PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI
(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,Kabupaten Serdang Bedagai.)
SKRIPSI
Oleh :
MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU
050304028
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI
(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
Oleh :
MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU 050304028
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI
(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari,
Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)
Nama : MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU
NIM : 050304028
Departemen : Agribisnis
Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
DR.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. NIP.19580325 198502 1 002 NIP. 131 689 798
Mengetahui :
Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Ir. Luhut Sihombing, M.P. NIP. 132 005 055
ABSTRAK
Mhd Syukran Ilaihi Berutu (050304028) : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc.
Usaha keripik ubi merupakan usaha yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, keripik ubi terpilih menjadi fokus penelitian karena merupakan produk olahan ubi kayu yang langsung bisa dikonsumsi oleh konsumen, walaupun proses produksinya masih dikerjakan secara tradisional.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh usaha pembuatan keripik ubi yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 2. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia
3. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia
4. Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.
5. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun
6. Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 7. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara
RIWAYAT HIDUP
Mhd Syukran Ilaihi Berutu dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 15
Maret 1987 dari ayahanda Masaluddin Berutu dan ibunda Netty Asmawati.
Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK ABA 1 Medan tahun
1993, SD Muhammadiyah 1 Medan tahun 1999, SLTP Al Ulum Medan tahun
2002 dan SMA Negeri 6 Medan tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di
Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB).
Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi
kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP
USU, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat USU,
Tim Mentoring Agama Islam FP USU, dan Forum Silaturahmi Mahasiswa
Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Parbuluan I,
Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, dari tanggal 16
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi
Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,
Kabupaten Serdang Bedagai).
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing
2. Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P dan Ibu DR. Ir. Salmiah, M.S. selaku selaku
Ketua dan Sekretaris Departemen Agribisnis, FP, USU
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis FP USU
5. Bapak Ir. Aliman Saragih, M.Si selaku Ka. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai yang menangani bidang Industri
Kecil Menengah (IKM)
6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah
membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada
ayahanda Masaluddin Berutu, ibunda Netty Asmawati serta adik-adik penulis
yaitu Ria Humaira, Annisa Sholihati, Ahmad Raihansyah dan Ahnaf Istiqlal atas
motivasi, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
(Budi, Heri, Reza, Hafiz dan Nuzul), teman-teman PKL Parbuluan (Fauzi,
Wenny, Resna dan Nenny Maida) serta buat Ali Rabani, SP sebagai sang
motivator yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan di BKM
Al-Mukhlisin, KAMMI Komisariat USU serta sahabat-sahabat yang terus berjuang di
jalan dakwah dimanapun berada. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat
terwujud dan semoga Allah SWT memberikan hal yang terbaik untuk kita semua.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita
semua. Amin.
Medan, Juni 2010
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... Tinjauan Pustaka ... Metode Penentuan Daerah Penelitian ... Metode Pengambilan Sampel ... Metode Pengumpulan Data ... Metode Analisis Data ... Defenisi dan Batasan Operasional ... Defenisi ... Batasan Operasional ...
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
Keadaan Penduduk ... Karakteristik Respoden ... Umur ... Tingkat Pendidikan ... Jumlah Tanggungan ... Pengalaman Berusaha ...
HASIL DAN PEMBAHASAN ... Potensi Pengembangan Usaha Keripik Ubi ... Ketersediaan Bahan Baku ... Ketersediaan Modal ... Ketersediaan Tenaga Kerja ... Tahapan Pembuatan Keripik Ubi ... Penawaran ... Permintaan ... Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi ... Penerimaan Usaha Keripik Ubi ... Pendapatan Usaha Keripik Ubi ... Analisis Kelayakan Usaha Keripik Ubi...
KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... Saran ...
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Produk Berbahan Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai ...
2. Data Usaha Keripik Ubi di Kab. Serdang Bedagai per Kecamatan ...
3. Data Usaha Keripik Ubi di Kecamatan Pegajahan ...
4. Keadaan Tata Guna Lahan ...
5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ...
6. Umur Responden ...
7. Tingkat Pendidikan Responden ...
8. Jumlah Tanggungan Responden ...
9. Pengalaman Berusaha Responden ...
10.Bahan Baku Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...
11.Tenaga Kerja Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...
12.Total Produksi (Penawaran) dan Total Konsumsi (Permintaan) Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...
13.Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...
14.Penerimaan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...
15.Pendapatan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...
16.Rasio Pendapatan Terhadap Penerimaan Pada Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...
17.Nilai R/C Ratio Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran...
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Karakteristik Responden Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
2. Peralatan yang dipergunakan pada usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
3. Biaya Bahan Baku (Ubi Kayu) di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
4. Biaya Kayu Bakar di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
5. Biaya Karung Pembungkus di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
6. Biaya Tenaga Kerja Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
7. Biaya Peralatan Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
8. Biaya Pajak Bumi & Bangunan (PBB) di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
9. Penerimaan Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi (Tahun 2009)
10. Biaya Tidak Tetap (Tahun 2009)
11. Biaya Tetap (Tahun 2009)
12. Total Biaya Produksi (Tahun 2009)
13. Pendapatan Industri Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
14. Rasio Pendapatan Terhadap Penerimaan Pada Industri Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
ABSTRAK
Mhd Syukran Ilaihi Berutu (050304028) : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc.
Usaha keripik ubi merupakan usaha yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, keripik ubi terpilih menjadi fokus penelitian karena merupakan produk olahan ubi kayu yang langsung bisa dikonsumsi oleh konsumen, walaupun proses produksinya masih dikerjakan secara tradisional.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh usaha pembuatan keripik ubi yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 2. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia
3. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia
4. Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.
5. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun
6. Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 7. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan
yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk
agroindustri, baik pada era orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan
mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait
dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktifitas budidaya
(on farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat
ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri
dan jasa berbasis pertanian.
Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara seperti
Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara
agraris menuju negara industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih
tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi
struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan
dukungan pertanian yang tangguh (Mangunwidjaja dan Illah, 2005).
Ubi kayu atau singkong merupakan bahan pangan potensial masa depan
dalam tatanan pengembangan agribisnis dan agroindustri. Sejak awal pelita I
sampai sekarang, makanan pokok nomor tiga penghasil karbohidrat di Indonesia
ini setelah padi dan jagung, mempunyai peranan yang cukup besar dalam
mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan pakan (ransum)
Produksi dan produktivitas ubi kayu pada petani masih rendah karena
penggunanan varietas unggul belum memasyarakat dan teknik budi dayanya
masih tradisional. Namun langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal
tersebut adalah dengan menumbuhkan pola agribisnis di daerah-daerah sentra
produksi. Di samping itu, untuk memacu penganekaragaman produk dan stabilitas
harga (pasar) perlu ditumbuhkembangkan industri-industri pengolahan hasil yang
berwawasan agroindustri berbahan baku ubi kayu (Rukmana, 2002).
Sesuai dengan sumber dan perkembangan konsep kompetensi inti (baik
berupa produk, layanan, atau komoditi) seharusnya memperhatikan
kriteria-kriteria yang relevan dengan kebutuhan peningkatan daya saing, yaitu keunikan
(dan sulit ditiru), kemampuan memberi manfaat lebih, atau kemampuan memberi
keuntungan dengan korbanan yang lebih efisien. Pada konteks daerah, pemilihan
kompetensi inti seharusnya mempertimbangkan kondisi daerah dengan tetap
memperhatikan kriteria persaingan seperti : adanya nilai tambah yang tinggi,
adanya sifat yang unik, adanya keterkaitan dan peluang untuk bersaing di pasar
luar daerah (bahkan internasional). Dengan kata lain, pemilihan dan penentuan
kompetensi inti seharusnya memberi dampak yang besar dalam memberi stimulus
perekonomian daerah (Wahyudin, 2007).
Salah satu provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara sebagai salah satu
provinsi sektor pertanian yang bersinergi dengan sektor industri didominasi oleh
agroindustri yang mengelola hasil-hasil pertanian, perkebunan, pengolahan hasil
laut, serta industri kecil dan rumah tangga. Agroindustri ini baik formal maupun
non formal tersebar di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara, salah satu
kabupaten induk yaitu Serdang Bedagai tahun 2005, Kabupaten Serdang Bedagai
telah banyak menorehkan prestasi dari potensi daerahnya tersebut. Di antara
potensi agroindustri yang berkembang cukup baik antara lain : dodol, sapu ijuk,
tikar pandan, kerajinan bordir, hasil olahan ubi kayu, dan lain-lain.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian & Perdagangan
tentang komoditi hasil olahan ubi kayu andalan Kabupaten Serdang Bedagai yang
telah mampu menopang dan memberikan kontribusi produk dari industri
pengolahan berskala kecil dan menengah terhadap perekonomian di seputar
kawasan kabupaten ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Produk Berbahan Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai
No Jenis Komoditi Unit Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa Keripik merupakan hasil olahan
ubi kayu yang langsung dapat dikonsumsi oleh konsumen. Dimana terdapat 28
unit usaha keripik ubi yang mempunyai kapasitas produksi 222 ton selama tahun
2008.
Terpilihnya keripik ubi diantara produk unggulan berbahan ubi kayu di
Kabupaten Serdang Bedagai karena keripik tersebut memiliki
keunggulan-keunggulan seperti cita rasa (taste) yang spesifik dan unik dibandingkan produk
sejenis. Selain itu, harga keripik ubi yang relatif murah dan kompetitif membuat
jaringan pemasaran produk ini telah menembus pasar domestik dan internasional
Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki keripik ubi tersebut,
maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan usaha
pembuatan keripik ubi layak diusahakan secara finansial.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi pengembangan usaha keripik ubi di daerah penelitian?
2. Bagaimana pendapatan yang diperoleh dari usaha keripik ubi di daerah
penelitian?
3. Apakah usaha keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara
finansial?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi potensi pengembangan usaha keripik ubi di daerah
penelitian.
2. Untuk mengidentifikasi seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha
keripik ubi di daerah penelitian.
3. Untuk mengidentifikasi kelayakan usaha keripik ubi kayu secara finansial di
daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
1. Untuk penyusunan data skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Biologi
Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) termasuk tumbuhan berbatang
pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi
yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan
termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter.
Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah
yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu
memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan
tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna
kuning, hijau atau merah (Widianta dan Widi, 2008).
Ubi kayu dikenal dengan nama Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, huwi
dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin,
telo jenderal, tela kaspo (Jawa), dan kasbek (Ambon) (Rukmana, 2002).
Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia (per 100 gram) antara
lain : Kalori 146 kal, Protein 1,2 gram, Lemak 0,3 gram, Hidrat arang 34,7 gram,
Kalsium 33 mg, Fosfor 40 mg, dan Zat besi 0,7 mg. Buah ubi kayu mengandung
(per 100 gram) : Vitamin B1 0,06 mg, Vitamin C 30 mg, dan 75 % bagian buah
dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung (per 100 gram) : Vitamin A 11000
SI, Vitamin C 275 mg, Vitamin B1 0,12 mg, Kalsium 165 mg, Kalori 73 kal,
2 mg, dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batangnya mengandung tanin,
enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat (Widianta dan Widi, 2008).
Secara sistematika (taksonomi) tanaman yang berasal dari Negara Brasil
(Amerika Selatan) ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Dycotiledoneae (biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae (suku jarak-jarakan)
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz.
(Rukmana, 2002).
Tinjauan Finansial
Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri.
Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus
diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya
sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana
produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha
yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah
tinggi nilainya (Karmadi, 2003).
