MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)
Oleh
FEBRI DWI ARDIANTO
NPM : 0634315122Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan Gelombang V Tahun Akademik 2010/2011
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Basuki Rahmat, S.Si, MT NPT. 369070602091
Doddy Ridwandono, S.kom NPT. 378050702181
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Telp. (031) 8706369 (Hunting). Fax. (031) 8706372 Surabaya 60294
KETERANGAN REVISI
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa mahasiswa berikut :
Nama : FEBRI DWI ARDIANTO
NPM : 0634315122 Jurusan : Teknik Informatika
Telah mengerjakan revisi/ tidak ada revisi*) pra rencana (design)/ skripsi ujian lisan gelombang V, TA 2010/2011 dengan judul :
” APLIKASI PERANGKAT LUNAK UNTUK PEMILIHAN HANDPHONE
MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) ”
Surabaya, 13 Juni 2011
Dosen Penguji yang memerintahkan revisi :
1) Dra. Nining Martiningtyas, M.MT
{
}
HANDPHONE
MENGGUNAKAN METODE AHP
(
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)
Oleh :
Febri Dwi Ardianto
NPM : 0634315122
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 10 Juni 2011
2. 2.
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Ir. Sutiyono, MT NPT. 19600713 198703 1 001 Pembimbing :
Dra. Nining Martiningtyas, MMT NIDN. 0713066501
2.
Doddy Ridwandono, S.kom NPT.378050702181
2.
Doddy Ridwandono, S.kom NPT.378050702181
3.
Penyusun : Febri Dwi Ardianto Pembimbing I : Basuki Rahmat,S.Si,MT Pembimbing II : Doddy Ridwandono, S.kom
ABSTRAKSI
Berkomunikasi merupakan kebutuhan yang penting tanpa kita sadari. Karena dengan berkomunikasi kita dapat menghilangkan penat akibat aktivitas selama seharian, kita juga mengatahui kabar dari sanak saudara, teman, maupun kerabat dekat. Pemilihan handphone yang tepat juga berpengaruh dalam hal ini. Permasalahan yang sering muncul masih banyak orang yang mempunyai handphone tetapi tidak mengerti kegunaannya,atau malah gampang rusak,dan bisa dikatakan kurang canggih. Oleh karena itu menyadari betapa pentingnya memilih handphone yang tepat, maka dibutuhkan sebuah sistem dalam bidang teknologi komunikasi. Sistem ini diharapkan dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dan pengambilan keputusan pemilihan handphone secara efektif.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Konsep metode AHP adalah merubah nilai-nilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil bisa lebih obyektif.
Metode ini dipilih karena mampu menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif, dalam hal ini alternatif yang dimaksudkan yaitu handphone
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Pemilihan dilakukan dengan mencari nilai bobot untuk setiap kriteria, kemudian dilakukan proses perangkingan yang akan menentukan alternatif yang optimal, yaitu handphone
terbaik. Dan pada akhir proses bisa menghasilkan salah satu handphone yang bisa memberi masukan kepada pengguna handphone yang sebaiknya dibeli dan dimiliki.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan Rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan tugas akhir ini dengan baik dan benar.
Penyusunan Laporan tugas akhir ini merupakan syarat untuk
menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada jurusan Teknik Informatika,
Fakultas Teknologi Industri, UPN ”VETERAN” Jawa Timur. Adapun judul
Tugas Akhir ini adalah ” APLIKASI PERANGKAT LUNAK UNTUK
PEMILIHAN HANDPHONE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS)”.
Tak lupa pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua tercinta, atas semua doa, dukungan serta
harapan-harapanya pada saat penulis menyelesaikan Skripsi dan laporan ini. Yang
penulis minta hanya doa restunya, sehingga penulis bisa membuat sesuatu
yang lebih baik dari laporan ini.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Basuki Rahmat, SSi, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika
dan pikiran serta dengan sabar membimbing penulis dari awal hingga
terselesainya Laporan Skripsi / Tugas Akhir (TA) ini.
5. Dosen – Dosen Jurusan Teknik Informatika UPN “VETERAN” JATIM,
yang telah membuat kami membuka pikiran dan merubah pola pikir kami.
6. Seluruh Teman Jurusan Informatika, tanpa kecuali khususnya Aripin (bos
ipin), Hasan (begut), Arie (pak dhe), Indra (Louhan) dan kawan-kawan
(penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu) yang telah berperan penting
membantu penulis baik materil, spirituil dan atas dukungannya ”Terima
Kasih Yang sebesar-besarnya, dan bagi Yang belum sidang TA, kapan
kalian sidang TA. Semoga sukses selalu buat kalian”
7. Alfiyatus Sholichah yang juga selalu mendoakan dan memberi semangat
hidup dalam terselesainya tugas akhir ini.
Penulis sebagai manusia biasa pasti mempunyai keterbatasan dan banyak
sekali kekurangan, terutama dalam pembuatan laporan ini. Untuk itu penulis
sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dalam memperbaiki
penulisan laporan ini.
Surabaya, 7 April 2011
1.1 Latar Belakang Masalah
Handphone atau ponsel telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat,
karena kegunaannya sebagai alat komunikasi. Seiring dengan pesatnya kemajuan
teknologi dan permintaan akan kemudahan beserta fasilitas, saat ini ponsel hadir
dengan berbagai teknologi dan fasilitas yang ditanamkan didalamnya. Pengguna
yang beragam baik dari segi umur hingga lingkungan menyebabkan ponsel dilihat
dari berbagai sudut pandang yang berbeda, baik dari segi kebutuhan, kegunaan
hingga pembuktian kelas ekonomi.
Kehadiran ponsel yang begitu beragam dan banyak disetiap periode
membuat para konsumen terkadang bingung dalam menentukan pilihan, hal
tersebut terjadi karena antar ponsel memiliki banyak fitur dan harga yang hampir
serupa. Konsumen bisa saja keliru dalam menentukan pilihan karena insting
mereka.
Hal yang telah dipaparkan diatas sering terjadi dalam bentuk kasus-kasus
lainnya pada berbagai bidang dan kehidupan sehari-hari. Para ahli telah
memikirkan hal ini sebelumnya dan mulai mengembangkan berbagai metode
dalam pengambilan keputusan yang disebut dengan model pengambil keputusan
atau sistem pendukung keputusan.
Salah satu metode dalam pengambilan keputusan adalah Analytical
Hierarchy Process yang selanjutnya disebut sebagai AHP, yakni suatu metode
dengan memecah masalah menjadi masalah yang lebih kecil dengan membentuk
berpasangan menurut tingkat kepentingannya. Tingkat kepentingan didasarkan
atas persepsi manusia atau sudut pandang pengguna AHP dalam permasalahan
tersebut.
Melalui metode ini diharapkan masyarakat umum dapat mengetahui dan
belajar bahwa ada suatu metode yang dapat digunakan dalam membantu
mendukung suatu keputusan mereka, dengan contoh permasalahan ponsel
diharapkan masyarakat dapat menerapkan metode AHP ini pada kasus lainnya
agar bukan hanya berdasar insting semata namun juga berlandaskan pengetahuan
sangatlah membantu dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dalam
kehidupan masyarakat umum sehari-hari.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan yaitu “Bagaimana membuat aplikasi sistem pendukung keputusan
pemilihan handphone dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process”.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan ini adalah:
1. Membuat aplikasi sistem pendukung keputusan pemilihan handphone
dengan menggunakan metode AHP.
2. Mengenalkan metode AHP sebagai salah satu metode dalam pengambilan
keputusan pada masyarakat umum untuk membantu memecahkan
permasalahan sehari-hari dalam pengambilan keputusan.
