• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Risiko Kredit Dan Risiko Operasional Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Risiko Kredit Dan Risiko Operasional Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, RISIKO KREDIT DAN RISIKO OPERASIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Magister. Disusun Oleh: Mohamad Bastomi 146020206011016. PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN MINAT MANAJEMEN KEUANGAN. PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017.

(2)

(3)

(4)

(5) RIWAYAT HIDUP. Mohamad Bastomi, lahir di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, pada tanggal 18 Oktober 1992, putra ketiga dari pasangan Muh. Supinan dan Ibu Istiqomah. Pertama kali menempuh pendidikan formal di TK Dharmawanita pada tahun 1998. Pernah menempuh pendidikan dasar di SDN Bangoan I pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMPN 3 Tulungagung hingga lulus pada tahun 2008, dan kemudian lulus dari SMAN 1 Gondang pada tahun 2011. Kemudian, melanjutkan studi ke jenjang S1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen konsentrasi keuangan, sampai lulus pada tahun 2015. Lanjut studi jenjang S2 di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen Keuangan. Pengalaman organisasi di mulai sejak memasuki bangku kuliah semester I bergabung dengan Forum Lingkar Pena (FLP) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen (HMJ-M) pada tahun 2014. Selain itu, penulis aktif pada kepengurusan Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang sejak tahun 2012 sampai sekarang.. Malang, 07Juni 2017. Penulis. v.

(6) UCAPAN TERIMAKASIH. Alhamdulillah, atas puji dan syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penelitian tesis ini dapat terselesaiakan dengan baik meskipun masih terdapat banyak kekurang sempurnaan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan menuju jalan kebaikan, yakni Din al-Islam. Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini tidak akan berhasil terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan dan dukungan baik berupa moral, materiil maupun spiritual dari berbagai pihak. Untuk itu, perkenankanlah penulis memberikan penghargaan dan ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Brawijaya, Bapak Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Bisri, MS dan para pembantu rektor. 2. Dekan Fakultas Ekonomi, Bapak Nurkholis, SE., M.Bus (Acc)., Ak., Ph.D dan para pembantu dekan. 3. Ketua Program Studi Magister Manajemen, Bapak Dodi W. Irawan, SE., M.Com., Ph.D yang telah banyak memberikan motivasi, bantuan dan arahan. 4. Bapak Prof. Dr. Ubud Salim, SE., MA selaku ketua pembimbing yang di sela-sela kesibukannya, dengan penuh kebijaksanaan masih berkenan meluangkan waktu guna membimbing, mendidik, menasehati, dan memberikan masukan yang sangat berguna sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Dr. Siti Aisjah, SE., MS selaku komisi pembimbing yang di sela-sela kesibukannya,. dengan. penuh. kebijaksanaan. masih. berkenan. meluangkan waktu guna membimbing, mendidik, menasehati, dan memberikan masukan yang sangat berguna sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Bapak Dr. Djumahir SE., MM, selaku dosen penguji I yang telah memberikan koreksi, masukan, serta saran dalam menyelesaikan tesis.. vi.

(7) 7. Bapak Dr. Atim Djazuli, SE., MM. CFP., selaku dosen penguji II yang telah memberikan koreksi, masukan, serta saran dalam menyelesaikan tesis. 8. Pengasuh Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang, KH. M. Baidowi Muslich dan Ibu Nyai Hj. Siti Maryam beserta keluarga besar yang dengan setulus hati mendoakan, mendidik, menasehati, dan memotivasi penulis selama ini. Semoga rahmat Allah swt selalu tercurah kepada beliau. 9. Semua dosen dan staf pada Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama menempuh proses pendidikan. 10. Rekan-rekan seperjuangan Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya angkatan 2014/2015 yang selalu membantu, membagi ilmu, dan memotivasi penulis selama proses studi dan penyelesaian tesis. 11. Sahabat-sahabat santri PP. Anwarul Huda sebagai keluarga besar yang senantiasa menjadi tempat tumpuan dalam menuntut ilmu di Kota Malang. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan. dorongan,. bantuan. dan. doa. dalam. menyelesaikan. pendidikan. 13. Terimakasih yang dalam penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta, Ibu Istiqomah dan Ayahanda tercinta, Bapak Muh. Supinan dan seluruh keluarga yang telah tanpa lelah senantiasa mendoakan, memotivasi dan mendukung dengan penuh kesabaran hingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan berkat dan anugerah yang melimpah bagi semuanya dan semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amiin……. Malang, 07Juni 2017. Penulis. vii.

(8) ABSTRAK. Mohamad Bastomi. Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. 2017. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Risiko Kredit, dan Risiko Operasional terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Ketua Pembimbing: Ubud Salim. Komisi Pembimbing: Siti Aisjah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2015, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui risiko kredit dan risiko operasional. Penggunaan corporate governance index dalam variabel tata kelola perusahaan dikarenakan telah berstandar global, sedangkan variabel risiko kredit dengan Non Performoing Loas (NPL) dan risiko operasional dengan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO) digunakan karena dianggap sebagai risiko yang krusial, serta variabel kinerja keuangan dengan Tobin’s Q digunakan karena dianggap lebih objektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan metode sampel jenuh. Terdapat 27 perbankan yang memenuhi kategori sebagai sampel. Selanjutnya, Partial Least Square (PLS) digunakan untuk analisis dan pengujian hipotesis dan software Free Statistic Calculation for Sobel Test versi 4 untuk pengujian variabel risiko kredit dan risiko operasional sebagai mediasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan pelaksanaan tata kelola perusahaan dapat menurunkan risiko kredit dan risiko operasional serta meningkatkan kinerja keuangan, sedangkan rendahnya risiko kredit dan risiko operasional dapat meningkatkan kinerja keuangan. Hasil pengujian mediasi menunjukkan bahwa risiko kredit dan risiko operasional memediasi secara positif pengaruh antara tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan. Hal ini menjelaskan bahwa pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dapat meminimalkan benturan kepentingan dan asimetri informasi yang menyebabkan timbulnya biaya cadangan penghapusan kredit macet dan biaya modal tambahan sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan.. Kata kunci: Tata Kelola Perusahaan, Risiko Kredit, Risiko Operasional dan Kinerja Keuangan.. viii.

(9) ABSTRACT. Mohamad Bastomi. Master of Management Program, Economics and Business Faculty, Brawijaya University. 2017. The Effect of Corporate Governance, the Credit Risk, and the Operational Risk toward Financial Performance (The Study on Banking that Listed in Indonesian Stock Exchange) Supervisor: Ubud Salim. Co Supervisor: Siti Aisjah.. This research aim to examine directly or indirectly the effect of corporate governance to financial performance of listed banking on Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2011-2015, either through credit risk and operational risk. The use of corporate governance index in the variable corporate governance due to have global standards, while the using of variables of credit risk with Non Performing Loans (NPL) and operational risk with Operating Expenses to Operating Income (BOPO) because it is considered as crucial risk. Furthermore the using of Tobin's Q to variable financial performance because it is considered more objective. This research uses quantitative approach. The data collection of sampling using saturated method. There are 27 qualified banking that categorized as sample. Furthermore, Partial Least Square (PLS) is used for analyzing and testing the hypotheses. In addition Statistic Calculation Free software for Sobel Test version 4 is used as mediation for testing variables of credit risk and operational risk. Based on the results of research, it can be concluded that the improving implementation of corporate governance can reduce credit risk and operational risk and also improve financial performance, while low credit risk and operational risk can improve financial performance. The results of mediation testing show that credit risk and operational risk positively mediate the influence of corporate governance on financial performance. This explains that the implementation of good corporate governance can minimize the conflict of interest and information asymmetry which leads to reserves for non-performing loans and additional costs of capital, so it increases the profitability of the company.. Keywords: corporate governance, credit risk, operational risk and financial performance.. ix.

