Meningkatkan Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Melalui Media Video Tutorial Bagi Anak Tunarungu
Mentari Maldiara1, Yarmis Hasan2
1Mahasiwa Pendidikan Luar Biasa,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang, Padang, 25131, Indonesia
2Dosen Universitas Negeri Padang. Jln Prof. Dr. Hamka Air Tawar, Padang, 25131, Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan yang ditemukan di lapangan dimana terdapat seorang anak tunarungu yang memiliki keterampilan dasar dalam merias wajah tetapi perlu ditingkatkan agar lebih mahir sehingga nantinya dapat dijadikan keterampilan yang dapat menjadi sumber penghasilan.
Pada pembelajaran keterampilan merias wajah peralatan kosmetik telah disediakan oleh sekolah, tetapi pada beberapa bagian merias wajah, anak belum terampil melakukannya, seperti pada membentuk alis dan shading. Pada saat pembelajaran guru tidak menggunakan media video tutorial sehingga anak tidak memahami cara membentuk alis dan shading dengan baik. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis memfokuskan untuk meningkatkan keterampilan merias wajah untuk anak dalam membentuk alis dan shading dengan baik. Jenis penelitian yang digunakan yaitu Single Subject Research dengan design A-B- A. Kondisi Baseline A1 terdiri dari lima pertemuan, kondisi intervensi terdiri dari delapan pertemuan dan kondisi baseline A2 terdiri dari empat pertemuan. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan persentase analisis tugas dengan kriteria penilaian menggunakan Rating Scale berdasarkan pengamatan langsung. Data dianalisis menggunakan analisis visual dan grafik. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa media video tutorial dapat meningkatkan keterampilan tata rias wajah pengantin bagi anak tunarungu.
Kata Kunci : Tata Rias Wajah Pengantin,Video Tutorial, Tunarungu
Abstract
His research is motivated by problems found in the field where there is a student with hearing impairment has basic skills in makeup but needs to be improved to be more advanced so that it can be used as skills and make a source of income. In the learning of makeup skills, cosmetic equipment has been provided by the school, but in some parts of makeup, children have not skill to doing it yet, such as shaping eyebrows and shading. When learning the teacher does not use tutorial video as media so that children do not understand how to shape eyebrows and shading properly. Based on these problems, the authors focus on improving makeup skills for children in shaping eyebrows and shading properly. The type of research used is Single Subject Research with A-B-A design. The Baseline A1 condition consists of five meetings, the intervention condition consists of eight meetings and the A2 baseline condition consists of four meetings. Data collection methods in this study use the percentage of task analysis with assessment criteria using Rating Scale based on direct observation. Data were analyzed using visual and graphical analysis. The results of this study state that the tutorial video can be media to improve bridal makeup skills for deaf children.
Keywords : Bridal Makeup, student with hearing impairment, tutorial video
A. Pendahuluan
Keterampilan ialah suatu kemampuan yang sudah ada pada tiap-tiap diri seseorang. Dengan adanya kegiatan keterampilan maka hobi yang ada bisa tersalurkan dan potensi serta bakat yang ada dapat dikembangkan bahkan bisa menjadi sumber penghasilan. Keterampilan ini memiliki cangkupan yang cukup luas, dan jenis-jenis keterampilan ini yaitu tata boga, tata busana, tata rias, kerajinan tangan, kerajinan ketukangan, bercocok tanam, peternakan dan lain sebagainya.
Keretampilan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu keterampilan generic dan keterampilan spesifik. Yang termasuk kedalam keterampilan hidup generic adalah keterampilan personal dan keterampilan sosial. Sedangkan keterampilan spesifik adalah keterampilan akademik dan keterampilan vokasional. Dengan adanya keterampilan vokasional ini maka anak berkebutuhan khusus diharapkan nantinya dapat menjadi pribadi yang lebih baik, selain itu anak juga dapat menunjang kebutuhan hidupnya sendiri serta lebih mandiri dilingkungannya berada.
