• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu Di Kabupaten Serdang Bedagai (Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS VIABILITAS FINANSIAL PETANI UBI KAYU

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

(Studi Kasus: Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten

Sergei)

SKRIPSI

OLEH :

SAMIR YASIF 100304023 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS VIABILITAS FINANSIAL PETANI UBI KAYU

DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

(Studi Kasus: Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Sergei)

SKRIPSI

Oleh : SAMIR YASIF

100304023 AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

NIP : 195702171986032001 NIP : 197008272008122001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Samir Yasif (100304023) dengan judul skripsi “Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.” Dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, M.S. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, S.P., M.M. selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian dan untuk menganalisis viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis viabilitas finansial dengan data yang digunakan adalah data tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian cukup besar, yakni Rp 3.877.182/ bulan. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Serdang Bedagai sebesar Rp 1.496.000/ bulan. Viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian adalah viabel.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Samir Yasif, lahir di Medan pada tanggal 17 Julir 1993, anak tunggal dari Bapak H. Ir. Sempana Yasif, M.Si. dan Ibu Hj. Sakina Abdat, M.B.A.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1998 masuk SD Tamansiswa Medan lulus tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk SMP Shaffiyatul Amaliyah Medan lulus tahun 2007. 3. Tahun 2007 masuk SMA Negeri 1 Medan lulus tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Binkgat Kecamatan Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara tanggal 17 Juli 2013-28 Agustus 2013.

6. Melaksanakan penelitian pada bulan Maret 2015 dengan mengambil data primer di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai dan data sekunder di Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karuniaNya, serta segala kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang telah dianugerahkanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu di Desa Pegajahahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S. selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Sri Fajar Ayu, S.P., M.M. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(6)

6. Ayahanda H. Ir. Sempana Yasif, M.Si. dan Ibunda Hj. Sakina Abdat, M.B.A., kedua orangtua yang telah banyak memberikan pelajaran kehidupan, mendidik dengan penuh kasih dan sayang, serta menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman-teman Constantin, Khaliqi, Jufrianto, Roni yang telah memberikan dukungan dan telah banyak membantu penulis.

8. Seluruh teman-teman agribisnis angkatan 2010 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 7

2.2. Landasan Teori ... 8

2.3. Penelitian Terdahulu ... 12

2.4. Kerangka Pemikiran ... 13

2.5. Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 16

3.2. Metode Penentuan dan Penarikan Sampel... 17

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 17

3.4. Metode Analisis Data ... 18

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 19

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 21

(8)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Petani Ubi Kayu di Desa Pegajahan ... 30 5.2. Viabilitas Finansial ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 39 6.2. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1.1. Jumlah Produksi Ubi Kayu di Sumatera Utara Tahun 2009-2012

4

3.1. Luas Panen, dan Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Kayu Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012

16

3.2. Spesifikasi Pengumpulan Data 18

4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pegajahan Tahun 2013

22

4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tenaga Kerja di Desa Pegajahan Tahun 2013

22

4.3. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Pegajahan Tahun 2013

23

4.4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Pegajahan Tahun 2014

24

4.5. Sarana dan Prasarana 24

4.6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Pegajahan 2013

25

4.7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pegajahan,

Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai 2014

25

4.8. Tingkat Pendidikan Petani Ubi Kayu Responden di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai

(10)

4.9. Pengalaman Berusahatani Ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014

27

5.1. Analisis Usahatani Ubi kayu per Petani di Desa Pegajahan, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai 2015

30

5.2. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu per Petani di Desa Pegajahan, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai 2015

35

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1.

2.

Analisis Biaya Usahatani Ubi Kayu (Modal)

Analisis Kebutuhan (Konsumsi)

3. Analisis Pendapatan Usahatani

(13)

ABSTRAK

Samir Yasif (100304023) dengan judul skripsi “Analisis Viabilitas Finansial Petani Ubi Kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.” Dibimbing oleh Dr. Ir. Salmiah, M.S. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sri Fajar Ayu, S.P., M.M. selaku anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian dan untuk menganalisis viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis viabilitas finansial dengan data yang digunakan adalah data tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian cukup besar, yakni Rp 3.877.182/ bulan. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Serdang Bedagai sebesar Rp 1.496.000/ bulan. Viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian adalah viabel.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu negara, terutama negara berkembang. Kekurangan pangan yang terjadi secara meluas di suatu negara akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas negara tersebut (Suryana, 2002). Sampai saat ini, baik secara psikologis maupun politis, kebijakan pangan di Indonesia masih merupakan isu yang sangat penting yang akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang, 2000) salah satu komoditas pangan adalah ubi kayu.

Ubi kayu merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan petani, bahkan pada lokasi yang telah tumbuh industri pengolahan, komoditas ini dijadikan sebagai usaha bisnis untuk menopang kebutuhan ekonomi keluarga. Usahatani ubi kayu yang dapat dilakukan di lahan kering dan bersifat marginal adalah merupakan alternative pilihan, jadi sebagai sumber bahan pangan keluarga, dan secara ekonomis tentunya petani ubi kayu mengharapkan keuntungan dari usahanya. Disisi lain aspek keamanan mutu dan keragaman merupakan kondisi yang harus dipenuhi dalam pemenuhan kebutuhan pangan penduduk secara cukup, merata dan terjangkau (Rachman dan Ariani, 2002).

(15)

kayu terutama di negara berkembang dan bagian terbesar berasal dari pertanian kecil yang sering memiliki lahan yang di olah seadanya (Rubatzky, 1998).

Ubi kayu mempunyai peranan yang strategis dan multiguna, sebagai penghasil sumber bahan pangan karbohidrat, bahan baku industri, makanan,kosmetika, dan pakan serta bahan energi. Sebagai bahan baku industri, ubi kayu dapat diolah menjadi tapioka, sirup glukosa, High Fructose Syrup (HFS), CitricAcid, Monosodium Glutamate, bahan perekat plywood, maltosa, sorbitol, etanol dan lain sebagainya.

