• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN PUPUK UREA BERSUBSIDI DALAM UPAYA MENGURANGI KELANGKAAN PUPUK PADA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN PUPUK UREA BERSUBSIDI DALAM UPAYA MENGURANGI KELANGKAAN PUPUK PADA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE ACEH"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN PUPUK UREA BERSUBSIDI DALAM UPAYA MENGURANGI KELANGKAAN PUPUK PADA

PT. PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE ACEH

GELADIKARYA

Oleh : SILVIA NOVITA

107007015 KOSENTRASI

MANAJEMEN PEMASARAN

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

(2)

PERSETUJUAN GELADIKARYA

JUDUL : ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN

PUPUK UREA BERSUBSIDI DALAM UPAYA

MENGURANGI KELANGKAAN PUPUK

PADA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA

NAMA : SILVIA NOVITA

NIM : 107007015

PROGRAM STUDI : MAGISTER MANAJEMEN

KONSENTRASI : MANAJEMEN PEMASARAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Sukaria Sinulingga, M.Eng Ketua

Dr.Ir. Nazaruddin, M.T Ketua

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

Prof.Dr.Ir.Darwin Sitompul, M.Eng NIP.195011091802001

Prof.Dr.Erman Munir,MSc.

NIP.196511011991031002

(3)

SISTEM PENDISTRIBUSIAN PUPUK UREA BERSUBSIDIDALAM UPAYA MENGURANGIKELANGKAAN PUPUK PADA PT. PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE ACEH

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada kenyataannya bahwa kelangkaan pupuk urea bersubsidi masih sering terjadi meskipun produksi pupuk urea dari 5 pabrik pupuk Badan Usaha Milik Negara selalu di atas kebutuhan domestik sehingga tersedia kelebihan pasokan pupuk sekitar 1,3 juta ton baik untuk memenuhi pasar pupuk non subsidi domestil yang diperkirakan relatif kecil maupun untuk pasar ekspor tanpa mengurangi pasokan untuk pasar bersubsidi domestik. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi PT. Pupuk Iskandar Muda terkait dengan sistem distribusinya dan apa alternatif kebijakan yang dapat digunakan untuk menyetar^kan kebutuhan tersebut sehingga pasokan pupuk menjadi lebih efektif. Untuk menjawab permasalahan, dilakukan uji korelasional untuk melihat sejauhmana faktor faktor berpengaruh terhadap kelangk'akan pupuk.

Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi, Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: (1) data primer yakni data yang Iangsung diperoleh dari responden berupa jawaban kuesioner, (2) data sekunder yakni data yang mendukung data primer yang diperoleh dari dokumen perusahaan. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda yang meliputi uji-F secara simultan dan uji-t secara parsial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Permintaan pupuk, ketersediaan pupuk, kemampuan pasok dan peran perantara memberi pengaruh signifikan terhadap penurunan kelangkaan pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh. Hal ini diindikasikan oleh nilai F-hitung (88.020) > F-tabei (2.44) dan sig-p (0.000) < 0.05 Kepada pihak perusahaan, PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh, disarankan untuk lebih meningkatkan pengawasan pendistribusian pupuk sehingga kelangkaan pupuk dapat diminimalkan

Kata kunci: Pupuk urea bersubsidi, kelangkaan pupuk dan sistem pendistribusian

(4)

ANALYSIS OF DISTRIBUTION SYSTEM OF SUBSIDIZED UREA FERTILIZER FOR DECREASING THE FERILIZER SCARCITY

PT. PUPUK ISKANDAR MUDA LHOKSEUMAWE ACEH EXECUTIVE SUMMARY

SILVIA NOVITA 107007015

Subsidized fertilizer is that in which the demand and supply is commercied by HET (higher retailing price) and stationed at the legal retailer of Lini IV as a warehouse or retailer of subregency and or rural levels as determined by distributors. The importance of subsidized urea fertilizer policy and the effective distribution system is to anticipate the scarcty as often dealt with the farmers.