Dalam prakteknya memulai suatu usaha/industri, awal pembiayaan
bersumber dari sumber dana yang diperoleh secara gabungan antara modal sendiri
memperoleh modal secara pinjaman seratus persen, mengingat belum adanya
kepercayaan dari pihak investor.
Dalam membuat estimasi pendapatan yang akan diperoleh di masa yang
akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan
data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu juga dengan estimasi biaya-biaya
yang akan dikeluarkan selama periode tertentu, termasuk jenis-jenis biaya yang
akan dikeluarkan perlu dirinci serinci mungkin. Semua ini tentunya menggunakan
asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya akan dituangkan dalam aliran kas
(cashflow) perusahaan selama periode usaha (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Tinjauan komoditi
Ada banyak jenis makanan turunan dari ubi kayu di Kab.Serdang Bedagai,
diantaranya keripik ubi, opak koin, opak lidah, kerupuk mie, rengginang, dan
lainnya.
Keripik ubi (blengkuo atau manggleng, sebutan keripik ubi oleh
masyarakat Sergai) merupakan salah satu makanan ringan hasil olahan ubi kayu,
yang dapat dikatakan sebagai salah satu produk unggulan IKM (Industri Kecil
Menengah) kabupaten. Setidaknya ada lagi turunan dari keripik ubi ini sendiri,
yang dapat divariasikan bentuk dan rasanya tergantung selera konsumen.
Diantaranya keripik balado, keripik manis, keripik bawang, keripik tawar, serta
keripik aneka bumbu.
Dalam pembuatan keripik ubi ini, umumnya dipergunakan jenis ubi kayu
kuning. Hal ini dikarenakan ubi kayu kuning mempunyai pati yang cukup banyak
data pada Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
1981 yang menyatakan bahwa kandungan pati pada ubi kayu kuning setiap satu
kilogram adalah sebesar 37,90 gram dengan kandungan airnya sebesar 60 gram.
Sedangkan pada setiap kilogram ubi kayu putih mengandung 34,70 gram pati dan
62.50 gram air. Selain itu warna keripik ubi yang dihasilkan oleh ubi kayu kuning
juga lebih bagus daripada ubi kayu putih.
Landasan Teori
Analisis finansial merupakan suatu studi yang bertujuan untuk menilai
apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak layak
dijalankan dilihat dari aspek finansial atau keuangan. Analisis finansial lebih
memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha
sehingga dapat dikatakan analisis finansial berorientasi pada profit motive
(motivasinya mencari laba/keuntungan). Sasaran utama dari analisis finansial
adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha
yang diharapkan oleh investor selaku penyandang dana dan usaha (Sofyan, 2004).
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk digunakan untuk membeli
aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Untuk mendanai suatu kegiatan investasi,
maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar. Dalam prakteknya
kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari dua macam yaitu modal
investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk biaya prainvestasi
(biaya pembuatan studi dan pengurusan izin-izin) dan membeli aktiva tetap seperti
tanah, bangunan, mesin-mesin, peralatan serta inventaris lainnya dan biasanya
berjangka waktu panjang. Kemudian modal kerja yaitu modal yang digunakan
Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji
karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya (Subagyo, 2008).
Latar belakang perkembangan industri pangan yang relatif pesat dipicu
oleh karena ciri-ciri produk pertanian seperti bersifat musiman, volume besar nilai
kecil, mudah rusak, atau karena permintaan konsumen yang semakin menuntut
persyaratan kualitas bila pendapatan konsumen meningkat. Kegiatan ini ada yang
memerlukan penanganan yang tanpa mengubah struktur aslinya (processing) dan
ada pula yang memerlukan pengolahan lebih lanjut yang mengubah sifat asalnya
atau sifat kimianya (manufacturing) (Purwaningsih dkk, 2006).
Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan/usaha industri
pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja
yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal
yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Kategori tersebut adalah :
1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang
2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang
3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang
4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih
(Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001)
Kerangka Pemikiran
Usaha pembuatan keripik ubi merupakan salah satu jenis usaha dengan
memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku utamanya, dimana ubi kayu tersebut
akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Dalam hal ini
Usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi yang dilakukan pengusaha
di daerah penelitian masih tergolong pengolahan yang bersifat sederhana dengan
bahan baku yang diperoleh dari daerah sekitar usaha pembuatan keripik ubi dan
sentra-sentra penghasil ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.
Komoditi ubi kayu adalah komoditi pertanian yang tidak dapat dinikmati
dalam bentuk segar. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengolahan lebih
lanjut agar dapat dikonsumsi. Selain itu, melalui proses pengolahan akan dapat
diperoleh nilai tambah sehingga produk olahan ubi kayu ini mampu menerobos
pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dengan adanya proses
pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi ini tentu juga dapat menciptakan
kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang ada di daerah penelitian, sehingga dapat
mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerah penelitian.
Dalam proses produksi usaha pembuatan keripik ubi tidak lepas dari biaya
produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya
bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari
peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi
dan penerimaan yang diterima oleh responden, dalam hal ini adalah pengusaha
keripik ubi, maka keripik ubi tersebut harus dijual dengan harga yang sesuai agar
penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya produksi yang
telah dikeluarkan dan agar keripik ubi tersebut dapat bersaing di pasaran.
