• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh konsentrasi penambahan bubuk cokelat terhadap aroma dan rasa dalam pembuatan yoghurt berbahan dasar susu kambing etawa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh konsentrasi penambahan bubuk cokelat terhadap aroma dan rasa dalam pembuatan yoghurt berbahan dasar susu kambing etawa."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

“Pengaruh Konsentrasi Penambahan Bubuk Cokelat Terhadap Aroma dan Rasa Dalam Pembuatan Yoghurt Berbahan Dasar Susu Kambing Etawa”

Maria Shinta Pramudya Hardhani 121434058

Universitas Sanata Dharma 2016

Susu kambing adalah salah satu jenis susu yang dihasilkan oleh binatang mamalia. Namun tidak semua orang menyukai susu kambing karena bila dikonsumsi secara langsung masih memiliki rasa dan aroma khas kambing. Tidak banyak olahan yang terbuat dari susu kambing, oleh sebab itu perlu adanya olahan susu kambing salah satunya adalah yoghurt. Yoghurt merupakan minuman fermentasi yang memiliki gizi tinggi dan dapat dikunsumsi oleh orang yang menderita lactose intolerance. Guna menghilangkan rasa dan aroma khas kambing yang terdapat pada susu ditambahkan perasa makanan yaitu bubuk cokelat.

Cokelat memilik aroma dan rasa yang kuat sehingga dapat meminimalisir rasa dan aroma khas dari susu kambing. Dalam penelitian ini cokelat yang digunakan adalah yang berbentuk bubuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi yang berbeda terhadap aroma dan rasa yoghurt susu kambing, serta mengetahui formula yoghurt yang disukai oleh panelis. Bahan yang digunakan adalah susu kambing etawa, bubuk cokelat dengan tiga taraf konsentrasi yaitu 2%, 4% dan 6% serta bakteri S. thermopillus dan L. bulgaricus yang terkandung dalam plain Biokul. Setiap perlakuan dan kontrol dibuat 3 kali pengulangan. Yoghurt yang dihasilkan selanjutnya diuji organoleptik oleh 15 panelis, lalu dianalisis secara statistik menggunakan uji Anova dan dilakukan uji lanjut yaitu uji Tukey.

Berdasarkan hasil uji organoleptik dijelaskan bahwa setiap perlakuan dan kontrol memiliki pengaruh terhadap aroma dan rasa. Tetapi secara statistik rasa memilki hasil yang signifikan sedangkan aroma tidak. Yoghurt kontrol merupakan yoghurt yang paling disukai oleh panelis.

(2)

ABSTRACT

“The Effect of Chocolate Powder Increment on Aroma and Flavor in The Process of Making Yoghurt Using Etawa Goat’s Milk”

Maria Shinta Pramudya Hardhani 121434058

Sanata Dharma University 2016

Goat’s milk was a kind of milk produced by a mammal. However, most people did not like it because it had its peculiar aroma and flavor of a goat if it was directly consumed. There were still a few products made from goat’s milk. Therefore, another product was needed and in this research, it focused on yoghurt, a fermented drink that contained good nutrition and could be consumed by people who suffered from lactose itolerance. In order to get rid of the peculiar aroma and flavor of a goat in the milk, food flavor, which was chocolate powder, was added.

Chocolate had a strong aroma and flavor so that it could minimize the strange aroma and flavor of goat’s milk. This research used a chocolate powder. The purpose of this research was to discover the effect of chocolate powder increment with different concentration on goat’s milk yoghurt aroma and flavor, also to find the yoghurt formula liked by panelist. The ingredients were etawa goat’s milk, chocolate powder with three levels of concentration that were 2%, 4%, and 6%, and bacteria, which were S. thermopillus and L. Bulgaricus in plain Biokul. Every treatment and control was done in 3 times of repetition. 15 panelists examined the produced yoghurt through an organoleptic test. After that, it was analyzed statistically using Anova test and using Tukey test for further action.

Based on the organoleptic test, every treatment and control had an effect on the aroma and flavor. The flavor had a significant result but the aroma had no significant result statistically. Most panelists liked the control yoghurt rather than the other yoghurt.

(3)

i

PENGARUH KONSENTRASI PENAMBAHAN BUBUK COKELAT TERHADAP AROMA DAN RASA DALAM PEMBUATAN YOGHURT

BERBAHAN DASAR SUSU KAMBING ETAWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Maria Shinta Pramudya Hardhani

NIM : 121434058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

PENGARUH KONSENTRASI PENAMBAHAN BUBUK COKELAT TERHADAP AROMA DAN RASA DALAM PEMBUATAN YOGHURT

BERBAHAN DASAR SUSU KAMBING ETAWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Maria Shinta Pramudya Hardhani

NIM : 121434058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

v

In the name of The Father, Of The Son and

The Holy Spirit. Amen

Ku Persembahkan untuk Ayah – ibuku Ungkapan terimakasih, hormat dan baktiku

(8)
(9)
(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH KONSENTRASI PENAMBAHAN BUBUK COKELAT TERHADAP AROMA DAN RASA DALAM PEMBUATAN YOGHURT BERBAHAN DASAR SUSU KAMBING ETAWA”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, khususnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa menyertai dari awal penelitian sampai selesai.

2. Kedua orang tua saya Bapak Ignatius Slamet Hartono dan Ibu Rosalia Sri Wardhani atas segala pengorbanan, doa serta dukungan yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Alfonsus Harjuna Kesuma Putra, Matea Ave Hardyanita Dewantri dan

Fransisca Bella Hardyaningtyas Pusparani selaku kakak dan adik-adik saya yang selalu memberikan semangat.

5. Ray Justin Eldi Anastasius yang telah memberikan semangat dan menemani dalam penelitian dari awal hingga akhir.

6. Marcela Widya, Lapida Yunianti, Ajeng Aprilia, Elisabeth Anggi, Periskila Dina, Gloria Jessica, yang telah banyak membantu selama proses penyusunan, pengambilan data hingga olah data.

7. Bapak dan ibu Dosen serta seluruh Staf Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

ix

9. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma angkatan 2012 atas kerjasama dan bantuannya.

10.Semua pihak yang memberi dukungan, bimbingan, bantuan, serta motivasi kepada penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini menjadi lebih baik.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016

(12)

x ABSTRAK

“Pengaruh Konsentrasi Penambahan Bubuk Cokelat Terhadap Aroma dan Rasa Dalam Pembuatan Yoghurt Berbahan Dasar Susu Kambing Etawa”

Maria Shinta Pramudya Hardhani 121434058

Universitas Sanata Dharma 2016

Susu kambing adalah salah satu jenis susu yang dihasilkan oleh binatang mamalia. Namun tidak semua orang menyukai susu kambing karena bila dikonsumsi secara langsung masih memiliki rasa dan aroma khas kambing. Tidak banyak olahan yang terbuat dari susu kambing, oleh sebab itu perlu adanya olahan susu kambing salah satunya adalah yoghurt. Yoghurt merupakan minuman fermentasi yang memiliki gizi tinggi dan dapat dikunsumsi oleh orang yang menderita lactose intolerance. Guna menghilangkan rasa dan aroma khas kambing yang terdapat pada susu ditambahkan perasa makanan yaitu bubuk cokelat.

Cokelat memilik aroma dan rasa yang kuat sehingga dapat meminimalisir rasa dan aroma khas dari susu kambing. Dalam penelitian ini cokelat yang digunakan adalah yang berbentuk bubuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi yang berbeda terhadap aroma dan rasa yoghurt susu kambing, serta mengetahui formula yoghurt yang disukai oleh panelis. Bahan yang digunakan adalah susu kambing etawa, bubuk cokelat dengan tiga taraf konsentrasi yaitu 2%, 4% dan 6% serta bakteri S. thermopillus dan L. bulgaricus yang terkandung dalam plain Biokul. Setiap perlakuan dan kontrol dibuat 3 kali pengulangan. Yoghurt yang dihasilkan selanjutnya diuji organoleptik oleh 15 panelis, lalu dianalisis secara statistik menggunakan uji Anova dan dilakukan uji lanjut yaitu uji Tukey.

Berdasarkan hasil uji organoleptik dijelaskan bahwa setiap perlakuan dan kontrol memiliki pengaruh terhadap aroma dan rasa. Tetapi secara statistik rasa memilki hasil yang signifikan sedangkan aroma tidak. Yoghurt kontrol merupakan yoghurt yang paling disukai oleh panelis.

