enjelang tutup tahun 2014, Otoritas Jasa Keuan
gan (OJK) mengumumkan sejumlah Peraturan OJK (POJK). Sebagian merupakan peraturan baru dan sebagian lagi merupakan revisi sekaligus penyempurnaan atas peraturan yang sudah berlaku sebelumnya. Diantara
nya adalah POJK No 26/POJK.04/2014 tentang penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida, mengatakan, POJK No. 26 ini di
tujukan untuk meningkatkan kapasitas Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), berkaitan dengan penerapan manajemen risiko dalam penyelesaian transaksi bursa yang teridentifi
kasi sebagai transaksi tidak wajar dan berdampak sistemik terhadap risiko penggunaan dana jaminan.
Direktur Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), Hasan Fawzi mengatakan, penyempurnaan aturan penjaminan pada POJK No. 26, juga
sejalan dengan rekomendasi IOSCO (International Organization of Secu- rities Commissions). Salah satu pan
duan kebijakan yang dikeluarkan IOSCO adalah rekomendasi yang berkaitan dengan lembaga yang dibentuk untuk melindungi pelaku pasar dari risiko counterpart dalam transaksi bursa. Tentu saja lembaga dimaksud adalah Central Counter-
M
Pemberlakuan POJK Nomor 26/POJK.04/2014 makin memberikan kepastian penyelesaian transaksi bursa. Selain memudahkan kerja KPEI dalam menangani kegagalan transaksi, transparansi yang diusung POJK ini makin memperkuat pengendalian risiko di pasar modal.
indeks >>
POJk 26/2014 Memberi kepastian Penyelesaian Transaksi Bursa
POJk 26/2014 Memberi kepastian Penyelesaian Transaksi Bursa
1
ketentuan Baru seputar Penjaminan
e d i s i 2 I Tr i w u l a n i i
l2 0 1 5
Dirut KPEI, Hasan Fawzi mengatakan, penyempurnaan aturan pen
jaminan pada POJK No 26 juga sejalan dengan rekomendasi IOSCO.
knowledge Management (kM) kuartal 1 Tahun 2015
divisi kPP: ditopang 3 Unit Penentu sukses
arTikel UTaMa 3 4 5
Program strategis &
kegiatan kPei 2015
statistik kilas Peristiwa
7 8
6
party (CCP), dalam hal ini KPEI.
IOSCO merekomendasikan, agar CCP lebih mening
katkan kapasitasnya dalam memberikan kekuatan hukum terkait penanganan kegagalan penyelesaian transaksi bursa. Mekanisme penanganan kegagalan harus ber
dasarkan prosedur yang jelas, transparan, kondisikondisi yang dikategorikan sebagai penyebab kegagalan dirinci, dan menggunakan metode untuk menggambarkan ter
jadinya kegagalan transaksi. “Jadi rekomendasi IOSCO itu tegas mengenai mekanismenya, strategi dan kebijakan, serta kondisikondisinya harus diatur. Karena itu, aturan III.B.6 dan III.B.7 yang ada sebelumnya disempurnakan dan dibuat secara jelas dan transparan,” lanjut Hasan.
Ada beberapa hal penting dan strategis menyangkut klausul penjami
nan yang diatur dalam POJK No. 26 ini. Aturan baru mengatur secara de
tail, jelas, dan cermat segala hal yang berkaitan dengan urutan dan me
kanisme penanganan kegagalan pe
nyelesaian transaksi bursa. Diatur pula urutan penggunaan sumber keuangan oleh LKP dalam menangani kegagalan.
Prosedur pengembalian diatur secara rinci, termasuk soal cara dan prose
dur penagihan maupun mengeksekusi agunan atau aset keuangan lainnya milik Anggota Kliring (AK)
yang gagal bayar.
Ada pula perluasan izin dalam menggunakan dana jaminan yang pada aturan lama tidak diatur.
Sebelumnya, pemanfaatan atas dana jaminan yang dikumpulkan hanya terba
tas untuk dana talangan.
“Sekarang, supaya kita
juga punya sumber keuangan lain, dana jaminan dapat dijadikan sebagai agunan untuk memperoleh fasilitas kredit bank. Tentu saja penggunaan
nya sebatas untuk kepentingan penan
ganan kegagalan. Tidak untuk maksud lain,” tegas Hasan Fawzi. “Tidak ada syarat soal penggunaannya, karena OJK memberikan keleluasaan untuk meng
gunakan kapan saja ketika dibutuhkan.
Akan tetapi harus sepengetahuan dan mendapat persetujuan Komite Kebi
jakan Kredit & Pengendalian Risiko (Komite KKPR). KPEI tidak dibenarkan mengambil inisiatif untuk mencari pin
jaman. Dengan kewenangan ini, LKP punya sumber lain dalam menangani kegagalan penyelesaian transaksi bur
sa”, tambahnya.
