• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA STRATEGIS KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUBU RAYA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2020

KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KUBU RAYA

TAHUN 2020-2024

(2)

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, Rencana Strategi Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya Tahun 2020-2024 ini dapat diselesaikan.

Rencana Strategis ini disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 dan Rencana Strategis Kementerian ATR/BPN Tahun 2020-2024. Rencana Strategis ini merupakan pedoman yang menjadi acuan dan tolak ukur evaluasi kebijakan dan strategi Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Rencana Strategis Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya ini memuat informasi tentang visi, misi, tujuan, sasaran, strategis, dan kebijakan Kementerian ATR/BPN.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi masukan dan terlibat dalam penyusunan dokumen ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan pertolongan dan kekuatan kepada kita semua untuk mewujudkan sasaran dan target yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Tahun 2020- 2024.

Demikian Rencana Strategi Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya tahun 2020- 2024 ini disusun, mudah-mudahan dapat memberi manfaat dalam rangka pengelolaan pelayanan pertanahan dan pembangunan di Kabupaten Kubu Raya dan mewujudkan organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menjadi organisasi yang adaptif dan akuntabel.

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya

Erwin Rachman, S.H.

NIP. 19661208 198603 1 003

(3)

ii

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum 1

1.2. Potensi, Permasalahan dan Isu Strategis 5

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN

2.1. Visi Kementerian 12

2.2. Misi Kementerian 13

2.3. Tujuan dan Sasaran Kementerian 14

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 19

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional

Provinsi Kalimantan Barat 22

3.3. Kerangka Regulasi 26

3.4. Kerangka Kelembagaan 29

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja 32

4.2. Kerangka Pendanaan 34

BAB V PENUTUP 36

DAFTAR PUSTAKA 37

(4)

iii

Gambar 1 : Peta Kabupaten Kubu Raya 2

Gambar 2 : Proposional Pegawai Koordinator Kelompok Substansi dan JFU 3

Gambar 3 : Proporsi Pegawai Petugas Ukur 3

Gambar 4 : Komposisi Jumlah Alat Ukur 4

Gambar 5 : Kondisi Alat Ukur 4

Gambar 6 : Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

2020-2024 (Bagian I) 15

Gambar 7 : Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

2020-2024 (Lanjutan) 16

Gambar 8 : Perspektif Manajemen Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 17

Gambar 9 : Misi RPJMN Tahun 2020-2024 18

Gambar 10 : 7 (Tujuh) Agenda dalam RPJMN ke IV 20

Gambar 11 : Lima Arahan Presiden Tahun 2020-2024 21 Gambar 12 : Perspektif Global Pengelolaan Pertanahan (dan Ruang) dalam

Pembangunan Berkelanjutan 23

Gambar 13 : Proses Kinerja Kementerian Agraria Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional 29

Gambar 14 : Susunan Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya 31

(5)

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2020-2024

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum

FAKTA WILAYAH

LETAK GEOGRAFIS

WILAYAH ADMINISTRASI

BIDANG TANAH

Luas Wilayah 841.984 Ha

Lintang Selatan 1°00’53,09”- 0°13’40,83”

Bujur Timur 109°02’19,32” - 109°58’32,16”

Kabupaten/kota 9 Kecamatan & 122 Desa

Perkiraan Luas Bidang Tanah

TTanahaTTanah ± 4.156.214.351 m2 bidang Jumlah Bidang Tanah Terdaftar

Perkiraan Jumlah Bidang Tanah Belum Terdaftar

339.067 Bid

± 74.393 Bid Perkiraan Luas Total Bidang Tanah

TTanahaTTanah ± 6.884.500.000 m2 bidang

(6)

Kabupaten Kubu Raya merupakan hasil pemekaran Kabupaten Pontianak yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor : 35 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya di Provinsi Kalimantan Barat.

Luas Wilayah Kabupaten Kubu Raya ± 841.984 Ha sesuai dengan Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya dalam angka Tahun 2018.

Batas Wilayah Kabupaten Kubu Raya di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siantan, Kota Pontianak, Kecamatan Sebangki dan Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak; sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau dan Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Seponti, Kecamatan teluk Batang dan Kecamatan Pulau Maya Karimata Kabupaten Kayong Utara dan Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna. Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 (sembilan) Kecamatan, 122 Desa..

Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya sendiri definitif sejak tahun 2011 sebagaimana Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pembentukan Kantor Pertanahan Kota Kotamobagu, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Bengkulu Tengah.

Perubahan Nomenklatur dari Perwakilan Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya menjadi Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya terbentuk sejak Pengangkatan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu

Gambar 1. Peta Kabupaten Kubu Raya

(7)

Raya sebagaimana Surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 21/KEP-3.38/II/2013 tanggal 20 Februari 2013, serta adanya pelantikan Bapak Erwin Rachman, S.H. menggantikan Bapak Ir. Sigit Wahyudi, M.H. sebagai Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya.

Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya didukung oleh SDM sebanyak 39 Orang, terdiri dari 15 Koordinator Kelompok Substansi dan 24 jabatan fungsional umum (JFU).

Gambar 2. Proporsi Pegawai Koordinator Kelompok Substansi dan JFU

Gambar 3. Proporsi Pegawai Petugas Ukur

Proporsi kompetensi ideal untuk petugas ukur diharapkan 70% dari jumlah pegawai. Saat ini jumlah sumber daya manusia petugas ukur masih sangat kurang, yaitu baru mencapai sekitar 7 orang petugas ukur dan 3 orang calon petugas ukur dari jumlah pegawai keseluruhan sebanyak 39 orang atau hanya 24%.

15

24

Proporsi Pegawai Koordinator Kelompok Substansi dan JFU

24%

78%

Proporsi Pegawai Petugas Ukur

Petugas Ukur Non Petugas Ukur

(8)

Volume pelayanan pertanahan di wilayah Kabupaten Kubu Raya cukup tinggi, sehingga untuk menunjang kelancaran dalam pelayanan kepada masyarakat perlu didukung sarana dan prasarana yang memadai.

Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya memiliki tanah dan bangunan dengan status Hak Pakai atas nama Pemerintah RI Cq. BPN dan memiliki gedung ruang arsip dan studio pemetaan dengan luas 3000 M2.

Demikian juga halnya dengan alat ukur yang merupakan sarana yang sangat penting untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Berdasarkan data pada SIMAK BMN, terdapat 20 unit alat ukur (GPS 12 unit, Cors 1 unit, Gheodetik 3 unit dan TS 4 unit).

Gambar 4. Komposisi Jumlah Alat Ukur

Gambar 5. Kondisi Alat Ukur

GPS Cors 12

1 Gheodetik

3

TS 4

KOMPOSISI JUMLAH ALAT UKUR

GPS Cors Gheodetik TS

25%

75%

Kondisi Alat Ukur

Rusak Baik

(9)

1.2. Potensi Permasalahan dan Isu Strategi 1.2.1. Potensi

1) Potensi Ruang

Potensi Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya terdiri dari Sumber Daya Manusia, Mesin, Prosedur, dan Sarana dan Prasarana). Pada tahun 2020 ini jumlah pegawai adalah 39 orang ASN dan 65 orang Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil (PPNPN). Kendaraan dinas yang dimiliki sebagai asset Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 2 Kendaraan Roda Empat Toyota Kijang Inova dan 1 Kendaraan Roda Empat Toyota Hiluk, 12 Kendaraan Roda dua. Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya melaksanakan tugas berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Standar Pelayanan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Harapan dengan adanya Standard Operating Procedure (SOP), dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam SOP sehingga dapat menimbulkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Potensi yang ada di Kabupaten Kubu Raya adalah : Jumlah bidang tanah yang belum terdaftar di seluruh Kabupaten Kubu Raya, Terjadinya penguasaan tanah oleh sebagian masyarakat melebihi batas maksimum kepemilikan tanah, Jumlah Buku Tanah, Warkah dan Surat Ukur yang belum tervalidasi diseluruh Kabupaten Kubu Raya, Banyak lokasi pertanian yang bisa dikelola oleh pemiliknya meskipun pemiliknya tidak berada pada lokasi administrasi kecamatan yang sama dengan letak tanah.

1.2.2. Permasalah dan Isu Strategi

1) Permasalahan Berdasarkan Evaluasi Kinerja

Pelaksanaan pembangunan nasional mengharuskan adanya pengaturan dan pengelolaan bidang agrariaan/

pertanahan dan tata ruang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hasil evaluasi Kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya sampai dengan Tahun 2020 digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis dan perbaikan kinerja Tahun 2020-2024. Kinerja periode Tahun

(10)

2020-2024 akan diselenggarakan dengan mengoptimalkan mandat pengelolaan bidang agrarian/ pertanahan dan tata ruang sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 dan Undang - Undang Nomor 5 Tahun1960 tentang Peraturan Dasar Pokok–Pokok Agraria (UUPA) serta Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Permasalahan dan aspek strategis yang harus direspon dalam pengelolaan pertanahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya dalam empat tahun ke depan sebagai berikut:

1. Belum Optimalnya prosentase jumlah bidang tanah terdaftar (82%);

2. Masih rendahnya kualitas data pertanahan sehingga sering terjadinya tumpang tindih;

3. Banyaknya penguasaan tanah yang melebihi ketentuan batas maksimum kepemilikan tanah dan kepemilikan absentee;

4. Rendahnya kepastian batas wilayah administrasi baik di tingkat Kabupaten/ Kota, Kecamatan, maupun Desa/

Kelurahan;

5. Terkendalanya kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah (peralihan hak) atas tanah-tanah ex transmigrasi yang dialihkan kepada pihak lain dimana pihak pemilik asal sudah tidak diketahui lagi keberadaannya;

6. Terbitnya hak atas tanah pada wilayah sempadan sungai;

7. Terhambatnya pendaftaran tanah terhadap bidang-bidang tanah pada lokasi penghentian pemberian ijin baru;

8. Masih rendahnya komitmen pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya menuju Zona Integritas;

9. Pengadaan tanah dalam rangka pembangunan jembatan Tol 3 (tiga);

10. Peningkatan lahan tumpang tindih yang semakin meningkat pada Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya.

1.1. Belum Optimalnya prosentase jumlah bidang tanah terdaftar (82%);

Sampai dengan tahun 2020 jumlah bidang tanah terdaftar di Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya sebanyak 339.067

(11)

bidang atau 82% dari seluruh bidang tanah di Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya melalui beberapa program kegiatan Pendaftaran Tanah yang diantaranya merupakan Program Strategis Nasional, seperti:

(1) Penerbitan Sertipikat Tanah Transmigrasi;

(2) Legalisasi Tanah masyarakat melalui PRONA &

Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL);

(3) Redistribusi Tanah;

1.2. Masih rendahnya kualitas data pertanahan sehingga sering terjadinya tumpang tindih;

Identifikasi permasalahan yang menjadi fokus strategis pada Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya terutama terletak pada masih rendahnya ketersediaan peta dasar yang menyebabkan terjadinya tumpang tindih yaitu suatu kondisi dimana terdapat perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena terdapatnya tumpang tindih batas kepemilikan tanahnya. Upaya penataan ruang dan penataan pertanahan memerlukan ketersediaan data dasar dan informasi yang akurat dan rinci. Dengan demikian dapat diperoleh administrasi pertanahan dalam kegiatan pendaftaran tanah yang baik, penentuan batas yang tegas dan akurat, identifikasi tanah negara, serta terwujudnya pemberian status hukum atas tanah.

1.3. Banyaknya penguasaan tanah yang melebihi ketentuan batas maksimum kepemilikan tanah dan absentee;

Hampir di seluruh wilayah kabupaten/kota di Kalimantan Barat banyak dijumpai penguasaan tanah oleh masyarakat yang melebihi ketentuan batas maksimum kepemilikan tanah dan kepemilikan tanah absentee (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian) terutama di daerah daerah perhuluan. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu:

a. adat kebudayaan masyarakat petani dengan pola ladang berpindah, dengan cara membuka/menggarap tanah negara bebas untuk bercocok tanam dalam periode satu atau dua musim tanam untuk kemudian berpindah dengan membuka/menggarap tanah yang baru.

(12)

Kepemilikan tanah bekas ladang/garapan yang telah ditinggalkan oleh penggarap, secara adat/budaya diakui tetap menjadi milik si bekas penggarap, sehingga dalam kurun waktu tertentu akan terakumulasi jumlah penguasaan tanah yang melebihi batas maksimum kepemilikan tanah sesuai ketentuan;

b. Masih rendahnya harga/nilai tanah di daerah-daerah tertentu sehingga akan menarik para pemilik modal untuk membeli/menguasai tanah sebanyak banyaknya, hal ini mengakibatkan timbulnya penguasaan tanah yang melebihi batas maksimum kepemilikan tanah sesuai ketentuan dan mengakibatkan juga kepemilikan tanah absentee apabila pemilik modal berdomisili tidak pada lokasi tanah yang dibelinya untuk tanah tanah pertanian.

Hal-hal tersebut yang kemudian menimbulkan persoalan pada saat dilaksanakan pendaftaran tanahnya, karena melanggar ketentuan pada Undang Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960, sehingga dalam hal ini diperlukan penyesuaian/kebijakan regulasi yang mengaturnya.

1.4. Rendahnya kepastian batas wilayah administrasi baik di tingkat Kabupaten/Kota, Kecamatan, maupun desa/

kelurahan;

Salah satu komponen untuk mewujudkan keberhasilan pencapaian Roadmap Tematik Tahunan menuju Stelsel Positif adalah dengan pendaftaran bidang-bidang tanah, salah satunya adalah dengan pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), dengan memetakan dan mendaftarkan seluruh bidang tanah yang ada dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu kendala untuk mewujudkan pendaftaran tanah dengan model sistematis lengkap adalah masih banyaknya batas administrasi wilayah baik antar Wilayah Kabupaten, Kecamatan maupun Desa/Kelurahan, hal ini yang menjadi target strategis yang harus diselesaikan dalam empat tahun kedepan dengan kordinasi antara Kantor Pertanahan kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat maupun

(13)

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan Pemerintah Daerah.

1.5. Terkendalanya kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah (peralihan hak) atas tanah-tanah ex transmigrasi yang dialihkan kepada pihak lain dimana pihak pemilik asal sudah tidak diketahui lagi keberadaannya;

Salah satu permasalahan terkait dengan penguasaan hak hak atas tanah di Kalimantan Barat adalah terkendalanya proses pemeliharaan data pendaftaran tanah untuk kegiatan peralihan hak terhadap tanah-tanah ex-transmigrasi, warga peserta program transmigrasi yang telah dialihkan/diperjual belikan secara dibawah tangan, sedangkan pemilik asal saat ini keberadaannya sudah tidak diketahui lagi, hal ini mengakibatkan terkendalanya proses pembuatan akta peralihan hak. Dengan masih terdaftar haknya atas nama pemilik asal mengakibatkan sertipikat hak atas tanah tersebut tidak bisa memberikan manfaat akses perekonomian bagi pemegang hak yang menguasai saat ini. Hal ini menyangkut kebijakan regulasi yang harus menjadi prioritas empat tahun kedepan yang harus diselesaikan oleh jajaran Kantor Pertanahan kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat.

1.6. Terbitnya Hak Atas Tanah pada wilayah sempadan sungai;

Secara umum di wilayah Provinsi Kalimantan Barat banyak terdapat penguasaan tanah yang terletak pada wilayah pesisir dan daerah sempadan sungai, hal tersebut dikarenakan secara historis dan budaya masyarakat di Daerah Kalaimantan Barat bermukim didaerah sempadan pantai dan sempadan sungai, karena pantai dan sungai dipergunakan sebagai sarana transportasi yang sangat penting. Permasalahan berikutnya adalah terkait dengan legalitas hak atas tanah bagi masyarakat tersebut yang tidak bisa diberikan karena aturan yang membatasi, sedangkan masyarakat pada lokasi-lokasi sempadan tersebut juga memerlukan adanya kepastian hukum atas tanah yang dikuasainya. Atas dasar pertimbangan sejarah dan budaya masyarakat di Wilayah Kalimantan Barat maka diperlukan

(14)

adanya regulasi yang bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat terhadap ha katas tanahnya.

1.7. Terhambatnya Pendaftaran tanah terhadap bidang-bidang tanah pada lo kasi Penghentian Pemberian Ijin Baru;

Adanya Instruksi Presiden Nomor : Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Penghentian Pemberian Izin Baru Dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut, banyak bidang-bidang tanah masyarakat yang sudah dikuasai dan dimanfaatkan sejak turun temurun sebelum Instruksi Presiden tersebut belum dapat dilakukan pendaftaran haknya. Hal ini menjadi tugas dari Kantor Pertanahan kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat untuk bisa memberikan jaminan kepastian hukum bagi kepemilikan tanah masyarakat yang terletak pada lokasi Penghentian Pemberian Izin Baru Dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut, dengan cara mengusulkan kepada Dirjen Planologi untuk mendapat persetujuan pendaftaran tanah terhadap bidang tanah yang memiliki alas hak berupa bukti penguasaan sebelum terbitnya Inpres No. 10 Tahun 2011 tentang P Melakukan koordinasi secara lebih intensif antara kementerian ATR/BPN dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

1.8. Masih rendahnya komitmen pegawai Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya menuju zona intgritas;

Dalam pelaksanaan pelayanan berbasis wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih melayani WBK/ WBBM kantor pertanahan kabupaten kubu raya telah mengusulkan Zona Integritas namun dalam pengusulan masih belum mendapatkan predikat WBK, namun kantor pertanahan Kabupaten Kubu Raya akan tetap berusaha untuk memperbaiki pelayanan, sehingga untuk kedepannya bisa menjadi pelayanan yang telah mendapat predikat WBK/

WBBM dan berstandar dunia.