(13)

xi ABSTRACT

“The Effect of Chocolate Powder Increment on Aroma and Flavor in The Process of Making Yoghurt Using Etawa Goat’s Milk”

Maria Shinta Pramudya Hardhani 121434058

Sanata Dharma University 2016

Goat’s milk was a kind of milk produced by a mammal. However, most people did not like it because it had its peculiar aroma and flavor of a goat if it was directly consumed. There were still a few products made from goat’s milk. Therefore, another product was needed and in this research, it focused on yoghurt, a fermented drink that contained good nutrition and could be consumed by people who suffered from lactose itolerance. In order to get rid of the peculiar aroma and flavor of a goat in the milk, food flavor, which was chocolate powder, was added.

Chocolate had a strong aroma and flavor so that it could minimize the strange aroma and flavor of goat’s milk. This research used a chocolate powder. The purpose of this research was to discover the effect of chocolate powder increment with different concentration on goat’s milk yoghurt aroma and flavor, also to find the yoghurt formula liked by panelist. The ingredients were etawa goat’s milk, chocolate powder with three levels of concentration that were 2%, 4%, and 6%, and bacteria, which were S. thermopillus and L. Bulgaricus in plain Biokul. Every treatment and control was done in 3 times of repetition. 15 panelists examined the produced yoghurt through an organoleptic test. After that, it was analyzed statistically using Anova test and using Tukey test for further action.

Based on the organoleptic test, every treatment and control had an effect on the aroma and flavor. The flavor had a significant result but the aroma had no significant result statistically. Most panelists liked the control yoghurt rather than the other yoghurt.

(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIBING ... ….iii

HALAMAN PENGESAHAN ... ….iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ….vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUKKEPENTINGAN AKADEMIK ... ….vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... ….xi

DAFTAR ISI ... ….xii

DAFTAR TABEL ... ….xv

DAFTAR GAMBAR ... ….xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... ….xvii

(15)

xiii

C. Alat dan Bahan Penelitian ... ....30

1. Alat ... ....30

2. Bahan ... ….31

D. Cara kerja ... ….32

1. Sterilisasi alat ... 32

2. Pembuatan yoghurt ... 33

3. Uji organoleptik... 36

E. Teknik Pengambilan Data ... ….38

(16)

xiv

BAB V: IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN ….58

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... ….59

A.Kesimpulan... ….59

B.Saran ... ….59

DAFTAR PUSTAKA ... ….61

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Kandungan gizi youghrt ... 10

Tabel 2.2 : Syarat Mutu Yoghurt ... 13

Tabel 2.3:Nilai kandungan gizi susu kambing dan susu sapi per 100gr . 27 Tabel 3.1: Tata Letak Penyimpanan Yoghurt ... 29

Tabel 3.2: Tabulasi Data ... 39

Tabel 4.3: Hasil uji anova ... 45

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Susu Kambing ... 16

Gambar 2.2 : Bubuk Cokelat ... 20

Gambar 2.3 : Starter ... 22

Gambar 2.4 : Kerangka Berpikir ... 27

Gambar 4.1 Hasil Kesukaan Panelis Terhadap Aroma ... 43

Gambar 4.2 Hasil Rerata Kesukaan Panelis Terhadap Rasa ... 44

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Perhitungan Statistik ... 63

Lampiran 2: Proses Pembuatan Yoghurt... 66

Lampiran 3: Hasil Yoghurt ... 68

Lampiran 4 : Uji Organoleptik ... 69

Lampiran 5 : Silabus ... 70

Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 74

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk pangan fermentasi merupakan salah satu produk yang populer di Indonesia. Hasil olahan fermentasi yang sudah banyak beredar di masyarakat Indonesia antara lain adalah tempe, keju, nata dan yoghurt. Bahan yang digunakan untuk produk fermentasi dapat berasal dari hewani maupun non hewani. Salah satu yang paling banyak dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Kemajuan bioteknologi di Indonesia yang signifikan mengakibatkan produk susu fermentasi mengalami banyak variasi. Salah satu produk fermentasi berbasis susu yang populer saat ini adalah yoghurt.

(21)

Yoghurt pada umumnya dibuat dengan menggunakan bakteri

Streptococcus thermophilus dengan suhu optimum 38°-42° dan Lactobacillus

bulgaricus dengan suhu optimum 42°-45°C(Hidayat, 2006). Wahyudi (2006)

menyatakan bahwa Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus merupakan bakteri asam laktat (BAL) yang membantu dalam fermentasi susu menjadi yoghurt, karena bakteri asam laktat merupakan bakteri yang menguntungkan. Bakteri asam laktat (BAL) memiliki sifat terpenting yaitu kemampuannya dalam merombak senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat dihasilkan asam laktat. Pemberian BAL dapat menurunkan nilai pH bahan pangan. Pertumbuhan mikroorganisme lainnya dapat menjadi lambat karena adanya penurunan pH tersebut.Perkembangan teknologi dan perubahan pola makan konsumen telah mengakibatkan permintaan yoghurt menjadi meningkat sehingga mendorong produksi yoghurt yang lebih bervariasi, baik dari segi jenis, tekstur, aroma maupun rasa.

(22)

pertumbuhan dan perkembangannya (Saleh, 2004). Adanya pertumbuhan berbagai mikroba tersebut dapat merubah mutu susu yang ditandai dengan perubahan rasa, aroma, warna dan penampakan yang menyebabkan susu menjadi rusak. Susu dalam waktu yang cepat menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar (Saleh, 2004). Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan dan pengawetan, salah satunya ialah dengan fermentasi susu menjadi yoghurt.

Secara umum, yoghurt yang banyak dikenal oleh masyarakat berasal dari susu sapi. Pemanfaatan susu sapi sebagai bahan pembuatan yoghurt ialah karena susu sapi sangat mudah diperoleh dengan harga yang tidak terlalu mahal. Produk yoghurt berbahan dasar susu sapi sudah banyak beredar di masyarakat dengan berbagai varian rasa. Akan tetapi, tidak semua orang bisa mengkonsumsi susu sapi. Terdapat beberapa orang yang mengalami alergi terhadap susu sapi. Alergi susu sapi biasanya dialami oleh anak-anak pada usia 6 bulan pertama. Alergi tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal salah satunya adalah karena suatu reaksi imunologis (Pediatri, 2006).

(23)

banyak memiliki berbagai manfaat dan khasiat bagi kesehatan manusia. Kandungan zat yang ada didalamnya antara lain seperti natrium, kalsium dan fosfor (Damayanti dan Bernadinus, 2002). Lemak dan protein yang ada dalam susu kambing lebih mudah dicerna dan kandungan vitamin B1 nya lebih tinggi dibanding susu sapi. Permasalahan yang dihadapi adalah belum membudayanya mengkonsumsi susu kambing dan banyak masyarakat yang merasa susu kambing masih terasa aroma dan rasa khas kambing apabila dikonsumsi.

Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa serta aroma yang khas pada susu kambing. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan mengkombinasikan susu kambing dengan beberapa varian rasa, salah satunya adalah cokelat bubuk. Coklat bubuk memiliki rasa dan aroma yang kuat sehingga diharapkan dapat menutupi rasa dan aroma khas yang terdapat pada susu kambing. Cokelat juga berfungsi sebagai anti oksidan yang dapat menghambat penuaan dini yang disebabkan polusi dan radiasi. Cokelat mengandung berbagai macam gula, pati, protein sayuran, kalium, magnesium, kalsium, natrium, zat besi, krom, berbagai macam vitamin (A, B1 tiamin, B2 riboflavin, D dan E), serta kafein (Susanti, 2012).

Pada tahun 2011, Ferdian melakukan percobaan mengenai pengaruh bubuk cokelat fermentasi pada yoghurt susu kambing menggunakan stater Lactobacillus

fermentum dan Streptococcus thermophilus terhadap kadar air, keasaman dan

(24)

Streptococcus thermophilus. Bubuk cokelat yang ditambahkan dengan

konsentrasi 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% dari volume susu.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat yoghurt dengan bahan baku susu kambing dan pengaruh penambahan bubuk cokelat pada konsentrasi antara 2%, 4%, 6% yang baik digunakan sebagai penghilang rasa khas yang dimiliki oleh susu kambing.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengaruh penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi yang berbeda terhadap rasa dan aroma yoghurt susu kambing?