Demi kepentingan industri, OJK memberikan kewenangan kepada LKP yang dibantu oleh Komite KKPR un
tuk menentukan jenis investasi dalam mengelola dana jaminan. Komite KKPR juga berwenang merekomendasikan dan memantau pengelolaan risiko dalam kaitan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Secara umum komite ini menjadi jembatan LKP dengan AK, sekaligus mewakili kepentingan AK.
Hal penting lainnya, LKP bersama Bursa Efek diberikan kewenangan un
tuk melakukan tindakan pencegahan, atau biasa disebut sebagai pre-emptive
A R T I K E L U T A M A
action. Kewenangan tersebut, menu
rut POJK 26, dalam hal penetapan efek yang tidak dijamin serta pene
tapan transaksi yang dipisahkan dari mekanisme penjaminan penyelesaian.
“Dengan payung hukum ini, kita juga terlindungi dari kemungkinan mena
ngani penyelesaian akibat transaksi bursa yang tidak wajar. Sebelum POJK ini berlaku, tidak ada ruang untuk pencegahan. Mau tidak mau harus di
jamin dan dana jaminan milik industri pasar modal terpakai,” terang Hasan.
Dengan kewenangan ini, jika ada indikasi transaksi bursa ti
dak wajar dan perlu wak
tu untuk pembuktian, LKP bisa mengajukan permo
honan untuk melakukan pemisahan transaksi serta ditunda proses penyele
saiannya untuk kegiatan investigasi. Selanjutnya, LKP dan Bursa Efek dapat mengusulkan bahwa tran
saksi yang dipisahkan tadi akan dijamin atau tidak dengan meminta persetu
juan OJK. Jika hasil investigasi membuk
tikan transaksi tersebut adalah wajar, maka akan dimasukkan kembali dalam skema penjaminan disertai pemberian kompensasi, sebaliknya jika termasuk kategori transaksi tidak wajar, otomatis tidak dijamin dan selanjutnya ditangani sendiri antar para pihak. “Soal kom
pensasi ini perlu diatur lagi di internal LKP. Kebetulan aturan tentang periode peralihan ini baru berlaku per 1 Januari 2016,” lanjut Hasan Fawzi.
Ada beberapa sasaran atau sema
ngat yang ingin dicapai melalui pene
rapan POJK No. 26. Pertama, tentu saja memenuhi rekomendasi IOSCO. Kedua, bagi pelaku industri, proses penanga
nan kegagalan penyelesaian transaksi bursa menjadi lebih jelas, tidak boleh ada perbedaan perlakuan atas kejadian kegagalan transaksi.
Pemberlakuan aturan baru ini di
akui sangat memudahkan kerja KPEI sebagai LKP. Terbukti, pernah terjadi peristiwa gagal bayar, kerja KPEI lebih efektif dalam pelaksanaan penjaminan penyelesaian transaksi bursa dengan menggunakan POJK ini. “Ternyata lebih jelas dan bagi KPEI tidak ada keraguan dalam proses penanganan. Cukup de
ngan mengikuti ketentuan yang sudah diatur,” tutur Hasan Fawzi.F
[TiM redaksi]
Para stakeholders KPEI, kami kembali menghadirkan KPEI Newsletter Edisi II tahun 2015.
Pada edisi ini, akan mengupas tuntas tentang POJK 26/2014 yang berkaitan langsung de
ngan fungsi KPEI sebagai lem
baga penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Selain itu, juga disajikan artikel tentang rencana strategis dan kegiatan KPEI di tahun 2015 dalam rangka mem
perkuat industri pasar modal serta profil salah satu divisi yang menopang bisnis utama KPEI yaitu Divisi Kliring, Penyelesai
an, dan Pinjam Meminjam Efek (KPP). Pada kolom Knowledge Management, selain informa
si kegiatan selama triwulan I juga ditampilkan foto KLIK’ers.
Akhir kata, kami mengucapkan selamat membaca dan semoga pembaca mendapatkan penge
tahuan lebih mengenai KPEI dan kegiatan perusahaan melalui KPEI Newsletter ini.
Selamat membaca.
Redaksi E D I T O R I A L
Penerbit:
PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia Penasihat:
Direksi PT KPEI Penanggung Jawab:
Sekretaris Perusahaan dewan redaksi:
Suryadi, Diah Sugiretno, Andre Taufan Pratama, Vinsensia Selvia Muga, Rivanie Novalia
alamat redaksi & sirkulasi:
Gedung Bursa Efek Indonesia, Menara I Lt. 5
Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta 12190
Telp : 021-5155115 Fax : 021-5155120
Toll Free : 0800-100-KPEI (5734) Email : customer.care@kpei.co.id Website : www.kpei.co.id
Dengan payung hukum ini, kita juga terlindungi dari kemungkinan
menangani penyelesaian akibat transaksi bursa yang tidak
wajar.
