PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN
KABUPATEN SUMEDANG
SKRIPSI
Oleh
POPONG SRI WARTINI 1008748
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT
BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN KABUPATEN SUMEDANG
Oleh Popong Sri Wartini
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Popong Sri Wartini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
POPONG SRI WARTINI
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
PERUBAHAN SIFAT BENDA DI KELAS III SDN BABAKAN KECAMATAN SUMEDANG SELATAN
KABUPATEN SUMEDANG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING
Pembimbing I
Dr. NURDINAH HANIFAH, M.Pd NIP: 197403152006042001
Pembimbing II
H. ATEP SUJANA, M.Pd NIP: 197212262006041001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1 Kelas
DAFTAR ISI
A.Perumusan dan Pemecahan Masalah... 5
1. Perumusan Masalah... 5
2. Pemecahan Masalah... 6
B.Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian... 10
1. Tujuan Penelitian... 10
2. Manfaat Penelitian... 10
D.Batasan Istilah... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ………... 12
B. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar……….. 14
1. Belajar………. 14
2. Mengajar………..………... 14
3. Bahan dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD…………. 15
4. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar…………..……… 16
5. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar…….……… 16
6. Nilai-nilai Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam………. 17
7. Pendekatan-pendekatan Ilmu Pengetahuan Alam di SD……… 18
C. Teori Belajar yang Mendukung Model Siklus Belajar…….……... 19
D.Model Pembelajaran Model Siklus Belajar……… 21
1. Pengertian Model Siklus Belajar…...………. 21
2. Manfaat dan Kelemahan Model Siklus Belajar…... 22
3. Fase-fase Model Siklus Belajar………..…...……. 23
E.Materi Perubahan Sifat-sifat Benda……… 25
F. Temuan Hasil yang Relevan……… 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... …... 29
1. Lokasi Penelitian………...……….. 29
1. Tahap Perencanaan Tindakan………... 37
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan…………... 37
3. Tahap Observasi………... 38
4. Tahap Analisis dan Refleksi………... 39
E. Instrumen Penelitian………... 39
1.Lembar Observasi………... 39
2.Lembar Wawancara ………... 40
3.Lembar Tes………... 40
4.Catatan Lapangan……… ………... 40
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data………... 41
1.Teknik Pengolahan Data………... 41
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal………... 45
B.Paparan Data Tindakan………... 47
1. Paparan Data Tindakan Siklus I…………... 47
a. Paparan Data Perencanaan Siklus I………... 47
b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus I…………... 48
c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus I………... 57
d. Analisis dan Refleksi Siklus I………... 59
2.Paparan Data Tindakan Siklus II…... 66
a. Paparan Data Perencanaan Siklus II………... 66
b. Paparan Data Pelaksanaan Siklus II………... 66
c. Paparan Data Hasil Belajar Siklus II………... 76
d. Analisis dan Refleksi Siklus II………... 77
3.Paparan Data Tindakan Siklus III….………... 82
a.Paparan Data Perencanaan Siklus III…………... 82
b.Paparan Data Pelaksanaan Siklus III………... 82
c.Paparan Data Hasil Belajar Siklus III...…………... 91
d.Analisis dan Refleksi Siklus III………... 93
1.Paparan Pendapat Siswa………... 97
2.Paparan Pendapat Guru………... 97
D. Pembahasan………... 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ……… 108
B. Saran /Rekomendasi……….. 111
DAFTAR PUSTAKA………... 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 114
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
1.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa...………... 4
3.1 Nama-nama Guru SDN Babakan………. 30
3.2 Daftar Jumlah Siswa SDN Babakan ..………. 31
3.3 Daftar Jumlah Siswa Kelas III SDN Babakan ..……….. 32
4.1 Data Awal Hasil Belajar Siswa...………... 46
4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus I……... 47
4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus I... 54
4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I……… 56
4.5 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I………... 58
4.6 Analisis dan Refleksi Siklus I……….. 59
4.7 Rangkuman Hasil Siklus I...………... 65
4.8 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus II…….. 66
4.9 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus II…... 73
4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II... 74
4.11 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II……… 76
4.12 Analisis dan Refleksi Siklus II……...……….. 77
4.13 Rangkuman Hasil Siklus II...…….……… 81
4.14 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus III... 82
4.15 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus III…….. 88
4.16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III... 90
4.17 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III………... 92
4.18 Analisis dan Refleksi Siklus III.……….. 93
4.19 Rangkuman Hasil Siklus III...………... 96
4.20 Perbandingan Aktivitas Siswa Tiap Siklus……….. 104
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.1 Bagan Siklus Belajar Jenis Spiral………... 7
2.2 Skema Perubahan Wujud Benda…………..……... 26
3.1 Denah Sekolah SDN Babakan………... 30
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik
4.1 Peningkatan Hasil Perencanaan.………... 100
4.2 Peningkatan Hasil Observasi Kinerja Guru………... 102
4.3 Perbandingan Aktivitas Siswa Tiap Siklus ….…... 105
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
1 RPP Siklus I………... 114
2 RPP Siklus II………... 123
3 RPP Siklus III………... 131
4 Format Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan..…... 139
5 Format Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan…... 140
6 Format Observasi Aktivitas Siswa………. 143
7 Format Pedoman Wawancara Guru ………... 145
8 Format Pedoman wawancara Siswa...………... 146
9 Format Penilaian………..………... 147
10 Format Catatan Lapangan ………. 148
11 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus I……. 149
12 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus II…… 150
13 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Perencanaan Siklus III…... 151
14 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus I…... 152
15 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus II... 153
16 Hasil Observasi Kinerja Guru Tahap Pelaksanaan Siklus III …. 154 17 Deskriptor Penilaian Kinerja Guru……….………... 155
18 Hasil Observasi Aktivitas Siklus I………... 157
19 Hasil Observasi Aktivitas Siklus II..………. 158
20 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III....…………... 159
21 Deskriptor Aktivitas Siswa………. 160
22 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I ………... 161
23 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ………... 162
24 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus III…..………... 163
25 Hasil Kelompok Siswa………... 164
26 Hasil Tes Individu Siswa……… 174
28 Hasil Wawancara Siswa………. 186
29 Hasil Catatan Lapangan………. 189
30 Surat Keterangan Pembimbing……….. 192
31 Surat Izin Penelitian………... 193
32 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ………... 194
33 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran ………... 195
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks
sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena ilmu pengetahuan
berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam,
IPA) dan social science (Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS). Meskipun demikian
penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan
Alam, yang diIndonesiakan menjadi sains. Tetapi ingat ketika dunia international
mengatakan science maka yang dimaksud ilmu pengetahuan alam, beda dengan di
Indonesia, masih ada saja orang yang mengartikan sains sebagai ilmu pengetahuan
secara umum.
Pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam semesta dan segala
isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh
manusia. Jadi secara singkat IPA merupakan pengetahuan yang rasional dan
obyektif tentang alam semesta dan isinya (Somatowa, 2006:2). Ilmu pengetahuan
alam adalah ilmu yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala
isinya. Keterampilan yang digunakan dalam pembelajaran IPA didasarkan pada
serangkaian langkah-langkah kegiatan yang biasanya ditempuh oleh para ilmuwan
untuk mendapatkan atau menuju pengetahuan yang dapat berupa prinsip atau
konsep. Sebagaimana diungkapkan oleh Mariana (2009: 14)
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis dan sistematis tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan pengujian gagasan.
Definisi tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
yang tercantumdalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Depdiknas
(2006: 45), IPA disekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan
sebagai berikut:
2
b. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi; antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan gejala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SLTP.
Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, makapembelajaran IPA harus
dikemas agar menyenangkan, menarik, mampu mengembangkan keterampilan
proses dan bersikap ilmiah.. Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa
dapat menyadari keterbatasan pengetahuan mereka, memiliki rasa ingin tahu
untuk menggali berbagai pengetahuan baru dan akhirnya dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. khususnya untuk IPA SD
hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara
ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya
dan mencari jawaban atau fenomena alam berdasarkan bukti serta tanggungjawab
berdasarkan cara berpikir ilmiah.Pembelajaran IPA di SD menurut Piaget (Tim
PLPG, 2012: 46)harus sesuai dengan perkembangan intelektual anak usia SD.
Usia anak SD berkisar antara 7 tahun sampai dengan 11 tahun, penjelasan tentang
perkembangan anak usia SD sebagai berikut:
Perkembangan anak usia SD tersebut termasuk dalam katagori operasional konkrit. Pada usia operasional konkrit dicirikan dengan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan tertentu yang logis, hal tersebut dapat diterapkan dalam memecahkan persoalan-persoalan konkrit yang dihadapi. Anak operasional konkrit sangat membutuhkan benda-benda konkrit untuk menolong pengembangan intelektualnya.
Oleh karena itu pembelajaran IPA supaya selaras dengan tujuan dalam KTSP
dan perkembangan intelektual siswa harus memperhatikan pemanfaatan model,
metode dan strategi pembelajaran. Pada pelajaran IPA dalam pokok bahasan
3
tanggal 17 Juni 2013, peneliti mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu sebagai
berikut:
1. Kinerja Guru
Dalam membahas materi IPA tidak adanya upaya guru untuk
mengembangkan kegiatan diskusi kelompok atau diskusi kelas, target
keberhasilan pengajaran IPA yang diterapkan, guru cenderung lebih mengarah
pada siswa mengerjakan soal-soal tes semata, akibatnya pemahaman konsep siswa
rendah, guru menerangkan materi menggunakan metode ceramah saja.
Proses pembelajaran IPA di kelas III pada pembelajaran perubahan sifat
benda lebih menekankan kepada pembelajaran IPA sebagai produk. Hal ini
disebabkan guru tidak menguasai metode, teknik atau pendekatan yang sesuai
dengan materi yang terdapat dalam mata pelajaran IPA, sementara IPA lebih
menuntut pengamatan dan pembuktian untuk dipahami, serta memperoleh
pengalaman dalam rangka membuktikan suatu teori maupun konsep. Artinya
pembelajaran IPA harus dilakukan oleh guru melalui proses pembuktian secara
alamiah.
2. Aktivitas Siswa
Berdasarkan observasi, penerapan metode atau teknik yang tidak tepat pada
pembelajaran tersebut mengakibatkan siswa ditengah-tengah kegiatan
pembelajaran, siswa mulai terlihat jenuh karena siswa tidak dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung hanya menjadi pendengar saja,
sehingga siswa mulai beralih pada kegiatan masing-masing seperti mengobrol dan
mengganggu teman, bahkan ada siswa yang selalu bolak-balik ke depan kelas
untuk sekedar mengganggu temannya, siswa yang duduk di belakang tampak
kurang diperhatikan karena guru hanya berdiri di depan kelas.
Hal ini menyebabkan suasana kelas menjadi tidak kondusif. Ketika siswa
yang mengemukakan pendapat, guru langsung menanggapinya, tidak memberi
kesempatan pada siswa lain untuk berpendapat. Diakhir kegiatan pembelajaran
diadakan tes tulis untuk mengetahuis sejauhmana tingkat pemahaman siswa
terhadap materi yang telah disampaikan, setelah diperiksa ternyata banyak siswa
4
mengenai materi perubahan sifat benda, sehingga ketika menemukan konteks
baru, siswa belum mampu menghubungkannya dengan materi yang sudah
disampaikan. Untuk lebih jelasnya hasil data awal siswa kelas III SDN Babakan
yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2013, dalam pembelajaran IPA tentang
perubahan sifat benda, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Data Awal Hasil Belajar Siswa tentang Perubahan Sifat Benda Kelas III SDN Babakan
No Nama Siswa Nilai Interpretasi
5
Upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar tersebut peneliti akan
menerapkan model siklus belajar (learning cycle), karena pandangan tentang
model belajar tersebut bukan hanya tergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa dan pembelajaran akan secara
berkelompok akan lebih bermakna, karena dalam hal ini permasalahan yang
dihadapi biasa diselesaikan secara bersama-sama.
Atas dasar itu penulis menerapkan model siklus belajar (learning
cycle),menurut Sujana (2009: 108) model siklus belajar (learning cycle),“Adalah
sebuah pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal
yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya
situasi konplik pada struktur kognitif siswa”. Model siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase klarifikasi, dan fase
aplikasi.Dengan penerapan konsep memungkinkan siswa untuk menemukan
penerapannya dari konsep-konsep tersebut pada konteks-konteks baru.Sesuai
dengan hasil analisis permasalahan yang terjadi dan didukung oleh teori para ahli,
maka dalam penelitian ini peneliti akan mengangkat judul Penerapan Model
Siklus Belajar (learning cycle)untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswapada
MateriPerubahan Sifat Benda di Kelas III Sekolah Dasar Negeri Babakan
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”
B.Rumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis bahwa siswa kurang perhatian, kurang aktif,
tidak munculnya kerjasama dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan
rendahnya hasil belajar siswa, yang disebabkan guru tidak memberikan apersepsi,
tidak berusaha membangkitkan motivasi belajar siswa, maka secara umum
permasalahan yang akan diteliti adalah “bagaimana penerapan model siklus
belajar (learning cycle) untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran perubahan sifat-sifat benda di kelas III SD Negeri Babakan
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”. Secara khusus
6
a. Bagaimana perencanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam
pembelajaran tentang mengidentifikasi perubahan sifat-sifat bendadi kelas
III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang?
b. Bagaimana pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam
pembelajaran tentang mengidentifikasi perubahan sifat-sifat bendadi kelas
III SD Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten
Sumedang ?
c. Bagaimana peningkatan hasil belajarsiswa setelah menggunakan model
siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran mengidentifikasi
perubahan sifat-sifat bendadi kelas III SD Negeri Babakan Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?
