• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU

“Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU

KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA

(Study Eksperimen dengan Single Subject Research)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Khusus

Disusun oleh: SUHAENI NIM 1004957

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(Study Eksperimen dengan Single Subject Research)

oleh: SUHAENI NIM: 1004957

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Suhaeni 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

(3)

1004957

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU

“Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU

KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 19580907 198703 1 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Mimin Tjasmini, M.Pd NIP. 19540310 198803 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus

(4)
(5)

ABSTRACT

INFLUENCE OF PRACTICE EXHALE THE BREATH THROUGH NOSE AT SMALL MIRROR TO IMPROVE ABILITY OF TALKING

IN SAYING THE NASAL VELAR CONSONANT "NG" IN WORD TO THE DEAF CHILD IN CLASS VIII

SLB ABCD ASYIFA KAB BANDUNG

(Suhaeni, 1004957, Departemen Pendidikan Khusus FIP UPI 2014)

Research done to subject is the deaf child this aim to obtain get the data concerning influence of practice exhale the breath through nose at small mirror in improving ability of talking say the nasal velar consonant "Ng" to the deaf child which sit in class VIII in SLB ABCD Asyifa Kabupaten Bandung. The method that used is Single Subject Research Design, because subject the research of one people is so that conclusion only at subject the pertinent and place which have been specified. SSR Design that used is A-B-A, A-1 (baseline-1), B (treatment) and A-2 (baseline-2). Presentation of data is edited and analyzed using the statistic descriptive with percentage and presented in the form of graph. This matter is proved the existence of improvement at mean level on baseline phase 1 (A-1) equal to 33% at phase intervention (B) mean level equal to 45% and mean level at baseline phase 2 (A-2) is about 70,77%. Pursuant to this research finding, inferential that practice exhale the breath through nose at small mirror can improve ability of talking in saying the nasal velar consonant "Ng" in word to the deaf child namely in SLB ABCD ASYIFA Kabupaten Bandung.

Pursuant to conclusion hence researcher recommend to educators so that applying the practice exhale the breath through nose at more creative small mirror and innovative in study of articulation specially in recognizing the nasal velar consonant "Ng", for Institute that related expected can give the support and tuition of relevant sides and have competence to development to program facility in improving ability say consonant nasal velar "Ng" in the word owned by the deaf child. For having the pleasure to researcher lift again the problems is equal to the instrument which more and more variety again, so that can give the better picture and can find the new invention that able to equip insuffiencies in research which have been done by writer.

(6)

ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM KATA PADA ANAK TUNARUNGU

KELAS VIII SLB ABCD ASYIFA KAB BANDUNG

(Suhaeni, 1004957, Departemen Pendidikan Khusus FIP UPI 2014) Penelitian dilakukan terhadap subjek yang merupakan anak tunarungu ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pengaruh latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dalam meningkatkan kemampuan bicara mengucap konsonan velar sengau “Ng” anak tunarungu yang duduk di kelas VIII di SLB ABCD Asyifa Kab Bandung. Metode yang digunakan adalah Single

Subject Research Design. karena subjek yang diteliti satu orang sehingga

kesimpulan hanya pada subjek yang bersangkutan dan tempat yang telah ditetapkan. Desain SSR yang digunakan adalah A-B-A, A-1 (baseline-1), B (treatmen) dan A-2 (baseline-2). Penyajian data diolah dan dianalisis menggunakan statistik dekstriptif dengan persentase dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan pada mean level pada fase baseline 1 (A-1) sebesar 33% pada fase intervensi (B) mean level sebesar 45% dan

mean level pada fase baseline 2 (A-2) sebesar70,77%. Berdasarkan temuan

penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dapat meningkatkan kemampuan bicara dalam mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada anak tunarungu yakni di SLB ABCD ASYIFA Kabupaten Bandung. Berdasarkan kesimpulan maka peneliti merekomendasikan kepada para pendidik agar menerapkan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran artikulasi khususnya dalam mengenal konsonan velar sengau “Ng”, bagi Lembaga terkait diharapkan dapat memberikan dukungan dan bimbingan dari pihak-pihak terkait dan berkompeten agar memfasilitasi program pengembangan dalam meningkatkan kemampuan mengucap konsosnan velar

sengau “Ng” dalam kata yang dimiliki oleh anak tunarungu. Bagi peneliti yang

(7)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

1. Konsep Dasar Anak Tunarungu ... 6

(8)

sengau “Ng”……….. 12

3. Pengertian Latihan Menghembuskan Nafas Melalui Hidung………….. 14

4. Manfaat latihan menghembuskan nafas melalui hidung…………... 17

B. Kerangka Berpikir ... 17

BAB III. METODE PENELITIAN... 19

A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 19

1. Lokasi Penelitian ... 19

2. Subjek Penelitian ... 19

B. Desain Penelitian ... 19

C. Metode Penelitian ... 21

D. Prosedur Penelitian... 22

E. Variabel Penelitian……… 24

1. Definisi Konsep Variabel ………... 24

2. Definisi Oprasional Variabel……… 25

F. Instrumen Penelitian………. 28

G. Prosedur Pengembangan Instrumen………. 37

1. Uji Validitas Instrumen………... 37

2. Uji Realibilitas Instrumen………... 39

H. Teknik Pengumpulan Data………. 40

I. Teknik Pengolahan data……….. .. 41

J. Analisis Data……… 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 47

A. Hasil Penelitian ... 47

B. Pembahasan... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

(9)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK

DAFTAR LAMPIRAN... 74

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen………. 29

Tabel 3.2 Kriteria Penelitian……….. 34

Tabel 3.3 Instrumen Tes Mengukur Kemampuan Mengucapkan Huruf Konsonan Velar Sengau “Ng” dalam Kata……… 35

