• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prospek Pengembangan Usaha Keripik Ubi (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prospek Pengembangan Usaha Keripik Ubi (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI

(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,

Kabupaten Serdang Bedagai.)

SKRIPSI

Oleh :

MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU

050304028

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI

(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,

Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh :

MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU 050304028

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI

(Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari,

Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

Nama : MHD SYUKRAN ILAIHI BERUTU

NIM : 050304028

Departemen : Agribisnis

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

DR.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. NIP.19580325 198502 1 002 NIP. 131 689 798

Mengetahui :

Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

Ir. Luhut Sihombing, M.P. NIP. 132 005 055

(4)

ABSTRAK

Mhd Syukran Ilaihi Berutu (050304028) : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc.

Usaha keripik ubi merupakan usaha yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, keripik ubi terpilih menjadi fokus penelitian karena merupakan produk olahan ubi kayu yang langsung bisa dikonsumsi oleh konsumen, walaupun proses produksinya masih dikerjakan secara tradisional.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh usaha pembuatan keripik ubi yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 2. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia

3. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia

4. Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.

5. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun

6. Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 7. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

(5)

RIWAYAT HIDUP

Mhd Syukran Ilaihi Berutu dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 15

Maret 1987 dari ayahanda Masaluddin Berutu dan ibunda Netty Asmawati.

Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK ABA 1 Medan tahun

1993, SD Muhammadiyah 1 Medan tahun 1999, SLTP Al Ulum Medan tahun

2002 dan SMA Negeri 6 Medan tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis diterima di

Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi

kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP

USU, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat USU,

Tim Mentoring Agama Islam FP USU, dan Forum Silaturahmi Mahasiswa

Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Parbuluan I,

Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara, dari tanggal 16

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,

hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi

Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan,

Kabupaten Serdang Bedagai).

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing

2. Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P dan Ibu DR. Ir. Salmiah, M.S. selaku selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Agribisnis, FP, USU

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Agribisnis FP USU

5. Bapak Ir. Aliman Saragih, M.Si selaku Ka. Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai yang menangani bidang Industri

Kecil Menengah (IKM)

6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah

membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada

ayahanda Masaluddin Berutu, ibunda Netty Asmawati serta adik-adik penulis

yaitu Ria Humaira, Annisa Sholihati, Ahmad Raihansyah dan Ahnaf Istiqlal atas

motivasi, kasih sayang, dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

(7)

(Budi, Heri, Reza, Hafiz dan Nuzul), teman-teman PKL Parbuluan (Fauzi,

Wenny, Resna dan Nenny Maida) serta buat Ali Rabani, SP sebagai sang

motivator yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Tak lupa pula kepada teman-teman seperjuangan di BKM

Al-Mukhlisin, KAMMI Komisariat USU serta sahabat-sahabat yang terus berjuang di

jalan dakwah dimanapun berada. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat

terwujud dan semoga Allah SWT memberikan hal yang terbaik untuk kita semua.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita

semua. Amin.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... Tinjauan Pustaka ... Metode Penentuan Daerah Penelitian ... Metode Pengambilan Sampel ... Metode Pengumpulan Data ... Metode Analisis Data ... Defenisi dan Batasan Operasional ... Defenisi ... Batasan Operasional ...

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

(9)

Keadaan Penduduk ... Karakteristik Respoden ... Umur ... Tingkat Pendidikan ... Jumlah Tanggungan ... Pengalaman Berusaha ...

HASIL DAN PEMBAHASAN ... Potensi Pengembangan Usaha Keripik Ubi ... Ketersediaan Bahan Baku ... Ketersediaan Modal ... Ketersediaan Tenaga Kerja ... Tahapan Pembuatan Keripik Ubi ... Penawaran ... Permintaan ... Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi ... Penerimaan Usaha Keripik Ubi ... Pendapatan Usaha Keripik Ubi ... Analisis Kelayakan Usaha Keripik Ubi...

KESIMPULAN DAN SARAN ... Kesimpulan ... Saran ...

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Produk Berbahan Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai ...

2. Data Usaha Keripik Ubi di Kab. Serdang Bedagai per Kecamatan ...

3. Data Usaha Keripik Ubi di Kecamatan Pegajahan ...

4. Keadaan Tata Guna Lahan ...

5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ...

6. Umur Responden ...

7. Tingkat Pendidikan Responden ...

8. Jumlah Tanggungan Responden ...

9. Pengalaman Berusaha Responden ...

10.Bahan Baku Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...

11.Tenaga Kerja Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...

12.Total Produksi (Penawaran) dan Total Konsumsi (Permintaan) Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...

13.Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...

14.Penerimaan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...

15.Pendapatan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...

16.Rasio Pendapatan Terhadap Penerimaan Pada Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009) ...

17.Nilai R/C Ratio Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran...

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Responden Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

2. Peralatan yang dipergunakan pada usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

3. Biaya Bahan Baku (Ubi Kayu) di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

4. Biaya Kayu Bakar di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

5. Biaya Karung Pembungkus di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

6. Biaya Tenaga Kerja Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

7. Biaya Peralatan Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

8. Biaya Pajak Bumi & Bangunan (PBB) di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

9. Penerimaan Pada Industri Pembuatan Keripik Ubi (Tahun 2009)

10. Biaya Tidak Tetap (Tahun 2009)

11. Biaya Tetap (Tahun 2009)

12. Total Biaya Produksi (Tahun 2009)

13. Pendapatan Industri Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

14. Rasio Pendapatan Terhadap Penerimaan Pada Industri Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

(13)

ABSTRAK

Mhd Syukran Ilaihi Berutu (050304028) : PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA KERIPIK UBI (Studi Kasus : Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai). Penulisan skripsi ini dibimbing oleh Dr.Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc.

Usaha keripik ubi merupakan usaha yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.). Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, keripik ubi terpilih menjadi fokus penelitian karena merupakan produk olahan ubi kayu yang langsung bisa dikonsumsi oleh konsumen, walaupun proses produksinya masih dikerjakan secara tradisional.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh usaha pembuatan keripik ubi yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia 2. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia

3. Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia

4. Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi sangat mempunyai prospek.

5. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun

6. Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun 7. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan

yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk

agroindustri, baik pada era orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan

mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait

dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktifitas budidaya

(on farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat

ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri

dan jasa berbasis pertanian.

Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara seperti

Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia beranjak dari negara

agraris menuju negara industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih

tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi

struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan

dukungan pertanian yang tangguh (Mangunwidjaja dan Illah, 2005).

Ubi kayu atau singkong merupakan bahan pangan potensial masa depan

dalam tatanan pengembangan agribisnis dan agroindustri. Sejak awal pelita I

sampai sekarang, makanan pokok nomor tiga penghasil karbohidrat di Indonesia

ini setelah padi dan jagung, mempunyai peranan yang cukup besar dalam

mencukupi bahan pangan nasional dan dibutuhkan sebagai bahan pakan (ransum)

(15)

Produksi dan produktivitas ubi kayu pada petani masih rendah karena

penggunanan varietas unggul belum memasyarakat dan teknik budi dayanya

masih tradisional. Namun langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal

tersebut adalah dengan menumbuhkan pola agribisnis di daerah-daerah sentra

produksi. Di samping itu, untuk memacu penganekaragaman produk dan stabilitas

harga (pasar) perlu ditumbuhkembangkan industri-industri pengolahan hasil yang

berwawasan agroindustri berbahan baku ubi kayu (Rukmana, 2002).

Sesuai dengan sumber dan perkembangan konsep kompetensi inti (baik

berupa produk, layanan, atau komoditi) seharusnya memperhatikan

kriteria-kriteria yang relevan dengan kebutuhan peningkatan daya saing, yaitu keunikan

(dan sulit ditiru), kemampuan memberi manfaat lebih, atau kemampuan memberi

keuntungan dengan korbanan yang lebih efisien. Pada konteks daerah, pemilihan

kompetensi inti seharusnya mempertimbangkan kondisi daerah dengan tetap

memperhatikan kriteria persaingan seperti : adanya nilai tambah yang tinggi,

adanya sifat yang unik, adanya keterkaitan dan peluang untuk bersaing di pasar

luar daerah (bahkan internasional). Dengan kata lain, pemilihan dan penentuan

kompetensi inti seharusnya memberi dampak yang besar dalam memberi stimulus

perekonomian daerah (Wahyudin, 2007).

Salah satu provinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara sebagai salah satu

provinsi sektor pertanian yang bersinergi dengan sektor industri didominasi oleh

agroindustri yang mengelola hasil-hasil pertanian, perkebunan, pengolahan hasil

laut, serta industri kecil dan rumah tangga. Agroindustri ini baik formal maupun

non formal tersebar di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara, salah satu

(16)

kabupaten induk yaitu Serdang Bedagai tahun 2005, Kabupaten Serdang Bedagai

telah banyak menorehkan prestasi dari potensi daerahnya tersebut. Di antara

potensi agroindustri yang berkembang cukup baik antara lain : dodol, sapu ijuk,

tikar pandan, kerajinan bordir, hasil olahan ubi kayu, dan lain-lain.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian & Perdagangan

tentang komoditi hasil olahan ubi kayu andalan Kabupaten Serdang Bedagai yang

telah mampu menopang dan memberikan kontribusi produk dari industri

pengolahan berskala kecil dan menengah terhadap perekonomian di seputar

kawasan kabupaten ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Produk Berbahan Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai

No Jenis Komoditi Unit Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa Keripik merupakan hasil olahan

ubi kayu yang langsung dapat dikonsumsi oleh konsumen. Dimana terdapat 28

unit usaha keripik ubi yang mempunyai kapasitas produksi 222 ton selama tahun

2008.

Terpilihnya keripik ubi diantara produk unggulan berbahan ubi kayu di

Kabupaten Serdang Bedagai karena keripik tersebut memiliki

keunggulan-keunggulan seperti cita rasa (taste) yang spesifik dan unik dibandingkan produk

sejenis. Selain itu, harga keripik ubi yang relatif murah dan kompetitif membuat

jaringan pemasaran produk ini telah menembus pasar domestik dan internasional

(17)

Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki keripik ubi tersebut,

maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan usaha

pembuatan keripik ubi layak diusahakan secara finansial.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi pengembangan usaha keripik ubi di daerah penelitian?

2. Bagaimana pendapatan yang diperoleh dari usaha keripik ubi di daerah

penelitian?

3. Apakah usaha keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

finansial?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi potensi pengembangan usaha keripik ubi di daerah

penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha

keripik ubi di daerah penelitian.

3. Untuk mengidentifikasi kelayakan usaha keripik ubi kayu secara finansial di

daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Untuk penyusunan data skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Biologi

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) termasuk tumbuhan berbatang

pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi

yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan

termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter.

Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah

yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu

memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan

tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna

kuning, hijau atau merah (Widianta dan Widi, 2008).

Ubi kayu dikenal dengan nama Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, huwi

dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin,

telo jenderal, tela kaspo (Jawa), dan kasbek (Ambon) (Rukmana, 2002).

Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia (per 100 gram) antara

lain : Kalori 146 kal, Protein 1,2 gram, Lemak 0,3 gram, Hidrat arang 34,7 gram,

Kalsium 33 mg, Fosfor 40 mg, dan Zat besi 0,7 mg. Buah ubi kayu mengandung

(per 100 gram) : Vitamin B1 0,06 mg, Vitamin C 30 mg, dan 75 % bagian buah

dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung (per 100 gram) : Vitamin A 11000

SI, Vitamin C 275 mg, Vitamin B1 0,12 mg, Kalsium 165 mg, Kalori 73 kal,

(19)

2 mg, dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batangnya mengandung tanin,

enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat (Widianta dan Widi, 2008).

Secara sistematika (taksonomi) tanaman yang berasal dari Negara Brasil

(Amerika Selatan) ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dycotiledoneae (biji berkeping dua)

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae (suku jarak-jarakan)

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz.

(Rukmana, 2002).

Tinjauan Finansial

Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri.

Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus

diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya

sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana

produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha

yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah

tinggi nilainya (Karmadi, 2003).

Dalam prakteknya memulai suatu usaha/industri, awal pembiayaan

bersumber dari sumber dana yang diperoleh secara gabungan antara modal sendiri

(20)

memperoleh modal secara pinjaman seratus persen, mengingat belum adanya

kepercayaan dari pihak investor.

