• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) TERHADAP VELOCITY OF MONEY DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN UANG ELEKTRONIK (E-MONEY) TERHADAP VELOCITY OF MONEY DI INDONESIA"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

(E-MONEY) TERHADAP VELOCITY OF MONEY DI INDONESIA

OLEH

SAIDAN SANY LUBIS 160523054

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

(3)
(4)

(5)

TERHADAP VELOCITY OF MONEY DI INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permintaan uang elektronik (e- money) di Indonesia dan mengetahui pengaruh uang elektronik (e-money) terhadap velocity of money di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Periode data tahun penelitian ini adalah 2014 sampai dengan 2018.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat permintaan uang elektronik di Indonesia dalam periode 2014 sampai dengan 2018 sangat tinggi dan terus terjadi peningkatan di setiap tahunnya. Pada tahun 2014 diketahui bahwa permintaan uang elektronik di Indonesia cukup tinggi mulai dari bulan Januari hingga Desember. Berikutnya pada tahun 2015 juga terjadi peningkatan permintaan uang elektronik dari tahun sebelumnya.

Namun pada pertengahan tahun 2016 tepatnya pada bulan Juni 2016 diketahui jumlah permintaan uang elektronik mulai meningkat dengan drastis hingga tahun 2018. Permintaan uang elektronik berpengaruh terhadap velocity of money di Indonesia pada periode 2014 sampai dengan 2018. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi permintaan uang elektronik, maka semakin tinggi pula velocity of money atau perputaran uang di Indonesia.

Kata Kunci: Permintaan, Uang Elektronik, Velocity of Money

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ELECTRONIC MONEY REQUEST FOR VELOCITY OF MONEY IN INDONESIA

This study aims to analyze the demand for electronic money (e-money) in Indonesia and determine the effect of electronic money (e-money) on the velocity of money in Indonesia. This type of research is descriptive with a quantitative approach. The analysis technique used is multiple linear regression. The data period of this research year is 2014 to 2018.

The results of this study indicate that the level of demand for electronic money in Indonesia in the period 2014 to 2018 is very high and continues to increase every year. In 2014 it was found that the demand for electronic money in Indonesia was quite high from January to December. Next in 2015 there was also an increase in demand for electronic money from the previous year.

But in the middle of 2016, precisely in June 2016, it was known that the demand for electronic money began to increase dramatically until 2018. Demand for electronic money affected the velocity of money in Indonesia in the period 2014 to 2018. This proves that the higher demand for electronic money, the higher the velocity of money or velocity of money in Indonesia.

Keywords: Demand, Electronic Money, Velocity of Money

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan pembuatan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Kepada kedua orang tua yang tercinta, Ayah Sutan Nasrun Sany, SE dan Ibu Dra. Asmara Sari Nasution, M.Si terima kasih atas cinta kasih dan pengorbanan Ayah dan Ibu yang tidak akan pernah dapat terbalas.

Skripsi ini berjudul “Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) Terhadap Velocity of Money Di Indonesia”. Saya telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, MSi., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara.

4. Bapak Walad Altsani H. Ritonga, SE, MEc., selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesai.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc., dan Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, MSi., selaku dosen Penguji I dan Penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

(8)

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

7. Seluruh teman-teman yang turut membantu penyelesaian skripsi ini,namun tidak dituliskan pada lembar ini,penulis mohon maaf dan tidak mengurangi rasa terimakasih penulis.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Januari 2020 Penulis

Saidan Sany Lubis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Teori Permintaan ... 8

2.1.1. Definisi Permintaan ... 8

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 9

2.1.3. Fungsi Permintaan ... 9

2.2. Sistem Pembayaran ... 11

2.2.1. Pengertian Sistem Pembayaran... 11

2.2.2. Evolusi Sistem Pembayaran ... 12

2.3. Uang Elektronik (E-Money) ... 14

2.3.1. Pengertian Uang Ektronik (E-Money) ... 14

2.3.2. Jenis-Jenis Uang Elektronik (E-Money) ... 15

2.3.3. Jenis-Jenis Transaksi Uang Elektronik ... 17

2.3.4. Pihak Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money) ... 18

2.4. Teori Permintaan Uang Elektronik (E-Money) ... 20

2.4.1. Teori Kuantitas Uang ... 20

2.4.2. Teori Cambridge ... 21

2.5. Velocity of Money ... 22

2.6. Penelitian Terdahulu ... 22

2.7. Kerangka Konseptual ... 24

2.8. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Operasionalisasi Variabel ... 26

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

(10)

3.5.1. Uji Asumsi Klasik ... 28

3.5.2. Analisis Deskripitif ... 30

3.5.3. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 31

3.5.4. Uji Hipotesis ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Hasil Penelitian ... 33

4.1.1. Perolehan Data Penelitian ... 33

4.1.2. Deskripsi Statistik ... 40

4.1.3. Uji Asumsi Klasik ... 42

4.1.4. Regresi Linear Sederhana ... 45

4.1.5. Uji Hipotesis ... 47

4.2. Pembahasan ... 48

4.2.1. Permintaan Uang Elektronik di Indonesia Periode 2014 Sampai dengan 2018 ... 48

4.2.2. Pengaruh Permintaan Uang Elektronik terhadap Velocity of Money di Indonesia Periode 2014 sampai dengan 2018 ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1. Kesimpulan ... 52

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA... 54 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Halaman

2.1. Perbedaan Fasilitas Uang Elektronik Registered dan Unregistered ... 16

2.2. Penelitian Terdahulu ... 23

3.1. Karakter Hubungan ... 32

4.1. Perolehan Data Periode 2014 ... 33

4.2. Perolehan Data Periode 2015 ... 35

4.3. Perolehan Data Periode 2016 ... 36

4.4. Perolehan Data Periode 2017 ... 38

4.5. Perolehan Data Periode 2018 ... 39

4.6. Deskriptif Statistik Permintaan Uang Elektronik ... 41

4.7. Deskriptif Statistik Velocity of Money ... 41

4.8. Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test ... 42

4.9. Hasil Uji Autokorelasi ... 44

4.10. Hasil Uji Multikolinearitas ... 45

4.11. Hasil Regresi Linear Sederhana ... 46

4.12. Koefisien Determinasi (R2) ... 47

4.13. Hasil Uji Signifikansi Parsial ... 48

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul

Halaman

1.1. E-Money Terpopuler d Indonesia ... 4

2.1. Kurva Permintan ... 10

2.2. Ilustrasi Sederhana Proses Sistem Pembayaran ... 12

2.3. Kerangka Konseptual ... 25

4.1. Grafik Data Periode 2014... 34

4.2. Grafik Data Periode 2015... 35

4.3. Grafik Data Periode 2016... 37

4.4. Grafik Data Periode 2017... 38

4.5. Grafik Data Periode 2018... 40

4.6. Hasil Uji Normalitas dengan Histogram ... 43

4.7. Hasil Uji Normalitas dengan P-P Plot ... 44

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak memasuki abad millenium banyak bidang teknologi yang berkembang dengan pesat yang salah satunya adalah dalam sistem pembayaran.

