• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS MIND MAP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SORKAM T.P. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS MIND MAP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 SORKAM T.P. 2013/2014."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BERBASIS MIND MAP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI

SMK NEGERI 1 SORKAM T.P. 2013/2014

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

JOHANNES MARBUN

8116176008

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

BERBASIS MIND MAP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI

SMK NEGERI 1 SORKAM T.P. 2013/2014

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

JOHANNES MARBUN

8116176008

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

JOHANNES MARBUN. NIM 8116176008. Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Mind Map dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sorkam T.P 2013/2014. Tesis. Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis perbedaan hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map; (2) menganalisis perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis fisika tinggi dengan kemampuan berpikir kritis fisika rendah; (3) menganalisis interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map dengan kemampuan berpikir kritis fisika terhadap hasil belajar fisika. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sorkam semester I T.P 2013/2014. Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelas dengan jumlah sampel 72 orang yang ditentukan dengan cluster random sampling, yaitu XI-1 TKJ sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map sebanyak 36 orang dan XI TSM sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map sebanyak 36 orang. Instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kritis fisika dan tes hasil belajar fisika. Uji persyaratan telah dilakukan berupa uji parametrik karena data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Hipotesis penelitian diuji dan dianalisis menggunakan GLM (General Linier

Model) pada taraf signifikansi 0,05 dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows.

Berdasarkan analisis data dan uji hipotesis ysng dilakukan, diperoleh bahwa: (1) model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map; (2) hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis fisika tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis fisika rendah; (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map dengan kemampuan berpikir kritis fisika terhadap hasil belajar fisika.

(7)

ABSTRACT

JOHANNES MARBUN. ID 8116176008. The Effect of The Cooperative Learning Model with Jigsaw Type Based on Mind Map and The Critical Thinking on The Students’ Physics Achievement at 11th

grade Sorkam Vocational School Periode 2013/2014. Thesis. Medan. Physical Education Program of Postgraduate Studies of The State University of Medan. 2013.

The purpose of this research consists of (1) analyse difference of the students’ physics achievement among the cooperative learning model with jigsaw type without mind map and the cooperative learning model with jigsaw type based on mind map; (2) analyse difference of the students’ physics achievement between the students have high critical thinking and who have low critical thinking; (3) analyse interaction of the cooperative learning model with jigsaw type based on mind map and the cooperative learning model with jigsaw type without mind map together critical thinking for physics to the students’ physics achievement. The research used experiment with 2x2 factorial design. The population of this research were the student of second semester of 11th grade Sorkam Vocational School periode 2013/2014. The sample of this research were two class consisted of 72 students in which determined by using cluster random sampling, the first was eleven-one computer class as the experiment class used the cooperative learning model with jigsaw type based on mind map which consisted of 36 students and the second was eleven motorcycle class as the experiment class used the cooperative learning model with jigsaw type without mind map which consisted of 36 students. The instruments of this research are critical thinking test and physics achievement test. The proper test have been done by using parametric technic because the distribution of data are normaly and homogenously. The hypothese of this research analysed with GLM (General Linier Model) on 0,05 level of significance and help on SPSS 17.0 for windows version. The results of this research consisted of (1) the cooperative learning model with jigsaw type based on mind map was better than the cooperative learning model with jigsaw type without mind map in improving the students’ physics achievement; (2) the students’ physics achievement that had high critical thinking was better than low critical thinking; (3) There are interaction between using of the cooperative learning model with jigsaw type without mind map and cooperative learning model with jigsaw type based on mind map together critical thinking for physics in improving the students’ physics achievement.

(8)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kasih dan pernyataan Tuhan, karena telah memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis

Mind Map dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sorkam T.P 2013/2014” dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat selesai berkat bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Motlan, M.Sc, Ph.D., sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, MS., sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis. Di tengah-tengah aktivitas yang sangat padat kedua professor yang sangat saya hormati senantiasa memberi waktu untuk saya dapat menerima bimbingan sampai tesis ini selesai. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd atas bantuan sumbangan gagasan dalam pembuatan tes berpikir kritis fisika yang baik dan benar. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan pada Bapak Prof. Dr. Sahyar, MS., MM., Ibu Dr. Sondang R. Manurung, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si sebagai Narasumber sekaligus Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran untuk penyempurnaan penulisan tesis ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah, Bapak Drs. Timbul yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bersangkutan. Kepada, guru-guru, pegawai tata usaha, serta seluruh siswa-siswi yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