1.9. Pengadaan Tanah dalam rangka pembangunan Jembatan TOL umum;

(15)

Intensitas pembangunan yang terus meningkat, sedangkan persediaan lahan yang ada semakin terbatas.

Sehingga semakin sulitnya memperoleh tanah untuk melakukan pembangunan, terutama pembangunan untuk kepentingan umum. Maka perlu dilakukan pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum tersebut.

Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten yang melakukan pembangunan untuk kepentingan umum, salah satunya berupa jalan TOL.

1.10. Peningkatan tumpang tindih yang semakin meningkat pada Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya.

Melakukan optimalisasi kualitas data pada pelayanan dalam mengurangi terjadinya tumpang tindih yang terjadi serta sosialisasi peningkatan pembaharuan pengetahuan hukum.

(16)

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN

2.1. Visi Kementerian

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menetapkan Visi dan Misi untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Presiden yang tertuang dalam RPJMN. Visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional selama lima tahun ke depan adalah :

Visi tersebut akan menjadi guidance, motivasi dan target kinerja yang ingin dicapai dalam lima tahun yang akan datang dengan mewujudkan pengelolaan ruang dan pertanahan dan yang terpercaya dan berstandar dunia guna mendukung Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden dalam melayani masyarakat menuju “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi ini secara langsung sangat relevan dengan 7 Agenda RPJMN 2020-2024 seperti agenda: “Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas” yang akan dioperasionalisasikan melalui penataan ruang serta pengelolaan dan pelayanan pertanahan. Agenda “Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar” sangat bergantung pada kualitas dan reliabilitas administrasi pertanahan dan tata ruang. Begitu juga guna memenuhi agenda “Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan” dan “Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim”, kebijakan pertanahan dan penataan ruang yang kuat dan berkeadilan sangat menentukan. Agenda “Meningkatkan Sumber daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing”, akan didukung dengan Sasaran Strategis, Sasaran Program dan kegiatan yang terkait dengan Reforma Agraria dan pemberdayaan, yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat penerima program, sehingga

“Terwujudnya Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Terpercaya dan Berstandar Dunia dalam Melayani Masyarakat untuk Mendukung Tercapainya : “Indonesia Maju yang Berdaulat,

Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.”

(17)

berkontribusi dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang akan ber impact pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Frasa “berstandar dunia” dimaknai sebagai penerapan international best practices dalam upaya-upaya: meningkatkan efektivitas manajemen dan mutu pelayanan tanah dan ruang secara berkesinambungan;

meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat yang berdampak pada peningkatan manfaat dan kualitas (output to impact) layanan pertanahan dan penataan ruang serta pemeringkatan Ease of Doing Business (kemudahan berusaha) khususnya dari aspek Registering Property.

2.2. Misi Kementerian

Untuk mencapai visi tersebut, berdasarkan mandat Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dijalankan melalui 2 Misi dengan uraian sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan.

Misi Pertama: Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan dioperasionalisasikan dengan berorientasi terhadap pembangunan yang berkelanjutan yang mencakup aspek-aspek: (1) aspek ekonomi: dengan penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang produktif; (2) aspek lingkungan: yaitu penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang berkelanjutan; dan (3) aspek sosial: yaitu penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan yang berkeadilan.

2. Menyelenggarakan Pelayanan Pertanahan dan Penataan Ruang yang Berstandar Dunia.

Sedangkan Misi Kedua ini diemban oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk mewujudkan visi kementerian sehingga disamping penyelenggaraan pelayanan pertanahan dan penataan ruang yang dilakukan oleh kementerian adalah berstandar dunia agar mampu bersaing dengan negara lain dalam lingkup regional maupun global, tetapi juga mendorong terwujudnya masyarakat yang semakin sejahtera dan maju.

(18)

2.3. Tujuan dan Sasaran Kementerian

Tujuan disusun sebagai implementasi atau penjabaran Misi, dengan target yang spesifik dan terukur dalam suatu sasaran. Tujuan dan Sasaran menjadi penting untuk dirumuskan dengan memperhatikan berbagai aspek secara komprehensif. Penjabaran Tujuan ke dalam Sasaran Strategis disusun dengan memperhatikan Paradigma Manajemen Ruang dan Pertanahan (Land Management Paradigm).

Dilandasi prinsip-prinsip tersebut, Misi Pertama yaitu:

“Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan” dilaksanakan untuk mencapai 2 Tujuan, yaitu :

1) Pengelolaan Pertanahan untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat;

2) Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Produktif dan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan.

Sedangkan Misi Kedua yaitu: “Menyelenggarakan Pelayanan Pertanahan dan Penataan Ruang yang Berstandar Dunia” dilaksanakan untuk mencapai Tujuan :

3) Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang Berkualitas dan Berdaya Saing (disebut Tujuan 3).

Visi, Misi, dan Tujuan tersebut, dalam 5 tahun ke depan diarahkan pada Sasaran Strategis sebagaimana dituangkan dalam diagram berikut:

(19)

Gambar 6 : Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional 2020-2024

(Bagian 1)

(20)

Gambar 7 : Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

2020-2024 (Lanjutan)

(21)

Sasaran Strategis beserta Indikator Kinerjanya dalam bagan (Gambar 11 dan 12) merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang menjadi tanggung jawab Menteri dan Wakil Menteri. Perencanaan kinerja sebagai bagian dari manajemen kinerja (performance Management) yang mengalirkan (cascade) visi dan misi pada tujuan dan sasaran yang disertai indikator kinerjanya, akan dikelola berdasarkan 4 (empat) perspektif untuk memudahkan pengendalian dan evaluasi.