Dalam membuat estimasi pendapatan yang akan diperoleh di masa yang

akan datang perlu dilakukan perhitungan secara cermat dengan membandingkan

data dan informasi yang ada sebelumnya. Begitu juga dengan estimasi biaya-biaya

yang akan dikeluarkan selama periode tertentu, termasuk jenis-jenis biaya yang

akan dikeluarkan perlu dirinci serinci mungkin. Semua ini tentunya menggunakan

asumsi-asumsi tertentu yang akhirnya akan dituangkan dalam aliran kas

(cashflow) perusahaan selama periode usaha (Kasmir dan Jakfar, 2003).

Tinjauan komoditi

Ada banyak jenis makanan turunan dari ubi kayu di Kab.Serdang Bedagai,

diantaranya keripik ubi, opak koin, opak lidah, kerupuk mie, rengginang, dan

lainnya.

Keripik ubi (blengkuo atau manggleng, sebutan keripik ubi oleh

masyarakat Sergai) merupakan salah satu makanan ringan hasil olahan ubi kayu,

yang dapat dikatakan sebagai salah satu produk unggulan IKM (Industri Kecil

Menengah) kabupaten. Setidaknya ada lagi turunan dari keripik ubi ini sendiri,

yang dapat divariasikan bentuk dan rasanya tergantung selera konsumen.

Diantaranya keripik balado, keripik manis, keripik bawang, keripik tawar, serta

keripik aneka bumbu.

Dalam pembuatan keripik ubi ini, umumnya dipergunakan jenis ubi kayu

kuning. Hal ini dikarenakan ubi kayu kuning mempunyai pati yang cukup banyak

(21)

data pada Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun

1981 yang menyatakan bahwa kandungan pati pada ubi kayu kuning setiap satu

kilogram adalah sebesar 37,90 gram dengan kandungan airnya sebesar 60 gram.

Sedangkan pada setiap kilogram ubi kayu putih mengandung 34,70 gram pati dan

62.50 gram air. Selain itu warna keripik ubi yang dihasilkan oleh ubi kayu kuning

juga lebih bagus daripada ubi kayu putih.

Landasan Teori

Analisis finansial merupakan suatu studi yang bertujuan untuk menilai

apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak layak

dijalankan dilihat dari aspek finansial atau keuangan. Analisis finansial lebih

memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha

sehingga dapat dikatakan analisis finansial berorientasi pada profit motive

(motivasinya mencari laba/keuntungan). Sasaran utama dari analisis finansial

adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha

yang diharapkan oleh investor selaku penyandang dana dan usaha (Sofyan, 2004).

Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk digunakan untuk membeli

aset-aset yang dibutuhkan proyek tersebut. Untuk mendanai suatu kegiatan investasi,

maka biasanya diperlukan dana yang relatif cukup besar. Dalam prakteknya

kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari dua macam yaitu modal

investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk biaya prainvestasi

(biaya pembuatan studi dan pengurusan izin-izin) dan membeli aktiva tetap seperti

tanah, bangunan, mesin-mesin, peralatan serta inventaris lainnya dan biasanya

berjangka waktu panjang. Kemudian modal kerja yaitu modal yang digunakan

(22)

Modal kerja digunakan untuk keperluan membeli bahan baku, membayar gaji

karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya (Subagyo, 2008).

Latar belakang perkembangan industri pangan yang relatif pesat dipicu

oleh karena ciri-ciri produk pertanian seperti bersifat musiman, volume besar nilai

kecil, mudah rusak, atau karena permintaan konsumen yang semakin menuntut

persyaratan kualitas bila pendapatan konsumen meningkat. Kegiatan ini ada yang

memerlukan penanganan yang tanpa mengubah struktur aslinya (processing) dan

ada pula yang memerlukan pengolahan lebih lanjut yang mengubah sifat asalnya

atau sifat kimianya (manufacturing) (Purwaningsih dkk, 2006).

Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan/usaha industri

pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja

yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal

yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Kategori tersebut adalah :

1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang

2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang

3. Industri sedang mempunyai tenaga kerja 20 - 99 orang

4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih

(Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001)

Kerangka Pemikiran

Usaha pembuatan keripik ubi merupakan salah satu jenis usaha dengan

memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku utamanya, dimana ubi kayu tersebut

akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Dalam hal ini

(23)

Usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi yang dilakukan pengusaha

di daerah penelitian masih tergolong pengolahan yang bersifat sederhana dengan

bahan baku yang diperoleh dari daerah sekitar usaha pembuatan keripik ubi dan

sentra-sentra penghasil ubi kayu di Provinsi Sumatera Utara.

Komoditi ubi kayu adalah komoditi pertanian yang tidak dapat dinikmati

dalam bentuk segar. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengolahan lebih

lanjut agar dapat dikonsumsi. Selain itu, melalui proses pengolahan akan dapat

diperoleh nilai tambah sehingga produk olahan ubi kayu ini mampu menerobos

pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dengan adanya proses

pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi ini tentu juga dapat menciptakan

kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang ada di daerah penelitian, sehingga dapat

mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerah penelitian.

Dalam proses produksi usaha pembuatan keripik ubi tidak lepas dari biaya

produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya

bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari

peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi

dan penerimaan yang diterima oleh responden, dalam hal ini adalah pengusaha

keripik ubi, maka keripik ubi tersebut harus dijual dengan harga yang sesuai agar

penerimaan dan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya produksi yang

telah dikeluarkan dan agar keripik ubi tersebut dapat bersaing di pasaran.

Untuk menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisis proyek,

dalam hal ini digunakan analisis finansial. Dengan analisis finansial ini, responden

dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan

(24)

diperoleh maka dapat diketahui usaha pembuatan keripik ubi ini layak atau tidak

untuk diusahakan secara finansial. Berikut gambaran skema kerangka pemikiran :

Keterangan

: Ada hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Produksi

Kelayakan Usaha Pendapatan Penerimaan Proses Pengolahan

Ubi Kayu

Modal Kerja (operasional)

(25)

Hipotesis Penelitian

1. Pendapatan yang diperoleh dari usaha keripik ubi di daerah penelitian adalah

tinggi

2. Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

(26)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), yaitu di

Kabupaten Serdang Bedagai. Menurut data sekunder yang diperoleh dari

Disperindag Serdang Bedagai, daerah yang merupakan sentra produksi usaha

keripik ubi terbesar adalah di Kecamatan Pegajahan. Hal ini dapat dilihat pada

Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 2. Data Usaha Keripik Ubi di Kab. Serdang Bedagai per Kecamatan