OJk mengeluarkan pembaharuan aturan tentang penjaminan penyelesaian transaksi bursa. aturan ini dinilai lebih aplikatif dan meminimalkan potensi
dispute dari anggota kliring.
A R T I K E L K H U S U S
epat pada tanggal 19 November 2014, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 26/POJK.04/2014 tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa. Aturan tersebut untuk meng
gantikan aturan Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bape
pam & LK) yang sebelumnya nomor III.
B.6 dan III.B.7 yang mengatur tentang penjaminan penyelesaian transaksi bursa dan dana jaminan. Karena sifat
nya penyempurnaan dari aturan yang sudah ada, POJK No.26 dinilai lebih lengkap dan detail, terutama dalam hal kewajiban dan prosedur penjamin
an penyelesaian transaksi bursa serta halhal lain yang berkaitan dengan penjaminan. Kesemuanya ini sudah diatur secara baku dan semakin jelas.
Ketika ada Anggota Kliring (AK) dinyatakan gagal bayar, KPEI akan melaporkan kepada bursa agar di
lakukan proses suspensi terhadap AK bersangkutan. KPEI dengan seketika akan langsung mengambil alih tang
gung jawab AK gagal bayar tersebut sehingga tidak ada AK lainnya yang gagal menerima hak dananya, meski
pun terjadi gagal bayar.
“Urutan penggunaan aset keuang
an untuk menjamin penyelesaian tran
saksi bursa ketika terjadi gagal bayar
istilahnya seperti joining fee. Biaya tersebut merupakan salah satu per
syaratan keanggotaan yang besaran dananya ditentukan oleh KPEI. Biaya keanggotaan untuk dana jaminan ini hanya dikenakan sekali saja. Menurut Indriani, kebijakan ini dilandasi oleh filosofi untuk keadilan bagi AK yang lama. Pertimbangannya, AK lama su
dah sekian puluh tahun memberikan kontribusi terhadap dana jaminan dan menikmati fasilitas penjaminan.
Menurut sumber media online, saat konferensi pers peluncuran kebi
jakan OJK, di Gedung Soemitro Djojo
hadikusumo, Jakarta, Rabu (18/11/2014) Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Nurhaida menjelaskan “Ter
kait penggunaan dan investasi dana jaminan, Lembaga Kliring dan Pen
jaminan (LKP) dapat menggunakan fasilitas repo atau transaksi pinjamme
minjam efek (Surat Berharga Negara) de
ngan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk meningkatkan likuiditas jangka pendek terhadap portofolio dana jaminan, tanpa berdampak nega
tif terhadap harga obli
gasi di pasar,”.
Hal yang tak kalah penting dari POJK No.26 ini adalah ketentuan yang mengatur tentang transaksi bursa dike
cualikan. Sebelum ada ketentuan ini, menurut Indriani, apabila terdapat in
dikasi transaksi yang tidak wajar, KPEI dan BEI kesulitan untuk memisahkan transaksi tersebut dalam penyelesaian, karena tidak ada dasar hukumnya se
hingga potensi terkena somasi sangat besar.
Meski ada penyempurnaan pada aturan penjaminan, tidak ada perubah
an sistem pada sisi KPEI. Hanya perlu penyesuaian prosedur di internal, ba
gi KPEI penerapan aturan ini justru memudahkan dalam menjalankan fungsifungsi utama. “Aturannya lebih aplikatif dan lebih jelas. Ini meminimal
kan potensi dispute dari AK dan lebih memberikan kepastian bagi KPEI,” ujar Indriani.F [TiM redaksi]
T
didahului dengan penggunaan cadangan jaminan, kredit bank, dana jaminan, dan yang terakhir jaringan kredit”, demikian disampai
kan Direktur KPEI Indriani Darmawati. “Sedangkan urutan pengembaliannya, mulai dari pemenuhan un
tuk dana jaminan dulu, ja
ringan kredit, kredit bank,
baru cadangan jaminan,”tambahnya.
“Kalau aturan yang lama, sebelum dan saat gagal bayar ada overlap. Kita ke
sulitan dalam pelaksanaan operasional, terutama urutan dan tata cara peng
gunaan sumber keuangan AK gagal”
tambah Roni Gunardi, Kepala Divisi Penjaminan dan Pengelolaan Risiko.