There are many factors causating the scarcity, but the main cause is related to the role of distributors or retailers due to the lack of governmental coordination and control.

The present study is an asymmetric correlation), namely a relationship between two variables (Independent and dependent Variables) wherein the one influences on another. It used survey method by using questionnaire as an instrument of data collection. The population included 1142 involving 38 distributors and 1104 retailers of the subsidized urea fertilizer of PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh. The sampling was taken by using Slovin formulation so there were 92 samples.

Method of data collection using questionnaire and documentation study, in which the type and source of the collected data are (1) primary data obtained directly from the respondents in the form of answers to the questionnaire, (2) secondary data to support primary data obtained from corporate documents. Data were then analyzed by using a multiple linear regression analysis involving simultaneousky F-test and t-test partially.

The result of the study shown that simutaneously, the demand of fertilizer, supply of fertilizer, supply capacity and the role of distributors have significant effect on the reduction of scarcity of PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh. It is indicated by F-Mtung (88.020) > F-tabei (2.44) and sig-p (0.000) <

0.05 It is suggested to PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh to more increase in control of distribution that the scarcity may be minimalized

Keywords : Subsidized urea fertilizer, scarcity and distribution system.

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya yang berjudul “Analisis Sistem Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi Dalam Upaya Mengurangi Kelangkaan Pupuk Pada PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan benar dan jelas.

Medan, 26 Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan

SILVIA NOVITA NIM : 107007015

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1 Nama : Silvia Novita SS

2 Tempat /Tgl Lahir : Lhokseumawe, 30 April 1988 3 Agama : Islam

4 Alamat : Jl.Cemara B3.NO. 10, BIN PIM Lhokseumawe 5 Status Menikah : Belum Menikah

6 Nama Orang Tua : Ayah: Armiyasyah Ibu: Safriani

7 Pendidikan : SD : SD PIM Lhokseumawe 1994-2000 SMP : SLIP PIM Lhokseumawe 2000-2003 SMA : SMUNegeri 1 Langsa 2003-2006

S-1 : UISU Medan Sarjana Sastra Inggris 2006-2010

Saya Menyatakan bahwa keterangan-keterangan diatas tsb dibuat dengan sebenarnya dan untuk dapat diperlukan seperlunya.

Medan, 26 Juli 2015 Dibuat Oleh

Silvia Novita

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan segala puji dan syukur kepada ALLAH SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Geladikarya ini dengan judul "Analisis Sistem Pendistribusian Pupuk Urea Bersubsidi Dalam Upaya Mengurangi Kelangkaan Pupuk Pada PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh".

Penyusunan Geladikarya ini dilaksanakan untuk melengkapi salah satu s*arat guna memperoleh gelar Magister Manajemen (MM) kosentrasi Vaoajemen Pemasaran di Program Studi Magister Manajemen Sekolah iscasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Subhilhar, Ph.D, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, Msc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng, selaku Ketua Program Studi Magister Manejemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku Ketua Komisi Pembimbing.

5. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, M.T, selaku Anggota Komisi Pebimbing.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis mulai dari menjadi mahasiswa/i di Program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara,

7. Rekan-rekan Mahasiswa/i Program Studi Magister Manajemen Universitas Utara Angkatan XXVIII-1/Reguler dan Kosentrasi Manajemen iran yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan penyusunan Geladikarya ini sampai selesai.

(8)

8. Para Manager, Staff dan Karyawan/ti bagian Pemasaran PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan Geladikarya ini.

9. Teristimewa kepada semua keluarga tercinta : Armiyasyah (papa), Safriani (mama), adikku tersayang Drg. Putra Fitrawan, Irvan Maulana dan Caca Andika Pratama, Muzakkir atas segala cinta, Doa, pengorbanan waktu, perhatian serta doa yang tulus dan dukungan penuh kepada penulis dalam penyelesaian studi S-2 ini.

