Engkos, 2013
PENGARUH PENGGUNAAN SIMULATOR SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
KOMPETENSI SISTEM STARTER
(Studi Kasus Pada Peserta Didik SMK Vijaya Kusuma Kelas XI TKR 2)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Oleh
ENGKOS E.0551.0606171
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Engkos, 2013
PENGARUH PENGGUNAAN SIMULATOR SEBAGAI MEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA
KOMPETENSI SISTEM STARTER
(Studi Kasus Pada Peserta Didik SMK Vijaya Kusuma Kelas XI TKR 2)
Oleh Engkos
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
© Engkos 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Engkos, 2013
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Simulator Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kompetensi Dasar Sistem Starter (Studi Kasus Dilakukan Pada Peserta Didik SMK Vijaya Kusuma Kelas XI TKR 2)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juli 2013 Yang membuat pernyataan,
Engkos, 2013
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ENGKOS E.0551.0606171
PENGARUH PENGGUNAAN SIMULATOR SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KOMPETENSI SISTEM
STARTER
(Studi Kasus pada Peserta Didik SMK Vijaya Kusuma Kelas XI TKR 2)
DISETUJUI dan DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Drs. H. Dedi Supriawan, ST., MM.Pd NIP. 19540322 198002 1 002
Pembimbing II
Drs. Tatang Permana, M.Pd NIP. 19651110 199203 1 007
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI
Engkos, 2013
ABSTRAK
Engkos E.0551.0606171. (2013). “Pengaruh Penggunaan Simulator Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kompetensi Dasar Sistem Starter (Studi Kasus Dilakukan Pada Peserta Didik SMK Vijaya Kusuma Kelas XI TKR 2)”. JPTM FPTK UPI Bandung
Penelitian ini bertujuan mengetahui hasil peningkatan tentang aktivitas dan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media simulator. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus pada kelas XI TKR 2 SMK Vijaya Kusuma Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pada kompetensi dasar identifikasi komponen sistem starter. Responden adalah peserta didik kelas XI TKR 2 SMK Vijaya Kusuma Bandung sebanyak 25 orang peserta didik dengan jumlah sampel seluruhnya. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan aktivitas belajar peserta didik tergolong meningkat setelah dilakukan pembelajaran pengunaan media simulator, aktivitas belajar pada umumnya meningkat dari sedang ke tinggi. Hasil belajar peserta didik di lihat dari rata-rata setiap siklus, pada siklus I 20% tuntas meningkat menjadi 64% tuntas, pada siklus II 84% tuntas meningkat menjadi seluruhnya 100% tuntas. Aktivitas peserta didik di lihat dari setiap siklusnya meningkat dengan rata-rata pada sikus I 57,57% (sedang), terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 69,14% (tinggi). Aktivitas guru di lihat dari setiap siklusnya meningkat dengan rata-rata pada sikus I 54,2% (sedang), terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 76,4% (sangat tinggi). Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media simulator pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dan guru serta hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar identifikasi komponen sistem starter di kelas XI TKR 2 SMK Vijaya Kusuma Bandung.
Engkos, 2013
ABSTRACT
Engkos E.0551.0606171. (2013). "Media Influence Simulator For Learning To Improve Learning Outcomes Activities and Competencies of Students In Stater System (A Case Study of Students in vocational Do In Class XI Vijaya Kusuma TKR2)”
This study aims to determine the result of increased activity and learning outcomes of students using the simulator media. This research was carried out by using the method of action research (PTK) by two cycles of 2 vocational classes XI TKR Bandung Vijaya Kusuma School Year 2012/2013 on the basis of competency identification system components stater. Respondents are eleventh grade students of SMK Vijaya TKR 2 Kusuma Bandung learners as many as 25 people with a total sample. The results obtained demonstrate the learning activities of students classified as learning increased after the use of media simulator, learning activity generally increased from moderate to high. Learning outcomes of students in view of the average of each cycle, the first cycle increased to 20% completed 64% completed, the second cycle increased to 84% completed 100% completed entirely. Learners activities in view of each cycle was increased by an average of at sikus I 57.57% (moderate), an increase in cycle II to 69.14% (high). Activities of teachers in view of each cycle was increased by an average of 54.2% in the first sikus (medium), there was an increase in the second cycle to 76.4% (very high). Based on data analysis results obtained in the field, it can be concluded that the use of the simulator instructional media can increase the activity of students and teachers as well as learners' learning outcomes in basic competency identification system components stater in class XI SMK Vijaya KusumaTKR2Bandung.