2. Formula yoghurt susu kambing dengan penambahan bubuk cokelat manakah yang disukai oleh panelis?

C. Batasan Penelitian

1. Penelitian ini berfokus pada penggunaan bubuk cokelat Cocoa Van Houten sebagai penghilang rasa dan aroma khas yang ada pada susu kambing.

2. Bubuk cokelat yang digunakan dibuat menjadi beberapa tingkatan konsentrasi yaitu 2%, 4% dan 6%.

3. Susu kambing yang digunakan adalah susu kambing etawa Bumiku Hijau. 4. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap

(25)

D. Tujuan penelitian

1. Mengetahui pengaruh penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi yang berbeda terhadap rasa dan aroma khas dari susu kambing.

2. Mengetahui formula yoghurt susu kambing dengan penambahan bubuk cokelat yang paling disukai oleh panelis.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Menambah wawasan bagi peneliti dalam bidang bioteknologi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain itu mempopulerkan susu kambing di masyarakat.

2. Bagi pendidikan

Menambah referensi mengenai bahan baku pembuatan yoghurt tidak hanya menggunakan susu sapi saja, tetapi bisa menggunakan susu kambing. 3. Bagi masyarakat

(26)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Yoghurt a) Pengertian

Perkembangan teknologi memungkinkan susu dapat diolah. Oleh karenanya selain dikonsumsi dalam bentuk segar, susu banyak dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti yoghurt. Yoghurt adalah produk olahan susu fermentasi berbentuk semi solid yang dihasilkan melalui proses fermentasi susu dengan menggunakan bakteri asam laktat (Hasruddin dan Nanda, 2015). Melalui perubahan kimiawi yang terjadi selama proses fermentasi dihasilkan suatu produk yang mempunyai tekstur, flavor dan rasa yang khas. Selain itu juga mengandung nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan susu segar.

Yoghurt adalah minuman sehat yang terbuat dari fermentasi susu. Istilah yoghurt berasal dari bahasa Turki, yang berarti susu asam. Yoghurt diartikan sebagai bahan makanan yang berasal dari susu dengan bentuk menyerupai bubur atau es krim yang rasanya asam (Hasrudin dan Rifnatul, 2014). Yoghurt dibuat melalui proses fermentasi menggunakan campuran bakteri

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang dapat

(27)

inilah yang menyebabkan yoghurt berasa asam. Selama pertumbuhan terjadi simbiosis antara kedua jenis bakteri. Streptococcus thermophillus akan berkembang lebih cepat mengawali pembentukan asam laktat melalui fermentasi laktosa. Selain itu juga akan terjadi pelepasan oksigen. Kondisi ini memberikan lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri

Lactobacillus bulgaricus. Aktivitas enzim dari Lactobacillus bulgaricus

menyebabkan terurainya protein susu, menghasilkan asam-asam amino.

Lactobacillus juga akan menguraikan lemak, menghasilkan asam-asam lemak

yang memberikan flavor contohnya CO2 dan asam karbonat khas pada produk

akhir yoghurt.

Suhu pada saat proses fermentasi yoghurt merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasa dan kualitas yoghurt. Dalam pengembangbiakannya dengan cara membelah diri, bakteri asam laktat memiliki daur hidup pada suhu antara 10°C- 45°C. Ini merupakan suhu optimum bagi bakteri asam laktat secara mayoritas dalam berkembang. Dalam penelitiannya, Ginting (2005) melaporkan bahwa suhu inokulasi bakteri asam laktat yang paling baik adalah pada suhu 44°C. Komposisi starter yang umum digunakan untuk pembuatan youghrt adalah Lactobacillusbulgaricus dengan suhu optimum 42o-45oC dan Streptococcus thermophilus dengan suhu optimum 38oC-42oC.

(28)

aroma dari yoghurt menjadi menyengat, flavor yang dihasilkan pahit serta tekstur menjadi sangat kental. Hal ini disebabkan karena produksi peptida yang dihasilkan oleh Lactobacillus bulgaricus apabila berlebihan maka akan mengkontaminasi hasil dari youghurt dan dapat menyebabkan produk berlendir. Hidrolisasi protein (proteolisis) susu oleh mikroba biasanya disertai dengan timbulnya rasa pahit yang disebabkan oleh pembentukan peptida. Reaksi proteolisis dipengaruhi oleh penyimpanan pada suhu rendah, inaktivasi bakteri pembentuk asam oleh panas, pemecahan asam yang terbentuk pada susu oleh kapang dan khamir, atau netralisasi asam oleh produk mikroba lainnya.

Berdasarkan rasa yang dihasilkan dari yoghurt dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Plain yoghurt atau yoghurt murni

Plain yoghurt memiliki rasa asam yang sangat tajam yang merupakan rasa asli dari yoghurt. Karena itu, tidak semua atau hanya sebagian orang yang menyukainya. Yoghurt ini biasanya digunakan sebagai campuran salad. 2. Flavoured yoghurt

(29)

Zat warna yang banyak digunakan adalah sunset yellow FCF, tartrazin, dan erythrosine B5.

3. Fruit Yoghurt

Fruit yoghurt adalah yoghurt yang ditambahkan sari atau irisan buah. Selain aroma dan rasanya menjadi lebih enak, kandungan gizinya pun menjadi lebih lengkap. Penambahan sari atau potongan buah biasanya mencapai 10% (Hasrudin dan Rifnatul,2014).

b) Nutrisi Yoghurt

Yoghurt mengandung beberapa kandungan antara lain: energi, protein, lemak, karbohidrat. Bahkan mengandung mineral (kalsium, fosfor, natrium, dan kalium) dan mempunyai kandungan vitamin cukup lengkap yaitu: vitamin A, B kompleks, B1 (thiamin),B2 (riboflavin), B6 (piridoksin), B12 (sianokobalamin), vitamin C, vitamin D, E,asam folat, asam nikotinat, asam pantotenat, biotin dan kolin (Elfrida,2013).

Tabel 2.1Kandungan gizi youghrt susu sapi

Sumber: Balai Penelitian Veteriner, Bogor (2008)

Komponen Kandungan per 100 gram

Energi (Kkal) 42-62

Nilai pH 4.2-4.4

Protein (g) 4.5-5.0

Karbohidrat (g) 6-7

Lemak (g) -

Kalsium (mg) 130-176

Magnesium (mg) 17

(30)

c) Pembuatan yoghurt

Pembuatan yoghurt diperlukan beberapa persiapan dan pengolahan awal sampai meliputi pelarutan susu, pemanasan awal, homogenisasi, pasteurisasi, pendinginan, penambahan kultur starter dan inkubasi (Tatang dan Wardah, 2014).

1. Persiapan bahan

Bahan baku susu untuk yoghurt dapat menggunakan susu murni dari hewan mamalia seperti susu sapi, susu kambing dan susu kerbau. Namun dapat juga dibuat menggunakan susu skim, susu rendah lemak dan sebagainya. Susu yang akan digunakan untuk membuat yoghurt harus memenuhi syarat, antara lain: jumlah bakteri rendah, tidak mengandung antibiotik, bukan kolostrum, tidak terdapat penyimpangan bau dan tidak adanya kontaminasi dari bakteri.

2. Homogenisasi

(31)

3. Pasteurisasi

Pasteurisasi dilakukan pada suhu 80-85ᵒC selama 10-15 menit. Tujuan dari pasteurisasi adalah untuk membunuh mikroorganisme kontaminan baik patogen maupun pembusuk yang terdapat dalam bahan baku sehingga dapat memberikan lingkungan yang steril dan kondusif untuk pertumbuahn kultur starter.

4. Pendinginan tahap 1

Pendinginan tahan 1 adalah pendinginan setelah susu dipasteurisasi. Pendingianan dilakukan sampai susu mencapai suhu 37°-45°C. Proses pendinginan ini bertujuan supaya bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophillus dapat berkembang dengan baik didalam susu

selama proses fermentasi.

5. Inokulasi

(32)

Dalam pembuatan yoghurt terdapat beberapa standar yang harus diperhatikan, antara lain: bahan baku utama adalah susu dengan atau tanpa lemak, bahan pangan lain yang dapat ditambahkan adalah bahan pangan yang diizinkan. Syarat mutu yoghurt yang dihasilkan harus sebagai berikut:

Tabel 2.2 Syarat Mutu Yoghurt

No Kriteria Uji Yoghurt Dalam Perlakuan Panas Seteah Fermentasi

Yoghurt Dengan Perlakuan Panas Setelah Fermentasi Yoghurt Yoghurt

1.1 Penampakan Cair, Kental-Padat Cair, Kental-Padat

1.2 Bau Normal/Khas Normal/Khas

1.3 Rasa Asam/Khas Asam/Khas

1.4 Konsistensi Homogen Homogen

Sumber: Standar Nasional Indonesia Yoghurt, 2009

6. Fermentasi

(33)

ini juga dihasilkan flavor. Adanya asam laktat tersebut akan memberikan rasa asam pada yoghurt yang dihasilkan.

