• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Perbankan sebagai industri high regulated memiliki keunikan dibanding perusahaan pada umumnya. Peran perbankan tidak hanya menjadi perusahaan yang profit oriented, melainkan juga mengemban amanat nasional untuk mensejahterakan rakyat (Taswan, 2010). Dengan begitu risiko dan tantangan yang dimiliki sebuah bank pun besar, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Tantangan dari internal bank berasal dari pihak manajemen bank itu sendiri, sedangkan tantangan eksternal bank dapat berasal dari kondisi perekonomian suatu negara tempat bank tersebut beroperasi.

Kebijakan dan prosedur memiliki pembagian tanggung jawab yang jelas, mempunyai komunikasi yang diarahkan untuk pemahaman tentang kebijakan dan prosedur perusahaan, memiliki program manajemen yang dibutuhkan untuk memperkuat pentingnya kebijakan-kebijakan kunci, prosedur dan system, dan mempunyai program perusahaan yang dirancang untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengatasi masalah dasar di tempat kerja (Hanggraeni, 2014). Dengan di terapkannya tata kelola perusahaan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan diharapkan dapat memberikan kepercayaan kepada manajemen untuk mengelola kekayaan pemegang saham (pemilik). Hal ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah terjadinya pailit dan meminimumkan risiko.

Stabilitas industri perbankan yang memburuk menyebabkan perekonomian negara ke dalam krisis multidimensional. Salah satu langkah strategis yang diambil oleh BI selaku bank sentral untuk melakukan pengetatan

pelaksanaan regulasi industri adalah dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011 tentang penilaian aspek risiko, tata kelola perusahaan, rentabilitas, dan permodalan. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan terhadap risiko dan tata kelola perusahaan yang baik akan mampu mengantarkan perbankan untuk memperoleh kinerja maksimal dengan kondisi perusahaan yang sehat.

Melihat pentingnya eksistensi perbankan, maka kinerja bank menjadi hal utama yang diteliti. Ada dua hal yang menjadi fokus penelitian ini dalam upaya untuk meningkatkan kinerja, yaitu tentang pengelolaan seluruh risiko yang dimungkinkan muncul untuk minimalisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang perusahaan. Kedua tentang mekanisme tata kelola perusahaan untuk memperkuat fondasi perusahaan melalui perlindungan hak dan kewajiban seluruh stakeholder.

Teori yang menjelaskan pentingnya pengukuran kinerja adalah teori signal (signalling theory). Teori signal (Akerlof, 1970) menjelaskan bahwa manajemen selaku pengelola perusahaan mempunyai informasi yang wajib disampaikan kepada stakeholder selaku pemilik perusahaan terkait kinerja, posisi keuangan perusahaan, dan kondisi perusahaan lainnya. Informasi yang muncul nantinya akan memberikan respon penilaian terhadap perusahaan, baik signal positif maupun signal negatif. Pemberian signal oleh manajemen bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi terhadap pihak luar.

Teori yang menjelaskan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan adalah agency theory (Jensen dan Meckling, 1976). Teori agensi yang beranggapan bahwa pelimpahan wewenang dari pemilik saham kepada manajemen dapat memunculkan konflik, di mana manajemen akan mengutamakan kepentingan pribadi tambahan daripada kepentingan perusahaan dan pemilik saham. Biasanya, manajemen hanya berorientasi pada

keuntungan jangka pendek sedangkan pemilik saham lebih berfokus pada keuntungan jangka panjang. Kepentingan manajemen dianggap akan memunculkan biaya tambahan yang dapat menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan.

Pengukuran risiko sangat berhubungan dengan pengukuran return, karena bank menghadapi risiko yang mungkin timbul disebabkan dalam rangka uasaha dalam mendapatkan return. Menurut teori laba menanggung risiko

(risk-bearing theory of profit), keuntungan ekonomi diatas normal akan diperoleh

perusahaan dengan risiko diatas rata-rata. Teori ini berpendapat bahwa, perusahaan perusahaan yang beroperasi pada tingkat rata-rata efisiensi dapat menghindari kerugian, maka mereka yang beroperasi di atas permukaan yang harus menuai keuntungan ekonomi (Gupta, 1988). Di dunia perbankan, bank dengan tingkat risiko kredit yang tinggi cenderung akan menerapkan kebijakan untuk memperoleh margin yang tinggi. Risiko yang mungkin timbul perlu diantisipasi sebelumya, sehingga manajemen perlu meminimisasi risiko yang mungkin terjadi.

Tata kelola perusahaan yang baik dianggap mampu memaksimalkan kinerja keuangan perusahaan. Tata kelola perusahaan dimaksudkan untuk mengatur mekanisme dan sistem perusahaan, terlebih untuk manajemen perusahaan tersebut karena pemilik dapat ikut serta mengontrol jalannya perusahaan. Apabila konflik yang terjadi di sebuah perusahaan tidak dikelola dengan baik, maka tingkat pencapaian kinerja yang ditargedkan akan sulit terealisasi. Selain itu, penerapan tata kelola perusahaan diharapkan mampu meminimalisir risiko-risiko bank, yang mana perbankan cenderung memiliki risiko yang lebih kompleks. Risiko yang tidak dikelola dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan didukung

dengan praktik manajemen risiko diharapkan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan.

Perbankan menghadapi berbagai risiko akibat dari diversifikasi dan konglomerasi dari berbagai produk, namun pengelolaan risiko kredit dan risiko operasional merupakan satu hal yang cukup menentukan keberlangsungan suatu perusahaan. Peningkatan jumlah kredit jika tidak disertai dengan kehati-hatian dan selektifitas yang tinggi akan meningkatkan risiko kredit macet. Selain itu, setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas perusahaan yang bersangkutan. Implemetasi tata kelola perusahaan yang baik diharapkan dapat membantu perbankan melakukan proses penyaluran kredit yang benar serta pelaksanaan kegiatan operasional secara efisien sehingga perbankan dapat memiliki neraca keuangan yang sehat.

Kajian teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah disajikan pada bab dua menghasilkan determinan yang dapat menjelaskan pola hubungan tata kelola perusahaan, risiko kredit, risiko operasional, dan kinerja perusahaan, maka kerangka kerangka konseptual penelitian ini disajikan sebagai berikut:

Gambar 3.1.

Kerangka Konsep Penelitian 4 1 3 5 2 Tata Kelola Perusahaan Risiko Operasional Kinerja Keuangan Risiko Kredit

Referensi:

1. Shahwan (2015); Outa dan Waweru (2016).

2. Permatasari dan Novitasary (2014); Barbosa et al (2014); Rachdi, et al. (2013).

3. Chernobai, et al. (2011); Kallenberg (2009).

4. Arif dan Anees (2012); Haryati dan Kristijadi (2014); Attar, dkk. (2014); Karim dan Alam (2013).

5. Attar, dkk. (2014); Eken dan Kale (2013); Ongore dan Kusa (2013); Haryati dan Kristijadi (2014).