3. Memberi kemudahan pada calon pembeli HP untuk memilih handphone
4. Mengetahui beberapa kriteria yang menjadi daya tarik bagi calon pembeli
handphone.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan hanya mencakup pada kriteria bukan pada sub kriteria.
b. Faktor biaya yang diberikan di dalam pilihan, admin tidak mencantumkan
harga yang pasti, tetapi admin mencantumkan pembulatan harga.
c. Sistem yang dibangun menggunakan pemrograman PHP dan database
MySQL dengan menggunakan metode AHP.
d. Dalam sistem ini pemberian nilai bobot kriteria dan nilai prioritas
dilakukan oleh petugas admin.
e. Sistem ini hanya membatasi 6 kriteria yang telah ditentukan oleh petugas
yaitu jenis layar, bentuk keyboard, system operasi, transfer data, harga,
dan media koneksi.
1.5 Metodologi.
Pengumpulan Informasi dan Data yang harus dilakukan adalah :
1. Studi Literatur.
Langkah awal penyusunan untuk pembuatan aplikasi sistem
pendukung keputusan dinamis menggunakan metode AHP melalui studi
literatur beserta hal-hal yang dijadikan sebagai acuan penilaian..
2. Pengumpulan Data
Untuk mendukung proses pembuatan aplikasi ini, dilakukan
pengumpulan data-data, terutama yang berkaitan model-model teori yang
3. Desain Sistem
Tahap ini bertujuan untuk membuat desain sistem berdasarkan
pada tahap sebelumnya, yaitu analisa kebutuhan sistem. Pada tahap ini
terdapat Diagram alir sistem, Context Diagram, Data Flow Diagram, ER
Diagram yang dibuat dengan menggunakan PowerDesigner 6.0.
4. Pengujian dan Evaluasi Perangkat Lunak
Pada tahap ini program yang telah dibuat diuji kebenarannya
dengan menggunakan data yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Selanjutnya, hasil dari pengujian program akan dievaluasi untuk
menentukan kebenaran dari program dan menentukan perlu tidaknya
dilakukan modifikasi pada program.
5. Penulisan Skripsi.
Pada tahap terakhir ini disusun buku sebagai dokumentasi dari
pelaksanaan Tugas Akhir. Dokumentasi ini juga dibuat sehingga
memudahkan orang lain yang ingin mengembangkan sistem pendukung
keputusan tersebut, yang merupakan tahap akhir dari pengerjaan tugas
akhir ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menerangkan tentang latar belakang permasalahan, batasan
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini dijelaskan landasan teori yang merupakan teori dasar dari
teori yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan.
BAB III : PERANCANGAN SISTEM
Bab ini membahas tentang perancangan sistem yaitu Diagram Data
Flow (DFD), Entity Relationship Diagram (ERD), perancangan
database dan lain sebagainya.
BAB IV : IMPLEMENTASI PROGRAM
Pada bab ini akan dibahas tentang cara penggunaan sistem, yaitu
menerapkan hasil rancangan dengan menggunakan data yang dibutuhkan
dan pengujian dari program yang telah dibuat.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas tentang saran dan kesimpulan dari
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama kali dikemukakan
pada awal 1970-an oleh Michael S. Scott Morton. Ada beberapa definisi sistem
pendukung keputusan yang dikemukakan oleh beberapa pakar, diantaranya:
1. Menurut Michael S. Scott Morton, sistem pendukung keputusan disebut
dengan istilah management decision. Sistem tersebut adalah suatu sistem
berbasis komputer yang ditujukan untuk pengambil keputusan dalam
memanfaatkan data dan model tertentu untuk membantu pengambil
keputusan untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.
Istilah system pendukung keputusan mengacu pada suatu yang
memanfaatkan dukungan komputer dalam proses pengambil keputusan.
2. Menurut Man dan Watson, sistem pendukung keputusan merupakan suatu
interaktif yang membantu pengambil keputusan melalui penggunaan data
dan model-model keputusan untuk memecahkan masalah yang sifatnya
semi terstruktur dan tidak terstruktur, artinya bahwa sistem pendukung
keputusan adalah suatu informasi berbasis komputer yang dirancang untuk
meningkatkan efektivitas pengambil keputusan dalam masalah yang semi
terstruktur atau tidak terstruktur.
3. Menurut Litle, sistem pendukung keputusan adalah suatu informasi
berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk
semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan
model.
Dari beberapa definisi diatas dapat dikatakan bahwa sistem pendukung
keputusan adalah suatu informasi yang ditujukan untuk membantu manajemen
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang bersifat semi
terstruktur ataupun tidak terstruktur. Sistem ini memiliki fasilitas untuk
menghasilkan berbagai alternatif yang secara interaktif dapat digunakan oleh
pemakai.
Penggunaan model ini berakaitan dengan sifat permasalahan yang harus
dipecahkan pemakai, yaitu semi terstruktur atau tidak terstruktur. Jadi semakin
banyak perbendaharaan yang dimiliki oleh sistem, maka alternatif keputusan yang
dapat diciptakannya juga akan semakin banyak, dengan memanfaatkan komputer
sebagai media.
2.1.1 Karakteristik dan Nilai Guna Sistem Pendukung Keputusan
Karakteristik sistem pendukung keputusan adalah :
1. Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil
keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur
ataupun tidak terstruktur dengan menambahkan kebijaksanaan manusia
dan informasi komputerisasi.
2. Dalam proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan
mengkombinasikan penggunaan model-model analisis dengan teknik
pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari / interogasi
3. Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan/dioperasikan dengan mudah.
4. Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek
fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi.
Dengan berbagai karakter khusus diatas, SPK dapat memberikan berbagai
manfaat dan keuntungan. Manfaat yang dapat diambil dari SPK adalah :
1. SPK memperluas kemampuan pengambil keputusan dalam memproses
data / informasi bagi pemakainya.
2. SPK membantu pengambil keputusan untuk memecahkan masalah
terutama berbagai masalah yang sangat kompleks dan tidak terstruktur.
3. SPK dapat menghasilkan solusi dengan lebih cepat serta hasilnya dapat
diandalkan.
4. Walaupun suatu SPK, mungkin saja tidak mampu memecahkan masalah
yang dihadapi oleh pengambil keputusan, namun ia dapat menjadi
stimulan bagi pengambil keputusan dalam memahami persoalannya,
karena mampu menyajikan berbagai alternatif pemecahan.
Di samping berbagai keuntungan dan manfaat seperti dikemukakan diatas,
SPK juga memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya adalah :
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak
dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan sebenarnya.
2. Kemampuan suatu SPK terbatas pada perbendaharaan pengetahuan yang
3. Proses-proses yang dapat dilakukan SPK biasanya juga tergantung pada
perangkat lunak yang digunakan.
4. SPK tidak memiliki kemampuan intuisi seperti yang dimiliki manusia.
Sistem ini dirancang hanyalah untuk membantu pengambil keputusan
dalam melaksanakan tugasnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa SPK dapat memberikan manfaat bagi
pengambil keputusan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja terutama
dalam proses pengambilan keputusan[1].
2.1.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan terdiri dari komponen-komponen SPK yaitu:
1. Subsistem Manajemen Basis Data (database).
Subsistem ini merupakan komponen SPK penyedia data bagi sistem. Data
tersebut disimpan dalam basis data yang diorganisasikan oleh DBMS.
2. Subsistem Manajemen Basis Model (model base).
Model adalah peniruan dari alam nyata. Model ini dikelola oleh model
base.
3. Subsistem Basis Dialog (user sistem interface).
Melalui sistem dialog inilah sistem diartikulasikan dan diimplementasikan
sehingga pemakai dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang.
2.1.2 Proses Pengambilan Keputusan.
Proses pengambilan keputusan terdiri atas empat tahap, yaitu:
1. Tahap Intelegence.
Dalam tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi,
terjadi, biasanya dilakukan analisis berurutan dari sistem ke sub sistem
pembentuknya. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen
pernyataan masalah.