10. Terima Kasih juga buat Teman-teman Semuanya dan Staff Biro MM B'luther, B'man, B'Herdi dan Buk isna yang telah banyak membantu, mengisi canda dan tawa selama perjalanan studi S-2 ini.

Semoga segala bantuan dan dorongan yang telah pe*hulis dapatkan menjadi al sholeh dan memperoleh imbalan yang setimpal dari ALLAH SWT.

Untuk itu maaf apabila ada kesalahan,kekurangan,keterbatasan dalam penulisan ini, semoga geladikarya ini bermanfaat tuk kita semua.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, 26 Juni 2015 Penulis

SILVIA NOVITA

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 9

2.1 Deskripsi Teori ... 9

2.1.1. Saluran Distribusi ... 9

2.1.1.1 Pengertian ... 9

2.1.1.2. Bentuk Saluran Distribusi ... 14

2.1.1.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran Distribusi ... 19

2.1.1.4. Alternatif Saluran Distribusi ... 23

2.1.1.5. Pengendalian Saluran Distribusi ... 25

2.1.1.6. Fungsi Distribusi ... 26

2.1.2. Pupuk Bersubsidi ... 27

2.1.2.1. Pengertian ... 27

2.1.2.2. Faktor Penyebab Kelangkaan ... 29

2.2. Review Hasil Penelitian Sebelumnya ... 31

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 33

3.1. Kerangka Konseptual ... 33

3.2. Hipotesis ... 34

3.3. Definisi Operasional ... 34

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN ... 36

4.1. Tipe Penelitian ... 36

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.3. Metode Penelitian ... 36

4.3.1. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

4.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 38

4.3.3. Jenis dan Sumber Data ... 38

4.4. Instrumen Penelitian ... 38

4.5. Analisis Data ... 39

(10)

4.5.1. Uji Validitas ... 39

4.5.2. Uji Reliabilitas ... 41

4.5.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 38

4.5.4. Uji Hipotesis ... 40

4.6. Jadwal Penelitian ... 42

BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 43

5.1. Sejarah Singkat PT. Pupuk Iskandar Muda Lhoksewumawe Aceh ... 43

5.1.2. Struktur Organisasi ... 48

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

6.1 Karakteristik Responden ... 52

6.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 52

6.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 53

6.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

6.2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 54

5.2.1. Permintaan Pupuk ... 54

5.2.2. Ketersediaan Pupuk ... 56

5.2.3. Kemampuan Pasok ... 58

5.2.4. Peran Perantara ... 60

5.2.5. Penurunan Kelangkaan Pupuk ... 62

6.3. Uji Asumsi Klasik ... 65

6.3.1. Uji Normalitas ... 65

6.3.2. Uji Multikolinieritas ... 66

6.4.3. Uji Heterokedastisitas... 67

6.4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 67

6.4. Uji Hipotesis ... 68

6.4.1. Uji F Secara Simultan... 68

6.4.2. Uji-t Secara Parsial ... 69

6.4.3. Uji Determinasi R ... 71

6.5. Pembahasan ... 72

6.5.1. Pengaruh Permintaan Pupuk Terhadap Penurunan Kelangkaan Pupuk ... 72

6.5.2. Pengaruh Ketersediaan Pupuk Terhadap Penurunan Kelangkaan Pupuk ... 73

6.5.3. Pengaruh Kemampuan Pasok Terhadap Penurunan Kelangkaan Pupuk ... 75

6.5.4. Pengaruh Peran Perantara Terhadap Penurunan Kelangkaan Pupuk ... 75

6.5.5. Alternatif Kebijakan istribusi yang efektif dalam Mengurangi Kelangkaan Pupuk ... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

7.1. Kesimpulan ... 78

7.2. S a r a n ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman 1.1. Realisasi Produksi dan Penjualan Urea PT. Pupuk Iskandar