(9)

menyelesaikan tesis ini. Teristimewa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Istri tercinta yang terlebih dahulu diwisuda Oktober 2013, Marni Aritonang, S.Si, M.Pd yang telah membantu dan memberikan semangat, motivasi yang luar biasa serta doanya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Terima kasih buat teh madu yang engkau berikan saat-saat tesis ini diketik. Terkhusus buat adik-adik ku Dohar Marbun, Viktory Marbun, Tulus Marbun, S.Pd, Rina Sri Putri Yanti Marbun, Natanael Marbun, Josia Marbun; Lae, abang dan kakak ku terima kasih buat dukungan doa kalian.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini, untuk Dina Fernata Purba, S.Pd, M.Pd., Ion Genesis Situmorang, S.Pd, M.Pd., Grace Dennys Hutabarat, S.Si., M.Pd., Nova Irawati Simatupang, S.Pd, M.Pd, serta seluruh rekan-rekan di Prodi Fisika Program Pascasarjana Unimed. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini yang telah memberikan bantuannya dalam penulisan tesis ini.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya tesis ini bermanfaat bagi para guru fisika, konsultan pendidikan fisika, kepala sekolah, kepala dinas pendidikan kabupaten Tapanuli Tengah khususnya dan seluruh wilayah Republik Indonesia umumnya sehingga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, 10 Januari 2014 Penulis,

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 8

1.3 Batasan Masalah 9

1.4 Rumusan Masalah 9

1.5 Tujuan Penelitian 9

1.6 Manfaat Penelitian 10

1.7 Definisi Operasional 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 12

2.1 Kerangka Teoretis 12

2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 12 2.1.1.1 Tahap-tahap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 17

2.1.2 Mind Map 19

2.1.3 Kemampuan Berpikir Kritis 20

2.1.4 Hasil Belajar Fisika 29

2.2 Penelitian yang Relevan 33

2.3 Kerangka Berpikir 34

2.3.1 Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 34 Terhadap Hasil Belajar Siswa

2.3.2 Efek Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap 34

(11)

2.3.3 Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 35 dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar

2.4 Pengajuan Hipotesis 36

BAB III. METODE PENELITIAN 38

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 38

3.2 Populasi dan Sampel 38

3.2.1 Populasi Penelitian 38

3.2.2 Sampel Penelitian 38

3.3 Jenis dan Disain Penelitian 39

3.3.1 Jenis Penelitian 39

3.3.2 Desain Penelitian 39

3.3.3 Variabel Penelitian 40

3.4 Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 40

3.4.1 Instrumen Kemampuan Berpikir Kritis 40

3.4.2 Instrumen Hasil Belajar 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data 43

3.6 Teknik Analisis Data 46

3.6.1 Analisis Deskripsi 46

3.6.2 Analisis Data Hasil Penelitian 46

3.6.3 Analisis Inferensial 46

a. Uji normalitas data 47

b. Uji homogenitas data 47

3.7 Prosedur Penelitian 47

3.8 Diagram Alir Prosedur Penelitian 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN 50

4.1 Deskripsi Profil Sekolah 50

4.2 Deskripsi Data Penelitian 50

4.3 Analisis Data Penelitian 50

4.3.1 Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa 50

4.3.2 Analisis Data Hasil Belajar Siswa 51

4.4 Pengujian Persyaratan Analisis Data 52

(12)

vii

a. Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Fisika 52

b. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Fisika 53

1. Uji normalitas data pretes hasil belajar fisika 53 2. Uji normalitas data postes hasil belajar fisika 53

3. Uji normalitas data gain hasil belajar 54

4. Uji normalitas data kemampuan berpikir kritis dan 55 model pembelajaran kooperatif terhadap gain hasil belajar

4.4.2 Uji Homogenitas Data 55

a. Uji Homogenitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Fisika 55

b. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Fisika 56

1. Uji homogenitas data pretes hasil belajar fisika 56 2. Uji homogenitas data postes hasil belajar fisika 57 3. Uji homogenitas data gain hasil belajar fisika 57 4. Uji homogenitas data kemampuan berpikir kritis dan 58

model pembelajaran kooperatif terhadap gain hasil belajar

4.5 Analisis Uji Beda 59

4.5.1 Uji Beda Data Bebas (Independent sample t-test) 59 4.5.1.1 Uji Beda Dua Kelas Eksperimen Data Tes

Kemampuan Berpikir Kritis Fisika

4.5.1.2 Uji Beda Dua Kelas Eksperimen Data Pretes 60 Hasil Belajar Fisika

4.5.1.3 Uji Beda Dua Kelas Eksperimen Data Postes 61 Hasil Belajar Fisika

4.5.1.4 Uji Beda Dua Kelas Eksperimen Data Gain 62 Hasil Belajar Fisika

4.5.2 Uji Beda Data Berpasangan (Paired sample t-test) 63 4.5.2.1 Uji Beda Data Pretes dan Postes Hasil Belajar 63

Kelas eksperimen I

4.5.2.2 Uji Beda Data Pretes dan Postes Hasil Belajar 64 Kelas eksperimen II

4.6 Analisis Data Gain Hasil Belajar 65

(13)