Dalam struktur perekonomian Indonesia, ubi kayu mempunyai kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sektor tanaman pangan terbesar ketiga setelah padi dan jagung. Pada tahun 2003 kontribusi ubi kayu terhadap PDB sebesar Rp 6,1 trilyun. Nilai tersebut hanya dari on farm dan belum termasuk dari sub sistem hulu dan hilir. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa komoditas ubi kayu memberikan andil yang cukup besar terhadap perekonomian nasionalmaupun daerah. Dengan manfaat yang multiguna tersebut, ubi kayu dari hasil olahannya menjanjikan bisnis yang menguntungkan apabila diusahakan secara agribisnis. Bahan baku ubi kayu cukup tersedia dan sudah dikenal oleh masyarakat, mudah dibudidayakan serta mudah beradaptasi di lahan kering dan marginal.

(16)

panen raya, (v) sifat ubi kayu yang mudah rusak. Selain itu, pengembangan ubi kayu ke depan masih menghadapi berbagai permasalahan kritis, seperti kemitraan usaha yang belum berkembang dan berjalan dengan baik, dan terbatasnya permodalan serta persaingan dengan komoditas lain. (Litbang Pertanian, 2010).

Mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai bahan pangan pokok yang konsumsinya semakin meningkat dari tahun ke tahun pada akhirnya mendorong untuk mengembangkan jenis bahan pangan alternatif. Untuk itu perlu dilakukan penganekaragaman pangan lokal (diversifikasi) non beras salah satunya budidaya tanaman ubi kayu sebagai upaya menguatkan ketahanan pangan dengan mengurangi tingkat kerawanan pangan. Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) selain menjadi salah satu penyumbang beras di Provinsi Sumut juga mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan usaha di bidang pertanian jenis komoditas lainnya, karena didukung oleh agroklimat, topografi dan penduduk yang mata pencahariannya hampir 60% bergerak di bidang pertanian. Varietas ubi karet atau ubi bunga dapat berproduksi sampai dengan 100 ton per hektar, sementara varietas ubi kayu lokal hanya mampu berproduksi sekitar 30 – 40 ton

per hektar

(17)

Berdasarkan hasil di Sumatera Utara, usahatani ubi kayu cukup potensial. Seperti tercantum pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Jumlah Produksi Ubi Kayu di Sumatera Utara Tahun 2009-2012

Tahun Jumlah Produksi (Ton)

2012 1.171.520

2011 1.091.711

2010 905.571

2008 1.007.284

2009 736.771

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Permintaan ubikayu terus meningkat baik untuk konsumsi, pakan dan industri olahan (gaplek, chips, tapioka dan tepung kasava) dan bahan energi baru terbarukan. Luas panen ubikayu di Indonesia pada tahun 2011 seluas 1,18 juta hektar dan produksi yang dicapai sebesar 24,04 juta ton dengan produktivitas sebesar 20,29 ton/ha. Sedangkan pada tahun 2012 luas tanam ubikayu diproyeksikan seluas 1,29 juta hektar dan diharapkan luas panen yang akan dicapai seluas 1,24 juta hektar dengan produktivitas 20,23 ton/ha maka produksi ubikayu nasional diharapkan mencapai 25 juta ton. (Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, 2012).

(18)

yang lebih menitikberatkan pada intervensi agroekosistem secara komprehensif, bukan hanya sekedar memaksimumkan hasil produksi (Stone, Lieblein & Francis, 2008).

Untuk menilai apakah suatu usaha dapat dikatakan layak, bisa digunakan analisis vialibilitas finansial. Seperti yang tercantum pada (National Regulatory System for Community Housing, 2014), viabilitas finansial adalah kemampuan usaha untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya produksi, pengeluaran operasional, kewajiban finansial, pengeluaran mikro dan seluruh pernyataan pengeluaran hingga pertumbuhan usaha di masa depan.

Penilaian viabilitas finansial adalah sebuah proses yang terintegrasi, termasuk di dalamnya laporan pengeluaran, pernyataan pengeluaran, rencana usaha (business plan), dan segala informasi yang mendukung perhitungan viabilitas finansial. Viabilitas finansial terfokus pada segala pengeluaran finansial pada tahun atau periode sebelumnya. Performa dan tren finansial yang terjadi dibandingkan dengan pendanaan yang ada. Hal-hal itu digunakan untuk meramalkan apakah suatu usaha tetap viabeldi masa depan.

(19)

1.2. Identifikasi Masalah

1. Berapa besar pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian? 2. Bagaimana viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis jumlah pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi petani ubi kayu dalam usaha perbaikan tingkat pendapatan.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam menetapkan kebijakan dalam pengembangan dan peningkatan pendapatan petani ubi kayu.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial. Petani ubi kayu umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilan/ pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiwilaga (1982), dalam Rismayani (2007), bahwa ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan (Rismayani, 2007).

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam biaya usahatani, diklasifikasikan 2 jenis biaya :

1. Biaya tetap atau fixed cost

Umumnya diartikan sebagai biaya yang relative tetap jumahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit.

2. Biaya tidak tetap atau variable cost

Merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh.

(21)

produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi (Daniel, 2002).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Produksi

Faktor produksi dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usaha tani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, yaitu luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, dan sebagainya. Sebagian faktor produksi tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002).

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Dalam analisis ekonomi, biaya diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisis yang dikerjakan, yaitu sebagai berikut:

1) Biaya uang dan biaya in natura

(22)

2) Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk dan sebagainya. 3) Biaya rata-rata dan biaya marginal

Biaya rata-rata adalah hasil bagi antara biaya total dengan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan biaya marginal adalah biaya tambahan yang dikeluarkan petani/pengusaha untuk mendapatkan tambahan satu satuan produk pada suatu tingkat produksi tertentu (Daniel, 2002).