POJK No.26 juga mengatur sum
ber kutipan dana jaminan yang di
gunakan oleh KPEI, transaksi bursa yang dikecualikan, dan pembentukan Komite dalam rangka mendukung pelaksanaan penjaminan penyelesai
an transaksi bursa. Jika sebelumnya pada aturan Bapepam & LK, kutipan dana jaminan diperoleh dari prosen
tase nilai transaksi bursa misal sebesar 0,01% untuk transaksi ekuiti, maka dalam aturan yang baru, terdapat tam
bahan kontribusi dana jaminan yang berasal dari AK yang baru bergabung,
ketentuan Baru seputar Penjaminan
Aturannya lebih aplikatif dan lebih jelas. Ini meminimalkan potensi dispute dari AK dan lebih
memberikan kepastian bagi
KPEI.
untuk mengetahui pada waktu T+3 harus serah apa, serah uang berapa dan saham apa,” tutur Kepala Unit EKU, Listya
rini Hikmaningrum.
Mekanisme Penyelesaian secara multi- batch dan Straight Through Processing (STP) di ekuiti saat ini juga sudah bisa membantu penyelesaian transaksi sam
pai dengan level nasabah.
Sedangkan Unit SUD sesuai nama
nya, bertugas menangani kliring dan penyelesaiannya untuk surat utang dan derivatif. Pemisahan antar unit EKU dan SUD perlu dilakukan karena kedua efek ini memiliki ciriciri dan karakteristik transaksi yang berbeda. “Jika di ekuti itu settlement T+3, kalau di derivatif T+1, hari ini transaksi, besok harus se
rah uang atau terima uang, sedangkan untuk surat utang T+2,” ujar Ibu Hani
fah, Kepala Unit SUD. Menurut Hani
fah, transaksi surat utang dan derivatif memang relatif lebih sepi dibanding
kan dengan transaksi saham yang di
tangani Unit EKU. Namun, upaya pe
ngembangan tidak pernah berhenti di unit ini. Supaya transaksi surat utang dan derivatif lebih ramai khususnya de
rivatif, unit ini mendapat amanat me
rencanakan dan melakukan reaktivasi perdagangan kontrak berjangka dan
P R O F I L
divisi kliring, Penyelesaian, dan Pinjam Meminjam efek (kPP) menjalankan fungsi operasional kliring atas transaksi bursa.
divisi ini dibagi menjadi tiga unit kerja. apa saja unit kerja tersebut beserta tugasnya?
T Kliring Penjaminan Efek Indo
nesia (KPEI) memiliki dua fungsi utama. Pertama, sebagai lem
baga kliring. kedua, sebagai lembaga penjaminan atas penyelesaian trans
aksi bursa. Dalam menjalankan kedua fungsi tersebut, KPEI membentuk divisi
divisi penunjang, salah satunya Divisi KPP. Divisi yang dipimpin Antonius Her
man Azwar ini melakukan tugas sehari
harinya yaitu menjalankan operasional kliring atas semua produk yang ditran
saksikan di bursa serta kegiatan pinjam meminjam efek.
KPP merupakan divisi yang terdiri dari 11 awak dan terbagi menjadi tiga unit kerja berdasarkan produk yang ditanganinya, yaitu Unit Ekuiti (EKU), Unit Surat Utang dan Derivatif (SUD), dan Unit Pinjam Meminjam Efek dan Repo (PER).
Berdasarkan namanya, tiap unit menjalankan tugas yang berbeda. Unit EKU merupakan unit yang bertugas menangani kliring saham yang ditrans
aksikan di bursa dan memastikan proses kliring dan penyelesaiannya dapat ber
jalan dengan lancar. “Tugas utama dari unit EKU yaitu untuk melakukan kliring dan penyelesaian transaksi saham. Out- put yang dikeluarkan dari proses kliring adalah Daftar Hasil Kliring (DHK). Ini menjadi pegangan para anggota kliring
P
ditopang 3 Unit Penentu sukses
opsi saham bersama dengan BEI.
Sementara itu, unit lainnya adalah PER, yang menjalankan kegiatan Pinjam Meminjam Efek (PME) & REPO. “Fung
si unit ini untuk menunjang penye
lesaian transaksi bursa yang kemudian berkembang untuk menunjang trans
aksi short selling dan margin trading,”
jelas Anton. Jika pada Unit EKU dan SUD, setelah terima data transaksi dari bursa selanjutnya akan diproses di KPEI.
Sedangkan pada unit PER, penanganan dari awal sampai akhir transaksinya di
lakukan di KPEI juga. Diproses di KPEI, dinegosiasikan di KPEI, infrastruktur dan aturannya juga dibuat oleh KPEI.
Menurut Kepala Unit PER, Rachma
dewi Sjahesti, seperti halnya pinjam meminjam di bank, KPEI perlu terus me
mantau dari sisi durasi pinjaman, corpo- rate action, dan juga agunannya. “KPEI mirip bank, hanya saja yang dipinjam
kan di sini hanya efek dan efeknya pun masih terbatas pada efek saham. Yang menjadi peminjam atau borrower adalah pihak anggota kliring sedangkan lendernya adalah dari nasabah bank kustodi atau nasabah anggota kliring, atau bahkan anggota kliring itu sendiri” tutur Rach
madewi.