4.7.1 Perbedaan hasil belajar fisika yang dibelajarkan 68 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw tanpa mind map dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map

4.7.2 Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki 69 kemampuan berpikir kritis fisika rendah dengan

kemampuan berpikir kritis fisika tinggi

4.7.3 Interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan 70 kemampuan berpikir kritis fisika terhadap hasil belajar fisika

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian 75

4.8.1 Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan 75 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw tanpa mind map dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map

4.8.2 Perbedaan hasil belajar fisika siswa yang memiliki 78 kemampuan berpikir kritis fisika tinggi dengan siswa

yang memiliki kemampuan berpikir kritis fisika rendah

4.8.3 Interaksi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw 79 dan kemampuan berpikir kritis fisika terhadap hasil belajar fisika

4.9 Temuan Penelitian 80

4.10 Keterbatasan Penelitian 80

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan 82

5.2 Implikasi 82

5.3 Saran 83

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif 14

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian 39

Tabel 3.2 Analisis Faktorial 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis 40 Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Fisika Siswa 42

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas Butir Tes 45

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Data Kemampuan Berpikir Kritis Fisika 50 Tabel 4.2 Deskriptif Statistik Data Pretest Hasil Belajar Fisika 51 Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Data Postest Hasil Belajar Fisika 51 Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Data Gain Hasil belajar Kelompok Sampel 51 Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis 52 Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Pretest Hasil Belajar 53 Tabel 4.7 Uji Normalitas Data Postest Hasil Belajar Fisika 54 Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Gain Hasil Belajar 54 Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kritis dan Model 55

Pembelajaran Kooperatif Terhadap Gain Hasil Belajar Fisika

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis 56 Tabel 4.11 Uji Homogenitas Data Pretes Hasil Belajar Fisika 56 Tabel 4.12 Uji Homogenitas Data Postes Hasil Belajar Fisika 57 Tabel 4.13 Uji Homogenitas Data Gain Hasil Belajar Fisika 58 Tabel 4.14 Uji Homogenitas Data Kemampuan Berpikir Kritis dan 58

Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Gain Hasil Belajar

Tabel 4.15 Hasil Uji Beda Data Bebas Kemampuan Berpikir 60 Kritis Fisika

(15)

Tabel 4.19 Hasil Uji Beda Data Berpasangan Hasil Belajar Fisika 64 Eksperimen I

Tabel 4.20 Hasil Uji Beda Data Berpasangan Hasil Belajar Fisika 65 Eksperimen II

Tabel 4.21 Ringkasan Data Gain Hasil Belajar Fisika 65 Tabel 4.22 Deskripsi Data Gain Hasil Belajar dari Korespondensi 66

Model Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Berpikir Kritis

Tabel 4.23 Analisis Faktor 2 x 2 68

Tabel 4.24 Anava Faktorial 2 x 2 68

Tabel 4.25 Perbandingan Interaksi Model Pembelajaran dan 73 Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Terhadap

(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw 16

Gambar 2.2 Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw 18

Gambar 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian 49

Gambar 4.1 Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan 71 Kemampuan Berpikir Kritis Fisika terhadap Hasil

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fisika SMK 90

Lampiran 2 Silabus 100

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif 102 Tipe Jigsaw Tanpa Mind Map (Eksperimen I) dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Mind Map (Eksperimen II)

Lampiran 4 Bahan Ajar 120

Lampiran 5 Catatan Konsep Suhu dan Kalor Dengan Mind Map 145 Lampiran 6 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika 150

Lampiran 7 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis 159

Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis 164

Lampiran 9 Soal Tes Hasil Belajar 165

Lampiran 10 Kunci Jawaban 170

Lampiran 11 Lembar Jawaban Siswa 172

Lampiran 12 Lembar Kerja Siswa 173

Lampiran 13 Data Masukan dan Hasil Ujicoba Instrumen 178 Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika

Lampiran 14 Data Masukan dan Hasil Ujicoba Instrumen 198 Tes Hasil Belajar Fisika