2. Pemecahan Masalah
Mengacu kepada rumusan masalah di atas, maka peneliti akan menerapkan
model siklus belajar (learning cycle). Model siklus belajar (learning cycle) dipilih
peneliti karena model ini dapat menuntut siswa aktif secara mental membangun
pengetahuanya yang dilandasi oleh struktur kognitif telah dimilikinya.
Pengertianmodel siklus belajar (learning cycle),menurut Sujana (2009: 108)
mengemukakan bahwa model siklus belajar (learning cycle),“Adalah sebuah
pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang
biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya situasi
konplik pada struktur kognitif siswa”. Model siklus belajar (learning cycle) terdiri dari tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase klarifikasi, dan fase aplikasi.
Menurut Indrawati dan Setiawan (2009: 39-41) fase-fase tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Fase Eksplorasi
Siswa belajar melalui tindakan-tindakan dan reaksi-reaksi yang telah mereka miliki dalam situasi baru. Guru memberi kesempatan dan pengalaman baru kepada siswa yang dapat menimbulkan konflik berpikir serta menimbulkan kerumitan-kerumitan yang pada suatu ketika tidak dapat dipecahkan secara berpikir mereka.
7
Memperkenalkan istilah baru yang merujuk pada pola yang sudah ditemukan pada pese eksplorasi. Tahap ini harus diikuti eksplorasi dan hubungan dengan pola-pola yang mereka temukan dalam kegiatan eksplorasi.
c. Fase Aflikasi Konsep
Siswa mencoba mengaplikasikan konsep atau istilah atau pola pikir baru pada situasi permasalahan baru. Penerapan diusahakan dengan banyak variasi agar pengetahuan baru lebih mantap dan permanen.
Indrawati dan Setiawan (PPPPTK IPA, 2009: 39-41) menjelaskan ketiga fase
siklus belajar tersebut dapat digambarkan dalam bentuk spiral:
Gambar 1.1. Bagan Siklus Belajar jenis Spiral Sumber Lewson (Indrawati dan Setiawan, 2009: 41)
Dari ketiga fase tersebut, maka eksplorasi memberikan kesempatan siswa
untuk menemukan pola-pola. Pengenalan istilah memungkinkan guru dengan
kesempatannya dapat memperkenalkan istilah, dilain pihak siswa dengan
kesempatannya dapat menghubungkan pola-pola dengan istilah yang merupakan
pembentukan konsep. Akhirnya dengan penerapan konsep memungkinkan siswa
untuk menemukan penerapannya dari konsep-konsep tersebut pada
konteks-konteks baru.
Eksplorasi
Penerapan Konsep Pengenalan Istilah
Pengenalan Istilah
Pengenalan Istilah
Eksplorasi
Penerapan Konsep
Eksplorasi
8
Menurut Lewson (Indrawati dan Setiawan, 2009: 39) mengemukakan bahwa
dalam merancang pembelajaran yang mengembangkan konsep-konsep maupun
keterampilan berpikir, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan, yaitu sebagai
berikut:
a. Siswa harus mengenali fenomena baru yang didasarkan pada keyakinan yang telah dimiliki oleh siswa di dasarkan pada prosedur maupun keterampilan berpikir yang telah dikenaknya.
b. Penggalian fenomena harus didahului oleh hal-hal yang yang membuat mereka bingung atau kontradiktif sehingga menghasilkan ketidakseimbangan berpikir.
c. Guru mengakomodasi berbagai jawaban sementara, baik yang diajukan oleh siswa maupun sebagai hasil intervensi yang dilakukan guru.
d. Jawaban sementara siswa digunakan untuk membangkitkan argumen-argumen, prediksi atau data baru yang memungkinkan dapat mengubah keyakinan.
e. Untuk dapat memungkinkan terjadinya pengaturan sendiri sebagai upaya untuk mencapai kemantapan keseimbangan baru, dapat diaplikasikan pada berbagai macam konteks yang terkait.
Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle) merupakan suatu
model yang dapat digunakan sebagai kerangka umum untuk melaksanakan
kegiatan konstruktivis yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir secara kritis.
Sementara itu pendapat Sujana (2009: 108-109) penerapan model siklus
belajar (learning cycle) yang dijabarkan dalam pembelajaran tentang perubahan
sifat benda antara lain:
1. Fase Eksplorasi
a)Diperlihatkan kepada siswa beras yang sudah ditumbuk menjadi tepung dan kertas yang dibakar. Kemudian ajukan pertanyaan kepada siswa: Apa yang kamu ketahui mengenai benda tersebut?
b)Semua jawaban siswa ditampung (ditulis di papan tulis)
c)Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka.
2. Fase Klarifikasi
a) Guru memperkenalkan macam-macam benda serta perubahannya seperti kayu gelondongan yang dapat diubah menjadi kursi, kertas beserta hasil pemekaran kertas, es, dan air.
9
c) Guru memberikan masalah berupa jenis perubahan yang bersifat sementara dan bersifat tetap.
d) Siswa mendiskusikan secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan
e) Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya
f) Siswa mencari tambahan rujukan dari berbagai buku sumber yang tersedia tentang perubahan benda.
3. Fase Aplikasi
a) Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi.
b) Secara bersama-sama siswa merumuskan perubahan benda yang bersifat sementara dan perubahan benda bersifat tetap.
c) Secara perseorangan siswa membuat tulisan mengenai perubahan benda.
Alasan penerapan model siklus belajar (learning cycle)pada dasarnya lahir
dari paradigma soasial Vygotsky dan teori belajar bermakna Ausubel. Model
siklus belajar (learning cycle) merupakan pembelajaran yang membangun
konsep-konsepnya sendiri dengan berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial,
adapun alasan diterapkannya model siklus belajar (learning cycle) antara lain:
a. Siswa belajar secara aktif, siswa mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berpikir, dengan demikian pengetahuan dikonstruksi dari
pengalaman siswa.
b. Informasi yang baru dikaitkan dengan schemata awal siswa yang telah
dimilikinya. Informasi yang baru dimiliki siswa berasal dari interpretasi
individu.
c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.
Sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menetukan target
aspek aktivitas siswa yaitu 83%, Kinerja Guru 85% dan ketuntasan siswa dapat
mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (70) adalah 20 orang atau
10
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
penerapanmodel siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran IPA tentang
mengidentifikasi perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SD Negeri
Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Adapun tujuan
yang lebih khusus adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui perencanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam
pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SD
Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
b. Mengetahui pelaksanaan model siklus belajar (learning cycle)dalam
pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SD
Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IIISD Negeri Babakan
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedangdengan
menerapkanmodel siklus belajar (learning cycle)dalam pembelajaran IPA
tentang perubahan sifat-sifat benda.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai
berikut
a. Bagi guru
1) Penerapan model siklus belajar (learning cycle)diharapkan dapat memberi
motivasi baru bagi guru Sebagaiupaya meningkatkan hasil belajar siswa di
kelas.
2) Memberi pengetahuan baru bagi guru tentang model pembelajaran yang
dapat dipraktikkan kembali pada pembelajaran lain di luar indikator
penelitian.
11
1) Meningkatkan aktivitas siswa kearah yang lebih baik dalam mengikuti
pembelajaran.
2) Meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada pembelajaran IPA.
3) Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok serta bertanggung jawab
atas tugas yang ia tanggung dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Model pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan masukan positif
terhadap proses peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah sebagai salah
satu stimulus motivasi bagi kegiatan pembelajaran lain yang berlangsung di
sekolah.
D.Batasan Istilah
1. Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis, dalam mengorganisasikan pengalaman belajar, untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
perancang dalam merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran
(Indrawati, 2008: 28).
2. Model Pembelajaran Siklus Belajar (learning cycle),adalah sebuah
pembelajaran yang memulai dari apa yang menurut siswa merupakan hal yang
biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian, perlu diupayakan terjadinya
situasi konplik pada sruktur kognitif siswa”.(Sujana2009: 108)
3. Perubahan Sifat Benda adalah perubahan yang terjadi pada sebuah benda
akibat perlakuan tertentu, seperti pemanasan, pendinginan, pembakaran,
pembusukan, dan perkaratan (Suhartandi, dkk 2008: 60)
4. Hasil belajar adalah Tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti
program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam menentukan lokasi penelitian, penulis mempertimbangkan objek
penelitian itu sendiri dan pertimbangan efektivitas serta efisiensi dalam akomodasi
pencarian data. Oleh karena itu lokasi penelitian tindakan ini dilakukan di SD
Negeri Babakan Kecamatan Sumedang Selatan yang di pimpin oleh Bapak
Sutisna Taufik, S.Pd.
Pertama, karena adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki proses belajar-mengajar di kelas III khususnya bidang studi IPA
tentang sifat benda.
Kedua, peneliti merupakan salah seorang tenaga pengajar di SD Negeri
Babakan, sehingga peneliti lebih memahami keadaan sekolah, karakter siswa
termasuk pembelajaran berlangsung.
Ketiga, meskipun penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan intensif, tetapi
tidak mengganggu tugas utama peneliti sebagai guru, sehingga peneliti tetap dapat
melaksanakan tugas mengajar sebagaimana mestinya. Adapun dari keadaan lokasi
dan situasi di SD adalah sebagai berikut
a. Letak sekolah beralamat di DesaMekar Rahayu, Kecamatan Sumedang
Selatan, Kabupaten Sumedang. Secara geografis letak bangunan sekolah ini
sangat strategis. Karena terletak ditengah-tengah pemukiman masyarakat,
selain itu letaknya yang dekat dengan pegunungan menimbulkan suasana
sekolah yang sejuk dan asri. Untuk lebih jelasnya letak SDN Babakan
Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dapat dilihat pada denah
30
Gambar 3.1
Denah Sekolah SDN Babakan
b. Situasi Guru
Guru-guru Sekolah Dasar Negeri Babakan berjumlah 9 orang yang terdiri dari
satu orang Kepala Sekolah guru kelas sebanyak empat orang, guru olah raga
satu orang dan guru Pendidikan Agama Islam sebanyak satu orang dan guru
tenaga honorer sebanyak dua orang sedangkan penjaga satu orang.
Tabel 3.1
Nama-nama Guru SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan
No Nama Guru NIP Tugas Mengajar
1 Sutisna Taufik, S.Pd 195911121982011004 Kepala Sekolah 2. Euis Suhaeti Syarif 195911031979122003 Guru Kelas
3. Iis Nurhayati 196003161979122003 Guru Kelas
4. Tati Suarsih 196106211982042001 Guru Kelas
5. Engkos Kosasih 1964030519861-1003 Guru Penjas
6. Mamah Sapa‟ah 196503262006042003 Guru Kelas
7. Popong Sri Wartini Sukwan Guru Kelas
8. Tita Roswati Sukwan Guru Kelas
9. Aeti Sukwan Guru PAI
9. Ade Lesmana Penjaga
W
C Kelas IV Kelas V Kelas VI
Ruang K.S/Guru
LAPANGAN UPACARA
31
c. Situasi Siswa
Siswa di Sekolah Dasar Negeri Babakan terdiri dari enam rombongan belajar
(Rombel) yang terdiri dari kelas I, II, III, IV, V dan VI. Dengan jumlah siswa
secara keseluruhan berjumlah 149 orang yang terdiri dari 80 laki-laki dan 69
perempuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Daftar Jumlah Siswa SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 I 15 8 23
2 II 11 14 25
3 III 14 9 23
4 IV 13 15 28
5 V 17 11 28
6 VI 10 12 26
Jumlah 80 69 149
2. Waktu Penelitian
Lama penelitian tindakan kelas ini diperkirakan akan dilaksanakan dalam
waktu 6 bulan terhitung bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Desember 2013.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jadwal berikut.
No Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember 1 Pembuatan Proposal
2 Sidang Proposal 3 Perencanaan 4 Pelaksanaan
a. Siklus I b. Siklus II c. Siklus III
5 Pembuatan Laporan
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IIISDN Babakan
tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 23 orang yang terdiri 14 siswa laki-laki
32
Adapun alasan pemilihan subjek penelitian adalah bahwa berdasarkan hasil
observasi kemampuan tentang perubahan sifat-sifat benda,diperoleh hasil tingkat
pemahaman siswa kelas III SDN Babakan pada materi tersebut masih relatif
rendah,sehingga diperlukan upaya perbaikan pada proses maupun hasil
pembelajaran.