7. Pendinginan tahap 2

Pendinginan harus segera dilakukan setelah fermentasi supaya bakteri tidak terus berkembang. Pendinginan ini bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi bakteri. Bila pendinginan tidak segera dilakukan, maka bakteri akan terus berkembang dan menyebabkan yoghurt yang dihasilkan akan terlalu asam dan terlalu kental.

B. Susu a. Pengertian

(34)

Sedangkan senyawa zat gizi mikro (mikronutrien) seperti vitamin dan mineral serta beberapa senyawa lainnya (Mohamad,2002).

Adanya berbagai senyawa kimia didalam susu selain menentukan sifat kimianya, juga berpengaruh terhadap sifat fisik susu. Secara inderawi, susu tampak sebagai cairan berwarna putih sedikit kekuningan atau kebiruan serta mempunyai rasa gurih khas sedikit manis. Menurut Mohamad (2002) susu yang banyak mengandung air dan sekaligus kaya akan zat gizi merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikrobia. Didalam setiap mili liter susu segar pada umumnya mengandung ratusan ribu hingga jutaan mikroba khususnya bakteri. Pada suhu kamar dan ruang terbuka, bakteri didalam susu akan tumbuh dan berkembang sebanyak 8 kali lipat setiap jam. Oleh sebab itu, susu segar yang dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik akan cepat rusak atau busuk dalam jangka waktu relatif singkat.

(35)

disebut fermentasi utama. Pembentukan gel diikuti dengan perubahan viskositas, pada tahap ini juga dihasilkan flavor (Iqbal, 2009).

b. Susu kambing

Susu kambing telah dikenal sejak dahulu tetapi ketenaranya masih kalah dengan susu sapi. Susu kambing adalah cairan putih yang dihasilkan oleh binatang ruminansia dari jenis kambing-kambingan. Diantara berbagai jenis susu yang dihasilkan oleh binatang mamalia, susu kambing merupakan salah satu susu yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia karena kandungan zat-zat yang ada didalamnya seperti natrium (49 mg), kalsium (133 mg) dan fosfor (110 mg) (Rini dan Bernardinus, 2008).

Jika dibandingkan susu sapi, susu kambing memiliki beberapa perbedaan dalam segi warna dan bentuk globular lemak. Susu kambing memiliki warna yang lebih putih dan globular lemak susu yang lebih kecil dari pada susu sapi, sehingga dapat diminum oleh orang yang mengalami gangguan pencernaan.

(36)

Susu kambing layaknya susu yang berasal dari sumber hewan lain yang merupakan campuran yang kompleks, yaitu emulsi lemak dalam air. Jika dibandingkan dengan susu sapi, empat komponen utama penyusun susu kambing yaitu laktosa, lemak, senyawa nitrogen, dan mineralnya memiliki kemiripan dengan susu sapi. Protein susu kambing lebih mudah larut dan lebih mudah diserap serta lebih rendah dalam memicu alergi oleh tubuh sehingga mengindikasikan bahwa kualitas protein susu kambing lebih baik dibandingkan dengan susu sapi (Hartati,2010).

Gambar 2.1 : Susu Kambing Etawa

Sumber: dokumentasi pribadi

(37)

kandungan gizi yang lebih unggul, selain itu lemak dan protein pada susu kambing lebih mudah dicerna dan kandungan vitamin B1 nya lebih tinggi dibanding susu sapi. Kandungan fosfor, kalsium dan kalium yang dominan sangat baik bagi tubuh manusia. Keunggulan lain dari susu kambing adalah mempunyai khasiat untuk mengobati demam kuning, penyakit kulit, gastritis (gangguan lambung), asma (gangguan pernapasan) dan insomnia (tidak bisa tidur).

Tabel 2.3 Nilai kandungan gizi susu kambing dan susu sapi per 100gr

No Kandungan Susu sapi Susu Kambing

1 Protein (g) 3.3 3.6

Sumber : Balai Penelitian Veteriner, Bogor (2008)

(38)

jenis kambing yang banyak memproduksi susu (Atmiyati,2001). Bervariasiya komposisi susu kambing dapat terjadi antara lain karena variasi antar jenis kambing, variasi setiap individu kambing, faktor genetik, musim, umur, faktor perawatan, frekuensi pemerahan, faktor pakan, dan pengaruh penyakit (Akhmad dan Zainal,2008).

C. Cokelat a. Pengertian

Cokelat adalah produk yang dihasilkan dari tanaman kakao atau

Theobroma cacao. Biji kakao mengandung berbagai macam komponen kimia,

(39)

Gambar 2.2 : Bubuk cokelat

Sumber: dokumentasi pribadi

Selain itu, cokelat juga berfungsi sebagai anti oksidan. Antioksidan berfungsi untuk melindungi tubuh dari penuaan yang disebabkan oleh radikal bebas yang dapat mengakibatkan penyakit jantung. Menurut ilmuwan, cokelat yang dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah. Cokelat juga terkenal dapat meningkatkan kesenangan dengan melejitkan kadar serotonin yang dapat memberikan perasaan senang dan bertindak sebagai anti depresi (Susanti,2012).

b. Bubuk cokelat

(40)

terang, sedangkan Dutch cocoa powder memiliki warna lebih gelap. Kebanyakan coklat bubuk yang dijual dipasaran adalah jenis natural cocoa powder. Cokelat bubuk natural dibuat dari bubur cokelat atau balok cokelat pahit, dengan menghilangkan sebagian besar lemaknya hingga tinggal 18%-23%. Cokelat jenis ini berbentuk tepung, mengandung sedikit lemak, dan rasanya pahit (Susanti,2012).

D. Starter

Starter adalah peliharaan organisme yang tidak berbahaya pada medium steril (skim atau susu), yang digunakan untuk memproduksi keju dan susu fermentasi, yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh industri susu dan berbagai industri pangan lainnya.

Pada produk pangan fermentasi, kultur starter sangat penting diperhatikan karena memiliki peran yang sangat penting dalam proses fermentasi. Kultur starter berperan dalam proses biokimia untuk menghasilkan produk fermentasi yang diharapkan. Kultur starter yang baik adalah kultur yang diisolasi langsung dari produk fermentasi dengan proses alami .

(41)

keduanya dalam kultur starter yoghurt secara bersama terbukti telah bersimbiosis dan meningkatkan efisiensi kerja kedua bakteri tersebut. Kerjasama kedua bakteri ini akan membentuk cita rasa dan karakteristik yoghurt (Hasrudin dan Rifnaul, 2014).

Seringkali ada yang menggunakan biakan dari yoghurt susu yang dapat dibeli di supermarket. Yoghurt susu tersebut dikenal dengan plain yoghurt. Dalam penelitian ini, starter yang digunakan berasal dari produk plain biokul. Plain biokul digunakan sebagai pengganti bakteri yang berasal dari biakan murni karena didalam plain biokul terdapat biakan Streptococcus thermophilus dan

Lactobacillus bulgaricus.

Gambar 2.3 : Starter Biokul

Sumber: dokumentasi pribadi

(42)

mikroorganisme lain yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri selama proses fermentasi berlangsung.

E. Aroma

Aroma (bau) lebih banyak berhubungan dengan alat panca indera penciuman. Bau-bauan baru dapat dikenali bila berbentuk uap, dan molekul-molekul komponen bau tersebut harus sempat menyentuh silia (bulu) sel olfaktori, diteruskan ke otak dalam bentuk impuls listrik, oleh ujung-ujung olfaktory. Manusia mampu mendeteksi dan membedakan sekitar enam belas juta jenis bau. Indera penciuman tidak tergantung pada penglihatan, pendengaran ataupun sentuhan. Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama yaitu harum, tengik,dan hangus.