Di Unit PER, saat ini, dikembangkan transaksi PME Bilateral & Repo. Nanti
nya KPEI tidak lagi bertindak sebagai principal tapi sebagai intermediary.
Konsepnya, KPEI ingin mengadopsi praktik yang sudah dilakukan di luar negeri, sehingga antara borrower dan lender bisa langsung bernegosiasi. Hal
hal yang dinegosiasikan akan diformal
kan melalui sistem KPEI, termasuk bor- rowing fee dan tipe kolateral. KPEI juga akan menyediakan aturan dan kontrak standard.
“Tujuannya untuk transparansi dan memonitor transaksi di luar bursa. Ja
ngan sampai transaksi tersebut tidak termonitor. Tapi jangan juga sampai kita mengurangi keluwesan mereka dalam pinjam meminjam efek,” kata Anton. Oleh karena itu, KPEI menye
diakan banyak model dan memberikan layanan yang mereka bisa pakai.F
[TiM redaksi]
KPP merupakan divisi yang terdiri dari 11 awak dan terbagi menjadi tiga
unit kerja.
Divisi KPP
rogram Pengembangan Infra
struktur Pasar Modal (PPIPM) jilid 2 yang diresmikan melalui Surat Keputusan OJK pada penghujung 2013, bersifat multiyears. Kepala Divisi Riset &
Pengembangan Bisnis KPEI, Iding Pardi mengatakan, di tahun 2015, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) akan melanjutkan pengembangan dari ke
empat program PIPM tersebut. Perta
ma, terkait Enhancement e-CLEARS, KPEI mencoba menyempurnakan apli
kasi e-CLEARS baik dari segi arsitektur maupun framework teknologi, untuk memenuhi berbagai pe
rubahan proses bisnis ke depan. Selain itu, penyem
purnaan ini dibuat untuk mengakomodasi adanya proses maupun produk baru, dan dapat diinte
grasikan dengan sistem lain. Misalnya untuk men
dukung cross border transaction. Pem
buatan konsep bisnis sudah dilakukan tahun lalu, dan sekarang berlanjut dengan pengembangan sistem. Yang kedua, dalam rangka mengefisienkan dan mengefektifkan mekanisme pe
nyelesaian untuk para nasabah institusi yang menyimpan asetnya di bank kus
todi, KPEI mengembangkan mekanisme Institutional Delivery dengan menggu
nakan settlement agent sebagai pihak ketiga yang mendukung penyelesaian.
Rencananya, pengembangan sistem akan dirampungkan di tahun 2015.
Ketiga, implementasi General Clea- ring Member (GCM) dimana tahap pe
nyusunan konsep bisnis, perubahan peraturan, serta penyiapan infrastruk
tur sistem IT akan ditargetkan pelaksa
naannya di tahun ini dan direncanakan live di tahun 2016. GCM merupakan skema keanggotaan bertingkat, hanya Anggota Bursa (AB) dengan modal tertentu yang dapat menjadi Ang
gota Kliring yang bisa mewakili AB
lain untuk menyelesaikan kewajiban kliring dan pe
nyelesaian di KPEI. Yang terakhir, mekanisme pen
jaminan dengan skema baru dan kebijakan tran
saksi bursa dikecualikan.
Skema ini tertuang pada POJK Nomor 26/2014 dan sudah berlaku per 19 November 2014.
Sedangkan, kebijakan transaksi bursa dikecualikan akan berlaku per 1 Janu
ari 2016 karena aturan pelaksanaannya masih dalam proses penyusunan.
Masih berkaitan dengan aktivitas kliring dan penyelesaian, KPEI sedang mengembangkan pinjam meminjam efek (PME) secara bilateral. Program ini merupakan upaya untuk memper
luas kegiatan PME yang sebelumnya menggunakan konsep KPEI sebagai principal. Pengembangan ini sekaligus memberi peluang bisnis baru untuk pemanfaatan sahamsaham yang tidak aktif diperdagangkan. Selain Bilateral, rencana pengembangan sistem Repur- chase Agreement (Repo) juga akan dilanjutkan di tahun 2015 yang beker
jasama dengan KSD (Korean Securities Depository) selaku konsultan. “KSD pu
nya pengalaman dan sistem yang baik sehingga kita bekerja sama dengan mereka. Diharapkan sistemnya bisa live tahun 2016,” tutur Iding Pardi. Di ta
P
hun yang sama, SRO ikut mencanang
kan untuk mengaktifkan kembali pasar derivatif. Untuk tujuan itu, KPEI sudah mengembangkan sistem baru.