2. Tahap Design
Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengembangkan, dan
menganalis semua pemecahan yang mungkin, yaitu melalui pembuatan
model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini
didapatkan keluaran berupa dokumen alternatif solusi.
3. Tahap Choice
Dalam tahap ini pengambil keputusan memilih salah satu alternatif
pemecahan yang dibuat pada tahap design yang dipandang sebagai aksi
yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari
tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen solusi dan rencana
implementasinya.
4. Tahap Implementation .
Dalam tahap ini pengambil keputusan menjalankan rangakaian aksi
pemecahan yang dipilih di tahap choice. Implementasi yang sukses
ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan
ditandai dengan tetap adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi.
Dari tahap ini didapatkan keluaran laporan berupa laporan pelaksanaan
solusi dan hasilnya.
2.2 Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Metode AHP merupakan salah satu model pengambilan keputusan yang
dari berbagai alternatif / pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat
kompleks atau multi kriteria[2]. Dengan menggunakan AHP prioritas yang
dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, transparan dan partisipatif.
Dengan tuntutan yang semakin tinggi berkaitan dengan transparansi dan
partisipasi AHP sangat cocok digunakan untuk penyusunan prioritas kebijakan
publik yang menuntut transparansi dan partisipasi.
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan
input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model
AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4
aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP
1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat
memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut
harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B
dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x
2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam
skala terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat
dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka
elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus
dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru
3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan
bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada
melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola
antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh
elemen-elemen pada tingkat diatasnya
4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki
diasumsikan lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil
keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau
diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP)
menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan
efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses
pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci
suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam suatu
komponen-komponennya. Artinya dengan menggunakan pendekatan AHP kita dapat
memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.
2.2.1. Karakteristik Model AHP
AHP adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang pada
dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya.
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan
tidak terstruktur dipecah ke dalam kelompok-kelompoknya dan kemudian
kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
Model AHP memakai persepsi manusia yang dianggap “pakar” sebagai
input utamanya. Kriteria “pakar” disini bukan berarti bahwa orang tersebut
orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu
masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Bisa dikatakan bahwa
model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
Sama halnya dengan metode-metode pengambilan keputusan lainnya, yang
memiliki prinsip-prinsip kerja dasar, pengambilan keputusan dalam metodologi
AHP didasarkan pada 3 prinsip pokok, yaitu:
a. Penyusunan hirarki
Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah untuk
mendefinisikan masalah rumit dan kompleks sehingga menjadi lebih jelas
dan detail.. Keputusan yang akan diambil dijadikan sebagai tujuan yang
dijabarkan menjadi elemen-elemen yang lebih rinci hingga mencapai suatu
tahapan yang paling operasional/terukur. Hirarki permasalahan akan
mempermudah pengambilan keputusan untuk menganalisis dan
mengambil kesimpulan yang harus dilakukan terhadap masalah tersebut.
Contoh hirarki dapat dilihat pada gambar 2.1 :
KRITERIA
a. Hirarki terbawah adalah nama-nama handphone.
b. Hirarki kedua adalah kriteria-kriteria yang dipakai untuk menganalisis
c. Hirarki ketiga adalah hirarki yang berisi handphone dengan prioritas
tertinggi. Handphone inilah yang inilah yang layak untuk dipilih.
b. Penentuan prioritas
Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai
bobot/kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan pengambilan keputusan.
AHP melakukan analisis prioritas elemen dengan metode perbandingan
berpasangan antar 2 elemen hingga semua elemen yang ada tercakup.
Prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, baik secara
langsung (diskusi) maupun tidak langsung (kuesioner).
c. Konsistensi logis
Konsistensi jawaban para responden dalam menentukan prioritas
elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan validitas data
dan hasil pengambilan keputusan. Secara umum, responden harus
memiliki konsistensi dalam melakukan perbandingan elemen dengan
contoh sebagai berikut: jika A>B dan B>C, maka secara logis responden
harus menyatakan bahwa A>C, berdasarkan nilai-nilai numerik yang
disediakan oleh Saaty.
2.2.2. Langkah dan Prosedur AHP
Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan
AHP untuk pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:
2.2.2.1 Pembentukan hirarki.
Hirarki dapat membantu untuk menyederhanakan suatu masalah yang
level atas sampai pada level yang paling bawah. Hirarki dapat diuraikan menjadi
dua jenis, yaitu :
a. Hirarki struktural, yaitu suatu pembagian masalah yang rumit ke dalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
b. Hirarki fungsional, yaitu suatu penguraian masalah ke dalam beberapa
bagian didasarkan atas hubungan esensialnya.
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mendefinisikan masalah dan penentuan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
2.2.2.2 Pair-wise comparison
Merupakan perbandingan berpasangan yang digunakan untuk
mempertimbangkan faktor-faktor keputusan atau alternatif-alternatif dengan
memperhitungkan hubungan antara faktor dan sub faktor itu sendiri. Adapun skala
pembanding yang digunakan dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan [1]
Intensitas
Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk alternatif pada tiap
dimensi. Nilai perbandingan kepentingan alternatif i (Ai) terhadap
alternatif j (Aj) dapat dinotasikan sebagai aij, dan nilaiaji = 1 / aij. Sebagai
contoh, matriks perbandingan berpasangan untuk alternatif pada dimensi
Reliability seperti terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Alternatif [1]
Kriteria ke-j
Matriks perbandingan berpasangan tersebut juga dilakukan pada empat
dimensi yang lain.
2. Untuk mendapatkan nilai perbandingan kepentingan untuk bagian dimensi
dan bagian alternatif, matriks perbandingan berpasangan diatas dibuat
sebagai kuisioner pembobotan yang akan diberikan pada responden
sebagai pengambil keputusan. Dalam hal ini adalah pihak manajemen
rumah sakit, misalnya direktur atau wakil direktur bagian medis rumah
sakit.
3. Dari hasil matriks perbandingan tersebut, kemudian dilakukan sintesis
matriks yang telah dibuat, baik pada bagian dimensi maupun alternatif,
yaitu dengan tahap berikut ini :
a. Hitung Total Kolom
Jumlahkan nilai kepentingan (yaitu nilai dij untuk dimensi dan aij
untuk alternatif) pada tiap kolom pada masing-masing matriks.
b. Buat Normalized Matriks
Bagilah tiap nilai kepentingan dengan total kolom pada
masing-masing matriks, atau dapat dinotasikan sebagai berikut :
Nilai Normalisasi =
∑
c. Hitung Nilai Prioritas
Dengan cara menghitung rata-rata untuk tiap baris pada normalized
matriks.
2.2.2.3Pengecekan konsistensi
Pengecekan konsistensi dilakukan untuk melihat apakah perbandingan
berpasangan yang sudah dibuat masih berada di dalam batas kontrol penerimaan
atau tidak. Jika ternyata tidak, maka perlu dilakukan kajian ulang untuk
menyelidiki apakah konsistensi tersebut dapat diaplikasikan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pengecekan konsistensi
adalah sebagai berikut :
1. Membuat matriks nilai kolom kali nilai prioritas, dengan cara kalikan
setiap nilai kepentingan pada matriks perbandingan berpasangan pada
kolom j dengan nilai prioritas pada baris ke-i, dimana j = i.
3. Kemudian bagilah total kolom dengan nilai prioritas pada tiap variabel.
4. Hitung λmax: rata-rata dari hasil point 3 diatas.
5. Hitung Consistency Index (CI) : CI =
1
dimana n : jumlah item/variabel yang dibandingkan.
6. Hitung Consistency Ratio (CR) :
RI CI
CR=
di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi ≤ 0.1,
hasil perhitungan data dapat dibenarkan.
7. Menyusun matriks baris antara alternative versus kriteria yang isinya hasil
perhitungan yang tertinggi.
8. Hasil alhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh
pengambil keputusan berdasarkan skor.