Tabel 3.4 Daftar Pemberi Judgment……… 38

Tabel 4.1 Data Baseline 1 (A-1), ……….. 48

Tabel 4.2 Data Intervensi (B) ……… 49

Table 4.3 Data Baseline 2(A-2) ... 51

Table 4.4 Rekapitulasi Presentase Data Keseluruhan Aspek Mengucap Konsonan Velar Sengau "Ng"……… 52

Tabel 4.5 Data Panjang Kondisi………. 53

Tabel 4.6 Estimasi Kecenderungan Arah Subjek ………...55

Tabel 4.7 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 57

Tabel 4.8 Jejak Data Subjek NR…….. ... 57

Tabel 4.9 Level dan Stabilitas... 58

Tabel 4.10 Data Level Perubahan……… 58

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi………. 58

Tabel 4.12 data Jumlah Variabel Yang Diubah………60

Tabel 4.13 Data Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya……….. 61

Table 4.14 Perubahan Kecenderungan Stabilitas……….. 61

Table 4.15 Data Perubahan Level………. 62

(11)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Desain A-B-A... 20 Grafik 4.1 Hasil Baseline-1 (A-1) Aspek Mengucap Konsonan Velar

sengau “Ng” dalam Kata……… 48 Grafik 4.2 Hasil Intervensi (B) Aspek Mengucap Konsonan

Velar sengau "Ng"……….. 50 Grafik 4.3 Hasil Baseline-2 Aspek Mengucap Konsonan Velar Sengau "Ng" 51

Grafik 4.4 Desain A1, B, A2……… 52

Grafik 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah Aspek Mengucap Huruf Konsonan Velar Sengau “Ng”,……….. 54 Grafik 4.6 Overlap Tahap Baseline 1 (A-1) ke Intervensi (B) pada

Subjek NR………...63 Grafik 4.7 Overlap Tahap Intervensi (B) ke Tahap Baseline 2 (A-2)

pada Subjek NR………. 64

Grafik 4.8 Perkembangan Mean Level setiap fase kemampuan Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng”……….66

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah pikiran, perasaan, yang diwujudkan melalui ucapan yang diucapkan alat ucap manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup berkelompok dan membentuk lingkungan pergaulan yang tentunya mereka tinggal di dalamnya, bekerja dan mencari kebutuhan hidup. Dari sinilah bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, oleh karena itu manusia dituntut untuk dapat menguasai bahasa yang nantinya akan dipergunakan dalam komunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Menurut Clark & Stewart (1986) dalam Edja Sadjaah ( 2003:71) bahasa diartikan sebagai suatu interaksi dinamis antara aspek kognisi, linguistic dan komunikasi.

Masalah utama ketunarunguan adalah adanya gangguan atau hambatan dalam kemampuan mendengar sehingga memiliki keterbatasan dalam kemampuan penguasaan bahasa. Masalah terbesar yang dihadapi anak tunarungu dimasyarakat adalah terhambatnya komunikasi dengan lingkungan. Hal ini disebabkan masyarakat kurang mengerti bahasa yang digunakan oleh anak tunarungu, maupun arti komunikasi itu sendiri untuk kepentingan anak tunarungu. Selain itu komunikasi yang diberikan baik oleh guru maupun orang lain sangat penting yang akan menjadikan suatu pembiasaan terhadap anak.

(14)

pergantian guru bahkan jarang masuk ke sekolah. Pembiasaan yang diberikan baik dari lingkungan sekolah maupun dari keluarga membawa pengaruh yang cukup besar terhadap anak. Bantuan serta kerjasama dari orang tua membawa pengaruh yang sangat besar terhadap anak. Bantuan serta kerjasama dari orangtua dalam melaksanakan perbaikan dan latihan bina wicara sangat diperlukan karena orang tua memiliki tanggung jawab untuk melatih anaknya berbahasa-bicara secara intensif sehingga keterampilan bicaranya dapat berkembang.

Salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya terletak pada kemampuannya, diantaranya kemampuan berbicara. Bicara merupakan kemampuan yang bersifat individual, artinya tidak ada dua orang yang bicaranya sama, apakah itu nadanya ataupun bentuk artikulasinya. Di dalam bicara terdapat aspek-aspek yang khas yang tidak terdapat pada cara pengungkap bahasa lainnya seperti pada tulisan ataupun isyarat. Aspek-aspek itu adalah suara, artikulasi dan intonasi. Sebagaimana

dijelaskan oleh Edja Sadja’ah, 2003 bahwa

(15)

Suhaeni, 2014

tunarungu perlu mendapat latihan berbahasa/bicara, karena latihan bicara merupakan inti guna melatih pembentukan bunyi bahasanya.