Engkos, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Perumusan Masalah ... 6
D. Pembatasan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 7
G. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Proses Belajar Mengajar ... 10
1. Pengertian Belajar ... 10
2. Pengertian Mengajar ... 11
3. Proses Belajar Mengajar ... 12
B. Aktivitas Belajar ... 13
1. Aktivitas peserta didik ... 14
2. Prinsip aktivitas belajar ... 15
3. Jenis-jenis aktivitas belajar ... 15
C. Hasil Belajar ... 17
Engkos, 2013
2. Klasifikasi hasil belajar ... 17
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 24
D. Metode Mengajar ... 25
1. Pengertian Metode ... 25
2. Metode Simulasi ... 26
E. Media pembelajaran ... 30
1. Pengertian Media pembelajaran ... 30
2. Pengelompokan media ... 31
3. Mock up sebagai alat bantu pembelajaran ... 33
4. Simulator kelistrikan sistem starter ... 35
F. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Sistem Starter ... 38
G. Anggapan Dasar ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Metode yang digunakan ... 40
B. Penelitian Tindakan kelas (PTK) ... 41
1. Pengertian PTK ... 41
2. Jenis dan model PTK) ... 42
3. Pelaksanaan PTK ... 43
C. Prosedur Penelitian ... 44
1. Siklus Pertama ... 46
2. Siklus kedua ... 49
D. Objek Penelitian ... 49
E. Instrumen Penelitian ... 49
F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 50
1. Uji Validitas ... 51
2. Uji Realibilitas ... 52
3. Taraf Kesukaran ... 53
4. Daya Pembeda ... 53
G. Teknik pengelolahan dan analisis data ... 54
1. Data hasil tes ... 54
2. Data hasil observasi ... 55
Engkos, 2013
A. HASIL PENELITIAN ... 57
1. Deskripsi Data Ujicoba ... 57
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 60
3. Analisis Data ... 61
a. Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus I ... 61
b. Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus II ... 70
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77
1. Penigkatan Hasil Belajar Pada Peserta Didik XI TKR 2 di SMK Vijaya Kusuma Bandung ... 77
2. Peningkatan aktivitas belajar Peserta Didik XI TKR 2 di SMK Vijaya Kusuma Bandung ... 80
3. Peningkatan aktivitas guru di kelas XI TKR 2 di SMK Vijaya Kusuma Bandung ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 87
Engkos, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah dasar bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan pembinaan yang pada hakekatnya merupakan usaha dalam proses pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan rohani. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Upaya mengembangkan potensi peserta didik, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peran dalam mempersiapkan peserta didik yang potensial sesuai dengan bidangnya dan dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di industri atau menciptakan lapangan pekerjaan secara profesional dan kompetitif. Ditegaskan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan menengah kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu bekerja pada bidang tertentu.
Hal ini sesuai dengan tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK Edisi Tahun 2008 yaitu:
(1) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian pilihannya.
Engkos, 2013
(3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai di atas, maka struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK terdiri atas 3 kelompok mata pelajaran yaitu kelompok mata pelajaran normatif, adaptif dan produktif.
Permasalah yang penulis temukan setelah melakukan observasi awal, sampai saat ini metode pembelajaran yang berlangsung di SMK Vijaya Kusuma pada mata pelajaran sistem starter yang lebih bersifat praktis masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Metode tersebut dirasa kurang tepat apabila digunakan pada mata pelajaran sistem starter. Metode pembelajaran tersebut umumnya hanya dilaksanakan dalam bentuk satu arah dan bersifat verbalisme sehingga peserta didik kurang memahaminya.
Cara mengajar di atas dapat mengabaikan minat anak, kurang menarik,
kurang menyenangkan, dan segera membosankan karena diperolehnya tidak melalui pengalaman yang konkret melainkan berdasarkan apa yang diberikan oleh
guru. Guru lebih banyak berceramah dihadapan peserta didik, sementara peserta didik mendengarkan. Tuntutan kompetensi pada mata pelajaran produktif berorientasi pada outcome, yakni kebutuhan kemampuan yang relevan di dunia kerja (industri) sesuai dengan tujuan utama yang ingin dicapai oleh KTSP yang telah diuraikan di atas.
Engkos, 2013
3
Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran kelistrikan dengan standar kompetensi melakukan perbaikan sistem starter masih tergolong rendah. Hasil belajar peserta didik yang rendah disebabkan oleh berbagai faktor, ketika dilakukan pengamatan sebab dominan adalah pengunaan metode ceramah yang dipakai oleh guru dalam pembelajaran, dan media pembelajaran yang diterapkan media visual (papan tulis, kapur, dan buku). Metode ceramah yang selama ini dilakukan oleh guru membuat suasana belajar cenderung membosankan, dan menurunkan aktivitas peserta didik untuk belajar, sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik itu sendiri. Banyak diantaranya yang keluar-masuk kelas tanpa alasan yang jelas, berbuat jahil ke teman, membuat diskusi diluar materi yang diajarkan, dan hanya beberapa peserta didik yang tetap serius memperhatikan materi yang diajarkan oleh guru. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa peserta didik cenderung asyik melakukan kegiatan mereka sendiri, ketika mereka merasa bosan dan jenuh dalam kegiatan belajar
mengajar. aktivitas tersebut diakibatkan kurang menariknya penyampaian materi oleh guru. Peryataan di atas menunjukan pengunaan metode pembelajaran
ceramah yang terlalu lama dan pengunaan media (gambar) yang tidak menarik dapat menyebabkan suasana belajar menjadi membosankan. Secara tidak langsung baik disadari maupun tidak, hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik.