2.2.2. Teori Pendapatan

Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor (penerimaan) usahatani adalah nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual, dikonsumsi oleh rumah tangga petani, dan disimpan di gudang pada akhir tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan biaya produksi seperti upah buruh, pembelian bibit, obat-obatan dan pupuk yang digunakan oleh usahatani. Pendapatan keluarga yang diperoleh petani berasal dari pendapatan bersih dijumlahkan dengan biaya tenaga kerja keluarga (Soekartawi, 2003).

(23)

dianalisis. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), setidaknya ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha, serta menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Analisis pendapatan menggambarkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan usahatani.

2.2.3. Teori Modal

Modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Suratiyah K, 2009). Modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali, meskipun akhirnya barang-barang modal ini habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil. Contoh modal tetap adalah mesin, pabrik, gedung dan lain-lain. Modal bergerak adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan untuk sekali pakai, misalnya pupuk, pestisida dan lain-lain. Biaya modal yang bergerak diperhitungkan dengan harga biaya riil, sedangkan biaya modal tetap diperhitungkan dengan nilai penyusutan (Daniel, 2002).

2.2.4. Teori Usahatani

(24)

yaitu memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin, untuk memperoleh keuntungan maksimum, sedangkan konsep meminimisasi biaya berarti bagaimana menekan biaya produksi pada tingkat sekecil-kecilnya dalam suatu proses produksi. Biaya produksi merupakan korbanan yang dikeluarkan selama proses produksi, yang semula fisik, kemudian diberikan nilai rupiah (Hernanto, 1996).

2.2.5. Viabilitas Finansial

Seperti yang tercantum pada (National Regulatory System for Community Housing, 2014), viabilitas finansialadalah kemampuan usaha untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi biaya produksi, pengeluaran operasional, kewajiban finansial, pengeluaran mikro dan seluruh pernyataan pengeluaran hingga pertumbuhan usaha di masa depan.

Viabilitas dipahami sebagai kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang selama jangka waktu yang panjang. Ada banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan pertanian, tiga faktor utama adalah likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Berbagai rasio yang digunakan dalam menilai setiap faktor dan mereka harus digunakan secara tidak terpisah satu sama lain.

Viabilitas merupakan kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang selama periode waktu yang panjang. Ada tiga faktor utama untuk menghitung kelangsungan hidup pertanian yaitu:

(25)

Likuiditas adalah kemampuan pertanian untuk memenuhi komitmen keuangannya ketika jatuh tempo dalam kegiatan usaha normal.

2. Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan pertanian untuk membayar semua kewajiban melalui asetnya.

3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah sumber daya yang cukup akan dihasilkan untuk pembayaran biaya dan utang yang telah dikeluarkan

Viabilitas finansial ditentukan oleh tingkat pendapatan pertanian. Pendapatan sektor pertanian menunjukkan fluktuasi yang kuat dari waktu ke waktu karena fluktuasi harga dan hasil. Tingkat pendapatan juga dipengaruhi oleh jumlah subsidi pertanian. Baik subsidi pupuk maupun subsidi di bidang pertanian (Wiebe F, 2007).

2.3. Penelitian Terdahulu

(26)

Pirdon (2012) dalam penelitian berjudul “Analisis Usahatani Ubi Kayu di Desa Puluh Hali Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai” diperoleh produksi sebesar 3852.3 Kg/ petani dan 6695.2 Kg/ Hektar. Ini telah melampaui masing-masing titik impas (BEP) volume produksi yaitu sebesar 1328.7 Kg/petani dan 2669.8/hektar. Harga ubi kayu di Desa Puluh Hali adalah sebesar Rp.1.450/Kg telah melampaui masing-masing BEP harga produksi yaitu sebesar Rp. 413/ petani dan Rp. 418/ Hektar. Nilai R/C ratio pada usahtani ubi kayu di Desa Puluh Hali sebesar 3.89, dimana R/C > 1 dan B/C ratio sebesar 2.8 dimana B/C > 1 dan ROI adalah 2.89%. Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani ubi kayu di Desa Puluh Hali layak untuk dikembangkan.

Rani (2010) dalam penelitian berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi (Kasus : Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum usahatani layak untuk diusahakan, hanya saja keuntungan yang diperoleh tidak terlalu tinggi karena besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan.

2.4. Kerangka Pemikiran

(27)

Dalam usahatani ubi kayu di Kecamtan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, diperlukan biaya usahatani (input) untuk menghasilkan output. Output produksi yang dikalikan dengan harga jual ubi kayu akan menghasilkan penerimaan usahatani ubi kayu. Selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya input disebut dengan pendapatan bersih petani. Pendapatan yang dihasilkan, berhubungan dengan modal dan konsumsi (pangan, papan, sandang, pendidikan, kesehatan). Ketika modal dan konsumsi diketahui, maka viabilitas dapat diketahui. Suatu usahatani dikatakan viabel apabila pendapatan lebih besar daripada modal dan konsumsi. Suatu usahatani dikatakan tidak viabel apabila pendapatan lebih kecil dari biaya produksi atau konsumsi.

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan

Harga

Usahatani Ubi Kayu

Output

Penerimaan

Biaya Usahatani (Input/ K)

Pendapatan (I)

I ≥ K+ C

I < K+ C

Viabel

Tidak Viabel

Konsumsi (C)

Pangan, Sandang, Papan, Pendidikan, Kesehatan, Kesenangan

(28)

I = Income (Pendapatan) C = Konsumsi

K = Kapital (Modal)

2.5. Hipotesis Penelitian

1. Pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian lebih tinggi dari upah minimum regional.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Basis informasi primer dalam tulisan difokuskan di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yaitu di Kecamatan Pegajahan, yang merupakan salah satu daerah penghasil ubi kayu yang luas dan tinggi produktivitasnya.