Untuk menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisis proyek,
dalam hal ini digunakan analisis finansial. Dengan analisis finansial ini, responden
dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan
diperoleh maka dapat diketahui usaha pembuatan keripik ubi ini layak atau tidak
untuk diusahakan secara finansial. Berikut gambaran skema kerangka pemikiran :
Keterangan
: Ada hubungan
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Produksi
Kelayakan Usaha Pendapatan Penerimaan Proses Pengolahan
Ubi Kayu
Modal Kerja (operasional)
Hipotesis Penelitian
1. Pendapatan yang diperoleh dari usaha keripik ubi di daerah penelitian adalah
tinggi
2. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di
Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut data sekunder yang diperoleh dari
Disperindag Serdang Bedagai, daerah yang merupakan sentra produksi usaha
keripik ubi terbesar adalah di Kecamatan Pegajahan. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Data Usaha Keripik Ubi di Kab. Serdang Bedagai per Kecamatan
Kecamatan Unit Usaha
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008
Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 9 unit usaha di
Kecamatan Pegajahan, dari total 28 unit usaha keripik ubi yang tersebar di 6
Namun ketika sudah melakukan survei lapangan ternyata di Kecamatan
Pegajahan terdapat penambahan unit usaha yang mengusahakan keripik ubi
setelah data Tabel 2 tersebut diturunkan. Berikut ini hasil survei lapangan yang
telah dilakukan :
Tabel 3. Data Usaha Keripik Ubi di Kecamatan Pegajahan
Alamat Usaha Jumlah Unit Usaha
1. Desa Pegajahan 18
2. Desa Suka Sari 4
Jumlah 22
Sumber : Analisis Data Primer, 2010
Dari Tabel 3 diatas diketahui bahwa jumlah unit usaha yang
mengusahakan keripik ubi ada 22 unit usaha, yang terdapat di Desa Pegajahan
sebanyak 18 unit, dan Desa Suka Sari sebanyak 4 unit.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Sensus. Menurut
Supranto (2003), Metode Sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap
elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi
dengan jumlah sedikit. Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh
Arikuntoro (1998) yakni : ”jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek
dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Dan jika subjeknya
besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih”.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada
terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang
diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik Kab.Serdang
Bedagai serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk mengidentifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif untuk mengetahui :
Ketersediaan bahan baku, meliputi lokasi dan kuantitas bahan baku (Kg) Ketersediaan Modal, meliputi darimana diperoleh (sumber)
Ketersediaan Tenaga Kerja, darimana diperoleh serta tugasnya Penawaran (supply) dan Permintaan (demand)
Untuk mengidentifikasi masalah (2) dianalisis dengan rumus sebagai berikut :
I = TR – TC
Keterangan :
I = Income (Pendapatan) (Rp)
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)
TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)
(Soekartawi, 1995)
Menurut Samadi (2001), untuk mengetahui apakah pendapatan yang
diperoleh telah sesuai dengan penerimaan yang didapat maka digunakan rumus
Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan, yaitu :
atau
Kriteria Uji : - Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan ≤ 50 %, maka rendah
Untuk mengidentifikasi masalah (3) dianalisis dengan rumus R/C ratio
sebagai berikut:
R/C = TR / TC
R/C = [ (Py.Y) / (FC+VC) ]
Keterangan :
R/C = Return Cost Ratio
TR = Penerimaan (Rp)
Y = Output (Kg)
FC = Biaya tetap (Rp)
VC = Biaya Variabel (Rp)
Kriteria Uji : - R/C < 1, usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian tidak
layak diusahakan secara finansial
- R/C >1, usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak
diusahakan secara finansial
(Soekartawi, 1995)
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran
istilah-istilah yang dipergunakan, maka dibuatlah defenisi dan batasan operasional
sebagai berikut :
Defenisi
1. Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk
2. Keripik ubi adalah salah satu hasil olahan ubi kayu yang digoreng hingga
renyah dengan penambahan bumbu-bumbu sesuai selera.
3. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah
dikurangi total biaya dalam satuan Rp/ton per tahun
4. Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga yang dihitung dalam
satuan Rp/ton per tahun
5. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi
seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya
penyusutan yang dikeluarkan pengusaha sampai produk siap untuk dipasarkan
6. Kompetensi Inti merupakan kumpulan keterampilan dan teknologi yang
memungkinkan suatu organisasi dapat menyediakan manfaat tersendiri secara
unik kepada pelanggannya.
Batasan Operasional
1. Sampel adalah usaha pembuatan keripik ubi yang terletak di daerah penelitian
2. Responden adalah pemilik dari usaha pembuatan keripik ubi yang terletak di
daerah penelitian
3. Waktu penelitian dilaksanakan tahun 2010
4. Daerah penelitian di Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai, dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Pegajahan dan Desa
Suka Sari. Berikut ini deskripsi dari daerah penelitian :
Luas dan Letak Geografis
Desa Pegajahan berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 798 Ha, terdiri
dari 6 dusun, 14 RT dan 36 RW. Jarak desa ke Kecamatan Pegajahan adalah 0,2
km, jarak desa ke Kabupaten Serdang Bedagai (ibukota kabupaten) adalah 30 km,
dan jarak desa ke ibukota Provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 65 km.
Secara administratif Desa Pegajahan mempunyai batas-batas sbb :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lestari Dadi
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Suka Sari
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkat
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Melati Kebun
Desa Suka Sari berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang
Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 615 Ha, terdiri
dari 9 dusun, 7 RT dan 18 RW. Jarak desa ke Kecamatan Pegajahan adalah 7 km,
jarak desa ke Kabupaten Serdang Bedagai (ibukota kabupaten) adalah 37 km, dan
Secara administratif Desa Suka Sari mempunyai batas-batas sbb :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pegajahan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Putus
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bingkat
Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 :
Tabel 4. Keadaan Tata Guna Lahan
Penggunaan Tanah Desa Pegajahan Desa Suka Sari
Jumlah (Ha) Persentase Jumlah (Ha) Persentase
Sawah 275 35 - -
Ladang/Tegalan 380 49 485 51
Perkebunan 116 15 457 48
Lain-lain 11 1 13 1
Total Luas Wilayah 782 100 955 100
Sumber : BPS Serdang Bedagai, Kecamatan Pegajahan dalam Angka 2008
Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terluas di
Desa Pegajahan yaitu untuk Ladang / Tegalan seluas 380 Ha (49%) kemudian
diikuti oleh Sawah seluas 275 Ha (35%), Perkebunan yang didominasi tanaman
kelapa sawit seluas 116 Ha (15%) dan lain-lainnya 11 Ha (1%).