Engkos, 2013
pengamatan peneliti dilapangan terjadi permasalahan pada proses pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1. Kurang aktifnya peserta didik untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan. 2. Peserta didik jarang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
3. Peserta didik yang mempunyai nilai kurang dari standar, malas untuk melakukan perbaikan.
4. Sedikitnya peserta didik ketika praktek yang aktif berdiskusi dan menyelesaikan masalah bersama.
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum mampu mendorong peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, fenomena tersebut juga menggambarkan bahwa aktivitas peserta didik dalam belajar masih rendah. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran adalah peserta didik dapat menguasai materi yang diberikan secara optimal, peserta didik dalam menguasai materi tidak hanya tergantung pada kecerdasaan tetapi ada hal lain
yang perlu diperhatikan diantaranya motivasi. Motivasi peserta didik yang tinggi untuk belajar akan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan dapat
menumbuhkan interaksi yang positif baik antara peserta didik dengan guru ataupun antar peserta didik itu sendiri. Meningkatnya interaksi positif ini akan menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Engkos, 2013
5
Tabel 1.1.
Hasil Belajar Peserta Didik Kompetensi sistem starter
Nilai Kategori
Kompetensi Sistem starter
Frekuensi Persentase (%)
90 HB 100
Kompeten
Amat Baik 0 0
80 HB < 90 Baik 5 16,66
70 HB < 80 Cukup 9 30
0 HB < 70 Belum Kompeten 16 53,33
Jumlah 30 100%
Sumber: Daftar nilai Kompetensi sistem starter kelas XI Tahun 2011/2012
Data nilai pada tabel di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas XI TKR 2 SMK Vijaya Kusuma Bandung tahun ajaran 2011/2012 pada kompetensi sistem starter tergolong masih rendah. Jumlah peserta didik yang dapat dinyatakan kompeten dengan kategori baik sebanyak 5 orang (16.66%), jumlah peserta didik yang kompeten dengan kategori cukup sebanyak 9 orang (30%), dan jumlah peserta didik yang dinyatakan belum kompeten sebanyak 16 orang (53,33%).
Keadaan di atas bertentangan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Edisi 2008 yang mengharuskan proses pembelajaran itu lebih menekankan partisipasi aktif dari seluruh peserta didik dan guru hanya sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.
Upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar peserta didik pada kompetensi sistem starter adalah dengan menerapkan metode pembelajaran
Engkos, 2013
data yang benar. Pengunaan simulator sebagai media pembelajaran merupakan media penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.
Media pembelajaran dengan menggunakan simulator diperlukan pada materi yang memerlukan peragaan, simulasi, atau percobaan. Pembelajaran ini berhubungan dengan keterampilan proses (psikomotor) yang diperagakan agar pembelajaran bermakna lebih mendalam dan diharapkan dapat menghindarkan bahaya verbalisme.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan metode pembelajaran menggunakan simulator untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik ke dalam judul “Pengaruh
penggunaan simulator sebagai media pembelajaran untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Kompetensi Dasar Sistem Starter (Studi kasus dilakukan pada peserta didik Smk Vijaya Kusuma kelas XI TKR 2”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan-permasalahan yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Masih rendahnya hasil belajar peserta didik pada kompetensi sistem starter, karena aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran tersebut masih kurang.
2. Pembelajaran menggunakan metode ceramah masih kurang efektif sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik.
3. Media pembelajaran dibutuhkan di kelas agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif.
Engkos, 2013
7
Mengacu pada permasalahan yang nyata dirasakan dan dialami baik peserta didik maupun guru, maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah penggunaan simulator sebagai media pembelajaran, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas XI SMK Vijaya Kusuma Bandung pada kompetensi sistem starter?”
D. Pembatasan Masalah
Merujuk pada identifikasi masalah, maka penulis membatasi pengkajian permasalahan sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran Produktif kelas XI TKR 2 pada Standar Kompetensi Melakukan Perbaikan Sistem Starter di SMK Vijaya Kusuma Bandung tahun ajaran 2012/2013.