Dimana RI : random index yang nilainya dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Nilai Indeks Random [1]
Urutan
Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(RI) 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Jika CR < 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria
yang diberikan konsisten. Jika CR > 01, maka nilai perbandingan berpasangan
pada matriks. kriteria yang diberikan tidak konsisten. Sehingga jika tidak
konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsure
kriteria maupun alternatif harus diulang.
Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada
yang baku, hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman inkonsistensi
Apabila A adalah matriks perbandingan berpasangan yang tidak konsisten,
maka vektor bobot yang berbentuk (A)(wT) = (n)(wT) dapat didekati dengan cara:
a. Menormalkan setiap kolom j dalam matriks A, sedemikian hingga
∑
i ij
a = 1, yang disebut sebagai A’
b. Untuk setiap baris i dalam A’, hitunglah nilai rata-ratanya
wi =
∑
dengan wi adalah bobot tujuan ke-i dari vektor bobot.
2.2Handphone
Handphone adalah suatu alat komunikasi yang dapat menghubungkan
komunikasi antar sesama orang.Handphone pada masa sekarang sudah sangat
dibutuhkan oleh semua orang mulai dari anak - anak, remaja, orang tua , bahkan
kakek dan nenek pun sudah memiliki Handphone.Handphone ditangan orang
yang benar dapat menjadi suatu senjata yang sangat hebat dan dapat membantu
sesama orang, tapi jika Handphone berada di tangan yang salah maka alat itu
dapat menjadi alat yang salah digunakan.Pemakaian Handphone itu sendiri
tergantung orang yang membawa Handphone itu sendiri.Fasilitas dan kwualitas
Handphone sekarang sudah sangat canggih mulai dari 3.5 g, internet, kamera,
mp3 dan masih banyak lagi keunggulan dari Handphone sekarang.
2.3.1 Teknologi Elektronik Handphone
Di abad 21, telekomunikasi telah memasuki era yang begitu dahsyat.
Ketika beberapa puluh tahun lalu telepon rumahan masih merupakan barang
mewah, kini yang namanya ponsel (telepon selular) telah merupakan barang
Anda bahwa di belakang semua ini adalah peristiwa transfer energi yang masih
begitu fenomenal. Siapa tak kenal handphone atau ponsel (telepon selular)?
Diperkenalkan pada tahun 1980-an, kini peralatan komunikasi ini sudah jadi
perlengkapan sehari-hari. Banyak orang di berbagai kota besar khususnya,
tua-muda sering terlihat memamerkannya jika sedang tak digunakan. Ditaruh di saku
celana, diselipkan di pinggang, atau ada juga yang sengaja terus dipegang sambil
sesekali digunakan untuk menunjuk-nunjuk. Harganya yang sudah kian
terjangkau membuat barang ini bisa dimiliki tak hanya oleh si-kaya saja.
Apapun itu, alat yang ukurannya kian imut dan menarik ini juga sudah
dianggap sebagai ‘teman’ di perjalanan atau di tempat beraktivitas yang amat
praktis. Ia bisa menghubungkan kita dengan relasi, kolega, bahkan dengan bos
galak dari mana saja. Teknologi telekomunikasi telah memungkinkannya bisa
dipergunakan di mana saja. Apalagi dengan diluncurkannya satelit-satelit selular,
yang selanjutnya memungkinkan benda kecil ini bisa digunakan di tempat
terpencil (remote area), bahkan dari tengah lautan. Satu yang membuatnya unggul
dibanding telepon rumahan, yakni sifatnya yang tanpa kabel atau wireless.
Revolusi di bidang pertelekomunikasian memang telah sampai pada
tahapan yang dahsyat. Ketika aktivitas sehari-hari telah begitu overlaps (saling
tumpang tindih), peralatan canggih ini selanjutnya menjadi alat yang menentukan.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa untuk mencapai tahapan ini, ratusan
insinyur harus menghabiskan waktunya bertahun-tahun di laboratoirum guna
menguak berbagai misteri di belakangnya. Mulai dari mempelajari misteri
gelombang elektromagnet, sifat gelombang radio berikut klasifikasinya, sampai
berkaitan dengan transfer energi yang tak kasat mata, sehingga apa saja yang
berkaitan dengannya masih bisa disebut sebagai fenomena alam. Jika di kota
Jakarta dalam selang waktu tertentu ada dua juta orang bercakap-cakap dengan
koleganya lewat ponsel, kita pun tak pernah mengerti benar betapa padatnya
percikan atau radiasi gelombang elektromagnet yang ditimbulkan saling
berseliweran.
Ponsel sendiri sebenarnya bukan peralatan yang benar-benar canggih. Alat
ini pada prinsipnya hanyalah sebuah radio transceiver
(transmitter-receiver/pengirim-penerima) biasa, mirip walkie-talkie atau handie-talkie yang
kerap jadi perlengkapan standar polisi atau petugas sekuriti. Bagian utama dari
peralatan telekomunikasi ini adalah osilator sebagai pembangkit sinyal radio,
penguat frekuensi radio, pencampur (mixer), pencacah gelombang (detector), dan
penguat sinyal audio.
Lalu mengapa disebut telepon selular? Sebutan ini rupanya berangkat dari
bentangan penguat sinyal yang dibangun jaringan antena RBS (radio base station)
yang menjadi piranti penangkap dan penyebar sinyal. Untuk sebuah kota,
penyelenggara jaringan atau biasa disebut provider (apakah itu Telkomsel atau
Satelindo) biasa membaginya dalam bentuk sel yang bentuknya imajiner, dimana
setiap sel akan diwakili sebuah antena RBS. Itu sebabnya telepon bergerak
(mobile phone) ini selanjutnya dikenal pula sebagai telepon selular,yang bisa
dibawa kemana-mana.
Merunut ke belakang, dalam sejarahnya, baik ponsel maupun peralatan
telekomunikasi wireless lainnya, pada prinsipnya terkait dengan hasil eksperimen
dan Heinrich Hertz (1857-1894). Maxwell berhasil menguak sebagian fenomena
alam tentang gelombang elektromagnetik yang menandaskan, bahwasanya
kecepatan radiasi gelombang magnet-listrik ini sama dengan kecepatan
perambatan cahaya, yakni sekitar 186.000 mil (300.000 km) per detik. Sementara
itu, dalam kesempatan yang berbeda, Hertz melengkapi hasil telaah ilmiah
Maxwell dengan mengungkap, bahwa gelombang radio adalah bagian dari
fenomena alam ini. Untuk menghargai jerih payah Hertz, masyarakat ilmiah dunia
kemudian menggunakan nama ‘Hertz’ sebagai satuan frekuensi atau getaran per
detik.
Dalam karakteristik dan fungsi yang berbeda, gelombang elektromagnetik
sendiri bisa dipilah-pilah berdasarkan spektrumnya menjadi (mulai dari panjang
gelombang terbesar sampai tersempit): gelombang radio, mikro, infra merah,
cahaya/sinar tampak, sinar ultra violet, sinar X, dan sinar gamma. Secara khusus,
gelombang radio menduduki daerah panjang gelombang dari beberapa kilometer
sampai 0,3 meter, sedang frekuensinya dari beberapa Hertz sampai 10^9 Hertz.
Gelombang inilah yang kemudian dipecah-pecah hingga ribuan kanal dan
digunakan secara internasional untuk berbagai kepentingan di bawah pengawasan
International Telecommunication Union.