Anak tunarungu memiliki permasalahan dalam pernafasan, sehingga berdampak pada kemampuan berbahasa salah satunya dalam mengucap

konsonan velar sengau “Ng” dihasilkan dengan cara ujung lidah terletak

pada dasar mulut, rahang atas dan rahang bawah terbuka, celah suara terbuka sehingga terjadi getaran suara aliran udara melalui hidung tertutup oleh pangkal lidah. Apabila anak tunarungu dalam menghembuskan nafas melalui hidung mengalami permasalahan ada kemungkinan dalam

pengucapan konsonan velar sengau “Ng” ada permasalahan. Dengan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil ada kemungkinan terjadi perbaikan pada pengucapan konsonan velar sengau “Ng”. Latihan ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah aliran udara bunyi sengau dan untuk merangsang gerakan dari langit-langit lunak sebagai suatu prasyarat agar dapat meningkatkan bagian belakang velum dan dinding veringeal agar

berfungsi sehingga pengucapan huruf “Ng” dalam kata siswa tunarungu

menjadi jelas. Oleh sebab itu pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dalam meningkatkan kemampuan mengucap konsonan velar

sengau “Ng” dalam kata pada tunarungu, dengan tujuan untuk diketahui

lebih jelasnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi yang mempengaruhi kemampuan berbicara yang memiliki unsur konsonan velar

sengau “Ng” dalam kata pada anak tunarungu antara lain : 1. Kemampuan organ artikulasi

(16)

pendengarannya. Hal itu menyebabkan anak tunarungu diduga mempunyai kekakuan pada organ artikulasinya, sehingga bunyi yang dihasilkan berbeda satu sama lain, untuk membantu mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa, maka anak tunarungu perlu mendapat latihan berbahasa/bicara, karena latihan artikulasi merupakan inti guna melatih pembentukan bunyi bahasanya.

2. Kemampuan guru dalam mengajar:

Dalam pemberian pembelajaran pada anak tunarungu khususnya dalam pembelajaran artikulasi yaitu mengucapkan konsonan velar

sengau “Ng”, kemampuan guru dan gaya belajar guru sangat penting. Hal ini menjadi factor utama dalam menunjang tercapainya suatu pembelajaran. Guru harus memiliki kemampuan dan peranan yang mampu sebagai fasilitator bagi muridnya terutama dalam penggunaan media pembelajaran yaitu dalam pengucapan konsonan velar sengau

“Ng”

3. Metode pembelajaran yang digunakan:

Anak tunarungu memiliki gangguan atau hambatan dalam kemampuan mendengar sehingga memiliki keterbatasan dalam kemampuan penguasaan bahasa terutama dalam mengucapkan

konsonan velar sengau “Ng”. Dalam peningkatan kemampuan

mengucapkan konsonan velar sengau “Ng” guru harus lebih teliti

dalam memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga menjadi salah satu factor yang berpengaruh terhadap mengucapkan konsonan

velar sengau “Ng”.

4. Sarana Pembelajaran:

(17)

Suhaeni, 2014

cermin kecil dalam menunjang latihan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis memberikan batasan dalam penelitian ini. Agar tidak terlalu meluas pada masalah latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dalam

melatih kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” anak

tunarungu, difokuskan pada kemampuan mengucap konsonan velar sengau

“Ng” dalam kata.

D. Rumusan Masalah

Adapun pertanyaan penelitian dari rumusan masalah di atas adalah

Adakah Pengaruh Latihan Menghembuskan nafas melalui Hidung Pada Cermin Kecil Terhadap Kemampuan Bicara dalam Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng” dalam Kata Pada Anak Tunarungu?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk memperoleh gambaran mengenai bagaimana penggunaan

pengucapan konsonan velar sengau “Ng” pada anak tunarungu sebelum diberikan pembelajaran menggunakan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil.

(18)

c. Agar kemampuan bicara mengucap huruf Konsonan Velar Sengau

“Ng” dalam kata dapat teratasi melalui latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil.

2. Kegunaan Penelitian

(19)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah salah satu sekolah luar biasa yang berada di kabupaten Bandung yang terdapat anak tunarungu kelas VIII yang kurang mampu mengucap huruf konsonan velar sengau “Ng” dalam kata. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini yaitu SLB ABCD Asyifa Bandung.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seorang siswa tunarungu kelas VIII SMPLB yang memiliki keterbatasan dalam kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata. Dimana anak mengalami kesulitan dalam pengucapan huruf “Ng” dalam kata baik diawal kata, ditengah maupun diakhir kata. Adapun data anak sebagai berikut : Nama Siswa : NR

Kelas : VIII SMPLB B

Tempat Lahir : Bandung, 12-07-1991

Umur : 23 tahun

B. Desain Penelitian

Eksperimen merupakan suatu kegiatan percobaan yang dilakukan untuk meneliti suatu peristiwa atau gejala yang muncul terhadap suatu kondisi tertentu. Penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research

(SSR) yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

(20)

cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu dengan menggunakan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil terhadap permasalahan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu.

Penelitian ini menggunakan bentuk desain A, dengan desain A-B-A diharapkan akan memberikan petunjuk bahwa adanya hubungan sebab dan akibat antara variabel bebas (Latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil) dan variabel terikat (kemampuan mengucap konsonan “Ng”). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kemampuan menguap konsonan

velar sengau “Ng” anak tunarungu dengan menggunakan latihan

menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil.