2. Penggunaan media simulator dalam kegiatan belajar mengajar pada Standar Kompetensi Melakukan Perbaikan Sistem Starter.
3. Hasil belajar peserta didik diukur dari aspek kognitif tingkat memahami, pada standar kompetensi melakukan perbaikan sistem starter sebelum dan sesudah mengunakan simulator kelistrikan.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas XI SMK Vijaya Kusuma Bandung pada kompetensi sistem starter dengan penggunaan simulator sebagai media pembelajaran. Berdasarkan tujuan umum tersebut, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar peserta didik pada kompetensi sistem starter dengan penggunaan simulator sebagai media pembelajaran.
Engkos, 2013
3. Meningkatkan aktivitas guru saat melakukan pembelajaran pada kompetensi sistem starter dengan penggunaan simulator sebagai media pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan-kalangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan yaitu:
1. Bagi Peserta didik
a. Memberikan pengalaman terlibat secara langsung untuk merangsang peserta didik belajar aktif dalam pembelajaran menggunakan media simulator.
b. Mengembangkan aspek struktur kognitif dan psikomotor peserta didik agar pembelajaran bermakna lebih mendalam.
2. Bagi Guru
a. Memberikan informasi serta gambaran tentang pembelajaran menggunakan media simulator.
b. Memberikan suatu alternatif dalam membantu peserta didik belajar secara aktif melalui pembelajaran menggunakan media simulator.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian lebih lanjut mengenai analisis miskonsepsi peserta didik melalui pembelajaran penggunaan media simulator.
b. Sebagai acuan untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan media simulator dengan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada kompetensi yang berbeda.
G. Struktur Organisasi
Engkos, 2013
9
Bab I Pendahuluan, bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi.
BAB II Landasan Teoritis, bab ini membahas mengenai teori-teori model pembelajaran, aktivitas pembelajaran, teori-teori mengenai media pembelajaran menggunakan simulator dan teori-teori mengenai hasil belajar..
BAB III Bab ini membahas metode yang digunakan dalam penelitian yang
meliputi metode penelitian, prosedur penelitian, kerangka pemecahan masalah
penelitian tindakan kelas, teknik pengumpulan data.
BAB IV Hasil Penelitian, bab ini berisikan mengenai deskripsi data, analisis data pembahasan hasil penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran, bab ini mengemukakan kesimpulan dan saran-saran yang diberikan kepada pihak-pihak yang terkait, dan merupakan akhir
Engkos, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode yang digunakan
Penelitian ini dimagsudkan untuk memecahkan masalah pada proses pembelajaran, dengan aplikasi simulator kelistrikan sistem starter pada kompetensi dasar mengidentifikasi komponen sistem starter terhadap peserta didik SMK, merupakan salah satu solusi seperti yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan. Bertujuan mendeskripsikan keadaan dari keseluruhan proses yang terjadi dalam aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan Hasil belajar peserta didik. Maka, metode penelitian yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research.
Penelitian ini, dilaksanakan dengan metode PTK yang berusaha mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pengajaran di kelas melalui perbaikan dan
perubahan. Menurut Rapoport (Kunandar, 2008: 6) mengemukakan bahwa: Penelitian tindakan kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.
41
Engkos, 2013
Kunandar (2008: 71) mengungkapkan bahwa, “Rencana PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awal yang reflektif”. Berdasarkan pendapat di atas, bahwa pelaksanaan PTK harus diawali dengan mengumpulkan informasi baik itu melalui observasi awal, wawancara, maupun studi literatur untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan dan selanjutnya dibuat sebuah refleksi awal. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan melakukan refleksi.
B.Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Pengertian PTK
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
meningkatkan atau memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks
pembelajaran dikelas. PTK merupakan bagian dari penelitian tindakan (Action
Risearch), dan penelitian tindakan ini bagian dari penelitian pada umunya.
Menurut Kurt Lewins (Kunandar, 2008: 42) penelitian tindakkan adalah „suatu
rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap yakni perencanaan, tindakkan,
pengamatan dan refleksi‟. Elliott (Kunandar, 2008: 42) penelitian tindakan adalah
„kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tidakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut‟. Hopkins (Kunandar, 2008: 42) penelitian
tindakan adalah „kajian sistemik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan
tersebut‟.
Terdapat tiga prinsip kesimpulan dari pengertian di atas, yakni :
a) Adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan.
b) Adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas aktivitas suatu program atau
kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut.
c) Adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas dan aktivitas
Engkos, 2013
Prinsip di atas menunjukan penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan
sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai penelitian dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif. Bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan aktivitas proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakkan
(treatment) tertentu dalam suatu siklus.