Muda Tahun 2009-2013 (dalam ton) ... 4

4.1. Hasil Uji Validitas ... 35

4.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 38

5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

5.4. Distribusi Frekuensi Responden Tentang Permintaan Pupuk ... 54

5.5. Kategori Permintaan Pupuk ... 55

5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Ketersediaan Pupuk ... 56

5.7. Kategori Ketersediaan Pupuk ... 58

5.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Pasok ... 58

5.9. Kategori Kemampuan Pasok ... 60

5.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Peran Perantara ... 61

5.11. Kategori Peran Perantara ... 62

5.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Penurunan Kelangkaan Pupuk ... 63

5.13. Kategori Penurunan Kelangkaan Pupuk ... 64

5.14. Hasil Uji Normalitas... 65

5.15. Hasil Uji Multikolinieritas ... 66

5.16. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 67

5.17. Hasil Uji Autokorelasi ... 67

5.18. Hasil Uji F Secara Smultan... 68

5.19. Hasil Uji-t Secara Parsial ... 69

5.20. Hasil Uji Determinasi R ... 71

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman 1.1. Sistem Distribusi Pupuk Area Bersubsidi ... 6 2.1. Saluran Distribusi ... 18 5.2. Grafik PP Normalitas Data Penelitian ... 66

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Master Data Penelitian 3. Hasil Pengolahan Data

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pupuk bersubsidi merupakan pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan HET (harga eceran tinggi) serta ditetapkan di penyalur resmi Lini IV sebagai gudang atau pengecer di wilayah kecamatan dan atau desa yang ditetapkan oleh distributor. Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi sektor pertanian atau sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, serta hijauan pakan ternak. Sasaran pupuk bersubsidi adalah petani, pekebun dan peternak yang mengusahakan lahan paling luas 2 hektar setiap musim tanam per keluarga petani kecuali pembudidayaan ikan dan/atau udang paling luas 1 hektar.

Pentingnya kebijakan pupuk bersubsidi dan sistem distribusi yang efektif adalah untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk yang sering dihadapi petani baik karena permainan harga diatas Harga Eceran Tertinggi (HET), maupun penyalahgunaan mekanisme distribusi pupuk itu sendiri meskipun pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi telah ditetapkan dan ditataniagakan dengan HET (harga eceran tertinggi) melalui penyaluran resmi. Kebijakan pupuk bersubsidi bertujuan untuk meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan pupuk sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan produksi komoditas pertanian dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

Berbicara persoalan pupuk tidak dapat dilepaskan dari polemik sistem pendistribusian pupuk itu sendiri terutama pupuk yang bersubsidi dari pabrik ke

(15)

petani dan atau pengguna lainnya. Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang berlaku saat ini bersifat terbuka dan pasif menyebabkan petani terancam tidak mendapatkan jumlah pupuk bersubsidi sesuai dengan yang dibutuhkan karena dengan sistem tersebut berarti pengecer resmi dapat menjual pupuk bersubsidi kepada siapa saja termasuk kepada mereka yang tidak berhak (Syafa’at, dkk, 2007).

Masalah lain terkait dengan sistem distribusi pupuk yang menyebabkan kelangkaan pupuk ini adalah jumlah distributor daerah dan kios penyalur di Lini IV masih cenderung terkonsentrasi di Ibu Kota Kecamatan/ Kabupaten/ Kota.

Akibatnya, penyaluran pupuk di di desa desa menjadi terkendala. Untuk itu, pemerintah melakukan kelonggaran atau fleksibilitas penyaluran pupuk bersubsidi yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2009, pasal 9, ayat (2) dimana disebutkan perlu dilakukan fleksibilitas penyaluran yang dilaksanakan melalui koordinasi dengan Dinas Pertanian setempat. Singkatnya, permasalahan pupuk bukanlah permasalahan teknis semata sehingga produksi dan distsribusi pupuk tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.