Pada awalnya, radio sendiri hanya dimanfaatkan kalangan terbatas dalam
dinas ketentaraan. Bentuk radio genggam pertama pada mulanya masih
sebesar-besar batako dan berat. Dengan bentuk seperti ini, ia memang masih jauh dari
praktis. Namun, manfaatnya yang tinggi membuatnya terpakai kemana saja. Di
medan pertempuran ia bisa digunakan sebagai peralatan pengirim perintah, hasil
bentuk dan kekuatannya berkali-kali diperbaiki. Pada dekade 70-an, bentuknya
bisa diperkecil dengan ditemukannya transistor yang bisa mewakili sekian puluh
komponen berukuran besar, dan menjelang dekade 80-an semakin kecil lagi
dengan berhasil diciptakannya Integrated Circuit yang mampu memuat sekian
puluh bahkan ratusan komponen elektronik ke dalam komponan yang hanya
sebesar kancing baju. Temuan ini membuat peralatan telekomunikasi menjadi
semakin bermasyakat karena biaya produksinya yang menjadi semakin murah dan
manfaatnya yang semakin luas. Teknologi digital juga ikut membuat peralatan ini
kian menarik.
Dalam sejarah pertelekomunikasian, Indonesia sendiri sempat mencuat
sebagai negara keempat di dunia pemakai satelit komunikasi setelah AS, Uni
Soviet, dan Kanada. Satelit pertama bernama SKSD Palapa A yang meluncur
pada tahun 1976 ini dimanfaatkan sebagai ‘pemersatu’ Nusantara.
Pengoperasiannya dilakukan oleh Perumtel (kini PT Telkom).
Selain untuk keperluan telekomunikasi jarak jauh komersial, ia juga dimanfaatkan
sebagai pengirim sinyal televisi selain untuk keperluan pemerintah. Satelit sendiri
fungsinya hanyalah sebagai stasiun relay *penerima dan penerus sinyal frekuensi
tinggi yang tidak terpantul lapisan atmosfer. Jika SKSD Palapa cenderung
dioperasikan untuk keperluan pemerintah, sebuah instansi lain, yakni PT Indosat
(Indonesia Satellite Corporation), juga mengoperasionalkan satelit namun untuk
kepentingan komersial meski hanya dengan sistem sewa.
Pada tahun 70-an, mungkin sebagian dari kita masih ingat betapa
gembiranya bisa menikmati serial pertandingan tinju akbar Muhammad Ali. Ini
komersialisasi siaran televisi dunia. Satelit ini juga dimanfaatkan untuk
kepentingan percakapan internasional.
Begitu terbukanya pemanfaatan jaringan telekomunikasi pun membuat
berbagai perusahaan telekomunikasi dunia berlomba melakukan inovasi lain yang
bersifat komersial. Indosat, misalnya, belum lama ini memperkenalkan 12 layanan
jasa yang bisa terhubung ke-250 negara. Mulai dari SLI 001, Conference Call,
Precard, Virtual Net, Indonesia Direct, hingga free phone. Dalam layanan jasa
yang kemudian disebutnya sebagai Indosat@your life ini, para penggunanya pun
menjadi semakin mudah menghubungi siapa saja di belahan dunia manapun.
Dengan sinyal-sinyal pembawa pesan ini dunia selanjutnya memang akan
semakin kecil saja
2.4 Website
Web merupakan salah satu layanan yang tersedia dan sekarang digunakan
secara meluas di seluruh dunia adalah layanan world wide Web atau sering hanya
disebut dengan Web saja. Web bisa dikatakan sebagai koleksi dokumen atau arsip
yang terdapat pada internet yang saling terhubung dan memungkinkan pengguna
untuk melihat, mencari atau mengambil informasi yang tersedia.
Website merupakan sebuah halaman statis yang hanya menampilkan
informasi kepada pengguna. Pengguna dapat melihat dan mengambil informasi
yang disediakan pada Website. Berbeda dengan Website, Web application
merupakan rangkaian halaman yang bersifat dinamis yang memungkinkan
pengguna melakukan suatu aksi pada sebuah Web application. Website lebih
merupakan layanan berbasis informasi sedangkan Web application merupakan
2.4.1. Komponen penyusun Web
Untuk mengembangkan sebuah halaman Web baik sebagai Website atau
Web application perlu diperhatikan komponen penyusun sebuah halaman Web.
komponen penyusun ini akan bekerja sama untuk memberikan layanan
Web dengan teknologi internet.
HTML (HyperText Markup Language) dan CSS(Cascading Style Sheet)
merupakan komponen-komponen yang terkait dengan penyajian informasi dalam
sebuah halaman Web browser.
Web Browser merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengakses
halaman Web. Contoh Web Browser misalnya Internet Eksplorer dan Netscape
Navigator. Internet eksplorer dikembangkan oleh Microsoft yang merupakan
perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia pada saat ini. Sedangakan Netscape
Navigator dikembangkan oleh Netscape.
2.5 Konsep Basis Data
Konsep mengenai database dapat dipandang dari beberapa sudut. Dari sisi
sistem, database merupakan kumpulan tabel-tabel atau file yang saling berelasi.
Basisdata mengandung pengertian kumpulan data non-redundant yang dapat
digunakan bersama (shared) oleh sistem-sistem aplikasi yang berbeda. Atau
dengan kata lain, basisdata adalah kumpulan data-data (file) non-redundant yang
saling terkait satu sama lainnya (dinyatakan oleh atribut-atribut kunci dari
tabel-tabelnya atau struktur data dan relasi-relasi) didalam usaha membentuk bangunan
definisi lain dari basisdata yang dikembangkan atas dasar sudut pandang yang
berbeda yaitu:
1. Himpunan kelompok data (file) yang saling berhubungan dan
diorganisasikan sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali
dengan cepat dan mudah.
2. Kumpulan data yang saling berhubungan dan disimpan bersama
sedemikian rupa tanpa pengulangan yang tidak perlu (redudancy) untuk
memenuhi berbagai kebutuhan.
3. Kumpulan file atau tabel yang saling berhubungan dan disimpan didalam
media penyimpanan elektronik.
Kumpulan dari file yang saling berkaitan bersama dengan program
pengelolanya disebut Database Management System (DBMS). Database
me-rupakan kumpulan data, sedangkan program pengelolanya berdiri sendiri dalam
satu paket program yang komersial untuk membaca data, pengecekan data,
menghapus data, melaporkan data.
Kehadiran basis data mengimplikasikan adanya pengertian keterpisahan
antara penyimpanan (stroge) fisik data yang digunakan program-program aplikasi
yang mengaksesnya untuk mencegah saling ketergantungan (dependence) antara
data dengan program-program yang mengaksesnya. Dengan menggunakan sistem
basisdata, pengguna, pemrograman, atau developer program aplikasi tidak perlu
mengetahui informasi detil mengenai bagaimana data-datanya disimpan. Dengan
basisdata, perubahan, editing, dan updating data dapat dilakukan tanpa
Perubahan ini mencangkup perubahan format data (konversi), struktur file, atau
relokasi data dari satu perangkat ke perangkat-perangkat lainnya.
2.5.1 Sistem Manajemen Basisdata
Database Management Systems (DBMS ) berisi satu koleksi data yang
saling berelasi dan memiliki satu paket program untuk mengakses data tersebut,
baik untuk operasi menambah data, membaca data atau menghapus data.
Sedangkan konsep perancangan basis data dapat dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu:
1. Basis Data adalah kumpulan data yang saling berelasi dengan ditunjukkan
oleh kunci dari tiap-tiap data yang ada.
2. Entity adalah konsep yang informasinya dicatat, seperti : orang, tempat,
benda dan lain-lain.
3. Atribut adalah sebutan untuk mewakili entity.
4. Record atau Tuple adalah kumpulan dari atribut yang dapat menjelaskan
entitas secara lengkap.
5. File adalah kumpulan record-record sejenis yang mempunyai panjang
elemen yang sama, namun berbeda nilai datanya.
6. Data Value atau Field adalah data aktual atau informasi yang disimpan
pada tiap atribut.
7. Atribut Key adalah satu field atau satu set field yang dapat mewakili
record. Macam-macam key (kunci) adalah sebagai berikut:
a. Kunci Primer (Primary Key).