Sementara itu, proses assessment oleh konsultan Thomas Murray dalam rangka implementasi Principal for Fi- nancial Market Infrastructures (PFMI) ikut menjadi program kerja prioritas KPEI. Assessment dilakukan dalam rang
ka pemenuhan prinsipprinsip dasar dalam penyiapan infrastruktur pasar, yang berkaitan dengan tugas KPEI dan KSEI. Bulan April 2015 ini, proses as- sessment akan dirampungkan konsul
tan. Dari proses itu akan diperoleh gap analysis untuk kepentingan perbaikan.
Konsultan memetakan mana prinsip
prinsip yang sudah comply secara utuh (observed), yang sebagian besar sudah comply (broadly observed), yang se
bagian kecil sudah comply (partly ob- served), atau bahkan tergolong belum comply (not observed). Halhal yang baru sebagian comply atau bahkan be
lum comply sama sekali akan menjadi prioritas perbaikan KPEI.
Sementara itu, untuk membantu menyempurnakan konsep collateral management yang sudah ada saat ini, KPEI tengah mencari konsultan. Saat ini collateral masih terpisah antar instru
men, baik saham, derivatif, surat utang maupun SBL. KPEI akan mengembang
kan sistem baru yang terintegrasi, sekaligus bisa terhubung juga dengan sistem terkait lainnya. Dengan demiki
an, fungsifungsi collateral yang sela
ma ini terpisah akan disatukan dalam konsep baru. Tahun ini akan dilakukan penyusunan konsep bisnis, dan pengem
bangan sistem direncanakan mulai ta
hun 2016.
Program kerja lain yang masih pada tataran perumusan konsep bisnis yaitu margin financing atau pembiayaan transaksi margin. Tim perumus meli
batkan SRO lain. Umumnya, fasilitas pembiayaan transaksi margin ditangani institusi yang terpisah, bukan lewat CCP. Karena punya hubungan erat de
ngan penjaminan transaksi, maka KPEI mencoba mempelopori untuk memper
kenalkan mekanisme margin financing ini.F
[TiM redaksi]
kPei mulai mengimplementasikan sejumlah program dalam rangka memperkuat industri pasar modal. Program-
program strategis ini akan menjadi sumbangan penting kPei dalam mendukung terciptanya pasar saham yang
wajar, teratur, dan efisien.
Program strategis & kegiatan kPei 2015
KSD punya pengalaman dan sistem yang
baik sehingga kita bekerjasama
dengan mereka.
Diharapkan sistemnya bisa live
tahun 2016.
E D U K A S I
di event Thanks KLIK It’s Friday, tetapi juga dapat melalui sharing internal dalam satu divisi atau antar divisi, yang mana topik yang disampaikan terbatas untuk kalangan sendiri.
Terkait kegiatan Community of Practice (CoP), selama tri
wulan I belum banyak dilakukan. Tercatat hanya CoP MARCO (Manajemen Risiko) dan CoP Bahasa yang mulai menjalank
an program kerjanya. CoP MarCO telah melakukan kegiatan Gathering MARCO (RINGGO) pada tanggal 18 Februari 2015.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan ”Apa itu CoP MARCO dan program kerja MARCO” kepada karyawan baru dan member MARCO. Selain itu, juga dilakukan Ajang Shar- ing Internal (JARING) yang mengambil topik “Derivative as Risk Manager” oleh salah satu member MARCO di tanggal 19 Maret 2015.
Sedangkan pada CoP Bahasa, dua kegiatan juga sudah dilaksanakan yaitu Pengenalan Basic English kepada Office Support pada tanggal 27 Janua
ri, 18 Februari, 12 Maret, dan 26 Maret 2015 serta KPEI’s Fun Cor- ner (KFC) dengan tema “New Year’s Resolutions” pada tanggal 23 Januari 2015. Kegiatan Ba- sic English mengupas materi tentang Speaking Review, Bank of Verb dan Interrogative Sentences. Pada kegiatan KFC, para peserta dilibatkan langsung dalam membuat resolusi ma
singmasing karyawan, dengan cara menulis di kertas yang dimasukkan ke dalam amplop kecil yang sudah disediakan dan dikumpulkan ke panitia, selanjutnya di bulan berikut
nya amplop tersebut akan dikembalikan ke masingmasing peserta. Pelajaran dari mengikuti KFC ini, untuk mengenal pola kalimat dengan menggunakan Futures Tenses.