(10) KATA PENGANTAR. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw atas syafa’at-nya di hari kiamat kelak. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Risiko Kredit, Risiko Operasional, dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. Secara singkat, tulisan ini pada bagian pertama memuat pendahuluan yang teridiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. Pada bagian kedua memuat kajian teori dan kajian empiris dari penelitian terdahulu. Sedangkan pada bagian ketiga dijelaskan terkait dengan kerangka konsep, hipotesis, variabel dan pengukurannya. Adapaun metode penelitian yang memuat jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknis analisis data dibahas pada bab empat pada tulisan ini. Sedangkan untuk bagian lima memuat hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi gambaran umum, penyajian data, analisis data dan pembahasan hasil penelitian, serta keterbatasan penelitian dan implikasi penelitian. Untuk kesimpulan dan saran dalam penelitian ini dijelaskan pada bagian penutup. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan tulisan ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan menjadi sesuatu yang penulis harapkan untuk menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat memberikan sumbangsih dan manfaat bagi pembaca.. Malang, 07 Juni 2017. Penulis. x.

(11) DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI TESIS ...................................................iii PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS .............................................................. iv RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ v UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 21 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 22 1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 24 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................ 24 2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 30 2.2.1 Tata kelola perusahaan .......................................................................... 31 2.2.2 Dimensi Risiko ...................................................................................... 38 2.2.3 Kinerja Keuangan .................................................................................. 44 BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN ................................................... 48 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian .................................................................... 48 3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 52 3.2.1 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan.................... 52. xi.

(12) 3.2.2 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Risiko Kredit ........................... 53 3.2.3 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Risiko Operasional .................. 55 3.2.4 Pengaruh Risiko Kredit terhadap Kinerja Keuangan ................................... 56 3.2.5 Pengaruh Risiko Operasional terhadap Kinerja Keuangan........................... 57 3.2.6 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan melalui Risiko Kredit.................................................................................................. 58 3.2.7 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan melalui Risiko Operasional ......................................................................................... 60 3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 63 3.3.1. Variabel Tata kelola perusahaan ............................................................ 63 3.3.2. Variabel Risiko Kredit ............................................................................ 66 3.3.3. Variabel Risiko Operasional ................................................................... 66 3.3.4 Variabel Kinerja Keuangan...................................................................... 66 BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 67 4.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................. 67 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 67 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 68 4.4 Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 70 4.5 Metode Analisis Data ................................................................................... 70 4.5.1 Metode Statistik Deskriptif ..................................................................... 70 4.5.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 71 4.5.3 Partial Least Square (PLS) ....................................................................... 71 4.5.4 Uji Mediasi ........................................................................................... 75 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 77 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Sampel ........................................................... 77 5.2 Analisis Statistik Deskriptif ............................................................................ 79 5.3 Uji Asumsi Linieritas..................................................................................... 82 5.4 Analisis Partial Least Square (PLS).................................................................. 83 5.4.1 Pengembangan Diagram Jalur................................................................. 83 5.4.2 Pengujian Model Struktural (Outer Model)............................................... 84 5.4.3 Pengujian Hipotesis ............................................................................... 85 5.4.4 Hasil Pengujian Variabel Mediasi (Free Sobel Test V. 4).............................. 89 5.5 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 91 5.5.1 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan.................... 91 5.5.2 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Risiko Kredit ........................... 95. xii.

(13) 5.5.3 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Risiko Operasional .................. 98 5.5.4 Pengaruh Risiko Kredit terhadap Kinerja Keuangan ................................. 101 5.5.5 Pengaruh Risiko Operasional terhadap Kinerja Keuangan......................... 103 5.5.6 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan melalui Risiko Kredit................................................................................................ 106 5.5.7 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan melalui Risiko Operasional ....................................................................................... 109 5.6 Implikasi Penelitian.................................................................................... 112 5.6.1 Implikasi Teoritis..................................................................................... 112 5.6.2 Implikasi Praktis...................................................................................... 114 5.7 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 115 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 116 6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 116 6.2 Saran ....................................................................................................... 117 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 120. xiii.

(14) DAFTAR TABEL. Tabel 4.1: Populasi penelitian ....................................................................... 69 Tabel 4.2: Sampel penelitian .......................................................................... 69 Tabel 5.1: Hasil Statistik Deskriptif ................................................................... 80 Tabel 5.2: Hasil Uji Linieritas ....................................................................... 82 Tabel 5.3:Goodness of Fit Model ................................................................ 84 Tabel 5.4: Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 85 Tabel 5.5: Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Tidak Langsung ................ 90. xiv.

(15) DAFTAR GAMBAR. Gambar 3.1: Kerangka konseptual penelitian...................................................... 51 Gambar 5.1: Diagram Jalur .............................................................................. 83 Gambar 5.2: Diagram Jalur Model Struktural dalam PLS ....................................... 89. xv.

(16) DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1: Ringkasan Penelitian Terdahulu ......................................................... 127 Lampiran 2: Item Penilaian Tata Kelola Perusahaan Menurut OECD ........................ 131 Lampiran 3: Data Indeks Tata Kelola Perusahaan .................................................... 134 Lampiran 4: Data Non Performing Loading (NPL) ................................................... 139 Lampiran 5: Data BOPO ...................................................................................... 145 Lampiran 6: Data Tobin’s Q................................................................................. 151 Lampiran 7: Output Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 161 Lampiran 8: Output Uji Lineritas........................................................................... 162 Lampiran 9: Output pengolahan data dengan PLS ................................................. 164. xvi.

(17) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Industri perbankan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara,. tidak terkecuali Indonesia. Perbankan sebagai lembaga. intermediary institution, sangat mengandalkan asas kepercayaan sehingga sangat rentan terhadap isu negatif terkait dengan kinerja atau potensi fraud sebagai agen of trust, bank harus benar-benar menjaga kepercayaan yang diberikan nasabah untuk mengelola dananya secara aman dan menguntungkan. Kinerja bank yang berjalan dengan baik akan dapat menyokong pertumbuhan bisnis karena peran bank disini adalah sebagai penyedia dana investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi (Mandasari, 2015). Peran. aktif. industri. perbankan. akan. mendorong. pertumbuhan. perekonomian nasional ke arah peningkatan kesejahteraan bangsa. Perannya yang penting menyebabkan industri perbankan sebagai industri high regulated mendapat perhatian khusus dari pemerintah dibandingkan industri lainnya. Industri perbankan mempunyai tujuan untuk menunjang pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan. Dengan demikian, kebutuhan akan penilaian kinerja perbankan harus dapat terpenuhi dengan baik dan tepat. Stabilitas. industri. perbankan. yang. memburuk,. menyebabkan. perekonomian negara ke dalam krisis multidimensional. Salah satu contohnya adalah krisis moneter 1997-1998. Kualitas penerapan tata kelola perusahaan (corporate governance) dan manajemen risiko korporasi di Indonesia yang. 1.

(18) 2. rendah diduga kuat menjadi kejatuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia pada krisis moneter 1997-1998, khususnya industri perbankan. Oleh karena itu, penerapan tata kelola perusahaan pada sektor keuangan harus lebih ketat dibandingkan sektor non keuangan karena menyangkut keamanan investasi (Hanggraeni, 2014). Dalam perkembangan mengenai bagaimana cara penilaian tingkat kesehatan bank, evaluasi kinerja yang dilakukan bank selama ini hanya terfokus pada sisi upside bisnis (pencapaian laba dan pertumbuhan) tidak membahas sisi downside (risiko). Evaluasi yang hanya fokus pada sisi upside cenderung bias dan tidak berorientasi pencapaian jangka panjang sehingga penilaian tingkat kesehatan bank (mencakup sisi upside dan downside) menjadi solusi penilaian kinerja yang lebih komprehensif. Langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral dalam upaya membangun kembali perekonomian Indonesia melalui pemberlakuan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum, di mana bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara self assesment berlaku sejak 1 Januari 2012, yang meliputi aspek risiko, tata kelola perusahaan, rentabilitas, dan permodalan. Bank yang memiliki tingkat kesehatan yang baik dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik pula. Kinerja keuangan perbankan yang baik dapat dilihat dari kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang tinggi sehingga mampu berkembang secara optimal (PBI, 2007). Dalam penilaian kinerjanya, perbankan menggunakan standar internasional penilaian kinerja bank dengan tingkat kesehatan. Berdasarkan keputusan peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang transparansi kondisi keuangan bank, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dalam bentuk yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui pengelolaan sumber dananya. Dengan.

