• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A. 2013/2014."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A 2013/2014

Oleh:

Febrina Tambunan NIM 408311015

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP Pencawan Medan T.A 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan yang tulus dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.Dr.Sahat Saragih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing serta memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Mulyono, S.Si, M.Si dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta staf-staf pegawai direktorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED beserta staf-stafnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Syafari, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku ketua Prodi dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si Selaku Sekretaris Jurusan dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.

(3)

v

(S.Albert Tambunan, Eddy Augusto Tambunan , dan Yunita Margaretha Tambunan) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru serta-staf Tata Usaha SMP Pencawan Medan, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Amri Maniha Pardosi yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis. Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat tersayang Tanjung, Ecy Singarimbun, Yenni Ginting, Rita Pakam, dan Koly Muzile yang selalu memberi semangat dan Motivasi. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan lainnya di jurusan matematika 2008 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2013 Penulis,

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A 2013/2014

Febrina Tambunan (NIM 408311015) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP Pencawan Medan melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pencawan Medan yang berjumlah 30 orang. Objek penelitin ini adalah pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 3 soal. Tes kemampuan pemecahan masalah siklus I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan pemecahan masalah siklus II terdiri dari 4 soal.

Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada siklus I terdapat 16 orang siswa (53.33%) yang memperoleh kategori kemampuan pemecahan masalah sedang atau mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata kelas 61.3. Pada siklus II diperoleh 26 orang siswa (86.67%) yang memperoleh kategori kemampuan pemecahan masalah tinggi (mencapai ketuntasan belajar) dengan rata-rata kelas 83.8. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 10 orang siswa (33.33%). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan termasuk kategori sedang. Pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola pembelajaran termasuk kategori baik.

(5)
(6)
(7)
(8)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Problem Based

Learning 26

Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika 43 Tabel 3.2. Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah 44 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 47 Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 49 Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Memahami

Masalah) 50

Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Merencanakan

Pemecahan Masalah) 51

Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Melaksanakan

Pemecahan Masalah) 52

Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Memeriksa

Kembali) 52

Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I 53 Tabel 4.8. Kajian Hasil Refleksi pada Siklus I 58 Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 65 Tabel 4.10. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Memahami

Masalah) 67

Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Merencanakan

(9)

x

Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Melaksanakan

Pemecahan Masalah) 68

Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Memeriksa

Kembali) 68

(10)
(11)
(12)
(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang dipelajari di semua jenjang pendidikan mempunyai peranan yang sangat dominan dalam mencerdaskan siswa dengan jalan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analisis dan logis.

Peranan Matematika yang sangat penting ini menjadi latar belakang perlunya Matematika untuk dipelajari seperti yang dikemukakan oleh Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003 : 253) bahwa matematika perlu diajarkankepada siswa karena Matematika:

“(1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi

memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, ringkas dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadarankeruangan, (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yangmenantang”.

Dengan belajar matematika siswa akan lebih mudah memahami pelajaran lainnya, khususnya pelajaran di bidang eksakta, sebab kemampuan berpikir kritis, analisis dan keaktifan siswa belajar berkembang seiring dengan berkembangnya kemampuan matematika siswa.

Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya prestasi siswa. Sejalan dengan itu, Mumun Syaban (http://educare.e-fkipunla.net) menyatakan bahwa :

(14)

2

Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, model pembelajaran yang ditetapkan masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Hal yang sama seperti dikemukakan oleh Erman Suherman(http://educare.e-fkipunla.net):

Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih, …., dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong”.

Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang. Dan siswa selalu bermalas-malasan saja tidak mau mencari sendiri ide-idenya hanya guru saja yang selalu berperan aktif dalam proses balajar-mengajar. Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran matematika di sekolah, selama ini masih di dominasi oleh pembelajaran konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Dalam menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan masalah tersebut.

Menurut Abbas (dalam http://depdiknas.go.id) menyatakan bahwa :

“Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar

(15)

3

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Slameto (2003:94) mengemukakan bahwa :

“Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain”.

Menurut Slameto (2003:36) menyatakan bahwa:

“Dalam proses belajar mengajar,guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajika oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik”.

Pada Tes awal Siswa menganggap bahwa pokok bahasan segiempat merupakan materi pelajaran yang sulit dipelajari. Padahal konsep segiempat ini, merupakan konsep yang mutlak harus di kuasai oleh siapapun yang mempelajari matematika.Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, namun belum memperlihatkan hasil yang optimal.Oleh karena itu perlu di upayakan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika terutama pada pokok bahasan Segiempat.

Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mempelajari matematika. Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaika soal matematika serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Abdurahman (2003) mengemukakan

(16)

4

mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tampak terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus

ditempuh”. Kesulitan dalam belajar matematika mengakibatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep metematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII SMP PENCAWAN MEDAN menunjukkan bahwa:

“Kemampuan dalam belajar Matematika di dalam kelas masih rendah. Pembelajaran Matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru artinya kebanyakan siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa ada respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada Guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar”.

Jika permasalahan tersebut masih terus berlangsung, maka akan mengakibatkan aktivitas siswa dalam belajar menjadi terhambat. Siswa akan beranggapan bahwa belajar matematika bukan kebutuhan, melainkan hanya sebagai tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapat makna dari pelajaran matematika yang dipelajarin sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara pada observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu siswa kelas VII di SMP Pencawan Medan yang mengemukakan bahwa : “Matematika itu sulit, dan saya belajar hanya karena materi itu diajarkan di sekolah”.

Sesuai dengan yang dikatakan oleh seorang guru matematika yang mengajar di SMP Pencawan Medan menyatakan bahwa :

“Banyak siswa yang mengalami kesulitan memecahkan masalah yang

(17)

5

siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan keliling dan luas segiempat apabila disajikan dalam soal cerita. Karena masalah matematika sehari-hari lebih banyak bersifat kata-kata daripada simbol sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memecahkannya”. Salah satu contoh kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal dengan menggunakan pemecahan masalah terdapat pada contoh soal berikut :

Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat adalah 10cm dan

. Jika luas belah ketupat tersebut 35 . Hitunglah nilai dan panjang diagonal kedua?

Berikut adalah hasil pengerjaan siswa dalam kesalahan menyelesaiakan soal uraian diatas.

No. Hasil Pekerjaan Siswa Analisis

Kesalahan 1.

2.

3.

Tidak mampu memahami

masalah dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal.

Tidak mampu dalam

merencanakan pemecahan

masalah dalam merencanakan rumus yang akan digunakan. Tidak mampu dalam

(18)

6

Dari hasil observasi berupa pemberian tes awal pemecahan masalah siswa Kelas VII SMP Pencawan Medan dalam materi Segiempat. Dari 30 siswa yang mengikuti tes hanya 12 siswa ( 40 % ) yang memahami masalah, 10 siswa ( 33,33 % ) yang dapat merencanakan masalah, 5 siswa ( 16,66 % ) yang dapat menyelesaikan masalah dan 4 siswa (13,3 % ) yang dapat menarik kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah padahal salah satu tujuan dari pembelajaran matematika saat ini adalah meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan masalah, melaksanakan masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Langkah penyelesaian soal diatas adalah siswa harus mampu mengindentifikasi apa saja yang diketahui dalam soal, lalu dilanjutkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Namun siswa sering mengalami kesulitan dalam menentukan apa saja yang diketahui dalam soal dan apa yang ditanya, sehingga siswa merasa kesulitan menentukan langkah-langkah pemecahan masalah yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut.

Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar anak bagaimana memecahkan permasalahan (sering disebut soal cerita) sehingga banyak anak juga kesulitan mempelajarinya.Kesulitan ini biasa muncul karena paradigma bahwa jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah.Anak seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab penekanan pada jawaban akhir. Padahal kita perlu menyadari bahwa proses dari

4.

Tidak mampu dalam memeriksa kembali

penyelesaian atau dalam

(19)

7

memecahkan masalah yaitu bagaimana kita memecahkan masalah jauh lebih penting dan mendasar. Ketika jawaban akhir diutamakan, anak mungkin hanya belajar menyelesaikan satu masalah khusus, namun ketika proses ditekankkan, anak tampaknya akan belajar lebih bagaimana menyelesaikan masalah-masalah lainnya.

Kondisi ini secara langsung atau tidak akan melahirkan anggapan bahwa belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, pada hal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi dan membutuhkan suatu proses psikologi yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalil-dalil atau teorema-teorema yang dipelajari.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing peserta didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat.Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya dapat menurunkan motivasi peserta didik dalam belajar.

Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan pembelajaran berbasis masalah (Problem BasedLearning). Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi aktif kepada siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran dengan ciri utama pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama, dan menghasilkan karya atau hasil peragaan. Pembelajaran Berbasis Masalah berusaha membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri dan otonom.

(20)

8

bagaimana dia membelajarkan diri. Pada intinya Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalh dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah tersebut.