Tabel 3.1. Luas Panen, dan Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Kayu Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012

Kecamatan

Tebing Syahbandar 191 6.563 343,13

Bandar Khalipah 58 1.682 291,62

Serdang Bedagai 7.400 253.099 342,05

2011 8.825 258.243 292,63

(30)

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, semua kecamatan mengusahakan ubi kayu.

Kecamatan Pegajahan dipilih menjadi lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa desa ini memiliki luas lahan dan produktivitas ubi kayu di atas rata-rata produktivitas ubi kayu Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2. Metode Penentuan dan Penarikan Sampel

Sampel merupakan petani di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai.yang penghasilan utamanya adalah membudidayakan ubi kayu. Untuk menentukan jumlah petani yang akan dijadikan sampel maka metode penentuan besar sampel menggunakan metode accidental sampling. Alasan menggunakan metode accidental sampling dikarenakan tidak ada data jumlah populasi petani ubi kayu di daerah penelitian. Responden adalah petani di daerah penelitian yang benar-benar berusahatani ubi kayu sebagai tumpuan biaya hidup.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Penentuannya pada saat penelitian adalah petani yang bersedia diwawancarai dan pengambilan sampel dilakukan di daerah peneltian. Jumlah responden yang bersedia untuk diwawancarai dalam penelitian ini berjumlah 22 orang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan

(31)

data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan penelitian. Spesifikasi pengumpulan data dapat disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Metode

Wawancara Observasi Data Primer

1 Penggunaan faktor Produksi Petani  2 Pendapatan Petani  3 Harga Jual Produksi Petani  4 Biaya Produksi Petani  5 Jumlah Produksi Petani  Data Sekunder

1 Luas Lahan Ubi Kayu Petani  2 PDRB Serdang Bedagai BPS Sergei  Sumber : Diolah 2015

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis identifikasi masalah 1 digunakan analisis sederhana, yaitu dengan rumus:

Pd = TR – TC Dimana:

Pd = Pendapatan (Rp/Ha/thn) TR = Total penerimaan (Rp/Ha/thn) TC = Total biaya (Rp/Ha/thn)

TR = Y x Py Dimana

TR = Penerimaan total (Rp/Ha/thn)

Y = Produksi yang diperoleh (Rp/Ha/thn) Py = Harga jual (Rp)

(32)

Jika Y ≥ UMK Serdang Bedagai maka H0 diterima dan H1 ditolak Y< UMK Serdang Bedagai maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika H0 diterima artinya pendapatan petani Ubi Kayu di daerah penelitian tinggi Jika H1 dterima artinya pendapatan petani Ubi Kayu di daerah penelitian rendah

Untuk menganalisis identifikasi masalah 2, digunakan rumus berikut ini :

I ≥ K + C

Dimana : I = Pendapatan C = Biaya K = Modal

Perhitungan untuk memperoleh kondisi viabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan manfaat biaya (perhitungan laba-rugi). Apabila pendapatan (Income) lebih besar sama dengan biaya (Cost) dan modal (Kapital) maka dikatakan viabilitas. Apabila pendapatan lebih kecil dari biaya (Cost) dan modal (Kapital) maka dikatakan tidak viabilitas.

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1. Defenisi

(33)

2. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi usahatani (Rp/kg/thn).

3. Produksi adalah jumlah tanaman ubi kayu yang sudah dipanen yang diperoleh dari ubi kayu yang sudah menghasilkan (ton/tahun).

4. Harga jual adalah harga jual ubi kayu di tingkat petani yang berlaku di daerah penelitian (Rp/kg)

5. Biaya produksi adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi (Rp/kg/thn).

6. Modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan (Rp/thn).

7. Penerimaan adalah jumlah yang diperoleh dari penjualan output (Rp/kg/thn). 8. Viabilitas finansial adalah kemampuan penyedia keuangan mikro untuk

menutupi seluruh biaya yang diperlukan.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai. 2. Responden adalah petani yang membudidayakan ubi kayu sebagai sumber

usahatani utama.

(34)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut deskripsi daerah penelitian Desa Pegajahan:

4.1.1. Luas dan Letak Geografis

Desa Pegajahan berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 798 Ha. Jarak Desa Pegajahan dengan Pusat Pemerintah Kecamatan berjarak 1,5 km. Jarak Desa Pegajahan dengan Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai adalah 32 km dan jarak ke Ibukota Propinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 90 km. Secara administrasi Desa Pegajahan mempunyai batas – batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lestari Dadi • Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukasari

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkat

• Sebelah Timur berbatasan dengan Sei Sialang

4.1.2. Keadaan Penduduk

a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

(35)

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Pegajahan Tahun 2013

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki Perempuan

2215 2059

51.82 48.17

Total 4274 100.00

Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

Dari Tabel 4.1 penduduk di Desa Pegajahan pada tahun 2014 berjumlah 4274 jiwa. Terdiri dari berbagai suku yaitu suku Jawa, Batak, Banjar, Melayu, Karo dan lainnya. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah suku Batak. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk penduduk laki-laki berjumlah 2215 jiwa (51.82 %) dan perempuan sebanyak 2059 jiwa (48,17 %) dari total penduduk sebanyak 4274 jiwa.

b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia poduktif di Desa Pegajahan cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok umur di Desa Pegajahan:

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tenaga Kerja di Desa Pegajahan Tahun 2013

Kelompok Umur

(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

10-14 409 13%

15-19 377 12%

(36)

27-40 76 16%

41-56 790 26%

>57 421 14%

Total 3.042 100%

Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

Dari Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mempunyai jumlah paling besar adalah kelompok umur 41-56 tahun ke atas yaitu 790 (26%) dari total 3042 jiwa penduduk usia kerja. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok umur 15-19 tahun yaitu sebesar 409 jiwa (12%).

c. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat dari Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Pegajahan Tahun 2013

Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Islam 4086 96

Kristen 151 3,5

Hindu 22 0,5

Total 4.259 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Pegajahan, agama yang paling banyak dianut adalah agama Islam yaitu sebanyak 4.086 jiwa (96%).

d. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan

(37)

1.512 orang (44,48%). Namun demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikannya hingga SLTA, yakni 654 orang (28,71%). Sebagian lagi melanjutkan hingga tingkat diploma, yakni 115 orang (3,38%) dan tingkat sarjana, yakni 38 orang (1,2%). Secara keseluruhan perhatian penduduk setempat terhadap tingkat pendidikan sudah cukup baik dilihat dari telah banyaknya penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Berikut distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Pegajahan:

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Pegajahan Tahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

PAUD 65 1,9

Taman Kanak-Kanak 48 1,4

SD 1.512 44,48

SLTP 976 28,71

SLTA 654 19,24

Diploma 115 3,38

Sarjana 38 1,2

Total 3399 100.00

Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

4.1.3. Sarana dan Prasarana

(38)

Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sekolah a. PAUD b. TK c. SD d. SMP e. SMA

2 1 2 2 2 2 Kesehatan

a. Puskesmas 1

3 Tempat Peribadahan a. Mesjid b. Musholla c. Gereja d. Pura

1 7 1 1 4 Transportasi

a. Jalan Dapat dilalui roda empat Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

4.1.4. Keadaan Sosial Ekonomi

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Di Desa Pegajahan, mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani.

(39)

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Pegajahan 2013

No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk

1. Petani 2.069

2. PNS 42

3. TNI/Polri 5

4. Karyawan 104

5. Buruh Tani 653

6. Wiraswasta 430

Sumber: Kantor Kepala Desa Pegajahan, 2014

4.2. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel menggambarkan kondisi atau keadaan serta status petani tersebut. Pembahasan tentang karakteristik petani ubi kayu sampel pada penelitian ini, meliputi beberapa hal yaitu umur petani sampel, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

Tabel 4.7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai 2014

No Uraian Range Rataan

1 Umur Petani Sampel (Tahun) 25-69 45,4

2 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 8,3

3 Pengalaman bertani (Tahun) 1-49 20

4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 2-8 4,5

5 Luas Lahan (Ha) 1-10 2,4

(40)

4.2.1. Umur

Umur petani ubi kayu di Desa Pegajahan berkisar antara 25-69 tahun dengan rata-rata umur 45,4 tahun. Tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahatani yang dikerjakannya. Pada umumnya petani yang berumur muda dan sehat jasmaninya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat sedangkan semakin tua umur petani ubi kayu maka kemampuan kerjanya relatif menurun. Umur petani sampel bervariasi antara petani yang satu dengan petani yang lainnya.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

(41)

Tabel 4.8. Tingkat Pendidikan Petani Ubi Kayu Responden di Desa

Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai 2014

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 SD (Sekolah Dasar) 2 9

2 SMP (Sekolah Menengah Pertama)

8 36,36

3 SMA (Sekolah Menengah Atas) 12 54,5

Total 22 100,00

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2015

Berdasarkan Tabel 4.7, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden tergolong tinggi yaitu pada tingkat SD dengan jumlah 2 orang (9%) yang melanjutkan sampai SMP sebanyak 8 orang (36,36%) dan yang menamatkan sampai SMA sebanyak 12 orang (54,5%).

Pendidikan petani responden tidak dilanjutkan hingga ke perguruan tinggi ketingkat yang lebih tinggi karena adanya tuntutan keluarga untuk ikut membantu dalam berusahatani.

4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan adalah anak dan istri petani (keluarga). Dimana jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata jumlah tanggungan petani di Desa Pegajahan adalah 5 jiwa dengan range 1-10 jiwa.

4.2.4 Pengalaman Berusahatani

(42)

kayu lebih terampil dalam melakukan aktivitas usahataninya. Adapun pengalaman berusahatani ubi kayu responden di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9. Pengalaman Berusahatani Ubi kayu di Desa Pegajahan,

Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014

No Pengalaman

Berusahatani (tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1 – 10 6 27,2

2 11 – 20 11 50

3 21 – 30 9 40,9

4 >30 4 18,18

Total 22 100,00

Sumber: Diolah dari Data Primer, 2015

Pengalaman berusahatani ubi kayu para petani berkisar antara 1-49 tahun dengan rata-rata 20 tahun. Lamanya bertani yang cukup lama dapat menjadi modal awal bagi petani dalam membudidayakan ubi kayu. Hal ini dikarenakan petani sudah memahami teknik-teknik usahatani dari pengalamannya selama bertahun-tahun.

4.3. Karakteristik Usahatani

Ubi kayu merupakan komoditi unggulan di Desa Pegajahan. Usahatani ubi kayu merupakan usaha turun temurun. Kegiatan budidaya yang dilakukan petani ubi kayu meliputi penanaman hingga panen. Jarak tanaman yang dilakukan oleh petani tidak beraturan. Semua petani yang diwawancarai mendapat bibit ubi kayu secara gratis.

(43)

karena terdesak kebutuhan ekonomi. Ini tetap dilakukan petani yang terdesak walau mereka mengetahui bahwa panen lebih awal tidak menghasilkan jumlah produksi yang besar.

Petani ubi kayu tidak perlu mengeluarkan tenaga atau membayar tenaga kerja untuk pemanenan, karena semua pedagang pengumpul yang membeli dari petani sudah memanenkannya sendiri. Beberapa petani, malah sudah dipesan dari jauh hari agar hasil panennya hanya dibeli oleh pedagang pengumpul tertentu. Umumnya pedagang pengumpul dan petani memiliki hubungan yang baik, dan sering menjadi langganan tetap.