(19) 3. demikian, tingkat kesehatan bank dapat digunakan sebagai ukuran pencapaian kinerja bank yang komprehensif untuk input planning ke depan. Teori yang menjelaskan pentingnya pengukuran kinerja adalah teori signal (signalling theory). Teori signal yang dikemukakan oleh Akerlof (1970) menempatkan manajer selaku pemegang amanat, mempunyai kewajiban menyampaikan informasi tentang kinerja, posisi keuangan perusahaan, dan keadaan lainnya kepada pemilik. Teori signal membahas bagaimana seharusnya signal-signal yang akan disampaikan manajemen (agen) kepada pemilik (principal) sebagai pertimbangan untuk menentukan sinyal yang baik (good news) atau sinyal yang buruk (bad news). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi asimetri informasi. Kurangnya informasi yang diperoleh pihak luar tentang perusahaan menyebabkan pihak luar melindungi diri dengan memberikan nilai rendah untuk perusahaan tersebut. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi asimetris informasi, salah satu caranya adalah dengan memberikan signal kepada pihak luar berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya sehingga dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Adapun motivasi manajemen menyajikan informasi keuangan diharapkan dapat memberikan signal kemakmuran kepada pemilik ataupun pemegang saham. Laporan keuangan yang mencerminkan kinerja baik menjadi signal atau tanda bahwa perusahaan telah beroperasi dengan baik. Signal baik akan direspon dengan baik pula oleh pihak luar, karena respon pasar sangat tergantung pada signal fundamental yang dikeluarkan perusahaan. Industri perbankan berada dalam kondisi persaingan dan regulasi yang ketat. Dalam menghadapi tantangan berat dan persaingan yang ketat, bank harus terus berusaha meningkatkan kinerjanya. Kinerja keuangan akan semakin.

(20) 4. baik dan unggul dalam persaingan, jika ada perbaikan yang dilaksanakan secara terus menerus. Untuk itu, diperlukan keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian perusahaan. yang serta. secara. efektif. kemampuan. untuk. mengarahkan. kegiatan. mengidentifikasi. operasional. pihak-pihak. yang. mempunyai kepentingan yang berbeda. Mekanisme untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja keuangan tersebut adalah penerapan tata kelola yang baik dalam organisasinya atau lebih dikenal dengan tata kelola perusahaan. Krisis keuangan yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional, sehingga penerapan tata kelola perusahaan menjadi permasalahan penting dalam dunia perbankan. Laporan Organization for Economic Corporation and Development (OECD) barubaru ini menyimpulkan bahwa krisis keuangan terkait dengan kegagalan dan kelemahan dalam pengaturan tata kelola perusahaan (Kirkpatrick, 2009). Penerapan tata kelola perusahaan ini dinilai dapat memperbaiki citra perbankan yang sempat buruk, melindungi kepentingan stakeholders serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan etikaetika umum pada industri perbankan dalam rangka mencitrakan sistem perbankan yang sehat. Selain itu, penerapan tata kelola perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja perbankan karena penerapan tata kelola perusahaan ini dapat mengurangi risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri. Kewajiban menerapkan tata kelola perusahaan di sektor perbankan juga telah dicetuskan oleh Bank Indonesia (BI), yaitu PBI No.8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik bagi bank umum. BI selaku otoritas perbankan menyadari bahwa semakin kompleksnya risiko yang dihadapi oleh bank, menuntut diimplementasikannya penerapan tata kelola perusahaan dengan kualitas yang semakin tinggi pula. Peraturan yang dikeluarkan BI.

(21) 5. bertujuan. untuk. meningkatkan. kinerja. bank,. melindungi. kepentingan. stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan. Dengan demikian, sifat khusus perbankan tidak hanya memerlukan pandangan yang lebih luas mengenai tata kelola perusahaan tetapi juga intervensi pemerintah melalui regulasi dan pengawasan dalam rangka untuk mengendalikan perilaku manajemen dalam mengambil alih sektor perbankan. Permasalahan yang paling mendasar adalah terdapat konflik kepentingan yang berpotensi menimbulkan biaya keagenan yang sangat signifikan, sehingga dikhawatirkan akan menurunkan nilai perusahaan (Hanggraeni, 2014). Konflik kepentingan muncul akibat adanya perbedaan kepentingan dan ketidakseimbangan kekuatan antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Hal ini berimplikasi bahwa terjadi peluang untuk eksploitasi kekuatan yang mengakibatkan terganggunya sebuah sistem perusahaan. Mekanisme tata kelola perusahaan dibutuhkan agar aktivitas pada suatu organisasi dapat berjalan sehat sesuai dengan arah yang ditetapkan. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh James D. Wolfensohn, President of the World Bank, (1999), terdapat dua teori utama yang terkait dengan tata kelola perusahaan adalah stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory memandang manajemen dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya (Donaldson & Davis, 1989, 1991). Peran Chief Executive Officer (CEO) dan Chair of the board (chairman) dipegang oleh individu yang sama dengan tujuan agar dapat meningkatkan efektivitas yang diperoleh, serta mengutamakan superior return bagi para pemegang saham dibandingkan dengan adanya pemisahan peran CEO dan Chairman. Secara tersirat diasumsikan bahwa tujuan-tujuan manajemen dan tujuan-tujuan dari para.

(22) 6. pemegang saham diselesaikan secara konsisten satu sama lainnya (Salim, 2011). Sebuah teori yang muncul kemudian, yaitu agency theory, memberikan cara pandang yang baru mengenai tata kelola perusahaan. Hubungan keaganenan muncul ketika pengelolaan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikannya antara pemilik perusahaan (shareholder) atau para pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai principal di satu pihak, dan direksi perusahaan (top management atau corporate management) sebagai agen di lain pihak (Jensen dan Meckling, 1976). Seringkali para manajer juga sebagai para pemegang saham sehingga tidak mengejutkan jika ada pertimbangan saling melengkapi dalam tujuan-tujuan mereka. Di pihak lain, juga tidak mengejutkan jika manajemen tidak terkendali, cenderung akan mengelola perusahaan dengan tujuan. memaksimumkan. kemakmuran. para. manajernya. lebih. daripada. kemakmuran para pemegang saham. Hal ini dapat berakibat terjadi ketimpangan informasi (asimetri infomasi) antara manajer dan shareholder. Secara sepintas nampaknya penerapan tata kelola perusahaan di bank umum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya, akan tetapi tidaklah demikian halnya. Tata kelola perusahaan pada lembaga keuangan, khususnya bank memiliki keunikan bila dibandingkan tata kelola pada lembaga keuangan non bank. Dalam banyak perilaku manajer dan pemilik bank merupakan faktor utama yang memerlukan perhatian dalam penerapan tata kelola perusahaan. Dalam banyak hal konsep teori keagenan (agency theory) yang sering digunakan dalam penerapan tata kelola perusahaan tidak sepenuhnya dapat digunakan dalam industri perbankan. Industri perbankan mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi daripada industri lainnya sehingga kemungkinan muncul asimetri informasi juga tinggi. Asimetri terjadi di antara deposan, manajer bank, pengurus bank, debitor,.