Kelelahan dan penciuman terhadap bau dapat terjadi dengan cepat misalnya orang yang belum terbiasa menghirup gas H S akan segera mengenalnya. Sebaliknya seseorang yang setiap hari bekerja di laboratorium tidak akan segera mengenalnya meskipun konsentrasi H S di udara cukup tinggi (Fatimah, 2006). F. Rasa

(43)

mempunyai sifat merangsang syaraf perasa di bawah kulit muka, lidah, maupun gigi akan menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya bila memakan rempah-rempah yang mempunyai kesan tertentu seperti pedas, panas atau dingin. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi, dan interaksi dengan komponen rasa yang lain.

Sensitifitas dari rasa terdapat pada ujung-ujung lidah, masing-masing terdistribusi pada empat jenis daerah reseptor, yaitu:

 Rasa manis: pada ujung lidah  Rasa pahit: pada pangkal lidah

 Rasa asam: pada sisi belakang lidah

 Rasa asin: pada sisi depan lidah (Fatimah, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa antara lain:

a. Senyawa kimia

Rasa manis disebebkan oleh senyawa organik alifatik yang mengandung gugus hidroksi (OH), beberapa asam amino, aldehid dan gliserol. Rasa pahit disebabkan oleh alkaloid-alkaloid. Contohnya : kafein, kuinon, senyawa fenol seperti garam-garam Mg, NH4 dan Ca. Rasa asin dihasilkan oleh garam-garam anorganik yang umum adalah NaCl. Rasa asam disebebkan oleh donor proton. Intensitas rasa asam tergantung pada ion H+ yang dihasilakn dari hidrolisis asam. Contoh: asam pada cuka, buah-buahan dan sayuran.

(44)

Suhu mempengaruhi kemampuan kuncup cecapan,sensitifitas akan berkurang bila suhu lebih besar dari 20◦C dan lebih kecil dari 30◦C dimana

akan menimbulkan sedikit perbedaan rasa. Misalnya rasa kopi panas akan berkurang rasa pahitnya bila dibandingkan dengan kopi dingin.

Makanan yang terlalu panas akan membakar lidah dan ini akan merusak kepekaan kuncup cecapan, tetapi sel yang rusak akan diganti dalam beberapa hari. Makanan yang dingin dapat membius kuncup cecapan sehingga tidak peka lagi.

G. Penelitian yang relevan

Pada peneliti pendahulu yang dilakukan oleh Ferdian (2011), penambahan bubuk cokelat fermentasi pada susu kambing dapat meningkatkan cita rasa dan mengurangi aromo khas yang terdapat pada susu kambing. Penambahan konsentrasi bubuk cokelat yang diterapkan pada pembuatan yoghurt sebesar 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% dengan judul penelitian, Pengaruh BubukCokelat Fermentasi Pada Yoghurt Susu Kambing Menggunakan StarterLactobacillus

fermentum Dan Streptococcus thermophilus Terhadap Kadar Air, Keasaman dan

Mikrobiologi.

(45)

mikrobiologi yaitu total koloni bakteri aerob 2.75 x 105 CFU/ml, total koloni BAL 38.75 x 109 CFU/ml. Selain itu juga, pada konsentrasi bubuk cokelat 3% lebih disukai oleh panelis karena memiliki cita rasa yang lebih enak serta tidak tercium aroma khas dari susu kambing tersebut. Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Mustofa, Sorini dan Lusiastuti mengenai Peningkatan Kualitas Yoghurt Dari Susu Kambing Dengan Penambahan Bubuk Susu Skim Dan Pengaturan Suhu Pemeraman. Dalam penelitian ini, parameter yang diukur adalah tingkat kesukaan panelis terhadap yoghurt yang dihasilkan dengan penambahan susu skim sebanyak 0%, 2%, 4%, 6% dan 8%. Hasilnya adalah penambahan susu skim dengan konsentrasi 4% memiliki kualitas yang baik pada uji organoleptik dan paling disukai oleh panelis.

H. Kerangka berpikir

(46)
(47)

Gambar 2.4: Kerangka Berpikir Pembuatan Yoghurt Susu Kambing rasa Cokelat

I. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori serta kerangka berfikir yang telah disampaikan, maka hipotesa dapat dirumuskan:

1) Penambahan bubuk cokelat dapat mengurangi rasa dan aroma khas yang ada dalam susu kambing.

2) Yoghurt susu kambing dengan penambahan bubuk cokelat yang disukai oleh panelis adalah pada perlakuan CB yatu penambahan bubuk cokelat sebanyak 4%.

Susu kambing kurang diminati oleh masyarakat karena memiliki rasa dan aroma khas kambing yang masih terasa saat diminum

Bubuk cokelat merupakan bahan makanan yang banyak digemari oleh masyarakat karena memiliki aroma dan rasa yang kuat.

Pembuatan yoghurt berbahan dasar susu kambing dengan penambahan bubuk cokelat guna menetraisir aroma dan rasa khas yang ada pada susu kambing

Pengujian organoleptik guna mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap aroma

(48)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Variabel

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan adalah menguji 3 konsentrasi bubuk cokelat dengan 3 kali pengulangan dan yang ditambahkan kedalam susu kambing serta kontrol. Setelah itu dilakukan uji organoleptik meliputi rasa dan aroma.

Tabel 3.1 Tata Letak Penyimpanan Yoghurt

CC CB CB CA

CA K K CB

CC CC CA K

Keterangan : K : Kontrol

CA : Penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi 2% CB : Penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi 4% CC : Penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi 6%

, , : Pengulangan

Dalam penelitian ini menggunakan 3 variabel, yaitu: 1. Variabel bebas

(49)

mendominasi rasa dari yoghurt yang akan dihasilkan serta 1 kontrol dengan pengulangan sebanyak 3 kali.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aroma dan rasa dari yoghurt susu kambing yang dihasilkan.

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah botol kaca, susu kambing 100 ml tiap botol kaca, fermentasi pada suhu 40ᵒC selama

6 jam dan biokul.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 2-3 Mei 2016, bertempat di Laboratorium Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak di Dusun Paingan Maguwoharjo Sleman, Yogyakarta.

C. Alat dan bahan 1. Alat

a. Pembuatan Yoghurt 1) Timbangan digital 2) Gelas beker 100 ml 3) Gelas beker 1000 ml 4) Autoklaf

(50)

6) Kompor

7) Sendok pengaduk 8) Thermometer 9) Botol kaca 10)Gelas arloji b. Uji Organoleptik

1) Sendok (10) 2) Gelas arloji (12)

2. Bahan

a. Susu kambing etawa murni b. Bubuk cokelat

c. Plain yoghurt Biokul d. Air bersih

e. Kertas label f. Alat tulis

g. Plastik wrap 1 pak h. Tisu

i. Sabun cuci sunlight j. Alkohol 96% k. Karet

(51)

D. Cara kerja

a) Sterilisasi Alat

Alat-alat yang akan digunakan untuk pembuatan yoghurt perlu dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Fungsinya adalah untuk membunuh bakteri-bakteri yang dapat menghambat proses fermentasi.

1. Semua alat yang akan digunakan untuk proses pembuatan yoghurt dicuci menggunakan sabun.

2. Botol selai dimasukan kedalam panci yang sudah diisi air dan campuran sanlight (±5 tetes) dan dipanaskan hingga mendidih.

3. Setelah mendidih, botol selai diangkat lalu didiamkan hingga kering. 4. Bagian luar botol disemprot menggunakan alkohol dan didiamkan hingga

kering.

5. Botol selai dibungkus menggunakan kertas payung dan diikat menggunakan karet gelang, lalu dimasukan dalam plastik bening 2 kg dan masukan dalam autoklaf lalu disterilisasi.

6. Setelah itu botol dikeluarkan dan disimpan dalam inkubator.

(52)

b) Pembuatan Yoghurt

 Yoghurt kontrol (tanpa penambahan bubuk cokelat)

1. Disiapkan susu kambing sebanyak 400 ml.

2. Susu dipanaskan hingga mencapai suhu 80ᵒC sambil diaduk. 3. Setelah itu, susu didiamkan sampai suhu turun menjadi 43ᵒC. 4. Susu dituangkan kedalam 3 wadah, masing-masing 100 ml.

5. Ditambahkan plain biokul sebanyak 10% dari volume susu untuk tiap wadahnya lalu diaduk.

6. Ditutup menggunakan kertas wrap kemudian dilapisi dengan alumunium foil dan diikat dengan karet gelang.

7. Diberi label dan diletakkan sesuai tata letak yang telah ditentukan sebelumnya.

8. Dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 40ᵒC dan difermentasikan selama 6 jam.

9. Setelah 6 jam, dikeluarkan dari inkubator lalu dimasukan kedalam kulkas untuk menghentikan aktivitas bakteri.

10.Dilakukan uji organoleptik.