Lampiran 15 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis Fisika 224 Lampiran 16 Rekapitulasi Nilai Pretes Hasil Belajar Fisika 225 Lampiran 17 Rekapitulasi Nilai Postes Hasil Belajar Fisika 226 Lampiran 18 Rekapitulasi Nilai Tes Tes Kemampuan Berpikir Kritis 227

Fisika Berdasarkan Kategori Tinggi Rendah

Lampiran 19 Data Gain Hasil Belajar Fisika 228

(18)

xiii

Lampiran 22 Histogram Data Gain Hasil Belajar Fisika 233 Lampiran 23 Rekapitulasi Gain Hasil Belajar Fisika Berdasarkan 234

Kategori Tinggi Rendah Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu fisika merupakan bagian dari mata pelajaran pengetahuan alam yang mempunyai gejala-gejala alam. Banyak siswa menganggap bahwa fisika adalah pelajaran yang kurang menyenangkan, dipenuhi dengan rumus-rumus, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu materi, baik yang sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar, tanpa diiringi kesadaran untuk menggali konsep lebih dalam yang sebenarnya dapat menambah wawasan atau mengasah keterampilan. Guru dalam mengajar fisika berfokus pada aspek matematisnya dari pada nilai fisikanya, sehingga fisika menjadi pelajaran yang rumit dan membosankan.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan bahwa kriteria keberhasilan adalah patokan ukuran tingkat pencapaian hasil belajar yang mengacu pada kompetensi dasar dan standar kompetensi yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan konsep atau keterampilan yang dapat diamati dan diukur. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih dari 75%, namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, tetapi dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu satuan pendidikan dapat menetapkan kriteria ketuntasan minimal di bawah 75%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan peserta didik dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana (Dharma, 2008). Dalam hal ini satuan pendidikan SMK Negeri 1 Sorkam menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 66%.

(20)

13

pelajaran fisika selama tiga semester sebelumnya memiliki nilai rata-rata 63 (enam puluh tiga) setelah dilakukan ujian semester, sedangkan nilai KKM pelajaran fisika adalah 66 (enam puluh enam). Maka dilakukanlah remedial agar pemahaman siswa meningkat dan nilai siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Dan setelah dilakukan remedial barulah nilai siswa tersebut memenuhi standar yaitu 72. Keterangan guru fisika tersebut didukung oleh data empiris yang diperoleh peneliti melalui analisis data angket investigasi awal masalah penelitian ditemukan item no. 21 menunjukkan bahwa 51,7% atau sebanyak 15 dari 29 siswa memilih opsi kedua dari empat opsi tersedia yang menunjukkan bahwa pemahaman mereka pada mata pelajaran fisika antara 5-6 atau 50-60. Dari keterangan guru fisika tersebut dan pengakuan siswa secara jujur tergambar bahwa nilai hasil belajar siswa kelas XI pada mata pelajaran fisika masih rendah sehingga perlu ditingkatkan (Marbun, 2013).

(21)

14

Menurut Nurhaeni (2011) bahwa terdapat tiga faktor penyebab rendahnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yakni: (1) siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri, (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain, dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat kepada teman yang lain. Kesalahan tidak dapat diarahkan hanya kepada siswa, aspek guru juga perlu diperhatikan. Karena ada kemungkinan dengan kurangnya perhatian guru membangkitkan partisipasi belajar siswa, kurang dalam memberi respon positif secara konkret dan objektif terhadap pekerjaan siswa.

Pembelajaran dapat berlangsung baik yang menghasilkan keterampilan proses apabila proses belajar mengajar yang efektif meliputi: (1) mampu mengembangkan konsep generalisasi serta mampu mengubah bahan ajar yang abstrak menjadi jelas dan nyata, (2) mampu melayani gaya belajar dan kecepatan belajar peserta didik yang berbeda-beda, (3) mampu melayani perkembangan belajar peserta didik yang berbeda-beda, (4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pengajaran sehingga proses belajar mengajar mampu mencapai tujuan sesuai dengan program yang telah ditetapkan (Nurhaeni, 2011).

(22)

15

untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang tinggi, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) menguasai konsep dasar fisika yang mendukung secara langsung pencapaian kompetensi program keahliannya, (7) menerapkan konsep dasar fisika untuk mendukung penerapan kompetensi program keahliannya dalam kehidupan sehari-hari, (8) menerapkan konsep dasar fisika untuk mengembangkan kemampuan programkeahliannya pada tingkat yang lebih tinggi (Sudibyo, 2006).

