• Tidak ada hasil yang ditemukan

Atas Zakat, Infaq, dan Shadaqah Berdasarkan PSAK 101 Dan 109 Pada. Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi zakat di

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Atas Zakat, Infaq, dan Shadaqah Berdasarkan PSAK 101 Dan 109 Pada. Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi zakat di"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Widyatami (2020) dengan judul Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Zakat, Infaq, dan Shadaqah Berdasarkan PSAK 101 Dan 109 Pada LAZISMU Bekasi. Jenis penelitian ini merupakan metode kualitatif.

Bedasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi zakat di LAZISMU Bekasi masih sangat sederhana, berupa penerimaan dan pengeluaran kas. LAZISMU Bekasi belum mampu membuat laporan keuangan yang lengkap dan informatif. Ketidaksesuaian laporan keuangan LAZISMU Bekasi dengan PSAK disebabkan karena kurangnya pemahaman dan kurangnya tenaga ahli mengenai posisi keuangan lembaga.

Pada penelitian Nasution (2020) dengan judul Implementasi PSAK 109 Untuk Pengelolaan Zakat, Infaq/Sedekah Pada LAZISMU Kota Medan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaporan dana zakat, infak / sedekah yang dilakukan oleh LAZISMU Kota Medan hanya berupa daftar penerimaan / pemungutan dan pengeluaran / penyaluran yang dicatat berdasarkan penerimaan yang dimiliki. Pelaporan dana zakat, infak / sedekah LAZISMU Kota Medan tidak mengikuti PSAK 109.

(2)

16

Penelitian yang diteliti oleh Hadijah (2019) dengan judul Analisis Penerapan PSAK 109 Tentang Akuntansi Zakat, Infaq, Dan Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Majene. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan studi dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pengelolaan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Majene tahun 2014-2016, untuk pengelolaan keuangan yang di dalamnya terdapat pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapn belum sepenuhnya mengarah pada implementasi yang sesuai dengan aturan yaitu PSAK 109 yang mengatur tentang Akuntansi zakat dan Infaq/ sedekah.

Penelitian dari Ritonga (2017) dengan judul Analisis Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sumatera Utara. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan jenis data ini bersifat kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa BAZNAS Sumatera Utara belum sepenuhnya menerapkan penggunaan PSAK No.109. Penelitian dengan judul Analisis Penerapan PSAK No. 109 Tentang Akuntansi Zakat, Infaq/Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Manado (H.S. Arief 2017). Metode analisis penelitian yang dilakukan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa BAZNAS Manado belum menerapkan PSAK No. 109 pada laporan keuangannya.

(3)

17 B. Teori dan Kajian Pustaka

1. Zakat

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, bagi setiap muslim yang ada didunia ini wajib membayarkan zakat seperti yang tercantum dalam surat At- Taubah ayat 103. Artinya “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Subhanahuwa Ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103). Menurut PSAK 109 perubahan tahun 2008, Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Sedangkan menurut Undang – Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2011, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada mustahiq sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

Zakat menurut bahasa berasal dari kata zakayang berarti berkah, tumbuh, dan baik. Kata zaka dalam bahasa arab mengandung arti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Zakat menurut agama Islam artinya kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat Rizaldi (2020).

2. Dasar Hukum Zakat

Didalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menerangkan secara tegas memerintahkan pelaksanaan zakat. Perintah Allah untuk melaksanakan zakat itu seringkali beriringan dengan perintah shalat.Hal ini menunjukkan

(4)

18

betapa penting peran zakat dalam kehidupan umat Islam. QS. Al-Baqarah ayat 43, artinya adalah "dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'." Perintah zakat selalu beriringan dengan perintah shalat karena kedua perintah tersebut memiliki tujuan yang hampir sama, yakni perbaikan kualitas kehidupan masyarakat. Zakat bertujuan untuk membersihkan diri dari sifat rakus dan kikir, dan mendorong setiap manusia untuk mengembangkan sifat kedermawaan dari sensivitas kesetiaan sosial. Demikian pula dengan halnya dengan shalat, shalat bertujuan menghindarkan kehidupan manusia dari Fakhsya (kejahatan) dan munkar (kerusakan).

