• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Landasan Teori

1. Konsep Lanjut Usia

a. Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.

Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentuan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011).

Lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi. Dalam peran masyarakat tidak bisa lagi melaksanakan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat dalam kegiatan ekonomi

(2)

produktif, dan untuk wanita tidak dapat memenuhi tugas rumah tangga (Azizah, 2011).

Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999: 8 dalam Sunaryo 2016).

Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994 dalam Sunaryo 2016).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Undang-Undang No.

67 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

Dari beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun yang berada pada tahap akhir kehidupan yang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial.

b. Klasifikasi Lansia

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Sunaryo (2016), usia lanjut dibagi menjadi 4 kriteria, yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun

(3)

2) Usia Lanjut (elderly) ialah 60-74 tahun 3) Usia Tua (Old) ialah 75-90 tahun

4) Usia Sangat Tua (very old) diatas 90 tahun

Depkes RI (2005) dalam Nur Khalifah (2016), menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:

1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun, 2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,

3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

c. Tipe Lanjut Usia

Menurut Nugroho (2012). Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe lanjut usia. Yang menonjol antara lain :

1) Tipe arif bijaksana

Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan

2) Tipe mandiri

Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

(4)

3) Tipe tidak puas

Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik 4) Tipe pasrah

Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja di lakukan.

5) Tipe Bingung

Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

2. Konsep Proses Menua

a. Pengertian Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda,

(5)

baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang kurang proporsional. (Nugroho, 2012).

b. Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lansia

Menurut Azizah (2011), semakin bertambahnya umur manusia terjadi penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif maupun seksual serta perubahan mental, dan perubahan psikososial (Sunaryo, dkk, 2016).

1) Perubahan Fisik a) Penglihatan

Beberapa perubahan yang terjadi pada penglihatan lansia yaitu kesulitan dalam membaca huruf-huruf kecil dan kesukaran dalam melihat dengan jarak pandang dekat, penyempitan lapang pandang, penglihatan kabur, peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan dalam persepsi kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), dan perubahan dalam persepsi warna,

(6)

penurunan produksi air mata yang berpotensi menjadi sindrom mata kering.

b) Pendengaran

Beberapa perubahan pendengaran pada lansia yaitu kehilangan pendengaran secara bertahap, ketidakmampuan untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l), gangguan konduksi suara.

c) Perabaan

Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungsional apabila terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan organ yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda, dan tidak mengundang sentuhan dari orang lain dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.

d) Pengecapan

Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup- kuncup perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang.

(7)

e) Penciuman

Berikut beberapa perubahan yang terjadi pada penciuman lansia yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman karena penuaan dan usia dan penurunan sensitivitas terhadap bau.

f) Rongga Mulut

Beberapa perubahan yang terjadi pada rongga mulut yang dialami lansia adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.

g) Perubahan pada Sistem Integumen

Berikut beberapa perubahan yang terjadi pada sistem integumen lansia yaitu vena-vena tampak lebih menonjol, kulit yang cenderung lebih keriput, tekstur kulit lebih kering, penurunan turgor kulit.

h) Sel

Jumlah sel pada lansia lebih sedikit, ukurannya lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun. Di samping itu, jumlah sel otak juga menurun, otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%, dan terganggunya mekanisme perbaikan sel.

(8)

i) Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal (1) Sistem Skeletal

Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem skeletal lansia yaitu postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-chest, dan peningkatan terjadinya risiko fraktur.

(2) Sistem Muskular

Beberapa perubahan yang terjadi pada sistem muskular lansia yaitu perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang aktif, peningkatan fleksi.

(3) Sendi

Beberapa akibat yang terjadi pada perubahan sendi lansia yaitu nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas, peningkatan risiko cedera karena kekakuan ligamen dan sendi.

j) Perubahan Sistem Reproduksi dan Kegiatan Seksual

Perubahan sistem reproduksi pada lansia, antara lain:

selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi payudara, testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, dan dorongan seks menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, atrofi asini prostat otot dengan area fokus hyperplasia.