Keempat perspektif adalah perspektif consumer dan stakeholders serta perspetif internal dan manajemen. Secara lebih lengkap elaborasi keempat perspektif tersebut dijelaskan pada gambar berikut:

Persp ektif Consu

mer

Tujuan 1

Pengelolaan Pertanahan untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

Tujuan 2

Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Produktif dan Lingkungan

Hidup yang Berkelanjutan

Perspe ktif Stakeh

older

Sasaran Strategis

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah yang Berkepastian Hukum dan Produktif

Sasaran Strategis

Peningkatan Kualitas dan Pemenuhan Rencana Tata Ruang serta Pewujudan Tertib Tata Ruang

ektif Intern

al

ektif Man

a

Tujuan 3

Pelayanan Publik Dan Tata Kelola Kepemerintahan Yang Berkualitas Dan

Berdaya Saing

Sasaran Strategis

Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan Berstandar

Kepemerintahan Yang Baik

Gambar 8 : Perspektif Manajemen Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024

Perspektif stakeholder dan customer akan menjadi alat ukur kinerja bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, agar kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan mampu menghasilkan dan memberikan impact yang positif bagi masyarakat.

Dukungan manajemen dan perspektif internal yang akan selalu dikembangkan melalui institutional building dan capacity building

(22)

merupakan agenda yang tidak dapat dipisahkan untuk mewujudkan impact dari kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

(23)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional disusun dengan mengacu pada RPJMN Tahun 2020-2024, untuk mendukung capaian Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2020-2024. Visi Presiden dan Wakil Presiden tahun 2020-2024 adalah

Visi tersebut dipertajam dengan 9 (sembilan) Misi, yaitu:

Gambar 9 : Misi RPJMN Tahun 2020-2024

(24)

Misi RPJMN Tahun 2020-2024 berfokus pada peningkatan kualitas SDM, keberlanjutan kelestarian lingkungan dan kemajuan kebudayaan, penegakan hukum yang berkeadilan, serta sinergitas tata kelola pemerintahan diakselerasi dengan 7 (tujuh) agenda pembangunan berikut:

Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, RPJMN 2020-2024 Gambar 10 : 7 (Tujuh) Agenda dalam RPJMN ke IV

Penekanan pembangunan lima tahun kedepan diarahkan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional sebagaimana disebutkan dalam pidato pelantikan Presiden pada 20 Oktober 2019 di hadapan MPR, yang digambarkan sebagai berikut:

(25)

Gambar 11 : Lima Arahan Presiden Tahun 2020-2024

Sebagai pendukung kebijakan nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional juga berkewajiban mewujudkan 7 (tujuh) Agenda dalam RPJMN ke IV yaitu ”Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan”,

“Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan”, “Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing”, “Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan”, “Memperkuat infrastruktur untuk mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar”, “Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim”, serta “Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan publik”.

(26)

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Cakupan objek kajian dalam Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional meliputi dua hal, yaitu: 1) tanah/lahan yang bersifat individu (piece of land as it is) yang mencakup di dalamnya nilai dan kepemilikan (value, tenure) dan segala hak yang melekat padanya, dan 2) tanah/lahan yang saling berkaitan dalam konteks kewilayahan karena di dalamnya mencakup faktor penggunaan dan pembangunan (use and development, or land with its connectiveness, as space), sehingga kajian multi sektor menjadi penting untuk dilekatkan dalam kinerja. Secara garis besar, kedua hal tersebut menjadi main core pengelolaan organisasi di masa mendatang. Basis pengelolaan organisasi yang mengakomodir kedua komponen objek kajian tersebut adalah Land Management Paradigm.

Paradigma berdasarkan teori dan praktik yang mengakomodir objek kajian tersebut di atas senantiasa mengalami perkembangan dan tantangan yang dinamis. Pada era E-Governance (Electronic Governance) misalnya, tantangan untuk pengelolaan institusi yang berbasis data digital yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi, efektivitas, reliabilitas dan akuntabilitas sistem yang berjalan. Sementara itu, di era T-Governance (Transformational Governance), potensi untuk meningkatkan keterlibatan dan keterhubungan semua pihak menjadi penting untuk membangun sistem pengelolaan organisasi. Tak luput, dengan munculnya A- Governance (Adaptive Governance), menuntut pola pengelolaan sistem menjadi lebih resilient terhadap adanya gangguan baik terduga maupun tak terduga, sehingga pengelolaan sistem menjadi siap dalam segala kondisi.

(27)

Arah kebijakan yang dipilih Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada Tahun 2020-2024 adalah dengan menerapkan paradigma manajemen pertanahan (Land Management Paradigm/LMP) yang terdiri dari Land Tenure, Land Value, Land Use, Land Development dan Cadastre and Land Infrastructure Information sebagai landasan untuk mencapai tujuan. Paradigma manajemen pertanahan diformulasikan sebagai kebijakan untuk mengelola urusan tanah dan ruang, dalam hal ini perencanaan dan penataan ruang merepresentasikan fungsi Land Use. Pengaturan penguasaan dan kepemilikan tanah merepresentasikan fungsi Land Tenure, serta penilaian dan pengembangan pertanahan masing-masing merepresentasikan Land Value dan Land Development.

Secara diagramatik, perspektif manajemen global yang dikaitkan dengan Pembangunan Berkelanjutan dapat disajikan dalam Gambar berikut (Enemark dkk., 2010).

(sumber: Enemark dkk 2010)

Gambar 12. Perspektif Global Pengelolaan Pertanahan (dan Ruang) dalam Pembangunan Berkelanjutan

(28)

Dalam diagram tersebut komponen operasional dalam manajemen pertanahan pada dasarnya berupa operasionalisasi fungsi administrasi. Fungsi administrasi pertanahan akan sangat tergantung pada kondisi dan kapasitas di suatu negara yang mencakup (1) Kebijakan Pertanahan, (2) Ketersediaan dan kualitas informasi pertanahan, dan (3) Kerangka institusional yang berlaku.

Terkait dengan hal tersebut, dipandang relevan untuk menggarisbawahi komponen kebijakan pertanahan mencakup aneka hal, sebagian diantaranya adalah kebijakan tanah untuk kelompok miskin, pencegahan spekulasi atas tanah, pencegahan konflik atas tanah, serta manajemen keberlanjutan dan kontrol atas pemanfaatan tanah. Sehingga kegiatan penyediaan tanah menjadi relevan untuk mendukung poin terakhir. Kegiatan tersebut telah dan masih dilakukan oleh perangkat Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sembari menunggu kehadiran Bank Tanah yang sedang dalam proses inisasi regulasi dan kelembagaan.