(21)

A-1 (baseline 1) adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar). Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam kemampuan latihan menghembuskan nafas melaui hidung pada cermin kecil

dan kemampuan mengucap huruf konsonan “Ng” dalam kata sebelum diberi

perlakuan sebanyak empat sesi sampai trend dan level data cenderung stabil. Setiap harinya dilakukan satu kali sesi, dimana setiap sesi dilakukan satu hari dengan waktu selama 15 menit.

B (Intervensi) adalah data perlakuan atau intervensi, kondisi kemampuan subjek dalam melakukan latihan menghembuskan nafas melaui hidung pada cermin kecil selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberi perlakuan dengan diberi latihan cara mengucap huruf konsonan “Ng” dalam kata. Intervensi diberikan secara berulang-ulang. Intervensi diberikan sebanyak delapan sesi dengan waktu selama 30 menit.

A-2 (Baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek. Pelaksanaan baseline-2 sebanyak empat sesi dengan waktu 15 menit

C. Metode Penelitian

Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu” dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya. (Narbuko, C:2007:1)

(22)

peningkatan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu kelas VIII SMPLB.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian eksperimen, menurut Fathoni Abdurahman (2006:99) bahwa “Metode penelitian eksperimen adalah metode percobaan untuk mempelajari pengaruh dari variabel tertentu terhadap variabel yang lain melalui uji coba dalam kondisi khusus yang sengaja diciptakan”. Metode eksperimen dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil atau akibat dari suatu perlakuan dalam penerapan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dalam peningkatan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dalam bentuk Single Subject Research (SSR). Metode eksperimen dalam penelitian ini, bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil atau akibat dari suatu perlakuan yang diberikan terhadap subjek secara berulang-ulang. Sunanto (2005:41) mengemukakan bahwa:

“Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau target behavior dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar individu, kelompok tetapi perbandingan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda”.

Penggunaan metode eksperimen dengan rancangan single subjek research (SSR) pada penelitian ini, dipilih oleh peneliti dengan alasan metode ini cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu dengan menggunakan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil terhadap permasalahan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu.

(23)

Persiapan awal penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut:

1) Mengajukan pengangkatan dosen pembimbing.

2) Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada Rektor untuk selanjutnya mengajukan surat pengantar ke KESBANGPOL.

3) Permohonan ijin penelitian ke Dinas Pendidikan Jawa Barat untuk memperoleh surat rekomendasi untuk melaksanakan penelitian ke SLB ABCD Asyifa Bandung.

2. Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan penelitian latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dalam meningkatkan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” pad siswa tunarungu dengan desai A-B-A memiliki tiga tahapan sebagai berikut:

a. Baseline A-1

Pada tahap ini pengukuran kemampuan dilakukan selama empat sesi untuk memperoleh baseline sebagai pembanding. Dimana masing-masing sesi dilakukan dihari yang berbeda tanpa menggunakan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dengan durasi waktu 30 menit dengan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

1. Dilakukan senam pemanasan sebagai langkah awal latihan. 2. Kedua untuk mengukur kemampuan mengucap konsonan velar

sengau “Ng” dalam kata anak diberikan beberapa kata untuk diucapkan yang ada pada butir soal untuk melihat sejauhmana kemampuan anak dalam mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata.

3. Untuk mengukur kemampuan mengucap konsonan velar sengau

“Ng” dilakukan dengan menghitung presentase kata yang

(24)

Pada tes awal ini peneliti memberikan dengan melakukan tes lisan yang dilakukan dengan penulis menuliskan kata dikertas lalu anak membaca kata yang dituliskan.

b. Intervensi

Fase intervensi adalah kondisi kemampuan subjek dalam melakukan latihan menghembuskan nafas melaui hidung pada cermin kecil selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberi perlakuan dengan diberi latihan cara mengucap huruf konsonan “Ng”. Intervensi diberikan secara berulang-ulang. Intervensi

diberikan sebanyak delapan sesi. Siswa diberikan pengajaran tentang latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil yang berdasarkan pada rencana pembelajaran (RPP).

Tahap ini siswa diajarkan dan diarahkan untuk latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil secara mandiri, kemudian siswa membaca kata berawalan “Ng”, ditengah dan diakhir kata. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, evaluasi dilakukan dengan mengeteskan ke anak kata secara acak, kemudian dimasukkan ke dalam format data hasil intervensi.

c. Baseline A-2

Kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek. Pelaksanaan baseline-2 sebanyak empat sesi dengan menggunakan format tes dan prosedur pelaksanaan yang sama. Tahap baseline-2 ini dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk mengetahui sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh kepada siswa.

E. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

(25)

“Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk penelitian dengan subjek tunggal. Variabel merupakan suatu atribut atau ciri- ciri mengenai sesuatu diamati dalam penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati dan diukur.”

Menurut Sugiyono (2009 : 61) memberikan batasan “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu pengaruh latihan menghembuskan nafas dengan hidung pada cermin kecil sebagai variabel bebas dan kemampuan bicara mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata sebagai variabel terikat.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam hal ini pengaruh latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil merupakan variabel bebas.

b. Variabel Terikat

2. Definisi Oprasional Variabel

a. Latihan menghembuskan Nafas melalui hidung

(26)

latihan mulut atau saat menghasilkan suara saat berbicara”. Latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah aliran udara bunyi sengau dan untuk merangsang pergerakan dari langit-langit lunak sebagai satu prasyarat agar dapat meningkatkan bagian belakang velum dan dinding veringeal membuat kontak ada aliran udara yang keluar melalui hidung agar berfungsi sehingga pengucapan huruf “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu menjadi jelas.