2. Jenis dan Model PTK
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK Diagnostik, (2) PTK Partisisipan, (3) PTK Empiris, dan (4) PTK Eksperimental Chein (Sunaendar,2008: online). Dalam penelitian ini penulis memakai jenis PTK Partisipan, karena penulis terlibat langsung dalam proses penelitian. Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian
berupa laporan. Sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu
menganalisa data, serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitian. Hanya saja disini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt (Sunaendar, 2008:
online). Model penelitian yang dipilih oleh penulis adalah model Model Kemmis
43
Engkos, 2013
implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan, maksudnya kedua kegiatan tersebut haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi dilaksanakan.
Gambar 3.1. Model Kemmis dan Mc Taggart (Sumber: Arikunto, 2010: 132)
3. Pelaksanaan PTK
PTK dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru
dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan
dengan proses dan aktivitas belajar peserta didik yang tidak sesuai dengan
harapan guru yang berkaitan perilaku mengajar guru atau perilaku belajar peserta
didik. Langkah menemukan masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan
merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan
perbaikkan, mengamati,melakukan dan refleksi.
Langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, melakukan tindakan,
mengamati dan refleksi yang merupakan satu siklus dalam PTK. Siklus selalu
berulang. Setelah satu siklus selesai, guru akan menemukan masalah baru atau
masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan
langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Berdasarkan hasil tindakan atau
Engkos, 2013
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. PTK
dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat
tahapan kegiatannya yang utama yaitu perencanaan, tindak pengamatan dan
refleksi siklus dapat di jelaskan pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ( Sumber: Arikunto, 2010: 137)
C.Prosedur Penelitian
?
Perencanaann
Pengamatan
SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi
Perencanaan
Pengamatan
SIKLUS I Pelaksanaan
45
Engkos, 2013
Pelaksanaan studi awal (Pra Survey) bertujuan untuk memperoleh informasi tentang permasalahan yang dihadapi guru dan peserta didik di kelas. Dilakukan dengan mengenali secara langsung proses pembelajaran di dalam kelas, dan diskusi intensif dengan pihak sekolah. Kemudian hasilnya didiskusikan bersama guru produktif dan pembimbing sebagai upaya perbaikan selanjutnya.
Engkos, 2013
Alur pelaksanaan rencana penelitian ini dijelaskan dalam gambar 3.3. Menurut alur penelitian pada gambar 3.3, Ide awal dalam PTK ialah terdapat suatu permasalahan yang berlangsung di dalam suatu kelas, sehingga ada suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mencari suatu solusi atau mengatasi masalah tersebut, karena dirasakan mengganggu dan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan. Identifikasi masalah yang ada, dapat dilakukan diagnosis kemungkinan penyebab permasalahan sehingga ada gambaran untuk melakukan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikannya. Alternatif tindakan yang dinilai terbaik, kita buat rencana tindakannya dan akhirnya kita lakukan tindakan, dalam PTK proses merupakan hal terpenting ketika melakukan tindakan, maka pelaksanaan tindakan ini senantiasa diobservasi oleh guru mitra. Hasil tindakan ini, akhirnya akan dinilai dan direfleksi dengan mengacu pada kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah dianalisis dan direfleksi, hasilnya bila dikategorikan telah menyelesaikan
masalah, maka penelitian dicukupkan sampai siklus I, namun bila belum memenuhi kategori menyelesaikan masalah, maka dibuat perencanaan untuk
siklus selanjutnya.
PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif, dengan beberapa kali tindakkan perbaikan sehingga masalah dapat terselesaikan. Penelitian ini dibatasi dalam dua siklus. Penelitian tindakkan kelas ini dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
a. Tahap Perencanaan (Planning)
47
Engkos, 2013
Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang matang, oleh karena itu pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu:
a. Menetapkan jumlah siklus, materi pada setiap siklus adalah standar kompetensi melakukan perbaikan sistem starter yang akan dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran setiap siklusnya.
b. Menyusun rencana pembelajaran yang berpedoman pada KTSP. Rencana Pembelajaran yang telah fix dibuat adalah rencana pembelajaran untuk siklus I, sedangkan untuk siklus berikutnya hanya berupa draft. Ini dimaksudkan apabila pada siklus I masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan siklus berikutnya sampai masalah selesai.
c. Menyusun alat evaluasi berupa tes tertulis (tes berbentuk pilihan ganda).
d. Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan sebelumnya, dimana observasi dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan format observasi yang digunakkan berupa:
1) Lembar observasi aktivitas guru, digunakan untuk melihat kegiatan guru selama proses pembelajaran.