Tabel 3.3
Daftar Jumlah Siswa Kelas III SDN Babakan
No Nama Siswa Jenis Kelamin
C. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode
33
Taggart(Wiriaatmadja, 2005: 65) Dengan pertimbangan yang mendasar, karena
langkah-langkah penelitian cukup sederhana, sehingga mudah dipahami dan
dilaksanakan oleh peneliti. Dengan kata lain, model dan teknik PTK tidak bersifat
kaku, sehingga sesuai dengan kemampuan peneliti dan alokasi yang tersedia.
Kemmis dan Carr (Kasbolah, 1999: 13) menyatakan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas “merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat rekplektif yang dilakukan oleh pelaku yang bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya”. Hal yang senada dikemukakan oleh Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 11) bahwa :
Penelitian tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika yang disepakati bersama.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada
situasi kelas atau yang dikenai dengan classroom action research dengan
menggunakan meodel siklus belajar dalam pembelajarannya, sebagai upaya untuk
meningkatkan hasil belajar tentang perubahansifat-sifat benda. Sedangkan
Mulyasa (2009: 7) mengemukakan mengenai tujuan utama PTK adalah sebagai
berikut ini.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan untuk menghasilkan pengetahuan yang berpangkal dan dikondisikan mencakup penyadaran akan nilai-nilai yang akhirnya dapat dilembagakan, misalnya peningkatan aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajarannya. Meskipun demikian, hasil- hasil akhir dari peningkatan kualitas pembelajaran bukan merupakan jaminan proses awal yang benar.
Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai
penelitian yang dilakukan guru atau tenaga pendidik dalam praktek pembelajaran
sebagai upaya perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari tindakan-tindakan yang
telah dilakukan. Penelitian tindakan kelas adalah bentuk relektif yang dilakukan
guru yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat perimbangan kurikulum,
pengembangan perbaikan di sekolah, dan meningkatkan kemampuan mengajar.
Penelitian tindakan kelas ini atas dasar permasalahan yang ditemukan atau
dihadapi oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian tindakan kelas ini
34
kelas, sehingga dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memerlukan bantuan
pengamat atau observer. Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan kelas
dapat digolongkan menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi dan yang terakhir tahap refleksi.
Adapun jenis pendekatan dalam memaparkan data digunakan kualitatif
deskriptif. Menurut Taylor (Moleong, 2005: 3) merupakan “Prosesur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual
dan akurat mengeni fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Sedangkan ciri metode kualitatif menurut Moleong (2005: 5) adalah
sebagai berikut.
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan-ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Beberapa keadaan dan alasan digunakannya penelitian tindakan kelas, adanya
kebutuhan untuk segera dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh
kepala sekolah, guru, dan siswa yang pada sisi lain penelitian formal tidak bisa
memenuhi kebutuhan lain. Selain itu adanya kebutuhan untuk segera
meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru bisa
melakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah berbentuk berbentuk spiral berupa siklus yang pelaksanaannya terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan dan analisis refleksi. Pada akhir pertemuan diharapkan
tercapainya tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan hasil belajar
siswatentang perubahan sifat-sifat benda. Dalam penelitian tindakan kelas ini,
35
66) „Yaitu siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan artinya
semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian hasil‟.
Model siklus meliputi rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Hasil refleksi pada siklus pertama merupakan bahan pertimbangan untuk
perencanaan seperti tampak pada bagan di bawah ini.
Gambar 3.2
Model Spiral Kemmis & Taggart (Wiraatmadja, 2005: 66)
Secara mendetail Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2005: 66),
menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan antara lain.
a. Perencanaan
Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi, pengamatan terhadap data awal, menyusun strategi dan merancang strategi.
b. Perlakuan Tindakan
Tindakan mulai dilakukan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati.
c. Pengamatan atau observasi
36
Kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki. Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk
mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar
strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik.
Berdasarkan Gambar 3.2 terlihat jelas alur aktivitas dalam penelitian tindakan
kelas yang diawali dengan perencanaan tindakan menjelaskan tentang apa,
mengapa, kapan, dimana dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan, atau
seperangkat rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku sebagai solusi; penerapan tindakan yaitu
sesuatu yang akan dilakukan oleh praktisi sebagai upaya perbaikan, perubahan
dan peningkatan yang diinginkan serta merupakan implementasi dari rancangan
yang telah dibuat, pada tahapan ini tindakan harus sesuai dengan rancangan
dengan tujuan supaya tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai;
melakukan observasi yaitu aktivitas mengenai proses dan hasil dari suatu tindakan
yang dilakukan dan mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
berlangsung, kegiatan ini dilakukan oleh yang mengobservasi atau observer
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan; yang terakhir melakukan refleksi yang
dilaksanakan setelah selesai tindakan. Refleksi dilakukan bersama peneliti,
praktisi, observer dan pihak sekolah untuk mengkaji dan mempertimbangkan hasil
dari suatu tindakan, hal-hal apa saja yang harus dipertahankan dan hal-hal yang
memerlukan penanganan lebih lanjut. Dari hasil refleksi diperoleh suatu
kesimpulan untuk memperbaiki atau mempertahankan pola pembelajaran pada
siklus berikutnya yang tergambar dalam penyusunan perencanaan berikutnya.
Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara
optimal.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah
berbentuk siklus yang mengacu pada desain yang digunakan yaitu model spiral
37
pertemuan yang terdiri dari dua jam pelajaran. Pada akhir pertemuan diharapkan
tercapainya tujuan yaitu meningkatkan pemahaman siswa tentang perubahan
sifat-sifat benda.Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
a. Mengadakan penelitian awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang
perlu segera diatasi. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pada
pembelajaran, wawancara dengan rekan guru dan siswa, serta
mengadakan tes kemampuan tentang sifat-sifat benda.
b. Membuat lembar observasi bagi guru dan siswa untuk melihat
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran siklus belajar.