Dalam penelitian ini latihan bina wicara yang diberikan berupa latihan :

a) Anak diberikan latihan senam mulut, rongga mulut, dan pernafasan.

b) Adakan percakapan kecil mengenai kejadian hangat hari itu, atau gambar ataupun apa saja yang dapat menjadikan diri anak rileks dan menemukan fonem-fonem yang akan dilatihkan, misalnya fonem “Ng” : ngobrol, bunga, datang kemudian tuliskanlah kata-kata tersebut pada sehelai kertas, lalu garis bawahi suku kata yang mengandung fonem “Ng”.

c) Ucapkanlah secara global “bunga” suruhlah anak menirukannya.

d) Amatilah ucapan anak.

e) Ajaklah anak latihan menghembuskan napas melalui hidung pada cermin kecil selama 5 menit.

Langkah-langkah: Tahap 1

a) Tempatkan satu cermin kecil dibawah hidung klien saat menggenggamnya / tertutup mulutnya, sebagaimana gambar di bawah ini.

(27)

b) Bicarakan tentang "kabut" itu aliran udara bunyi sengau telah buat pada permukaan dari cermin.

c) Kriteria untuk sukses: ulangi 5 kali sebelum melangkah maju ke langkah 2.

langkah 2

1. Tempatkan cermin kecil pada hidung klien. jangan menggenggamnya / tertutup mulutnya.

2. instruksikan kepada klien untuk "mengendus-endus" di luar untuk membuat "kabut" pada permukaan dari cermin lebih besar. 3. kriteria untuk sukses: ulangi 5 kali sebelum melanjutkan ke langkah 3.

langkah 3

1. Tempatkan satu objek ( sebuah kapas atau gembung) pada permukaan dari cermin yang menutup ke hidung anak seperti gambar di bawah.

2. Instruksikan kepada klien untuk "mengendus-endus" keluar untuk menggerakkan objek keluar tepi dari cermin.

kriteria untuk sukses: biarkan anak untuk "mengendus-endus" keluar sebanyak 5 objek hingga berhasil melewati ujung cermin.

b. Kemampuan Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng”

Variabel terikat dalam hal ini yaitu “kemampuan Bicara dalam

Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng”. Kemampuan bicara

(28)

dengan jelas sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. Kriteria penilaian dalam pengucapan konsonan velar sengau “Ng” dalam penelitian ini diukur dari ketepatan anak dalam pengucapan kata. Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang berisi butir soal mengenai aspek mengucapkan konsonan velar “Ng” diawal, ditengah dan diakhir kata. Teknik penilaiannya menggunakan persentase dimana skor mentah jumlah kata yang diucapkan dengan benar dibagi jumlah seluruh kata yang benar kemudian dikalikan 100%.

F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen

Instrument penelitian menurut suharsimi adalah”…alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan hasilnya menjadi lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematik sehingga mudah diolah.” (Suharsimi, 2006 :160) .

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes adalah “serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Suharsimi, 2006:150). Pada penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh latihan menghembuskan nafas melalui hidung melalui cermin kecil terhadap kemampuan huruf konsonan velar sengau “Ng” dalam kata. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberi tes lisan dan perbuatan pada kondisi baseline 1, intvensi dan baseline-2. Adapun langkah-langkah pembuatan tes sebagai berikut:

(29)
(30)

Tabel 3.1

KISI – KISI INSTRUMEN

TES LATIHAN MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng”

Pokok Bahasan : Pengenalan Huruf Konsonan Velar Sengau “ng” Jenjang Sekolah : SMPLB-B

Mata Pelajaran : B. Indonesia Alokasi Waktu : 30 menit

Kelas : VIII

Jumlah Soal : 30 Standar Kompetensi Membaca

3. menirukan kata dan kalimat sederhana Kompetensi Dasar

3.1 Membaca beberapa kata sederhana Pokok

Bahasan

Jumlah Soal

Ranah yang dicapai Indikator

(31)

Suhaeni, 2014

Indikator Jenis Tes Materi

Latihan

(32)

anak menirukannya. 3. Amatilah ucapan anak.

4. Ajaklah anak latihan menghembuskan napas melalui hidung pada cermin kecil selama 5 menit.

Langkah-langkahnya: Tahap 1

1. Tempatkan satu cermin kecil dibawah hidung klien saat menggenggamnya / tertutup mulutnya, sebagaimana gambar di bawah ini catatan: harap tidak mencoba latihan ini kecuali

jika klien mempercayai kamu

2. Bicarakan tentang "kabut" itu aliran udara bunyi sengau telah buat pada permukaan dari cermin

(33)

langkah 2

1. Tempatkan cermin kecil pada hidung klien. jangan menggenggamnya / tertutup mulutnya. 2. instruksikan kepada klien untuk

"mengendus-endus" di luar untuk membuat "kabut" pada permukaan dari cermin lebih besar.

3. kriteria untuk sukses: ulangi 5 kali sebelum melanjutkan ke langkah 3.

langkah 3

1. Tempatkan satu objek ( sebuah kapas atau gembung) pada permukaan dari cermin yang menutup ke hidung anak seperti gambar di bawah.