2) Lembar observasi aktivitas peserta didik, digunakan untuk melihat kegiatan peserta didik pada proses pembelajaran.
e. Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data, yaitu jenis data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi dan data kuantitatif akan dikumpulkan dari tes hasil belajar peserta didik.
f. Menentukan cara pelaksanaan refleksi yang akan dilakukan peneliti bersama-sama dengan guru mitra yang akan dilakukan setiap usai pemberian tindakan dan pelaksanaan observasi untuk setiap siklusnya.
b. Tahap Pelaksanaan (Action)
Engkos, 2013
Pelaksanaan tindakan dalam PTK didasarkan atas pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program optimal. Pelaksana PTK adalah guru kelas bersangkutan, namun bisa juga kolaborasi dengan pihak lain.
1) Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan dan rencana pembelajaran yang telah disusun untuk siklus pertama berdasarkan hasil refleksi observasi pendahuluan. Materi yang akan disampaikan pada siklus pertama ini adalah dasar-dasar sistem starter.
2) Pelaksanaan tes dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran siklus pertama berlangsung. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik tiap siklus.
3) Pelaksanaan observasi, dilakukan oleh peneliti dengan bantuan pihak lain (rekan Mahasiswa) dan guru yang dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk mengumpulkan data kualitatif berupa aktivitas
peserta didik dan guru dalam pembelajaran.
4) Pelaksanaan analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru mitra
setelah usai pelaksanaan tindakan guna mengkaji dan menganalisis data yang diperoleh dari proses tindakan yang akan dijadikan sebagai bahan perencanaan tindakan baru yang dilakukan pada siklus berikutnya, bila pada siklus pertama hasil yang ingin dicapai belum tercapai.
5) Pelaksanaan perencanaan ulang (re-plan) dilakukan setelah kesimpulan dari pelaksanaan refleksi didapat. Pelaksanaan perencanaan ini dilaksanakan bila pada siklus pertama belum tercapai hasil yang ingin dicapai.
c. Tahap Pengamatan (Observer)
49
Engkos, 2013
Kunandar (2008: 98) mengungkapkan bahwa, “Dalam pengamatan atau observasi harus mengacu pada instrumen yang telah dibuat dan dimungkinkan melibatkan pengamat dari luar”. Hasil pengamatan yang dilakukan observer menjadi masukan yang paling berharga ketika pelaksanaan tindakan berlangsung. Peneliti memperoleh data dari hasil pengamatan tersebut yang akan membantu untuk menyusun langkah-langkah tindakan selanjutnya dan juga data untuk penulisan laporan penelitian.
d. Tahap Refleksi (Reflection)
Pelaksanaan refleksi akan dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi selesai guna mengkaji atau menganalisis data yang diperoleh dari proses tindakan. Hasil refleksi akan digunakan sebagai bahan perbaikan untuk penelitian yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
2. Siklus Kedua
Tahapan pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pembelajaran pada
siklus pertama. Namun pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini, dilihat berdasarkan pada hasil refleksi siklus pertama dan rencana perbaikan
pembelajaran yang telah disusun untuk siklus kedua. D.Objek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di kelas XI TKR 2 program keahlian Teknik Otomotif SMK Vijaya kusuma Bandung tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah populasi peserta didik sebanyak 25 orang peserta didik. Alasan penelitian ini dilakukan pada kelas ini adalah kelas yang paling rendah hasil belajar dibanding kelas yang lain. Penelitian ini bersifat kolaboratif, dilakukan oleh peneliti sebagai pelaku tindakan, bersama guru mata diklat produktif sebagai observer sekaligus pembimbing. Fokus utama penelitian ini terletak pada aspek peningkatan hasili belajar peserta didik pada kompetensi dasar mengidentifikasi komponen sistem starter.
E.Instrumen Penelitian
Engkos, 2013
a. Lembar Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam mengamati perilaku interaktif seseorang dalam kelompok. Teknik ini banyak berguna untuk memahami fenomena, pola perilaku atau tindakan seseorang dalam melakukan aktivitasnya, mengamati perilaku atau interaksi kelompok secara alamiah. Kunandar (2008: 143) mengungkapkan bahwa “Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran”.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring data berupa aktivitas peserta didik dan guru selama KBM, interaksi guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, metode pembelajaran, partisipasi peserta didik dalam pembelajaran, dan keberhasilan pembelajaran. Sebelum digunakan, pedoman observasi ini telah dikonsultasikan pada pembimbing dan mendapat persetujuan untuk digunakan dalam penelitian.
Lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas yang meliputi observasi aktivitas guru dan aktivitas peserta
didik ketika pembelajaran berlangsung dengan mengaplikasikan simulator kelistrikan.
b. Tes
Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan (kognitif) atau dengan kata lain untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan tes. Peningkatan hasil belajar dari penelitian pendahuluan dapat terlihat pada setiap siklusnya belajar peserta didik setelah pembelajaran. Tes yang diberikan kepada peserta didik terdiri dari tes awal (pre-test) dan tes akhir
(post-test), hal ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas pembelajaran dan peningkatan
hasil belajar pada setiap siklus.
a. Pre-Test.
Pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik
51
Engkos, 2013 b. Post-Test
Post-test digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan
peningkatan hasil belajar peserta didik setelah menggunakan simulator kelistrikan pada kompetensi dasar mengidentifikasi komponen sistem starter. Soal-soal pada
pre-test sama dengan soal-soal yang ada pada post-test dengan soal pilihan ganda
5 pilihan.
F. Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen dilakukan untuk mengetahui ketepatan dan kehandalan instrumen ketika melakukan penelitian. Pengujian instrumen dilakukan sebelum dilakukan pengambilan data dan dilakukan terhadap sumber data lain diluar data penelitian. Pengujian yang akan dilakukan meliputi pengujian:
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan
atau kesahihan suatu alat ukur. Uji validitas konstruksinya dapat menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Cara menentukan kriteria validitas dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang telah diketahui validitasnya dengan alat ukur lainnya yang diasumsikan memiliki validitas yang tinggi. Semakin tinggi koefisien koreasinya maka semakin tinggi validitas alat ukur tadi. Ada beberapa cara untuk menentukan koefisien validitas alat evaluasi. Salah satunya menggunakan rumus korelasi produk-moment memakai angka kasar atau raw score. Rumus yang digunakan adalah:
=
∑ -∑ ∑√( ∑ 2- ∑ 2).( ∑ 2- ∑ 2)
(Arikunto, 2009: 72)...(3.1)
Keterangan:
Engkos, 2013
X = skor item yang dicari validitasnya Y = skor total yang diperoleh individu N = jumlah peserta didik
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t:
√ √ (Arikunto, 2010: 337)...(3.2)
Lihat distribusi untuk α=0,05 dan derajat kebebasan dk=n-2. Jika > maka soal tes dinyatakan valid.
Jika < maka soal tes dinyatakan tidak valid.
Jika instrumen dinyatakan valid, maka selanjutnya menentukan tingkat validitas dan evaluasinya berdasarkan tabel 3.1
Tabel 3.1.
Tabel Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat Tinggi
0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r ≤ 0,60 Sedang
0,20 < r ≤ 0,40 Rendah
0,00 < r ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009: 75) 2. Uji Reliabilitas
53
Engkos, 2013
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendesius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Reliabilitas instrumen digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat
ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang
kemampuan seseorang. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
rumus K-R 21 sebagai berikut:
)
(Arikunto, 2006:179 (3.4)….(3.3)
product moment. Jika r11 > rtabel maka instrumen tersebut reliabel, sebaliknya r11 <
rtabel maka instrumen tersebut tidak reliabel.
3. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran (TK) butir tes pada dasarnya adalah peluang responden atau peserta tes untuk menjawab benar pada suatu butir soal. Untuk menghitung
taraf kesukaran butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut:
JS B
P (Arikunto, 2009: 208)……...(3.4)
dengan
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar
Engkos, 2013
Indeks kesukaran menurut Arikunto (2010:210) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
0,00 < P ≤ 0,30 = sukar 0,30 < P ≤ 0,70 = sedang 0,70 < P ≤ 1,00 = mudah 4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai berdasarkan kriteria tertentu, sebagaimana diungkapkan Suharsimi Arikunto (2009:211) bahwa ”Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah)”.
Untuk menghitung D setiap item ini dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
B
BA : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok atas (upper group) yang menjawab benar untuk tiap soal (27% dari jumlah peserta didik)
BB : Jumlah peserta didik yang termasuk kelompok bawah (lower group) yang menjawab benar untuk tiap soal (27% dari jumlah peserta didik)
JA : Jumlah keseluruhan peserta didik kelompok atas JB : Jumlah keseluruhan peserta didik kelompok bawah Batas klasifikasi menurut Suharsimi Arikunto (2009: 218) yaitu :
0,00 ≤ D ≤ 0,20 = jelek (poor)
0,20 < D ≤ 0,40 = cukup (satisfactory) 0,40 < D ≤ 0,70 = baik (good)
0,70 < D ≤ 1,00 = sangat baik (excellent)
55
Engkos, 2013
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Data Hasil Tes
Berdasarkan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas, yaitu pengolahan datanya hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, maka dalam penelitian ini tidak memerlukan pendekatan secara statistik yang terlalu rumit.
a) Peningkatan Hasil Belajar
Pengolahan peningkatan hasil belajar diperlukan untuk membandingkan keberhasilan dalam pembelajaran tiap siklus, maka langkah-langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut:
1)Memberikan skor terhadap hasil tes siswa dan menentukan kriteria ketuntasan belajar siswa per individu yang dapat ditentukan dengan persamaan:
%
(KTSP SMK Vijaya Kusuma Bandung, 2012) 2)Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar tiap sekolah berbeda, untuk SMK Vijaya Kusuma Bandung ketuntasan belajarnya 75% dan kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk perbaikan sistem starter dan pengisian adalah 75 dalam skala 100.