Sistem pembayaran menjadi salah satu pilar penopang stabilitas sistem keuangan dalam suatu Negara termasuk Indonesia. Di Negara Indonesia sendiri, sistem pembayaran telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi yang diiringi dengan semakin berkembangnya komputer dan meluasnya akses jaringan internet, sehingga menstimulasi penciptaan sistem pembayaran yang lebih efisien.

Walaupun jaringan internet di Indonesia tidak terlalu cepat, namun antusiasme pengguna internet untuk beralih ke sistem pembayaran elektronik sangat luas biasa. Berdasarkan data yang di peroleh dari CNN Indonesia (2019)⁠

diketahui bahwa rata-rata kecepatan internet di Indonesia menduduki peringkat 42 dari total 46 negara lain. Hasil ini diperoleh dari data Ookla pada Desember 2019.

Artinya, kecepatan internet di Indonesia tergolong keempat paling buncit dari negara lainnya. Rata-rata kecepatan internet kabel di Indonesia adalah 15,5 Mbps, sementara rata-rata kecepatan internet kabel dunia sebesar 54,3 Mbps. Kecepatan ini rata-rata mengalami kenaikan 33 persen tiap tahun. Lantas untuk kecepatan koneksi internet mobile atau seluler, Indonesia kembali menduduki peringkat buncit. Dari 45 negara, Indonesia berada di peringkat 43.

Hal tersebut terjadi karena Indonesia belum mampu menyediakan bandwidh yang besar untuk setiap aliran data internet. Karena bandwidh yang

(14)

2

terbatas, sementara antusias pengguna internet sangat besar, maka kecepatan internet di Indonesia mengalami penurunan. Salah satu sumber trafik internet yang cukup besar di Indonesia adalah penggunaan sistem pembayaran online atau yang lebih dikenal dengan istilah E-Money.

Menelusuri perkembangan sistem pembayaran di Indonesia pada awalnya, setiap orang menggunakan uang tunai sebagai instrumen pembayaran seperti uang kertas dan koin. Hingga kini, instrumen pembayaran tersebut tetap digunakan hingga kini dimanapun. Selain uang kertas, ada instrumen pembayaran lainnya yang juga digunakan seperti transfer elektronik atau sistem transfer antar bank.

Ada juga yang menggunakan kartu kredit dimana, instrumen ini muncul sekitar tahun 90an berdasarkan data dari Bank Indonesia (Paper.id, 2018)⁠.

Perkembangan sistem transfer elektronik dan kartu kredit yang digemari banyak orang membuat bank-bank berminat untuk menggarap bisnis tersebut.

Hasilnya, ada banyak tawaran kartu kredit dengan beragam keunggulan.

Munculnya sistem transfer elektronik dan kartu kredit menjadi awal akan terbitnya payment card. Selain itu, hal ini juga menandai perkembangan metode pembayaran di Indonesia dimana, ada banyak orang yang menggunakannya.

Menurut data dari Bank Indonesia, transaksi penggunaan kartu ATM/Debit pada tahun 2016 tercatat hingga 5,623 triliun dan kartu kredit mencapai angka 281 triliun Rupiah. Hal itu juga mendorong setiap institusi untuk melakukan inovasi dengan membuat m-banking dan e-banking di Indonesia. Inovasi ini diawali oleh BCA (Bank Central Asia) dengan mengoperasikan e-banking pada tahun 2001.

Hingga setiap orang mulai menggunakan metode pembayaran itu yang berdampak

(15)

pada melonjaknya transaksi via internet. Transaksi internet banking melonjak tinggi dan menjadi langkah besar yang membuat banyak orang mulai beralih kesana (Paper.id, 2018)⁠.

Payment cards akhirnya berevolusi menjadi e-money atau uang elektronik.

Metode pembayaran ini sedang sangat popular dan disukai oleh banyak orang.

Mekanisme uang elektronik menggunakan suatu media berupa server atau chip untuk menyimpan nilai uang secara elektronik. Hal ini telah diatur oleh regulasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.

11/12/PBI/2009.

Sejak tahun 2013 saat pemerintah dan Bank Indonesia menggaungkan kampanye cashless society atau gerakan transaksi non tunai, dan disertai dengan perkembangan teknologi, berhasil mengubah total gaya hidup bermasyarakat termasuk dalam hal bertransaksi, kampanye itu kini mulai terasa manfaatnya.

Saat ini banyak perusahaan yang telah menyediakan layanan sistem pembayaran dengan teknologi QR Code (Quick Response Code) atau QR payment. Mulai dari perusahaan teknologi start-up, operator hingga perbankan

yang juga mulai ikut serta menyediakan layanan tersebut.

Saat ini ada beberapa e-money yang paling populer dan paling sering digunakan di Indonesia. Adapun beberapa e-money tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

(16)

4

Sumber: Sukirno (2019)

Gambar 1.1.

E-Money Terpopuler di Indonesia

Melalui Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa keberadaan sistem pembayaran menggunakan uang elektronik menjadi pilihan masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini karena uang elektronik dianggap memudahkan dalam melakukan setiap transaksi. Pembayaran dengan uang elektronik juga mendorong para pelaku usaha untuk beradaptasi menggunakannya dalam segala pembayaran.

Penggunaan uang elektronik tentu akan mengubah fungsi permintaan uang terhadap kecepatan perputaran uang (velocity of money). Menurut Irving Fisher dalam Mishkin (2010)⁠ bahwa meningkatnya permintaan uang elektronik disebabkan karena banyaknya masyarakat menggunakan kartu debit dan kartu kredit dalam melakukan transaksinya, yang termasuk kedalam instrumen e-money.

Sehingga jika semakin sedikit uang yang dibutuhkan untuk melakukan pembelian, maka semakin sedikit pula uang yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh pendapatan nominal, akibatnya kecepatan perputaran uang (velocity of money) akan naik. Berlaku sebaliknya bahwa apabila pembelian lebih

(17)

banyak menggunakan uang tunai atau cek, maka lebih banyak uang yang digunakan untuk melakukan transaksi yang dihasilkan oleh jumlah pendapatan nominal yang sama, dan kecepatan perputaran uang (velocity of money) akan turun.