Pemberian keterampilan ini tentu sangat baik dan berguna diberikan pada anak berkebutuhan khusus salah satunya ialah anak tunarungu.
Anak tunarungu ialah mereka yang mengalami kelainan pada fungsi organ pendengarannya yang menyebabkan anak mengalami hambatan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dampak dari ketunarunguannya maka dapat menghambat anak untuk bisa mengembangkan potensi serta bakat yang dimilikinya. Tunarungu atau sering disebut dengan anak hambatan pendengaran ialah seseorang yang mengalami gangguan dalam pendengarannya hal ini dapat menghambat proses untuk menerima informasi yang mengakibatkan tunarungu mengalami masalah dalam proses interaksi dengan lingkungan sekitar.
Hambatan pendengaran merupakan istilah yang menunjukkan masalah pada pendengaran mulai dari yang yang teringan sampai yang terberat, bisa juga disebut dengan kurang dengar atau tuli (Markis, 2014). Sedangkan menurut Danasasmita, (2012) mengungkapkan bahwa tunarungu adalah kehilangan atau kekurangan dalam mendengar yang disebabkan oleh adanya kerusakan sebaagian atau seluruh fungsi dari organ pendengarannya, baik yang memakai alat bantu dengat maupun tidak.
Jadi dapat dimaknai bahwa tunarungu ialah anak yang mengalami kerusakan seluruh atau sebagian fungsi dari organ pendengaran yang menyebabkan anak mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan untuk mendengar sehingga menghambat akan untuk dapat memperoleh informasi dan kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Untuk itu anak tunarungu perlu diajarkan keterampilan-keterampilan yang menekankan kepada kreativitas salah satu diantaranya adalah dengan keterampilan tata rias wajah.
Tata rias adalah suatu ilmu yang membahas tentang cara untuk menampilkan orang lain atau diri sendiri agar terlihat lebih cantik. Tata rias juga merupakan seni dalam mempercantik diri dengan menggunakan bahan kosmetika untuk mengasilkan bentuk wajah yang sesuai dengan kebutuhan tiap individu. Menurut Irdawati, (2017) mengatakan bahwa tata rias ialah seni dengan memakai bahan-bahan kecantikan untuk menampilkan wajah seperti yang diinginkan dengan cara berhias.
Sedangkan menurut (Rahmiati, 2016) rias wajah adalah memberi polesan pada wajah dengan menggunakan kosmetik serta bahan dan peralatan yang diperlukan. Tujuannya untuk menyembunyikan kekurangan pada wajah serta memperlihatkan bagian yang indah pada wajah.
Dengan adanya bantuan alat kosmetik tersebut maka mendapatkan hasil riasan yang cantik seperti yang diharapkan dan sesuai denga kebutuhan. Tampil cantik dan menarik merupakan dambaan setiap perempuan, karena pada hakikatnya perempuan suka dengan keindahan. Wajah yang cantik akan menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Berbagai upaya dilakukan kaum
hawa untuk bisa menampilkan diri agar terlihat cantik ketika dilihat oleh orang lain, terlebih lagi dihari dan peristiwa yang penting bagi mereka seperti acara pernikahan.
Pernikahan ialah upacara pengikatan janji nikah yang dilakukan oleh dua orang yang maksudnya untuk meresmikan ikatan perkawinan secara norma hukum, norma agama dan norma sosial. Pernikahan atau nikah artinya terkumpul dan menyatu. Dalam suatu pernikahan, secara umum ada tiga proses yang harus dilalui yaitu lamaran, akad nikah, dan resepsi. Akad nikah adalah sesuatu yang harus atau wajib adanya karena ia merupakan salah satu dari rukun pernikahan. Proses akad nikah ini tentunya menjadi momen yang sangat penting bagi pengantin, yang mana mereka menjadi pusat perhatian semua orang. Dengan demikian tentunya kedua pengantin akan menampilkan dirinya dengan seindah serta secantik mungkin. Terlebih lagi pengantin perempuan pastinya ingin merubah penampilan yang berbeda dari hari-hari biasanya agar terlihat lebih cantik. Biasanya pengantin perempuan akan menggunakan jasa seorang perias wajah pengantin yang bisa merubah penampilannya dihari bahagianya. Melihat dari hal ini, maka jasa tata rias wajah pengantin sangat diperlukan, karena sudah menjadi suatu keharusan bagi pengantin perempuan untuk tampil beda dan lebih cantik pada acara pernikahannya.