Sementara penggunaan lahan terluas di Desa Suka Sari yaitu untuk
Ladang / Tegalan seluas 485 Ha (51%), Perkebunan yang didominasi tanaman
karet dan kelapa sawit seluas 457 Ha (48%), dan lain-lainnya 13 Ha (1%).
Keadaan Penduduk
Penduduk di Desa Pegajahan terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu suku
Jawa, Melayu, Minang dan Maidailing. Namun mayoritas penduduk adalah suku
Berdasarkan kelompok umur, maka jumlah penduduk di kedua desa
penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur (Tahun) Desa Pegajahan Desa Suka Sari
Jumlah (jiwa) Persentase Jumlah (jiwa) Persentase
0-5 324 8,83 804 18,93
Sumber : BPS Serdang Bedagai, Kecamatan Pegajahan dalam Angka 2008
Dilihat dari kelompok umur Tabel 5 di atas ternyata kelompok umur usia
produktif di Desa Pegajahan cukup besar. Kelompok umur yang mempunyai
jumlah paling besar adalah kelompok umur 17-59 tahun yaitu 2.420 jiwa atau
sekitar 65,92% dari total 3.671 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit
berada pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 159 jiwa (4,33%).
Sedangkan kelompok umur usia produktif di Desa Suka Sari cukup besar.,
namun lebih didominasi oleh anak-anak. Kelompok umur yang mempunyai
jumlah paling besar adalah kelompok umur 13-16 tahun yaitu 1.145 jiwa atau
sekitar 26,95% dari total 4.248 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit
berada pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 451 jiwa (10,62%).
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik ubi yang berada
di daerah penelitian. Jumlah responden yang diambil sebanyak 22 orang.
Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha dan luas
Umur
Adapun keadaan umur responden di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut :
Tabel 6. Umur Responden
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010
Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden
di daerah penelitian, jumlah terbesar berada pada interval umur 30-39 tahun dan
40-49 tahun dengan masing-masing berjumlah 6 orang (27%). Sedangkan yang
terkecil berada pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 2 orang (9%).
Tingkat Pendidikan
Adapun tingkat pendidikan responden di daerah penelitian dapat dilihat
pada Tabel 7 berikut :
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 SD 13 59
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010
Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden
di daerah penelitian, tingkat pendidikan terbesar adalah hanya tamatan SD yaitu
sebanyak 13 orang (59%). Sedangkan yang terkecil adalah lulusan Sarjana
Jumlah Tanggungan
Adapun jumlah tanggungan responden di daerah penelitian dapat dilihat
pada Tabel 8 berikut :
Tabel 8. Jumlah Tanggungan Responden
No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
1 0 1 4
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010
Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden
di daerah penelitian, jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah sebanyak 3
orang yaitu sebanyak 8 orang responden (36%). Sedangkan jumlah yang terkecil
adalah 0 dan 1 orang yaitu sebanyak 1 orang (4%).
Pengalaman Berusaha
Adapun lama usaha responden akan keripik ubi di daerah penelitian dapat
dilihat pada tabel 9 berikut :
Tabel 9. Pengalaman Berusaha Responden
No Lama Berusaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010
Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden
di daerah penelitian, lama berusaha terbesar adalah selama 2 tahun yaitu sebanyak
13 orang (59%). Sedangkan yang terkecil adalah < 1 tahun yaitu sebanyak 1 orang
Secara keseluruhan rata-rata pendidikan yang dimiliki oleh responden di
daerah penelitian dengan range 6-17 tahun adalah 8 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden adalah SD.
Rata-rata jumlah tanggungan keseluruhan responden di daerah penelitian
adalah 3 jiwa dengan range 0-7 jiwa. Jumlah tanggungan dapat dimanfaatkan
untuk membantu proses pembuatan keripik ubi, terutama dalam penyediaan
tenaga kerja dalam keluarga.
Pengalaman berusaha rata-rata responden di daerah penelitian adalah 2
tahun dengan range 0,4-3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman
berusaha responden masih belum cukup, karena rata-rata responden mulai
menekuni usaha keripik ubi ini sejak tahun 2008.
Luas lokasi usaha yang dimiliki rata-rata responden di daerah penelitian
adalah 77 meter, dari range 50-100 meter. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
usaha pembuatan keripik ubi tidak diperlukan lahan yang terlalu luas sehingga
rata-rata responden memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya sebagai tempat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi Pengembangan Usaha Keripik Ubi
Ketersediaan Bahan Baku
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian,
diketahui bahwa bahan baku untuk membuat keripik (manggleng) yaitu ubi kayu
tidak cukup tersedia, sehingga diperoleh dari sekitar daerah penelitian yang masih
berada dalam Kecamatan Pegajahan. Bahkan untuk memperlancar ketersediaan
pasokan ubi kayu, responden memiliki agen langganan atau pihak yang diberi
kepercayaan untuk memenuhi permintaan ubi kayu setiap kali akan berproduksi.
Rata-rata kuantitas ubi kayu yang dipergunakan berkisar antara 25-200 Kg,
dengan harga beli rata-rata Rp.800,-/Kg nya (ketika penelitian berlangsung).
Berikut ini penjabaran seputar frekuensi produksi, volume pengambilan
serta total harga beli ubi kayu di daerah penelitian.