Dua COP lainnya yakni CoP Hobby dan CoP investasi (COPin) selama triwulan I 2015 hanya melakukan kegiatan rutin seperti meeting CoP, latihan olahraga, latihan musik dan menari.F [TiM redaksi]
knowledge Management (kM) kuartal 1 Tahun 2015
idak hanya sosialisasi ke pihak eksternal, sharing
“Peraturan OJK (POJK) Nomor 26 Tahun 2014” yang diberlakukan pada tanggal 19 November 2014, juga dilakukan ke internal karyawan KPEI yang dikemas dalam event Thanks klik it’s Friday tanggal 30 Januari 2015. Dalam sesi sharing, KLIK’ers sangat antusias menyimak penjelasan peraturan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa tersebut dari Ibu Ranti Kusuma Arini, selaku Kepala Unit Pe
ngelolaan Dana Jaminan dan Agunan. Hal ini perlu disosiali
sasikan karena peraturan ini berhubungan langsung dengan fungsi KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP).
Yang tak kalah seru juga, dilaksanakannya sharing terkait
“Risk Management Policy” oleh salah satu staf Unit Analisis Risiko pada tanggal 13 Maret 2015. Sharing ini menjelas
kan tentang Kebijakan Umum Manajemen Risiko KPEI yang merupakan pedoman bagi manajemen dalam pelaksanaan kegiatan operasional risk management. Kebijakan tersebut memuat aturan mengenai pemantauan Anggota Kliring dan Saham, Agunan Offline dan Online, Haircut, Risk Charge, Trading Limit, Investasi Dana Jaminan dan lainnya.
Topik sharing lainnya selain dua topik di atas antara lain Strategi Backup, Membership KPEI, Personal Development Plan (PDP), Performance Management System, dan Penulisan Kajian. Kegiatan sharing sebenarnya tidak hanya dilakukan
Tidak ada kata bosan bagi kami untuk mengikuti rangkaian kegiatan kM, segudang manfaat telah kami rasakan baik untuk menunjang pekerjaan
atau dalam kehidupan sehari-hari.
T
E D U K A S I
S T AT I S T I K
Penggunaan (rp) Biaya (rp) Total Penggunaan 46,211,121,813,900.00 1,283,642,23.00 RataRata Bulanan 15,403,707,271,300.00 427,880,758.00
RataRata Harian 757,559,373,998.36 21,043,315.94
FasiliTas inTraday
* Data sampai dengan 31 Maret 2015
Jenis instrumen nilai agunan (rp) Prosentase
Uang 186,219,711,529.92 1.37%
Saham 12,977,372,268,951.70 95.70%
Obligasi 396,632,185,433.00 2.92%
Grand Total 13,560,224,165,914.60 100.00%
kOMPOsisi aGUnan ONLINE
* Data per 31 Maret 2015
Jenis instrumen nilai agunan (rp) Prosentase
Bank Garansi 6,620,502,500,000.00 81.33%
Deposito 1,284,781,158,818.76 15.78%
Agunan Minimum Kas 223,025,912,096.39 2.74%
Seat BEI 11,500,000,000.00 0.14%
Grand Total 8,139,809,50,915.15 100.00%
kOMPOsisi aGUnan OFFLINE
* Data per 31 Maret 2015
Penyelesaian Transaksi BUrsa
Transaksi Bursa Penyelesaian Transaksi Bursa Efisiensi
Frekuensi (kali) Volume (lembar) Nilai (Rp) Volume (lembar) Nilai (Rp) Volume
(%) Nilai
(%)
Total 14,403,616 408,039,277,822 408,855,269,341,572.00 140,121,026,600 183,813,567,775,700.00 65.66 55.04 Tertinggi harian 337,443 12,511,540,155 18,082,268,322,940.00 3,265,963,300 4,871,840,454,100.00 81.93 73.65 Rata-rata harian 232,316 6,581,278,675 6,594,439,828,089.87 2,260,016,558 2,964,734,964,124.19 64.94 54.29 Terendah harian 156,579 4,995,777,426 4,649,789,346,186.00 1,725,140,100 1,990,077,228,500.00 53.68 44.26
* Data sampai dengan 31 Maret 2015
Transaksi PinJaM MeMinJaM eFek
Bulan Total rata-rata Harian Jumlah
hari nilai (rp) Volume (lembar) Frekuensi (kali) nilai (rp) Volume (lembar)
Januari 15,293,432,000.00 2,445,400 19 493,336,516.13 78,884 31
Februari 4,802,835,300.00 4,275,200 18 171,529,832.14 152,686 28
Maret 3,588,400,500.00 650,100 10 115,754,854.84 20,971 31
Total 23,684,66,800.00 ,30,00 4 263,162,95.56 81,89 90
* Data sampai dengan 31 Maret 2015
aCs Jumlah ak
Volume (lembar) nilai (rp) ak
serah ak
Terima
Total 109,308,180 1,81,306,85.00 4 38
Tertinggi harian 106,099,700 15,251,831,875.00 1 34
Rata-rata harian 1,763,035 287,375,917.34 0 1
Terendah harian - - - -
ALtErNAtE CAsH sEttLEmENt (aCs)
* Data sampai dengan 31 Maret 2015
POsisi dana JaMinan
Jenis Pasar nilai (rp) Prosentase
Ekuiti 2,798,824,802,877.96 99.96%
KBIE 1,242,548,589.55 0.04%
Obligasi 1,087,103.00 0.00%
Total 2,800,068,438,50.51 100.00%
nilai (rp) Cadangan Jaminan 128,511,29,882.00
POsisi CadanGan JaMinan
* Data sampai dengan 31 Maret 2015
asean Broker networking. Dalam rangka mempersiapkan ASEAN linkage dan mengembangkan pasar modal Indonesia, OJK bersama SRO mengadakan ASEAN Broker Conference dan Networking di Bali pada tanggal 13-15 Maret 2015. ASEAN Broker Networking mempertemukan broker-broker di negara ASEAN, dan dihadiri oleh 111 sekuritas dari enam negara ASEAN yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi dengan sistem pasar modal yang terintegrasi dan likuid. ASEAN Broker Conference dan Networking dibuka oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida dan didampingi oleh pejabat OJK, Komisaris serta Direksi SRO.