Fenomena penelitian ini adalah kenyataan bahwa kelangkaan pupuk urea bersubsidi masih sering terjadi. Meskipun produksi pupuk urea dari 5 pabrik pupuk Badan Usaha Milik Negara (PT Pupuk Sriwijaya, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk Iskandar Muda) selalu di atas kebutuhan domestik sehingga tersedia kelebihan pasokan pupuk sekitar 1,3 juta ton baik untuk memenuhi pasar pupuk non subsidi domestil yang diperkirakan relatif kecil maupun untuk pasar ekspor tanpa mengurangi pasokan untuk pasar bersubsidi domestik Syafa’at, dkk (2007)

(16)

Faktor lain yang menyebabkan kelangkaan pupuk bersubsidi di pasar domestik adalah perembesan pupuk dari pasar bersubsidi ke pasar non bersubsidi atau dari produser ke pengecer (lini IV), termasuk perembesan pupuk oleh pengecer (lini IV) ke petani. Fenomena ini terjadi akibat masih lemahnya sistem pengawasan yang telah dibentuk pemerintah. Banyak produsen pupuk dan distributor yang ditunjuk tidak mempunyai gudang penyimpanan pupuk di lini III pada beberapa daerah diduga juga turut berkontribusi terhadap kelancaran pendistribusian pupuk yang pada akhirnya menyebabkan kelangkaan pupuk di tingkat pengecer atau petani. Lemahnya sistem pengawasan pemerintah juga menyebabkan maraknya permainan harga oleh spekulan dan distributor (Kariyasa dan Yusdja, 2005).

Lemahnya koordinasi serta pengawasan pemerintah juga tidak terlepas dari kelemahan sistem distribusi yang berlaku sekarang ini dengan sistem berjenjang, pasif dan terbuka. Hal ini sesuai dengan ketentuan No. 70/ MPP / KEP/2/2003, yang diubah menjadi SK Menperindag No. 356/ MPP/ KEP /5/2004.

Kelemahan dimaksud antara lain adalah : 1). Bersifat berjenjang, artinya pendistribusian pupuk harus berjenjang dari distributor ke pengecer resmi kemudian ke petani, tidak boleh distributor langsung ke petani. 2). Bersifat pasif artinya, pengecer bersifat menunggu, sehingga petani harus aktif membeli langsung ke pengecer resmi, tidak boleh langsung ke distributor. 3). Bersifat terbuka artinya pengecer tidak memiliki kewajiban mutlak untuk menyalurkan/menjual habis pupuk bersubsidi yang sudah diterimanya dari distributor kepada petani dalam kurun waktu tertentu. Dengan kata lain, sistem

(17)

distribusi sekarang hanya memiliki sistem pengiriman (delivery system), dan tidak memiliki sistem penerimaan (receiving system).

Kelemahan sistem distribusi yang bersifat berjenjang, pasif dan terbuka tersebut adalah petani sulit mendapatkan jumlah pupuk bersubsidi sesuai kebutuhan. Hal ini terjadi akibat sistem pengiriman (delivery system) tidak disertai dengan sistem penerimaan (receiving system) sehingga untuk mendapatkan pupuk terutama di daerah terpencil petani harus mengusahakan sendiri angkutan pupuk yang dibeli dari pengecer. Konsekuensinya, permintaan petani terhadap pupuk menjadi berkurang sehingga terjadi penurunan penjualan pupuk PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh dalam 5 tahun terakhir sebagaimana terlihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1.

Realisasi Produksi dan Penjualan Urea PT.Pupuk Iskandar Muda tahun 2009-2013 (dalam ton)

Tahun Produksi

Penjualan Dalam Negeri

Ekspor

Total Penjualan

Urea Pangan Industri Kebun Total

2009 447,182 88,504 0 139,548 228,052 272,042 500,094 2010 398,836 79,568 0 18,648 98,216 21,270 119,486 2011 478,701 353,866 0 30,712 384,578 126,222 510,800 2012 532,069 309,677 0 103,257 412,934 65,553 478,488 2013 397,903 372,716 0 221 372,937 0 372,937