Kecamatan Unit Usaha

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008

Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 9 unit usaha di

Kecamatan Pegajahan, dari total 28 unit usaha keripik ubi yang tersebar di 6

(27)

Namun ketika sudah melakukan survei lapangan ternyata di Kecamatan

Pegajahan terdapat penambahan unit usaha yang mengusahakan keripik ubi

setelah data Tabel 2 tersebut diturunkan. Berikut ini hasil survei lapangan yang

telah dilakukan :

Tabel 3. Data Usaha Keripik Ubi di Kecamatan Pegajahan

Alamat Usaha Jumlah Unit Usaha

1. Desa Pegajahan 18

2. Desa Suka Sari 4

Jumlah 22

Sumber : Analisis Data Primer, 2010

Dari Tabel 3 diatas diketahui bahwa jumlah unit usaha yang

mengusahakan keripik ubi ada 22 unit usaha, yang terdapat di Desa Pegajahan

sebanyak 18 unit, dan Desa Suka Sari sebanyak 4 unit.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Sensus. Menurut

Supranto (2003), Metode Sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap

elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi

dengan jumlah sedikit. Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh

Arikuntoro (1998) yakni : ”jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek

dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Dan jika subjeknya

besar, sampel dapat diambil 10-15% atau lebih”.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

(28)

terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang

diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik Kab.Serdang

Bedagai serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif untuk mengetahui :

 Ketersediaan bahan baku, meliputi lokasi dan kuantitas bahan baku (Kg)  Ketersediaan Modal, meliputi darimana diperoleh (sumber)

 Ketersediaan Tenaga Kerja, darimana diperoleh serta tugasnya  Penawaran (supply) dan Permintaan (demand)

Untuk mengidentifikasi masalah (2) dianalisis dengan rumus sebagai berikut :

I = TR – TC

Keterangan :

I = Income (Pendapatan) (Rp)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) (Rp)

TC = Total Cost (Total Biaya) (Rp)

(Soekartawi, 1995)

Menurut Samadi (2001), untuk mengetahui apakah pendapatan yang

diperoleh telah sesuai dengan penerimaan yang didapat maka digunakan rumus

Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan, yaitu :

atau

Kriteria Uji : - Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan ≤ 50 %, maka rendah

(29)

Untuk mengidentifikasi masalah (3) dianalisis dengan rumus R/C ratio

sebagai berikut:

R/C = TR / TC

R/C = [ (Py.Y) / (FC+VC) ]

Keterangan :

R/C = Return Cost Ratio

TR = Penerimaan (Rp)

Y = Output (Kg)

FC = Biaya tetap (Rp)

VC = Biaya Variabel (Rp)

Kriteria Uji : - R/C < 1, usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian tidak

layak diusahakan secara finansial

- R/C >1, usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak

diusahakan secara finansial

(Soekartawi, 1995)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran

istilah-istilah yang dipergunakan, maka dibuatlah defenisi dan batasan operasional

sebagai berikut :

Defenisi

1. Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam

suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk

(30)

2. Keripik ubi adalah salah satu hasil olahan ubi kayu yang digoreng hingga

renyah dengan penambahan bumbu-bumbu sesuai selera.

3. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah

dikurangi total biaya dalam satuan Rp/ton per tahun

4. Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga yang dihitung dalam

satuan Rp/ton per tahun

5. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi

seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya

penyusutan yang dikeluarkan pengusaha sampai produk siap untuk dipasarkan

6. Kompetensi Inti merupakan kumpulan keterampilan dan teknologi yang

memungkinkan suatu organisasi dapat menyediakan manfaat tersendiri secara

unik kepada pelanggannya.

Batasan Operasional

1. Sampel adalah usaha pembuatan keripik ubi yang terletak di daerah penelitian

2. Responden adalah pemilik dari usaha pembuatan keripik ubi yang terletak di

daerah penelitian

3. Waktu penelitian dilaksanakan tahun 2010

4. Daerah penelitian di Desa Pegajahan dan Desa Suka Sari, Kecamatan

(31)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang

Bedagai, dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Pegajahan dan Desa

Suka Sari. Berikut ini deskripsi dari daerah penelitian :

Luas dan Letak Geografis

Desa Pegajahan berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang

Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 798 Ha, terdiri

dari 6 dusun, 14 RT dan 36 RW. Jarak desa ke Kecamatan Pegajahan adalah 0,2

km, jarak desa ke Kabupaten Serdang Bedagai (ibukota kabupaten) adalah 30 km,

dan jarak desa ke ibukota Provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 65 km.

Secara administratif Desa Pegajahan mempunyai batas-batas sbb :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lestari Dadi

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Suka Sari

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkat

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Melati Kebun

Desa Suka Sari berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang

Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 615 Ha, terdiri

dari 9 dusun, 7 RT dan 18 RW. Jarak desa ke Kecamatan Pegajahan adalah 7 km,

jarak desa ke Kabupaten Serdang Bedagai (ibukota kabupaten) adalah 37 km, dan

(32)

Secara administratif Desa Suka Sari mempunyai batas-batas sbb :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pegajahan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Putus

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bingkat

Tata Guna Lahan

Penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 :

Tabel 4. Keadaan Tata Guna Lahan

Penggunaan Tanah Desa Pegajahan Desa Suka Sari

Jumlah (Ha) Persentase Jumlah (Ha) Persentase

Sawah 275 35 - -

Ladang/Tegalan 380 49 485 51

Perkebunan 116 15 457 48

Lain-lain 11 1 13 1

Total Luas Wilayah 782 100 955 100

Sumber : BPS Serdang Bedagai, Kecamatan Pegajahan dalam Angka 2008

Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terluas di

Desa Pegajahan yaitu untuk Ladang / Tegalan seluas 380 Ha (49%) kemudian

diikuti oleh Sawah seluas 275 Ha (35%), Perkebunan yang didominasi tanaman

kelapa sawit seluas 116 Ha (15%) dan lain-lainnya 11 Ha (1%).

Sementara penggunaan lahan terluas di Desa Suka Sari yaitu untuk

Ladang / Tegalan seluas 485 Ha (51%), Perkebunan yang didominasi tanaman

karet dan kelapa sawit seluas 457 Ha (48%), dan lain-lainnya 13 Ha (1%).