2. Instruksikan kepada klien untuk "mengendus-endus" keluar untuk menggerakkan objek keluar tepi dari cermin.

(34)
(35)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK Table 3.2

Kriteria Latihan Mengucap Konsonan Velar Sengau “Ng” dalam kata

Aspek yang

dinilai Indikator Jenis soal Butir soal

Kriteria Penilaian subjek diminta berlatih mengucapkan huruf “Ng” dengan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil. Kriteria penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian setiap kali anak mampu mengucapkan satu kata yang didalamnya terdapat huruf “Ng” dengan kriteria penilaian:

(36)

Nilai 2 = kurang jelas Nilai 3 = jelas

Kemudian dijumlahkan untuk mengetahui presentase jumlah kata yang diperoleh anak pada setiap sesinya.

Table 3.3

Instrumen Tes Mengucapkan Huruf Konsonan Velar Sengau “Ng” dalam Kata Pada AnakTunarungu

Aspek yang

dinilai Indikator Jenis soal Butir soal

(37)
(38)

b. Penyusunan Instrumen

Instrument tersebut berupa pembuatan butir soal yang disesuaikan dengan indicator. Instrument dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Anak diberikan latihan pemanasan terlebih dahulu dengan senam bibir, rahang dan latihan menghembuskan nafas melalui hidung melalui cermin kecil

b. Guru menuliskan kata di kertas lalu memberikan perintah agar anak membaca kata “Ng” diawal kata, ditengah dan diakhir.

Target behavior: Mengucap konsonan velar sengau “Ng” diawal, ditengah dan diakhir kata

a. Nilai maksimal : 90 b. Nilai Minimal : 30 c. Nilai Keseluruhan : 90 Bobot nilai per soal:

NO NILAI KETERANGAN

1 3 Jelas

2 2 Kurang jelas

3 1 Tidak jelas

Nilai Akhir:

G. Prosedur Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

(39)

Berdasarkan batasan di atas validitas dapat diartikan sejauhmana hasil pengukuran dapat diimplementasikan sebagai cerminan sasaran ukur yang berapa kemampuan, karakteristik, atau tingkah laku yang diukur melalui alat ukur yang tepat.

Uji validitas bertujuan untuk mencari kesesuaian antara alat pengukuran dengan tujuan pengukuran atau ada kesesuaian antara pengukur dengan apa yang akan diukur. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang mengecek kecocokan diantara butir-butir tes yang dibuat dengan indikator, materi dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Cara untuk mengetahui validitas isi digunakan pendapat dari para ahli (Judgment

Experts). Dalam hal ini setelah instrument dikontruksikan tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.

Perhitungan kecocokan terhadap validitas isi dilakukan dengan menghitung besarnya presentase pada pernyataan cocok, yaitu

“presentase kecocokan suatu butir dengan tujuan/indikator”

berdasarkan penilaian guru/dosen atau ahli. Melalui proses judgment kelayakan alat pengumpul data dapat digunakan sebagaimana mestinya. Adapun nama-nama ahli yang memberikan judgment adalah sebagai berikut:

Table 3.4

Daftar Pemberi Judgment

No Nama Jabatan

1 Endang Rusyani, M.Pd Kepala Lektor

2 Uji Sujiningsih, S.Pd Kepala Sekolah

3 Rusmiyati M.Pd Guru Kelas

(40)

F

= x 100% ∑f

Di mana :

F = frekuensi cocok menurut penilai ∑f = jumlah ahli

2. Uji Realibilitas Instrumen

Suatu instrument penelitian akan semakin dikatakan layak untuk digunakan di lapangan sebagai instrument yang baik, setelah diuji validitas oleh penilai ahli maka langkah selanjutnya adalah menguji realibilitas instrument tersebut. Hal ini beryujuan agar keampuhan instrument yang akan digunakan dapat teruji dan terpecaya. Arikunto (2006:178) menyatakan realibilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

(41)

skor butir. Penggunaan variansi ini sama dengan perhitungan koefisien realibilitas keseluruhan perangkat ukur yang menggunakan variansi

skor murni ganjil dan genap dengan variansi skor responden, yaitu:

Keterangan:

R11 = realibilitas instrumen K = banyaknya soal ∑σ2b = jumlah varians butir σ2t = varians total

Uji realibilitas instrument ini peneliti lakukan pada tujuh orang siswa tunarungu di SLB BC BINA WIDYA dan dilakukan hanya satu kali pengetesan, kemudian hasilnya langsung dihitung. Adapun hasil uji coba pada instrument mengucapkan “Ng” dalam kata mendapatkan hasil hitungan sebesar 0,99. Setelah dihitung secara keseluruhan dengan rumus alpha cronbach yang melibatkan pula dihitungnya varians per butir soal dan selanjutnya dihitung varians totalnya. Hitungan lebih jelasnya dapat dilihat dilampiran.

Hasil uji realibilitas pada masing-masing instrument tersebut, keduanya memiliki kenyataan criteria penafsiran skor tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Arikunto (2006:276) bahwasannya criteria penafsiran dari skor hasil uji realibilitas sebagai berikut:

a. Antara 0,800 – 1,00 = sangat tinggi b. Antara 0,600 – 0,799 = tinggi c. Antara 0,400 – 0,599 = cukup d. Antara 0,200 – 0,399 = rendah e. Antara 0,000 – 0,199 = sangat rendah

(42)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara pemberian tes. “Tes yaitu alat atau instrument yang digunakan untuk mengukur kemampuan, kecakapan individu pada aspek tertentu baik yang tampak maupun yang tidak nampak dan hasilnya berupa angka atau skor” Susetyo (2011:3).