Sumber : PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh, 2014

Bertitik tolak dari latar belakang masalah kelangkaan pupuk urea bersubsidi terkait dengan sistem distribusi, sebagai alternatif kebijakan mengatasi kelangkaan pupuk tersebut, diperlukan wacana atau kebijakan baru untuk mengubah sistem distribusi berjenjang, pasif dan terbuka menjadi sistem distribusi aktif dan tertutup. Bersifat aktif berarti ada kewajiban secara eksplisit bagi

(18)

pengecer resmi untuk menyalurkan/menjual habis pupuk bersubsidi yang sudah diterima dari distributor kepada petani dalam kurun waktu tertentu. Bersifat tertutup berarti sistem distribusi pupuk bersubsidi paling tidak terdiri dari delivery system (sistem distribusi dari produsen sampai pengecer (lini IV)) dan receiving system (sistem penerimaan oleh petani). Kedua segmen tersebut harus menyatu agar aliran pupuk dari produsen kepada petani tidak bocor terutama dari pengecer (lini IV) ke petani. Pengalaman kebijakan subsidi harga pupuk yang dilakukan pada era 1980 – 1990-an menunjukkan bahwa penerapan sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat tertutup terbukti efektif dalam mencegah langka pasok dan menjamin HET (Simatupang dkk, 2004 dalam Syafa’at, 2007).

Selain dengan mengubah sistem distribusi, faktor lain yang turut mempengaruhi kelangkaan pupuk bersubsidi adalah persoalan regulasi di tingkat penyaluran pupuk bersubsidi dimana dalam pasal 3 ayat (6) dan (7) Permendag Nomor: 07/M-DAG/PER/2/2009 tentang perubahan Permendag Nomor: 21/M- DAG/PER/6/2008 bahwa produsen bertanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai dengan prinsip enam tepat mulai dari Lini I sampai Lini IV. Hal yang sama juga berlaku atas masalah kelangkaan pupuk yang terjadi akibat keterlambatan penyaluran maupun penimbunan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 13 ayat (1), yang menyatakan bahwa produsen wajib menjamin persediaan minimal pupuk bersubsidi di Lini III.

(19)

Pabrik pupuk:

PT. Pupuk Sriwijaya PT. Pupuk Kalimantan Timur PT. Pupuk Iskandar Muda

Pabrik pupuk:

PT. Pupuk Kujang Cikampek PT. Pupuk Petrokimia Gresik

LINI II/UPP

GUDANG LINI III/PRODUSEN

GUDANG LINI III /DISTRIBUTOR

PENGECER (lini IV)

PETANI

____ Alur distribusi biasa - - - - Alur distribusi daerah yang

sulit dijangkau

Sumber : Permendag Nomor: 07/M-DAG/PER/2/2009

Gambar 1.1. Sistem Distribusi Pupuk Urea Bersubsidi

PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh didirikan untuk mencukupi kebutuhan pupuk urea di kawasan Indonesia bagian barat khususnya untuk kebutuhan pertanian dan perkebunan yang sangat luas di wilayah Sumatera bagian utara seperti Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat. Oleh karena itu, posisi PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh juga sangat strategis untuk mengekspor kelebihan produknya ke negara-negara tetangga karena secara topografis sangat dekat.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul analisis sistem pendistribusian pupuk urea bersubsidi dalam rangka mengurangi kelangkaan pupuk pada PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh.

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini ialah seringnya terjadi kelangkaan pasokan pupuk pada wilayah-wilayah yang menjadi tempat penyediaan pupuk PT.

Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh. Sehubungan dengan permasalahan di atas, beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dicari jawabannya ialah ;

1. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kelangkaan pupuk bersubsidi PT. Pupuk Iskandar Muda terkait dengan sistem distribusinya ?

2. Apa alternatif kebijakan yang dapat digunakan

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan 1). Alternatif strategi dan kebijakan pendistribusian pupuk yang efektif untuk mengatasi masalah kelangkaan pupuk di wilayah tempat penyediaan pupuk tersebut dan 2). Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab kelangkaan pupuk

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Menjadi pengalaman bagi peneliti untuk memecahkan masalah yang sejenis secara ilmiah, penelitian ini juga digunakan untuk memperluas wawasan penulis, mengetahui bagaimana proses sistem pendistribusian pupuk di PT.

Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh.

(21)

2. Bagi Perusahaan

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak PT.Pupuk Iskandar Muda dalam pengembangan dan memaksimalkan sistem pendistribusian pupuk urea bersubsidi.

3. Bagi Magister Management USU

Sebagai literatur dan tambahan referensi penelitian dalam hasil penelitian dalam sistem pendistribusian.

4. Bagi pembaca dan peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bacaan yang dapat bermanfaat untuk penelitian lebih lanjut Analisis Sistem Pendistribusian Pupuk Urea bersubsidi pada PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh.

1.5. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Pembatasan masalah berfungsi untuk lebih memfokuskan dan memperkecil ruang lingkup batasan masalah, sehingga tidak menyimpang dari persoalan yang ingin diteliti. Agar penelitian dapat dilakukan lebih fokus, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada :

1. Fokus penelitian ini adalah berkaitan dengan faktor faktor yang mempengaruhi distribusi pupuk urea bersubsidi untuk mengurangi kelangkaan pupuk seperti faktor permintaan pasar, ketersediaan produk, kemampuan perusahaan serta peran perantara.

2. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah mengevaluasikan sistem pendistribusian yang telah dilakukan oleh distributor, data dan diambil produk pupul urea bersubsidi khusus untuk wilayah Aceh Utara di tahun 2009-2013

(22)

BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Saluran Distribusi 2.1.1.1. Pengertian

Menurut Revzan (2004) bahwa saluran distribusi merupakan suatu alur dari arus yang dilalui barang-barang dari produsen kepada perantara sampai akhirnya sampai pada konsumen sebagai pemakai. American Marketing Association (AMA) mendifinisikan bahwa saluran distribusi merupakan suatu struktur organisasi dari perusahaan baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan yang terdiri dari pedagang besar / distributor, agen, dan pengecer.

Pada perkembangannya konsep awal distribusi telah berevolusi dari physical distribution management menjadi logistic management dan selanjutnya berkembang menjadi supply chain management.

Menurut Winardi (2001) yang dimaksud dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut : Saluran distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-produk kepada pembeli. Sedangkan menurut Kotler (2007) mengemukakan bahwa :“ Saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.

9

(23)

8

Menurut Kotler (2005) agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu :

1) Penelitian, yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan melancarkan pertukaran.

2) Promosi, yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang persuasive mengenai penawaran.

3) Kontak, yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan pembeli.

4) Penyelarasan, yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian dan pengemasan.

5) Negoisasi, yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bisa dilaksanakan.

6) Disrtibusi fisik, yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan barang.

7) Pembiayaan, yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut.

8) Pengambilan resiko, yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut.

Kelima tugas pertama membantu pelaksanaan transaksi dan tiga yang terakhir membantu penyelesaian transaksi. Semua tugas diatas mempunyai tiga persamaan, yaitu menggunakan sumber daya yang langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan bisa dialih-alihkan diantara penyalur.

(24)

Apabila perusahaan/produsen menjalankan seluruh tugas diatas, maka biaya akan membengkak dan akibatnya harga akan menjadi lebih tinggi.

Pengertian lain dari saluran distribusi juga diberikan oleh Nitisemito (2003) bahwa saluran distribusi adalah lembaga-lembaga distributor atau lembaga- lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen.

Menurut Walters dalam Nitisemito (2003) saluran distribusi adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Sementara Keegan (2001) mengatakan bahwa saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industry. Menurut Kotler (2007) saluran distribusi adalah sekelompok perusahaan atau perseorangan yang memiliki hak pemilikan atas produk atau membantu memindahkan hak pemilikan produk atau jasa ketika akan dipindahkan dari produsen ke konsumen.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa saluran distribusi merupakan jalur yang dipakai oleh produsen untuk memindahkan produk mereka melalui suatu lembaga yang mereka pilih. Saluran distribusi merupakan suatu kesatuan dan melaksanakan sistem kegiatan (fungsi) yang lengkap dalam menyalurkan produk yang bertujuan untuk mencapai pasar tertentu. Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran.