Keadaan Penduduk

Penduduk di Desa Pegajahan terdiri dari berbagai suku bangsa yaitu suku

Jawa, Melayu, Minang dan Maidailing. Namun mayoritas penduduk adalah suku

(33)

Berdasarkan kelompok umur, maka jumlah penduduk di kedua desa

penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur (Tahun) Desa Pegajahan Desa Suka Sari

Jumlah (jiwa) Persentase Jumlah (jiwa) Persentase

0-5 324 8,83 804 18,93

Sumber : BPS Serdang Bedagai, Kecamatan Pegajahan dalam Angka 2008

Dilihat dari kelompok umur Tabel 5 di atas ternyata kelompok umur usia

produktif di Desa Pegajahan cukup besar. Kelompok umur yang mempunyai

jumlah paling besar adalah kelompok umur 17-59 tahun yaitu 2.420 jiwa atau

sekitar 65,92% dari total 3.671 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit

berada pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 159 jiwa (4,33%).

Sedangkan kelompok umur usia produktif di Desa Suka Sari cukup besar.,

namun lebih didominasi oleh anak-anak. Kelompok umur yang mempunyai

jumlah paling besar adalah kelompok umur 13-16 tahun yaitu 1.145 jiwa atau

sekitar 26,95% dari total 4.248 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit

berada pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 451 jiwa (10,62%).

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik ubi yang berada

di daerah penelitian. Jumlah responden yang diambil sebanyak 22 orang.

Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi umur,

tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha dan luas

(34)

Umur

Adapun keadaan umur responden di daerah penelitian dapat dilihat pada

Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Umur Responden

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden

di daerah penelitian, jumlah terbesar berada pada interval umur 30-39 tahun dan

40-49 tahun dengan masing-masing berjumlah 6 orang (27%). Sedangkan yang

terkecil berada pada kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 2 orang (9%).

Tingkat Pendidikan

Adapun tingkat pendidikan responden di daerah penelitian dapat dilihat

pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 SD 13 59

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden

di daerah penelitian, tingkat pendidikan terbesar adalah hanya tamatan SD yaitu

sebanyak 13 orang (59%). Sedangkan yang terkecil adalah lulusan Sarjana

(35)

Jumlah Tanggungan

Adapun jumlah tanggungan responden di daerah penelitian dapat dilihat

pada Tabel 8 berikut :

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Responden

No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

1 0 1 4

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden

di daerah penelitian, jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah sebanyak 3

orang yaitu sebanyak 8 orang responden (36%). Sedangkan jumlah yang terkecil

adalah 0 dan 1 orang yaitu sebanyak 1 orang (4%).

Pengalaman Berusaha

Adapun lama usaha responden akan keripik ubi di daerah penelitian dapat

dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Pengalaman Berusaha Responden

No Lama Berusaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Jumlah (%)

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1), 2010

Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa secara umum dari ke-22 responden

di daerah penelitian, lama berusaha terbesar adalah selama 2 tahun yaitu sebanyak

13 orang (59%). Sedangkan yang terkecil adalah < 1 tahun yaitu sebanyak 1 orang

(36)

Secara keseluruhan rata-rata pendidikan yang dimiliki oleh responden di

daerah penelitian dengan range 6-17 tahun adalah 8 tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata pendidikan terakhir responden adalah SD.

Rata-rata jumlah tanggungan keseluruhan responden di daerah penelitian

adalah 3 jiwa dengan range 0-7 jiwa. Jumlah tanggungan dapat dimanfaatkan

untuk membantu proses pembuatan keripik ubi, terutama dalam penyediaan

tenaga kerja dalam keluarga.

Pengalaman berusaha rata-rata responden di daerah penelitian adalah 2

tahun dengan range 0,4-3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman

berusaha responden masih belum cukup, karena rata-rata responden mulai

menekuni usaha keripik ubi ini sejak tahun 2008.

Luas lokasi usaha yang dimiliki rata-rata responden di daerah penelitian

adalah 77 meter, dari range 50-100 meter. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

usaha pembuatan keripik ubi tidak diperlukan lahan yang terlalu luas sehingga

rata-rata responden memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya sebagai tempat

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Pengembangan Usaha Keripik Ubi

Ketersediaan Bahan Baku

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian,

diketahui bahwa bahan baku untuk membuat keripik (manggleng) yaitu ubi kayu

tidak cukup tersedia, sehingga diperoleh dari sekitar daerah penelitian yang masih

berada dalam Kecamatan Pegajahan. Bahkan untuk memperlancar ketersediaan

pasokan ubi kayu, responden memiliki agen langganan atau pihak yang diberi

kepercayaan untuk memenuhi permintaan ubi kayu setiap kali akan berproduksi.

Rata-rata kuantitas ubi kayu yang dipergunakan berkisar antara 25-200 Kg,

dengan harga beli rata-rata Rp.800,-/Kg nya (ketika penelitian berlangsung).

Berikut ini penjabaran seputar frekuensi produksi, volume pengambilan

serta total harga beli ubi kayu di daerah penelitian.

Tabel 10. Bahan Baku Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Frekuensi (hari) Volume (Kg) Total harga beli bahan baku (Rp)

Per Minggu 4 518 410.909

Per Bulan 17 2.234 1.771.818

Per Tahun 207 26.809 21.261.818

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2010

Dari Tabel 10 di atas dapat diuraikan bahwa responden memproduksi

keripik ubi rata-rata dalam 4 hari/minggu, 17 hari/sebulan, dan 207 hari/tahun.

Namun ada kala responden mengurangi kegiatan produksinya, seperti pada saat

Bulan Ramadhan dan Hari Syuro’. Untuk volume pengambilan ubi kayu rata-rata

responden adalah 518 kg/minggu, 2.234 kg/sebulan, dan 26.809 kg/tahun, dimana

total harga belinya adalah Rp.410.909,-/minggu, Rp.1.771.818,-/bulan,

(38)

Ketersediaan Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal apalagi

kegiatan proses produksi komoditi pertanian. Ketersediaan modal yang

mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat diperlukan demi

keberlangsungan usaha yang dijalankan. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan

tergantung dari skala usaha yang dijalankan. Semakin besar skala usaha yang

dijalankan semakin besar pula modal yang diperlukan, demikian pula sebaliknya.