Supardi (http://supardimpd.blogspot.com) mengatakan bahwa:

“Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki lima tahapan yang ditetapkan

secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Tahap pertama, mengorientasikan siswa pada masalah.Tahap kedua, mengorganisasikan siswa pada masalah.Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan karya yang sesuai.Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah”.Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa akan dapat

memahami konsep, rumus, prinsip dan teori-teori matematika sambil belajar memecahkan masalahnya. Intinya suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam matematika seyogianya ditemukan kembali oleh para siswa dibawah bimbingan guru.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian denganmengangkatjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Pencawan Medan T.A 2013/2014”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dalam belajar matematika didalam kelas masih rendah. 2. Banyak siswa yang mengalami kesulitan memecahkan masalah

(21)

9

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, belum diterapkan dengan semestinya.

1.3Batasan Masalah

Dengan adanya beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas, dan dengan mengingat keterbatasan penulis, akan lebih baik jika dilakukan pembatasan masalah supaya pembahasan lebih terarah. Peneliti hanya meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Pencawan Medan.

1.4Rumusan masalah

Berdasarkanlatar belakang diatas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam peneliti ini adalah : Apakah dengan Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan pemecahan masalah matematika siswa SMP Pencawan Medan dalam menyelesaikan soal-soal Bilangan Pecahan.

1.5Tujuan penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP Pencawan Medan.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

(22)

10

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.

(23)

85

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh gambaran bahwa Model Pembelajaran Berbasis Masalahdapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi pokokpersamaan kuadrat, dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan.

(24)

86

4.5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematikakhususnya guru matematika SMP Pencawan Medan, disarankanmemperhatikankemampuansiswadalammemecahkanmasalahdanm elibatkansiswadalam proses belajarmengajar, dan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalahsebagai salah satu altenatif pendekatan pembelajaran.

2. Kepada siswa SMP Pencawan

Medandisarankanlebihberanidalammenyampaikanpendapatatau ide-ide, dapatmempergunakanseluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.

3. Kepada Kepala SMP Pencawan Medan, agar dapatmengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan pendekatan yang relevandaninovatifuntukmeningkatkankemampuanpemecahanmasalahsiswa. Sehingga Model Pembelajaran Berbasis Masalahsebagaisalahsatunya.

4. Kepadapenelitilanjutan agar

(25)

45

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Abbas, N, dkk., (2008), Meningkatkan hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Penilaian Portopolio Di SMPN 10 Kota Gorontalo,http://www.puslitjaknov.depdiknas.go/data/f

ile/2008/makalah/peserta/25-Nurhayati%20Abbas-meningkatkan%20hasilmatematika.pdf, diakses pada tanggal 22 Juli 2012) Arikunto, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Erman, 2007, Model Pembelajaran Konvensional fkipunla.net, diakses pada tanggal 9 Agustus 2012 )

Hudojo H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Trianto, (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,Penerbit Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.

Amustofa, (2012), Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika, (http://amustofa70.wordpress.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2012) Dimyanti dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,

Jakarta

Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Sagala S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.

Sanjaya W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sudarman, 2007, Problem Based Learning: Suatu model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah, (http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2007/09/07-sudarman.pdf, diakses pada tanggal 18 Agustus 2012)

(26)

46

Sugianto, (2009), Penerapan Problem Based Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Budi Murni Pintu Angin Kelas VIII Pada Teorema Pythagoras T.A 2008/2009, FMIPA Unimed, Medan

Mumun S, 2008, Rendahnya Prestasi siswa di Indonesia (http://educare.e-fkipunla.net, diakses pada tanggal 23 Juli 2012)

Gambar

Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Referensi

Dokumen terkait

Penerbit Politeia, Bogor, Cetak Ulang 1996 hal 88.. 3).Pengaduan dapat dicabut kembali, hanya saja batas pencabutan tersebut tidak ditentukan. 4).Menurut penulis

Selanjutnya, prosedur pembuatan yang dilakukan dalam pembuatan cuplikan ini adalah metode reaksi parlato Hasil pemeriksaan dengan difraksi sinar-X menunjukkan bahwa

PKK DAS Citarum 2 2  Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa lingkungan DAS namun pihak ini bukan merupakan prioritas dari tujuan mekanisme =>skor 2?.

Dengan adanya tiga kondisi yang dihadapi oleh petani tomat dan cabai merah yaitu kondisi actual yang benar-benar dihadapi oleh petani, kondisi pada scenario satu dengan luas tanam

Melati Budi Srikandi, D0212069, KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PENDUDUK PENDATANG DENGAN PENDUDUK ASLI: Studi Kasus di Dusun Wanasari Kota Denpasar Provinsi Bali,

Untuk lebih memahami tentang verba tidak beraturan kala lampau Perfekt, sebaiknya pembelajar bahasa Jerman perlu juga mempelajari pola perubahan bentuk verba tidak

Sedangkan hasil tertinggi pada parameter jumlah telur terdapat pada perlakuan K2 (Kacang Hijau) yaitu sebesar 14,22, setelah itu K1 (Kacang Kedelai) sebesar 11,44 dan

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan