2) 32
96
PPKn 108 3 64 (2) 32 96
Bahasa Indonesia 216 6 160 (5) 32 192
Matematika 180 5 128 (4) 32 160
IPA 180 5 128 (4) 32 160
IPS 144 4 96 (3) 32 128
Bahasa Inggris 144 4 96 (3) 32 128
PJOK 108 3 64 (2) 32 96
Informatika 72 2 64 (2) 32 96
Pilihan minimal 1:
a)Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater,
d) Seni Tari, e) Prakarya (pilihan: Kerajinan, Rekayasa, Budidaya, Pengolahan)
108 3
64 (2)
32
96
Muatan Lokal*** 72 2 64 (2) ** - 64**
1368 928 (29) 320 1248
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
***opsional. Satuan Pendidikan dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan melalui kegiatan projek.
Prakarya menjadi salah satu pilihan, tidak hanya Seni.
Pertimbangan: 1) untuk siswa yang tidak meneruskan ke SMA, 2) meminimalisir perubahan dari K13
Struktur Kurikulum
Kelas X SMA
Beberapa perubahan terkait struktur mata pelajaran SMA Kelas 10
Kurikulum 2013
Siswa langsung masuk dalam program peminatan (IPA, IPS, atau Bahasa &
Budaya)
Tidak ada mata pelajaran IPA dan IPS.
Mata pelajaran langsung spesifik pada Fisika, Kimia, Geografi, Ekonomi, dsb.
Arah perubahan kurikulum
Belum ada peminatan, siswa mengambil semua mata pelajaran wajib
Di kelas 10 siswa menyiapkan diri untuk menentukan pilihan mata pelajaran di kelas 11. Siswa perlu berkonsultasi dengan guru BK, wali kelas, dan orang tua.
Mata pelajaran kelompok IPA dan IPS terdiri dari:
1. IPA: Fisika, Kimia, Biologi (6JP)/minggu
2. IPS: Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, Geografi (8JP/minggu)
Sekolah dapat menentukan pengorganisasian IPA dan IPS berdasarkan sumberdaya yang tersedia, yaitu dengan memilih:
a. Sistem blok - team teaching dalam perencanaan namun guru Fisika, Kimia, Biologi mengajar bergantian
b. Sebagai mata pelajaran berdiri sendiri-sendiri
c. Terintegrasi - team teaching dalam perencanaan dan pembelajaran
Setiap tengah dan akhir semester ada unit inkuiri yang mengintegrasikan mapel-mapel dalam masing- masing IPA dan IPS
Siswa menulis esai sebagai salah satu syarat kelulusan. Partisipasi dalam berbagai kegiatan pembelajaran diharapkan memberi inspirasi terkait topik yang dipilih.
DRAF-BAHAN DISKUSI INTERNAL
Alokasi waktu mata pelajaran SMA Kelas X
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu
Program Sekolah Penggerak Alokasi per tahun
(minggu) Alokasi Projek per
tahun Total JP Per Tahun
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 72 (2) 36 108
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
Budi Pekerti* 72 (2) 36 108
PPKn 54 (2) *** 18 72
Bahasa Indonesia 108 (3) 36 144
Matematika 108 (3) 36 144
IPA: Fisika, Kimia, Biologi (masing-masing 2 JP) 216 (6) 108 324
IPS: Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, Geografi (masing-masing 2 JP) 288 (8) 144 432
Bahasa Inggris 54 (2) *** 18 72
PJOK 72 (2) 36 108
Informatika (KTSP: TIK) 72 (2) 36 108
Pilihan minimal 1:
a)Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater,
d) Seni Tari, e) Prakarya (pilihan: Kerajinan, Rekayasa, Budidaya, Pengolahan)
54 (2) *** 18 72
Muatan Lokal*** 72 (2) ** - 72**
Total 1098 (32) 486 1584
Seperti halnya di SMP, di kelas 10 SMA:
● IPA terdiri dari Fisika, Kimia, dan Biologi;
● IPS terdiri dari Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, dan Geografi
Sejarah Indonesia dan Sejarah Dunia digabung menjadi “Sejarah”
Minimal 25% jam pelajaran dari setiap mata pelajaran wajib dialokasikan untuk projek kokurikuler
***opsional. Satuan Pendidikan dapat mengintegrasikan muatan lokal dalam mapel lain atau diajarkan melalui kegiatan projek.