Guru merupakan motor utama yang memiliki tanggung jawab untuk menterjemahkan kurikulum ke dalam aktivitas belajar dan bukan satu-satunya sumber utama pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat dari tugas dan peran guru, antara lain sebagai komunikator, fasilitator, motivator, model, evaluator, sumber belajar, dan administrator. Berkaitan dengan tugas tersebut, maka seorang guru harus memiliki keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas dengan sebaik-baiknya agar siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal. Agar kualitas guru yang diharapkan dapat tercapai, maka guru harus memiliki pengetahuan yang kuat dalam teknik-teknik keguruan termasuk memilih model pembelajaran yang tepat. Dengan menggunakan berbagai model pembelajaran (tidak monoton pada pembelajaran konvensional) dapat meningkatkan partisipasi siswa, lebih berinisiatif serta berkontribusi baik secara intelektual maupun emosional.

(23)

16

pandangan siswa lain: (d) hubungan sosial antar individu yang berbeda budaya dan etnik: (e) berpikir positif terhadap diri sendiri (self esteem): (f) toleransi terhadap siswa yang cacat atau prestasi belajar rendah.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe. Menurut Johnson

et al. (2000) terdapat delapan tipe dari model pembelajaran kooperatif yang

signifikan positif berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, yaitu Learning

Together (LT) diajukan paling tinggi pengaruhnya, diikuti dengan Academic Controversy (AC), Student-Team-Achievement-Divisions (STAD), Teams-Games-Tournaments (TGT), Group Investigation (GI), Jigsaw, Teams-Assisted-Individualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC). Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki keunggulan menghasilkan kerjasama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu sehingga setiap anggota kelompok tidak dapat menggantungkan pada anggota lain. Setiap siswa mendapat kesempatan sama untuk menunjang timnya mendapat nilai maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Menurut Mengduo dan Xiaoling (2010), jigsaw dikatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena a) it is less threatening

for many students, b) it increases the amount of student participation in the classroom, c) it reduces the need for competitiveness and d) it reduces the teachers’ dominance in the classroom. Ada beberapa tujuan yang akan dicapai dengan menerapkan model pembelajaran tipe jigsaw ini, yaitu: (1) proses belajar mengajar fisika tidak lagi bersifat monoton, (2) ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, (3) model yang digunakan tidak lagi bersifat konvensional, akan tetapi lebih bersifat variatif, (4) kualitas pembelajaran fisika bisa meningkat, (5) meningkatkan hasil belajar siswa.

(24)

17

repot”. Guru sudah sangat repot dengan menulis persiapan mengajar, jadwal pelajaran yang padat, jumlah kelas yang banyak, masalah di rumah. Mana sempat memikirkan media pembelajaran. Hal ini didukung oleh data investigasi awal masalah penelitian ditemukan item no. 11 bahwa 93,1% atau 27 dari 29 siswa memilih opsi kedua yaitu hanya LKS yang digunakan sebagai media belajar siswa. Selanjutnya, item no. 7 menunjukkan bahwa 89,7% atau 26 dari 29 siswa memilih opsi pertama dari lima opsi yang tersedia yaitu siswa tidak suka bila guru fisika mereka mengajar fisika hanya dengan kapur tulis. Sehingga materi fisika dianggap membosankan dan tidak menyenangkan (Marbun, 2013).

Sebelum terjadi proses pembelajaran perlu dilakukan pemilihan media pembelajaran. Menurut Sutjiono (2005) bahwa pada hakikatnya bukan media itu sendiri yang menentukan hasil belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media perlu memperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau sebaliknya. Dengan memperhatikan ketiga faktor sebelumnya dan pertimbangan secara operasional seperti akses, biaya, teknologi, interaktif, serta organisasi dalam penelitian ini diajukan media pembelajaran mind map.

(25)

18

mungkin dimunculkan dalam pembelajaran fisika mengingat semua kemampuan tersebut merupakan bagian dari tujuan pembelajaran fisika.

Pentingnya mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis harus dipandang sebagai sesuatu yang urgen dan tidak bisa disepelekan lagi. Penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan siswa untuk mengatasi ketidaktentuan masa mendatang (Cabera, 1992). Sungguh sangat naïf apabila kemampuan berpikir kritis diabaikan oleh guru.

Upaya memfasilitasi agar kemampuan berpikir kritis siswa berkembang menjadi sangat penting, mengingat beberapa hasil penelitian masih mengindikasikan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa Indonesia. Fachrurazi (2011) menunjukkan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan rendahnya kemampuan berpikir kritis pembelajar, diantaranya: (1) hasil penelitian Mayadiana (2005) bahwa kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru SD masih rendah, yakni hanya mencapai 36,26% untuk mahasiswa berlatar belakang IPA, 26,62% untuk mahasiswa berlatar belakang Non-IPA, serta 34,06% untuk keseluruhan mahasiswa, (2) hasil penelitian Maulana (2008) bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis mahasiswa program D2 PGSD kurang dari 50% skor maksimal.