(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani Ubi Kayu di Desa Pegajahan

Berdasarkan hasil kajian peneliti, biaya produksi, penerimaan dan pendapatan rata rata hasil usahatani ubi kayu per petani dan dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Analisis Usahatani Ubi kayu per Petani di Desa Pegajahan, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai 2015

No Uraian Per Petani

1 Produksi 48,95 Ton

2 Produktivitas 60,5 Ton/Hektar

3 Harga Jual Rp 1.023

4 Penerimaan Rp 49.848.409

5 Biaya

- Biaya Tetap

• Sewa Lahan Rp 2.800.000

• Cangkul Rp 15.864

• Parang Rp 15.727

• Alat Semprot Rp 55.000

Total Biaya Tetap Rp 2.886.591

- Biaya Variabel

• Pupuk Rp 885.752

• Tenaga Kerja • Pestisida

Rp 2.022.727 Rp. 1.031.085

Total Biaya Variabel Rp 3.053.813

6 Pendapatan Rp 46.526.188

Sumber: Analisis Data Primer, 2015

5.1.1. Produktivitas Lahan

(45)

Menurut pengakuan para petani, produktivitas di daerah penelitian lebih tinggi karena serangan hama yang menyerang relatif kecil.

5.1.2. Penerimaan Usahatani Ubi Kayu

Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi ubi kayu dengan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah. Harga jual produksi ubi kayu di daerah penelitian cenderung stabil dalam 2-3 tahun terakhir. Di daerah penelitian terdapat perbedaan harga ubi kayu yang diterima oleh petani. Karena ada 2 jenis ubi kayu yang ditanam petani di Desa Pegajahan, yakni ubi kayu Malaysia dan ubi kayu Lampung. Berdasarkan informasi dari petani ubi kayu di daerah penelitian harga ubi kayu berkisar antara Rp 1.000/ Kg – Rp1.200/ Kg. Ubi kayu Malaysia dihargai Rp 1.000/ Kg dan ubi kayu Lampung dihargai Rp 1.100-1.200/ Kg oleh pedagang pengumpul. Dari hasil yang diperoleh total produksi usahatani ubi kayu adalah sebesar 1076,96 Ton/ Tahun, dengan rata-rata produksi sebesar 48,95 Ton/ Petani/ Tahun.

5.1.3. Biaya Produksi Usahatani Ubi Kayu

(46)

1. Biaya Tetap

Biaya tetap yang dianalisis oleh peneliti diantaranya adalah biaya penyusutan alat yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lahan

Dari seluruh responden petani ubi kayu di daerah penelitian yang berjumlah 22 orang, hanya 5 responden yang mengeluarkan biaya untuk lahan, yakni biaya sewa lahan. Sisanya memakai lahan warisan orang tua, atau pinjaman sanak-saudara. Seluruh responden tidak ada yang membayar biaya pajak lahan. Menurut pengakuan petani, tidak membayar pajak sudah menjadi hal biasa dan belum pernah ada sanksi tegas dari pihak berwenang bagi petani yang tidak membayar pajak lahan.

b. Penyusutan Peralatan

Penyusutan biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan diantaranya terdiri atas cangkul, parang dan sprayer. Biaya penyusutan cangkul sebesar Rp 15.864/ Tahun atau sebesar 0,4 % dari total biaya usahatani. Biaya penyusutan parang sebesar Rp 15.727/ Tahun atau sebesar 0,47% dari total biaya usahatani. Biaya penyusutan sprayer sebesar Rp 55.000/ Tahun atau sebesar 1,65% dari total biaya usaha tani. Dimana, untuk rincian perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

c. Biaya Variabel

(47)

pupuk NPK, urea, pupuk KCL, Pupuk TSP, herbisida dan biaya tenaga kerja.. Penjelasan umum untuk biaya variabel akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Bibit

Responden petani ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai tidak pernah membeli bibit, sehingga tidak ada biaya bibit dalam usahatani ubi kayu ini. Bibit didapat secara stek dari hasil panen sebelumnya dan tak jarang sesama petani saling meminta bibit secara cuma-cuma saat hendak menanam ubi kayu. Ini sudah menjadi kebiasaan di daerah penelitian.

b. Pupuk NPK

Responden petani ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai menggunakan pupuk NPK untuk penyuburan pada tanamana ubi kayu. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani ubi kayu di daerah penelitian untuk pupuk NPK adalah Rp 161.616 atau sebesar 4,8% dari total biaya usahatani.

c. Pupuk Urea

Responden petani ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai menggunakan pupuk urea untuk penyuburan pada tanah tanaman ubi kayu. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani ubi kayu di daerah penelitian untuk pupuk urea adalah Rp 311.500 atau sebesar 9,4% dari total biaya usahatani.

d. Pupuk KCL

(48)

tanaman ubi kayu. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani ubi kayu di daerah penelitian untuk pupuk KCL adalah Rp 157.773 atau sebesar 4,74% dari total biaya usahatani.

e. Pupuk TSP

Responden petani ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai menggunakan pupuk TSP untuk penyuburan pada tanah tanaman ubi kayu. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani ubi kayu di daerah penelitian untuk pupuk TSP adalah Rp 254.854 atau sebesar 7,67% dari total biaya usahatani.

f. Pestisida

Responden etani ubi kayu di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai menggunakan pestisida untuk pengendalian hama pada tanaman ubi kayu. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani ubi kayu di daerah penelitian untuk pestisida adalah Rp 145.333 atau sebesar 4,37% dari total biaya usahatani.

g. Tenaga Kerja

(49)

kerja dilokasi penelitian sebesar Rp 100.000/ Rante atau setara Rp 2.500.000/ Hektar. Biaya yang paling dominan pada usahatani ubi kayu adalah biaya pengolahan lahan yang dilakukan pada saat awal penanaman bibit ubi kayu. Persentase biaya tenaga kerja mencapai 60,88% dari total biaya usahatani.