(23) 7. pemegang saham, bank dan regulator. Industri perbankan mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi daripada industri lainnya sehingga kemungkinan muncul asimetri informasi juga tinggi. Dampak yang terjadi karena tingginya asimetri informasi dapat mempersulit pihak luar untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja tata kelola bank. Kompleksitas muncul apabila jumlah pemegang saham dalam jumlah besar dan tersebar sehingga meningkatkan kompleksitasnya. Begitu sebaliknya, pengendalian terhadap manajemen akan lebih mudah dengan adanya pemegang saham pengendali yang dominan, akan tetapi hal tersebut menjadi peluang munculnya misconduct, fraud, atau moral hazard terhadap pengelolaan dana masyarakat untuk memenuhi kepentingan pribadi atau kelompok. Asimetri atas informasi keuangan adalah sumber risiko yang tinggi, baik risiko kredit, risiko operasional maupun risiko hukum serta menjadi salah satu sumber utama terjadinya kejahatan perbankan. Karakteristik perbankan memiliki keunikan tersendiri apabila dibandingkan dengan perusahaan keuangan lainnya, maupun perusahaan non keuangan sehingga pelaksanaan tata kelola perusahaannya juga unik. Keunikan tersebut dapat dilihat dari aset perbankan yang rata-rata terdiri dari kredit yang sebagian besar memiliki sifat jangka panjang, sedangkan liabilitas yang terdiri dari tabungan dan deposito lebih bersifat sebagai jangka pendek. Penyaluran kredit dapat bersifat negatif apabila masuk dalam kategori gagal bayar sehingga meningkatkan risiko bank, dan juga sebaliknya. Hal inilah yang mendorong perbankan untuk lebih berhati-hati dalam pengelolaan asetnya agar tidak terjadi mismatch antara pasiva dan aktiva sehingga dapat menyebabkan pembukuan negatif bagi bank. Industri perbankan menegaskan bahwa dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan harus senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar yakni keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban.

(24) 8. (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness). Agustina (2016) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip tata kelola perusahaan di Indonesia mengadopsi dari prinsip-prinsip dikeluarkan oleh OECD, yang memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan tata kelola perusahaan, serta merupakan standar minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam pedoman sektoral yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Akan sulit untuk mempertahankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan jika hanya mengandalkan peraturan, karena yang lebih penting adalah memelihara budaya etika yang kuat, dan kejujuran. Oleh karena itu, baik badan nasional maupun internasional telah merumuskan dan menerbitkan peraturan dan panduan praktik tata kelola perusahaan sebagai usaha untuk meningkatkan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang sesuai dengan negaranya. Penerapan tata kelola perusahaan di Indonesia mulai aktif dilakukan karena dorongan dari regulasi dan sanksi yang akan didapatkan apabila melanggar. Pelaksanaan tata kelola perusahaan pada sebagian besar perusahaan di Indonesia merupakan awal perubahan budaya kerja perusahaan (Yulinar, 2009). Untuk meningkatkan kinerja perusahaan perlu menyiapkan pedoman perusahaan yang baik dan terstruktur. Kinerja keuangan yang baik akan berakibat pada perumusan perencanaan strategi perusahaan yang baik pula yang pada akhirnya menghasilkan program kerja yang baik dan berimbas pada keuntungan atau laba perusahaan. Hal ini bisa dicapai jika ada kerja sama dan tata kelola yang baik dari seluruh komponen perusahaan. Kajian tentang pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan terhadap kinerja perusahaan juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui penerapan manajemen risiko. Kajian tentang pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan terhadap kinerja perusahaan telah dilakukan oleh Outa dan Waweru (2016) yang.

(25) 9. menunjukkan bahwa CGI (corporate governance index) berpengaruh signifikan positif terhadap financial performance. Temuan tersebut didukung oleh Hoque, et al. (2012) yang menemukan bahwa kepemilikan publik dan frekuensi pertemuan komite audit, ukuran direksi, dan independensi direksi secara signifikan positif berpengaruh terhadap kinerja bank yang terdiri dari Return of Equity (ROE), Return of Asset (ROA) dan Tobin’s Q. Berbeda halnya dengan hasil penelitian Munisi dan Randoy (2013) yang menemukan bahwa dewan direksi dan komite audit berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja akuntansi dan komite audit signifikan negatif terhadap kinerja pasar. Peters dan Bagshaw (2014) menunjukkan bahwa sebagian besar item corporate governance telah diungkapkan perusahaan, sedangkan sektor perbankan memiliki tingkat pengungkapan tata kelola perusahaan tertinggi dibandingkan dengan dua sektor lainnya, serta tidak ada perbedaan antara perusahaan dengan pengungkapan corporate governance yang tinggi atau rendah terhadap kinerja keuangan. Shahwan (2015) menunjukkan bahwa rata-rata skor keseluruhan corporate governance index (CGI) dari kualitas praktek corporate governance dalam perusahaan Mesir yang listing relatif rendah, sedangkan praktek corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap financial performance. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Rahayu (2013) dan Hassan dan Halbouni (2013) yang menemukan bahwa tata kelola perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial performance, bahkan Aebi, et al. (2012) dan Poudel (2012) menyatakan bahwa standar tata kelola perusahaan tidak signifikan negatif terhadap kinerja bank selama krisis. Sejalan. dengan. perubahan. paradigma. organisasi. dan. semakin. meningkatnya tingkat kompleksitas yang dihadapi oleh perusahaan, maka kebutuhan terhadap pengelolaan risiko juga semakin tinggi. Hal inilah yang.

(26) 10. melatar belakangi Bank Indonesia (BI) mengenalkan manajemen risiko di tahun 2003 melalui PBI no. 5/8/PBI/2003. Dengan tujuan memperkuat awareness pelaku perbankan terhadap manajemen risiko, BI mengeluarkan PBI no. 7/25/PBI/2005 tentang sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank umum. Seiring dengan peningkatan awareness tersebut, BI memperbarui dan menyempurnakan PBI no 5/8/PBI/2003 menjadi PBI no. 11/25/PBI/2009. Pengelolaan profil risiko dalam proses penerapan manajemen risiko di perbankan Indonesia tentu tidak mudah untuk dilakukan. Walaupun telah diatur oleh peraturan-peraturan tersebut, pada kenyataannya masih banyak bank yang belum melakukan pengungkapan secara penuh atas risiko keuangan yang dimiliki. Lingkungan perekonomian yang tidak stabil dan ketatnya tingkat persaingan, menyebabkan perusahaan tidak lepas dari berbagai risiko yang mengancam pencapaian kinerja yang telah ditargetkan karena pencapaian kinerja yang tinggi mengandung risiko yang tingi pula (Badriyah, 2015). Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori harga arbitrase, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil investasi, yang mana setiap faktor adalah sumber terpisah dari risiko sistematis. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang berhubungan dengan semua faktor. Risiko dapat muncul dari faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri di mana bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makroekonomi (PBI, 2011). Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 sebagaimana diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Peraturan ini dikeluarkan karena situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko usaha perbankan. Diversifikasi.

(27) 11. dan konglomerasi keuangan menimbulkan beragam produk yang berakibat pada potensi kewajiban terjadinya risiko yang meningkat secara saling berhubungan (Cumming dan Mirtle, 2001). Hal ini akan meningkatkan kebutuhan praktik tata kelola. perusahaan,. fungsi. identifikasi,. pengukuran,. pemantauan,. dan. pengendalian risiko bank. Proses manajemen risiko diperlukan untuk mengetahui apakah kegiatan pengendalian atas setiap risiko sudah dilakukan dalam kegiatan operasional bank, sedangkan pendekatan kuantitatif diperklukan untuk mengatur sampai seberapa jauh risiko yang dihadapi dan seberapa besar kerugian yang akan dialami. Bank Indonesia menggunakan 8 jenis alternatif penilaian profil risiko yang wajib dikelola dan dilaporkan oleh bank-bank di Indonesia yaitu dengan penilaian risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko reputasi dan risiko kepatuhan. Lahir dari sifat intermediasi, bank menghadapi empat risiko dasar, yaitu risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kredit, dan risiko suku bunga (Eken dan Kale, 2013). Namun hingga saat ini, tidak ada konsensus yang menyatakan secara tepat tentang pengukuran risiko perbankan. Dalam penelitian ini akan lebih difokuskan kepada risiko yang dianggap sangat krusial yaitu risiko kredit dan risiko operasional. Risiko kredit dapat terjadi setelah diawali dengan risiko operasional. Namun risiko operasional sering diidentifikasikan secara keliru sebagai risiko kredit, atau pun sebaliknya. Seringkali default debitur dan konsentrasi pinjaman mengarah pada munculnya risiko kredit, sedangkan kesalahan dalam menganalisa, pengikatan jaminan dan dokumentasi atas kredit menjadi pemicu terjadinya risiko operasinal. Kegagalan kredit di bank bukanlah hal yang baru atau jarang terjadi, yang mana mempengaruhi posisi likuiditas serta arus kas dan keuntungan. Oleh karena itu, Greuning dan Bratanovic dalam Simon (2015) menegaskan bahwa.