Tabel 10. Bahan Baku Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian Frekuensi (hari) Volume (Kg) Total harga beli bahan baku (Rp)
Per Minggu 4 518 410.909
Per Bulan 17 2.234 1.771.818
Per Tahun 207 26.809 21.261.818
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2010
Dari Tabel 10 di atas dapat diuraikan bahwa responden memproduksi
keripik ubi rata-rata dalam 4 hari/minggu, 17 hari/sebulan, dan 207 hari/tahun.
Namun ada kala responden mengurangi kegiatan produksinya, seperti pada saat
Bulan Ramadhan dan Hari Syuro’. Untuk volume pengambilan ubi kayu rata-rata
responden adalah 518 kg/minggu, 2.234 kg/sebulan, dan 26.809 kg/tahun, dimana
total harga belinya adalah Rp.410.909,-/minggu, Rp.1.771.818,-/bulan,
Ketersediaan Modal
Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi
kegiatan proses produksi komoditi pertanian. Ketersediaan modal yang
mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat diperlukan demi
keberlangsungan usaha yang dijalankan. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan
tergantung dari skala usaha yang dijalankan. Semakin besar skala usaha yang
dijalankan semakin besar pula modal yang diperlukan, demikian pula sebaliknya.
Dalam usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian, modal yang
diperlukan tidak terlalu besar yakni berkisar antara Rp.500.000,- − Rp.1.000.000,-
tergantung dari luasnya lokasi usaha dan kualitas peralatan yang dimiliki. Dan
dari ke-22 responden, rata-rata modal awal yang dipergunakan adalah
Rp.659.091,- , dimana digunakan untuk membeli peralatan produksi (lampiran 7).
Meskipun jumlah yang diperlukan untuk memulai usaha tidak terlalu besar
tetapi responden tidak ada yang menggunakan modal dari bank, koperasi atau
lembaga keuangan lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka takut tidak dapat
membayar bunga apabila meminjam dari bank, sedangkan di daerah penelitian
belum ada koperasi. Sebagian besar responden menggunakan modal sendiri
(pribadi) untuk menjalankan usahanya. Kalaupun ada yang memakai modal dari
luar seperti modal pinjaman, maka pinjaman itu diperoleh dari anggota keluarga
sendiri ataupun tetangga.
Namun pertengahan tahun 2008, ada program pemerintah Kab.Serdang
Bedagai untuk memperluas skala produksi usaha IKM dengan bantuan kredit
lunak Rp.2.000.000,-/pengusaha dengan bunga 0,5% setahun, maka mayoritas
yang tidak mendapatkannya karena ketidaklengkapan administrasi. Sedangkan
Desa Suka Sari sama sekali belum pernah mendapatkannya. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia.
Ketersediaan Tenaga Kerja
Menurut Karmadi (2003) penggunaan tenaga kerja dalam suatu kegiatan
terutama kegiatan proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai
ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang
berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk
yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan
pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan
penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula.
Tenaga kerja dalam usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian
diperlukan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan produksi seperti
pengupasan kulit ubi kayu, merebus ubi kayu, sampai menjemur keripik hingga
kering. Kebutuhan tenaga kerja ini dipenuhi dari penduduk yang bertempat tinggal
di daerah penelitian dan tidak ada tenaga kerja yang berasal dari luar daerah
penelitian.
Tabel 11. Tenaga Kerja Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian Pengupasan kulit Merebus dan Menjemur
TKDK TKLK TKDK TKLK
Total Sampel
1-22 orang 43 11 43 0
Rata-rata 2 1 2 0
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 6), 2010
Dari Tabel 11 di atas dapat diuraikan bahwa usaha keripik ubi yang
pembuatannya masih bersifat tradisional lebih mengandalkan Tenaga Kerja
terjadi karena pengusaha berusaha untuk memperkecil biaya produksi. Namun ada
juga pengusaha yang mengandalkan tenaga bantuan dari tetangga sekitar
khususnya dalam proses pengupasan kulit ubi, sedangkan proses yang lainnya
dapat dikerjakan oleh pengusaha dan keluarganya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di
daerah penelitian cukup tersedia.
Tahapan Pembuatan Keripik Ubi
Adapun proses detail pembuatan keripik ubi di daerah penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Ubi Kayu; merupakan bahan baku utama pembuatan keripik ubi. Umumnya
yang dipergunakan responden adalah jenis ubi kuning dan ubi putih, namun
tak jarang juga dipakai ubi racun, jika stok kedua ubi tersebut lagi kosong.
2. Pengupasan kulit; dipergunakan pisau kupas untuk memisahkan kulit luar
dengan isi ubi.
3. Pencucian; ubi-ubi yang telah dikupas kulitnya dicuci bersih di dalam
ember, untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang melekat.
4. Perebusan; dilakukan selama 7-10 menit dengan menambahkan sedikit
garam, agar nanti tidak terlalu tawar ketika dikonsumsi.
5. Perajangan; setelah perebusan selesai dilakukan maka proses selanjutnya
adalah merajang (mengiris) ubi dengan pisau rajang, dan dirajang dengan
bentuk tipis memanjang.
6. Penjemuran; selanjutnya dijemur rajangan ubi tadi di bawah terik matahari
7. Pengepakan; proses akhir yaitu ubi hasil penjemuran tadi dikumpul dan
dikemas dalam karung pembungkus, dan siap untuk dijual.
Berikut ini adalah gambar tahapan dari pembuatan keripik ubi di daerah
penelitian :
Gambar 2. Tahapan Pembuatan Keripik Ubi
Penawaran
Penawaran atas keripik ubi menggambarkan hubungan antara harga jual
keripik hasil olahan dengan jumlah produksi keripik. Harga jual keripik di daerah
penelitian stabil. Harga jual produk di daerah penelitian berfluktuasi bergantung
dari harga beli bahan baku. Dimana jika harga ubi kayu naik maka harga keripik Pencucian
Penjemuran Perajangan
Perebusan Pengupasan kulit
Ubi Kayu
juga naik, dan begitu pula sebaliknya jika harga ubi kayu turun maka harga
keripik juga turun. Tetapi jika jumlah ubi kayu yang tersedia melimpah, pengolah
juga tidak bisa menaikkan harga produk, karena harga ditentukan oleh agen.