 Yoghurt dengan penambahan bubuk cokelat 2 gram

(53)

3. Bubuk cokelat 2 gram dicampurkan kedalam susu kambing yang sudah disiapkan (100ml) lalu diaduk.

4. Susu + bubuk cokelat dipanaskan hingga mencapai suhu 80ᵒC sambil diaduk.

5. Didiamkan hingga suhu turun menjadi 43ᵒC.

6. Tuangkan susu + campuran bubuk cokelat kedalam botol kaca. 7. Ditambahkan plain yoghurt sebanyak 10% dari volume susu lalu

diaduk.

8. Ditutup menggunakan plastik wrap dan dilapisi dengan alumunium foil.

9. Diberi label lalu diletakkan sesuai dengan tata letak yang telah ditentukan.

10. Dimasukan kedalam inkubator pada suhu 40◦C dan difermentasi selama 6 jam.

11. Setelah 6 jam, dikeluarkan dari inkubator lalu dimasukan kedalam kulkas untuk menghentikan aktivitas bakteri.

12. Dilakukan uji organoleptik.

Lakukan cara yang sama untuk membuat pengulangan.  Yoghurt dengan penambahan bubuk cokelat 4 gram

(54)

3. Bubuk cokelat 4 gram dicampurkan kedalam susu kambing yang sudah disiapkan (100ml) lalu diaduk.

4. Susu + bubuk cokelat dipanaskan hingga mencapai suhu 80ᵒC sambil diaduk.

5. Diamkan hingga suhu turun menjadi 43ᵒC.

6. Tuangkan susu+ campuran bubuk cokelat dalam botol kaca . 7. Ditambahkan plain yoghurt sebanyak 10gr dari volume susu.

8. Di tutup menggunakan plastik wrap, dilapisi dengan alumunium foil.

9. Diberi label dan diletakkan sesuai tempat yang sudah ditentukan. 10. Dimasukan kedalam inkubator pada suhu 40◦C dan difermentasi

selama 6 jam.

11. Setelah 6 jam, dikeluarkan dari inkubator lalu dimasukan kedalam kulkas untuk menghentikan aktivitas bakteri.

12. Dilakukan uji organoleptik.

Lakukan cara yang sama untuk membuat pengulangan.

 Yoghurt dengan penambahan bubuk cokelat 6 gram

(55)

3. Bubuk cokelat 6 gram dicampurkan kedalam susu kambing yang sudah disiapkan(100ml) lalu diaduk.

4. Susu + bubuk cokelat dipanaskan hingga mencapai suhu 80ᵒC sambil diaduk.

5. Diamkan hingga suhu turun menjadi 43ᵒC.

6. Tuangkan susu+ campuran bubuk cokelat dalam botol kaca . 7. Ditambahkan plain yoghurt sebanyak 10gr dari volume susu.

8. Di tutup menggunakan plastik wrap, dilapisi dengan alumunium foil.

9. Diberi label dan diletakkan sesuai tempat yang sudah ditentukan. 10.Dimasukan kedalam inkubator pada suhu 40◦C dan difermentasi

selama 6 jam.

11.Setelah 6 jam, dikeluarkan dari inkubator lalu dimasukan kedalam kulkas untuk menghentikan aktivitas bakteri.

12.Dilakukan uji organoleptik.

Lakukan cara yang sama untuk membuat pengulangan. c) Uji Organoleptik

(56)

indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut. Pengujian organoleptik berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama prose atau penyimpanan dan memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk (Fitriyono, 2014).

Adapun persyaratan pengujian organoleptik yang harus diperhatikan antara lain:

a. Ruang

Laboratorium pengujian organoleptik terletak dilokasi yang tenang dan bebas dari pencemaran yang dapat mengganggu panelis.

b. Waktu pengujian

(57)

Guna menilai hasil dari youghrt yang telah dibuat, terdapat beberapa aspek yang harus diuji, antara lain aroma dan rasa dari yoghurt.

1. Uji aroma

a. Ambil sampel sebanyak 1 sendok makan lalu letakkan diatas gelas arloji.

b. Cium sampel pada jarak ½ cm dari hidung. c. Dilakukan pengerjaan oleh 15 panelis. 2. Uji rasa

a. Ambil sampel sebanyak ± 1 sendok. b. Rasakan sampel dengan lidah.

c. Dilakukan pengerjaan oleh 15 panelis.

E. Teknik Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian dengan skala hedonic yang terdiri dari 5 pernyataan yaitu sangat tidak suka, tidak suka, biasa saja, suka dan sangat suka. Panelis diminta untuk mengisikan penilaiannya dalam kolom skala

hedonic yang sudah disediakan. Hasil dari skala hedonic yang diisi oleh panelis

(58)

Tabel 3.2 Tabulasi Data

Ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Sangat tidak suka

2. Tidaksuka

CA : Penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi 2% CB : Penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi 4% CC : Penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi 6%

(59)

F. Metode Analisis Data

Penelitian terdiri dari 3 kelompok perlakuan yaitu CA dengan penambahan bubuk cokelat sebanyak 2%,CB dengan penambahan bubuk cokelat sebanyak 4% dan CC dengan penambahan bubuk cokelat sebanyak 6% serta 1 kontrol (tanpa penambahan bubuk cokelat) dengan pengulangan masing-masing 3 kali. Hasil yang diperoleh akan diolah menggunakan uji anova dan apabila signifikan akan dilanjutkan menggunakan uji Tukey.

 Pengujian Hipotesis dan pengambilan keputusan

a. Hipotesis

Ho: tidak ada perbedaan secara signifikan dari beberapa kelompok perlakuan.

Hi: terdapat perbedaan yang signifikan dari beberapa kelompok perlakuan.

b. Pengambilan keputusan

Dasar pengambilan keputusan dengan membandingkan hasil statistik.  Apabila Asymp. Sig. > 0,05 maka Ho diterima. Artinya tidak ada perbedaan

yang signifikan dari beberapa kelompok perlakuan.

Apabila Asymp. Sig. < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan

(60)

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Organoleptik

Setelah melakukan uji organoleptik aroma dan rasa dari yoghurt berbahan dasar susu kambing etawa dengan penambahan bubuk cokelat menggunakan konsentrasi yang berbeda yaitu 2%, 4% dan 6%, diperoleh data sebagai berikut:

1. Aroma

(61)

0

Gambar 4.1 Hasil kesukaan Panelis terhadap aroma Keterangan :

K = Kontrol

CA = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 2% CB = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 4% CC = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 6%

(62)

0 organoleptik yang diujikan. Pengujian rasa dilakukan dengan cara panelis mengambil sampel menggunakan sendok lalu dirasakan menggunakan indera pengecap. Hasil penilaian panelis terhadap rasa dari yoghurt adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Hasil rerata kesukaan Panelis terhadap rasa Keterangan :

K = Kontrol

CA = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 2% CB = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 4% CC = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 6%

(63)

skor 2,5. Sedangkan perlakuan yang paling rendah dari kontrol adalah CA dengan rerata skor 2,4.

Hasil dari rata-rata setiap perlakuan selanjutnya diuji menggunakan Anova one factor betweensubject desain untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari setiap perlakuan. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil uji anova

(64)

keempat perlakuan, maka dilakukan uji lanjut yaitu uji Tukey. Hasil uji Tukey adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil uji Tukey

(65)

0 4% dan CC penambahan bubuk cokelat sebanyak 6%.

3. Tingkat Kesukaan Panelis

Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian terhadap semua parameter organoleptik dari yoghurt yang dihasilkan. Pengujian ini dilakukan guna semakin mempertegas formula yoghurt yang paling disukai oleh panelis. Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil:

Gambar 4.5 Hasil uji kesukaan panelis terhadap yoghurt Keterangan :

K = Kontrol

CA = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 2% CB = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 4% CC = Perlakuan penambahan bubuk cokelat sebanyak 6%

(66)

mendekati kontrol yaitu CB dengan rerata skor 2,8. Selanjutnya diurutan ketiga tingkat kesukaan panelis terhadap yoghurt yang dihasilkan adalah pada perlakuan CC dengan skor 2,5. Sedangkan perlakuan yang terendah dari kontrol adalah CA dengan rerata skor 2,3.