Dalam usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian, modal yang

diperlukan tidak terlalu besar yakni berkisar antara Rp.500.000,- − Rp.1.000.000,-

tergantung dari luasnya lokasi usaha dan kualitas peralatan yang dimiliki. Dan

dari ke-22 responden, rata-rata modal awal yang dipergunakan adalah

Rp.659.091,- , dimana digunakan untuk membeli peralatan produksi (lampiran 7).

Meskipun jumlah yang diperlukan untuk memulai usaha tidak terlalu besar

tetapi responden tidak ada yang menggunakan modal dari bank, koperasi atau

lembaga keuangan lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka takut tidak dapat

membayar bunga apabila meminjam dari bank, sedangkan di daerah penelitian

belum ada koperasi. Sebagian besar responden menggunakan modal sendiri

(pribadi) untuk menjalankan usahanya. Kalaupun ada yang memakai modal dari

luar seperti modal pinjaman, maka pinjaman itu diperoleh dari anggota keluarga

sendiri ataupun tetangga.

Namun pertengahan tahun 2008, ada program pemerintah Kab.Serdang

Bedagai untuk memperluas skala produksi usaha IKM dengan bantuan kredit

lunak Rp.2.000.000,-/pengusaha dengan bunga 0,5% setahun, maka mayoritas

(39)

yang tidak mendapatkannya karena ketidaklengkapan administrasi. Sedangkan

Desa Suka Sari sama sekali belum pernah mendapatkannya. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia.

Ketersediaan Tenaga Kerja

Menurut Karmadi (2003) penggunaan tenaga kerja dalam suatu kegiatan

terutama kegiatan proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai

ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang

berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk

yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan

pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan

penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula.

Tenaga kerja dalam usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian

diperlukan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan produksi seperti

pengupasan kulit ubi kayu, merebus ubi kayu, sampai menjemur keripik hingga

kering. Kebutuhan tenaga kerja ini dipenuhi dari penduduk yang bertempat tinggal

di daerah penelitian dan tidak ada tenaga kerja yang berasal dari luar daerah

penelitian.

Tabel 11. Tenaga Kerja Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Pengupasan kulit Merebus dan Menjemur

TKDK TKLK TKDK TKLK

Total Sampel

1-22 orang 43 11 43 0

Rata-rata 2 1 2 0

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 6), 2010

Dari Tabel 11 di atas dapat diuraikan bahwa usaha keripik ubi yang

pembuatannya masih bersifat tradisional lebih mengandalkan Tenaga Kerja

(40)

terjadi karena pengusaha berusaha untuk memperkecil biaya produksi. Namun ada

juga pengusaha yang mengandalkan tenaga bantuan dari tetangga sekitar

khususnya dalam proses pengupasan kulit ubi, sedangkan proses yang lainnya

dapat dikerjakan oleh pengusaha dan keluarganya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di

daerah penelitian cukup tersedia.

Tahapan Pembuatan Keripik Ubi

Adapun proses detail pembuatan keripik ubi di daerah penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Ubi Kayu; merupakan bahan baku utama pembuatan keripik ubi. Umumnya

yang dipergunakan responden adalah jenis ubi kuning dan ubi putih, namun

tak jarang juga dipakai ubi racun, jika stok kedua ubi tersebut lagi kosong.

2. Pengupasan kulit; dipergunakan pisau kupas untuk memisahkan kulit luar

dengan isi ubi.

3. Pencucian; ubi-ubi yang telah dikupas kulitnya dicuci bersih di dalam

ember, untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yang melekat.

4. Perebusan; dilakukan selama 7-10 menit dengan menambahkan sedikit

garam, agar nanti tidak terlalu tawar ketika dikonsumsi.

5. Perajangan; setelah perebusan selesai dilakukan maka proses selanjutnya

adalah merajang (mengiris) ubi dengan pisau rajang, dan dirajang dengan

bentuk tipis memanjang.

6. Penjemuran; selanjutnya dijemur rajangan ubi tadi di bawah terik matahari

(41)

7. Pengepakan; proses akhir yaitu ubi hasil penjemuran tadi dikumpul dan

dikemas dalam karung pembungkus, dan siap untuk dijual.

Berikut ini adalah gambar tahapan dari pembuatan keripik ubi di daerah

penelitian :

Gambar 2. Tahapan Pembuatan Keripik Ubi

Penawaran

Penawaran atas keripik ubi menggambarkan hubungan antara harga jual

keripik hasil olahan dengan jumlah produksi keripik. Harga jual keripik di daerah

penelitian stabil. Harga jual produk di daerah penelitian berfluktuasi bergantung

dari harga beli bahan baku. Dimana jika harga ubi kayu naik maka harga keripik Pencucian

Penjemuran Perajangan

Perebusan Pengupasan kulit

Ubi Kayu

(42)

juga naik, dan begitu pula sebaliknya jika harga ubi kayu turun maka harga

keripik juga turun. Tetapi jika jumlah ubi kayu yang tersedia melimpah, pengolah

juga tidak bisa menaikkan harga produk, karena harga ditentukan oleh agen.

Permintaan

Permintaan atas keripik menggambarkan hubungan antara harga jual

keripik hasil olahan dengan jumlah konsumsi keripik. Permintaan akan keripik di

daerah penelitian cenderung stabil. Umumnya para pengusaha menjual hasil

produksinya yang sudah dikemas kepada agen langganan yang langsung

mendatangi lokasi usaha. Jadi, para agenlah yang memasarkannya ke berbagai

daerah. Dengan harga jual pengusaha kepada agen, rata-rata Rp.4.314,-/Kg.

Adapun daerah pemasaran keripik ubi dari Kecamatan Pegajahan seperti

sekitar daerah Kab.Serdang Bedagai, Medan, Binjai, Stabat, Kisaran sampai ke

Aceh, serta luar negeri (ekspor) seperti Malaysia, namun tidak serutin permintaan

dalam negeri.

Total produksi (penawaran) dan total konsumsi (permintaan) keripik ubi

dalam satu tahun dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Total Produksi (Penawaran) Dan Total Konsumsi (Permintaan) Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3), 2010

Dari Tabel 12 di atas dapat diketahui total produksi keripik di daerah

penelitian adalah 155 kg/minggu, 670 kg/bulan, 8.043 kg/tahun. Sedangkan untuk

(43)

disebabkan karena ada sekitar 5 kg keripik per minggunya yang sengaja tidak

dijual, untuk keperluan konsumsi pribadi.