(28) 12. risiko kredit adalah ancaman terbesar untuk setiap kinerja bank dan penyebab utama kegagalan bank. Aktivitas kredit sendiri merupakan salah satu kegiatan utama sebuah bank karena bila bank tidak memberikan kredit kepada debitur berarti tidak ada uang yang berputar dan tidak ada bunga yang dapat ditarik dari para peminjam. Padahal bunga kredit tersebut merupakan pendapatan utama dari sebuah bank. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian kredit merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dihindari dari sebuah bank dan adanya aktivitas kredit pasti juga akan diikuti kemungkinan timbulnya risiko kredit. Kajian tentang pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan terhadap risiko kredit telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya Permatasari dan Novitasary. (2014). yang. menunjukkan. bahwa. tata. kelola. perusahaan. berpengaruh terhadap manajemen risiko. Temuan tersebut didukung oleh Roziq dan Danurwenda (2012). yang menyatakan bahwa tata kelola perusahaan. secara signifikan berpengaruh terhadap risiko bisnis Bank Islam. Barbosa, et al. (2014) menjelaskan bahwa bank cenderung untuk memberikan kredit kepada perusahaan-perusahaan yang mengadopsi praktik corporate governance dengan baik, sedangkan penerapan praktik corporate governance dianggap sangat relevan dalam proses penilaian risiko kredit. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian Rachmadan dan Harto (2013) yang menemukan bahwa indikator tata kelola perusahaan yang lain tidak berpengaruh terhadap manajemen risiko. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Rachdi, et al. (2013) bahwa indikator corporate governance (bank kecil dan board duality, independent directors, dan board of directors) tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko kebangkrutan dan risiko kredit. Sejak Basel II (Basel Capital Accord II) dalam perannya sebagai regulator dan pengawas perbankan di Indonesia mulai disosialisasikan dan diwajibkan.

(29) 13. bagi lembaga perusahaan, mulailah dikenal jenis risiko yang jauh lebih luas daripada risiko kredit dan risiko pasar, yaitu risiko operasional. Pengelolaan risiko operasional bertujuan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang telah atau hampir terjadi yang disebabkan karena kurang memadai atau tidak berfungsinya proses-proses internal, faktor kesalahan manusia, kelemahan sistem dan teknologi atau berbagai faktor eksternal yang dapat berpengaruh negatif terhadap operasional perusahaan. Kajian tentang pengaruh pelaksanaan tata kelola perusahaan terhadap risiko operasional telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya penelitian Chernobai, et al. (2011) yang menunjukkan corporate governance berpengaruh signifikan terhadap risiko operasional. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Liu dan Cortes (2015). yang menunjukkan bahwa shock absorption capability,. governance, risk management berpengaruh positif signifikan terhadap efisiensi operasional. Berbeda halnya dengan Kallenberg (2009) yang menjelaskan bahwa pendekatan operational risk management (ORM) pada industri Swedia saat ini bersifat kurang formal dan cenderung berbentuk dalam aktivitas sederhana, sedangkan pendekatan enterprise risk management ( ERM) lebih disukai karena berbentuk formal, desentralisasi, pragmatis, bottom-up terhadap eksposur risiko secara keseluruhan. Perusahaan yang mengenali dan mengatasi risiko, akan mendapatkan keunggulan kompetitif dalam jangka panjang (Lipworth, 1997), yang dapat menjaga stakeholders mendapatkan hak mereka masing-masing, karena sistem manajemen risiko yang didesain dengan baik akan memastikan bahwa seluruh aktivitas yang mengandung risiko dievaluasi dengan hati-hati oleh manajer dan pekerja yang bertanggungjawab (Nocco dan Stulz, 2006). Dengan menerapkan manajemen risiko akan lebih baik dalam mengendalikan risiko, perusahaan dapat lebih mengeksplorasi dan mengeksploitasi peluang yang ada, memperbaiki.

(30) 14. hubungan dengan pemangku kepentingan, dapat meningkatkan reputasi perusahaan dan juga melindungi direksi dan pejabat lainnya dalam mengelola perusahaan (Susilo dan Kaho, 2010). Oleh karena itu, penerapan manajemen risiko yang tepat akan mengantarkan perusahaan meraih tujuan yang sudah ditargetkan tanpa mengesampingkan kepentingan seluruh elemen stakeholder dengan memastikan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Kegagalan dalam pengelolaan risiko dari sebuah bank, sebagian atau seluruhnya akan berdampak pada perekonomian suatu negara. Risiko dari kegagalan sebuah bank bukan hanya menimbulkan dampak bagi perekonomian, tetapi juga bagi yang berhubungan langsung dengan perbankan seperti para pemegang saham. Jika pengelolaan risiko perusahaan tersebut buruk akan berdampak pada kinerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yang ditunjukkan Jafari, et al. (2011) bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara manajemen risiko dan kinerja perusahaan. Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum semuanya menyadari pentingnya penerapan manajemen risiko. Hanggraeni (2014) menyatakan bahwa beberapa perusahaan bahkan menyatukan fungsi manajemen risiko dengan internal audit, bahkan juga ditemukan perusahaan yang menyatukan manajemen risiko dengan direktur keuangan atau dengan direktur operasi. Apabila kedua fungsi tersebut disatukan, independensi dan akuntabilitas dari prinsip tata kelola perusahaan sulit dinilai. Hal ini dapat dipastikan keberadaan manajemen risiko hanya menambah beban keuangan karena harus membangun database risiko dan sosialisasi, namun manfaatnya tidak optimal. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa dewan direksi dan dewan komisaris belum menyadari pentingnya penerapan manajemen risiko secara terintegrasi, atau bahkan sudah mengetahui namun enggan untuk menerapkan karena adanya tujuan tertentu..

(31) 15. Pengaruh risiko kredit terhadap kinerja keuangan telah dikaji oleh Attar, dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Arif dan Anees (2012) bahwa non perfirming loan (NPL) berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas. Temuan tersebut didukung oleh Poudel (2012) yang menemukan bahwa non performing loan (NPL). berpengaruh signifikan negatif terhadap. kinerja keuangan bank. Hasil yang berbeda ditemukan dalam penelitian Haryati dan Kristijadi (2014) yang menunjukkan bahwa profil risiko tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan. Selain itu, tata kelola perusahaan yang baik berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Karim dan Alam (2013) yang menunjukkan bahwa ratio analysis berpengaruh signifikan terhadap return of assets (ROA), kecuali efisiensi operasional. Ratio Analysis berpengaruh signifikan terhadap economic value add, kecuali efisiensi operasional dan risiko kredit. Selain itu, Ratio Analysis berpengaruh tidak signifikan terhadap Tobin’s Q, kecuali ukuran perusahaan. Kajian tentang pengaruh risiko operasional terhadap kinerja keuangan telah dilakukan Attar, dkk. (2014) yang menunjukkan bahwa penerapan manajemen. risiko. (kredit,. likuiditas. dan. operasional). secara. simultan. berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Ongore dan Kusa (2013) yang menunjukkan bahwa faktor-faktor khusus bank berpengaruh terhadap kinerja bank, kecuali variabel likuiditas, sedangkan seluruh faktor makroekonomi tidak signifikan tergadap kinerja bank. Gillet, et al. (2010) menjelaskan bahwa hilangnya nilai pasar disebabkan oleh pengumuman jumlah kerugian operasional, sehingga penghematan besar dapat dicapai melalui teknik manajemen aktif (Chapelle, et al., 2008)..

