1.1. Latar Belakang Masalah
Pengertian atau definisi brand berkembang seiring berkembangnya waktu. Menurut Phillip Kotler, pada awalnya brand is a name, term, symbol or design or a combination of these which is intended to identify the goods or service of one group of sellers and differentiate them from those competitor - merupakan sebuah nama, aturan, simbol atau desain atau kombinasi dari diantaranya yang digunakan untuk memberikan identitas barang atau jasa dari sebuah kelompok penjual dan membedakan mereka dari kompetitor-kompetitor mereka. Sekarang ini, seiring dengan perubahan jaman, sebuah produk baru dapat disebut sebuah brand apabila produk tersebut telah berhasil mengisi hati dan benak konsumennya.1 Dalam hal ini, mengisi hati dan benak konsumen dapat berarti memberikan sebuah patokan pemikiran terhadap suatu produk atau jasa tertentu, sehingga terciptalah suatu citra atau kesan yang melekat pada konsumen. Proses ini sering disebut sebagai branding.
Branding atau sering disebut dengan brand building (pembangunan brand) merupakan suatu upaya dalam membangun citra positif terhadap perusahaan atau produknya.2 Usaha branding semakin sering dilaksanakan terhadap suatu produk atau jasa sebagai proses strategi promosi yang diyakini jauh lebih efektif dibanding hanya dengan beriklan melalui media. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa iklan merupakan sebagian kecil dari proses branding. Proses branding dapat dilakukan setiap saat, sejauh perusahaan tersebut membutuhkan;
ketika sebuah perusahaan baru mulai terjun kedunia bisnis mereka, ketika sebuah perusahaan menelurkan sebuah produk baru ataupun setelah sebuah perusahaan dianggap gagal dalam menempatkan diri mereka di dalam benak konsumen.
Dalam kenyataannya, proses branding tidak hanya hadir dalam proses pembentukan citra suatu produk ataupun jasa saja, branding dapat diterapkan pada
1 Hardono, Jeanny (2004) Brand : Si Pencuri Hati. Concept V01/01’04, h.12
2 Edi Djatmiko, Harmanto (2003, November – 9 Desember 2003) Membangun Pribadi yang Branded SWA 24/XIX/18 h. 28
sebuah individu dalam berbagai bidang yang dikuasainya. Proses pencitraan individu ini sering disebut sebagai personal branding.
Personal branding sering diartikan sebagai sebuah proses pembentukan karakter pribadi yang melibatkan visi, keahlian, kepribadian, sikap dan sifat-sifat unik seseorang yang kemudian dibungkusnya menjadi sebuah identitas pribadi yang membedakan sekaligus mempunyai kekuatan lebih dibanding dengan para pesaingnya. 3 Personal branding akhir-akhir ini semakin sering dibicarakan oleh sebagian eksekutif dalam menjalankan strategi bisnis mereka. Seorang eksekutif dengan brand yang kuat akan memperlancar berbagai usaha yang mereka lakukan, baik berupa negosiasi dengan mitra bisnis, dipercaya para banker, akrab dengan pejabat pemerintah dan bahkan dapat dekat dengan konsumen atau klien mereka. 4 Di beberapa negara maju di dunia, personal branding telah diterapkan tidak hanya dalam dunia bisnis, melainkan dunia politk, sosial, bisnis pertunjukan, industri musik dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Di Indonesia, personal branding akhir-akhir ini mulai diterapkan pada beberapa aspek kehidupan, dan contoh yang paling nyata adalah kesadaran penggunaan personal branding dalam Pemilu 2004 yang dilakukan oleh para capres dan cawapres.
Pada dunia selebritis, khususnya yang bergelut pada dunia industri musik, yang konon menjual suatu produk yang berupa bagian dari diri mereka, personal branding merupakan sebuah cara yang sangat efektif dalam usaha mereka untuk tetap eksis dalam dunia hiburan. Semakin banyaknya stasiun televisi dan media massa yang beredar dibarengi dengan semakin
“membeludaknya” selebritis-selebritis baik yang berkualitas maupun yang tidak.
Ironisnya kesuksesan selebritis pada masa-masa ini tidak hanya bergantung dari kualitas dan kemampuan mereka dalam menjalankan profesi yang mereka tekuni.
Suatu kenyataan yang terjadi di dunia hiburan khususnya di Indonesia, kesuksesan suatu artis ditentukan dari beberapa faktor, diantaranya; kepribadian, sifat dan sikap artis tersebut, yang menjadi sorotan dan santapan publik sehari-hari. Dari beberapa faktor non-kualitas ini, karir seorang artis akan dipertaruhkan.