Bagaimana aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Selain itu membuat membuat pedoman wawancara bagi guru
dan siswa tentang pendapatnya selama pembelajaran model siklus belajar.
c. Membuat rencana persiapan pembelajaran (RPP) untuk setiap siklus
d. Menyediakan media pembelajaran dan alat percobaan tentang sifat-sifat
benda.
e. Membuat alat evaluasi belajar untuk melihat keberhasilan atau
peningkatan kemampuan pemahaman siswa setelah menerapkan model
siklus belajar yaitu lembar kerja siswa (LKS), lembar tes hasil belajar dan
lembar aktivitas siswa selama menerapkan model siklus belajar dalam
proses pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan ini yaitu
melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
a. Fase Eksplorasi
a) Diperlihatkan kepada siswa balon yang sudah mengembang dan es batu
yang disimpan diudara terbuka. Kemudian ajukan pertanyaan kepada
38
b) Semua jawaban siswa ditampung (ditulis di papan tulis)
c) Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya,
dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai
dengan jawaban mereka.
b. Fase Klarifikasi
a) Guru memperkenalkan macam-macam benda serta perubahannya seperti
kayu gelondongan yang dapat diubah menjadi kursi, kertas beserta hasil
pemekaran kertas, es, dan air.
b) Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka mengenai perubahan
sifat-sifat benda
c) Guru memberikan masalah berupa jenis perubahan sifat-sifat benda (baik
benda padat maupun benda cair).
d) Siswa mendiskusikan secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan
e) Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji
rencananya
f) Siswa mencari tambahan rujukan dari berbagai buku sumber yang tersedia
tentang perubahan sifat benda.
c. Fase Aplikasi
a) Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan
penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi.
b) Secara bersama-sama siswa merumuskan perubahan sifat-sifat benda.
c) Secara perseorangan siswa membuat tulisan mengenai perubahan
sifat-sifat benda
3. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan. Pertama
peneliti/penulis melakukan observasi selama proses pembelajaran tentang
perubahan sifat-sifat benda. Kedua, peneliti/penulis merekam data dan membuat
catatan lapangan secara lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses
39
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan
memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran (perubahan) yang
terjadi, yang dilakukan dengan :
a. Pengecekan kelengkapan fakta yang terjaring selama proses tindakan.
b. Mendiskusikan dan pemaknaan data yang dilakukan antara praktisi/guru,
peneliti/penulis, dan pihak lainnya yang terlibat.
c. Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan dalam skenario
pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan
sebelumnya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Lembar Observasi
Menurut Karl Popper (Wiriaatmadja, 2005: 104) observasi „Pada umumnya merupakan tindakan penafsiran dari teori‟. Pada pelaksanaannya, lembar observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa kelas III
SDN Babakan pada penerapan model siklus belajar tentang perubahan sifat-sifat
benda untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan aktivitas guru dilakukan untuk menilai perencanaan serta pelaksanaan
pembelajaran tersebut yang dilaksanakan oleh guru praktikan yaitu wali kelas III
SD Negeri Babakan.
Lembar observasi ini disusun untuk mengarahkan pengamatan yang
dilakukan oleh observer pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu
untuk mengarahkan, lembar observasi juga digunakan untuk mengamati kinerja
guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran tentang sifat-sifat benda
dengan menerapkan model siklus belajar. Instrumen ini digunakan karena
pengumpul data yang digunakan adalah melalui observasi. Dengan observasi
40
2. Lembar Tes
Lembar tes hasil belajar merupakan alat pengukur. Teknik tes dalam
penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang hasilnya akan diolah dengan
analisis statistik. Menurut Safari (2003: 99), “Tes instrument pengumpulan data
yang digunakan untuk mengukur kemampuan untuk mendapatkan informasi”.Tes
digunakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan siswa. Tes
yang digunakan guru adalah tes tertulis. Tes tertulis ini diberikan kepada siswa
secara individu dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa
dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh sebelum dan sesudah
pembelajaran. Tes ini diambil dari nilai yang diperoleh siswa pada saat akhir
pembelajaran. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitiian ini berupa lembar
soal.
3. Lembar Wawancara
Wawancara menurut Denzin (Wiriaatmadja, 2005: 117) adalah „merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang
dianggap data memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu‟.
Lembar wawancara merupakan suatu alat yang digunakan pewawancara
untuk mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.” Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan sebelum dan setelah penelitian tindakan yang
bertujuan untuk memperoleh pendapat guru tentang pelaksanaan penerapan model
siklus belajar dalam pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat benda.
4. Lembar Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan instrumen untuk mencatat segala peristiwa yang
terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh guru dan hal-hal yang
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Menurut Moleong, (2005: 153) catatan lapangan adalah “ coretan-coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata inti, frase, pokok-pokok isi pembicaraan atau pengamatan,
41
Catatan lapangan juga merupakan salah satu wujud dari pengamatan yang
digunakan untuk mencatat data kualitatif, kasus-kasus yang ditemukan selama
pelaksanaan tindakan serta untuk melukiskan suatu proses pelaksanan tindakan,
yaitu yang berisikan rekaman perkembangan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, dan digunakan untuk menjaring data yang dilihat, didengar dan
diamati yang selanjutnya digunakan untuk menentukan hasil analisis.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Data Proses
a) Kinerja Guru
Aspek kinerja guru yang diamati dalam proses pelaksanaan pembelajaran IPA
tentang sifat-sifat benda, terdiri dari tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir. Untuk pengolahan data kualitatif, data yang terkumpul di
tafsirkan membentuk kriteria penilaian yang digunakan adalah baik (B) 80-100%,
cukup (C) 41-79% dan kurang (K) 0-40%. Jumlah skor adalah jumlah kriteria
yang diperoleh di kali skor aspek tertentu. Jika untuk menentukan persentase
terhadap pengolahan kinerja guru adalah jumlah skor yang diperoleh dibagi
jumlah skor keseluruhan di kali 100%.
Persentase = Jumlah skor x 100% Jumlah Skor keseluruhan
b) Aktivitas siswa
Aspek aktivitas siswa yang diamati dalam proses pembelajaran dengan
menerapkanmodel siklus belajar (learning cycle), meliputi tiga aspek penilaian
yaitu partisipasi, kerjasama dalam kelompok pada waktu pelaksanaan
pembelajaran dan keaktifan dengan menerapkanmodel siklus belajar (learning
cycle). Cara penaksiran aspek ini dengan melihat dan mengacu pada indikator
yang tampak. Dalam menentukan kriteria penilaian terhadap aktivitas siswa,
42
Tabel 3.4
Rentang Nilai Aktivitas Siswa
Rentang Skor Kriteria Penilaian
7-9 Baik
4-6 Cukup
0-3 Kurang
c) Teknik Pengolahan Data Hasil Tes
Tes dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hasil peningkatan hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran IPA tentang perubahan sifat benda
dengan menerapkanmodel siklus belajar (learning cycle). Teknik pengolahan data
untuk hasil belajar dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui data hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar
yang diperoleh anak didik ini dilakukan dengan menggunakan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum).