Tata rias wajah pengantin adalah ciri khas wajah untuk hari bahagia, koreksi dilakukukan harus secara detail agar tampilan wajah bener-benar terlihat cantik dan sempurna. Untuk si pengantin, tata rias wajah harus memiliki kekuatan untuk dapat merubah wajah lebih berseri dan tampak lebih istimewa dengan tetap mempertahankan kecantikan yang alami yang bersifat personal Adiyanto, (2003).
Sedangkan menurut (Ihsani, 2014) tata rias wajah pengantin adalah suatu karya seni yang membutuhkan pengetahuan serta keterampilan yang tujuannya untuk mempercantik wajah seorang pengantin. Tata rias wajah pengantin merupakan suatu hal yang penting dalam pelaksanaan upacara pernikahan karena pada saat sedang melakukan upacara perniikahan kedua mempelai menjadi pusat perhatian semua orang. Maka dari itu dalam acara pernikahannya, mempelai wanita harus kelihatan lebih cantik dengan riasan wajah yang berbeda dari hari-hari biasanya.
Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat dimaknai bawah tata rias wajah pengantin adalah usaha yang dilakukan untuk merubah tampilan wajah yang berbeda dari hari- hari biasa agar tampil lebih cantik dan menawan dihari yang bahagia seorang pengantin wanita. Melihat dari situasi ini jadi tata rias wajah pengantin merupakan suatu keterampilan yang nantinya sangat berguna untuk kemandirian hidup (vokasional). Banyak anak tunarungu yang menyukainya bahkan begitu pandai dalam tata rias wajah. Tetapi pembelajaran yang kurang memadai dapat menyebabkan bakat mereka tidak berkembang bahkan tidak bisa digunakan untuk mencapai kemandirian. Bertitik tolak dari kenyataan ini maka keterampilan tata rias wajah ini bisa menjamin anak tunarungu untuk mencapai kemandirian agar bakat anak bisa berkembang maka keterampilan tata rias wajah ini benar-benar perlu diperhatikan.
Berdasarkan studi pendahuluan dan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru tata rias mengenai pembelajaran keterampilan tata rias, didapatkan informasi bahwa pembelajaran tata rias wajah ini sudah ada diajarkan disekolah tetapi dari hasil pembelajaran anak belum terampil dalam membentuk alis menggunakan pensil alis dan menggunakan countour untuk membentuk shading.
Dari hasil tes kemampuan awal anak yang dilakukan penulis, penulis meminta anak untuk merias wajahnya sendiri, dan didapatkan hasil anak sudah cukup mampu dalam tata rias wajah.
Hasil yang diperoleh pada tahap awal merias wajah mulai dari membersihkan wajah, dilanjutkan dengan menggunakan pelembab dan foundation anak memakainya dengan rata, namun anak belum bisa memberikan shading untuk mempertegas tulang hidung dan tulang pipi agar keliatan
lebih berbentuk. Untuk pemakaian bedak tabur dan bedak padat anak sudah dapat memakainya dengan rapi.
Pada penggunaan eye shadow dalam pemakaiannya anak sudah bisa memakai dengan rapi dan pemilihan warna yang digunakan juga sudah cocok. Pada tahap pembentukan alis menggunakan pensil alis anak melakukannya belum rapi, alis yang dibentuk oleh anak terkadang terlalu tebal, tidak sama rata antara sebelah kiri dan kanan dan juga kurang panjang sehingga wajah terkesan seperti antagonis. Pada tahap penggunaan blush on, eye linier, pemasangan bulu mata palsu, dan penggunaan lipstik anak sudah mampu dengan hasil riasan yang rapi dalam memakaikannya.