Adalah atribut atau satu set minimal atribut tidak hanya
dapatmewakili setiap kejadian dari suatu entity. Setiap kandidat
mempunyai peluang menjadi kunci primer.
b. Kunci Kandidat (Candidate Key)
Adalah suatu atribut atau satu set minimal yang mengidentifikasikan
secara unik suatu kejadian spesifik dari entity. Satu minimal set
atribut menyatakan secara tidak langsung dimana beberapa atribut
dalam satu set tidak dapat dibuang tanpa merusak kepemilikan yang
unik. Jika suatu kandidat berisi lebih dari satu atribut, maka biasanya
disebut kunci gabungan.
c. Kunci Tamu (Foreign Key)
Adalah atribut atau satu set minimal atribut yang melengkapi satu
relationship yang menunjukkan ke induknya. Kunci tamu
ditempatkan pada entity anak dan sama dengan kunci primer induk
direlasikan. Hubungan antara entity anak dan entity induk adalah
hubungan set lawan banyak (one to many relationship).
d. Kunci Alternatif (Alternative Key)
Adalah kunci kandidat yang tidak dipakai sebagai kunci primer. Kunci
alternatif dipakai sebagai kunci pengurutan dalam laporan.
2.6 Bagan Alir (Flochart)
Bagan Alir (flowchart) adalah bagan (chart) yang menunjukkkan alir
(flow) didalam program atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir digunakan
terutama untuk alat Bantu komunikasi dan untuk dokumentasi. Pada waktu akan
menggambar suatu bagan alir, analis sistem atau pemrogram dapat mengikuti
1. Bagan alir sebaiknya digambar dari atas ke bawah dan mulai dari bagian
kiri dari suatu halaman.
2. Kegiatan didalam bagan alir harus ditunjukkan dengan jelas.
3. Harus ditunjukkan dari mana kegiatan akan dimulai dan dimana akan
berakhirnya.
4. Masing-masing kegiatan didalam bagan alir sebaiknya digunakan suatu
kata yang mewakili suatu pekerjaan.
5. Masing-masing kegiatan didalam bagan alir harus didalam urutan yang
semestinya.
6. Kegiatan yang terpotong dan akan disambung ditempat lain harus
ditunjukkan dengan jelas menggunakan simbol penghubung.
7. Gunakanlah simbol-simbol bagan alir yang standar.
Bagan alir program digambar dengan menggunakan simbol-simbol berikut ini:
1. Simbol Input atau Output : digunakan untuk mewakili
data masukan atau keluaran.
2. Simbol Proses : digunakan untuk mewakili suatu proses.
3. Simbol Garis Alir (Flow Line Symbol): digunakan untuk
menunjukkan arus dari proses.
4. Simbol Penghubung (Symbol connector) : digunakan
untuk menunjukkan sambungan dari bagan alir yang
terputus di halaman yang masih sama atau di halaman
lainnya.
5. Simbol Keputusan (Decision Simbol) : digunakan untuk
6. Simbol Proses Terdefinisi (Predefined Process Symbol) :
digunakan untuk menunjukkan suatu operasi yang
rinciannya ditunjukkan ditempat lain.
7. Simbol Persiapan (preparation symbol) : digunakan untuk
memberi nilai awal suatu besaran.
8. Simbol titik terminal (terminal point symbol) : digunakan
untuk menunjukkan awal dan akhir dari suatu proses.
9. Simbol dokumen : menunjukkan dokumen input dan
output baik untuk proses manual, mekanik atau komputer.
10. Simbol untuk putput yang ditujukan ke suatu device,
seperti printer, plotter.
2.7 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah penggambaran sistem secara logika
yang menggunakan bentuk-bentuk simbol untuk menggambarkan aliran data
melalui suatu proses yang saling terkait, tanpa mempertimbangkan lingkungan
fisik dimana data tersebut mengalir (seperti telepon, surat, dan sebagainya) atau
lingkungan fisik dimana data tersebut akan disimpan (seperti file kartu, tape,
disket, harddisk, dan sebagainya). Beberapa simbol yang digunakan di Data Flow
Diagram adalah sebagai berikut :
1. Proses, dilambangkan dengan:
Digunakan untuk melambangkan kegiatan yang dilakukan oleh orang,
mesin atau komputer.
2. Kesatuan luar (External Entity) atau batas sistem (Boundary),
dilambangkan dengan:
Gambar 2.3 Kesatuan Luar (External Entity) [4]
Kesatuan ini dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang
akan memberikan input atau menerima output dari sistem.
3. Simpanan data (Data Store), dilambangkan dengan:
Gambar 2.4 Simpanan (Data Store) [4]
Simpanan data dapat berupa file, arsip, buku, dan sebagainya.
4. Arus data (Data Flow), dilambangkan dengan:
Gambar 2.5 Arus Data (Data Flow) [4]
Tanda arah panah mewakili arus data (data flow) yang mengalir
diantara proses, simpanan data dan kesatuan luar.
2.8 Entity Relationship Diagram
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah suatu model data yang
Simbol-simbol yang digunakan dalam ERD adalah:
1. Entity, yang dilambangkan dengan:
Gambar 2.6 Entity [4]
Gambar 2.6 merupakan simbol sebuah entity dimana menggambarkan
suatu file atau tabel yang menyimpan data dimana dimiliki oleh seseorang,
tempat atau sesuatu.
2. Relationship, yang dilambangkan dengan:
Gambar 2.7 Relationhsip [4]
Gambar 2.7 menggambarkan hubungan atau relasi antara entity,
dimana simbol “ “ menunjukan relasi dependent relationship yang
artinya salah satu entity keberadaannya bergantung dengan keberadaan
entity lain. Sedangkan simbol “|” menunjukan relasi mandatory
relationship dengan maksud relasi tersebut harus ada dan untuk simbol “o“
menunjukan optional relationship yang berarti relasi tersebut tidak harus
ada.
Dalam ERD hubungan antara entity dapat dikategorikan menjadi beberapa
macam, yaitu:
1. One to One Relationship
Pada gambar 2.9 relasi antara antara entity Ent_1 dengan entity Ent_2
adalah satu berbanding satu.
2. One to Many Relationship
Gambar 2.9 One to Many Relationship [4]
Pada gambar 2.9 ditunjukan relasi antara entity Ent_1 dengan entity
Ent_2 adalah satu berbanding banyak.
3. Many to Many Relationship
Gambar 2.10 Many to Many 31 [4]
Dari gambar 2.11 ditunjukan relasi antara entity Ent_1 dengan entity
Ent_2 adalah banyak berbanding banyak.
2.9 Normalisasi
Normalisasi adalah tranformasi tinjauan pemakai yang kompleks dan data
tersimpan ke sekumpulan bagian-bagian struktur data kecil dan stabil. Bebarapa
tahap normalisasi, diantaranya:
1. Bentuk Tidak Nomal (Unnormalized Form)
Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada
keharusan mengikuti suatu format tertentu, data tidak lengkap atau
2. Bentuk Normal Satu (1NF/First Normal Form)
Bentuk normal kesatu mempunyai ciri data dibentuk dalam flat file
(file rata). Data dibentuk dalam satu record dan nilai dari field-field
berupa atomic value. Tidak ada set atribut yang berulang-ulang atau
atribut bernilai ganda (multi value). Tipe field hanya satu pengertian,
bukan merupakan kumpulan data yang mempunyai arti ganda, hanya satu
arti saja dan bukan pecahan kata-kata sehingga artinya lain.
3. Bentuk Normal Kedua (2NF/Second Normal Form).
Bentuk normal kedua mempunyai syarat yaitu bentuk data telah
memenuhi kriteria bentuk normal kesatu. Atribut bukan kunci haruslah
bergantung secara fungsi pada kunci utama (primary key). Sehingga untuk
membentuk normal kedua haruslah sudah ditentukan kunci-kunci field.