Permintaan
Permintaan atas keripik menggambarkan hubungan antara harga jual
keripik hasil olahan dengan jumlah konsumsi keripik. Permintaan akan keripik di
daerah penelitian cenderung stabil. Umumnya para pengusaha menjual hasil
produksinya yang sudah dikemas kepada agen langganan yang langsung
mendatangi lokasi usaha. Jadi, para agenlah yang memasarkannya ke berbagai
daerah. Dengan harga jual pengusaha kepada agen, rata-rata Rp.4.314,-/Kg.
Adapun daerah pemasaran keripik ubi dari Kecamatan Pegajahan seperti
sekitar daerah Kab.Serdang Bedagai, Medan, Binjai, Stabat, Kisaran sampai ke
Aceh, serta luar negeri (ekspor) seperti Malaysia, namun tidak serutin permintaan
dalam negeri.
Total produksi (penawaran) dan total konsumsi (permintaan) keripik ubi
dalam satu tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 12. Total Produksi (Penawaran) Dan Total Konsumsi (Permintaan) Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2010
Dari Tabel 12 di atas dapat diketahui total produksi keripik di daerah
penelitian adalah 155 kg/minggu, 670 kg/bulan, 8.043 kg/tahun. Sedangkan untuk
disebabkan karena ada sekitar 5 kg keripik per minggunya yang sengaja tidak
dijual, untuk keperluan konsumsi pribadi.
Total konsumsi keripik ini pun terbagi dua, yakni konsumsi Kab.Serdang
Bedagai sekitarnya dan konsumsi luar Kab.Serdang Bedagai. Adapun proporsi
perbandingan pemasarannya adalah 30 : 70. Sehingga konsumsi Kab.Serdang
Bedagai sekitarnya adalah 30 kg/minggu, 195 kg/bulan, 2.341 kg/tahun.
Sedangkan untuk konsumsi luar Kab.Serdang Bedagai adalah 120 kg/minggu, 455
kg/bulan, 5.462 kg/tahun.
Tabel 12 di atas juga menjelaskan bahwa penawaran (supply) keripik sama
dengan permintaan (demand). Fakta ini mengisyaratkan bahwa setiap produk yang
siap dijual oleh responden, langsung habis di pasaran. Sehingga usaha keripik ubi
di Kecamatan Pegajahan memiliki potensi pengembangan usaha yaitu dengan
menambah volume produksi, karena masih ada permintaan luar Kab. Serdang
Bedagai yang masih belum dapat terpenuhi.
Namun pada saat sekarang ini, menurut pengusaha dan agen, permintaan
akan produk cenderung berkurang karena masyarakat sebagai konsumen mulai
beralih kepada produk bermerek seperti franchise, dan lain-lain. Jadi untuk
penawaran dan permintaan produk cenderung stabil.
Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi
Biaya produksi yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam usaha pembuatan keripik ubi, baik biaya tetap maupun biaya
Tabel 13. Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian Biaya Tetap (Rp) Biaya Tidak Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)
Per Minggu 3.313 510.136 513.449
Per Bulan 13.251 2.220.977 2.234.228
Per Tahun 159.009 26.651.727 26.810.736
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 12), 2010
Dari Tabel 13 di atas diperoleh bahwa total biaya rata-rata responden
adalah sebesar Rp.513.449,-/minggu, Rp.2.234.228,-/bulan dan
Rp.26.810.736,-/tahun, dimana rincian biaya tetap produksinya adalah Rp.3.313,-/minggu,
Rp.13.251,-/bulan dan Rp.159.009,-/tahun, serta biaya tidak tetapnya adalah
Rp.510.136,-/minggu, Rp.2.220.977,-/bulan dan Rp.26.651.727,-/tahun.
Penerimaan Usaha Keripik Ubi
Penerimaan Usaha berasal dari total produksi (output) yang siap jual
dikalikan dengan harga jual. Untuk lebih jelas, berikut tabelnya :
Tabel 14. Penerimaan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian Total Produksi (Kg) Harga Jual (Rp) Total Penerimaan (Rp)
Per Minggu 155 4.314 669.068
Per Bulan 670 4.314 2.884.364
Per Tahun 8.043 4.314 34.612.364
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 9), 2010
Dari Tabel 14 di atas diperoleh bahwa total penerimaan responden adalah
sebesar Rp.669.068,-/minggu, Rp.2.884.364,-/bulan dan Rp.34.612.364,-/tahun,
dimana rincian total produksinya adalah 155 Kg/minggu, 670 Kg/bulan dan 8.043
Kg/tahun, dengan harga jual rata-rata Rp.4.314,-.
Pendapatan Usaha Keripik Ubi
Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan biaya produksi
Tabel 15. Pendapatan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
Per Minggu 669.068 513.449 155.619
Per Bulan 2.884.364 2.234.228 650.136
Per Tahun 34.612.364 26.810.736 7.801.627
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14), 2010
Dari Tabel 15 di atas diperoleh bahwa total pendapatan responden adalah
sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun.
Setelah pendapatan diperoleh, dicarilah rasio pendapatan terhadap
penerimaan fungsinya untuk mengukur tinggi rendahnya pendapatan bersih usaha.