Dari hasil tes kemampuan awal anak didapatkan hal-hal yang belum dikuasai oleh anak yaitu dalam pemakaian alas bedak membentuk shading pada wajah untuk mempertegas tulang hidung beserta tulang pipi dan pembentukan alis menggunakan pensil alis. Untuk meningkatkan keterampilan tata rias pengantin ini maka penulis ingin memperbaiki dengan menggunakan media video tutorial.
Media pengajaran merupakan suatu keharusan atau kebutuhan yang diperlukan pada proses pengajaran karena keberhasilan belajar dapat dibantu oleh penggunaan media yang tepat saat proses pengajaran berlangsung (Mahnun, 2012). Sedangkan Sadiman, (2011) media ialah sesuatu yang bisa dipakai untuk menyampaikan pesan dari pemberi kepada penerima, yang nantinya dapat merangsang minat, fikiran, perasaan, serta perhatian seseorang sedemikian rupa dan proses pembelajaran pun terjadi.
Video merupakan sesuatu yang menjelaskan suatau objek yang dapat bergerak secara bersamaan dengan suara yang alami atau suara yang dapat sesuaikan. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa video adalah sesuatu yang berhubungan dengan apa yang kita lihat, proses perekaman, gambar hidup, serta penayangan dengan menggunakan teknologi yang canggih (Arsyad, 2014).
Kemampuan video ini dalam mendeskripsikan suara dan gambar hidup memiliki daya tarik sendiri, video bisa memberikan informasi, menampilkan proses, bentuk-bentuk yang rumit serta mengajarkan berbagai keterampilan. Sedangkan tutorial merupakan bimbingan dalam pembelajaran berupa petunjuk, bantuan, arahan serta motivasi agar nantinya siswa dapat belajar secara efektif seta efesien (Rusman, 2013). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa media video tutorial ialah suatu media pembelajaran yang berupa urutan gambar hidup yang ditampilkan oleh pengajar, yang isinya merupakan pesan pembelajaran yang dapat membantu dalam pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran tersebut sebagai arahan atau bahan pengajaran tambahan pada peserta didik.
B. Metode
Dalam penelitian ini jenis penelitian eksperimen yang digunakan dalam bentuk penelitian subjek tunggal yang disebut Single Subject Research (SSR). Metode penelitian Single Subject Research merupakan metode yang tujuannya untuk memperoleh data yang diperlukan untuk melihat hasil ada tidaknya pengaruh yang diberikan terhadap suatu perlakuan yang diberikan. (Sunanto, 2005). Dalam penelitian ini design yang digunakan dalam bentuk A-B-A.
BASELINE (A1) INTERVENSI (B) BASELINE(A2) Target Behavior
(persentase)
Gambar 3.1 Prosedur Dasar Desain A-B-A
Baseline (A1) merupakan kondisi dimana subjek belum mendapatkan perlakuan yang diamati secara alami sekurang-kurangnya 3 atau 5 sampai trend dan level data menjadi stabil. Pada kondisi intervensi (B) adalah kondisi ketika suatu intervensi telah diberikan dan perilaku sasaran diukur dibawah kondisi tersebut. Tujuannya untuk melihat tingkah laku yang terjadi selama diberikannya perlakuan. Intervensi diberikan dengan media video tutorial. Baseline (A2) adalah pengulangan kondisi sebagai penilaian pengaruh perilaku yang telah diberikan terhadap keterampilan tata rias wajah pengantin bagi anak tunarungu. Penelitian ini dilakukan di SLBN 2 Pariaman dengan subjek penelitian anak tunarungu kelas IX. Target behavior dalam penelitian ini adalah keterampilan tata rias wajah pengantin. Teknik pengumpulan data menggunakan persentase tes perbuatan dan observasi langsung melalui pencatatan menggunakan Rating Scale kemudian data dianalisis dengan visual grafik dan dianalisis pada setiap fase.
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1) Hasil
Penelitian ini dilakukan sebanyak 18 kali pertemuan dimana kondisi baseline (A1) dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan, kondisi intervensi (B) dilakukan sebanyak 8 kali pertemuan, dan kondisi baseline kedua (A2) dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Berikut ini hasil data perbandingan antara kondisi baseline (A1), intervensi (B), dan baseline (A2) :
Analisis Data Pengamatan Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin
Grafik 1. Grafik Analisis data keterampilan tata rias wajah pengantin Keterangan:
Mean level : Batas atas : Batas bawah :
Berdasarkan grafik 1, dapat dilihat bahwa keterampilan tata rias wajah pengantin, kondisi baseline (A1) pada hari pertama anak mendapatkan skor 6 dari 21 item, pada hari kedua 6 dari 21 item, pada hari ketiga 8 dari 21 item, pada hari keempat 9 dari 21 item , hari kelima 8 dari 21 item dan hari keenam 8 dari 21 item. Pada kondisi baseline (A1) ini mean levelnya 35,33.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Persentase Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin
Hari Pengamatan
Baseline (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)
Batas atas pada kondisi baseline (A1) ini adalah 38,48 dan batas bawahnya pada kondisi baseline (A1) ini adalah 32,18. Persentase stabilitasnya adalah 50%.
Selanjutnya dilakukan intervensi (B) setelah data baseline A1 sudah stabil. Intervensi yang diberikan yaitu media video tutorial. Intervensi ini dilakukan dengan delapan kali pertemuan dengan mean level 12. Pengamatan pada kondisi intervensi ini dilakukan pada pengamatan ketujuh sampai keempat belas seteleh diberikan intervensi media video tutorial. Pada hari ketujuh anak mendapatkan skor 16 dari 21 item, hari kedelapan 16 dari 21 item, pada hari kesembilan 13 dari 21 item, pada hari kesepuluh 12 dari 21 item, pada hari kesebelas 13 dari 21 item, pada hari kedua belas 16 dari 21 item, pada hari ketiga belas 17 dari 21 item dan pada hari keempat belas 17 dari 21 item. Batas atas pada kondisi intervensi ini adalah 65,5 dan batas bawahnya 53,3. Persentase stabilitas pada kondisi intervensi ini 37.5%. Dengan diberikannya perlakuan estimasi kecenderungan arah pada kondisi ini meningkat.
Setelah data intervensi stabil maka dilanjutkan pada kondisi baseline kedua (A2). Panjang kondisi pada baseline kedua ini (A2) yaitu empat kali pertemuan dimulai dari pertemuan kelima belas sampai delapan belas. Pada pertemuan kelima belas anak mendapatkan nilai skor 17 dari 21 item, pada hari keenam belas 17 dari 21 item, pada hari ketujuh belas 19 dari 21 item dan pada hari kedelapan belas 19 dari 21 item dengan mean levelnya 13,5. Batas atasnya 96,75 dan batas bawahnya 83,25. Persentase kecenderungan arah pada baseline kedua ini mengalami peningkatan.
Data kemudian dianalisi melalui analisis antar kondisi dalam meningkatkan keterampilan tata rias wajah pengantin dengan menggunakan intervensi media video tutorial yaitu : 1) jumlah variabel yang berubah adalah satu dengan target behavior meningkatkan keterampilan tata rias wajah pengantin. 2) untuk menentukan perubahan kecenderungan arah yaitu dengan mengambil data analisis dalam kondisi. Kecenderungan arah pada kondisi baseline A1 (+), untuk kecenderungan arah pada kondisi intervensi B (+), dan kecenderungan arah pada kondisi baseline A1 (+). Sehingga dapat diketahui bahwa pemberian intervensi berpengaruh positif terhadap variabel yang diubah. 3) menentukan level perubahan pada ketiga kondisi tersebut.
Data poin terakhie pada kondisi baseline (A1) adalah 38 dan data poin pertama pada kondisi intervensi B adalah 80 jadi selisihnya 38-80 = (-42). Sedangkan data poin terakhir pada kondisi intervensi (B) adalah 90 dan data poin pertama pada kondisi baseline (A2) adalah 80 jadi selisihnya 90-80 = = +10. Maka level perubahannyanya positif atau meningkat. 4) persentase overlape kondisi intervensi (B) terhadap kondisi baseline (A1) menunjukkan 37,5% dan pada kondisi intervensi (B) terhadap kondisi baseline (A2) 25%. Semakin kecil persentase yang terdapat pada kondisi overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap perubahan target behavior dalam suatu penelitian.
2) Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemberian intervensi media video tutorial berpengaruh dalam keterampilan tata rias wajah pengantin bagi anak tunarungu. Setelah diberikan intervensi dibuktikan dengan meningkatnya kecenderungan arah dimana pada kondisi baseline (A1) level stabilitas dan rentang 28% sampai 42%, setelah dilakukan intervensi level stabilitas dan rentang 61% sampai 80%,dan pada kondisi baseline (A2) 80% sampai 90%.
Penelitian ini membutuhkan media video tutorial untuk memingkatkan keterampilan tata rias wajah anak tunarungu. Hal yang terpenting dalam keterampilan tata rias ini adalah harus telaten dan rapi dalam mengerjakan tiap langkah atau proses dalam merias wajah agar hasilnya terlihat bagus.
Langkah pertama dalam menerapkan media video tutorial ini adalah peneliti melihat kemampuan awal atau kemampuan dasar anak dalam rias wajah pengantin. Kemudian setelah
peneliti mengetahui kemampuan dasar anak peneliti akan menampilkan urutan langkah-langkah tata rias wajah pengantin, yang pertama secara khusus dalam membentuk alias dengan menggunakan pensil alis, setelah itu dilanjutkan dengan menggunakan countour untuk membentuk shading pada bagian tulang pipi dan bagian tulang hidung. Setelah anak mengamati video tersebut kemudian anak langsung memperaktekkan pada bagian membentuk alis menggunakan pensil alis dan menggunakan countour untuk membentuk shading pada model.
Setelah anak mampu memperaktekkan cara membentuk alis menggunakan pensil alis dan cara menggunakan countour untuk membentuk shading dengan baik kemudian peneliti melanjutkan dengan menampilkan video secara keseluruhan, anak diminta untuk mengamati video tutorial dalam merias wajah pengantin untuk akad nikah, setelah anak mengamati video secara keseluruhan, anak diminta untuk memperaktekkan langsung kepada model untuk merias wajah pengantin untuk akad nikah kepa secara keseluruhan. Dalam memperaktekkan rias wajah pengantin ini anak diminta untuk melalukannya dengan urutan yang bnar atau sesuai dengan video tutorial yang sudah ditampilkan.
D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa Media Video Tutorial dapat Meningkatkan Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin bagi anak tunarungu. Hal ini dilihat dari hasil penelitian pada analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi yang menunjukkan perubahan atau meningkat setelah diberikannya intervensi dan setelah intervensi tidak lagi diberikan.
Daftar Rujukan
Adiyanto, K. A. I. (2003). The Make Over Rias Wajah Sempurna. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Danasasmita, E. K. (2012). Cara Bijak Menangani Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung:
Yrama Widya.
Ihsani, A. N. N. (2014). PEMBUATAN PAES PENGANTIN SOLO DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROPORSIONAL, 1(2), 155–161.
Irdawati, O. (2017). Pelatihan Tata Rias Wajah dan Kreasi Jilbab Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Kelompok Pkk Nagari Padang Ganting Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Batoboh, 2.
Mahnun, O. N. (2012). MEDIA PEMBELAJARAN ( Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran ), 37(1).
Markis, A. & Y. (2014). Pendidikan Anak Dengan Hambatan Pendengaran. Padang: Sukabina Press.
Rahmiati, R. (2016). Kiat Menjaga Kecantikan. Padang: UNP Press Padang.
Rusman. (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sadiman, A. (2011). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sunanto, J. (2005). Pengantar Penelitian dengan Subyek Tunggal. University Of Tsukuba.