(32) 16. Temuan berbeda terdapat dalam penelitian Eken dan Kale (2013) yang menunjukkan bahwa profitabilitas bank tidak selalu paralel dengan preferensi pengambilan risiko. Selain itu, bank dengan efisiensi risiko rendah harus merevisi gaya bisnis untuk perbaikan potensial. Rasid, et al., (2011) menunjukkan bahwa manajemen akuntansi dan manajemen risiko yang saling berhubungan berfungsi untuk membantu organisasi dalam membuat keputusan. Hasil yang sama dijumpai pada penelitian Haryati dan Kristijadi (2014) yang menunjukkan bahwa profil risiko tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan. Tata kelola perusahaan yang baik tidak selalu langsung berdampak positif terhadap kinerja perusahaan dalam sekejap (Hanggraeni, 2014). Para pelaku usaha menilai tata kelola perusahaan hanya sebatas kepatuhan terhadap peraturan yang kurang memberikan dampak langsung terhadap kinerja keuangan seperti halnya dalam kegiatan pemasaran (Purwani, 2010). Hal ini menjadi alasan mengapa tata kelola perusahaan kurang maksimal dalam hal implementasinya di kalangan perusahaan-perusahaan Indonesia. Suatu hal yang sangat kontradiktif, di mana di satu sisi penerapan tata kelola perusahaan diyakini sangatlah penting dalam. pencapaian tujuan perusahaan yang. berkelanjutan, namun di sisi lain banyak pelaku usaha yang enggan menerapkannya secara sungguh-sungguh dengan alasan dampak yang ditimbulkan kurang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Kontradiksi tersebut menjadi salah satu latar belakang ditelitinya pengaruh penerapan tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Rendahnya komitmen penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan juga berkaitan erat dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh bank. Bank yang memiliki sistem informasi yang baik sekalipun dapat dihadapkan pada sebuah kegagalan apabila prinsip-prinsip tata kelola tidak berjalan dengan baik. Karakteristik tata kelola perusahaan dan struktur manajemen risiko yang baik.

(33) 17. mampu memperkuat kinerja perusahaan selama masa krisis (Aebi, et al., 2012). Hal ini mencerminkan bahwa risiko dan penerapan tata kelola perusahaan sangat berhubungan erat. Dalam kajian pengaruh tidak langsung tata kelola perusahaan terhadap kinerja perusahaan dengan manajemen risiko sebagai variabel mediasi, Joeswanto dan Malelak (2015) dan Setiawaty (2016) menemukan bahwa manajemen risiko memediasi pengaruh antara tata kelola perusahaan terhadap kinerja perbankan. Lebih lanjut, Permatasari dan Novitasary (2014) menemukan bahwa manajemen risiko memediasi pengaruh antara tata kelola perusahaan terhadap permodalan dan kinerja perbankan. Temuan tersebut didukung oleh Badriyah, dkk. (2015) menemukan bahwa komite manajemen risiko memediasi pengaruh antara tata kelola perusahaan dan karakteristik perusahaan terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, Roziq dan Danurwenda (2012) menemukan bahwa Risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kinerja. Hasil ini menunjukkan bahwa risiko bisnis bukan merupakan variabel mediasi dari pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan. Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan yang tidak diimbangi dengan penerapan manajemen risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan. Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut mendorong perlunya peningkatan efektivitas penerapan manajemen risiko dan tata kelola perusahaan. Tujuannya adalah agar bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan tata kelola perusahaan dan manajemen risiko yang lebih baik sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis..

(34) 18. Krisis ekonomi dalam sektor perbankan ditandai dengan banyaknya bank bermasalah dengan status likuidisi, beku operasi maupun take over. Bank-bank dengan status tersebut kemudian diambil alih pengelolaannya oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) sebagai salah satu lembaga bentukan pemerintah dengan tujuan agar bank bermasalah tersebut dapat disehatkan kembali. Perlakuan khusus terhadap perbankan ini pada praktiknya tidak mampu menghindarkan perbankan dari risiko yang ada. Sebuah perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang buruk akan memiliki manajemen risiko yang buruk, begitupun sebaliknya (Hanggraeni, 2014). Dalam industri perbankan Indonesia, hal tersebut dapat dilihat pada kasus Bank Century yang sekarang berganti nama menjadi Bank Mutiara. Pada tanggal 20 November 2008, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengambil alih dan menetapkan bank tersebut sebagai bank gagal akibat banyaknya kredit bermasalah yang dimiliki bank tersebut (Endang, 2012). Ekonom Fadhil Hasan mengatakan kasus gagal kliring di Bank Century bisa saja diakibatkan oleh kekurangan likuiditas, hal ini terkait dengan adanya kesulitan pendanaan yang dialami industri perbankan saat ini, dan selanjutnya diambil alih oleh pemerintah (Asna, 2006). Kasus lain terjadi pada bulan April 2009, BI menutup salah satu bank, yakni Bank IFI (Indonesia Finance of Investment Company). Bank yang sahamnya dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai BTN, PT Pengelola Investama Mandiri dan Group Ramako. Pada saat ditutup rasio kecukupan modal bank tersebut anjlok di bawah 8%, dan modal bank merosot akibat rasio kredit bermasalah atau non performing loan yang tinggi mencapai 24%. Kebangkrutan sebuah bank bisa dipicu oleh berbagai faktor, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Bank bisa bangkrut dan harus ditutup kalau kinerjanya.

(35) 19. buruk akibat naiknya kredit macet, atau aset bermasalah secara signifikan (Sugiarto, 2009). Munculnya permasalahan di atas menjadi alasan peneliti untuk meneliti kembali mengenai kinerja bank dilihat dari manajemen risiko dan pelaksanaan tata kelola perusahaan. Beberapa penelitian mengenai pengaruh langsung dan tidak langsung antara tata kelola perusahaan, risiko kredit, risiko operasional dan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Perbedaan hasil dalam beberapa penelitian tersebut lebih dikarenakan oleh penggunaan model pengukuran yang berbeda pada masing-masing variabel yang sama. Hal ini mengindikasikan research gap dalam penelitian, yang menjadi salah satu dasar untuk menguji ulang pola hubungan atau pengaruh langsung dan tidak langsung antara tata kelola perusahaan, risiko kredit, risiko operasional, dan kinerja keuangan, dengan menggunakan model pengukuran yang relevan dan lebih komprehensif. Hal tersebut menarik untuk diteliti, mengingat bahwa pemerintah telah mengeluarkan peraturan khusus yang harus ditaati dan dilaksanaan oleh perbankan. PBI No. 13/1/PBI/2011 menunjukkan bahwa sinergi dari tata kelola perusahaan, manajemen risiko, dan kinerja perusahaan akan menjadi power perbankan. Penelitian ini dilakukan dengan mengintegrasikan model penelitian yang lebih luas, yakni melalui pengembangan model dari penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam mengukur variabel tata kelola perusahaan, digunakan sebuah indeks yang dikembangkan oleh Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), sebagaimana telah disepakati para pemimpin negaranegara G20 sebagai standar global atas tata kelola perusahaan. Selain itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida (2015) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip OECD akan melengkapi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang sudah diterapkan di OJK. Self.

(36) 20. assessment tata kelola perusahaan OJK yang dilakukan oleh perusahaan merujuk pada sejumlah metode yang dipergunakan, sehingga hanya internal perusahaan yang berhak menilai implementasi tata kelola perusahaan dan lembaga terkait (Fakhrurroji, 2016). Informasi dalam Annual Report hanya melaporkan berapa penilaian yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan Non Performing Loans (NPL) sebagai proksi dari risiko kredit perbankan, yang mana semakin tinggi nilai NPL akan mengganggu perputaran dana perbankan sehingga menyebabkan bank mengalami kesulitan likuiditas. Menurut Maartin dan Repullo (2010), banyak pinjaman yang diberikan oleh bank yang akhirnya macet (gagal bayar), NPL juga tidak terlalu terpengaruh oleh perubahan terkait standar akuntansi yang berlaku. Selain itu, NPL juga menggunakan model teoritis yang mempertimbangkan kredit macet sebagai sumber utama ketidakstabilan bank. Risiko operasional seringkali luput dari perhatian perbankan. Perbankan sering kali terlambat mengidentifikasi risiko operasional ini dan hal ini yang dapat membawa perbankan pada kebangkrutannya. Maka dari itu perbankan perlu menghitung tingkat risiko operasionalnya. Dengan menghitung potensi kerugian maksimal risiko operasional, diharapkan aktivitas operasional tidak menimbulkan kerugian melebihi kemampuan bank itu sendiri. Adapun proksi yang digunakan adalah Beban Operasional terhadap Pendapatan operasional (BOPO), yang mana nilai yang tinggi menunjukkan tidak efisiennya bank dalam menjalankan usahanya sehingga menyebabkan kerugian bagi bank. Pengukuran variabel kinerja perusahaan dengan menggunakan indikator penilaian pasar berupa Tobin’s Q untuk mengukur pasar modal yang tidak terstruktur dan berfluktuasi. Gani dan Jermias (2006) berpendapat bahwa penilaian berbasis pasar, seperti Tobin’s Q, cenderung lebih objektif dari penilaian berbasis akuntansi, meskipun juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang.