Berikut tabel pendapatan dan rasio pendapatan terhadap penerimaan responden di
daerah penelitian pada tahun 2009 :
Tabel 16. Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan Pada Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian Pendapatan
(Rp)
Per Tahun 7.801.627 34.612.364 22,46
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14), 2010
Dari Tabel 16 diatas diperoleh bahwa pendapatan rata-rata yang diterima
responden sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan
Rp.7.801.627,-/tahun dari penerimaan rata-rata sebesar Rp.669.068,-/minggu,
Rp.2.884.364,-/bulan dan Rp.34.612.364,-/tahun. Berdasarkan kriteria uji pada rasio pendapatan
terhadap penerimaan maka pendapatan yang diterima responden dapat dikatakan
rendah karena hanya mampu memperoleh rasio sebesar 22,41%/minggu,
22,46%/bulan dan 22,46%/tahun dari seluruh penerimaan yang diperolehnya.
Berdasarkan pernyataan ini maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa pendapatan usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian
Analisis Kelayakan Usaha Keripik Ubi
Kelayakan usaha dapat dilihat dengan membandingkan besar penerimaan
dengan besar biaya produksi yang dikeluarkna selama proses produksi
berlangsung.
Untuk mengetahui kelayakan usaha secara finansial usaha pembuatan
keripik ubi di daerah penelitian digunakan kriteria kelayakan Revenue Cost Ratio
(R/C Ratio). Berikut nilai R/C Ratio pada usaha pembuatan keripik ubi di daerah
penelitian :
Tabel 17. Nilai R/C Ratio Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)
Uraian Penerimaan / Revenue (Rp)
Per Tahun 34.612.364 26.810.736 1,29
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16), 2010
Dari Tabel 17 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai R/C Ratio per minggu,
per bulan dan per tahun sebesar 1,29. Artinya setiap modal Rp. 1,- yang
dikeluarkan akan menghasilkan Rp. 1,29,- dimana Rp. 1,- merupakan modal yang
telah mampu dikembalikan dan Rp. 0,29,- merupakan keuntungan yang diperoleh.
Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan suatu usaha dapat dikatakan layak
untuk diusahakan apabila memiliki nilai R/C Ratio > 1, maka usaha pembuatan
keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan.
Dengan demikian maka hipotesis 2 yang menyatakan usaha pembuatan
keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan secara finansial dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
8. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia
9. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia
10.Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia
11.Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi
sangat mempunyai prospek.
12.Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di
daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan
Rp.7.801.627,-/tahun
13.Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah
penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun
14.Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara
finansial karena telah memiliki nilai rata-rata R/C Ratio > 1 yaitu rata-rata
sebesar 1,29 per minggu, per bulan, dan per tahun
Saran
Kepada Pemerintah
Karena keripik ubi telah menjadi produk IKM Kabupaten Serdang Bedagai
diharapkan kepada pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar
dapat memberikan perhatian yang lebih besar kepada pengusaha keripik ubi
seperti memberikan bantuan berupa modal yang lebih merata kepada para
pengusaha, dan tidak membeda-bedakan hanya karena alasan ketidaklengkapan
dengan lebih baik serta meningkat kesejahteraannya. Karena usaha pembuatan
keripik ubi di daerah penelitian dapat dilihat sebagai suatu rantai nilai yang
memberikan kontribusi nilai tambah kuantitatif relatif kecil terhadap kabupaten.
Hal ini disebabkan pada rantai usaha yang terbentuk belum ditemukan kemitraan
yang sifatnya formal. Namun secara kualitatif pada aspek pengetahuan dan sosial
ekonomi lingkungan telah cukup baik.
Terkhusus Desa Suka Sari, untuk 5 bulan sebelum penelitian ini
berlangsung, para pengusaha sudah menghentikan memproduksi keripik ubi, dan
beralih ke hasil olahan ubi kayu lainnya. Alasannya karena pemasaran keripik ubi
sekarang ini agak sulit, dan tidak diminati pasar lagi. Maka harga jual terakhir
kebanyakan pengusaha adalah Rp. 4.000,-/Kg. Jadi, diharapkan pemerintah peka
terhadap permasalahan ini dan mengambil tindakan, agar keripik ubi (blengkuo
atau manggleng) Desa Suka Sari hanya tinggal nama saja.
Kepada Pengusaha Keripik Ubi
1. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat membentuk kelompok
usaha agar dapat menentukan harga jual keripik ubi yang sesuai dengan
pengeluaran yang dikeluarkan, dan tidak selalu bergantung terus-menerus
kepada para agen dalam hal pemasaran produk.
2. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat mengolah keripik ubi
dengan lebih bervariasi, misalnya variasi bentuk maupun rasa. Karena
walaupun rata-rata para pengusaha belum lama menggeluti usaha ini
(umumnya masih 2 tahun, lihat lampiran 1), namun nilai tambah yang lebih
3. Diharapkan kepada pengusaha pembuat keripik ubi dapat memanfaatkan kulit
ubi kayu yang tidak terpakai sebagai suatu usaha baru seperti pembuatan
pakan ternak dari ubi kayu maupun usaha lainnya yang berbahan baku kulit
ubi kayu sehingga dapat memberikan multiplier effect (fungsi ganda) dari
usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian
Kepada Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang
lebih terperinci tentang analisis pemasaran keripik ubi beserta saluran-saluran
DAFTAR PUSTAKA
Arikuntoro,S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2001. Direktori Industri Pengolahan. Medan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008. Analisis Data sekunder industri olahan ubi kayu.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981. Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian. Jakarta.
Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi dan Produktivitas Home Industri Ledre (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Kasmir dan Jakfar, 2006. Studi Kelayakan Bisnis cetakan ke-3. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Mangunwidjaja,D. dan Illah S. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwaningsih, Heni; Subagiyo, Murwati, dan Supriadi. 2006. Diversifikasi produk olahan ubikayu.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Rukmana,R., 2002. Ubi Kayu : Budi Daya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta
Samadi,B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta
Soekartawi.1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Sofyan,I. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Subagyo,A., 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Komputindo, Gramedia. Jakarta.
Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Wahyudin, 2007. Kompetensi Inti Daerah, Kabupaten Serdang Bedagai, materi workshop diseminasi.