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
IPA dan IPS menjadi dua mata pelajaran yang memadukan mata pelajaran
“cabang” masing-masing
Kurikulum 2006
Masing-masing 2 JP/minggu untuk mata pelajaran:
1. Fisika 2. Kimia 3. Biologi 4. Ekonomi 5. Sosiologi 6. Sejarah (1 JP) 7. Geografi (1 JP)
Kurikulum 2013
Program peminatan sudah dimulai, sehingga mata pelajaran IPA dan IPS dipelajari sesuai program yang dipilih siswa
Kurikulum dengan paradigma baru
Masing-masing 2 JP/minggu untuk mata pelajaran dalam kelompok IPA dan IPS:
1.
Kelompok IPA: Fisika, Kimia, Biologi (total 6 JP)2.
Kelompok IPS: Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, Geografi(total 8 JP)
Mata pelajaran dalam IPA dan IPS dapat diajarkan dengan metode:
a.
Sistem blok - team teaching dalam perencanaan namun guru Fisika, Kimia, Biologi mengajar bergantianb.
Terintegrasi - team teaching dalam perencanaan dan pembelajaranc.
Paralel - ketujuh mata pelajaran diajarkan bersamaan secara reguler tiap minggunyaDRAF-BAHAN DISKUSI INTERNAL
Struktur Kurikulum
Kelas XI dan XII SMA
Perubahan di kelas 11 dan 12: paduan antara peminatan dan perkembangan holistik
Kurikulum 2013
Pilihan program peminatan (sejak kelas 10)
Siswa yang masuk ke dalam suatu program cenderung hanya akan mempelajari disiplin ilmu tersebut saja. Kesempatan untuk eksplorasi disiplin ilmu yang lain semakin sempit.
Siswa perlu mengambil keputusan tentang studi di perguruan tinggi sejak lulus SMP, dan kajian menunjukkan bahwa banyak diantara mereka yang merasa salah jurusan
Terjadi stratifikasi program, di mana IPA dianggap lebih baik daripada yang lain, dan kesempatan untuk masuk ke berbagai program studi di perguruan tinggi lebih besar untuk lulusan program IPA
Angka siswa masuk perguruan tinggi masih rendah
Arah perubahan kurikulum
Siswa memilih mata pelajaran dari kelompok pilihan
Siswa memilih mata pelajaran dari minimum 2 kelompok pilihan hingga syarat minimum jam pelajaran terpenuhi (total JP:
40/minggu; JP untuk mapel pilihan: 22 JP/minggu)
Ada 5 kelompok mata pelajaran yang direkomendasikan, yaitu:
● MIPA: Matematika peminatan, Fisika, Kimia, Biologi, Informatika
● IPS: Ekonomi, Sosiologi, Geografi, Antropologi
● Bahasa dan Budaya: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa Asing lainnya
● Vokasi/Karya Kreatif: Budidaya, Rekayasa, dsb.
● Seni dan Olahraga* (khusus untuk sekolah-sekolah yang ditetapkan pemerintah)
Sekolah membuka minimum 2 kelompok mata pelajaran. Apabila sumberdaya memungkinkan, sekolah dapat membuka lebih dari dua kelompok
Sekolah dapat bekerja sama dengan pemangku kepentingan setempat untuk mengembangkan CP mata pelajaran Vokasi
DRAF-BAHAN DISKUSI INTERNAL
Alokasi waktu mata pelajaran SMA Kelas XI
Asumsi 36 minggu/tahun K13
Program Sekolah Penggerak Alokasi per tahun
(minggu) Alokasi Projek per
tahun Total JP Per Tahun
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 3 72 (2) 36 108
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Budi Pekerti* 3 72 (2) 36 108
PPKn 2 54 (2) *** 18 72
Bahasa Indonesia 4 108 (3) 36 144
Matematika 4 108 (3) 36 144
Bahasa Inggris 2 54 (2) *** 18 72
Pilihan minimal 1:
a)Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater, d) Seni Tari 2 72 (2) 36 108
PJOK 3 54 (2) *** 18 72
Sejarah 2 54 (2) *** 18 72
Jumlah jp mapel umum 22 576 (18) 216 792
Kelompok MIPA: Biologi, Kimia, Fisika, Informatika, Matematika Lanjutan
22
720 (20) -
792 Kelompok IPS: Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Antropologi
Kelompok Bahasa dan Budaya: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa Korea, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Muatan Lokal, dsb.***