K I L A S P E R I S T I w A
FGd “Pengembangan Pasar surat Utang-Pening- katan Penerbitan Obligasi korporasi”, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan SRO mengadakan Focus Group Discussion (FGD) bersama emiten dan underwriter dalam mengembangkan Surat Utang untuk obligasi korporasi.
FGD dilakukan pada tanggal 27 Januari 2015 di Ruang Galeri Bursa Efek Indonesia.
Pembukaan Perdagangan Bursa 2015. Pada tanggal 2 Januari 2015, pembukaan perdagangan saham di BEI telah resmi dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo. Pembu- kaan perdagangan dibuka tepat pukul 09.00 WIB dengan IHSG pada level 5.240,81.
Turut hadir bersama Presiden RI para menteri Kabinet Kerja, jajaran Direksi serta Komisaris Self Regulatory Organization (SRO) dan tamu undangan lainnya. Dengan hadirnya Presiden Bapak Joko Widodo dalam pembukaan perdagangan, diharapkan dapat memberikan dorongan semangat dan komitmen, khususnya pasar modal un- tuk meraih kinerja yang lebih baik di tahun 2015.
12th annual Pasla/rMa Conference on asian securities lending. Pada tanggal 2-6 Maret 2015, KPEI menghadiri 12th Annual PASLA/RMA Conference on Asian Securities Lending di Shanghai, China. Konferensi dibagi dalam dua bagian besar, pertama Pengenalan tentang Securities Lending Tutorial, yang ditujukan kepada profesional yang masih baru di industri securities lending. Kegiatan ini mempelajari konsep dasar dan bentuk-bentuk transaksi securities lending, serta dilaku- kan sharing mengenai regulasi dan isu perpajakan baik dari sisi lender maupun borrower. Berikutnya yang kedua, dilakukan sharing terkait isu-isu securities lending dan securities financing baik dari sisi lender, borrower maupun regulator yang terjadi di pasar China.
1th asean+3 aBMF Meeting. KPEI menghadiri 17th ASEAN+3 ABMF Meeting pada tanggal 22-23 Januari 2015 di Asian Development Bank HQ , 6 ADB Avenue, Mandaluyong City, Manila, Philippines.
Beberapa agenda dibicarakan dalam pertemuan tahun ini, diantaranya “Up- date of ISO 20022 Implementation Plan in ASEAN+3 Markets, Confirmation of in ISIN Allocation Procedure in ASEAN+3 Markets, dan Presentation of the AM- BIF (Asean+3 Multicurrency Bond Mar- ket Issuances Framework) document”.
Pertemuan dihadiri oleh perwakilan dari negara-negara ASEAN, Jepang, Korea, Cina, international expert dari Asian De- velopment Bank (ADB), dan praktisi pasar keuangan di Asia Pasifik.
sosialisasi Media “kliring & Penyelesaian kontrak Berjangka dan Opsi saham”. KPEI melakukan sosialisasi kepada media mengenai Clearing - Settlement Kontrak Berjangka dan Opsi Saham pada tanggal 25 Maret 2015 di ruang Auditorium BEI. Sosialisasi diselenggarakan untuk memberikan pemahaman kepada awak media, agar dapat menyampaikan berita terkini, secara tepat kepada masyarakat mengenai kegiatan kliring, penyelesaian, dan manajemen risiko dari produk Kontrak Berjangka dan Opsi Saham yang rencananya akan live di tahun ini.
Corporate social responsibility. Dalam rangka ke- pedulian terhadap sesama, KPEI, BEI dan KSEI mela- kukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), bekerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mela- kukan renovasi ruangan dan fasilitas sanitasi sekolah, berlokasi di Kampung Gaok Kabupaten Tangerang, Banten pada tanggal 3 Maret 2015.