Keberadaan selebritis khususnya musisi tidak jauh berbeda dengan merek. Mereka memiliki arti dan asosiasi, serta mereka memiliki nilai dan
3 Harmanto. Membangun Pribadi yang Branded SWA 24/XIX/18 op. cit. h. 29
4 ibid.
loyalitas.5 Oleh sebab itu apabila keberadaan brand musisi tersebut tidak dikelola dengan baik, maka kelangsungan kesuksesan mereka hanya akan berlangsung sesaat. Berbeda dengan keberadaan selebritis-selebritis musik yang telah melegenda namanya seperti Iwan Fals, Chrisye dan selebritis senior lainnya, dimana kekuatan brand mereka berada pada senioritas dan kepercayaan publik serta kualitas dari karya-karya mereka, musisi-musisi baru yang pada masa ini semakin banyak bermunculan di dunia musik Tanah Air lebih menampilkan sosok komersialitas, sehingga popularitas mereka hanya tampil sesaat, dan kemudian hanyut seiring dengan berlalunya waktu.
Permasalahan brand ini juga dialami oleh seorang biduan berbakat Indonesia, Ika Putri. Sebagai biduan yang telah terjun di dalam industri musik Indonesia selama lebih dari empat tahun, sejak album perdanannya yang dirilis pada tahun 2001, Ika Putri atau yang lebih dikenal dengan nama Ika, secara umum masih belum dikenal masyarakat pecinta musik Indonesia secara luas. Album ke-2 nya yang bertajuk “Terlahir”, yang dirilis pada tahun 2004 dan kemudian kembali dirilis ulang dalam bentuk repackage telah mampu menghiasi industri musik Indonesia, walaupun awareness masyarakat terhadap dirinya masih sangat kurang.
Ika merupakan salah satu biduan bertalenta emas yang telah membuktikan kemampuan dan kualitas dalam bermusiknya baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Berbagai kejuaraan dan prestasi didapatnya melalui berbagai kegiatan musikal ataupun nonmusikal.
Melihat profile Ika yang tidak memiliki sebuah kekuranganpun dalam menjalani karirnya sebagai seorang penyanyi, tidak terdapat sebuah alasan baginya untuk tidak eksis dalam dunia musik Indonesia. Permasalahan ini dapat golongkan sebagai permasalahan personal brand. Pengolahan personal brand yang tepat akan menjadi sangat efektif dalam mendukung karirnya sebagai biduan yang akan tetap eksis dihati para pecinta musik Indonesia dan khususnya bagi para penggemarnya. Diharapkan dengan perancangan personal brand dari Ika ini, paling tidak awareness dan asosiasi masyarakat terhadap Ika akan semakin meningkat.
5 Dyah Papuli. (2004, Juli) The Power of Celebrities, Mix 06|15 Juli – 18 Agustus 2004. h.12
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana meningkatkan sebuah brand awareness seorang musisi baru yang belum memiliki asosiasi yang kuat di dalam masyarakat melalui sebuah perancangan merek diri atau personal branding?
b. Bagaimana membentuk sebuah citra dari seorang musisi baru yang dapat bertahan lama (eksis) di dalam dunia musik Indonesia?
c. Bagaimana sebuah personal brand dapat mendukung proses marketing dari seorang artis atau musisi?
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam perancangan personal branding ini permasalahan dibatasi pada:
a. Objek perancangan merupakan brand dan citra dari Ika sebagai penyanyi Indonesia, baik secara visual maupun konseptual.
b. Jangkauan penelitan terhadap masyarakat, meliputi awareness dan tanggapan masyarakat terhadap Ika Putri.
1.4. Tujuan Perancangan
1.4.1. Tujuan Umum
a. Perancangan personal branding dari sosok individu ini dapat menjadi sebuah referensi bagi individu-individu yang bertujuan untuk mempromosikan diri mereka dalam bidang yang mereka tekuni.
b. Perancangan personal branding ini dapat menjadi contoh nyata dalam peranaan dan penciptaan komunikasi visual yang efektif bagi perkembangan desain komunikasi visual khususnya di Indonesia.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Perancangan personal branding ini dapat memberikan masukan bagi pihak Ika dalam proses promosi dan pe”merek”an diri sehingga dapat eksis di dalam dunia musik di Indonesia.
b. Perancangan personal branding ini diharapkan dapat meningkatkan brand awareness Ika Putri di dalam masyarakat penikmat musik di Indonesia.