2. Analisis Data
Data yang dianalisis berasal dari berbagai instrumen yang telah digunakan
dan dikelola oleh peneliti. Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Data yang diolah baik dari lembar kegiatan siswa, tes
hasil belajar, obsevasi dan angket yang berupa persentase atau nilai rata-rata
dianalisis untuk mendapat kesimpulan dan jawaban masalah yang ada. Menurut
Sugiyono (2005: 89) Analisis data adalah
Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan bahan -bahan lainyadengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam urut-urut melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Sementara itu menurut pendapat Wiriaatmadja (2005: 137-143) ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan suatua analisis terhadap
proses penelitian, adapaun kajian langkah tersebut adalah:
43
b. Catatan pinggir yang merupakan komentar pengamat secara spontan dalam pengamatan terhadap situasi yang ditampilkan.
c. Matriks, pembuatan matrik diperlukan untuk membantu peneliti melihat data lebih jelas dan memahaminya secara substantive, serta membantu untuk menganalisisnya.
Dalam penelitian ini proses analisis lebih difokuskan kepada langkah-langkah
pembuatan matriks deskriptif dengan menguraikan kegiatan pada proses
pembelajaran, baik itu pada kinerja guru atau aktivitas siswa. Dari proses kinerja
guru dan aktivitas siswa ditentukan beberapa temuan-temuan yang terjadi pada
proses pembelajaran sehingga dengan uraian dari temuan tersebut diambil suatu
kesimpulan terhadap temuan tersebut, dan apabila belum mencapai target perlu
dilakukan perbaikan.
G.Validasi Data
Validitas data merupakan ukuran ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan. Dengan demikian data yang
valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian.
Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2005: 168-171). Pengujian Validasi data
yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu :
a. Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu dan dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
b. Member check yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan olh pemberi data.
c. Audit trail adalah cara memeriksa keabsahan data dengan cara diskusi, dalam hal ini peneliti dengan berbekal catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi, kemudian dikonfirmasikan kepada peserta diskusi, dalam audit trail ini juga memeriksa kesalahan-kesalahan dalam metode atau prosedur yang digunakan peneliti dan di dalam pengambilan kesimpulan.
44
penelitian,dan meminta solusi bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan yang dipeoleh.
e. Saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan.
f. Eksplanisi saingan adalah tidak melakukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang akan didukungnya.
Sedangkan validasi yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut:
1. Member Check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
infomrasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dengan cara
mengkonfirmasikan dengan guru/mitra dan siswa melalui diskusi pada akhir
tindakan. Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara
untuk memperoleh tanggapan, sanggahan, atau informasi tambahan baik dari
guru maupun siswa sehingga terjaring data yang benar dan memiliki derajat
validasi yang tinggi.
2. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan
membandingkan terhadap hasil yang diperoleh mitra peneliti secara kolaborasi.
Selain itu dilakukan kegiatan wawancara dengan siswa agar mendapatkan
gambaran tentang penalaran siswa terhadap pembelajaran tentang perubahan
sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).
Hasil triangulasi ini kemudian dijabarkan dalam bentuk catatan lapangan.
3. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data
dengan cara mendiskusikannya dengan guru, peneliti senior, dan pembimbing.
Dalam hal ini guru kelas III, kepala sekolah, Bapak Sutisna Taufik, S.Pd, Ibu
Nurdinah Hanifah, M.Pd sebagai dosen pembimbing satu dan Bapak H. Atep
Sujana, M.Pd selaku dosen pembimbing dua. Kegiatan ini dilakukan untuk
memperoleh data dengan validasi yang tinggi, dan nilai keabsahan.
4. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti
kepada pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonsultasikan temuan
kepada pembimbing, dosen Ilmu Pengetahuan Alam, yaitu Bapak H. Atep
Sujana, M.Pd untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi
108 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan, mengenai hasil belajar
siswa tentang perubahan sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar
(learning cycle), di kelas III SDN Babakan Kecamatan Sumedang Selatan
Kabupaten Sumedang, maka peneliti dapat mengambil beberapa point
kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dirangkum merupakan hasil temuan selama
ini mengadakan penelitian di lapangan, yang diperoleh akan menjadi rekomendasi
yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran IPA tentang perubahan
sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle).
1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan dalam pembelajaranIPA tentang perubahan sifat-sifat benda
dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), menunjukan hasil yang
meningkat, hal ini dibuktikan dengan perilaku siswa yang awal pelajaran
perhatiannya kurang terfokus pada waktu pembelajaran. Adapun peningkatan
tentang perencanaan yang dipersipakan oleh guru yang terdiri dari
aspekmenyiapkan RPP, menyiapkan media/alat peraga dan menyiapkan alat
evaluasiAdapaun hasil perencanaan yang dilakukan oleh guru yang terdiri dari
tiga indikator, tiap siklusnya mengalami peningkatan, dibuktikan pada siklus I
mencapai 66.66%, siklus II mencapai 88.88% dan siklus III mencapai 100% dari
target yang ditetapkan yaitu 100%.
Perencanaan sudah dilakukan oleh guru semaksimal mungkin,dengan
demikian dapat disimpulkan, bahwa penerapan model siklus belajar (learning
cycle), dapat meningkatkan hasil administrasi pembelajaran, dalam hal ini tugas
dan peranan guru dalam mempersiapkan perencanaan, media, instrumen
109
2. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Kinerja Guru
Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan
sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami
peningkatan tiap siklusnya, terbukti pada waktu kegiatan siklus I, guru masih
ragu-ragu untuk melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model siklus
belajar (learning cycle), sedangkan untuk pelaksanaan siklus II sudah mulai
adanya peningkatan dari kinerja guru terbukti guru sudah melaksanakan
pembelajaran dengan menekankan pada kegiatan siswa pembelajaran tidak
terfokus pada guru, sedangkan untuk kegiatan siklus III guru sudah tidak merasa
ragu-ragu lagi dalam melaksanakan pembelajaran tentang perubahan sifat-sifat
benda, hal ini dibuktikan dari kegiatan guru yang sudah bisa mengarahkan siswa
untuk mengikuti pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model siklus
belajar (learning cycle),
dilihat dari hasil observasi tiap siklus mengalami peningkatan, terbukti pada
waktu pelaksanaan siklus I, dari 16 aspek yang diobservasi maka baru mencapai
persentse 70,40% dengan interpretasi cukup dari 97% yang ditetapkan. Pada
siklus II mencapai 87.77% dengan interpretasi baik, dan siklus III 100%, dengan
interpretasi baik, dengan demikian aspek kinerja garu tiap siklusnya mengalami
peningkatan.