Kelompok: Prakarya (pilihan: Kerajinan, Rekayasa, Budidaya,
Pengolahan)/Vokasi (membatik, servis elektronik, dsb.)*** 72 (2) -
Total jp/minggu = 44 22 jp dialokasikan untuk mapel pilihan dari kelompok IPA, IPS, Bahasa dan Budaya, dan Vokasi
Hanya mapel kelompok umum (highlighted hijau dalam tabel) yang
diintegrasikan dengan projek kokurikuler
*Pilih salah satu
**Pembelajaran reguler tidak penuh 36 minggu untuk memenuhi alokasi projek (hanya 27 minggu)
***Diselenggarakan bila Satuan Pendidikan memiliki sumberdaya yang
mencukupi. Jika sekolah membuka kelompok ini, siswa wajib mengambil minimal 1 mapel dari tiap kelompok
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
(minggu) tahun
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 3 64 (2) 32 96
Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Budi Pekerti* 3 64 (2) 32 96
PPKn 2 48 (2) *** 16 64
Bahasa Indonesia 4 96 (3) 32 128
Matematika 4 96 (3) 32 128
Bahasa Inggris 2 48 (2) *** 16 64
Pilihan minimal 1:
a)Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater, d) Seni Tari 2 48 (2) *** 16 64
PJOK 3 64 (2) 32 96
Sejarah 2 48 (2) *** 16 64
Jumlah jp mapel umum 22 512 (18) 192 704
Kelompok MIPA: Biologi, Kimia, Fisika, Informatika, Matematika Lanjutan
22
640 (20) -
704 Kelompok IPS: Sosiologi, Ekonomi, Geografi, Antropologi
Kelompok Bahasa dan Budaya: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Bahasa Korea, Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Muatan Lokal, dsb.***
Kelompok: Prakarya (pilihan: Kerajinan, Rekayasa, Budidaya,
Pengolahan)/Vokasi (membatik, servis elektronik, dsb.)*** 64 (2) -
Muatan Lokal 2 72(2)***
Total per tahun 1584 1408
Total jp/minggu = 44 22 jp dialokasikan untuk mapel pilihan dari kelompok IPA, IPS, Bahasa dan Budaya, dan Vokasi
Hanya mapel kelompok umum (highlighted hijau dalam tabel) yang
diintegrasikan dengan projek kokurikuler
*Pilih salah satu
**Pembelajaran reguler tidak penuh 36 minggu untuk memenuhi alokasi projek (hanya 27 minggu)
***Diselenggarakan bila Satuan Pendidikan memiliki sumberdaya yang
mencukupi. Jika sekolah membuka kelompok ini, siswa wajib mengambil minimal 1 mapel dari tiap kelompok
DISKUSI INTERNAL Tidak Untuk Disebarluaskan
Prinsip-Prinsip Penyusunan Kurikulum Operasional
Di Satuan Pendidikan
Kondisi saat ini Perubahan
● KTSP masih sekadar formalitas untuk memenuhi administrasi dokumen, kurang relevan dengan praktik pembelajaran
● Sulit dikontekskan sesuai karakteristik satuan pendidikan
● Kurikulum operasional menekankan bahwa dokumen disusun dan digunakan sesuai konteks dan karakteristik satuan pendidikan
● Bukan proses yang dipandu tapi hasilnya cenderung harus menggunakan format tertentu, tidak mendorong sekolah untuk kreatif dan inovatif dalam pembelajaran
● Prinsip panduan penyusunan kurikulum operasional sekolah
membebaskan satuan pendidikan untuk melakukan pengembangan selama selaras dengan tujuan
● KTSP disusun hanya oleh tim tertentu yang ditetapkan kepala sekolah, tidak melibatkan seluruh pemangku kepentingan
● Proses dalam penyusunan kurikulum operasional
→ melibatkan stakeholder
→ proses yang reflektif (bolak balik)
→ fasilitatif, bukan ditentukan sepihak oleh orang-orang tertentu
● Satuan pendidikan masih cenderung menggunakan struktur kurikulum yang seragam
● Semua jenjang satuan pendidikan dapat mengorganisasikan muatan pelajaran menggunakan pendekatan berbasis mata pelajaran, tematik, atau unit inkuiri
● Pemerintah Pusat mengatur beban belajar berbasis tahunan, satuan pendidikan lebih leluasa mengalokasikan waktu untuk setiap muatan pelajaran
● KTSP dianggap menjadi beban administrasi (dokumen terlalu banyak, banyak info yang perlu disajikan dan berulang)