Total konsumsi keripik ini pun terbagi dua, yakni konsumsi Kab.Serdang

Bedagai sekitarnya dan konsumsi luar Kab.Serdang Bedagai. Adapun proporsi

perbandingan pemasarannya adalah 30 : 70. Sehingga konsumsi Kab.Serdang

Bedagai sekitarnya adalah 30 kg/minggu, 195 kg/bulan, 2.341 kg/tahun.

Sedangkan untuk konsumsi luar Kab.Serdang Bedagai adalah 120 kg/minggu, 455

kg/bulan, 5.462 kg/tahun.

Tabel 12 di atas juga menjelaskan bahwa penawaran (supply) keripik sama

dengan permintaan (demand). Fakta ini mengisyaratkan bahwa setiap produk yang

siap dijual oleh responden, langsung habis di pasaran. Sehingga usaha keripik ubi

di Kecamatan Pegajahan memiliki potensi pengembangan usaha yaitu dengan

menambah volume produksi, karena masih ada permintaan luar Kab. Serdang

Bedagai yang masih belum dapat terpenuhi.

Namun pada saat sekarang ini, menurut pengusaha dan agen, permintaan

akan produk cenderung berkurang karena masyarakat sebagai konsumen mulai

beralih kepada produk bermerek seperti franchise, dan lain-lain. Jadi untuk

penawaran dan permintaan produk cenderung stabil.

Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi

Biaya produksi yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang

dipergunakan dalam usaha pembuatan keripik ubi, baik biaya tetap maupun biaya

(44)

Tabel 13. Biaya Produksi Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Biaya Tetap (Rp) Biaya Tidak Tetap (Rp) Total Biaya (Rp)

Per Minggu 3.313 510.136 513.449

Per Bulan 13.251 2.220.977 2.234.228

Per Tahun 159.009 26.651.727 26.810.736

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 12), 2010

Dari Tabel 13 di atas diperoleh bahwa total biaya rata-rata responden

adalah sebesar Rp.513.449,-/minggu, Rp.2.234.228,-/bulan dan

Rp.26.810.736,-/tahun, dimana rincian biaya tetap produksinya adalah Rp.3.313,-/minggu,

Rp.13.251,-/bulan dan Rp.159.009,-/tahun, serta biaya tidak tetapnya adalah

Rp.510.136,-/minggu, Rp.2.220.977,-/bulan dan Rp.26.651.727,-/tahun.

Penerimaan Usaha Keripik Ubi

Penerimaan Usaha berasal dari total produksi (output) yang siap jual

dikalikan dengan harga jual. Untuk lebih jelas, berikut tabelnya :

Tabel 14. Penerimaan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Total Produksi (Kg) Harga Jual (Rp) Total Penerimaan (Rp)

Per Minggu 155 4.314 669.068

Per Bulan 670 4.314 2.884.364

Per Tahun 8.043 4.314 34.612.364

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 9), 2010

Dari Tabel 14 di atas diperoleh bahwa total penerimaan responden adalah

sebesar Rp.669.068,-/minggu, Rp.2.884.364,-/bulan dan Rp.34.612.364,-/tahun,

dimana rincian total produksinya adalah 155 Kg/minggu, 670 Kg/bulan dan 8.043

Kg/tahun, dengan harga jual rata-rata Rp.4.314,-.

Pendapatan Usaha Keripik Ubi

Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan biaya produksi

(45)

Tabel 15. Pendapatan Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)

Per Minggu 669.068 513.449 155.619

Per Bulan 2.884.364 2.234.228 650.136

Per Tahun 34.612.364 26.810.736 7.801.627

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14), 2010

Dari Tabel 15 di atas diperoleh bahwa total pendapatan responden adalah

sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan Rp.7.801.627,-/tahun.

Setelah pendapatan diperoleh, dicarilah rasio pendapatan terhadap

penerimaan fungsinya untuk mengukur tinggi rendahnya pendapatan bersih usaha.

Berikut tabel pendapatan dan rasio pendapatan terhadap penerimaan responden di

daerah penelitian pada tahun 2009 :

Tabel 16. Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan Pada Usaha Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Pendapatan

(Rp)

Per Tahun 7.801.627 34.612.364 22,46

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14), 2010

Dari Tabel 16 diatas diperoleh bahwa pendapatan rata-rata yang diterima

responden sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan

Rp.7.801.627,-/tahun dari penerimaan rata-rata sebesar Rp.669.068,-/minggu,

Rp.2.884.364,-/bulan dan Rp.34.612.364,-/tahun. Berdasarkan kriteria uji pada rasio pendapatan

terhadap penerimaan maka pendapatan yang diterima responden dapat dikatakan

rendah karena hanya mampu memperoleh rasio sebesar 22,41%/minggu,

22,46%/bulan dan 22,46%/tahun dari seluruh penerimaan yang diperolehnya.

Berdasarkan pernyataan ini maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 yang

menyatakan bahwa pendapatan usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian

(46)

Analisis Kelayakan Usaha Keripik Ubi

Kelayakan usaha dapat dilihat dengan membandingkan besar penerimaan

dengan besar biaya produksi yang dikeluarkna selama proses produksi

berlangsung.

Untuk mengetahui kelayakan usaha secara finansial usaha pembuatan

keripik ubi di daerah penelitian digunakan kriteria kelayakan Revenue Cost Ratio

(R/C Ratio). Berikut nilai R/C Ratio pada usaha pembuatan keripik ubi di daerah

penelitian :

Tabel 17. Nilai R/C Ratio Pada Usaha Pembuatan Keripik Ubi di Daerah Penelitian (Tahun 2009)

Uraian Penerimaan / Revenue (Rp)

Per Tahun 34.612.364 26.810.736 1,29

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16), 2010

Dari Tabel 17 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai R/C Ratio per minggu,

per bulan dan per tahun sebesar 1,29. Artinya setiap modal Rp. 1,- yang

dikeluarkan akan menghasilkan Rp. 1,29,- dimana Rp. 1,- merupakan modal yang

telah mampu dikembalikan dan Rp. 0,29,- merupakan keuntungan yang diperoleh.

Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan suatu usaha dapat dikatakan layak

untuk diusahakan apabila memiliki nilai R/C Ratio > 1, maka usaha pembuatan

keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan.

Dengan demikian maka hipotesis 2 yang menyatakan usaha pembuatan

keripik ubi di daerah penelitian layak untuk diusahakan secara finansial dapat

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

8. Ketersediaan bahan baku di daerah penelitian tidak cukup tersedia

9. Ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia

10.Ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia

11.Penawaran = permintaan, sehingga potensi pengembangan usaha keripik ubi

sangat mempunyai prospek.

12.Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari usaha keripik ubi di

daerah penelitian yaitu sebesar Rp.155.619,-/minggu, Rp.650.136,-/bulan dan

Rp.7.801.627,-/tahun

13.Rasio pendapatan terhadap penerimaan dari usaha keripik ubi di daerah

penelitian rendah yaitu 22,41%/minggu, 22,46%/bulan dan 22,46%/tahun

14.Usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian layak diusahakan secara

finansial karena telah memiliki nilai rata-rata R/C Ratio > 1 yaitu rata-rata

sebesar 1,29 per minggu, per bulan, dan per tahun

Saran

Kepada Pemerintah

Karena keripik ubi telah menjadi produk IKM Kabupaten Serdang Bedagai

diharapkan kepada pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar

dapat memberikan perhatian yang lebih besar kepada pengusaha keripik ubi

seperti memberikan bantuan berupa modal yang lebih merata kepada para

pengusaha, dan tidak membeda-bedakan hanya karena alasan ketidaklengkapan

(48)

dengan lebih baik serta meningkat kesejahteraannya. Karena usaha pembuatan

keripik ubi di daerah penelitian dapat dilihat sebagai suatu rantai nilai yang

memberikan kontribusi nilai tambah kuantitatif relatif kecil terhadap kabupaten.

Hal ini disebabkan pada rantai usaha yang terbentuk belum ditemukan kemitraan

yang sifatnya formal. Namun secara kualitatif pada aspek pengetahuan dan sosial

ekonomi lingkungan telah cukup baik.

Terkhusus Desa Suka Sari, untuk 5 bulan sebelum penelitian ini

berlangsung, para pengusaha sudah menghentikan memproduksi keripik ubi, dan

beralih ke hasil olahan ubi kayu lainnya. Alasannya karena pemasaran keripik ubi

sekarang ini agak sulit, dan tidak diminati pasar lagi. Maka harga jual terakhir

kebanyakan pengusaha adalah Rp. 4.000,-/Kg. Jadi, diharapkan pemerintah peka

terhadap permasalahan ini dan mengambil tindakan, agar keripik ubi (blengkuo

atau manggleng) Desa Suka Sari hanya tinggal nama saja.

Kepada Pengusaha Keripik Ubi

1. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat membentuk kelompok

usaha agar dapat menentukan harga jual keripik ubi yang sesuai dengan

pengeluaran yang dikeluarkan, dan tidak selalu bergantung terus-menerus

kepada para agen dalam hal pemasaran produk.

2. Diharapkan pengusaha pembuat keripik ubi dapat mengolah keripik ubi

dengan lebih bervariasi, misalnya variasi bentuk maupun rasa. Karena

walaupun rata-rata para pengusaha belum lama menggeluti usaha ini

(umumnya masih 2 tahun, lihat lampiran 1), namun nilai tambah yang lebih

(49)

3. Diharapkan kepada pengusaha pembuat keripik ubi dapat memanfaatkan kulit

ubi kayu yang tidak terpakai sebagai suatu usaha baru seperti pembuatan

pakan ternak dari ubi kayu maupun usaha lainnya yang berbahan baku kulit

ubi kayu sehingga dapat memberikan multiplier effect (fungsi ganda) dari

usaha pembuatan keripik ubi di daerah penelitian

Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang

lebih terperinci tentang analisis pemasaran keripik ubi beserta saluran-saluran

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikuntoro,S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2001. Direktori Industri Pengolahan. Medan.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Serdang Bedagai, 2008. Analisis Data sekunder industri olahan ubi kayu.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981. Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian. Jakarta.

Karmadi. 2003. Analisa Efisiensi dan Produktivitas Home Industri Ledre (Studi Kasus di Desa Padangan Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Kasmir dan Jakfar, 2006. Studi Kelayakan Bisnis cetakan ke-3. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Mangunwidjaja,D. dan Illah S. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwaningsih, Heni; Subagiyo, Murwati, dan Supriadi. 2006. Diversifikasi produk olahan ubikayu.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

Rukmana,R., 2002. Ubi Kayu : Budi Daya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta

Samadi,B. 2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta

Soekartawi.1995. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Sofyan,I. 2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Subagyo,A., 2008. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. PT. Elex Media Komputindo, Gramedia. Jakarta.

(51)

Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian Dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Wahyudin, 2007. Kompetensi Inti Daerah, Kabupaten Serdang Bedagai, materi workshop diseminasi.

Gambar

Tabel 1. Produk Berbahan Ubi Kayu di Kabupaten Serdang Bedagai No Jenis Komoditi Unit Jumlah Nilai Kapasitas Nilai
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 2. Data Usaha Keripik Ubi di Kab. Serdang Bedagai per Kecamatan  Kecamatan     Unit Usaha
Tabel 3. Data Usaha Keripik Ubi di Kecamatan Pegajahan  Alamat Usaha         Jumlah Unit Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini

Dalam penelitian ini kecemasan yang paling banyak dialami atau dirasakan oleh para tenaga kerja wanita Indonesia yang akan berangkat pertama kali keluar negeri yaitu gejala

Pada penelitian ini variabel asupan karbohidrat menujukkan adanya hubungan yang signifikan dengan indeks massa tubuh dan dapat mengurangi indeks massa tubuh pada

Resiko infeksi berhubungan dengan menoragie (perdarahan) yang ditandai dengan, data subjektf Klien mengeluh keluar darah lewat vagina, data objektif Tampak keluar

Dari tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan senam hamil mengalami lama persalinan lebih dari 90 menit yaitu sebanyak 5 responden (42,9 %) dan

Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2015 | Peran Geograf dan Peneliti dalam Menghasilkan I Penelitian dan Pengabdian yang Berdayaguna Bagi Masyarakat I. ISSN:

[r]

Dengan kata lain sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu sumber data berupa orang (person), sumber data berupa tempat atau