Dengan demikian model siklus belajar (learning cycle), dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat benda,
dalam hal ini guru dapat mengetahui perencanaan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik siswa. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah dan melakukan evaluasi secara akurat baik itu penilaian proses
maupun penilaian hasil belajar.
b. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA tentang perubahan
sifat-sifat benda dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle),
110
waktu pelaksanaan siklus I aktivitas siswa dengan kategori baik hanya mencapai 8
orang (39%), sedangkan kategori cukup mencapai 11 orang (48%), kategori
kurang sebanyak 3orang (13%). Pada waktu siklus II aktivitas siswa mencapai 17
orang (74%) yang mencapai kategori baik, sedangkan 6 orang (26%) yang
mencapai kategori cukup. Siklus III aktivitas siswa mencapai 21 orang (91%)
yang mencapai kategori baik, sedangkan 2 orang (9%) yang mencapai kategori
cukup, sedangkan termasuk kategori kurang pada siklus II dan III tidak ada.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle),
dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berkerja sama dan meningkatkan rasa
solidaritas terhadap teman kelompoknya.
c. Hasil Belajar
Kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat
benda mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya, dapat dibuktikan peningkatan
pada siklus I mencapai 14 orang atau 61% yang tuntas dan 9 orang atau 39% yang
belum tuntas, pada siklus II mencapai 18 orang atau 78% yang belum tuntas
sebanyak 5 orang atau 22%, sedangkan pada siklus III siswa yang tuntas 21 orang
atau 93% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau 9%.Sehingga
nampak adanya suatu peningkatan dalam proses pembelajaran IPA tentang
perubahan sifat-sifat benda pada siswa kelas III SDN Babakan Kecamatan
Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.
Secara umum disimpulkan pembelajaran IPA tentang perubahan sifat-sifat
bendadengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle), mengalami
peningkatan tiap siklus. Pada siklus I nilai rata-rata mencapai 69.60 dengan
ketuntasan mencapai 14orang dengan persentase 61%. Pada siklus II nilai rata-rata
mencapai 80.88, dengan ketuntasan mencapai 18 orang dengan persentase 78%.
Pada siklus III nilai rata-rata mencapai 90.95, dengan ketuntasan mencapai 21
orang dengan persentase 91%, sedangkan target keberhasilan adalah 85% dari
KKM yaitu 70.
Selain peningkatan hasil belajar, peningkatanpun terjadi dalam aktivitas
siswa dalam hal siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mau
111
melakukan percobaan sederhana untuk membuktikan sifat-sifat benda dan timbul
keberanian dalam diri siswa untuk maju ke depan membacakan hasil diskusi.
Proses kinerja guru yang dimulai dari perencanaan sampai dengan evaluasipun
mengalami peningkatan, yang asalnya guru jarang membuat RPP, pada waktu
pelaksanaan pembelajaran yang asalnya jarang menggunakan media, setelah
mengadakan penelitian ada perubahan menggunakan media yang sesuai, begitu
pula dengan evaluasi, sudah ada perubahan dengan disediakannya alat evaluasi
yang akan membantu proses pengolahan hasil evaluasi.
Dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar (learning cycle), dapat
meningkatkan hasil pembelajaran siswa, terutama dalam pembelajaran tentang
perubahan sifat-sifat benda.
B.Saran/Rekomendasi
Dengan memperhatikan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas
mengenai penerapan model siklus belajar (learning cycle), untuk meningkatkan
hasil belajar IPA tentang perubahan sifat-sifat benda di kelas III Sekolah Dasar
Negeri Babakan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang,adapun saran sebagai
implikasi yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru SD
a. Seyogyanya bagi guru harus menambah wawasan pengetahuan dan
keterampilan mengenai pembelajaran dengan menerapkan model siklus
belajar (learning cycle).
b. Hendaknya guru memperbaharui pelaksanaan pembelajaran IPA tentang
perubahan sifat-sifat bendadengan menerapkan model siklus belajar
(learning cycle).
c. Seyogyanya ada inovasi pembelajaran yang sesuai dengan fasilitas dan
kemampuan siswa.
2. Bagi Siswa SD
a. Hendaknya siswa termotivasi dan terangsang untuk mampu membuktikan
tentang perubahan sifat-sifat benda, contohnya mencair, membeku,
112
b. Hendaknya siswa dibiasakan untuk melakukan diskusi, karena siswa bisa
terlatih mengungkapkan gagasannya berupa tanggapan atau jawaban.
3. Bagi Sekolah
a. Seyogyanya ada dukungan dan bantuan fasilitas yang mendukung
pembelajaran.
b. Hendaknya menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan minat masing-masing siswa.
c. Hendaknya sekolah menggali bakat dan potensi dalam diri siswa melalui
pembelajaran IPA dan didukung oleh media pembelajaran yang tepat.
4. Bagi Peneliti
a. Sebaiknya peneliti lain bisa membaca hasil penelitian ini sehingga dapat
termotivasi untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b. Hendaknya hasil penelitian ini bisa menjadi bahan referensi untuk
melakukan penelitian lain dengan menjadikan model siklus belajar
113
DAFTAR PUSTAKA
Bandu, Patta, (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmuah dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar :Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2006). KTSP / Model Silabus Kelas III. Jakarta: BSNP
Dasna, I.W. (2005). Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan Pada Siswa Kelas II smu Negeri I Tumpang Malang.
Indrawati dkk. (2009) Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Guru SD. Jakarta : PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.
Kasbolah, (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Depdikbud
Mariana dkk. (2009) Hakikat IPA dan Pendidikan IPA untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA untuk Program BERMUTU.
Moleong, L.J. (2007), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya.
Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Pieget. (2012) Karakteristik SisWa SD (dalamBahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG. Bandung: UPI.
Sanjaya. (2006) Strategi Pembelajaran Betorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Sujana. (2009) Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang; Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Suriasumantri. (2012) Hakikat IPA (dalamBahan Ajar Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Bandung: UPI.
Samatowa, (2006) Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta; Depdiknas Dirjen Dikti
Suhartandi, dkk (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas III. Bandung: Pusat Perbukuan: Depdiknas
Wahyono, dkk, (2009) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI kelas IV, Bandung ; Pusat Perbukuan. Depdiknas
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatf dan kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Safari. (2005). Penilaian Pembelajaran, Jakarta: Depdiknas