Melalui tes yang diberikan dalam penelitian ini akan diketahui kemampuan mengucapkan konsonan “Ng” pada subjek peneliatian. Tes yang akan diberikan sebanyak data pada fase kondisi baseline-1, intervensi dan baseline-2. Tes pada baseline-1 untuk mengetahui kondisi awal kemampuan mengucap konsonan “Ng” sebelum diberikan intervesi (B) . Tes diberikan pada kondisi intervensi untuk mengetahui ketercapailan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin selama mendapatkan perlakuan, dan tes diberikan juga pada kondisi baseline-2 yang bertujuan untuk melihat apakah intervensi yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap kemampuan mengucap konsonan “Ng” pada anak tunarungu di kelas VIII.

I. Teknik Pengolahan Data

(43)

Untuk mengolah data dan menganalisa data pada penelitian ini yaitu menggunakan statistik deskriptif. “Statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang membahas cara pengumpulan dan penyajian data, sehingga mudah untuk dipahami dan memberikan informasi yang berguna. Statistik ini hanya berfungsi menguraikan dan menerangkan keadaan, persoalan tanpa menarik kesimpulan terhadap data yang lebih luas atau populasi” (Susetyo, 2010:4). Penyajian data penelitian ini dalam bentuk tabel dan grafik garis.

Bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Fungsi dari grafik garis ini adalah untuk memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen. Menurut Sunanto (2006:30) komponen-komponen yang harus dipenuhi untuk membuat grafik antara lain:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu.

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran. 3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y

sebagai titik awal skala.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran.

5. Label Kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

J. Analisis Data

(44)

1. Analisis Dalam Kondisi

Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi.adapun yang meliputi komponen analisis dalam kondisi yaitu:

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya dala dalam kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut. Banyaknya data dalam baseline tidak ada ketentuan yang pasti data dalm kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas. b. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu metode tangan bebas dan metode belah tengah. Metode tangan bebas, yaitu membuat garis secara langsung pada suatu kondisi sedemikian rupa sehingga membelah data sama banyak yang terletak diatas dan dibawah garis tersebut. Sementara metode belah tengah adalah membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c. Tingkat Stabilitas

(45)

dibulatkan 15% dari mean tersebut adalah 7, sehingga menurut ketentuan di atas rentang stabilitas yang dapat kita pakai adalah 7-14. Dengan demikian terdapat 3 data dari 5 yaitu 60% berada dalam rentang tersebut. Artinya data tersebut dapat dianggap stabil.

d. Tingkat Perubahan (Level Change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun data antar kondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir, sementara tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama dengan data pada kondisi berikutnya.

e. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalm suatu kondisi. Perubahan satu data kedata berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun dan mendatar. Jika serentetan data dalam sutu kondisi kita telusuri jejak datanya dari yang pertama hingga yang terakhir secara umum rentetan data tersebut dapat disimpulkan menaik, mendatar atau menurun. Kesimpulan mengenai hal ini sama dengan yang ditunjukkan oleh analisis pada kecenderungan arah.

f. Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan (level change).

(46)

a. Variabel Yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukkan makna perubahan prilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Secara garis besar perubahan kecenderungan arah grafik antar kondisi ini kemungkinannya adalah (a) mendatar ke mendatar, (b) mendatar ke menaik, (c) mendatar ke menurun, (d) menaik ke menaik, (e) menaik ke mendatar, (f) menaik ke menurun, (g) menurun ke menaik, (h) menurun ke mendatar, (i) menurun ke menurun. Adapun makna efeknya sangat tergantung pada tujuan intervensinya. c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukkan arah (mendatar, menaik atau menurun) secara konsisten. Dalam analisis antar kondisi, kestabilan data memegang peranan penting. Jika data pada kondisi baseline tidak stabil berarti jika data itu menaik atau menurun, namun belum dapat diyakini kenaikan atau penurunannya. Kondisi baseline yang seperti ini tidak memungkinkan peneliti melanjutkan memberikan intervensi. Untuk memulai menganalisis perubahan antarkondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisis.

(47)

Perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah. Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu tingkat (level) perubahan data antar kondisi ditunjukkan selisih antara data terakhir pada kondisi

baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini

menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan prilaku akibat sebagai pengaruh dari intervensi.

e. Data Yang Tumpang Tindih (Overlap)

Data overlap menunjukkan data yang tumpang tindih. Artinya data yang sama pada kedua kondisi tersebut. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi. Misalnya, jika data pada suatu kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi

intervensi. Hal ini memberikan isyarat bahwa pengaruh intervensi

terhadap perubahan prilaku tidak dapat diyakinkan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut antara lain:

a) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 1

b) Menskor hasil penilaian pada kondisi treatment/intervensi c) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 2

d) Membuat table penilaian untuk skor skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, intervensi, baseline-2.

e) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, intervensi, baseline-2.

(48)
(49)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dapat meningkatkan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu kelas VIII SMPLB Asyifa Bandung yaitu NR. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan perbandingan sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil. Dengan demikian rumusan masalah di atas terjawab bahwa dengan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dapat meningkatkan kemampuan bicara dalam mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada subjek (NR).