(37) 21. tidak terkendali. Penggunaan penilaian pasar sebagai kinerja perusahaan terletak pada asumsi yang mendasari teori keagenan bahwa agen (manajer perusahaan) menunjukkan lebih menyukai kinerja berbasis akuntansi karena penilaian ini lebih mudah untuk dikontrol daripada langkah-langkah eksternal atau berbasis pasar (Gani dan Jermias, 2006). Oleh karena itu, penggunaan penilaian berbasis pasar dari kinerja perusahaan lebih objektif karena berkurangnya kendali manajer perusahaan. Mengingat pentingnya penilaian tingkat kinerja keuangan perbankan guna menentukan kebijakan-kebijakan untuk menjaga kelangsungan operasional dan efisiensi keuangan perbankan dalam menghadapi persaingan sesama jenis usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah ada pengaruh baik langsung maupun tidak langsung penerapan tata kelola perusahaan, risiko kredit, risiko operasional dan kinerja keuangan.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya dan didasarkan pada fenomena kondisi perusahaan perbankan serta celah penelitian, maka perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah tata kelola perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan? 2. Apakah tata kelola perusahaan berpengaruh signifikan terhadap risiko kredit? 3. Apakah tata kelola perusahaan berpengaruh signifikan terhadap risiko operasional? 4. Apakah risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan? 5. Apakah risiko operasional berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan?.

(38) 22. 6. Apakah tata kelola perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dengan dimediasi oleh risiko kredit? 7. Apakah tata kelola perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dengan dimediasi oleh risiko operasional?. 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan yang ingin dicapai adalah untuk: 1. Menguji dan menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan. 2. Menguji dan menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan terhadap risiko kredit. 3. Menguji dan menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan terhadap risiko operasional. 4. Menguji dan menganalisis pengaruh risiko kredit terhadap kinerja keuangan. 5. Menguji dan menganalisis pengaruh risiko kredit terhadap kinerja keuangan. 6. Menguji dan menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan dengan dimediasi oleh risiko kredit. 7. Menguji dan menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan dengan dimediasi oleh risiko operasional.. 1.4 Manfaat Penelitian Bertitik tolak dari uraian latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :.

(39) 23. 1. Secara teoritis, manfaat penelitian yang diharapkan adalah: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan ilmu manajemen keuangan, terutama pelaksanaan tata kelola perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Hasil uji hipotesis nantinya akan memberikan bukti empiris dari dampak implementasi tata kelola perusahaan, baik terhadap risiko kredit, risiko operasional, maupun pencapaian kinerja keuangan. 2. Secara praktis, manfaat penelitian yang diharapkan adalah: a. Bagi Perbankan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alat untuk menilai sejauh mana tingkat kinerja keuangan, bagaimana kondisi posisi keuangan perusahaan, dan juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan kebijakan keuangan serta dasar prediksi kondisi di masa yang akan datang. Selain itu, manajer perbankan dapat mengetahui seberapa besar pengaruh tata kelola perusahaan, risiko kredit,dan risiko operasional terhadap kinerja keuangan. b. Bagi Investor Memberikan masukan bagi para investor dalam melakukan keputusan investasi.. Investor. diharapkan. mempertimbangkan. tata. kelola. perusahaan, risiko kredit, dan risiko operasional serta dampaknya terhadap kinerja keuangan dalam pengambilan keputusan sebelum investasi pada perbankan. c. Bagi Peneliti/Akademisi Memberikan tambahan informasi dan rujukan sebagai perbandingan untuk penelitian selanjutnya, baik dalam sektor industri perbankan maupun sektor lainnya..

(40) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa hasil penelitian yang berupa jurnal, baik berstandar nasional maupun internasional. Semakin banyak penelitian terdahulu yang dicantumkan, maka semakin kuat dasar penelitian yang akan dilakukan. Hal ini mengindikasikan bahwa isu yang diteliti memang penting untuk diketahui dan dimengerti. Beberapa penelitian terdahulu yang akan digunakan untuk mengarahkan penelitian ini diringkas dalam Tabel 2.1 dalam lampiran 1. Adapun paparan secara lengkapnya sebagai berikut: Kallenberg. (2009). mengkaji. dan. menganalisis. pengaruh. antara. operational risk management dan enterprise risk management terhadap corporate governance. Penelitian eksploratif ini dilakukan melalui wawancara dengan 20 kepala pengelelola risiko yang berpengalaman di Industri Swedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ORM pada industri Swedia saat ini bersifat kurang formal dan cenderung berbentuk dalam aktivitas sederhana, sedangkan. pendekatan. desentralisasi,. pragmatis,. ERM. lebih. bottom-up. disukai terhadap. karena. berbentuk. eksposur. risiko. formal, secara. keseluruhan. Chernobai, et al. (2011) melakukan penelitian kerugian operational pada lembaga keuangan AS pada tahun 1980 sampai tahun 2005 dengan mempertimbangkan pendekatan AMA. Adapun variabel independen yang digunakan adalah corporate governance dengan menggunakan indikator Gindex, sedangkan variabel dependen berupa firm characteristics CEO incentives,. 24.

(41) 25. serta variabel kontrol berupa firm size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kerugian operasional dapat disesuaikan dengan kontrol internal (firm characteristics, corporate governance, CEO incentives). Temuan ini menyoroti korelasi antara risiko operasional dan risiko kredit, serta peran tata kelola perusahaan dan insentif manajerial yang tepat dalam mengurangi risiko operasional. Arif dan Anees (2012) melakukan penelitian untuk menguji risiko likuiditas dan mengevaluasi dampaknya terhadap keuntungan bank di Pakistan selama periode waktu dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Alat analisi yang digunakan multiple regressions. Adapun variabel dependen yang digunakan adalah performance (profitabilitas), sedangkan variabel independen berupa liquidity risk dengan menggunakan indikator deposits, cash, liquidity gap, NPLs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Risiko likuiditas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan liquidity gap dan NPL memperburuk risiko likuiditas. Selain itu, liquidity gap dan NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas. Rachdi, et al. (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana karakteristik dewan mempengaruhi risiko di indusrti perbankan. Analisis empiris berdasarkan 11 bank konvensional di Tunisia. Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonometrik dengan GLS RE. Adapun variabel independen yang digunakan adalah banking governance dengan menggunakan indikator board size, board size, independent directors, ceo ownership, bank size, dan capital, sedangkan variabel dependen berupa risk dengan menggunakan indikator Zscore, credit risk, dan global risk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank kecil dan board duality berpengaruh terhadap risiko kebangkrutan, tetapi berpengaruh tidak signifikan terhadap risiko kredit dan risiko global, sedangkan independent.