Bank Indonesia (BI) mencatat perputaran uang selama Maret 2018 sebesar Rp 35 triliun per hari. Angka tersebut meningkat dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 25 triliun per hari. Total perputaran uang di money market Indonesia sebesar Rp 30 triliun sampai Rp 35 triliun per hari periode Maret, bahkan saat ini Rp 33 triliun sampai Rp 35 triliun per hari. Tahun lalu Rp 24 triliun sampai Rp 25 triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan volume transaksi di pasar uang (Liputan6.com, 2019)⁠. Peningkatan perputaran uang atau velocity of money tersebut menandakan bahwa kegiatan perekonomian Indonesia semakin

tumbuh dengan pesat dan mencerminkan adanya perputaran uang di money market.

Dalam perkembangannya, beberapa negara telah menemukan dan menggunakan produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai Electronic Money (e-money), yang karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronis

yang telah disebutkan sebelumnya. Pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan e-money tidak selalu memerlukan proses otorisasi dan keterkaitan secara langsung (on-line) dengan rekening nasabah di bank. Hal ini dapat terjadi karena e-money merupakan produk stored value dimana sejumlah nilai dana tertentu (monetary value) telah terekam (tersimpan) dalam alat pembayaran yang digunakan tersebut (Pramono, 2018)⁠.

(18)

6

Kemudahan transaksi tersebut dapat mendorong penurunan biaya transaksi dan pada gilirannya dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi. Namun disamping memberikan berbagai kemudahan, perkembangan penggunaan alat pembayaran non tunai secara luas telah menimbulkan kontroversi mengenai kemungkinan implikasinya terhadap pelaksanaan kebijakan moneter, khususnya dalam pengendalian besaran moneter.

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian ini, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai permintaan uang elektronik dan dampaknya terhadap velocity of money di Indonesia dengan judul penelitian

“Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) terhadap Velocity of Money di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar permintaan uang elektronik (e-money) di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh uang elektronik (e-money) terhadap velocity of money di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat dketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis permintaan uang elektronik (e-money) di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh uang elektronik (e-money) terhadap velocity of money di Indonesia.

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi dan tambahan literatur bagi masyarakat dan mahasiswa/i yang ingin melakukan penelitian selanjutnya

2. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam disiplin ilmu yang ditekuni peneliti terutama dalam mengenal perkembangan e-money dan dampaknya terhadap velocity of money di Indonesia.

3. Bagi Pembaca

Sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya, sehingga dapat mengembangkan hasil penelitian.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Permintaan 2.1.1. Definisi Permintaan

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu (Sarnowo, 2014: 1)⁠. Menurut ilmu ekonomi, permintaan adalah berbagai jenis dan jumlah barang dan jasa yang diminta pembeli pada berbagai kemungkinan harga dalam periode tertentu di pasar. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu, dalam teori permintaan terutama dianalisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan harga barang tersebut (Sukirno, 2015: 76)⁠.

Menurut Rasul & Abdul (2014: 76)⁠ permintaan merupakan sejumlah barang dan jasa yang diminta oleh konsumen dari suatu perusahaan pada tingkat harga beberapa. Hukum permintaan menyatakan “jika harga barang turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung meningkat. Sebaliknya jika harga naik maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun dengan asumsi faktor- faktor lain di luar harga konstan”. Hukum permintaan memiliki hubungan seperti itu karena pembeli akan mecari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti barang yang mengalami kenaikan harga tersebut (Sukirno, 2015: 76)⁠.

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, yaitu (Sukirno, 2015: 80)⁠:

(21)

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut 3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

5. Cita rasa masyarakat 6. Jumlah penduduk

7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang 2.1.3. Fungsi Permintaan

Permintaan adalah berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Artinya dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta, sehingga hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang yang diminta ini dapat disajikan dalam kurva permintaan, yaitu kurva yang menunjukkan tempat titik-titik yang menggambarkan pembelian pada harga tertentu dengan anggapan cateris paribus atau hal-hal lain dianggap tetap (Sukirno, 2015: 80)⁠.

Sumber: Sukirno (2015)⁠

Gambar 2.1.

Kurva Permintaan

(22)

10

Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa kurva permintaan berbentuk garis lurus yang miring dari kiri atas ke kanan bawah. Miringnya kurva permintaan tersebut menunjukkan adanya hukum permintaan, dan lurusnya kurva permintaan menunjukkan adanya anggapan bahwa yang berpengaruh terhadap jumlah barang yang diminta hanyalah tingkat harga, sedangkan hal-hal lain dianggap tetap (cateris paribus).

Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga dari barang itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh pendapatan konsumen, harga barang lain, selera, dan lain sebagainya. Secara matematis hal itu dapat dirumuskan dalam formula sebagai berikut (Sukirno, 2015: 84)⁠:

Keterangan:

Dx = jumlah barang yang diminta Px = harga barang itu sendiri Y = pendapatan konsumen Py = harga barang lain T = selera

u = faktor - faktor lainnya.

Apabila terjadi perubahan faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga, maka akan terjadi perubahan permintaan. Perubahan permintaan akan digambarkan dengan pergeseran kurva permintaan ke atas atau ke bawah (Joesron, 2014: 63)⁠.

(23)

2.2. Sistem Pembayaran

2.2.1. Pengertian Sistem Pembayaran

Pembayaran dapat diartikan sebagai perpindahan nilai antara dua belah pihak (secara sederhana dipakai istilah pembeli dan penjual), dimana secara bersamaan terjadi perpindahan barang dan jasa. pada intinya dalam setiap kegiatan ekonomi terjadi proses pembayaran ini (Humphrey, 2001: 1)⁠.

Menurut Undang-Undang Bank Indonesia No.23/1999, sistem pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme, yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.

Menurut Humphrey (2001: 1)⁠ sistem pembayaran adalah sesuatu yang penting karena membentuk spesialisasi yang terjadi dalam produksi dan membantu menciptakan transaksi yang efisien.

Sumber: Humphrey (2001)⁠

Gambar 2.2.

Ilustrasi Sederhana Proses Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran pada dasarnya adalah semata-mata hanya sebuah persetujuan mengenai cara mentransfer sejumlah nilai uang antara pembeli (buyers) dan penjual (sellers) dalam sebuah transaksi (Humphrey, 2001: 3)⁠.

(24)

12

2.2.2. Evolusi Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran telah berubah sepanjang waktu, demikian pula dengan bentuk uang. Pada suatu waktu, logam berharga seperti emas digunakan sebagai alat pembayaran utama dan dari emas tersebut berubah menjadi bentuk utama dari uang. Selanjutnya asset kertas seperti cek dan uang kertas mulai digunakan untuk sistem pembayaran dan dianggap sebagai uang. Dimana sistem pembayaran memiliki makna terhadap bagaimana uang akan didefenisikan di masa mendatang (Mishkin, 2010: 72)⁠.

Akar dari evolusi sistem pembayaran dimulai dari sistem perekonomian yang paling sederhana yang dikenal dengan cara barter. Dimana seseorang yang membutuhkan barang tertentu dapat memperolehnya dengan menukarkanya dengan barang yeng berbeda. Karena barter menemui banyak permasalahan, maka digantikan oleh commodity currency berupa emas perak atau koin (Mishkin, 2010:

72)⁠.

Sistem barter dan commodity currency ini tidak efisien, maka tahap evolusi berlanjut pada penggunaan uang fiat (uang kepercayaan). Uang fiat adalah uang kertas yang diumumkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi. Uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi sapenjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang mengeluarkannya dan dalam pencetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan (Mishkin, 2010: 73)⁠.

Kehadiran uang fiat (uang kertas) dan commodity currency (koin) telah memberikan kepraktisan dalam melakukan transaksi dalam perekonomian. Kedua tipe uang ini dapat dikelompokkan menjadi sistem pembayaran tunai. Dan paling

(25)

umum digunakan untuk transaksi perekonomian terutama pada negara-negara sedang berkembang. Namun uang tunai hanya dirasa cukup paraktis untuk melakukan transaksi yang bernilai kecil, tidak demikian dengan transaksi yang bernilai besar, karena akan diperlukan jumlah fisik uang yang banyak, serta tidak aman untuk membawa uang dalam jumlah banyak (Mishkin, 2010: 73)⁠.

Berbagai macam kendala dalam penggunaan uang tunai (kertas dan logam) dalam transaksi pembayaran mendorong munculnya inovasi baru.

Perkembangan sistem pembayaran berlanjut kepada penggunaan cek. Cek hadir untuk mengatsi masalah dalam hal transaksi tunai (uang kertas dan logam) dalam jumlah besar. Cek mampu mempermudah transaksi dalam jumlah yang besar karena nilainya tergantung dari yang tertulis diatasnya. Selain itu, keuntungan dari cek adalah mengurangi biaya transportasi dan mengefisienkan pembayaran (Mishkin, 2010: 73)⁠.

Sama halnya seperti uang fiat ternyata penggunaan cek juga membutuhkan biaya dalam proses pencairannya. Beberapa jenis cek hanya dapat dicarikan dalam jangka waktu tertentu. Pengunaan cek juga membutuhkan satu atau lebih bank, yaitu transfer dana deposito dari rekening bank pihak pembayar ke rekening bank penerima pembayaran. Oleh Karena hambatan tersebut, maka evolusi pembayaran berlanjut dengan dikembangkannya pembayaran elektronik. Pada dekade 1970-an dan 1980-an elektonifikasi dalam system pembayaran mulai berkembang. Alat pembayaran mengunakan kartu memudahkan masayrakat untuk bertransaksi langsung di tempat penjualan (Point Of Sales – POS) (Mishkin, 2010: 73)⁠.

(26)

14

Pembayaran elektronik mampu mengatasi masalah uang fiat serta cek berbasis kertas. Masalah tersebut meliputi ketidakpraktisan dan ketidaknyamanan untuk dipegang serta adanya biaya transportasi untuk melangsungkan prose transaksi. Di Indoensia, e-money mulai dikenalkan sejak tahun 2007, yang ditujukan untuk jenis pembayaran mikro sebagai pengganti uang. Seiring dengan perkembangan teknologi perpindahan dana secara elektronis yang cepat antar kota bahkan antar negara telah memungkinkan untuk dilaksanakan (Mishkin, 2010:

73)⁠.

2.3. Uang Elektronik (E-Money)

2.3.1. Pengertian Uang Ektronik (E-Money)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik menjelaskan bahwa uang elektronik (e-money) adalah instrumen pembayaran yang memenuhi unsur sebagai berikut:

1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit.

2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip.

3. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.

Uang elektronik adalah alat bayar elektronik yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit, baik secara langsung, maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan pendebitan rekening di bank, dan nilai uang tersebut dimasukan menjadi nilai uang dalam media uang

(27)

elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai uang pada media uang elektronik tersebut (Vietzal, 2013: 67)⁠.

2.3.2. Jenis-Jenis Uang Elektronik (E-Money)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik menjelaskan bahwa berdasarkan pencatatan data identitas pemegang uang elektronik dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu uang elektronik yang data identitas pemegangnya terdaftar dan tercatat pada penerbit (registered) dan uang elektronik yang data identitas pemegangnya tidak terdaftar dan tidak tercatat pada penerbit (unregistered).

Tabel 2.1.

Perbedaan Fasilitas Uang Elektronik Registered dan Unregistered

No. Registered Unregistered

1 Registrasi Pemegang Pengisian Ulang (top up) 2 Pengisisan Ulang (top up) Pembayaran transaksi 3 Pembayaran transaksi Pembayaran tagihan

4 Pembayaran tagihan Fasilitas lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia

5 Transfer dana -

6 Tarik Tunai -

7 Fasilitas lain berdasarkan persetujuan

Bank Indonesia -

Sumber: Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik Menurut Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik, berdasarkan tempat penyimpanan nilai dananya, uang elektronik juga terbagi 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Uang elektronik berbasis kartu atau chip

(28)

16

Dimana nilai dana uang elektronik dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh penerbit juga dicatat pada media elektronik yang dikelola oleh pemegang. Sistem pencatatan seperti ini terjadi pada uang elektronik berbasis kartu atau chip dan memungkinkan transaksi dilakukan secara offline.

2. Uang elektronik berbasis server

Dimana nilai dana pemegang tersimpan pada database penerbit dan dalam melakukan transaksi akan membutuhkan media berupa gadget pengguna untuk mengirim nomor sandi dan nilai transaksi yang dibutuhkan dan menerima nomor token untuk melakukan transaksi. Sistem pencatatan seperti ini terjadi pada uang elektronik berbasis server dan hanya dapat dilakukan secara online.

2.3.3. Jenis-Jenis Transaksi Uang Elektronik

Menurut Bank Indonesia (2011)⁠ jenis-jenis transaksi dengan menggunakan uang elektronik (e-money) secara umum, antara lain:

1. Penerbitan (issuance) dan pengisian ulang (top up)

Pengisian nilai uang kedalam media uang elektronik dapat dilakukan terlebih dahulu oleh penerbit sebelum dijual kepada pemegang. Untuk selanjutnya pemegang uang elektronik bisa melakukan pengisian ulang (top up) yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui penyetoran uang tunai, pendebitan uang dari rekening bank, atau melalui terminal-terminal pengisian ulang yang telah dilengkapi peralatan khusus oleh penerbit.

(29)

2. Transaksi pembayaran

Transaksi pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money) pada prinsipnya dilakukan penukaran nilai uang dalam bentuk data elektronik dengan barang antara pemegang uang elektronik dan pedagang menggunakan protokol yang telah ditetapkan.

a) Transfer

Transfer dalam transaksi uang elektroni adalah fasilitas pengiriman nilai uang antar pemegang uang elektronik melalui terminal-terminal yang telah dilengkapi dengan peralatan khusus.

b) Tarik tunai

Tarik tunai adalah fasilitas penarikan uang tunai atas nilai uang elektroni yang tercatat pada media e-money yang dimiliki pemegang, yang dapat dilakukan setiap saat oleh pemegang uang elektronik.

c) Refund atau redeem

Refund atau redeem adalah penukaran kembali nilai uang elektronik

kepada penerbit, baik yang dilakukan oleh pemegang pada saat nilai uang elektronik tidak terpakai atau masih tersisa pada saat pemegang mengakhiri penggunaan uang elektronik atau masa berlaku telah berakhir, maupun yang dilakukan oleh pedagang pada saat penukaran nilai uang elektonik yang diperoleh dari pemegang atas transaksi jual beli barang.

(30)

18

2.3.4. Pihak Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik, beberapa pihak yang terkait dengan penyelenggaraan uang elektronik sebagai berikut:

1. Penerbit adalah pihak yang menerbitkan uang elektronik 2. Pengguna adalah pihak yang menggunakan uang elektronik

3. Acquirer adalah pihak yang melakukan kerja sama dengan penyedia barang atau jasa sehingga mampu memproses transaksi uang elektronik yang diterbitkan oleh pihak selain acquirer yang bersangkutan dan bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran kepada penyedia barang atau jasa.

4. Prinsipal adalah pihak yang bertanggung jawab atas penerusan data transaksi uang elektronik melalui jaringan, pelaksanaan perhitungan hak dan kewajiban, penyelesaian pembayaran dan penetapan mekanisme dan prosedur bisnis, antar anggotanya yang berperan sebagai penerbit dan/atau acquirer dalam transaksi uang elektronik.

5. Penyelenggara switching adalah pihak yang menyelenggarakan kegiatan penyediaan infrastruktur yang berfungsi sebagai pusat atau penghubung penerusan data transaksi pembayaran dengan menggunakan uang elektronik.

6. Penyelenggara kliring adalah pihak yang melakukan perhitungan hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer setelah pelaksanaan transaksi uang elektronik.

(31)

7. Penyelenggara penyelesaian akhir adalah pihak yang melakukan dan bertanggung jawab terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer berdasarkan hasil perhitungan dari penyelenggara kliring.

8. Penyedia barang atau jasa (merchant) adalah pihak yang menjual barang atau jasa yang menerima pembayaran dari pengguna.

9. Penyelenggara penunjang adalah penyelenggara penunjang sebagaimana dimaksud dalam ketentuan bank indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran.

2.4. Teori Permintaan Uang Elektronik (E-Money) 2.4.1. Teori Kuantitas Uang

Teori ini menganggap orang memegang uang untuk membeli barang dan jasa. Semakin banyak uang yang dibutuhkan dalam transaksi, maka semakin banyak pula uang yang harus dimiliki. Sehingga jumlah uang dalam perekonomian sangat erat kaitannya dengan jumlah rupiah yang dipertukarkan dalam transaksi. Hubungan antara transaksi dan uang dinyatakan dalam persamaan berikut (Hartono, 2014: 306)⁠:

M.V = P.T Keterangan:

M = jumlah uang beredar

V = kecepatan perputaran uang (laju uang beredar) P = harga barang/jasa

(32)

20

Teori ini memberikan inspirasi betapa pentingnya mengendalikan jumlah uang beredar. Pengendalian jumlah uang beredar bertujuan untuk menjamin pertumbuhan output, stabilitas harga dan full employment. Tetapi, persamaan ini menyimpan masalah, yaitu sulitnya mengukur/menghitung jumlah transaksi.

Untuk memecahkan masalah ini, jumlah transaksi T diganti dengan keseluruhan output dari perekonomian, yakni Y . Transaksi dan output sangat berkaitan. Makin

banyak perekonomian berproduksi, kian banyak barang dibeli dan dijual. Nilai uang dari transaksi sebanding dengan nilai uang dari output, Sehingga persamaannya menjadi (Hartono, 2014: 306)⁠:

M.V = P.Y

Karena Y juga merupakan pendapatan total, maka V dalam persamaan kuantitas versi ini menjadi perputaran pendapatan uang (income velocity of money). Perputaran pendapatan uang menyatakan berapa kali uang masuk ke

dalam pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu.

2.4.2. Teori Cambridge

Pada saat yang hampir bersamaan, Marshal dan Pigou dari Universitas Cambridge juga mengembangkan perumusan permintaan uang. Rumusan Cambridge ialah (Hartono, 2014: 307)⁠:

M = k PY ,k= 1 v

Persamaan matematik Marshall di atas menunjukkan bahwa demand for holding money adalah suatu proporsi (k) dari jumlah pendapatan (PT). Semakin besar k, maka semakin besar demand for holding money (M) untuk tingkat pendapatan tertentu (PT). Konsep Marshall menyatakan bahwa uang adalah stock

(33)

concept. Oleh sebab itu, kelompok Cambridge mengatakan bahwa uang adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth). Meskipun Marshall tidak menyebut secara eksplisit, inilah awal pemikiran bahwa uang terkait erat dengan tingkat bunga sebagai price of money, yang pada akhirnya menjadikan uang sebagai bahan komoditas (Karim, 2015: 78)⁠.

2.5. Velocity of Money

Velocity of money (percepatan perputaran uang) adalah rata-rata jumlah

berapa kali per tahun (perputaran) dari satu unit mata uang yang digunakan untuk membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian (Mishkin, 2010: 98)⁠. Kemudian Mankiw (2010: 102)⁠ mendefinisikan velocity of money ke dalam 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Perputaran uang transaksi (transaction velocity of money), yang diartikan sebagai berapa kali uang berpindah tangan dalam periode waktu tertentu akan mengukur tingkat dimana uang bersikulasi dalam perekonomian 2. Perputaran pendapatan uang (income velocity of money), yang menyatakan

bahwa berapa kali uang masuk kedalam pendapatan seseorang dalam periode waktu tertentu.

Sedangkan Bank Indonesia (2011)⁠ menjelaskan bahwa velocity of money (kecepatan perputaran uang) adalah besarnya kecepatan perputaran uang dalam perekonomian, yang merupakan cara untuk mengukur pendapatan nasional dibandingkan dengan perilaku pembelian dengan menggambarkan hubungan antara uang, pembelian barang, dan jasa. Hal tersebut biasanya dinyatakan dalam

(34)

22

bentuk perbandingan antara pendapatan nasional bruto terhadap uang yang tesedia untuk pembelian (persediaan uang).

2.6. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang menjadi acuan bagi dari penelitian saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3.

Penelitian Terdahulu

No. Nama (Tahun) Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Widodo (2018)⁠ Analisis Pengaruh

Electronic Money Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesiaperiode 2009- 2017 Menurut Perspektif Ekonomi Islam

Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan hasil uji T : Koefisen bernilai positif antara e-money dengan jumlah uang beredar.

T hitung > t tabel (2.645524>1.982815) maka ho ditolak dan h1 diterima.

Karena t hitung lebih besar dari t tabel, artinya volume transaksi e-money berpengaruh terhadap jumlah uang beredar.

Berdasarkan nilai Adjusted R² sebesar 0,990, yang menunjukkan bahwa pengungkapan Electronic Money sebesar 99,90%.

Sedangkan sisanya sebesar 0,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukan didalam model. Berdasarkan pandangan Islam mengenai transaksi e-money bahwa transaksi tidak mengandung maysir, tidak menimbulkan riba, tidak mendorong israf (pengeluaran yang berlebihan), tidak digunakan untuk transaksi objek haram dan maksiat.

(35)

2 Anugrah (2017)⁠ Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) Di Indonesia (Periode 2007- 2016)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan, kecepatan perputaran uang berpengaruh signifikan dan pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia.

3 Sumolang (2015)⁠ Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money) Di Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan, kecepatan perputaran uang berpengaruh signifikan, pendapatan per kapita berpengaruh signifikan, dan mesin EDC tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan uang elektronik di Indonesia.

2.7. Kerangka Konseptual

Setiap orang memegang uang untuk membeli barang dan jasa. Semakin banyak uang yang dibutuhkan dalam transaksi, maka semakin banyak pula uang yang harus dimiliki. Sehingga jumlah uang dalam perekonomian sangat erat kaitannya dengan jumlah rupiah yang dipertukarkan dalam transaksi (Hartono, 2014)⁠. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi velocity of money yang merupakan jumlah perputaran dari satu unit mata uang yang digunakan untuk membeli total barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian (Mishkin, 2010)⁠.

Menurut Silitonga (2014)⁠ antara permintaan uang elektronik dengan nilai velocity of money di Indonesia memiliki hubungan kausalitas satu arah, dimana tingkat volume transaksi uang elektronik mempengaruhi nilai velocity of money dalam artian ketika permintaan akan uang elektronik semakin tinggi maka

(36)

24

Adapun gambaran kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3.

Kerangka Konseptual

2.8. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual dalam penelitian ini,maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara permintaan uang elektronik terhadap velocity of money di Indonesia.

Ha : Terdapat pengaruh positif signifikan antara permintaan uang elektronik terhadap velocity of money di Indonesia.

Permintaan Uang Elektronik

Velocity of Money Penyediaan Barang &

Jasa

Transaksi Elektronik

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan rancangan yang terstruktur, formal dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional yang mendetail (Sugiyono, 2016)⁠. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat assosiatif (hubungan), yaitu suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2016)⁠, dimana dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengaruh antara variabel bebas yaitu permintaan uang elektronik terhadap variabel terikat yaitu velocity of money.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel adalah pengertian variabel yang diungkap dalam definisi konsep tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Permintaan Uang Elektronik

Permintaan uang elektronik merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, yang menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Permintaan uang elektronik dalam penelitian ini diukur dengan besaran nominal transaksi atau jumlah uang elektronik yang beredar di Indonesia periode

(38)

27

2014-2018. Skala yang digunakan dalam pengukuran variabel ini adalah nominal.

2. Velocity of Money

Velocity of money merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Variabel

terikat adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas.

Velocity of money dalam penelitian ini diukur dengan volume percepatan

perputaran uang di Indonesia periode 2014-2018. Skala yang digunakan dalam pengukuran variabel ini adalah rasio.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberi data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2016)⁠. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dan bersumber dari data statistik volume peredaran uang elektronik yang di terbitkan oleh Bank Indonesia melalui website resmi www.bi.go.id pada periode januari 2014-2018. Sedangkan untuk data velocity of money diperoleh dari Kementrian Perdagangan melalui website resmi www.kemendag.go.id pada periode 2014- 2018.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Adapaun metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini, antara lain:

(39)

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari sesorang (Sugiyono, 2016)⁠. Data diperoleh dari data resmi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Kementrian Perdagangan pada periode 2014-2018.

2. Kepustakaan

Data kepustakaan adalah data yang dilaksanakan dengan menggunakan literature (kepustakaan), baik berupa buku catatan, sumber-sumber yang

telah dikumpulkan oleh orang lain, maupun hasil laporan penelitian terdahulu mengenai uang elektronik dan velocity of money.

3.5. Teknik Analisis Data 3.5.1. Uji Asumsi Klasik

Menurut Situmorang (2019: 144)⁠ uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear. Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Adapun bagian dari uji asumsi klasik terdiri dari:

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk melihat apakah data telah terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov Test. Menurut Ghozali (2016: 115)⁠ memberikan pedoman pengambilan

(40)

29

keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov Z yang dapat dilihat dari:

a. Nilai signifikan atau Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Nilai signifikan atau Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05, maka distribusi data adalah normal.

Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakan uj normalitas dengan pendekatan grafik histogram dan P-P Plot dengan kriteria sebagai berikut (Ghozali, 2016)⁠:

a. Apabila bentuk histogram dan penyebaran plot tidak mengikuti atau tidak searah dengan garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b. Apabila bentuk histogram dan penyebaran plot mengikuti atau searah dengan garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara pengamatan periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya dan sering terjadi pada sampel dengan data bersifat time series. Model disebut baik, apabila model independen dari autokorelasi (Nawari, 2016)⁠. Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam uji autokorelasi adalah sebagai berikut:

(41)

a. Deteksi Autokorelasi Positif

1) Jika dw < dL maka terdapat autokorelasi positif 2) Jika dw > dU maka tidak terdapat autokorelasi positif

3) Jika dL < dw < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan

b. Deteksi Autokorelasi Negatif

1) Jika (4 – dw) < dL maka terdapat autokorelasi negatif 2) Jika (4 – dw) > dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif

3) Jika dL < (4 – dw) < dU maka pengujian tidak meyakinkan atau tidak dapat disimpulkan

3. Multikoliniearitas

Uji Multikolinearitas (Multicolinerity) menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linear yang sempurna (Situmorang, 2019: 133)⁠.

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan

adanya multikolinearitas adalah tolerance < 0,1 sedangkan variance inflation factor (VIF) > 10 (Situmorang, 2019: 39)⁠.

3.5.2. Analisis Deskripitif

Metode analisis deskriptif merupakan metode analisis data dimana penelitian mengumpulkan, mengklasifikasikan, dan menyajikan data sehingga dapat memberikan gambaran umum yang jelas mengenai objek yang diteliti (Ghozali, 2016)⁠.

(42)

31

3.5.3. Analisis Regresi Linear Sederhana

Regresi linear sederhana dilakukan untuk menentukan hubungan linear antara satu variabel bebas (X) dengan satu variabel terikat (Y) (Situmorang, 2019:

151)⁠. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah permintaan uang elektronik (X) dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah velocity of money (Y).

Adapun persamaan regresi linear sederhana yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y = a + bX + e Keterangan:

Y = Velocity of Money a = Konstanta

b = Koefisien regresi linear sederhana X = Permintaan Uang Elektronik e = Standard error

3.5.4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah dibuat. Adapun uji hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independent atau prediciornya.

Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel independent menerangkan variabel dependen. Range

(43)

nilai dari R2 adalah 0-1 ≤ R2 ≤ 1. Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan sangat terbatas (Situmorang, 2019: 154)⁠.

Tabel 3.1.

Karakter Hubungan

Nilai Interpretasi 0,0 – 0,19 Sangat tidak erat 0,2 – 0,39 Tidak erat 0,4 – 0,59 Cukup erat

0,6 – 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat erat

Sumber: Situmorang (2019)⁠

2. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial (individual) terhadap variasi variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

a. H0 : b = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

b. H0 : b ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

a. H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 0,05 (5%) b. H0 ditolak jika thitung > ttabel pada α = 0,05 (5%)

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Perolehan Data Penelitian

Adapun data yang diperoleh melalui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1.

Perolehan Data Periode 2014

Bulan Permintaan Uang Elektronik (juta rupiah)

Velocity of Money (miliar rupiah)

Jan 36.483.012,00 3.652.349,28

Feb 36.816.353,00 3.643.059,46

Mar 29.884.510,00 3.660.605,98

Apr 30.485.077,00 3.730.376,45

Mei 30.928.088,00 3.789.278,64

Jun 31.598.904,00 3.865.890,61

Jul 32.389.604,00 3.895.981,20

Agu 33.325.231,00 3.895.374,36

Sep 33.686.956,00 4.010.146,66

Okt 34.271.403,00 4.024.488,87

Nov 34.831.783,00 4.076.669,88

Des 35.738.233,00 4.173.326,50

Sumber: Hasil Penelitian, 2019

(45)

Gambar 4.1.Grafik Data Periode 2014 Grafik Data Periode 2014

Berdasarkan data perolehan tersebut dapat dilihat bahwa untuk perolehan data periode 2014 permintaan uang elektronik mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari permintaan uang elektronik sebesar Rp 36.483.012,00. Kemudian di bulan Februari meningkat menjadi Rp 36.816.353,00. Pada bulan berikutnya hingga Desember permintaan uang elektronik terus mengalami fluktuasi penurunan dari 2 (dua) bulan pertama. Hal ini menandakan bahwa pada periode 2014 penggunaan uang elektronik sebagai sistem pembayaran masih kurang diminati oleh masyarakat. Sedangkan untuk velocity of money terus mengalami peningkatan dalam periode 2014, mulai dari bulan Januari hingga Desember dengan nilai tertinggi sebesar Rp 4.173.326,50.

Jan Feb

Mar Apr Mei

Jun Jul

Agu Sep Okt

Nov Des 0

5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000

Permintaan Uang Elektronik

(juta rupiah) Velocity of Money (miliar rupiah)

(46)

35

Tabel 4.2.

Perolehan Data Periode 2015

Bulan Permintaan Uang Elektronik (juta rupiah)

Velocity of Money (miliar rupiah)

Jan 35.901.312,00 4.174.825,91

Feb 36.596.200,00 4.218.122,76

Mar 37.995.797,00 4.246.361,19

Apr 38.847.376,00 4.275.711,11

Mei 39.541.902,00 4.288.369,26

Jun 40.301.411,00 4.358.801,51

Jul 41.154.921,00 4.373.208,10

Agu 41.917.154,00 4.404.085,03

Sep 42.714.621,00 4.508.603,17

Okt 43.496.256,00 4.443.078,08

Nov 44.540.498,00 4.452.324,65

Des 34.314.795,00 4.546.743,03

Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Gambar 4.2.Grafik Data Periode 2015 Grafik Data Periode 2015

Jan Feb

Mar Apr Mei

Jun Jul

Agu Sep Okt Nov Des 0

5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 35000000 40000000 45000000 50000000

Permintaan Uang Elektronik

(juta rupiah) Velocity of Money (miliar rupiah)

(47)

Berdasarkan data perolehan tersebut dapat dilihat bahwa untuk perolehan data periode 2015 permintaan uang elektronik mengalami fluktuasi peningkatan hingga bulan November. Dengan nilai terendah di sebesar Rp 35.901.312,00 tepatnya pada bulan Januari dan nilai tertinggi sebesar Rp 44.540.498,00 pada bulan November, namun pada bulan Desember permintaan uang elektronik mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 34.314.795,00. Hal ini menandakan bahwa pada periode 2015 semakin banyak masyarakat yang menggunakan uang elektronik sebagai sistem pembayaran. Untuk velocity of money pada periode 2015 terus mengalami peningkatan dari bulan Januari hingga Desember dengan nilai terendah sebesar Rp 4.174.825,91 tepatnya pada bulan Januari, dan nilai tertinggi sebesar Rp 4.546.743,03 tepatnya pada bulan Desember.

Tabel 4.3.

Perolehan Data Periode 2016

Bulan Permintaan Uang Elektronik (juta rupiah)

Velocity of Money (miliar rupiah)

Jan 35.084.652,00 4.498.361,28

Feb 35.876.523,00 4.521.951,20

Mar 36.813.643,00 4.561.872,52

Apr 37.372.532,00 4.581.877,87

Mei 38.350.023,00 4.614.061,82

Jun 39.575.555,00 4.737.451,23

Jul 40.875.095,00 4.730.379,68

Agu 43.087.252,00 4.746.026,68

Sep 45.045.204,00 4.737.630,76

Okt 46.587.285,00 4.778.478,89

Nov 49.410.753,00 4.868.651,16

Des 51.204.580,00 5.004.976,79

(48)

37

Gambar 4.3.Grafik Data Periode 2016 Grafik Data Periode 2016

Berdasarkan data perolehan tersebut dapat dilihat bahwa untuk perolehan data periode 2016 permintaan uang elektronik mengalami peningkatan hingga bulan Desember, dengan nilai terendah sebesar Rp 35.084.652,00 pada bulan Januari dan nilai tertinggi sebesar Rp 51.204.580,00 pada bulan Desember. Hal ini menandakan bahwa masyarakat semakin marak menggunakan uang elektronik sebagai sistem pembayaran di tahun 2016. Untuk velocity of money mengalami peningkatan hingga bulan Desember dengan nilai terendah pada bulan Januari sebesar Rp 4.498.361,28 dan nilai tertinggi sebesar Rp 5.004.976,79 pada bulan Desember.

Tabel 4.4.

Perolehan Data Periode 2017

Bulan Permintaan Uang Elektronik (juta rupiah)

Velocity of Money (miliar rupiah)

Jan 52.703.350,00 4.936.881,99

Feb 53.953.303,00 4.942.919,76

Jan Mar

Mei Jul

Sep Nov 0

10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000

Permintaan Uang Elektronik

(juta rupiah) Velocity of Money (miliar rupiah)

(49)

Bulan Permintaan Uang Elektronik (juta rupiah)

Velocity of Money (miliar rupiah)

Mar 56.056.861,00 5.017.643,55

Apr 57.768.225,00 5.033.780,29

Mei 60.130.482,00 5.126.370,15

Jun 63.707.377,00 5.225.165,76

Jul 69.457.592,00 5.178.078,75

Agu 68.841.316,00 5.219.647,63

Sep 71.783.618,00 5.254.138,51

Okt 75.846.689,00 5.284.320,16

Nov 113.722.577,00 5.321.431,77

Des 90.003.848,00 5.419.165,05

Sumber: Hasil Penelitian, 2019

Gambar 4.4.Grafik Data Periode 2017 Grafik Data Periode 2017

Berdasarkan data perolehan tersebut dapat dilihat bahwa untuk perolehan data periode 2017 permintaan uang elektronik mengalami peningkatan hingga

Jan Feb

Mar Apr

Mei Jun

Jul

Agu Sep Okt

Nov Des 0

20000000 40000000 60000000 80000000 100000000 120000000

Permintaan Uang Elektronik

(juta rupiah) Velocity of Money (miliar rupiah)

(50)

39

bulan November, dengan nilai terendah di bulan Januari sebesar Rp 52.703.350,00 dan nilai tertinggi sebesar Rp 113.722.577,00 pada bulan November, namun pada bulan Desember permintaan uang elektronik mengalami penurunan walau tidak terlalu jauh dari bulan November, yakni menjadi sebesar Rp 90.003.848,00. Hal ini menandakan bahwa masyarakat semakin banyak menggunakan uang elektronik sebagai sistem pembayaran pada periode 2017. Untuk velocity of money terus mengalami peningkatan selama periode 2017 dimulai dengan nilai

terendah di bulan Januari sebesar Rp 4.936.881,99 dan nilai tertinggi di bulan Desember sebesar Rp 5.419.165,05.

Tabel 4.5.

Perolehan Data Periode 2018

Bulan Permintaan Uang Elektronik (juta rupiah)

Velocity of Money (miliar rupiah)

Jan 97.163.539,00 5.351.684,67

Feb 103.707.405,00 5.351.650,33

Mar 109.775.772,00 5.395.826,04

Apr 113.837.552,00 5.409.088,81

Mei 118.650.970,00 5.435.082,93

Jun 125.182.806,00 5.534.149,83

Jul 131.806.962,00 5.507.791,75

Agu 135.812.593,00 5.529.451,81

Sep 142.477.296,00 5.606.779,89

Okt 144.361.292,00 5.667.512,10

Nov 152.073.288,00 5.670.975,24

Des 167.205.578,00 5.760.046,20

Sumber: Hasil Penelitian, 2019

(51)

Gambar 4.5.Grafik Data Periode 2018 Grafik Data Periode 2018

Berdasarkan data perolehan tersebut dapat dilihat bahwa untuk perolehan data periode 2018 permintaan uang elektronik mengalami peningkatan hingga bulan Desember, dengan nilai terendah di bulan Januari sebesar Rp 97.163.539,00 dan nilai tertinggi di bulan Desember sebesar Rp 167.205.578,00. Hal ini menandakan bahwa pada periode 2018 masyarakat secara umum sudah mulai menggunakan uang elektronik sebagai sistem pembayaran dalam setiap transaksi jual beli. Untuk velocity of money terus mengalami peningkatan selama periode 2018 dimulai dengan nilai terendah di bulan Januari sebesar Rp 5.351.684,67 dan nilai tertinggi di bulan Desember sebesar Rp 5.760.046,20.

4.1.2. Deskripsi Statistik

Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besaran nilai minimum, maksimum dan rata-rata dari setiap variabel. Deskriptif statistik dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua), karena di dalam penelitian

Jan Feb

Mar Apr Mei

Jun Jul

Agu Sep Okt Nov Des 0

20000000 40000000 60000000 80000000 100000000 120000000 140000000 160000000 180000000

Permintaan Uang Elektronik

(juta rupiah) Velocity of Money (miliar rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Suatu penelitian akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang diambil dari hipotesis penelitian yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Tetapi hipotesis tersebut tidak

Kota Surabaya merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur yang memiliki iklim tropis dan iklim pantai,maka menjadi hal wajar bahwa Kota Surabaya memiliki cuaca yang panas dan kering

TILAWAH Surah al-A’raf ayat 39-46  Surah al-A’raf ayat 39-46 Aras 1: Membaca ayat 39-40 dengan makhraj yang betul Aras 2: Membaca ayat 39-43 dengan betul dan fasih Aras 3: Membaca

[r]

A Citizens Income – often known as a Basic Income – is a proposal to reform the tax and benefit systems that could have considerable implications for economic, employment and

[r]

Teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data, yaitu dengan mencatat peristilahan berdasarkan hasil rekaman dan wawancara, melakukan

48  ASRM   ASURANSI RAMAYANA Tbk