1.5. Metode Perancangan
1.5.1. Metode Pengumpulan Data
Penentuan teknik pengumpulan data, terkait erat dengan jenis instrumen yang akan digunakan. Tujuan penelitian serta cakupan sampel yang akan dijadikan sumber data sangat mempengaruhi pemilihan kita akan jenis instrumen yang paling tepat, serta dengan teknik seperti apa instrumen tersebut akan digunakan. Demikian juga, metode atau teknik pengumpulan data dipengaruhi oleh tempat dimana data tersebut akan dikumpulkan. 6
Metode-metode yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data perancangan personal brand ini adalah:
1.5.1.1. Kajian Pustaka dan Literatur
Data diperoleh dari kumpulan dan observasi studi kepustakaan dan buku- buku yang sesuai dengan permasalahan kajian.
Kajian pustaka atau literature review merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum menentukan metodologi penelitian yang akan dilakukan.
Kajian pustaka diperlukan agar peneliti dapat menemukan7: a. Landasan teori sebagai acuan dasar
b. Temuan-temuan hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya Kedua hal ini akan membantu peneliti dalam:
a. Membatasi ruang lingkup penelitiannya b. Menemukan variabel-variabel penelitian
c. Menemukan teori atau konsep keterkaitan antar-variabel
d. Menemukan penjelasan yang dapat membantu peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data
Hasil kajian pustaka ini kemudian dianalisis dan disintesiskan menjadi suatu kerangka pemikiran atau kerangka teori yang dijadikan dasar dalam menentukan metodologi penelitiannya.
6 Belawati, T., & Toha, M., (2003) Teknik Pengumpulan Data. Metode Penelitian.
<http://www.ut.ac.id/ol-supp/FKIP/IDIK4306/Teknik Pengumpulan Data.html>
7 Belawati, T., & Toha, M., (2003) Kajian Pustaka. Metode Penelitian <http://www.ut.ac.id/ol- supp/FKIP/IDIK4306/Kajian Pustaka.html>
1.5.1.2. Penelitian Lapangan (Kuisioner)
Teknik pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan pada umumnya banyak dilakukan dalam penelitian kualitatif, studi kasus, dan kajian kelompok kecil. Teknik pengamatan ini ada yang bersifat terstruktur, yaitu yang menggunakan suatu instrumen observasi seperti checklist, dan ada yang bersifat informal dimana fokus penelitian belum direncanakan dari awal.
Teknik pengumpulan data yang paling penting digunakan dalam penelitian yang bersampel ‘besar’ adalah metode survei. Survei biasanya disiapkan dengan seksama dimulai dari pengembangan kuesioner atau daftar isian yang disusun dengan mengikuti prosedur "tujuan-konsep-konstrak-variabel- indikator-pertanyaan". Kuesioner ini kemudian dapat dikirimkan melalui pos atau diwawancarakan.
1.5.1.3. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah cara pegumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.8
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan mealui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang memberikan keterangan pada peneliti.
Wawancara ini dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.
Seperti halnya kuesioner, wawancara juga ada yang terstruktur dan ada yang semi informal. Pada wawancara terstruktur, pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanyakan oleh pewawancara telah disusun dalam bentuk kuesioner atau panduan wawancara. Semakin rinci panduannya, semakin terstruktur wawancaranya.9
Wawancara dalam proses perancangan personal brand ini dilakukan dengan pihak management Ika dan Ika secara pribadi mengenai data-data, strategi pemasaran dan promosi serta berbagai permasalahan dan visi Ika sebagai musisi Indonesia.
8 Drs. Marzuki. (1977), Metodologi Riset, Yogyakarta: PT. Prasetia Widia Pratama. h. 62
9 Belawati, dan Toha, Metode Penelitian, op. cit.
1.5.2. Metode Analisis Metode Analisa Kuantitatif
Metode penelitian yang diadakan ini mengacu pada penelitian kuantitatif.
Penggunaan data kuantitatif pada dasarnya diperlukan untuk memperoleh relatif ketepatan atau lebih mendekati eksak. Data kuantitatif yang penyajiannya dalam bentuk angka yang secara sepintas lebih mudah untuk diketahui maupun untuk membandingkan satu dengan lainnya. 10
10 Joko Subagyo, SH, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta, h. 71
1.6. Sistematika Perancangan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah
C. Ruang Lingkup Perancangan D. Tujuan dan Manfaat Perancangan E. Skema Perancangan
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS
A. Identifikasi Data
B. Identifikasi Pembanding C. Analisis dan Sintesis
A. Metodologi Perancangan a. Tujuan Perancangan b. Strategi Perancangan c. Metode Perancangan d. Prosedur Perancangan
C. Standar Aplikasi a. Format
b. Spesifikasi c. Budget Media
PROGRAM PERANCANGAN
A. Data Visual
B. Layout Pengembangan Ide C. Final Artwork B/W D. Master Design
KONSEP PERANCANGAN
B. Standar Visual a. Karakter Desain b. Simbol / Ilustrasi c. Tipografi
d. Warna