2. Data Hasil Observasi
a. Aktivitas peserta didik
Lembar observasi peserta didik digunakan sebagai alat observasi untuk melihat aktivitas peserta didik pada proses belajar mengajar dengan menggunakan simulator kelistrikan. Data lembar observasi ini berupa data kualitatif, di mana data tersebut akan dipersentasekan dan diinterpretasikan. Rata-rata aktivitas peserta didik dapat dihitung dengan rumus:
Engkos, 2013
A = Prosentase aktivitas peserta didik (%)
B = Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan peserta didik C = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas peserta didik
Selanjutnya data akan dibagi kedalam lima kategori skala. Tabel 3.2
Sumber : Laksmini pada Hermansyah (2007: 31) b. Aktivitas guru
Lembar observasi guru digunakan untuk melihat aktivitas guru pada proses belajar mengajar dengan menggunakan simulator kelistrikan. Prosentase aktivitas guru dapat dihitung dengan rumus:
%
X = Prosentase aktivitas guru (%)
Y = Jumlah frekuensi aktivitas yang dilakukan guru Z = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru
Persentase rata-rata aktivitas pada setiap jenis aktivitas yang dilakukan kemudian dianalisis sesuai dengan kategori yang ditetapkan sebagai berikut:
Tabel 3.3
57
Engkos, 2013
40%-59% Sedang 20%-39% Rendah
0%-19% Sangat Rendah
Engkos, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa Penggunaan media simulator sistem starter dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar
mengidentifikasi komponen sistem starter di kelas XI TKR 2 SMK Vijaya Kusuma Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil Belajar peserta didik pada masing-masing siklus dilihat dari nilai rata-rata posttest setelah dilakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan media simulator sistem starter mengalami peningkatan setiap siklusnya. siklus I sebesar 64% peserta didik yang lulus kemudian meningkat untuk siklus II sebesar 100% peserta didik lulus semua.
2. Kegiatan belajar mengajar setelah menggunakan media simulator sistem starter pada kompetensi dasar mengidentifikasi komponen sistem starter aktivitas peserta didik mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siklus I presentase aktivitas peserta didik sebesar 55,57% (kategori sedang) kemudian meningkat pada siklus II menjadi 69,14% (kategori tinggi).
3. Kegiatan belajar mengajar setelah menggunakan media simulator sistem starter pada kompetensi dasar mengidentifikasi komponen sistem starter dan pengisian, aktivitas guru mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siklus I presentase aktivitas guru sebesar 54,2% (kategori sedang) kemudian meningkat pada siklus II menjadi 76,4% (kategori tinggi).
86
Engkos, 2013
Berdasarkan pada hasil penelitian, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai masukan yang diharapkan dapat bermanfaat. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peserta didik
Kompetensi merupakan hal yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Peserta didik yang baik adalah yang kompeten
dalam bidangnya, sehingga dengan pembelajaran menggunakan media simulator sistem starter, bisa dijadikan salah satu media pembelajaran yang berguna untuk
meningkatkan kompetensi. 2. Bagi Guru
Salah satu cara dalam meningkatkan kualitas KBM adalah guru terus berusaha dan menerapkan media pembelajaran yang lebih variatif dan dapat diterima oleh peserta didik. aktivitas peserta didik akan lebih lebih terkondisi dan tidak membosankan, jika pembelajaran tersebut menarik.
3. Bagi peneliti lain
Engkos, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kurikulum SMK Edisi Tahun 2008. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B dan Zain, A. (2006). Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman, P dan Sutikno, S. (2009). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.
Hermansyah. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Interaktif untuk
Meningkatkan Aktivitas Hasil Belajar Pembelajaran. Skripsi FPMIPA
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kunandar. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyadi, Y. (2010). Penerapan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Belajar Peserta Didik Pada Standar Kompetensi Memprogram Mesin CNC. Skripsi FPTK UPI, Bandung: tidak diterbitkan.
Sadiman, A. et al. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sagala, S. ( 2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta.
Sanjaya, W. (2006). Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
88
Engkos, 2013
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, N. (2008). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suryani, E. (2006). Pemodelan dan Simulasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sunaendar, T. (2008). Penelitian Tindakan Kelas (Part II). [Online] Tersedia
http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (28 November 2011)
Tim UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
. (2010). Metode simulasi. Tersedia :http://education-mantap.blogspot.com.