B. Pembahasan

Proses fermentasi yoghurt berlangsung melalui penguraian protein susu. Sel-sel bakteri menggunakan laktosa dari susu untuk mendapatkan karbon dan energi dan memecah laktosatersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim β-galaktosidase. Proses fermentasi

akhirnya akan mengubah glukosa menjadi produk akhir asam laktat.

Laktosa → Glukosa+Galaktosa →Asam piruvat → Asam laktat+CO2+H2O

(67)

disajikan (Fitriyono,2014). Dalam penilaian organoleptik dikenal lima macam panelis yaitu: (1) panelis ahli yaitu orang yang memiliki kepekaan sangat baik dalam melakukan uji organoleptik. Seorang panelis ahli sangat mengenal sifat, peran dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai serta menguasai metode analisis uji organoleptik dengan sangat baik. Keunggulan menggunakan panelis ahli adalah kepekaan tinggi dan penilaiannya lebih efisien. (2) panelis terbatas terdiri dari 3-5 orang. Panelis ini mengenal dengan baik faktor dalam penilaian organoleptik dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. (3) panelis terlatih terdiri dari 15-25 orang yang memiliki kepekaan cukup baik. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan. (4) panelis agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat-sifat tertentu. (5) panelis tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dipilih secara bebas (Anonim, 2013). Anggota panel tidak semua harus diseleksi, bahkan untuk tujuan tertentu justru panel ini harus berasal dari semua kalangan dan bersifat acak. Misalnya untuk panel konsumen, tidak perlu ada seleksi. Beberapa jenis panel, anggota timnya harus diseleksi secara ketat dengan berbagai persyaratan kemampuan dan ada seleksi yang hanya terbatas pada aspek sosial panelis, misalnya untuk panel wakil konsumen. Seleksi dilakukan pada orang yang memenuhi kriteria, yaitu :

(68)

- Ketersediaan dan memiliki waktu yang cukup untuk berlatih tentangpengujian organoleptik.

- Memiliki pengetahuan, keterampilan dasar yang cukup dalam hal prinsip analisis, sistem dan prosedur , kriteria spesifik bahan/produk, persiapan, faktor fisio-psikologis kepekaan indrawi, komponen bahan dan pengaruhnya pada atribut organoleptik bahan, hasil analisis faktornya, serta dokumen dan pelaporan atas pelaksanaan tugas.

(69)

1. Aroma

Aroma merupakan bau yang sangat subyektif dan sulit diukur, sebab setiap orang mempunyai sensitifitas dan kesukaan yang berbeda-beda. Meskipun mereka dapat mendeteksi, tetapi setiap individu memiliki kesukaan yang berlainan (Surayah dan Sugiarto, 2005). Uji aroma ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap sediaan yoghurt yang dihasilkan.

(70)

Berdasarkan uji anova yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terbukti adanya beda nyata dari keempat perlakuan tersebut yang berarti hasil yang didapatkan tidak signifikan. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan yang diberikan pada pembuatan yoghurt tidak memberikan pengaruh terhadap aroma dari yoghurt yang dihasilkan atau dengan kata lain tingkat kesukaan panelis terhadap aroma yoghurt dari semua perlakuan adalah sama.Penyebabnya adalahwalaupun penambahan konsentrasi bubuk cokelat berbeda pada tiap perlakuan, namun aroma yang dihasilkan dari semua perlakuan sama-sama kuat yaitu aroma cokelat sehingga panelis menyukainya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Nuraeni (2005) bahwa karakter aroma cokelat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai oleh banyak orang khususnya anak-anak dan remaja.

2. Rasa

(71)

Alifah (2014) asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi akan meningkatkan cita rasa pada yoghurt. Dilihat dari karakteristik panelis, pada kalangan anak muda banyak yang menyukai rasa asam yang segar. Hal ini mempengaruhi hasil dari penilaian panelis terhadap yoghurt yang dihasilkan.

Yoghurt kontrol memiliki rasa asam yang segar. Hal ini sesuai dengan SNI (2009) yang mengatakan bahwa yoghurt yang baik memiliki rasa yang khas yaitu rasa asam yang segar. Seperti yang sudah dibahas dalam latar belakang permasalahan, banyak masyarakat yang kurang menyukai susu kambing dengan alasan aroma dan rasa kambing yang masih sangat kuat. Padahal susu kambing memiliki kandungan dan manfaat yang lebih baik jika dibandingkan dengan susu sapi yang digemari oleh masyarakat. Berdasarkan uji anova didapatkan hasil yang signifikan dan dilakukan uji lanjut untuk mengetahui beda nyata terhadap keempat perlakuan. Berdasarkan uji Tukey (lihat pada lampiran 1) bahwa perlakuan K memiliki beda nyata terhadap CA, CB dan CC. Hipotesis menyatakan penambahan bubuk cokelat dapat mengurangi rasa khas yang ada dalam susu kambing, sehingga dapat diterima.

(72)

bervariasi. Ada yang enak tetapi ada juga yang kurang enak karena rasanya pahit. Bervariasinya rasa dapat disebabkan karena pemberian perlakuan penambahan bubuk cokelat yang berbeda-beda. Rasa pahit yang terdapat dari yoghurt disebabkan oleh perlakuan CC yaitu penambahan bubuk cokelat sebanyak 6%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bubuk cokelat sebanyak 6% terlalu banyak, sehingga rasa cokelat yang dihasilkan terlalu mendominasi.

Susu kambing tersusun atas komponen-komponen gizi yang lengkap, namun selama ini kurang banyak dikonsumsi karena aroma dan rasa khas kambingnya. Hal ini berasal dari asam-asam lemak rantai pendek dan sedang seperti asam kaproat, asam kaprilat dan asam kaprat (Legowo dkk, 2006). Aroma dan rasa khas kambing dapat dikurangi dengan proses fermentasi karena dapat menghasilkan flavor khas yang berasal dari asam laktat, aldehid, diasetil, asam asetat dan bahan-bahan mudah menguap lainnya yang dihasilkan oleh fermentasi mikroorganisme (Surono, 2004).

(73)

Dalam produk olahan fermentasi, starter atau bakteri sangat berperan penting terhadap hasil akhir dari produk tersebut. Pada penelitian ini, starter yang digunakan berasal dari plain biokul. Yoghurt plain biokul dalam penlitian ini digunakan sebagai penggati bakteri yang berasal dari biakan murni karena didalam yoghurt plain biokul juga terdapat bakteri yang dibutuhkan dalam proses pembuatan yoghurt yaitu Streptococcus

thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus.

Pada pembuatan yoghurt, hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan. Semua alat yang akan digunakan harus bersih. Hal ini bertujuan supaya tidak terdapat mikroorganisme lain yang dapat menghambat atau mengkontaminasi pada saat proses fermentasi berlangsung. Pada penelitian ini, suhu yang digunakan selama proses fermentasi yoghurt adalah 40◦C. Hal ini bertujuan supaya dihasilkannya

rasa serta aroma yoghurt yang sesuai dengan yang diinginkan.

Setelah proses fermentasi selesai dilakukan, yoghurt didinginkan dengan cara dimasukan kedalam lemari pendingin. Hal ini bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi dari bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

Streptococcus thermophilus. Apabila proses fermentasi bakteri tidak

(74)

Selama proses fermentasi, terjadi perubahan biokimia dari substrat akibat aktivitas bakteri starter. Kandungan gizi pada produk hasil fermentasi hampir sama dengan kandungan gizi yang terdapat pada susu bahan baku. Namun produk hasil fermentasi memiliki keunggulan, antara lain asam amino yang terbentuk dapat memperpanjang masa simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk sehingga mencegah kerusakan produk, dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen sehingga meningkatkan keamanan produk.

(75)

Bakteri asam laktat yang terkandung dalam produk fermentasi seperti yoghurt memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan karena mikroorganisme probiotik yang digunakan dapat menekan pertumbuhan bakteri penyebab penyakit saluran pencernaan. Menurut Rukmana (2001) manfaat yang didapat dari mengkonsumsi yoghurt antara lain:

1. Dapat menghasilkan zat-zat gizi yang diperlukan oleh hati sehingga berguna untuk mencegah penyakit kanker.

2. Membantu proses pencernaan di dalam tubuh.

3. Memiliki gizi yang lebih tinggi dibanding dengan susu segar dan kandungan lemaknya juga lebih rendah, sehingga cocok bagi mereka yang sedang menjalani diet rendah kalor.

4. Membantu proses penyembuhan lambung yang luka. 5. Menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

(76)

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian kali ini, terdapat keterbatasan yang dialami selama penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain:

1. Seharusnya dilakukan pengukuran pH guna mengetahui secara pasti seberapa asam yoghurt yang dihasilkan guna mengetahui ph awal dan ph akhir dari yoghurt yang dihasilkan.

(77)

58 BAB V

Rancangan Penerapan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

Hasil penelitian pembuatan yoghurt berbahan dasar susu kambing etawa dengan penambahan bubuk cokelat dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk pembelajaran Biologi SMA kelas XII pada materi Bioteknologi. Aplikasi dalam materi Bioteknologi adalah dengan pembuatan yoghurt. Isu-isu yang dapat digali menggunakan pendekatan metode ilmiah berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah mengenai susu yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan yoghurt. Pembelajaran dirancang agar siswa dapat melakukan percobaan berkaitan dengan materi Bioteknologi. Dalam penelitian ini diharapkan siswa dapat mengetahui kandungan dan manfaat yang ada dalam susu kambing, serta cara mengolah susu kambing supaya lebih diterima di masyarakat.

Acuan kurikulum yang digunakan dalam desain pembelajaran terkait dengan penelitian yang telah dilakukan adalah Kurikulum 2013. Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan adalah:

3.10 Memahami tentang prinsip-prinsip bioteknologi yang menerapkan bioproses dalam menghasilkan produk baru untuk meningkatkan kesejateraan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.

(78)

59 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Secara statistik penambahan bubuk cokelat dengan konsentrasi yang

berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap aroma yoghurt yang dihasilkan. Namun memiliki pengaruh terhadap rasa dari yoghurt yang dihasilkan.

2. Rasa dari yoghurt susu kambing yang paling disukai oleh panelis adalah pada kontrol. Hal ini dapat diartikan bahwa susu kambing yang telah diolah menjadi yoghurt dapat diterima oleh masyarakat karena sudah tidak memiliki aroma dan rasa yang khas dari kambing.

B. Saran

1. Apabila akan melakukan penelitian dalam pembuatan yoghurt, dianjurkan untuk mengukur pH atau derajat keasaman pada yoghurt yang telah dihasilkan menggunakan pH meter. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pH yoghurt yang dihasilkan sesuai dengan ambang batas aman bagi produk pangan fermentasi.

(79)
(80)

61 Daftar Pustaka

Alifah, M., Anang, M., Yoyok, B., Ahmad, N., Setya, B.,2014, Total Bakteri Asam Laktat, pH, Keasaman, Citarasa, dan Kesukaan Yoghurt Drink Dengan Penambahan Ekstrak Buah Belimbing. Jurnal. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2), Universitas Diponegoro.

Atmiyati., 2001, Potensi Susu Kambing Sebagai Obat dan Sumber Protein Hewani Untuk Meningkatkan Nilai Gizi Petani. Jurnal.Jurnal Peternakan, Balai Penelitian Ternak Bogor. 14-16

Akhmad, Z., 2008, Meningkatkan Produksi Susu Kambing Peranakan Etawa. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Damayanti dan Bernardinus., 2002, Khasiat dan Manfaat Susu Kambing: Susu

Terbaik dari Ternak Ruminansia. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 5-12,

49-50

Elfrida, D., 2013, Karekteristik Kimia dan Mikrobiologi Yoghurt Susu Kambing dengan Penambahan Ekstrak Bunga Rosela. Skripsi, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Ferdian, 2011., Pengaruh Bubuk Coklat Fermentasi Pada Yoghurt Susu Kambing Menggunakan Starter Lactobacillus fermentum dan Streptococcus

thermophilus Terhadap Kadar Air, Keasaman dan Mikrobiologi, Skripsi,

Universitas Andalas, Sumatra Barat.

Fitriyono, A., 2014, Teknologi Pangan, Teori Praktis dan Aplikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta. 2

Ginting dan Elsegustri, 2005., Pengaruh Temperatur Dalam Pembuatan Yoghurt Dari Berbagai Jenis Susu Dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus dan

Streptococus Thermopilus.Jurnal.Jurnal Agribisnis Peternakan, Vol 1 no 2,

Universitas Sumatra Utara.

Hasruddin dan Nanda, P, 2015., Mikrobiologi Industri, Alfabeta, Bandung. 73-90 Hidayat, N., 2006, Mikrobiologi Industri, Andi Offset ,Yogyakarta.

Hasrudin dan Rifnatul., 2014, Mini Riset Mikrobiologi Terapan. Graha ilmu, Yogyakarta. 100

(81)

Mohamad, A., 2002, Sifat Kimia, Fisik dan Mikrobiologi Susu, UNDIP Press, Semarang.

Mustofa, dkk., 2009, Peningkatan Kualitas Yoghurt dari Susu Kambing Dengan Penambahan Bubuk Susu Skim dan Pengaturan Suhu Pemeraman. Jurnal. Jurnal Penelitian Eksakta,Vol 8, No 3

Nuraeni, 2005.Coklat Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran. Penebar Swadaya.Jakarta.

Pediatri, S., 2006, Pentingnya Pencegahan Dini dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi.Jurnal.Jurnal Pangan dan Gizi, Vol 7, No.4, 238-241.

Rini dan Bernardinus., 2008, Khasiat Dan Manfaat Susu Kambing, Agromedia Pustaka, Jakarta. 15

Rukmana, R., 2001, Yoghurt dan Karamel Susu, Percetakan Kanisius, Yogyakarta. 9-10

Surayah dan Sugiarto., 2005, Uji Kimiawi dan Organoleptik Sebagai Uji Mutu Yoghurt. Jurnal.Jurnal Balai Besar Penelitian Pasca Panen Pertanian Ternak, Cimanggu Bogor.

Saleh, E., 2004, Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Jurnal USU Digital Library.

Santoso, S., 2013, Menguasai SPSS 21 di Era Informasi, Gramedia, Jakarta. 70-76 Susiwi, 2009. Handout Penilaian Organoleptik, FPMIPA, Universita Pendidikan

Indonesia.

SNI (Standar Nasional Indonesia), 2009, SNI 2981-2009 tentang Standar Mutu Susu Fermentasi, Badan Standar Nasional Indonesia.8-10

Susanti., 2012, Pembuatan Cokelat Dengan Tambahan Ekstrak Jahe Untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh, Skripsi, Program Studi Ilmu danTeknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

(82)

Wahyudi, M.., 2006, Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Jurnal. Jurna, Buletin Teknik Pertanian. Vol. 11 No. 1.

(83)

LAMPIRAN

Lampiran 1: Hasil Perhitungan Statistik

1. Normalitas

 Kontrol

(84)

 Perlakuan CB

(85)
(86)

Lampiran 2: Proses Pembuatan Yoghurt

(a) (b)

(c) (d)

(e)

(87)

(g) (h)

(i)

(88)

Lampiran 3: Hasil yoghurt

Gambar 2 : kontrol Gambar 3: perlakuan CA

(penambahan bubuk cokelat 2%)

Gambar 4: perlakuan CB Gambar 5: perlakuan CC

(89)

Lampiran 4: Uji Organoleptik

(a) (b)

(c) (d)

Gambar

Tabel 2.3:Nilai kandungan gizi susu kambing dan susu sapi per 100gr . 27
Gambar 2.2 : Bubuk Cokelat .......................................................................
Tabel 2.1Kandungan gizi youghrt susu sapi
Tabel 2.2 Syarat Mutu Yoghurt
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kontrol Mesin Pemisah Barang Dengan Komponen Electropneumatic Berbasis Programmable Logic Controller.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Permendiknas RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Karja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.. Permendiknas RI Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Sportivitas adalah sikap dan perilaku yang ditunjukan oleh individu dalam seting olahraga yang menunjukan penghormatan terhadap aturan, official, konvesi sosial dan hormat pada

Peningkatan rata-rata HQLA Trw IV 2017 sebesar Rp 9.13 Tn, peningkatan berasal dari penempatan pada BI naik sebesar Rp 5.41 Tn, dan surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah

Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah kartu sebagai bukti  diri (legimitasi)  dari setiap  penduduk  dalam wilayah

Pada variabel efektivitas penerapan sistem informasi akuntansi (EP6) skor rata-rata jawaban responden adalah 2,55 yang termasuk kategori sedang cenderung menuju

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi) yang dianalisis

Dilihat dari segi air limbah dan sistem drainase masih terdapat beberapa kekurangan karena walaupun sudah ada septiktank, kondisi septiktank yang belum sesuai dengan standar dan