Pemahaman pembelajaran saat ini memfokuskan pada proses aktif, kognitif dan konstruktif yang tergabung dalam pembelajaran yang bermakna. Siswa mengalami perubahan dari pasif menjadi aktif. Hal ini merupakan perubahan dari pandangan pasif dalam belajar kognitif dan perspektif konstruktif yang menekankan pada bagaimana siswa mengetahui (pengetahuan) dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif) mengenai apa yang mereka ketahui selama mereka melakukan pembelajaran yang bermakna. Mengingat banyaknya tipe pengetahuan, khususnya dalam pengembangan psikologi kognitif, maka secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe pengetahuan umum, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.

(26)

19

peneliti, maka hasil belajar fisika dalam penelitian ini adalah pengetahuan konseptual pada mata pelajaran fisika standar kompetensi menerapkan konsep suhu dan kalor. Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang meliputi pengetahuan kategori dan klasifikasi serta hubungannya, dalam bentuk pengetahuan yang tersusun, seperti skema, model mental, teori implisit atau eksplisit dalam model psikologi kognitif yang berbeda. Semua itu ditunjukkan dalam pengetahuan individual mengenai bagaimana materi khusus disusun dan distrukturisasikan, bagaimana bagian-bagian yang berbeda atau informasi yang sedikit itu saling berhubungan dalam arti yang lebih sistematik, dan bagaimana bagian-bagian ini saling berfungsi.

Dari latar belakang masalah yang dikemukakan dapat diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan kemampuan berpikir kritis berkaitan untuk menunjang hasil belajar fisika siswa. Dengan demikian, peneliti mengajukan penelitian yang berjudul: “Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Mind Map dan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sorkam TP. 2013/2014”.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini kemampuan berpikir kritis diduga sebagai variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi, sedangkan pada penelitian sebelumnya kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat atau variabel yang terpengaruh. Selain itu, kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini terlepas atau bebas dari variabel model pembelajaran kooperatif.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari hasil investigasi awal yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:

1. Guru selalu menggunakan model pembelajaran konvensional

2. Guru selalu memberikan tugas individu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan fisika

3. Guru fisika hanya menggunakan kapur tulis dalam menyampaikan materi 4. Guru dan siswa masih menggunakan cara mencatat tradisional atau

(27)

20

5. Siswa tidak pernah mendengar konsep “Kemampuan Berpikir Kritis” dalam belajar dari guru fisika

6. Nilai fisika siswa rendah berada pada kisaran 6 sampai 7 1.3 Batasan Masalah

Mengingat banyaknya cakupan masalah dalam identifikasi masalah di atas, keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia serta kesesuaian latar belakang yang sebelumnya dikemukakan, maka penelitian ini terbatas pada hal-hal berikut:

1. Guru fisika hanya menggunakan model pembelajaran konvensional

2. Kemampuan berpikir kritis fisika siswa dilihat pada kemampuan berpikir kritis fisika tinggi dan kemampuan berpikir kritis fisika rendah

3. Hasil belajar fisika siswa cenderung rendah 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah dan arah yang digunakan sebagai acuan, maka dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa secara signifikan antara kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw tanpa mind map dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw berbasis mind map terhadap hasil belajar menerapkan konsep suhu dan kalor siswa?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa secara signifikan pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map dengan dengan kemampuan berpikir kritis fisika terhadap hasil belajar menerapkan konsep suhu dan kalor siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

(28)

21

1. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map

2. Untuk menganalisis perbedaan hasil belajar fisika yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah

3. Untuk menganalisis interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw tanpa mind map dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

berbasis mind map dengan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar menerapkan konsep suhu dan kalor siswa

1.6 Manfaat Penelitian

(29)

22

wawasan pendidikan khususnya pendidikan fisika sehingga di masa mendatang peneliti dapat meningkatkan pelayanan dan akses pendidikan yang lebih baik kepada siswa.

1.7 Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dibuat suatu definisi operasional sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).

2. Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah akan

“memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2007).

3. Berpikir kritis sebagai berpikir secara logis, masuk akal, reflektif yang berfokus kepada keputusan mempercayai atau melakukannya (Ennis, 1985). 4. Hasil belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan

(30)

82 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada

Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map, dimana siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map pada standar kompetensi menerapkan konsep suhu dan kalor di SMK Negeri 1 Sorkam – Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis fisika tinggi dengan kemampuan berpikir kritis fisika rendah. Hasil belajar fisika siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis fisika tinggi lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis fisika rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa

mind map dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map

dengan kemampuan berpikir kritis fisika terhadap hasil belajar fisika siswa. 5.2 Implikasi

Dari hasil pengamatan dilapangan umumnya siswa cenderung tertarik

(31)

83

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kemampuan berpikir kritis fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tanpa mind map. Hal ini berarti siswa lebih suka dan tertarik pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map dan kemampuan berpikir kritis fisika siswa dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Proses dan hasil belajar para siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map menunjukkan perbedaan yang berarti atau signifikan. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map sangat dianjurkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map juga tepat untuk pemahaman dan penguasaan konsep-konsep yang terjadi selama proses pembelajaran pada setiap aspek secara menyeluruh sebagai wujud kemampuan siswa dalam memahamai isi materi dan tes.

Berdasarkan kemampuan berpikir kritis fisika fisika siswa, diperlukan penyediaan banyak waktu di kelas dan di luar kelas dan diharapkan juga guru untuk memperbanyak tugas siswa dirumah.

5.3 SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan diatas, maka

sesuai dengan hasil penelitian yang didapat, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Melihat efek model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hendaknya guru fisika berusaha untuk membelajarkan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis mind map.

(32)

84

3. Mencatat mind map lebih efektif diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dibandingkan diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah.

(33)

85

DAFTAR PUSTAKA

Abrurrahman, R. (1999). Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Amir, M.T. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning:

Bagaimana Pendidik Memberidayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.

Jakarta: Kencana Prenata Media Group.

Arends, R.I. (2008). Learning To Teach. Belajar Untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, R.I. (2001). Learning To Teach. New York: Mc Graw-Hill Companies. Arends, R.I. (1997). Classroom Instruction and Management. New York: Mc

Graw-Hill Companies.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Buzan, T. (2007). Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Cabrera, G.A. (1992). “A Framework for Evaluating The Teaching of Critical

Thinking”, dalam R.N Cassel (eds). Education. 113 (1). 59-63.

Costa, A.L. (Eds) (1985). Developing Minds, A Resource Book for Teaching and

Thinking. Association Supervision and Curriculum. USA.

Depdiknas. (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.

Dharma, S. (2008). Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kerjasama

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Rineke Cipta.

Ejiogu, K.C. et al. (2007). Incremental Validity of Numerical Reasoning over

(34)

86

Ennis, R.H. (1985). A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skill.

Educational Leadership.

Ennis, H. (1985). The Critical Thinking Skills. Boston: Allyn and Bacon.

Fachrurazi. (2011). “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”. Jurnal ISSN 1412-565X. 5, (1), 76 – 89.

Gagne, R. and Driscoll, M. (1988). Essentials of Learning for Instruction (second Ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Garvey, J. (2006). The Twenty Greatest Philosophy Book. London: Continum International Publishing Group.

Haladyna, T.M. (1997). Writing Test Items to Evaluate Higher Order Thinking. Boston: Allyn and Bacon.

Hamalik, O. (2013). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hidayat, R. Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi dalam Upaya

Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Berpikir Kritis, dan Berpikir Kreatif, Matematis Mahasiswa Bidang Bisnis. Ringkasan Disertasi

pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan

Ibrahim, H.M., Rachmadiarti, F., dan Ismono. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana UNESA Universitiy Press.

Johnson, D.W., Johnson, R.T. (1994). Learning Together and Alone: Cooperative,

Competitive, and Individualistic Learning. Massacussett: Allyn and Bacon.

Johnson, D.W., Johnson, R.T. and Stanne, M.B. (2000). Cooperative Learning

Methods: A Meta-Analysis. Minnesota: University of Minnesota.

Kunandar. (2008). Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses Dalam

Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning di

Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Graznido.

Marbun, J. (2013). Laporan Studi Pendekatan Masalah Belajar Fisika Siswa SMK

Negeri 1 Sorkam. Sorkam: tidak dipublikasikan.

(35)

87

Marwiyanto. (2007). “Keefektifan Pembelajaran Pendidikan Matematika dengan Model Kooperatif dan Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar Mahasiswa di PGSD FKIP UNS Surakarta”. Jurnal Varia Pendidikan. 19,

(2), 109 – 119.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics. 70, (12), 1259-1268.

Mengduo, Q. and Xiaoling, J. (2010). “Jigsaw Strategy as a Cooperative Learning Technique: Focusing on the Language Learners”. Chinese Journal of Applied Linguistics (Bimonthly). 33, (4), 113-125.