● Dokumen dipisah-pisah antara dokumen 1, 2, dan 3
● Kurikulum operasional menekankan komponen esensial, hal-hal yang sudah ada di dokumen lain tidak perlu dicantumkan kembali
● Dokumen rancangan pembelajaran hanya dilampirkan sebagai contoh pembelajaran (tidak perlu memasukkan semua silabus dan RPP)
● Dokumen kurikulum operasional dibuat secara komprehensif, tidak terpisah-pisah
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Pasal 36 Ayat 2
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik
PP SNP Nomor 57 Tahun 2021
Pasal 38 Ayat 2
Pengembangan kurikulum Satuan Pendidikan dilakukan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan Satuan Pendidikan, potensi daerah, dan Peserta Didik
Prinsip diversifikasi dalam pengembangan
kurikulum dimaksudkan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan pada Satuan
Pendidikan dengan kondisi dan kekhasan potensi
yang ada di daerah
Kurikulum
operasional di satuan
pendidikan
● memuat seluruh rencana proses belajar yang diselenggarakan di satuan pendidikan, sebagai pedoman seluruh penyelenggaraan pembelajaran.
● dikembangkan sesuai dengan konteks dan kebutuhan peserta didik dan satuan pendidikan.
● Pemerintah pusat menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum yang menjadi acuan untuk pengembangan kurikulum operasional satuan pendidikan.
● disusun untuk membantu proses berpikir dan mengembangkan satuan pendidikan.
● merupakan hasil refleksi semua unsur pendidik di satuan
pendidikan yang kemudian ditinjau secara berkala guna disesuaikan
dengan dinamika perubahan dan kebutuhan peserta didik.
Prinsip
pengembangan kurikulum
operasional di satuan
pendidikan
1.
Berpusat pada peserta didik, pembelajaran harus memenuhi keragaman potensi,kebutuhan perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta didik. Profil Pelajar Pancasila selalu menjadi rujukan pada semua tahapan dalam penyusunan kurikulum operasional sekolah.
2.
Kontekstual, menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan,konteks sosial budaya dan lingkungan, serta dunia kerja dan industri (khusus SMK), dan menunjukkan karakteristik atau kekhususan peserta didik berkebutuhan khusus (khusus
3. SLB)
Esensial, semua unsur informasi penting/utama yang dibutuhkan oleh para pemegangkepentingan tentang kurikulum yang digunakan di satuan pendidikan dapat diperoleh di dokumen tersebut. Bahasanya lugas dan mudah dipahami, tidak mengulang
naskah/kutipan yang sudah ada di naskah lain. Dokumen tidak perlu memuat kembali misalnya lampiran Kepmendikbud seperti CP, struktur, dll., dalam dokumen kurikulum operasional
4.
Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan karena berbasis data dan aktual5.
Melibatkan berbagai pemangku kepentingan.Pengembangan kurikulum satuan pendidikan melibatkan komite satuan pendidikan dan berbagai pemangku kepentingan antara lain orang tua, organisasi, berbagai sentra, serta industri dan dunia kerja untuk SMK, di bawah koordinasi dan supervisi dinas Pendidikan atau kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama sesuai dengan
kewenangannya.
Dasar-dasar penyusunan Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional Sekolah
● Panduan untuk mengembangkan → memberikan contoh “bagaimana melakukannya” bukan
contoh hasil. Contoh hasil untuk referensi satuan pendidikan diberikan secara terpisah
● Menggunakan Understanding by Design (Schooling by Design) sebagai acuan dengan penyesuaian dan referensi lain yang relevan
● Ditulis untuk semua level dan jenjang satuan
pendidikan
Bagaimana menggunakan dokumen panduan
pengembangan
kurikulum operasional satuan pendidikan?
Prinsip utama: Satuan pendidikan memiliki kebebasan untuk mengembangkan dengan berbagai cara selama selaras dengan tujuan utama dari kurikulum operasional sekolah.
● Dokumen ini digunakan bersama dengan dokumen terkait lain yang mempunyai peran saling melengkapi.
● Dokumen ini membantu satuan pendidikan mengembangkan kurikulum operasional yang kontekstual dan relevan bagi
satuan pendidikan dan terutama pelajar dalam mencapai profil Pelajar Pancasila dan Capaian Pembelajaran/KD.
● Dokumen ini membantu proses berpikir dalam menyusun kurikulum operasional sekolah.
● Dokumen ini memberikan gambaran mengenai prinsip-prinsip dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kurikulum operasional, serta contoh- contoh yang bisa dijadikan
inspirasi.
Kerangka dasar kurikulum yang ditetapkan oleh pusat
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
PROFIL PELAJAR PANCASILA
Struktur Kurikulum
Prinsip Pembelajaran dan Asesmen Capaian Pembelajaran
Merumuskan MISIVISI TUJUAN
evaluasi jangka panjang (4-5 tahun) evaluasi jangka pendek
(semester/tahunan)
Proses Penyusunan Kurikulum Operasional di Satuan
Pendidikan
SNP
Menganalisis konteks KARAKTERISTIK
SATUAN PENDIDIKAN
Menentukan PENGORGANISASIAN
PEMBELAJARAN
Menyusun RENCANA PEMBELAJARAN
Merancang PENDAMPINGAN,
EVALUASI, DAN PENGEMBANGAN
PROFESIONAL
DRAFT - UNTUK INTERNAL TIDAK UNTUK DISEBARLUASKAN
TETAP
Ditetapkan oleh pemerintah pusat
FLEKSIBEL/DINAMIS
Satuan pendidikan mengembangkan kurikulum operasional berdasarkan kerangka dan struktur kurikulum, sesuai
karakteristik dan kebutuhan satuan pendidikan
. .
37
1
2
3
4
5
KTSP masih sekadar formalitas untuk memenuhi administrasi dokumen, kurang relevan dengan praktik pembelajaran
Sulit dikontekskan sesuai karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum operasional menekankan bahwa dokumen disusun dan digunakan sesuai konteks dan karakteristik satuan pendidikan
Bukan proses yang dipandu tapi hasilnya cenderung harus menggunakan format tertentu, tidak mendorong sekolah untuk kreatif dan inovatif dalam pembelajaran
Prinsip panduan penyusunan kurikulum operasional sekolah membebaskan satuan pendidikan untuk melakukan pengembangan selama selaras dengan tujuan
Detail perubahan dalam prinsip pengembangan kurikulum operasional sekolah
.
KTSP disusun hanya oleh tim tertentu yang ditetapkan kepala sekolah, tidak melibatkan seluruh pemangku kepentingan
Proses dalam penyusunan kurikulum operasional
→ melibatkan stakeholder
→ proses yang reflektif (bolak balik)
→ fasilitatif, bukan ditentukan sepihak oleh orang-orang tertentu
Detail perubahan dalam prinsip pengembangan kurikulum operasional sekolah
.
Detail perubahan dalam prinsip pengembangan kurikulum operasional sekolah
Satuan pendidikan masih cenderung menggunakan struktur kurikulum yang seragam
Semua jenjang satuan pendidikan dapat mengorganisasikan muatan pelajaran menggunakan pendekatan berbasis mata pelajaran, tematik, atau unit inkuiri
Pemerintah Pusat mengatur beban belajar berbasis tahunan, satuan pendidikan lebih leluasa mengalokasikan waktu untuk setiap muatan pelajaran
.
● KTSP dianggap menjadi beban administrasi (dokumen terlalu banyak, banyak info yang perlu disajikan dan berulang)
● Dokumen dipisah-pisah antara dokumen 1, 2, dan 3
● Kurikulum operasional menekankan komponen esensial, hal-hal yang sudah ada di dokumen lain tidak perlu dicantumkan kembali
● Dokumen rancangan pembelajaran hanya dilampirkan sebagai contoh pembelajaran (tidak perlu memasukkan semua silabus dan RPP)
● Dokumen kurikulum operasional dibuat secara komprehensif, tidak terpisah-pisah