B. Implikasi

Berdasarkan analisis data yang diperoleh melalui latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil dapat meningkatkan kemampuan mengucap konsonan velar sengau “Ng” dalam kata pada siswa tunarungu. Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mengimplikasikan sebagai berikut:

1. Bagi para Pendidik/Guru

(50)

khususnya dalam mengenal konsonan velar sengau “Ng” maupun pembelajaran yang lain untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa sesuai kemampuannya.

2. Lembaga Terkait

Diharapkan dapat memberikan dukungan dan bimbingan dari pihak-pihak terkait dan berkompeten agar memfasilitasi program pengembangan dalam meningkatkan kemampuan mengucap konsosnan velar sengau “Ng” dalam kata yang dimiliki oleh anak tunarungu. Pengembangan peningkatan kemampuan mengucap konsosnan velar sengau “Ng” dalam kata tersebut dengan mencoba menerapkan latihan menghembuskan nafas melalui hidung pada cermin kecil.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(51)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Achmadi. (2007). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta

Bunawan L . (2008). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Santi Rama. Delphie, B. (2006) Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting

Pendidikan Inklusi) Bandung : PT Refika Aditama.

Fathoni, A. (2006). Metode Penelitian, Jakarta:PT RINEKA CIPTA.

Sunanto, J. (2005), Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Universitas Tsukuba: Criced

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online tersedia dalam http://niko-arifqi.blogspot.com

(5 Januari 2014).

Narbuko, C. (2007), Metode Penelitian, Jakarta:Bumi Aksara .

Nakata, (2005), Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Introduction to Special

Education). Universitas Tsukuba: Criced

Rahardja, D. (2005), Pengantar Pendidikan Luar Biasa (Introduction to Special

Education). Universitas Tsukuba: Criced

Rosenfeld, S. (2001), Oral-Motor Exercises For Speech Clarity. United States of

America: Talk Tools ITI.

Sadja’ah, E. (2002), Layanan dan latihan Artikulasi Bagi Anak Tunarungu Bandung:

San Grafika.

Sadja’ah, E. (2003).Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung: San Grafika.

Sadja’ah, E. (2005).Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran dalam

Keluarga. Bandung: San Grafika.

(52)

Suhaeni, 2014

Sunanto, J. (2005), Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Universitas Tsukuba: Criced

Sugiyono, (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susetyo, B. (2010). Statistika Untuk Analisis data Penelitian. Bandung : PT Refika Aditama.

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung : CV Cakra.

(53)

NAMA :

KELAS :

HARI/TANGGAL :

a. Konsonan “Ng” diawal

b. Konsonan “Ng” ditengah

No Kata Skor Catatan

1 2 3

1. Ngobrol 2. Ngarai 3. Ngeden 4. Ngantuk 5. Ngucap 6. Ngotot 7. Ngaben 8. Ngikat 9. Ngebut 10. Ngiler

JUMLAH

No Kata Skor Catatan

1 2 3

(54)

c. Konsonan “Ng” diakhir 7. Dingin 8. Bangku 9. Bangkai 10. Mangkuk

JUMLAH

No Kata Skor Catatan

1 2 3

1. Hutang 2. Burung 3. Karung 4. Kerang 5. Batang 6. Pisang 7. Kacang 8. Pedang 9. Sarung 10. Musang

(55)

Suhaeni, 2014

PENGARUH LATIHAN MENGHEMBUSKAN NAFAS MELALUI HIDUNG PADA CERMIN KECIL UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA DALAM MENGUCAP KONSONAN VELAR SENGAU “Ng” DALAM

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Suhaeni yang lahir di Bandung pada tanggal 22 Juni 1985 dari pasangan Bapak Hamdani dan Ibu Ukaesih Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Penulis beralamat lengkap di Jl.Ligar Taman No.07 Rt 03/Rw 05 Kabupaten Bandung Kode POS 40191. Telp. 08996991558.

Gambar

Grafik 3.1 Desain A-B-A
Tabel 3.1
Table 3.2
Instrumen Tes Mengucapkan Huruf Konsonan Velar Sengau Table 3.3 “Ng” dalam
+2

Referensi

Dokumen terkait

pelajaran matematika progam IPA SMAN 1 Gedangan. Menganalisis objek penelitian secara kualitatif. Teknik yang digunakan adalah teknik panel. Prosedur teknik panel

Kemudian pemilihan obyek penelitian yaitu implementasi decision tree pada hasil seleksi PPDB di Kota Surakarta dengan pertimbangan jumlah data yang ada banyak

hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup NOC :  Cardiac Pump effectiveness  Circulation Status  Vital Sign Status Kriteria Hasil: o Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan

Dengan demikian, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengidentifikasi kegagalan usaha dari perajin tahu yang berasal dari Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara

Esimerkiksi väittämään konsultaatiohoitajatoiminta tukee kokonaisvaltaisesti potilaan toipumista 75 % alle 5 vuotta ja 89 % yli 5 vuotta työkokemusta omaavista vastaajista valitsi

Berdasarkan kegiatan Kerja Praktik yang telah penulis lakukan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Baiturrahman tentang pelayanan tabungan jemput bola, penulis dapat

Dalam kisah Sunan Kalijaga menampilkan tiga potongan kisah terpilih yang menceritakan mengenai media dakwah Sunan Kalijaga dalam bidang seni dan budaya seperti gamelan, wayang,

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan