PERAN KONSULTAN PUBLIC RELATIONS DALAM AKTIVITAS MEDIA RELATIONS PERUSAHAAN STARTUP
Nayla Erzani, Renata Anisa
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran Email: [email protected]
Diterima: 19 Agustus 2021; Direvisi: 24 September 2021; Disetujui:10 Desember 2021 Abstrak
Media relations penting bagi berbagai jenis perusahaan guna dapat memperoleh publisitas positif melalui media massa, utamanya bagi perusahaan yang baru merintis.
Walau peran Public Relations merupakan aspek penting dalam pertumbuhan perusahaan yang baru merintis (startup), penelitian holistik tentang bagaimana startup dapat memanfaatkan Public Relations masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk membahas secara lebih rinci tentang bagaimana konsultan Public Relations Kennedy, Voice & Berliner (KVB) dapat berperan dalam aktivitas media relations sebuah startup properti-teknologi bernama Cove. Penelitian menggunakan metode kualitatif, dengan merujuk pada konsep ilmiah media relations yang meliputi pengelolaan relasi, pengembangan strategi, serta pengembangan jaringan. Data penelitian diperoleh melalui hasil observasi, wawancara, dan studi dokumen yang dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsultan Public Relations KVB berperan untuk melakukan follow-up rutin terhadap jurnalis dalam rangka mengelola relasi. Konsultan juga melakukan pengembangan strategi dengan menyusun pedoman komunikasi serta taktik berupa pemetaan media, siaran pers, konferensi pers, serta pemantauan media. Selain itu, konsultan juga turut memanfaatkan jaringan di organisasi usaha dan kehumasan internasional dalam menjalankan aktivitas media relations Cove.
Kata Kunci: Media Relations, Public Relations, Startup Abstract
Media relations are essential for various companies to gain positive publicity through the mass media, especially for startups. Although the role of Public Relations is a crucial aspect amidst the growth of startups, holistic research on how startups can optimize the use of Public Relations remains limited. This study aims to discuss how Public Relations consultants from KVB (Kennedy, Voice & Berliner) can manage the media relations activities of a property- technology startup called Cove. The research uses the qualitative method, referring to the three concepts of media relations; relationship management, strategy development, and network expansion. All data were obtained through observations, interviews, and document studies which were also descriptively analyzed. The study results indicate that the Public Relations consultants of KVB have a role in carrying out the routine follow-up of journalists to manage relations. The consultants also develop strategies by initiating communication guidelines and tactics. Moreover, consultants utilize KVB’s networks in business and international public relations organizations to implement Cove’s media relations activities.
Keywords: Media Relations, Public Relations, Startup
252
Pendahuluan
Media relations memiliki peran penting dalam pertumbuhan perusahaan rintisan atau startup. Sebagai perusahaan yang masih ada pada tahap awal perkembangan, pemerolehan publisitas positif merupakan hal yang krusial bagi startup. Walau begitu, terbatasnya akses terhadap media massa atau bahkan layanan media relations secara menyeluruh membuat perusahaan startup yang belum menempatkan fungsi Public Relations secara spesifik sebagai bagian dari top management-nya memerlukan bantuan dalam menjalankan aktivitas media relations perusahaan (Kurniawan, 2018).
Keterlibatan firma konsultan komunikasi atau Public Relations merupakan salah satu alternatif yang bisa membantu masalah keterbatasan akses terhadap media massa atau layanan media relations bagi startup. Firma konsultan komunikasi atau Public Relations yang menyediakan layanan media relations dapat membantu startup dengan memberikan saran yang bersifat independen serta berdasarkan pengalaman (Reddi, 2019).
Perusahaan Kennedy, Voice & Berliner (KVB) pun turut menjadi entitas yang menyediakan layanan jasa konsultasi Public Relations bagi startup. Sejak 2012, KVB telah melayani lebih dari 50 perusahaan rintisan di berbagai bidang secara berkelanjutan, seperti edukasi, kesehatan, teknologi, properti, dan lain-lain. KVB menawarkan berbagai jenis layanan komunikasi kepada klien startup, seperti Public Relations, strategy development, digital communications, hingga content and visual production.
Dalam kaitan dengan Public Relations, yakni layanan yang menjadi spesialisasi dari KVB, bentuk penawaran kerja samanya dapat meliputi aktivitas media relations, seperti formulasi siaran pers, konferensi pers, pemantauan media, serta aktivitas kampanye. Bentuk penawaran kerja sama tersebut bersifat fleksibel, menyesuaikan dengan kebutuhan serta tujuan aktivitas komunikasi milik klien.
Dilansir situs resmi KVB, salah satu perusahaan yang pada 2021 masih dilayani adalah Cove, yakni startup di bidang properti-teknologi asal Singapura yang mengusung model bisnis penyediaan hunian modern berbasis komunitas atau co-living.
Perusahaan yang dirintis di Singapura pada 2018 ini baru saja melakukan ekspansi bisnisnya ke Indonesia pada April 2020, setelah berhasil membukukan pendanaan Seri A senilai Rp64,84 miliar. Dana tersebut turut dialokasikan oleh Cove untuk membangun
253 unit co-living di wilayah Jakarta dan sekitarnya, dengan target penghuni berstatus mahasiswa atau profesional muda (Agung, 2020).
Sebagai catatan, co-living merupakan model hunian bersama modern yang biasanya dikelola seorang manajer komunitas. Konsep ini semakin populer dengan perkembangan industri properti-teknologi. Hal ini juga turut mendorong pembentukan sistem sewa tempat tinggal yang lebih teratur dibandingkan dengan indekos tradisional.
Industri ini pun gencar menyasar generasi milenial dan generasi pascamilenial yang kerap menginginkan proses pemerolehan hunian secara praktis (LeBlanc, 2021).
Walau sudah lebih dari satu tahun beroperasi di Indonesia, Cove merasa bahwa kesadaran masyarakat terhadap bisnis co-living mereka masih cenderung rendah.
Asumsi ini sejalan dengan pernyataan Head of Research JLL Indonesia James Taylor kepada Bisnis.com yang mengatakan bahwa konsep co-living belum terlalu populer di Indonesia (Nabila, 2020). Lebih lanjut, pengamat properti tersebut juga mengatakan bahwa bisnis co-living dianggap sebagai sektor yang sangat baru sehingga belum banyak disorot. Walau begitu, James tetap optimis bahwa co-living memiliki potensi untuk berkembang dengan baik di Indonesia. Menurutnya, potensi perkembangan tersebut pun dapat didorong oleh kerja sama antara operator co-living asing yang sudah berpengalaman dan pelaku bisnis properti di Indonesia.
Dalam rangka mendorong perkembangan co-living di Indonesia, Cove pun hendak meluncurkan unit baru bernama “Cove Hillcrest” yang bekerja sama dengan perusahaan properti asal Indonesia, yaitu Lippo Karawaci (LPKR). Unit baru yang terletak di Karawaci, Kota Tangerang, ini akan menjadi co-living khusus mahasiswa pertama di Asia Tenggara.
Konsep co-living yang belum terlalu populer di Indonesia mendorong kebutuhan Cove untuk menyusun strategi distribusi pesan tentang langkah bisnis perusahaan yang dapat menjangkau masyarakat luas. Cove pun memutuskan untuk bekerja sama dengan KVB dalam rangka menggencarkan aktivitas Public Relations perusahaan, secara spesifik yakni media relations, guna dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsep co-living.
Strategi media relations dipilih karena Cove bertujuan memperoleh pemberitaan di media massa tier pertama dan kedua serta menjalin hubungan baik dengan media massa. Segala bentuk aktivitas yang berkaitan dengan jurnalistik dan media massa
254
dalam lingkup Public Relations dikenal pula sebagai bagian konsep media relations atau hubungan media (pers).
Secara lebih rinci, media relations merupakan suatu proses kompleks yang meliputi strategi, keterlibatan profesional di bidang media relations, jurnalis, editor, serta perusahaan media (Dodd & Supa, 2014). Terdapat lima tujuan pokok dari media relations. Pertama adalah untuk memperoleh publisitas mengenai kegiatan serta langkah organisasi yang layak diketahui publik. Kedua adalah untuk memperoleh “tempat”
(liputan, laporan, ulasan, atau tajuk) dalam pemberitaan media secara wajar, objektif, dan seimbang mengenai hal-hal yang dapat menguntungkan organisasi. Ketiga adalah untuk memancing umpan balik dari masyarakat melalui pemberitaan media massa mengenai upaya dan kegiatan organisasi yang telah dilakukan. Keempat adalah untuk melengkapi data atau informasi bagi pimpinan organisasi terkait kebutuhan penilaian mengenai situasi atau permasalahan yang dapat memengaruhi dinamika kerja organisasi, serta kelima adalah untuk membina hubungan yang stabil serta berkelanjutan antara media massa dan organisasi atas dasar rasa saling percaya dan menghormati (Wardhani, 2013).
Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut, organisasi tentunya membutuhkan strategi untuk bisa membangun hubungan dengan media atau media relations. Menurut Yosal Iriantara, strategi media relations adalah sekumpulan kebijakan dan taktik yang sudah ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan kegiatan komunikasi Public Relations oleh organisasi (Iriantara, 2011).
Konsep strategi media relations milik Yosal Iriantara pun secara khusus dipilih sebagai acuan ilmiah dari penelitian ini sebab Cove merupakan perusahaan asing yang hendak melakukan praktik media relations di Indonesia. Dengan begitu, konsep media relations yang digunakan pun juga baiknya merujuk dengan pemahaman ahli asal Indonesia. Konsep ini juga memungkinkan penelitian untuk dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif–deskriptif. Selain itu, konsep media relations yang diusung Yosal Iriantara juga bersifat umum. Konsep ini tidak secara spesifik hanya bisa dikaitkan dengan jenis entitas di level tertentu saja. Oleh karena itu, konsep ini pun turut memungkinkan analisis terhadap perusahaan rintisan atau startup seperti Cove.
Lebih lanjut, terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan oleh pelaksana fungsi Public Relations dalam rangka bisa menciptakan hubungan baik antara organisasi dan
255 media. Tiga strategi yang dimaksud terdiri atas mengelola relasi, mengembangkan strategi, serta mengelola jaringan (Iriantara, 2011).
Mengelola relasi dengan publik adalah inti dari kegiatan kehumasan. Adapun ekosistem media massa juga merupakan salah satu publik organisasi yang harus dijaga hubungannya. Dalam mengelola relasi dengan media massa, praktisi Public Relations pun perlu memerhatikan sejumlah aspek seperti; membentuk tim media relations yang terdiri dari koordinator media, juru bicara, dan penulis; membuat daftar media dengan memperhatikan jenis khalayak media (pembaca, pendengar, atau penonton), cakupan media (jumlah pembaca, penonton, atau pendengar secara geografis), dan level media (nasional, regional, atau lokal), serta; melakukan komunikasi secara intensif yang dapat diukur dengan meninjau enam aspek penting seperti frekuensi berkomunikasi, durasi yang digunakan untuk berkomunikasi, perhatian yang diberikan saat berkomunikasi, keteraturan dalam berkomunikasi, tingkat keleluasaan pesan berkomunikasi dan jumlah orang yang diajak berkomunikasi, juga tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi (Iriantara, 2011).
Menurut Iriantara, membuka serta memperluas jaringan pun turut menjadi bagian pokok dalam upaya membina hubungan baik dengan media massa melalui aktivitas media relations. Setidaknya, terdapat tiga organisasi yang perlu dijaring oleh entitas bisnis dalam konteks media relations, yakni organisasi profesi Public Relations, organisasi jurnalis, serta organisasi profesi yang berkaitan dengan industri entitas bisnis tersebut. Tergabungnya sebuah entitas bisnis dalam jaringan organisasi-organisasi tersebut pun bertujuan untuk bisa memperoleh informasi, memperluas relasi, bertukar pengalaman, serta menuai manfaat lainnya yang berkaitan dengan aktivitas media relations (Iriantara, 2011).
Dalam lingkup kerja sama antara KVB dan Cove, KVB berperan sebagai konsultan Public Relations yang menyusun strategi media relations Cove. Konsultan Public Relations dapat didefinisikan sebagai perusahaan yang bekerja bagi sejumlah klien dari berbagai industri dengan ciri yaitu terus meningkatkan variasi spesialisasinya (Butterick, 2011). Lebih lanjut, konsultan Public Relations juga menyediakan layanan konsultasi kegiatan komunikasi yang meliputi komunikasi keuangan, media, urusan publik, serta lobi sebagai satu paket layanan bersama-sama dengan promosi produk (Tyllström, 2013).
256
Dikarenakan tawaran layanan spesialisasi yang cenderung variatif serta dukungan sejumlah keunggulan lainnya seperti; pemberian saran berdasarkan penilaian objektif sebab sifat konsultan yang independen, pengalaman konsultan yang lebih beragam sebab telah menangani lebih banyak klien dari berbagai jenis usaha dan industri, serta kemudahan untuk memberikan peringatan atau memutus kontrak apabila kinerja konsultan kurang sesuai pun membuat banyak perusahaan cenderung lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan Public Relations mereka melalui kerja sama dengan konsultan (Reddi, 2019).
Konsultan Public Relations juga kerap kali dianggap lebih mumpuni dibandingkan dengan tenaga ahli yang hanya memiliki pengalaman kerja di satu perusahaan atau bidang saja. Dengan begitu, alih-alih mengalokasikan dananya untuk membentuk divisi Public Relations tersendiri, perusahaan startup pun cenderung lebih memilih untuk menggunakan jasa konsultan yang dianggap lebih berpengalaman (Sefanya & Bathesta, 2021).
Hal tersebut membuat keberadaan konsultan Public Relations menjadi sangat dibutuhkan bagi sebuah startup. Dilansir situs berita khusus perusahaan rintisan Silicon Canals, konsultan Public Relations acap membantu startup untuk membangun kehadiran merek yang kuat melalui media, baik itu media massa maupun media sosial.
Kehadiran merek yang kuat ini pun dapat berdampak pada peningkatan kesadaran merek atau brand awareness dari produk atau jasa milik perusahaan rintisan selaku klien.
Walau peran Public Relations, baik itu konsultan maupun in-house, merupakan aspek penting dalam pertumbuhan perusahaan startup, penelitian holistik tentang bagaimana startup dapat memanfaatkan Public Relations dalam tahap awal perkembangan mereka yang lemah dan kritis masih terbatas (VanSlette, 2019).
Beberapa riset yang sudah pernah dilakukan sebelumnya meliputi penelitian asal Swedia, Cina, dan Amerika Serikat (Arvidsson, 2015; Men et al., 2017; Shimasaki, 2013).
Apabila dibandingkan dengan perusahaan yang sudah berkembang, perusahaan startup cenderung memiliki tujuan, kebutuhan, dan ruang lingkup praktik Public Relations, termasuk media relations yang unik untuk diteliti. Hasil studi kasus di Cina yang mendeskripsikan tentang kegiatan media relations perusahaan startup pun
257 mengungkap bahwa keunikan tersebut meliputi; lebih tingginya keterlibatan top management dalam proses media relations; daftar media yang fokus menyasar media massa khusus industri atau niche, serta; tujuan media relations yang masih fokus terhadap pembangunan merek dan reputasi (Men et al., 2019).
Di lain sisi, penelitian mengenai bagaimana konsultan Public Relations dapat membantu proses pertumbuhan perusahaan startup melalui media relations juga masih terbatas. Jenis penelitian yang lebih umum tidak lain adalah tentang bagaimana konsultan Public Relations dapat mendukung kegiatan media relations dari perusahaan- perusahaan besar (Ayu & Kartikawati, 2020; Gifari & Purnama, 2017; Karsten &
Paramita, 2019; Sari, 2019).
Terlepas dari minimnya penelitian mengenai kerja sama media relations antara konsultan Public Relations dan startup, masih terdapat beberapa studi yang dapat dijadikan sebagai rujukan. Salah satu studi tersebut dilakukan oleh Sefanya & Bathesta dengan judul “Strategi Komunikasi dalam Melakukan Business Recovery antara Agensi Public Relations dengan Startup Digital” (Sefanya & Bathesta, 2021). Penelitian tersebut menganalisis tentang bagaimana konsultan Public Relations Golin melakukan strategi komunikasi dalam menjaga dinamika hubungan dengan perusahaan startup digital Gilkor sebagai klien selama menjalankan kerja sama media relations melalui studi kasus kualitatif.
Secara lebih lanjut, lingkup penelitian tersebut juga berbeda. Penelitian lebih fokus terhadap hubungan antara klien startup dan konsultan Public Relations selama kerja sama media relations berlangsung, dengan mengacu pada tiga tujuan komunikasi menurut Pace, Peterson, dan Burnett dalam buku “Techniques of Effective Communication” (1997). Penelitian tidak secara spesifik menelaah peran konsultan Public Relations dalam aktivitas media relations yang ditujukan untuk perusahaan startup selaku klien.
Penelitian sejenis lainnya dilakukan oleh Gifari & Purnama dengan judul
“Strategi AsiaPR dalam Memperkuat Hubungan Media dengan Forum Wartawan Otomotif (Forwot)” pada 2017 (Gifari & Purnama, 2017). Penelitian ini juga mengacu pada tiga tujuan komunikasi menurut Pace, Peterson, dan Burnett (1997), seperti penelitian milik Sefanya & Bathesta.
258
Walaupun sama-sama membahas tentang strategi media relations yang dilakukan konsultan Public Relations, penelitian Gifari dan Purnama (2021) tidak fokus terhadap aktivitas media relations di lingkup klien perusahaan rinitsan. Penelitian menganalisis tentang bagaimana konsultan Public Relations AsiaPR membangun hubungan media dengan organisasi wartawan secara kualitatif.
Berbeda dengan dua penelitian sejenis yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk membahas secara lebih rinci tentang bagaimana konsultan Public Relations KVB (Kennedy, Voice & Berliner) dapat berperan dalam aktivitas media relations selayaknya yang dikehendaki oleh startup Cove sebagai klien. Walaupun penelitian juga akan dilakukan secara kualitatif, konsep yang digunakan tetap berbeda dengan dua penelitian sejenis yang sudah dipaparkan. Dua penelitian sejenis tersebut fokus terhadap aspek hubungan antara konsultan dan publik dengan merujuk pada konsep tujuan komunikasi Pace, Peterson, dan Burnett (1997). Sementara itu, penelitian ini fokus terhadap aspek strategi dengan merujuk pada konsep media relations Yosal Iriantara (2011).
Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif–deskriptif.
Pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif, seperti ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari seseorang (Moleong, 2021). Menurut David Williams, penelitian kualitatif juga dapat dipahami sebagai metode pengumpulan data pada suatu latar alamiah yang dilakukan oleh orang atau peneliti yang telah tertarik secara alamiah (Moleong, 2021).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif–deskriptif karena jenis penelitian ini mengharuskan penelitinya untuk bertindak sebagai instrumen utama (Gumilang, 2016). Sebagai instrumen utama, Peneliti menjadi orang yang menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, serta membuat simpulan atas hasil temuan penelitian.
Secara lebih rinci, data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara mendalam bersama dua orang penanggung jawab utama atas kerja sama layanan media relations antara KVB dan Cove. Dua orang informan tersebut dianggap telah memenuhi
259 kriteria berupa relevansi peran terhadap objek penelitian, kesediaan, serta kemampuan untuk menyampaikan informasi secara objektif. Informan juga dipilih dengan teknik purposive sampling atau teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014). Adapun identitas dari kedua informan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1. Identitas Informan
No Nama Lengkap Pihak yang Diwakili Jabatan
1 Sarah Humaira Cove Country Director Sales &
Marketing 2 Vivian
Liwensky
KVB (Kennedy, Voice &
Berliner)
Content & Public Relations Associate Manager
Wawancara dengan kedua narasumber dilakukan secara daring, masing-masing dengan perwakilan dari Cove dan KVB (Kennedy, Voice & Berliner) pada Jumat, 9 Juli 2021 dan Senin, 12 Juli 2021. Wawancara pertama bersama Sarah Humaira, Country Director Sales & Marketing dari Cove banyak membahas mengenai latar belakang perusahaan rintisan tersebut dapat bekerja sama dengan KVB (Kennedy, Voice &
Berliner), konsultan Public Relations yang menangani aktivitas media relations perusahaan. Sementara wawancara kedua dilakukan dengan Content & Public Relations Associate Manager KVB, Vivian Liwensky. Wawancara membahas mengenai proses penyusunan aktivitas media relations bagi Cove secara lebih rinci.
Selain melalui wawancara, data juga akan diperoleh dari hasil observasi peneliti selama menjalankan kegiatan magang sebagi Public Relations & Content Intern di KVB (Kennedy, Voice & Berliner) serta dokumentasi atas berkas-berkas yang berkaitan dengan kerja sama media relations antara KVB dan Cove. Data yang sudah dikumpulkan pun kemudian akan direduksi, dianalisis, juga disimpulkan berdasarkan konsep media relations milik Iriantara (2011) guna dapat mengetahui peran konsultan Public Relations KVB dalam aktivitas media relations startup Cove.
Data-data tersebut juga akan diuji keabsahannya dengan menggunakan triangulasi berjenis teknik, yaitu uji triangulasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk memperoleh data dari sumber yang sama
260
(Sugiyono, 2014). Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, terdapat tiga teknik pengambilan data yang dilakukan secara serempak dalam penelitian ini. Tiga teknik tersebut meliputi observasi partisipatif, wawancara mendalam, serta dokumentasi.
Hasil dan Pembahasan
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian metode penelitian, hasil pengamatan dijabarkan secara deskriptif berdasarkan wawancara dan observasi partisipasi selama menjadi pegawai magang di konsultan Public Relations KVB.
Analisis data yang dilakukan pun akan merujuk terhadap poin-poin yang berkaitan dengan konsep media relations oleh Iriantara (2011) saja, seperti aspek pengelolaan relasi, pengembangan strategi, serta pengembangan jaringan.
Menurut keterangan Sarah, kerja sama antara Cove dan KVB dilatarbelakangi oleh keperluan untuk meningkatkan brand awareness perusahaan melalui pemberitaan media.
“Kami ingin meningkatkan awareness Cove melalui channel Public Relations berupa pemberitaan di media tier satu dan dua. Ke depannya, Cove juga berharap untuk dapat membangun hubungan yang lebih erat dengan media di Indonesia.” (Sarah Humaira, wawancara, 9 Juli 2021).
Kerja sama ini juga turut dilatarbelakangi oleh tidak adanya departemen atau tim Public Relations internal perusahaan yang berdiri secara mandiri. Adapun fungsi Public Relations Cove masih berada di bawah tanggung jawab departemen yang dipimpin oleh Sarah, yaitu Departemen Marketing.
Alasan ini pun mendukung argumen dari Sefanya & Bathesta (2021) yang mengatakan bahwa ragam pengalaman konsultan dalam menangani lebih banyak klien dari berbagai jenis usaha dan industri membuat perusahaan tanpa tim in-house Public Relations, seperti Cove yang hanya memiliki Departemen Marketing, menjadi lebih tertarik untuk menjalin kerja sama dengan konsultan.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka, Iriantara (2011) turut mengungkap bahwa brand awareness menjadi salah satu tujuan umum perusahaan melakukan aktivitas media relations. Selain itu, Wardhani (2013) juga mengatakan bahwa pemerolehan
“tempat” (liputan, laporan, ulasan, atau tajuk) dalam pemberitaan media secara wajar, objektif, dan seimbang mengenai hal-hal yang dapat menguntungkan organisasi merupakan salah satu tujuan pokok media relations.
261 Dua aspek ini pun tercermin dalam jawaban Sarah tentang latar belakang Cove bekerja sama dengan KVB. Melihat kebutuhan yang dimiliki perusahaan, KVB pun menyarankan Cove untuk menjalankan aktivitas media relations. Menurut keterangan perwakilan konsultan Public Relations KVB, saran ini juga dilandasi hasil analisis pihak mereka terhadap situasi internal dan eksternal dari Cove.
“KVB melakukan analisis SWOT dengan mencari tahu tentang situasi terkait industri, produk atau jasa, sumber daya yang dimiliki, serta image di lingkup media dari Cove terlebih dahulu. Setelahnya, KVB mencari gap antara kenyataan yang dimiliki Cove dan image perusahaan yang telah berhasil diperoleh melalui pemberitaan media sebelumnya. Dari hasil analisis situasi dan gap tersebut, KVB kemudian mengolahnya menjadi sebuah Public Relations activity plan berisi alternatif strategi Public Relations yang memungkinkan untuk dilakukan oleh Cove.” (Vivian Liwensky, wawancara, 12 Juli 2021).
Aktivitas media relations yang disusun KVB untuk Cove juga dilakukan berdasarkan branding perusahaan selaku operator co-living yang memosisikan diri sebagai solusi mudah dari berbagai masalah hunian, khususnya terhadap generasi milenial dan pascamilenial di kota-kota besar seperti Jakarta dan Tangerang.
Beberapa keunggulan yang hendak ditonjolkan oleh Cove terkait branding tersebut meliputi lokasi unit co-living yang strategis (Monas, Tebet, SCBD, Pejaten, dan Karawaci), desain unit co-living yang kekinian, proses sewa-menyewa melalui situs resmi yang mudah, serta keberadaan komunitas penghuni yang dikelola langsung oleh manajer di setiap unit co-living.
Selain itu, Cove juga ingin aktivitas media relations perusahaan dieksekusi dengan memperhatikan thought leadership, yakni konsep yang memosisikan perusahaan sebagai entitas yang memiliki ide-ide inovatif, terdepan, serta berbeda dari perusahaan sejenis atau perusahaan operator co-living lainnya.
Jalannya aktivitas media relations tentu membutuhkan strategi guna dapat mencapai kualitas hubungan terbaik antara perusahaan dan media massa. Menurut Yosal Iriantara, setidaknya terdapat tiga strategi yang dapat dilakukan oleh pelaksana fungsi Public Relations dalam rangka bisa menciptakan hubungan baik antara organisasi dan media.
Tiga strategi yang dimaksud terdiri atas mengelola relasi, mengembangkan strategi, serta mengelola jaringan. Analisis peran Cove dalam aktivitas media relations Cove berdasarkan tiga strategi tersebut adalah sebagai berikut:
262
Mengelola Relasi
Iriantara mengungkapkan bahwa terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengelola relasi. Tiga hal tersebut adalah membentuk tim media relations, membuat daftar media, serta melakukan komunikasi yang intensif.
Berdasarkan hasil wawancara, Cove tidak memiliki fungsi Public Relations khusus dari sisi perusahaan. Dengan begitu, dalam konteks kerja sama Cove dan KVB, pihak KVB harus turut ambil bagian dalam mengemban tiga peran ideal dalam sebuah tim media relations menurut Iriantara (2011). Berdasarkan hasil observasi, peran Koordinator Media diserahkan kepada konsultan Public Relations KVB. Nama konsultan Public Relations KVB pun ada pada bagian bawah kiriman siaran pers kepada jurnalis dengan keterangan sebagai contact person.
Sementara itu, peran spokesperson tetap berada di bawah tanggung jawab pihak Cove, lebih tepatnya ialah Guillaume Castagne, Co-Founder dan Chief Executive Officer Cove, Rizky Kusumo, country Director Cove, dan Sarah Humaira, Sales &
Marketing Director Cove. Lalu, peran penulis diserahkan kepada dua orang konsultan Public Relations KVB.
KVB juga membantu Cove untuk mengumpulkan kontak jurnalis dari masing- masing media massa yang sudah disasar melalui kegiatan pemetaan media. Setelah mengelompokkan nama-nama media massa yang sesuai dengan kriteria Cove, KVB pun mengumpulkan kontak jurnalis yang bisa dihubungi dari masing-masing media massa tersebut.
Kontak yang dikumpulkan meliputi nama jurnalis, asal media massa, jenis kelamin, alamat pos elektronik (email), dan nomor telepon. Data-data tersebut dihimpun melalui database atau list jurnalis umum milik KVB yang sudah tersedia, sebelum pada akhirnya disusun menjadi database atau list media massa khusus Cove saja.
Walau begitu, susunan daftar media ini belum sepenuhnya sesuai dengan aspek yang dianjurkan oleh Iriantara (2011). Hal ini dikarenakan daftar media tersebut tidak mencantumkan keterangan berupa cakupan media (jumlah pembaca, penonton, atau pendengar secara geografis), serta level media (nasional, regional, atau lokal). Adapun aspek yang sudah diperhatikan adalah jenis khalayak media (pembaca, pendengar, atau penonton), mengingat hal ini dapat diidentifikasi melalui keterangan “asal media
263 massa” (terdapat keterangan awalan “koran” untuk media massa cetak koran, awalan
“majalah” media massa cetak majalah, serta akhiran “.com” untuk media daring).
Sementara itu, dari segi intensitas komunikasi, Cove dan KVB baru menghubungi jurnalis sebanyak dalam rangka memenuhi kebutuhan follow-up siaran pers mengenai “Cove Hillcrest”, unit co-living mahasiswa pertama di Asia Tenggara hasil kerja sama dengan Lippo Karawaci (LPKR). Follow-up dilakukan kepada 257 orang jurnalis melalui aplikasi WhatsApp untuk memastikan bahwa dokumen siaran pers sudah diterima oleh mereka. Apabila jurnalis belum menerimanya, pihak KVB pun akan mengirimkan materi siaran pers melalui WhatsApp.
Masih minimnya intensitas komunikasi antara KVB selaku mitra Public Relations Cove dan jurnalis membuat kenyataan lapangan menjadi sulit dianalisis berdasarkan anjuran Yosal Iriantara.
Selain itu, komunikasi yang terjadi juga terbatas pada melakukan follow-up terkait pengiriman siaran pers serta publikasinya secara semi-formal. Hal ini pun menyisakan ruang bagi Cove dan KVB untuk turut melakukan pendekatan komunikasi yang lebih intens dan personal.
Mengembangkan Strategi
Iriantara (2011) mengatakan bahwa strategi media relations terdiri atas kebijakan dan taktik yang disusun dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks aktivitas media relations Cove, kebijakan dan taktik disusun oleh KVB secara tertulis dalam bentuk dokumen.
Dokumen-dokumen tersebut meliputi communication guideline (pedoman komunikasi) sebagai kebijakan dan proposal taktik media relations. Seluruh dokumen ini harus diketahui serta dapat diakses pihak Cove. Dengan begitu, keduanya selalu mengadakan client meeting secara terjadwal dan mengerjakan dokumen melalui Google Workspace selaku platform kerja kolaboratif yang dapat diakses secara daring.
Dokumen-dokumen ini juga disusun berdasarkan hasil analisis terhadap situasi internal dan eksternal perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT (strength, weakness, opportunity, threat).
Bentuk kebijakan yang berupa communication guideline (pedoman komunikasi) meliputi “do(s)” and “don’t(s)” ketika menjalankan aktivitas media relations Cove. Isi
264
pedoman meliputi keharusan untuk menyediakan fakta dan data yang relevan kepada jurnalis, menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai dengan karakteristik key media, menggunakan kosa kata yang berkaitan dengan industri atau situasi nasional, serta menghargai jurnalis.
Dari poin-poin tersebut, terlihat bahwa sudah ada keselarasan antara pedoman komunikasi aktivitas media relations Cove susunan KVB dan prinsip dasar eksekusi taktik oleh Iriantara (2011), khususnya pada poin tidak menyapaikan kebohongan, menjadi narasumber yang bernilai, juga tidak membuka ruang untuk memicu pertengkaran.
Sementara itu, taktik media relations yang dirumuskan KVB untuk Cove meliputi pemetaan media (media mapping) dalam bentuk daftar media (media list), siaran pers (press release) mengenai unit dan kolaborasi baru perusahaan yakni “Cove Hillcrest”, pemantauan media (media monitoring) selaku turunan dari kegiatan siaran pers, serta konferensi pers (press conference) mengenai perkembangan bisnis terbaru perusahaan yang masih dalam tahap persiapan.
Tiga dari empat taktik ini pun sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Abdullah (2018). Secara ringkas, media monitoring merupakan kegiatan pengguntingan atau pemotongan bagian-bagian tertentu dari surat kabar, majalah atau sumber yang lain kemudian disusun dalam sistem tertentu. Walaupun aktivitas media monitoring tidak dijabarkan dalam konsep Abdullah, hal ini tetap merupakan praktik yang umum dilakukan dalam media relations.
Taktik pertama yang disusun serta dilakukan oleh KVB untuk Cove adalah pemetaan media. Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk mengidentifikasi media mana saja di Indonesia yang sekiranya sesuai dengan karakteristik Cove serta target pasarnya.
Pemetaan ini pun dilakukan atas dasar tiga kriteria, yaitu media yang selaras dengan karakteristik Cove sebagai perusahaan rintisan di bidang properti-teknologi, media yang memiliki demografi pembaca generasi milenial dan pascamilenial, serta media tiering atau peringkat popularitas berdasarkan jumlah page per view.
Dari hasil pemetaan atas tiga kriteria tersebut, KVB mengidentifikasi 74 media yang terdiri atas 14 media cetak dan 60 media daring, 64 media tier pertama, 4 media tier ke-dua, dan 6 media tier ke-tiga, serta 8 media khusus properti. Dapat terlihat pula
265 bahwa jumlah media tier pertama merupakan yang paling banyak, mengingat media massa dalam kelompok tersebut merupakan target utama dari Cove.
Tabel 2. Kriteria Pengelompokkan Tier Media Massa di KVB Sirkulasi/Page per View Tier
> 100.000 per bulan 1
10.000 – 100.000 per bulan 2
< 10.000 per bulan 3
Setelah melakukan pemetaan media, KVB pun menyusun siaran pers tentang Cove untuk dipublikasikan. Sejauh ini, KVB baru mempublikasikan satu siaran pers yang ditulis dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris, berjudul “Kolaborasi Lippo Karawaci dan Cove Hadirkan Co-Living Mahasiswa Pertama di Asia Tenggara” atau
“Lippo Karawaci and Cove Collaboration Presents the First Student Co-Living in Southeast Asia”.
Siaran pers ini dipublikasikan pada Kamis, 17 Juni 2021 melalui pos elektronik kepada 257 jurnalis yang terdata dalam database media massa khusus Cove.
Penyusunan dan pengiriman siaran pers dalam dua bahasa pun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan media berbahasa Inggris atau bilingual. Siaran pers juga telah dilengkapi dengan foto dari unit Cove serta ditulis berdasarkan kaidah jurnalistik sehingga penyuntingan dapat dilakukan seperlunya saja.
Secara khusus, publikasi siaran pers ini bertujuan untuk memberi informasi kepada publik mengenai kolaborasi terbaru antara Cove dan perusahaan properti asal Indonesia, yakni Lippo Karawaci (LPKR), dalam pembangunan “Cove Hillcrest”, unit co-living khusus mahasiswa pertama di Asia Tenggara yang terletak di Karawaci, Tangerang. Siaran pers pun turut dilengkapi keterangan dari pihak Cove pusat (Singapura), yakni Chief Executive Officer Guillaume Castagne.
Setelah dipublikasikan, terlihat pula bahwa penyuntingan kerap dilakukan jurnalis pada bagian judul. Sebagai contoh, judul alternatif dari siaran pers berbahasa Indonesia “Kolaborasi Lippo Karawaci dan Cove Hadirkan Co-Living Mahasiswa
266
Pertama di Asia Tenggara” meliputi “Gandeng Cove, Lippo Karawaci Tawarkan Co- Living Mahasiswa Pertama di Asia Tenggara” oleh Liputan6.com (Gambar 1).
Sementara itu, dari segi publikasi dan tren, siaran pers ini juga dibagikan sebelum Indonesia mengalami gelombang ke-dua virus Covid-19. Pemerintah pun masih menggencarkan wacana pembukaan institusi pendidikan oleh kementerian pada paruh ke-dua 2021 saat itu. Dengan begitu, ketika dipublikasikan, pemberitaan dapat memberikan kesan optimis dan relevan terhadap Cove.
Gambar 1. Pemberitaan Siaran Pers dalam bahasa Indonesia (Liputan6.com, 2021)
Penyuntingan pada judul siaran pers media massa dapat diketahui melalui aktivitas pemantauan media. Pemantauan media atau media monitoring merupakan sesuatu yang penting dilakukan dalam rangka mengukur keberhasilan kegiatan media relations. Hal ini dikarenakan pemantauan media mampu membantu perusahaan dan konsultan untuk bisa mengidentifikasi dan menganalisis keluaran dari siaran pers yang telah dikirimkan ke media massa, baik itu secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dalam konteks siaran pers mengenai “Cove Hillcrest”, secara kuantitatif, hasil pemantauan media per Kamis, 24 Juni 2021 atau tujuh hari setelah siaran pers dikirimkan menyatakan bahwa terdapat 47 berita dari 47 media berbeda (45 media daring dan 2 media cetak) yang mempublikasikan pemberitaan dari rilis tersebut.
Jumlah ini pun melampaui key performance indicator (KPI) Cove dan KVB yang menargetkan publikasi siaran pers dari 10 – 25 media massa. Secara kualitatif, hasil
267 analisis menunjukkan bahwa masih ada beberapa angle pemberitaan yang kurang sesuai dengan ekspektasi Cove dan KVB.
Pihak konsultan Public Relations KVB pun menjelaskan lebih lanjut perihal angle pemberitaan yang kurang sesuai tersebut sebagai berikut:
“Saat mempublikasikan rilis tentang kolaborasi dengan Lippo Karawaci untuk membangun unit Cove Hillcrest, beberapa angle berita yang dipublikasi kurang sesuai dengan ciri khas Cove yaitu life-style dan co-living, lebih ke segi bisnis properti.”
(Vivian Liwensky, wawancara, 12 Juli 2021).
Walau begitu, pihak konsultan Public Relations KVB menganggap bahwa angle berita merupakan salah satu aspek yang berada di luar kontrol perusahaan. Dengan begitu, pihak Cove dan KVB masih bisa memaklumi hal ini, terlebih jumlah pemberitaan dengan angle yang kurang sesuai tidak terlalu banyak.
Setelah mempublikasikan siaran pers mengenai perkembangan bisnis Cove di Indonesia secara spesifik, yakni terkait unit baru “Cove Hillcrest”, KVB juga menyusun taktik berupa konferensi pers. Konferensi pers ini akan membahas mengenai dinamika bisnis Cove di Indonesia secara umum setelah satu tahun beroperasi serta memperkenalkan kampanye komunikasi perusahaan pada 2021 bertajuk
“#PindahkeCove”.
Konferensi pers juga akan menghadirkan tiga orang pembicara dari pihak Cove Indonesia, yaitu Rizky Kusumo, Country Director, Sarah Humaira, Country Director Sales & Marketing, serta satu orang perwakilan landlord atau pemilik tanah dari unit Cove.
Mengembangkan Jaringan
Kelancaran aktivitas media relations KVB untuk Cove juga turut didukung oleh jaringan KVB yang cukup luas. Saat ini, KVB tergabung sebagai anggota dari Kamar Dagang Indonesia, Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia, serta Asosiasi IoT Indonesia.
KVB juga merupakan bagian dari organisasi kehumasan internasional First PR Alliance, partner resmi dari Asosiasi Blockchain Indonesia, serta co-founder dari Indonesia Korea Founder Summit. Wawasan yang diperoleh dari hasil interaksi dengan komunitas-komunitas tersebut pun turut membantu KVB untuk menyusun strategi media relations yang relevan dengan kebutuhan industri dan klien perusahaan.
268
Gambar 2. Jaringan KVB
Bergabungnya KVB ke dalam berbagai jenis organisasi usaha, seperti Kamar Dagang Indonesia, Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia, serta Asosiasi IoT Indonesia, jelas mampu memberikan KVB pengetahuan lebih tentang situasi industri, utamanya di lingkup perusahaan teknologi rintisan seperti Cove.
Tidak hanya itu, KVB juga tergabung dalam organisasi kehumasan internasional, yaitu First PR Alliance. Melalui organisasi kehumasan tersebut, KVB pun dapat mengembangkan jaringan kepada praktisi Public Relations internasional, sekaligus memperoleh kesempatan untuk mendapatkan bantuan terkait media relations, pemasaran konten, serta layanan pemasaran digital.
Walau begitu, sebagai perusahaan konsultan yang beroperasi di Indonesia, KVB belum tergabung dalam organisasi kehumasan di skala nasional. Sama halnya dengan organisasi kehumasan internasional, organisasi kehumasan nasional juga bermanfaat untuk mengembangkan jaringan serta memperoleh informasi atau bantuan kehumasan.
Adapun hal yang membedakan adalah jenis jaringan, informasi, serta bantuan yang diperoleh, mengingat organisasi fokus terhadap industri kehumasan nasional.
Penutup
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa peran perusahaan konten dan komunikasi KVB (Kennedy, Voice & Berliner) dalam mendukung aktivitas media relations startup Cove dengan membangun relasi, mengembangkan strategi, serta mengembangkan jaringan dilakukan untuk bisa meningkatkan brand awareness. Hal tersebut dilakukan melalui upaya Public Relations berupa pemerolehan spot pemberitaan di media massa. Upaya ini pun sudah dilakukan dengan baik, sesuai konsep ilmiah media relations.
Adapun upaya pengelolaan relasi yang dilakukan berupa pembentukan tim media relations yang melibatkan pihak KVB sebagai koordinator dan penulis serta pihak Cove sebagai juru bicara, membuat daftar media massa yang terdiri atas data 257 jurnalis dari 74 media, khususnya media tier pertama, juga melakukan komunikasi
269 personal dengan jurnalis melalui aplikasi WhatsApp untuk melakukan follow-up siaran pers.
Sebagai upaya untuk mengembangkan strategi media relations Cove, KVB juga menyusun kebijakan berupa pedoman komunikasi serta taktik berupa pemetaan media, publikasi siaran pers mengenai produk kolaborasi terbaru perusahaan, pemantauan media dari publikasi siaran pers, serta konferensi pers untuk memberikan informasi.
Selain itu, KVB juga turut memanfaatkan jaringannya di organisasi industri dan perusahaan teknologi rintisan untuk memperoleh pengetahuan lebih mengenai situasi bisnis terkini di Indonesia. KVB juga memanfaatkan jaringan di organisasi kehumasan internasional dalam rangka memperoleh dukungan serta informasi terkait praktik media relations secara global. Manfaat yang diperoleh KVB melalui jaringan-jaringan yang dimiliki pun dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap bagaimana konsultan dapat menyusun strategi media relations bagi Cove.
Ke depannya, KVB disarankan untuk melakukan pendekatan komunikasi yang lebih intens dan personal kepada para jurnalis guna meningkatkan kualitas hubungan dan terus memastikan bahwa siaran pers sudah mampu merefleksikan sudut berita yang dikehendaki Cove secara jelas. KVB juga diharapkan dapat memperluas jaringan melalui organisasi kehumasan dalam negeri guna dapat memperoleh bantuan dan informasi terkait media relations di skala nasional.
Penelitian tentang peran konsultan Public Relations dalam aktivitas media relations perusahaan startup selanjutnya diharapkan dapat memotret perbandingan antara peran konsultan Public Relations dalam aktivitas media relations klien startup dan perusahaan besar. Perbandingan tersebut dapat dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan signifikan antara peran sebuah konsultan Public Relations dalam menangani kegiatan media relations di dua jenis perusahaan dengan level serta kebutuhan kehumasan yang berbeda.
Daftar Pustaka
Abdullah, A. (2018). Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa. PT Remaja Rosdakarya.
Agung, B. (2020). Cove Ramaikan Persaingan Layanan Co-Living di Indonesia.
Dailysocial. https://dailysocial.id/post/cove-ramaikan-persaingan-layanan-co- living-di-indonesia
270
Arvidsson, S. (2015). To Stand Out in the Crowd. How public relation activities effect a crowdfunding campaign for a tech-startup. http://hdl.handle.net/2077/39916 Ayu, S., & Kartikawati, D. D. (2020). Aktivitas Media Relations Konsultan Public
Relation Media Buffet dalam Membantu Pembentukan Citra Perusahaan Klien.
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran Dan Penelitian, 6(2), 547–559.
Butterick, K. (2011). Introducing Public Relations : Theory and Practice: Live. SAGE Publications Ltd.
Dodd, M. D., & Supa, D. W. (2014). Conceptualizing and Measuring “Corporate Social Advocacy” Communication: Examining the Impact on Corporate Financial Performance. Public Relations Journal, 8(3), 2–23.
Gifari, F., & Purnama, H. (2017). Strategi AsiaPR dalam Memperkuat Hubungan Media dengan Forum Wartawan Otomotif (Forwot). PRofesi Humas, 1(2), 101–111.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33376/ik.v3i1.149
Gumilang, G. S. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bimbingan dan Konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2). https://doi.org/10.52657
Iriantara, Y. (2011). Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Karsten, J., & Paramita, S. (2019). Strategi Media Relations Praxis dalam Membangun Corporate Image Bank DBS Indonesia. Prologia, 3(2), 473–480.
http://dx.doi.org/10.24912/pr.v3i2.6390
Kurniawan, D. (2018). Kegiatan media relations di public relations agency cohn &
wolfe indonesia. Universitas Multimedia Nusantara.
LeBlanc, A. (2021). Proptech’s Next Frontier: Shared Housing. Forbes.Com.
https://www.forbes.com/sites/forbesrealestatecouncil/2021/08/30/proptechs- next-frontier-shared-housing/?sh=681f6f414b66
Macnamara, J. (2014). Journalism and PR: Unpacking’Spin’, Stereotypes and Media Myths. Peter Lang Publishing.
Men, L. R., Ji, Y. G., & Chen, Z. F. (2017). Dialogues with entrepreneurs in China:
How start-up companies cultivate relationships with strategic publics. Journal of
Public Relations Research, 29(2–3), 90–113.
https://doi.org/10.1080/1062726X.2017.1329736
Men, L. R., Ji, Y. G., & Chen, Z. F. (2019). Strategic communication for startups and entrepreneurs in China. Routledge.
Moleong, L. J. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Nabila, M. (2020). Konsep Co-living Belum Populer di Indonesia, Ini Alasannya.
Bisnis.Com. https://ekonomi.bisnis.com/read/20200129/47/1195034/konsep-co- living-belum-populer-di-indonesia-ini-alasannya
Reddi, N. (2019). Effective Public Relations and Media Strategy. PHI Learning.
Sari, J. (2019). Analisis Strategi Media Relations PT Beiersdorf Indonesia dalam Peluncuran Produk untuk Menciptakan Brand Awareness (Studi Kasus: NIVEA MEN DEEP Series). Universitas Multimedia Nusantara.
Sefanya, R. U., & Bathesta, Y. (2021). Strategi Komunikasi dalam Melakukan Business Recovery Antara Agensi Public Relations dengan Startup Digital. Komuniti : Jurnal Komunikasi Dan Teknologi Informasi, 12(2), 98–107.
http://journals.ums.ac.id/index.php/komuniti/article/view/10910
Shimasaki, K. (2013). Repair Tech Inc. a Tech Startup: Creating a Public Relations Branding Strategy to Build Client Base through the use of Media.
271 Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. In Metode Penelitian Ilmiah.
Tyllström, A. (2013). Legitimacy for Sale Constructing a Market for PR Consultancy.
Företagsekonomiska Institutionen.
VanSlette, S. (2019). ‘We Don’t Need PR Yet’: Challenging Misconceptions of Public Relations in the Startup Community. 4, 115–126. https://doi.org/10.1108/S2398- 391420190000004009
Wardhani, D. (2013). Media Relations: Sarana Membangun Reputasi Organisasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.