5.1.4. Pendapatan Usahatani Ubi Kayu

Pendap atan merupakan selisih dari total penerimaan yang diperoleh petani dikurangi dengan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Tabel 5.2. Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Kayu per Petani di Desa

Pegajahan, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai 2015

Sumber : Analisis Data Primer, 2015

Pendapatan usahatani didapat ketika masa panen, pada masa ini pedagang pengumpul datang ke lahan petani untuk membeli, memanen dan mengangkut langsung. Harga yang diterima petani pada pemanenan ini sebesar Rp. 1000/ Kg. Seluruh responden menjual langsung kepada pedagang pengumpul karena dianggap lebih mudah dan cepat, petani tidak harus repot-repot membayar tenaga kerja untuk memanen ubi kayu. Pedagang pengumpul yang datang membeli, membawa tenaga kerja sendiri untuk memanenkan ubi kayu yang hendak dibelinya.

Dengan total produksi dari ubi kayu yang cukup optimal di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, memberikan pendapatan kepada petani ubi kayu sebesar Rp. 46.536.188/ Tahun/ Petani. Dengan kata lain

Luas Lahan

(Ha)

Produksi (Ton)

Harga (Rp./Ton)

Penerimaan (Rp.)

Biaya (Rp.)

Pendapatan (Rp.)

Total 445 1076,96 1.000.000 1.096.665.000 73,088,875 1.023.576.125

Rata -rata

(50)

pendapatan petani perbulan sebesar Rp. 3.877.182/ Petani. Pada dasarnya dengan rata-rata pedapatan petani perbulan yang dapat dinilai relatif besar dibandingkan dengan Upah Minimum Regional, sudah mampu untuk menutupi seluruh kebutuhan harian dari keluarga petani tersebut.

5.2. Viabilitas Finansial

Viabilitas finansial adalah keberlanjutan keuangan dimana petani mampu memenuhi pengeluaran biaya produksi dan biaya pengeluaran konsumsi. Viabilitas finansial digunakan untuk mengukur apakah suatu usaha memang viabel atau tidak untuk menutupi seluruh biaya, yakni biaya produksi dan biaya konsumsi. Biaya produksi yang dimaksud adalah biaya yang digunakan untuk menjalankan suatu usaha, dalam hal ini biaya usaha tani ubi kayu.

Ada tiga faktor utama untuk menghitung kelangsungan hidup suatu usaha, dalam penelitian ini terfokus pada usahatani yaitu:

4. Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan suatu untuk memenuhi komitmen keuangannya ketika jatuh tempo dalam kegiatan usaha normal. Di daerah penelitian, seluruh responden petani ubi kayu mampu memenuhi komtimen keuangannya.

5. Solvabilitas

Solvabilitas adalah kemampuan suau usaha untuk membayar semua kewajiban usaha melalui asetnya. Di daerah penelitian, seluruh responden petani ubi kayu mampu membayar semua kewajiban usaha melalui asetnya.

(51)

Profitabilitas adalah sumber daya yang cukup akan dihasilkan untuk pembayaran biaya dan hutang yang telah dikeluarkan. Di daerah penelitian, seluruh responden petani mampu membayar biaya dan hutangnya. Diantara seluruh responden, 2 responden mengakui pernah berhutang ke pedagang pengumpul yang akan membeli hasil panen ubi kayu petani tersebut. Tidak ada satu pun responden yang pernah berhutang kepada bank.

Biaya konsumsi yang dimaksud meliputi biaya pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan pleasure (kesenangan). Viabilitas finansial petani ubi kayu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3. Viabilitas Finansial Petani Ubi kayu 2015

No. Total Biaya

(52)

Jika dilihat dari seluruh sampel terdapat 3 sampel yang tidak viabel dalam mengusahakan usahatani ubi kayu di daerah penelitian. Yaitu sampel nomor 12, nomor 15, dan nomor 18. Ini dikarenakan total penerimaan tidak bisa menutupi total biaya usaha tani dan biaya konsumsi. Dari analisis kebutuhan petani pada lampiran, diperoleh bahwa persentase kebutuhan terbesar bagi ketiga sampel yang tidak viabel di atas adalah kebutuhan pendidikan. Pada sampel nomor 12, biaya pendidikan anaknya mencapai 75,6% dari total biaya konsumsi. Pada sampel nomor 15, biaya pendidikan anaknya mencapai 73,81% dari total biaya konsumsi. Pada sampel nomor 18, petani memiliki anak yang sedang kuliah di fakultas kedokteran universitas swasta di Kota Medan. Persentase biaya pendidikan dari total biaya konsumsi sampel nomor 18 mencapai 76,7%.

(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

1. Pendapatan bersih usahatani ubi kayu di daerah penelitian sebesar Rp 3.877.182./ Bulan. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Serdang Bedagai sebesar Rp 1,496,000/ Bulan.

2. Viabilitas finansial petani ubi kayu di daerah penelitian adalah viabel.

6.2.Saran Kepada Petani

Untuk petani ubi kayu yang usahataninya belum viabel, perlu menambah diversifikasi usaha agar pendapatan dari usaha lain bisa menutupi biaya konsumsi. Bagi keseluruhan petani, agar pendapatan usahatani ubi kayu lebih besar, disarankan untuk tidak menjual kepada pedagang pengumpul. Akan lebih optimal ketika petani memanen terlebih dahulu, lalu para petani yang telah memanen secara kolektif mengangkut langsung ke pedagang pasar di Kabupaten Serdang Bedagai atau ke Medan. Sehingga petani dapat menikmati harga lebih tinggi dari Rp 1000/ Kg yang biasa diterima dari pedagang pengumpul.

Kepada Pemerintah

(54)

Kepada Peneliti Selanjutnya

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2014. Performance Outcome 7: Financial Viability. National Regulatory System for Community Housing, Australia.

Amang , B. and N. Sapuan. 2000. Can Indonesia Feed Itself ? In Arifin and Dillon (Eds). Asian Agriculture Facing The 21 st Century. Proceeding The second Conference ofAsian Society of Agricultural Economists (ASAE). Jakarta.

BPS Serdang Bedagai. 2012. Serdang Bedagai Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Selatan. Diakses online di http://

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT.Bumi Aksara, Jakarta. , pada tanggal 1 Desember 2014.

Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Jufrianto, 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan dan Viabilitas Finansial Petani Salak Padangsidimpuan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Litbang Pertanian, 2010. Usahatani dan Pemasaran Ubi Kayu Serta Teknologi Pengolahan Tapioka di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Pirdon, 2012. Analisis Usahatani Ubi Kayu di Desa Puluh Hali Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai. Skripsi, Universitas Negri Medan. Rani, 2010. Analisis Kelayakan Usahatani dan Pengolahan Ubi (Kasus :

Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Rachman H.P.S. dan Ariani, M. 2002. Ketahanan Pangan: Konsep, Pengukuran dan Strategi. FAE. Vol. 20. No. 1

Rismayani, 2007. Analisis Usahatani dan Pemasaran Hasil. USU Press, Medan. Roescoe, J. T., 1975. Fundamental Research Statistics for The Behavioural

Sciences. Holt Rinehart & Winston: New York.

Soeharjo dan Patong. 1973. Ilmu Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(56)

---. 2003. Teori Ekonomi Produksi Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta. Suryana, A. 2002. Keragaan Perberasan Nasional dalam Pambudy et al (Eds).

Kebijakan Perberasan di Asia. Regional Meeting in Bangkok, October 2002.

Stone, Lieblein & Francis, 2008. Potentials for Organic Agriculture to Sustain Livelihoods in Tanzania. International Journal Agricultural Sustainability. Suratiyah K, 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.

(57)
(58)
(59)

Lampiran 2. Analisis Kebutuhan (Konsumsi)

No.

Jumlah Kebutuhan Primer (Rp. / Tahun) Kebutuhan Sekunder (Rp. / Tahun) Total Biaya

Tanggungan

Pangan Sandang

Papan (Listrik &

Air) Pendidikan Kesehatan Kendaraan Elektronik Kesenangan Konsumsi

(60)
(61)

Lampiran 3. Analisis Pendapatan Usaha Tani

(Rp./Ton) Total Penerimaan Total Biaya

Total

1,022,727 Rp 1,096,665,000 Rp73,088,87

Rp

(62)

5 Rata

-rata 20.23 48.95

Rp

1,022,727 Rp 49,848,409

Rp 3,322,222

Rp 46,526,188 Produktivitas Rata-rata

Petani

ton/rante 2.42 ton/hektar

60.5033707 9

Lampiran 4. Analisis Viabilitas Finansial

(63)

Usahatani Konsumsi Penerimaan

No. (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) (Rp/Tahun) Viabilitas 1 Rp10,121,000 Rp 19,300,000 Rp 83,879,000 Viabel 2 Rp3,869,375 Rp 8,700,000 Rp 51,380,625 Viabel 3 Rp6,920,875 Rp 10,770,000 Rp 84,609,125 Viabel 4 Rp2,951,525 Rp 10,370,000 Rp 29,348,475 Viabel 5 Rp1,130,825 Rp 9,500,000 Rp 18,119,175 Viabel 6 Rp1,440,775 Rp 6,540,000 Rp 23,309,225 Viabel 7 Rp1,893,700 Rp 7,510,000 Rp 31,106,300 Viabel 8 Rp2,497,600 Rp 12,250,000 Rp 41,502,400 Viabel 9 Rp4,913,200 Rp 21,450,000 Rp 83,086,800 Viabel 10 Rp1,742,725 Rp 23,300,000 Rp 31,532,275 Viabel 11 Rp3,705,400 Rp 9,800,000 Rp 62,294,600 Viabel 12 Rp987,850 Rp 33,050,000 Rp 17,162,150

Tidak Viabel 13 Rp2,799,550 Rp 22,950,000 Rp 51,650,450 Viabel 14 Rp4,309,300 Rp 8,870,000 Rp 69,610,700 Viabel 15 Rp1,742,725 Rp 28,450,000 Rp 24,107,275

Tidak Viabel 16 Rp2,497,600 Rp 9,870,000 Rp 34,462,400 Viabel 17 Rp4,963,200 Rp 7,770,000 Rp 75,036,800 Viabel 18 Rp2,648,575 Rp 78,100,000 Rp 39,851,425

Gambar

Tabel 1.1. Jumlah Produksi Ubi Kayu di Sumatera Utara Tahun 2009-2012
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1. Luas Panen, dan Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Kayu Menurut Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012
Tabel 3.2. Spesifikasi Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, keripik ubi terpilih menjadi fokus penelitian karena merupakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan produksi ubi kayu didaerah penelitian, untuk mengetahui cara bercocok tanam dan pendapatan petani ubi kayu

10 Total Biaya Tetap dan Biaya Variabel yang Dikeluarkan Petani Semangka di Desa Lestari Dadi Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai. 11 Produksi, Harga Jual,

penelitian yang dilakukan pada beberapa lokasi di Kabupaten Serdang Bedagai diperoleh 7 genotip tanaman ubi kayu, yaitu Ubi kayu Malaysia, Ubi kayu roti, Ubi

Untuk menganalisis masalah (1) dan (4), metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu menjelaskan proses atau tahap-tahap pengolahan ubi kayu menjadi produk

Analisis Biaya Usaha Tani

Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima (Daniel, 2002). Biaya produksi adalah

penelitian yang dilakukan pada beberapa lokasi di Kabupaten Serdang Bedagai diperoleh 7 genotip tanaman ubi kayu, yaitu Ubi kayu Malaysia, Ubi kayu roti, Ubi