Muhfahroyin. (2009). “Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Melalui Pembelajaran Konstruktivistik”. Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran. 16, (1), 1-8.

Muijs, D., dan Reynolds, D. (2008). Effektive Teaching: Teori dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mustafidah, H. (2005). Prestasi Belajar Mahasiswa Dalam Mata Kuliah

Pemrograman Dasar Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw.

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiah Purwokerto.

Nashar. (2004). Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan

Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Nasution, S. (2002). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Kelima. Jakarta: Bina Aksara.

Novak, J.D., and Gowin, D.B. (1985). Learning How to Learn. New York: Cambridge University Press.

Nurhaeni, Y. (2011). “Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Listrik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IX SMPN 43 Bandung”. Jurnal Penelitian Pendidikan ISSN 1412-565X. 12, (1), 77-89.

Paul, R. and Elder, L. (2008). The Miniature Guide to Critical Thinking Concepts

and Tools. Berkeley: Universitiy of California.

Paul, R. and Elder, L. (2007). Consequential Validity: Using Assessment to Drive

Instruction, Foundation for Critical Thinking. Berkeley: Universitiy of

California.

Paul, R. and Nosich, G.M. (2004). A Model for The National Assessment of

Higher Order Thinking. [Online]. Tersedia:http://www.criticalthinking.org/

(36)

88

Priyadi. (2009). Berfikir Kritis. [Online]. Tersedia:http://priyadi.net/archives/ berfikir-kritis [28 Desember 2010].

Quitadamo, I.J. and Kurtz, M.J. (2007). Learning to Improve: Using Writing to

Increase Critical Thinking Performance in General Education Biology.

CBE-Life Science Education.

Rosyada, D. (2007). Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana.

Romizowski. (1981). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia.

Saifudin, A. (2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Satyananda, D. dan Irawati, S. (2007). “Pengembangan Materi Program Instruksional Sebagai Suatu Perangkat Pembelajaran Kooperatif Dalam Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika pada Perkuliahan MAU409 Teori Bilangan”. Jurnal Penelitian Kependidikan. 17, (2), 76-89.

Singgih, D.G. (1992). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Setiono, A. (2007). Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia:http//www.agustinus

setiono.wordpress.com/berpikirkritis[25 Nopember 2010].

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik:

Diterjemahkan dari Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice (London: Allymand Bacon). Cetakan Ketiga. Bandung: Nusa Media.

Slavin, R.E. (2000). Educational Psychology: Theory and Practice. Massachusetts: Allyn and Bacon Publishers.

Slavin, R.E. (1995). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice (Second Ed.). Boston: Allymand and Bacon.

Soekamto dan Winaputra. (1997). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdiknas.

Sudargo, F. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan

(37)

89

Sudibyo, B. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun

2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sumaryati, S. dan Ulfa, L.F. (2010). “Peningkatan Prestasi Belajar Mata Kuliah Dasar-dasar Akuntansi Melalui Penerapan Model Jigsaw”. Jurnal

Paedagogia. 13, (1), 16-26.

Sunarya. (1983). Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti

Sutjiono, T.W.A. (2005). “Pendayagunaan Media Pembelajaran”. Jurnal Pendidikan Penabur. 4, (4), 76-84.

Winkel. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wirtha, I.M. dan Rapi, N.K. (2008). “Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan. 1, (2), 15-29.

Gambar

Tabel 4.19 Hasil Uji Beda Data Berpasangan Hasil Belajar Fisika
Gambar 2.1  Ilustrasi Kelompok Jigsaw

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi utama dari pipa alir adalah mengalirkan fluida (dua fasa) dari kepala sumur menuju separator, mengalirkan uap kering dari separator menuju turbin, mengalirkan

Hybrid DS/FH spread spectrum memiliki kehandalan yang sangat baik terhadap jamming yang berupa singletone jamming dan multitone jamming terbukti pada pengujian

Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Rapor.. Nilai Ujian

Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada guru berkaitan dengan materi Perencanaan dan

Kerjakan pada jawaban yang disediakan dengan ballpoint yang berwarna hitam (jangan menggunakan pensil).. Lembar soal tidak

Analisi ke empat dengan adanya permudahan ijin untuk pendirian UMKM dapat membantu permasalahan kemiskinan yang sama halnya juga dengan penciptaan tenaga kerja

Kepercayaan tersebut diyakini dengan hasil penelitian bahwa permainan yang diprakarsai oleh anak akan dipelihara secara keseluruhan bukan hanya pengembangan kognitif (

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan aplikasi perhitungan tunjangan kerja kinerja pegawai di Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar ini dapat