(9)

2) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia yaitu kehilangan finansial (pendapat berkurang), kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang tinggi), kehilangan teman/relasi, kehilangan pekerjaan/kegiatan dan merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit), adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan, adanya gangguan saraf panca- indra, timbul kebutaan dan ketulian, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri), timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial (Nugroho, 2012).

3) Perubahan Kognitif

Perubahan yang terjadi saat kemampuan untuk menerima kembali rangsangan atau peristiwa yang pernah dialami seseorang mengalami penurunan. Kemampuan pemahaman mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan pendengaran lansia yang mengalami penurunan.

4) Perubahan Mental

Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor, intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak, mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.

(10)

Dari segi mental perubahan yang terjadi antara lain sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, ada kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit, takut ditelantarkan karena merasa tidak berguna lagi, serta munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri, serta cenderung introvert.

5) Perubahan Spiritual

a) Agama/Kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan.

b) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya.

Hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari.

c) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak self concept dengan cara memberi contoh mencintai dan keadilan (Artinawati, 2014).

3. Konsep Dasar Konsep Diri a. Pengertian konsep diri

Secara umum konsep diri berasal dari bahasa Inggris yaitu

“self concept” merupakan suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan konsep tentang dirinya tersebut (Suhron, 2017).

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian

(11)

yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen (1998) dalam Suhron, 2017).

Konsep diri adalah konseptualitas individu terhadap dirinya sendiri ini merupakan perasaan subjektif individu dan kombinasi yang kompleks dari pemikiran yang disadari/tidak disadari, sikap, dan persepsi. Konsep diri secara langsung mempengaruhi harga diri dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Perry & Potter, 2010).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Kozier (2011) ada 6 faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu :

1) Perkembangan, saat individu berkembang, faktor yang mempengaruhi konsep diri berubah.

2) Keluarga dan budaya, nilai yang di anut sejak kecil sangat dipengaruhi oleh keluarga dan budaya.

3) Stressor, dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil

menghadapi masalah. Dipihak lain stressor yang berlebihan dapat menyebabkan respon maladaptif.

4) Sumber daya, individu memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan

(12)

dukungan, pendanaan yang memadai dan organisasi. Secara umum semakin besar jumlah yang dimiliki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri semakin positif.

5) Riwayat keberhasilan dan kegagalan, individu yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang yang gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan memiliki konsep diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak keberhasilan.

6) Penyakit, penyakit dan trauma dapat mempengaruhi konsep diri.

c. Dimensi Konsep Diri

Menurut Suhron (2017), konsep diri memiliki dua kecondongan, yaitu :

1) Konsep Diri Negatif

Konsep diri negatif adalah penilaian negatif terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu mencapai sesuatu yang berharga, sehingga menuntut diri ke arah kelemahan dan emosional yang dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan suatu penghancuran diri.

2) Konsep Diri Positif

Merupakan penilaian positif serta mengenali diri sendiri secara baik, mengarah ke rendahan hati dan kedermawanan sehingga ia mampu menyimpan informasi tentang diri sendiri,

(13)

baik informasi positif maupun negatif. Konsep diri positif menganggap hidup adalah suatu proses penemuan yang membuat diri kita mampu menerima berbagai macam kejutan- kejutan, konsekuensi, imbalan serta hasil. Dengan demikian diri kita mampu menerima semua keadaan orang lain.

d. Komponen Konsep diri 1) Identitas Diri

Menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam Suhron (2017), identitas diri adalah kesadaran akan diri yang bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu keadaan yang utuh.

Identitas juga bercermin pada yang lain (the other), yang tidak bias terlepas dari pengakuan/pengukuhan orang lain.

Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan oleh seperangkat opini orang lain. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan lingkungan.