Kunci field haruslah unik dan dapat mewakili atribut lain yang menjadi
angotanya.
4. Bentuk Normal Ketiga (3NF/Third Normal Form)
Untuk menjadi bentuk normal ketiga maka relasi harus dalam bentuk normal
kedua dan semua atribut bukan primary key tidak punya hubungan yang
transitif. Dengan kata lain, setiap atribut bukan kunci haruslah bergantung
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1.Analisis
Aplikasi sistem pendukung keputusan (SPK) pemilihan handphone,
merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk memberikan sebuah keputusan
pemilihan handphone yang tepat untuk pemilihan serta memberi masukan yang
sesuai dengan minat dan kepentingan pengguna dalam memilih dan menentukan
handphone. Dengan menggunakan aplikasi ini diharapkan pengguna dapat
memperoleh dan suatu saat bisa membeli sesuai dengan yang diinginkan, sesuai
dengan kebutuhan, bisa menentukan merk ataupun model yang diinginkan
pennguna, serta pengguna juga bisa dengan mudah memperkirakan berapa harga
yang cukup atau pas dengan handphone yang ingin dibelinya.
Dari analisis permasalahan yang telah dilakukan, maka akan dirancang
suatu sistem pendukung keputusan yaitu dengan melakukan perancangan dan
pembuatan sistem. Hal tersebut dilakukan untuk menggambarkan arus data dalam
aplikasi secara terstruktur dan jelas, serta menggambarkan proses yang terjadi
pada aplikasi, sehingga dapat menjadi sarana dokumentasi sistem yang baik.
Aplikasi ini menggunakan metode AHP dengan bahasa pemrograman PHP
dan database MySql. Basis data SPK berisi data handphone, data kriteria
handphone, data nilai atau bobot kriteria, data nilai atau bobot handphone dan data
prioritas global handphone. Basis model berisi model-model yang berupa
teknik-teknik perhitungan untuk digunakan untuk menentukan apakah handphone
3.2.Perencanaan Sistem
Setelah menganalisis permasalahan yang telah dijelaskan diatas maka
tahapan selanjutnya adalah melakukan perancangan sistem, dimana pada tahap
perancangan sistem ini meliputi Flowchart dan Data Flow Diagram (DFD)
kemudian CDM (conceptual data model) dan PDM (phisycal data model) yang
diperoleh dari hasil generate dari CDM.
3.2.1. Flowchart
Untuk menggambarkan diagram alir algoritma semua proses yang
dijalankan Sistem Pendukung Keputusan pemilihan handphone dapat dilihat pada
diagram alir berikut:
Diagram alir Sistem Pendukung Keputusan pemilihan handphone
Gambar 3.1 Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Handphone
mulai
AHP Kriteria Penilaian
AHP Handphone
Hasil Analisis Penilaian
Diagram alir diatas menggambarkan Proses yang pertama yaitu
memproses AHP kriteria penilaian yang akan berkelanjutan seperti pada gambar
3.2, dilanjutkan ke proses AHP handphone yang berkelanjutan seperti pada
gambar 3.7, dan juga memproses hasil analisis penilaian yang akan
dikembangkan pada gambar 3.3. AHP ini digunakan untuk menghitung nilai
intensitas kriteria dan handphone. Proses yang terdapat dalam Sistem Pendukung
Keputusan pemilihan handphone ini adalah proses AHP kriteria penilaian, proses
AHPhandphone dan proses hasil analisis.
Diagram alir AHP kriteria penilaian.
Gambar 3.2 Diagram Alir AHP Kriteria Penilaian
Diagram alir ini berfungsi untuk menggambarkan algoritma untuk proses
AHP kriteria Penilaian. Proses yang terdapat dalam AHP kriteria ini adalah input
kriteria penilaian, dan hitung Analisis kriteria penilaian. Dalam AHP kriteria
Penilaian ini, pengguna harus memasukkan kriteria-kriteria penilaian yang
terdapat dalam kriteria pemilihan handphone.
mulai
Input Kriteria Penilaian
selesai
Penghitungan nilai prioritas di setiap kriteria ini diawali dengan
melakukan pengimputan kriteria dan pemberian bobot masing-masing kriteria.
Kemudian proses selanjutnya adalah proses perhitungan nilai prioritas kriteria.
Proses perhitungan nilai prioritas kriteria penilaian ini dimulai dengan melakukan
pengkuadratan matriks yang dihasilkan pada saat perbandingan berpasangan,
kemudian dilanjutkan proses normalisasi matriks kuadrat tersebut, dan
penghitungan konsistensi rasio. Gambaran umum mengenai proses analisis
kriteria penilaian ini dapat dilihat pada Gambar 3.3
Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Kriteria Penilaian
Hasil dari normalisasi matriks kuadrat ini adalah nilai intensitas kriteria
penilaian. Sedangkan gambaran umum mengenai proses kuadrat matriks dan
normalisasi matriks berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5.
mulai
n = banyaknya kriteria Penilaian
Kuadrat matriks
Normalisasi Matriks
Menghitung Konsistensi Rasio
Gambar 3.4 Diagram alir kuadrat matriks
Pada proses analisis kriteria ini juga terdapat proses untuk menghitung
nilai konsistesi rasio dari perbandingan berpasangan yang telah dilakukan. Nilai
konsistensi rasio ini bergantung pada banyaknya kriteria penilaian yang ada.
Gambaran umum algoritma untuk menghitung nilai konsistensi rasio ini dapat
dilihat pada Gambar 3.6.
T
Y
T
Y
Gambar 3.6 Diagram alir konsistensi rasio
Diagram Alir AHP Handphone
Setelah nilai intensitas kriteria penilaian diketahui, maka proses
selanjutnya adalah proses AHP handphone. Gambaran umum algoritma AHP
mulai
jumlah[i]= jumlah[i]+ (skala_perbandingan [i,j] * intensitas_kriteria_ penilaian [j]);
handphone ini dapat dilihat melalui Gambar 3.7 Proses-proses yang terdapat
dalam AHP handphone ini adalah input bobot handphone per kriteria dan hitung
nilai intensitas handphone per kriteria.
Gambar 3.7 Diagram Alir AHP Handphone
Proses AHP Handphone ini dimulai dengan proses memasukkan nilai
bobot handphone tiap kriteria.
mulai
m = banyaknya kriteria Penilaian
k = 1
k <= m T
Y Kriteria Penilaian
handphone
n = banyaknya handphone
selesai
k= k + 1 Tampil kriteria Penilaian
Tampil handphone
Input Bobot handphone
Gambaran algoritma untuk input bobot handphone, dapat dilihat pada gambar 3.8.
Gambar 3.8 Diagram Alir Input bobot handphone.
Setelah proses pemasukkan nilai bobot handphone tiap kriteria disimpan,
kemudian dilakukan proses penghitungan nilai intensitas akhir. Rumus
penghitungan nilai intensitas handphone per kriteria ini adalah dengan melakukan
pembagian antara bobot handphone per kriteria dengan jumlah bobot handphone
per kriteria yang telah dimasukkan tersebut. Gambaran algoritma hitung nilai
bobot terhitung dapat dilihat pada gambar 3.9.
mulai
selesai i <= n
jumlah[k] = jumlah[k] + bobot_ handphone [i,k]
i = i + 1 T
Y jumlah[k] = 0; i = 1
Simpan bobot_ handphone [i,k] Input bobot_handphone [i,k]
Gambar 3.9Diagram Alir Bobot Terhitung handphone Per Kriteria
Diagram Alir Hasil Analisis
Setelah semua handphone diberi bobot untuk tiap kriteria, proses
selanjutnya yaitu menghitung nilai intensitas total handphone. Gambaran umum
algoritma proses hasil analisis penilaian dapat dilihat pada Gambar 3.10.
mulai
i = 1
selesai
bobot_terhitung_ handphone [i,k] = bobot_wisata [i,k] / jumlah [k]
i <= n
i = i + 1
T
Y
Simpan bobot_ handphone [i,k]
Gambar 3.10 Diagram Alir Hasil Analisis Penilaian Handphone
3.2.2. Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) merupakan alat perancangan sistem yang
berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk
mulai
bobot_total_handphone [i] = 0
Kriteria penilaian
m= banyaknya kriteria penilaian; j = 1
j <= m T i = i + 1
Y
bobot_total_handphone [i] =
penggambaran analisis maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan
oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program.