Sejumlah jumhur ulama sependapat bahwa yang menjadi objek zakat adalah segala harta yang mempunyai nilai ekonomi dan potensial untuk berkembang. Pengumpulan zakat tidak bisa dilaksanakan karena adanya kebutuhan negara serta maslahat komunitas. Zakat merupakan jenis harta khusus yang wajib diserahkan kepada lembaga amil zakat atau baitul mal setelah memenuhi nishab (masa tertentu), baik ada kebutuhan atau tidak.

Zakat tidak gugur dari seorang muslim selama diwajibkan dalam hartanya.

(Khasanah, 2010: 34-37).

3. Persyaratan Harta Menjadi Sumber atau objek Zakat

Sejalan dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan standar umum pada setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya.

Dalam penetapan harta menjadi sumber atau objek zakat terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila harta seorang muslim tidak memenuhi salah satu ketentuan, misalnya belum mencapai Nishab, maka

(5)

19

harta tersebut belum menjadi sumber atau objek yang wajib dikeluarkan zakatnya. Meskipun demikian, ajaran Islam telah membuka pintu yang sangat longgar yang dapat dilakukan oleh setiap muslim dalam setiap situasi dan kondisi, yaitu infak atau sedekah. (Hafidhuddin, 2002:18).

Menurut Didin Hafidhuddin (2002:20-25) persyaratan harta menjadi sumber atau objek zakat adalah sebagai berikut:

a. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan yang halal. Artinya harta yang haram, jelas tidak dapat dikenakan kewajiban zakat, karena Allah SWT tidak akan menerimanya.

b. Harta tersebut berkembang atau berpotensi untuk dikembangkan, seperti melalui kegiatan usaha, perdagangan, melalui pembelian saham, atau ditabungkan, baik dilakukan sendiri maupun bersama orang atau pihak lain.

c. Milik penuh, yaitu harta tersebut berada dibawah kontrol dan didalam kekuasaan pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulama bahwa harta itu berada di tangan pemiliknya, didalamnya tidak tersangkut dengan hak orang lain. Dan ia dapat menikmatinya.

d. Harta tersebut menurut pendapat jumhur ulama harus mencapai nishab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat. Contohnya nishab zakat emas adalah 85 gram, nishab zakat hewan ternak kambing adalah 40 ekor, dan sebagainya.

e. Sumber-sumber zakat tertentu, seperti perdagangan, peternakan, emas dan perak, Harus sudah berada atau dimiliki ataupun sudah

(6)

20

diusahakan oleh muzzaki dalam tenggang waktu satu tahun.

Contohnya tenggang waktu antara muharram 1421 H sampai dengan 1422 H. Inilah yang disebut dengan persyaratan Al-haul.

4. Asas Pengelolaan Zakat

Menurut Ahmad Syafiq dalam jurnalnya dengan judul urgensi peningkatan akuntabilitas lembaga pengelolaan Zakat Berdasarkan PSAK 109. Dijelaskan bahwa asas Pengelolaan zakat berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dalam pasal 2 dijelaskan bahwa terdapat 7 asas Pengelolaan zakat yaitu:

a. Syariat Islam, dimana dalam menjalankan tugas dan fungsinya lembaga pengelola zakat harus berpedoman sesuai dengan syariat Islam, mulai dari tata cara perekrutan pegawai hingga tata cara pendistribusian zakat.

b. Amanah, dimana lembaga pengelola zakat harus mampu menjadi lembaga yang dapat di percaya.

c. Kemanfaatan, Dimana lembaga pengelola zakat harus mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi Mustahiq

d. Keadilan, dalam mendistribusikan zakat lembaga pengelola zakat harus mampu bertindak adil.

e. Kepastian hukum adalah dalam pengelolaan zakat terdapat jaminan kepastian hukum bagi Mustahiq dan muzakki

(7)

21

f. Terintegrasi adalah pengelolaan Zakat Berdasarkan PSAK 109 di laksanakan secara hierarkis dalam upaya meningkatkan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.

g. Akuntabilitas, dimana dalam pengelolaan zakat harus bisa di pertanggung jawabkan kepada masyarakat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan. (Syafiq, 2016:24) 5. Jenis – Jenis Zakat

a. Zakat Fitrah

Menurut Al Muhsin (2011), Zakat fitrah adalah zakat (sedekah) jiwa, istilah tersebut diambil dari kata fitrah yang merupakan asal dari kejadian. “Zakat fitrah dapat membersihkan orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan perkataan kotor yang dia lakukan di bulan Ramadhan”.

b. Zakat Maal

Menurut Milarisa (2020), zakat harta adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan. Zakat harta mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja yang masing-masing memiliki perhitungan sendiri-sendiri.

c. Infak/Sedekah

Menurut PSAK 109 Infak/Sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah. Menurut Nurhayati, Sri, and Wasilah (2013) infak adalah pengeluaran oleh seorang muslim setiap kali menerima rezeki

(8)

22

dengan jumlah sebanyak yang dikehendaki sendiri. Sedangkan Shadaqah artinya segala suatu yang dikeluarkan untuk pendekatan kepada Allah SWT (Parman, 2012).

d. Prinsip Zakat

Asnaini dan Yustati (2017) berpendapat bahwa terdapat enam prinsip yang mengatur tentang zakat yaitu :

1) Prinsip keyakinan

Prinsip keyakinan pada dasarnya seorang muslim yakin bahwa membayarkan zakat sifatnya adalah wajib, Pada dasarnya hanya orang – orang yang beriman dan memiliki keyakinan terhadap rukun iman yang akan membayarkan zakatnya.

2) Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan adalah dimana banyaknya nominal yang akan menjadi pungutan zakat seorang muslim adalah tergantung pada harta dan benda yang dimiliki olehnya.

3) Prinsip Produktivitas

Pada dasarnya zakat dibayarkan pada setiap periodenya bisa dalam artian tahunan sesuai dengan nisab. Berlakunya satu periode waktu diperlukan agar tercapai produktivitas.

4) Prinsip Nalar

Prinsip nalar adalah dimana seorang muslim yang wajib membayar zakat adalah seorang muslim yang berakal sehat.\

5) Prinsip kemudahan

(9)

23

Kemudahan zalam membayar zakat dapat diperoleh dari sifat pungutannya dan hukum Islam mengenai etika ekonomi.

6) Prinsip Kebebasan

Prinsip kebebasan yang di maksd adalah seorang muslim yang merdeka dan bebas yang dapat membayarkan zakatnya.

6. Akuntansi Zakat.

Menurut PSAK 109, akuntansi zakat adalah sebagai proses pengakuan, pengukuran, penyajian dan penganalisaan dana zakat dan infak/sedekah sesuai hukum syari yang berlaku. Dengan bertujuan untuk menyajikan informasi pengelolaan dari zakat dan infak/sedekah kepad orang yang berhak menerima untuk tercapainya akuntabilitas, adanya transparansi, serta tanggung jawab. Sedangkan menurut (Mursyidi, 2006), mencakup proses pengidentifikasian kekayaan yang dikategorikan sebagai objek zakat, pendefinisian objek-objek zakat dan peraturan akuntansinya, pengukuran dan penetapan nilai objek zakat, serta pelaporan hasil pengukuran objek zakat.

7. Ketentuan Zakat Menurut BAZNAS

Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 2016 BAZNAS atau LAZ mempunyai kewajiban :

a. Memberikan bukti setor kepada muzaki

b. Melakukan pendistribusian dan pendayagunaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya sesuai dengan syariat Islam dan peruntukannya

(10)

24

c. Melakukan pencatatan dan pembukuan tersendiri terhadap pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya.

8. Pernyataan Standar Akuntansi Syariah 109 a. Karakteristik

Karakteristik menurut Pernyataan Standar Akuntansi 109 pada paragraf 6 – 8. Zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik), tarif zakat (qadar), dan peruntukannya. Infak/sedekah merupakan donasi sukarela, baik ditentukan maupun tidak ditentukan peruntukannya oleh pemberi infak/sedekah. Zakat dan infak/sedekah yang diterima oleh amil harus dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan tata kelola yang baik. (PSAK 109, Paragraf 6-8).

b. Pengakuan dan Pengukuran 1) Zakat

a) Pengakuan Awal

Pengakuan awal untuk zakat infak/sedekah menurut PSAK 109 dalam paragraf 9 – 14. Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat

(11)

25

menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian nonamil. Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil.

Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah dana amil (PSAK 109, Paragraf 9-14).

b) Setelah Pengakuan Awal

PSAK 109 menyebutkan jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil. Pengurangan tersebut tergantung dari sebab terjadinya kerugian. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai: (a) pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil. (b) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil (PSAK 109, Paragraf 15-16).

c) Penyaluran Zakat

(12)

26

Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar: (a) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas. (b) jumlah tercatat, jika dalam bentuk aset nonkas (PSAK 109, Paragraf 17)

2) Infak dan Sedekah a) Pengakuan Awal

Pengakuan awal untuk infak dan sedekah pada PSAK 109 yaitu sebagai berikut. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infak/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar. (a) jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas, (b) nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas. Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar untuk aset nonkas tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Infak/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana infak/sedekah untuk bagian penerima infak/sedekah.

Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk para penerima infak/sedekah ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil (PSAK 109, Paragraf 18- 21).

b) Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

(13)

27

Infak/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau aset nonkas. Aset nonkas dapat berupa aset lancar atau tidak lancar. Aset tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola. Pengelolaan asset tersebut dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar infak/sedekah. Penyusutan dari aset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infak/sedekah terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi. Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar, Aset ini dapat berupa bahan habis pakai, seperti bahan makanan;

atau aset yang memiliki umur ekonomi panjang, seperti mobil ambulan.

Aset nonkas lancar dinilai sebesar nilai perolehan sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebesar nilai wajar sesuai dengan PSAK yang relevan. Penurunan nilai aset infak/sedekah tidak lancar diakui sebagai. (a) pengurang dana infak/sedekah, jika terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian amil (b) kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil. Dalam hal amil menerima infak/sedekah dalam bentuk aset (nonkas) tidak lancar yang dikelola oleh amil, maka aset tersebut harus dinilai sesuai dengan PSAK

(14)

28

yang relevan. Dana infak/sedekah sebelum disalurkan dapat dikelola dalam jangka waktu sementara untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dana pengelolaan diakui sebagai penambah dana infak/sedekah (PSAK 109, Paragraf 22-28).

c) Penyaluran Infak dan Sedekah

Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar: (a) jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas; (b) nilai tercatat aset yang diserahkan. Penyaluran infak/sedekah kepada amil lain merupakan penyaluran yang mengurangi dana infak/ sedekah sepanjang amil tidak akan menerima kembali aset infak/sedekah yang disalurkan tersebut.Penyaluran infak/sedekah kepada penerima akhir dalam skema dana bergulir dicatat sebagai piutang infak/sedekah bergulir dan tidak mengurangi dana infak/ sedekah (PSAK 109, Paragraf 29-31).

3) Dana Non Halal

Penerimaan nonhalal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang. Penerimaan nonhalal diakui sebagai dana nonhalal, yang terpisah dari dana zakat, dana

(15)

29

infak/ sedekah dan dana amil. Aset nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah (PSAK 109, Paragraf 32 – 33).

4) Penyajian

Amil menyajikan dana zakat, dana infak/ sedekah, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah dalam neraca (PSAK 109, Paragraf 34)

5) Pengungkapan a) Zakat

PSAK 109 mengatur pengungkapan zakat yaitu Amil harus mengungkapkan hal yang terkait dengan transaksi zakat. Transaksi zakat tersebut tidak terbatas pada kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran dan penerima. Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan zakat, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan.

Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas. Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung mustahiq. Serta hubungan istimewa antara amil dan mustahiq yang meliputi sifat hubungan istimewa. Jumlah dan jenis aset yang disalurkan. Presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode (PSAK 109, Paragraf 35).

(16)

30 b) Infak/ Sedekah

PSAK 109 mengatur pengungkapan infok/sedekah Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi infak/sedekah. Pengungkapan tersebut tetapi tidak terbatas pada metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan infak/sedekah berupa aset nonkas.

Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana nonamil atas penerimaan infak/sedekah, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan. Kebijakan penyaluran infak/sedekah, seperti penentuan skala prioritas penyaluran, dan penerima. Keberadaan dana infak/sedekah yang tidak langsung disalurkan tetapi dikelola terlebih dahulu. Jika ada, maka harus diungkapkan jumlah dan persentase dari seluruh penerimaan infak/sedekah selama periode pelaporan serta alasannya.

Hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana infak/sedekah diungkapkan secara terpisah. Penggunaan dana infak/sedekah dapat menjadi aset kelolaan yang dapat diperuntukkan bagi yang berhak. Jika ada, jumlah dan persentase terhadap seluruh penggunaan dana infak/sedekah beserta alasan – alasannya. Rincian jumlah penyaluran dana infak/sedekah yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang dapat diterima langsung oleh penerima infak/sedekah. Rincian – rincian dari dana infak/sedekah

(17)

31

tersebut berdasarkan peruntukannya, terikat dan tidak terikat.

Hubungan istimewa antara amil dengan penerima infak/sedekah.

Selain membuat pengungkapan di paragraf 35 dan 36, amil mengungkapkan hal-hal berikut keberadaan dana nonhalal. Jika ada, diungkapkan mengenai kebijakan atas penerimaan dan penyaluran dana, alasan, dan jumlahnya.

Kinerja amil atas penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah (PSAK 109, Paragraf 36).

6) Ketentuan Transaksi

Pernyataan ini berlaku untuk transaksi zakat dan infak/sedekah yang terjadi pada atau setelah tanggal efektif (PSAK 109, Paragraf 37).

7) Tanggal Efektif

Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009 (PSAK 109, Paragraf 38)

8) Komponen Laporan Keuangan PSAK 109 a. Neraca

b. Laporan Perubahan Dana

c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan d. Laporan Arus Kas

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

2.5.3 melakukan kajian untuk Tersedianya hasil kajian yang Universitas, KPI, Belum dilaksanakan Akan dilakukan di FIP Tahun 2 mengumpulkan informasi meliputi dampak pemanfaatan

Sebelum dilaksanakan pos tes, peneliti memberikan tindakan berupa pembelajaran Matematika perkalian bilangan cacah meng- gunakan media batang napier terhadap

Tandai layanan dasar (pokok dan umum) dan layanan penunjang Kadin yang telah dilakukan oleh Kadin Provinsi dalam periode 208-2011: Harap lampirkan fotokopi dokumen pendukung

Seksi  Pendidikan  dan  Kesehatan  mempunyai  tugas  membantu  Camat  dalam  menyiapkan  bahan  perumusan  kebijakan,  pelaksanaan,  evaluasi  dan  pelaporan 

Pada saat terjadi gangguan akan mengalir arus yang sangat besar pada fasa yang terganggu menuju titik gangguan, dimana arus gangguan tersebut mempunyai harga yang

Bab III, pada bab ini akan diuraikan mengenai gambaran umum tentang film The Last Samurai meliputitokoh-tokoh, representasi nilai-nilai bushido pada kaum samurai, dan pengaruh

Kepada para peserta yang dinyatakan lulus mengikuti Diklat akan diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP), sedangkan bagi peserta yang tidak

Secara teoritis wilayah tersebut memang sangat rentan terhadap ancaman banjir, selain karena mempunyai elevasi yang sangat rendah, juga sangat dekat dengan garis