Ciri-ciri individu dengan perasaan yang identitas positif dan kuat:

a) Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.

b) Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya, yang timbul

(14)

dari perasaan berharga, berkemampuan suatu kesela dan dapat menguasai.

c) Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan dapat menguasai diri.

d) Mengakui jenis kelamin sendiri.

e) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.

2) Gambaran Diri

Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundeen (1991) dalam Suhron (2017).

a) Sikap tersebut mencakup : persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu setiap perubahan tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

b) Sejak lahir individu mengekplorasi bagian tubuhnya, menerima reaksi diri tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah dan lingkungan.

c) Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian, cara individu memandang diri berdampak penting pada aspek psikologinya, individu yang berpandangan realistis terhadap diri, menerima, menyukai bagian tubuh akan memberi rasa

(15)

aman, terhindar dari rasa cemas, dan meningkatkan harga diri individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memiliki kemampuan yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup.

3) Harga Diri

Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya :

a) Kualitas emosi b) Aktualisasi diri

c) Kepercayaan diri (Stuart dan Sundeen (1991) dalam Suhron (2017)).

4) Ideal Diri

Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai oleh lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi yaitu :

a) Standar tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang diinginkan, sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai.

b) Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita harapan pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya)

(16)

dan kepada siapa ia ingin lakukan.

c) Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan.

d) Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri.

e) Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri

(1) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.

(2) Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.

(3) Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistik, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

(4) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai serta tidak frustasi.

5) Peran

Merupakan pola sikap, perilaku, posisi di masyarakat atau fungsi dirinya baik di lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap, perilaku nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di

(17)

masyarakat.

Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinya, peran yang baik adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antar satu individu dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (multiple selfes).

(18)

e. Pengukuran Konsep Diri

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk mengukur konsep diri yang dimiliki subjek adalah dengan menggunakan Tennessee Self Concept Scale (TSCS) yang dikembangkan oleh William H. Fitts pada tahun 1965 dan telah diadaptasi dan dikembangkan oleh Sri Rahayu Partosuwido pada tahun 1979. Tennessee Self Concept Scale (TSCS) adalah sebuah alat ukur untuk mengukur konsep diri secara umum (Annisa, 2015). Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini berisi 20 pernyataan menggunakan skala guttman. Skala dalam penelitian ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya” dan

“tidak”.

Tabel 2.1 Skor Skala Guttman

Alternatif Jawaban

Skor Alternatif Jawaban Favorable

(Positif)

Unfavorable (Negatif)

Ya 1 0

Tidak 0 1

(19)

B. Kerangka Teori

Skema 2.1 : Kerangka Teori

Stuart & Sundeen dalam Suhron (2017)

Lansia

Proses Menua :

Azizah (2011) & Nugroho (2012) :

1. Perubahan Fisik 2. Perubahan Psikososial 3. Perubahan Kognitif 4. Perubahan Mental 5. Perubahan Spiritual

Konsep Diri : 1. Identitas diri 2. Gambaran diri 3. Harga diri 4. Ideal diri 5. Peran

Positif

Negatif

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk merancang aplikasi simpan pinjam pada KOPEGTEL Telekomunikasi Palembang, dimana rancangan aplikasi ini berfungsi untuk

Untuk mengetahui efek Tai Chi terhadap kapasitas aerobik lansia di Griya Usia Lanjut Santo Yosef Surabaya, diberikan latihan Tai Chi dengan tipe Qigong selama 8

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Tabel di atas merupakan hasil validasi oleh para ahli media untuk kelayakan bahan ajar berupa modul desain didaktis materi pecahan. Adapun hasil validasi yang diperoleh dari

Los alumnos desarrollan habilidades y comprensión en inglés, matemática, ciencia, inglés como segunda lengua, TIC y Cambridge Global Perspectives.. Las “evaluaciones de progreso”

Oleh karenanya Alfred Adler yang memandang gaya hidup sebagai perilaku yang ditampilkan dengan cara yang unik dalam mencapai sebuah tujuan memiliki hubungan dengan teori

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada