• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.4 Analisis Partial Least Square (PLS)

5.4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menguji kausalitas yang dikembangkan dalam model yaitu pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen. Pengujian hipotesis disini menggunakan nilai T-statistik, dimana kriteria pengujiannya yaitu jika nilai T-Statistik (T-hitung) lebih besar dari T-Tabel (1,96), maka menunjukkan pengaruh yang signifikan. Hasil pengujian hipotesis yang didapat berdasarkan model PLS dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Pengujian Hipotesis

1 X → Y 0,351 0,052 6,649 Signifikan 2 X → -Z1 -0,321 0,050 7,560 Signifikan 3 X → Z2 -0,414 0,073 5,627 Signifikan 4 Z1 → Y -0,133 0,064 2,065 Signifikan 5 Z2 → Y -0,241 0,058 4,146 Signifikan 6 X → Z1 → Y 0,051 0,030 1,976 Signifikan 7 X → Z2 → Y 0,100 0,026 3,305 Signifikan

Sumber: Data diolah (Lampiran 9)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil atas pengujian masing- masing hipotesis dalam penelitian ini, yang secara umum bisa disimpulkan bahwa dari semua hubungan antar variabel terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antar variabel, terkecuali pengaruh variabel tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan yang positif dan signifikan, yang mana dapat dijelaskan secara detail sebagaimana di bawah ini.

Hipotesis 1: Semakin baik tata kelola perusahaan maka akan meningkatkan

kinerja keuangan pada perbankan.

Infornasi pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa koefisien jalur tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan memiliki nilai sebesar 0,502. Tata kelola perusahaan dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja keuangan dikarenakan nilai T-hitung lebih besar dari T-tabel 12,916 > 1,96 dan nilai original sample estimate adalah positif yaitu 0,35 maka arah hubungan antara tata kelola perusahaan dan kinerja keuangan adalah positif. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tata kelola perusahaan diimplimintasikan, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan yang bisa diraih. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H1 dapat diterima.

Hipotesis 2: Semakin baik tata kelola perusahaan maka akan menurunkan

risiko kredit pada perbankan.

Berdasarkan pada tabel 5.4 terkait hasil pengujian pengaruh tata kelola perusahaan terhadap risiko kredit menunjukan bahwa koefisiensi jalurnya sebesar -0,382 dengan nilai T-hitung 7,560 lebih besar dari T-tabel 1,96 dan nilai

original sample estimate adalah negatif yaitu -0,38 maka arah hubungan antara

tata kelola perusahaan dan risiko kredit adalah negatif. Dengan demikian, variabel tata kelola perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel risiko kredit. Hal ini juga bermakna bahwa semakin tinggi implementasi tata kelola perusahaan, maka semakin rendah tingkat risiko kredit. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H2 juga dapat diterima.

Hipotesis 3: Semakin baik tata kelola perusahaan maka akan menurunkan

risiko operasional pada perbankan.

Berdasarkan pada tabel 5.4 terkait hasil pengujian pengaruh tata kelola perusahaan terhadap risiko operasional menunjukan bahwa koefisiensi jalurnya sebesar -0,414 dengan nilai T-hitung 5,627 lebih besar dari T-tabel 1,96 dan nilai

original sample estimate adalah negatif yaitu -0,41 maka arah hubungan antara

tata kelola perusahaan dan risiko operasional adalah negatif. Dengan demikian, variabel tata kelola perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel risiko kredit. Hal ini juga bermakna bahwa semakin tinggi implementasi tata kelola perusahaan, maka semakin rendah tingkat risiko operasional. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H3 juga dapat diterima.

Hipotesis 4: Semakin rendah risiko kredit maka akan meningkatkan kinerja

keuangan pada perbankan.

Berdasarkan pada tabel 5.4 terkait hasil pengujian pengaruh risiko kredit terhadap kinerja keuangan menunjukan bahwa koefisiensi jalurnya sebesar -0,133 dengan nilai T-hitung 2,065 lebih besar dari T-tabel 1,96 dan nilai original

sample estimate adalah negatif yaitu -0,13 maka arah hubungan antara risiko

kredit dan kinerja keuangan adalah negatif. Dengan demikian, variabel risiko kredit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja keuangan. Hal ini juga bermakna bahwa semakin rendah tingkat risiko kredit, maka semakin

tinggi kinerja keuangan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H4 juga dapat diterima.

Hipotesis 5: Semakin rendah risiko operasional maka akan meningkatkan

kinerja keuangan pada perbankan.

Berdasarkan pada tabel 5.4 terkait hasil pengujian pengaruh risiko operasional terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa koefisiensi jalurnya sebesar -0,241 dengan nilai T-hitung 4,146 lebih besar dari T-tabel 1,96 dan nilai

original sample estimate adalah negatif yaitu -0,24 maka arah hubungan antara

risiko operasional dan kinerja keuangan adalah negatif. Dengan demikian, variabel risiko operasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja keuangan. Hal ini juga bermakna bahwa semakin rendah tingkat risiko operasional, maka semakin tinggi kinerja keuangan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H5 juga dapat diterima.

Hipotesis 6: Semakin baik tata kelola perusahaan maka akan meningkatkan

kinerja keuangan melalui manajemen risiko pada perbankan.

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai koefisien pengaruh tidak langsung tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan melalui risiko kredit sebesar 0,100, dan nilai T-hitung 3,305 lebih besar dari T-tabel 1,96. Hal ini berarti bahwa variabel tata kelola perusahaan secara positif dan signifikan mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan melalui risiko kredit atau dengan kata lain, secara positif dan signifikan risiko kredit menjadi mediator antara tata kelola perusahaan dan kinerja keuangan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H6 dapat diterima.

Hipotesis 7: Semakin baik tata kelola perusahaan maka akan meningkatkan

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa nilai koefisien pengaruh tidak langsung tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan melalui risiko operasional sebesar 0,051, dan nilai T-hitung 1,976 lebih besar dari T-tabel 1,96. Hal ini berarti bahwa variabel tata kelola perusahaan secara positif dan signifikan mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja keuangan melalui risiko operasional atau dengan kata lain, secara positif dan signifikan risiko operasional menjadi mediator antara tata kelola perusahaan dan kinerja keuangan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H7 dapat diterima.

Untuk melihat secara keseluruhan korelasi dan pengaruh antar variabel dependent dan independen beserta variabel mediasi yang ada pada penelitian ini bisa dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.2

Diagram Jalur Model Struktural dalam PLS