Kesemuanya ini penting untuk memastikan kontrol dan pengelolaan obyek tanah dan ruang fisik berikut outcome ekonomi, sosial dan lingkungannya. Hal tersebut untuk menjamin bahwa tujuan Kementerian yang mengacu pada LMP sejalan dengan target pemerintah dalam mewujudkan tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Strategi yang diterapkan dalam rangka mewujudkan tujuan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berbasis LMP adalah penguatan aspek spasial (data bidang tanah terkait kepentingan hak, batasan dan tanggung jawab yang ditimbulkan dari penguasaan, pemilikan, pemanfaatan tanah dan ruang), aspek institusional

(29)

(mekanisme, prosedur dan proses melibatkan para pihak terkait urusan tanah dan ruang), aspek legal (kebijakan dan peraturan yang diperlukan untuk memastikan tercapainya tujuan Kementerian) yang berbasis data dengan cakupan yang lengkap, memiliki reliabilitas tinggi, dan transparan.

Salah satu ciri menonjol dalam penerapan LMP adalah kepastian informasi terkait bidang tanah. Dalam hal ini proses penyusunan output produk kadaster dan informasi pertanahan perlu disusun secara efisien dan efektif, meniadakan proses redundansi yang tidak perlu dan menutup celah yang ada. Dalam hal ini, peran teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung pencapaian misi pertama dan kedua melalui digitalisasi proses dan layanan sangat krusial untuk mendukung implementasi kebijakan pertanahan. Arah Kebijakan dan Strategi digambarkan pada Tabel berikut :

(30)

3.3. Kerangka Regulasi

No Kerangka Regulasi/ Kebutuhan

Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan

Evaluasi Regulasi Eksisting Unit Penanggung Jawab

Unit Terkait/

Instutusi

Target Penyelesaian 1 Usulan Revisi

Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1960 Tentang Penetapan Luas Tanah

Pertanian

Untuk memberikan kepastian hukum kepemilikan hak atas tanah perorangan yang penguasaannya melebihi batas maksimum kepemilikan tanah pertanian.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

DPR RI dan Kelembagaan/

Lembaga terkait seperti Kementerian Kehutanan dan Lingkungan

Hidup, Kementerian Pertanian

Tahun 2022

2 Usulan Revisi Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 224 Tahun 1961 tentang

Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Ganti Kerugian

Dengan perkembangan sarana transportasi yang lebih memadai, perlu diusulkan adanya revisi terkait jarak yang dipersyaratkan untuk mengerjakan dan mengusahakan tanah miliknya.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

Kemenkumham 2023

(31)

No Kerangka

Regulasi/ Kebutuhan Regulasi Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting

Unit Penanggung

Jawab

Unit Terkait/

Instutusi

Target Penyelesaian 3 Usulan Revisi Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Untuk menjamin kepastian hukum kepemilikan sertipikat Hak Atas Tanah terhadap masyarakat yang menguasai sertipikat Hak Atas Tanah bekas program Transmigrasi yang telah diserahkan oleh pemilik asal, akan tetapi pihak yang menyerahkan tidak dapat hadir didepan PPAT untuk melaksanakan proses administrasi peralihan haknya.

Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Kemenkumham 2023

4 Usulan Revisi

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Peraturan

Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai

Untuk menjamin kepastian hukum hak atas tanah terhadap masyarakat yang menguasai tanah pada daerah sempadan sungai atau sempadan pantai, karena secara geografis, historis dan budaya masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat pada umumnya bertempat tinggal di daerah sempadan sungai.

Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Kemenkumham 2023

(32)

No

Kerangka Regulasi/ Kebutuhan

Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting

Unit Penanggung

Jawab

Unit Terkait/

Instutusi

Target Penyelesaian 5 Usulan Revisi

Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan

Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Untuk menjamin kepastian hukum kepemilikan hak atas tanah bagi masyarakat yang sudah menguasai dan memanfaatkan tanahnya secara turun temurun sebelum Instruksi Presiden Nomor : Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Penghentian Pemberian Izin Baru Dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut belum dapat dilakukan pendaftaran haknya.

Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Bad an

Pertanahan Nasional

Kemenkumham 2023

6 Rancangan

Peraturan Daerah Provinsi/

Kabupaten/Kota

Untuk menciptakan Tata Ruang yang mencerminkan Keadilan, Keamanan, Kenyamanan, Produktif dan Lingkungan Hidup yang berkelanjutan

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan

DPRD dan

Pemerintah Daerah 2024

(33)

3.4. Kerangka Kelembagaan

Penataan kelembagaan didasarkan pada ketepatan fungsi (berdasarkan mandat), ketepatan proses bisnis dan ketepatan ukuran sesuai beban kerjanya. Penataan kelembagaan didasarkan pada paradigma manajemen pertanahan dan penataan ruang (Land Management Paradigm) untuk mewujudkan tercapainya Tujuan, Sasaran, Program dan Kegiatan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada Tahun 2024, yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 13: Proses Kinerja Kementerian Agraria Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional

Alur (flow) dalam LMP merupakan alur proses yang menjadi dasar dalam memetakan alur fungsi dari masing-masing struktur yang akan dibentuk, agar mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja untuk menghindari redundancy dan pengulangan (double) kinerja.

Sebagai gambaran, proses inti adalah proses yang terkait penerapan fungsi administrasi pertanahan dan tata ruang yang meliputi Land Use, Land Tenure, Land Value dan Land Development. Adapun proses pendukung atau proses prasyarat adalah ketersediaan kadaster dan informasi pertanahan yang lengkap, dapat dipercaya, transparan serta dapat dijangkau. Ciri informasi pertanahan ini merupakan syarat

(34)

hadirnya administrasi pertanahan yang prima. Tidak kalah penting adalah adanya proses manajemen untuk memastikan tujuan kedua dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat dicapai yaitu adanya dukungan manajemen yang andal dari aspek operasional dan dari aspek penjaminan mutu.