3.2.2.1. Context Diagram
Context diagram menjelaskan gambaran umum mengenai sistem, terdiri
atas entitas luar yang berhubungan dengan sistem serta arah informasi yang
berupa masukan dan keluaran antara entitas luar dengan sistem tersebut.
Data Keputusan
Gambar 3.11 Context Diagram
Gambar diatas merupakan context diagram dari Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Handphone, dimana pada gambar diatas terlihat ada dua
entitas yang menggunakan proses ini, yaitu :
(1) Petugas, berinteraksi dengan sistem, antara lain:
Setelah login admin dapat mengolah data handphone, data kriteria,
data nilai kriteria, data pilihan atau prioritas handphone. Meliputi
penambahan, perubahan, penghapusan data. Selain itu admin dapat
mengolah data form penilaian pemilihan handphone dengan metode AHP..
(2) Pemilih, berinteraksi dengan sistem, antara lain:
User menerima informasi data handphone, data kriteria dan
handphone, User akan diberi form perhitungan yang harus diisi untuk
diproses dengan metode AHP dan user akan memperoleh laporan hasil
analisis tentang pemilihan handphone.
3.2.2.2. DFD Level 0
Pada DFD level 0 ini merupakan pecahan dari proses context diagram
menjadi 4 proses seperti pada gambar 3.12.
1) Maintenance Data Handphone.
Admin melakukan pengolahan data yaitu data handphone, data
kriteria, data nilai kriteria dan data pilihan. Kemudian akan diproses untuk
di simpan ke dalam database. Data handphone disimpan ke dalam tabel
handphone, data kriteria disimpan ke dalam tabel kriteria, data nilai kriteria
disimpan ke dalam tabel nilai_kriteria dan data pilihan disimpan ke dalam
tabel pilihan.
2) Perhitungan AHP
Pada proses perhitungan AHP data yang digunakan diperoleh dari
tabel prioritas_obyek berupa data prioritas handphone , tabel pilihan
berupa data bobot pilihan dan pilihan dari pemilih yang akan diproses
untuk menghasilkan data keputusan pemilihan handphone.
3) Perhitungan Prioritas Handphone
Pada proses perhitungan prioritas handphone data yang digunakan
diperoleh dari tabel kriteria berupa data kriteria handphone dan tabel
nilai_kriteria berupa nilai kriteria handphone yang akan diproses untuk
menghasilkan nilai prioritas handphone.
4) Output Handphone
Pada proses ini pemilih mendapatkan informasi tentang handphone,
merk,type handphone, dan spesifikasi, yang diperoleh dari tabel
handphone.
3.2.2.3. DFD Level 1
DFD Level 1 menjelaskan lebih lanjut mengenai proses-proses yang
masing-masing sub proses pada DFD level 0. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub
bab berikut ini.
3.2.2.3.1. DFD Level 1 Perhitungan AHP
Pada DFD level 1 ini merupakan pecahan dari perhitungan AHP menjadi 2
proses seperti pada gambar 3.13
Gambar 3.13DFD Level 1 Perhitungan AHP
Proses yang terjadi di DFD Level 1 perhitungan AHP merupakan
gambaran dari proses perhitungan AHP. Proses terpisah menjadi 2 yaitu : proses
perhitungan AHP data pilihan dan proses perhitungan AHP total.
1. Proses perhitungan AHP data pilihan
Pada proses perhitungan AHP data pilihan, aktifitas yang terjadi adalah
data pilihan pemilih yang diperoleh dari inputan data pilihan pemilih dan
data bobot pilihan yang diperoleh dari tabel pilihan selanjutnya akan
dihitung sehingga memperoleh nilai prioritas pilihan.
2. Proses perhitungan AHP total
Pada proses perhitungan AHP total aktifitas yang terjadi adalah nilai
dan data prioritas handphone yang diperoleh dari tabel prioritas_obyek
selanjutnya akan dihitung untuk memperoleh data keputusan dari proses
pemilihan handphone.
3.2.2.4. DFD Level 2
DFD Level 2 menjelaskan lebih lanjut mengenai proses-proses yang
terjadi pada DFD level 1. Untuk DFD level 2 merupakan decompose dari
masing-masing sub proses pada DFD level 1. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada sub
bab berikut ini.
3.2.2.4.1. DFD Level 2 Perhitungan AHP
Pada DFD level 1 ini merupakan pecahan dari proses perhitungan AHP
data pilihan seperti pada gambar 3.14
Gambar 3.14 DFD Level 2 Perhitungan AHP Total
Pada proses perhitungan prioritas global ada beberapa aktifitas yang
terjadi. Data prioritas pilihan yang diperoleh dari perhitungan proses sebelumnya
akan dihitung dengan data prioritas handphone yang diperoleh dari tabel
prioritas_obyek sehingga menghasilkan data keputusan dari proses perhitungan
3.2.3. CDM, PDM dan struktur Database
Dari analisis DFD di atas, maka diperoleh rancangan untuk CDM dan
PDM seperti yang terlihat dibawah ini yang nantinya akan di-generate ke dalam
database yang digunakan.
3.2.3.1. CDM (Conceptual Data Model)
CDM memodelkan struktur logis dari keseluruhan aplikasi data, tidak
tergantung pada software atau pertimbangan model struktur data. CDM yang
valid dapat dikonversi ke PDM atau OOM. CDM mirip dengan konsep ERD yang
diajukan oleh Elmasri, hanya ada beberapa perbedaan sintaks.
Dalam CDM ini digambarkan ada 5 buah tabel data yang saling terkoneksi
satu dengan yang lainnya, dengan beberapa perbedaan relasi hubungan yang
semuanya akan saling bergantung antara satu sama lainya. Hal ini terjadi karena
antar satu tabel dengan tabel lainya nantinya akan saling memrlukakan data pada
masing-masing tabel, serta berbagai koneksi lainnya yang dapat dilihat pada
Gambar 3.15 dibawah ini.
MEMILIKI_DATA_NILAI_KRITERIA
Gambar 3.15CDM (Conceptual Data Model)
3.2.3.2. PDM (Phisycal Data Model)
PDM memodelkan struktur fisik dari database, dengan
mempertimbangkan software DBMS serta model struktur yang akan digunakan.
PDM yang valid dapat dikonversi ke CDM atau OOM. PDM dapat dihasilkan
(di-generate) dari CDM yang valid. Seperti yang kita lihat dari Gambar 3.16,
Gambar 3.16 merupakan hasil generate dari CDM tersebut, sehingga lebih
kompleks lagi relasi hubungan dari masing-masing tabel, karena foreign key yang
merupakan penghubung masing-masing tabel telah masuk kedalam tabel dan
FK_NILAI_KR_MEMILIKI__HANDPHON
3.2.3.3. Perancangan File Basis Data / Database
Pengolahan data yang baik dari suatu sistem adalah basis data harus
menghasilkan data informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk itu perlu
dirancang basis data yang mempermudah pemrosesan, pengaksesan dan
peremajaan data.
Berikut adalah rancangan basis data dari sistem pengambilan keputusan
yang nantinya akan menyimpan kesluruhan data yang diperlukan didalam sistem :
1. Tabel handphone
Tabel handphone memiliki atribut id_hp sebagai primary key dan