(42) 26. directors dan board of directors berpengaruh signifikan terhadap risiko global, tetapi tidak signifikan terhadap risiko kebangkrutan dan risiko kredit. Karim dan Alam (2013) melakukan penelitian untuk mengukur kinerja bank swasta yang terdaftar do Bursa Efek Dhaka dan Bursa Efek Chittagong selama periode waktu dari tahun 2008 sampai tahun 2012 di Bangladesh. Metode analisis data yang digunakan berupa analisis regresi berganda. Adapun variabel dependen yang digunakan adalah financial performance dengan menggunakan indikator berupa ROA, Tobin’s Q, dan economic value add, sedangkan variabel independen berupa ratio analysis dengan menggunakan indikator berupa bank size, credit risk (CR), operational efficiency (OE), asset management (AM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ratio analysis berpengaruh signifikan terhadap ROA, kecuali efisiensi operasional. Ratio Analysis berpengaruh signifikan terhadap economic value add, kecuali efisiensi operasional dan risiko kredit. Selain itu, Ratio Analysis berpengaruh tidak signifikan terhadap Tobin’s Q, kecuali ukuran perusahaan. Eken dan Kale (2013) melakukan penelitian untuk membandingkan kinerja bank atas preferensi pengambilan risiko dengan model yang berbeda. Alat analisis yang digunakan adalah data panel dengan menggunakan 20 bank ritel terbesar di Turki sebagai sampel dalam periode tahun 2007-2010. Adapun variabel dependen yang digunakan adalah performance of banks dengan alat ukur berupa NIM, ROAA, dan ROAE, sedangkan variabel independen berupa a risk and profitability approach dengan indikator berupa credit risk, interest rate risk, liquidity risk, FX risk, dan operational risk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas bank tidak selalu paralel dengan preferensi pengambilan risiko. Dalam model NIM, keberhasilan memaksimalkan NIM berhubungan dengan risiko suku bunga, risiko likuiditas, risiko nilai tukar, dan risiko kredit..

(43) 27. Selain itu, bank dengan efisiensi risiko rendah harus merevisi gaya bisnis untuk perbaikan potensial. Ongore dan Kusa (2013) melakukan penelitian mengetahui dan menganalisis moderasi pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja bank di Kenya selama periode tahun 2001-2010. Alat analisis yang digunakan berupa model regresi liner berganda dan generalized least square (GLS) pada data panel. Adapun variabel dependen yang digunakan adalah bank performance yang diukur dengan return on equity (ROE), return on asset (ROA), dan net interest margin (NIM), sedangkan variabel independen berupa bank specific dan macroeconomic. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor bank specific berpengaruh terhadap kinerja bank, kecuali variabel likuiditas, sedangkan seluruh faktor makroekonomi tidak signifikan tergadap kinerja bank. Permatasari. dan. Novitasary. (2014). melakukan. penelitian. untuk. mengetahui adanya pengaruh implementasi tata kelola perusahaan terhadap manajemen risiko, permodalan bank, serta kinerja perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 119 bank selama periode tahun 2006-2012, sedangkan pengujian hipotesis penelitian ini dengan menggunakan analisis jalur (path). Adapun variabel dependen yang digunakan adalah permodalan bank yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) & kinerja bank diukur dengan Return on Equity (ROE), sedangkan variabel independennya adalah nilai komposit tata kelola perusahaan dengan manajemen risiko sebagai variabel intervening yang diukur dengan Non Performing Loan (NPL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap manajemen risiko, tata kelola perusahaan dan manajemen risiko tidak berpengaruh terhadap permodalan bank,. tata. kelola perusahaan tidak. berpengaruh terhadap kinerja, namun manajemen risiko berpengaruh terhadap.

(44) 28. kinerja. Dengan demikian manajemen risiko dapat menjadi variabel intervening antara tata kelola perusahaan dengan kinerja bank. Attar, dkk. (2014) melakukan penelitian bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan selama 5 tahun (2007-2011). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dan proses pengolahan data menggunakan program Eviews 6. Adapun variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perbankan diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas yang terdiri dari: ROA dan ROE, sedangkan variabel independennya berupa manajemen risiko dengan indikator yang digunakan untuk mengukur risiko kredit adalah NPL (Non Performing Loan), LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah indikator yang digunakan untuk risiko likuiditas, dan indikator risiko operasional yang digunakan adalah BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan operasional). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan manajemen risiko (kredit, likuiditas dan operasional) secara simultan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Sedangkan, secara parsial hanya penerapan manajemen risiko likuiditas yang tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan yang terdaftar di BEI. Barbosa, et al. (2014) melakukan penelitian untuk menganalisis apakah penerapan corporate governance (CG) oleh perusahaan yang mengajukan pinjaman relevan dengan analisis kredit pada tiga bank besar di Brasil. Penelitian ini adalah eksploratif dengan studi kualitatif dari banyak kasus. Adapun variabel independen yang digunakan adalah corporate governance, sedangkan variabel dependen berupa credit risk analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank cenderung untuk memberikan kredit kepada perusahaan-perusahaan yang.

(45) 29. mengadopsi praktek tata kelola perusahaan dengan baik, sedangkan penerapan praktik tata kelola perusahaan dianggap sangat relevan dalam proses penilaian risiko kredit. Di antara lima subkategori analisis, rata-rata tertinggi peringkat relevansi adalah transparansi dan keterbukaan. Haryati dan Kristijadi (2014) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh profil risiko dan penerapan tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan pada bank umum go-public selama periode periode 2008-2010. Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa SEM dengan generalized structured component analysis (GSCA). Adapun variabel dependen yang digunakan adalah financial performance dengan menggunakan indikator berupa return on assets (ROA), net interest margin (NIM), operating profit growth (GLOp), capital adequacy ratio (CAR), dan composition of capital, sedangkan variabel independen berupa risk profile dengan menggunakan indikator berupa credit risk, market risk, liquidity risk, dan operational risk, serta corporate governance dikukur dengan composite rating GCG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil risiko tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan. Selain itu, GCG berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Shahwan (2015) melakukan penelitian untuk menguji secara empiris kualitas dan dampak tata kelola perusahaan (corporate governance) terhadap kinerja perusahaan yang terdaftar di Mesir serta tekanan finansial dalam konteks pasar yang sedang berkembang. Metode analisis data yang digunakan berupa analisis data panel dengan menggunakan 86 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Mesir. Adapun variabel independen yang digunakan adalah corporate governance dengan menggunakan indikator corporate governance index dan financial distress dengan menggunakan indikator Altman Z-score, sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah financial performance.

(46) 30. dengan menggunakan indikator Tobin’s Q, serta menggunakan variabel kontrol dengan indikator firm size, leverage, book-to-market ratio, current ratio, return on sales, capital intensity dan ownership type. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor keseluruhan CGI menunjukkan bahwa kualitas praktek CG dalam perusahaan Mesir yang listing relatif rendah, sedangkan praktek CG tidak berpengaruh signifikan terhadap financial performance, serta praktek CG tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress. Outa dan Waweru (2016) melakukan penelitian untuk menguji dampak kepatuhan terhadap pedoman tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang terdaftar di Kenya selama periode 2002-2014. Metode analisis data yang digunakan berupa analisis data panel dengan menggunakan 520 perusahaan. Adapun variabel dependen yang digunakan adalah firm financial performance dengan menggunakan indikator return on assets (ROA) and Tobin’s Q, sedangkan variabel independen berupa corporate governance dengan menggunakan indikator (variables of CGI, board balance, board evaluation, board disclosure, serta menggunakan variabel kontrol berupa leverage dan size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CGI berpengaruh signifikan positif terhadap financial performance, sedangkan board evaluation berpengaruh signifikan positif terhadap financial performance, serta board balance dan board disclosure berpengaruh tidak signifikan positif terhadap financial performance.. 2.2 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi.

Referensi

Dokumen terkait

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang digunakan untuk Responden wanita PUS, dengan variabel dalam penelitiannya adalah: 1) status wanita dalam

Kemudian dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa hambatan ketika mahasiswa muslim melaksanakan aktivitas keagamaan yaitu kebijakan kampus yang mempersulit

Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan infrastruktur perkotaan RTRW APBD 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua Penyediaan infrastruktur permukiman Program pembangunan

Walaupun penelitian lanjut belum dilakukan, namun senyawa fenolik yang terkandung dalain kulit ranting maupun daun matoa, daun kipahit, dan daun paku

KNP mencerminkan bagian atas laba atau rugi dan aset neto dari Entitas Anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung oleh Entitas Induk

[r]

Peraturan Perlerintah RI Nornor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia l'ahun 1999 Nomor 115, Tamhahan Lembaran Negara Republik

Penggunaan lahan haruslah memenuhi persyaratan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat berproduksi serta tidak mengalami kerusakan untuk jangka waktu yang tidak