Struktur organisasi untuk pengelolaan tanah untuk setiap negara berbeda-beda, tergantung dari sejarah, budaya dan setting tatanan kelembagaan yang diberlakukan dalam penerapan kebijakan pengelolaan tanah dan tata kelola. Namun secara umum aktivitas pengelolaan tanah akan mencakup tiga hal yaitu: Kebijakan, Infrastruktur dan Administrasi tanah (pertanahan). Kerangka kelembagaan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sesuai dengan mandat yang dimiliki dan menyelaraskan goals yang ingin dicapai, maka perlu dirumuskan perekayasaan kelembagaan (Re-engineering) dengan menyesuaikan proses bisnis dan visi-misi institusi (Goal Based Organization-Performance Based Organization) yang adaptif dan transformatif terhadap isu strategis yang harus diselesaikan dan meningkatkan daya saing institusi.

Sementara untuk mendukung operasional akan mencakup fungsi administrasi pertanahan dalam rangka memastikan mengenai Rights, Role, Responsibility and Risk terkait dengan pemanfaatan tanah.

Dengan demikian fungsi administrasi pertanahan diperlukan untuk membangun infrastruktur informasi terkait lahan (tanah) termasuk kadastral dan kelengkapan atributnya terkini. Semua hal ini akan dijalankan oleh mekanisme kelembagaan yang ditentukan. Adapun kerangka lengkap organisasi dapat dilihat pada Gambar berikut:

(35)

Gambar 14 : Susunan Organisasi Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya

(36)

I

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. TARGET KINERJA

Sasaran strategis tahun 2020-2024 dipastikan pencapaiannya melalui pelaksanaan program dan kegiatan dalam urutan yang sistematis dan terukur serta memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya untuk mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian. Target kinerja Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya dalam mencapai sasaran strategis diuraikan sebagai berikut.

Tujuan I Pengelolaan Pertanahan untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

Sasaran Strategis I

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah yang Berkepastian Hukum dan Produktif

Indikator a. Perbandingan Luas Tanah lebih besar dari jumlah penduduk Output Penjaminan Kepastian Hukum terhadap pemilik tanah yang melebihi batas maksimum kepemilikan tanah

Indikator Peningkatan tanah terdaftar pada daerah yang memiliki luas yang besar dengan jumlah penduduk yang sedikit.

Aktivitas Perubahan regulasi tentang batas maksimum kepemilikan tanah

b. Prosentase Bidang Terdaftar

Output Peningkatan Prosentase Bidang Tanah Terdaftar

Indikator Peningkatan Jumlah Bidang Tanah terdaftar

Aktivitas Sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya legalitas hak atas tanah

Output Peningkatan Jumlah Bidang Tanah Terdaftar di Kawasan yang termasuk dalam Inpres No.

5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian Ijin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut

Indikator Peningkatan Jumlah Bidang Tanah terdaftar

(37)

Aktivitas Mengusulkan penerbitan sertipikat hak atas tanah yang penguasaannya sebelum terbitnya Inpres No. 10 Tahun 2011 tentang Penundaan Pemberian Ijin Baru

c. Menurunnya angka sengketa konflik pertanahan akibat tumpang tindih antar bidang tanah bersertipikat

Output Penyelesaian Sengketa Konflik Pertanahan Indikator Jumlah Sengketa Konflik

Pertanahan diseluruh Kabupaten/ Kota

Aktivitas Memetakan seluruh Sertipikat Hak Atas Tanah dalam sistem GeoKKP

d. Jumlah peralihan Hak Atas Tanah ex-Transmigrasi

Output Prosedur dan Syarat Peralihan Hak Atas Tanah lebih efektif dan efisien

Indikator Peralihan Hak Atas Tanah ex- Transmigrasi

Aktivitas Mengusulkan perubahan regulasi tentang syarat peralihan hak atas tanah ex- transmigrasi

e. Penguasaan Tanah didaerah Kawasan lahan gambut dan sempadan sungai

Output Memberikan kepastian hukum hak atas tanah bagi masyarakat yang menguasai tanah di daerah Kawasan lahan gambut dan sempadan sungai

Indikator Sertipikat Hak Atas Tanah di daerah Kawasan lahan gambut dan sempadan sungai

Aktivitas Mengusulkan perubahan regulasi tentang pemberian hak atas tanah di daerah Kawasan lahan gambut dan sempadan sungai

f. Tanah Absentee

Output Penurunan angka tanah absentee Indikator Jumlah Tanah Absentee Aktivitas Mengusulkan perubahan

regulasi tentang jarak yang dipersyaratkan untuk

(38)

mengerjakan dan

mengusahakan tanah yang dimiliki

g. Percepatan Peningkatan Kualitas Data Pertanahan Output Meningkatnya Kualitas Data Pertanahan

Indikator Kualitas Data Pertanahan Aktivitas Penyiapan Alokasi Dana

Khusus Kegiatan Peningkatan Kualitas Data Pertanahan Tujuan II Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman, Produktif dan

Lingkungan Hidup yang berkelanjutan Sasaran

Strategis II

Peningkatan Kualitas dan Pemenuhan Rencana Tata Ruang serta Perwujudan Tertib Tata Ruang

Indikator a. Peraturan Daerah tentang Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) Output Meningkatnya Kualitas dan Pemenuhan

Rencana Tata Ruang

Indikator Meningkatnya jumlah Perda tentang RDTR

Aktivitas Mendukung Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan Perda tentang RDTR

Tujuan III Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang Berkualitas dan Berdaya Saing

Sasaran Strategis III

Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan Berstandar Kepemerintahan yang Baik

Indikator a. Indeks RB

Output Terciptanya Tata Kelola Kelembagaan yang kompetitif dan berstandar kepemerintahan yang baik dari aspek manajemen operasional Indikator Peningkatan Indeks RB

Aktivitas Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

4.2. Kerangka Pendanaan

Kerangka Pendanaan menjelaskan mengenai kebutuhan pendanaan secara keseluruhan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya untuk mencapai target Sasaran Strategis Kementerian, Sasaran Program, dan Sasaran Kegiatan. Selain itu, dijabarkan juga pemenuhan kebutuhan pendanaan yang bersumber dari APBN baik yang bersumber dari Rupiah Murni, Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP), Pinjaman dan/atau

(39)

Hibah Luar Negeri (PHLN) serta sumber/ skema lainnya seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Corporate Social Responsibility (CSR).

(40)

BAB V PENUTUP

Rencana Strategis Kantor Pertanahan Kabupaten Kubu Raya Tahun 2020-2024 disusun untuk mewujudkan tujuan Rencana Strategis Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional serta pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun mendatang yang telah ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2020-2024. Dalam penyusunan Rencana Strategis Kantor Peratnahan Kabupaten Kubu Raya berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional diawali dengan penyusunan Rancangan Teknokratik Renstra yang dilanjutkan penyusunan Rancangan Renstra, dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat dan isu – isu strategis serta hasil evaluasi renstra pada periode 5 tahun sebelumnya.

Rencana Strategis Kantor Peratnahan Kabupaten Kubu Raya mengusung visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024 yaitu “Terwujudnya Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Terpercaya dan Berstandar Dunia dalam Melayani Masyarakat untuk Mendukung Tercapainya: “Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.

Dalam rangka pencapaian Visi tersebut diperlukan dukungan oleh segenap unsur dalam Kantor Peratnahan Kabupaten Kubu Raya, Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah serta stakeholder yang bergerak dalam bidang pertanahan dan penataan ruang serta partisipasi public.

Rencana Strategis Kantor Peratnahan Kabupaten Kubu Raya harus digunakan sebagai salah satu acuan kinerja dalam memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat. Dalam implementasinya Rencana Strategis ini akan dievaluasi dan dimonitoring setiap tahun, pada tengah periode dan akhir periode berlakunya Rencana Strategis. Selanjutnya Rencana Strategis ini akan digunakan untuk penyusunan Rencana Kerja (Renja) yang didalamnya terdapat rencana kinerja dan penganggaran setiap tahunnya.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

- Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020 – 2024.

- Albrechts, Louis. 2004. "Strategic (spatial) planning reexamined."Environment and Planning B: Planning and Design 31(hysXIHFIHTVG˜QHTS): 743-758.

- Bennett, R., Wallace, J., & Williamson, I. (2008). Organising landinformation for sustainable land administration. Land Use Policy, 25(1), 126–138https://doi.org/

10.1016/ j.landusepol.2007.03.006.

- Daly, M., Wilson, M., & Vasdev, S. (2001). Income inequality and homicide rates in Canada and the United States. Canadian J.Criminology, 43, 219.

- Enemark, S., McLaren, R., & Molen, P. van der. (2010). Land governance in support of the millennium development goals : a new agenda for land

professionals. International Federation of Surveyors (FIG).

- Fajnzylber, P., Lederman, D., & Loayza, N. (2002). Inequality and violent crime.

The journal of Law and Economics, 45(1), 1-39.

- Faludi, Andreas. 2000. "The Performance of Spatial Planning."Planning Practice & Research (Taylor & Francis) 15 (4): 299-318.

- Harris, A., & Moore, S. (2013). Planning Histories and Practices of Circulating Urban Knowledge. International Journal of Urban and Regional Research, 37(5), 1499–1509. https://doi.org/10.1111/14682427.12043

- Harsono, Boedi, 2003, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, Revisi, Cet. 9 (Jilid I), Djambatan, Jakarta.

- Hilhorst, Dorothea Huberta Maria; Meunier, F. (2015). How Innovations in Land Administration Reform Improve on Doing Business. International Bank for Reconstruction and Development /The World Bank. World Bank. Retrieved from http://documents.worldbank.org/curated/en/450041467995100809/How - innovations-in-land-administration-reform-improve-on-Modul Rencana Strategis Kementerian ATR/BPN Tahun 2020-2024.

- doingbusiness-cases-from-Lithuania-the-Republic-of-Korea-Rwandaand- theUnited-Kingdom.

- IPCC. (2012). Managing the risks of extreme events and disasters to advance climate change adaptation : special report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. (C. Field, Ed.).Cambridge: Cambridge Univ Press.

- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. (2017). Rapat Kerja Nasional KLHK 02 Agustus 2017. Jakarta.

(42)

- Kementerian Pertanian. (2019). Statistik Lahan Pertanian 2012 - 2016.74.

- O. Tierean and G. Bratucu. The Evolution of Concept of Bureaucracy.Bulletin of Transilvania University of Brasev. Vol.2 (51), 2009.

- Pusdatin Kementerian Agraria dan Tata Ruang. (2019). Data PTSL Tahun 2018. Jakarta.

- Rukmana, Deden. 2015. "The Change and Transformation of Indonesian Spatial Planning after Suharto's New Order Regime: The Case of The Jakarta Metropolitan Area." International Planning Studies

(http://dx.doi.org/10.1080/13563475.2015.1008723): 1-21.

- UNISDR. (2017). Words into Action guidelines: National disaster risk assessment - UNDRR. UNDRR.

- Wilkinson, R., & Pickett, K. (2011). The spirit level: Why greater equality makes societies stronger. Bloomsbury Publishing USA

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2020-2024 dan Rencana Strategis LPP TVRI Tahun 2020-2024, pembangunan infrastruktur menjadi prioritas program

Rencana Strategis Ditjen PSDKP tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan pembangunan 5 (lima) tahunan, yang disusun untuk menjabarkan secara teknis Rencana Strategis

Dokumen Capaian Rencana Aksi atas Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2020 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Buleleng disusun berdasarkan Rencana Strategis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: Terdapat hubungan yang signifikan antara minat berwirausaha terhadap hasil belajar

Keunggulan dari penelitian ini, dapat mengevaluasi keberhasilan operasi rekonstruksi trauma maksilofasial di Departemen Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik

Secara filosofis, pengaturan kepariwisataan harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dikaitkan dengan isi Pasal 18 b Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, salah satunya nilai- nilai yang

Rencana Strategis Periode 2020 2024 UNIVERSITAS HASANUDDIN i Rencana Strategis Periode 2020 2024 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DAFTAR ISI

Rencana Strategis Sekretariat Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan 2020-2024 merupakan dokumen yang disusun untuk menjabarkan rencana