Saluran distribusi adalah : lembaga atau perorangan yang ikut membantu dalam proses penyaluran barang dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Distribusi tidak harus dilakukan secara langsung, oleh karena itu

(25)

dibutuhkan lembaga yang ikut membantu jalanya proses distribusi. Lembaga itu antara lain:

a). Pedagang

Perantara yang kegiatannya membeli barang dan menjualnya kembali tanpa mengubah bentuk dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Pedagang ini dapat dibedakan menjadi :

1). Pedagang besar / Grosir / Wholesaler 2). Pedagang eceran / Retailer

3). Eksportir 4). Importir b). Agen

Perantara distribusi yang beIjalan atas nama perusahaan untuk menjualkan barang hasil produksi. Atas usahanya tersebut ia akan memperoleh komisi, ia juga dapat men1peroleh laba bila ia bisa menjual barang dengan harga yang lebih tinggi dari yang ditetapkan perusahaan

c). Broker / Makelar

Perantara distribusi yang kegiatannya mempertemukan penjual dengan pembeli untuk melaksanakan transaksi jual beli. Atas jasanya tersebut la akan memperoleh provisi

d). Pedagang Komisi / Komisioner / Commission Merchant

Perantara distribusi seperti broker hanya ia memiliki barangnya tidak hanya sekedar mempeertemukan penjual dan pembeli. Atas jasanya ia akan memperoleh komisi, dan ia akan menjual barang sesuai dengan harga dari produsennya.

(26)

e). Grosir

Perantara perdagangan yang membeli barang dalam jumlah besar dari produsen kemudian menjualnya dalam jumlah yang lebih kecil kepada pedagang eceran

f). Pengecer

Pedagang yang membeli dalam jumlah besar kepada pedagang besar dan menjualnya kepada pembeli / konsumen

Kegiatan distribusi sendiri dibedakan atas :

a. Distribusi Langsung yaitu distribusi yang langsung menghubungkan dari produsen ke konsumen. Contoh : Produsen -Konsumen

b. Distribusi tak langsung yaitu distribusi yang tak langsung menghubungkan produsen dengan konsumen tetapi melalui perantara - perantara khusus perdagangan. Contoh : Produsen - Grosir –Konsumen

Panjang pendeknya saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh : a. Sifat barang (tahan lama atau mudah rusak)

b. Jumlah barang yang dihasilkan (semakin banyak barang, saluran distribusinya semakin panjang)

c. Letak konsumen (semakin menyebar konsumennya, saluran distribusinya semakin panjang)

d. Besamya perusahaan yang menghasilkan barang (semakin besar perusahaannya jangkauan pasamya juga semakin luas sehingga dibutuhkan saluran distribusi yang panjang)

e. Jenis barang (barang tidak tahan lama dipasarkan secara cepat / langsung ke konsumen)

(27)

f. Ukuran pasar : semakin besar ukuran pasar maka semakin banyak saluran distribusi yang dibutuhkan.

g. Faktor perusahaan : saluran distribusi banyak agar barang luas di pasaran h. Perantara perdagangan melalui pedagang besar

i. Pesaing: nlinat pesaing

j. Teknologi: saluran distribusi pendek

l. Budaya kebudayaan dapat mempengaruhi pola distribusi

2.1.1.2. Bentuk Saluran Distribusi

Dalam perekonomian yang telah maju, para produsen tidak menjual hasil produksi mereka secara langsung kepada pemakai akhir. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mendistribusikan barang dan juga kepada pembeli. Sebuah perusahaan mungkin mendistribusikan barangnya secara langsung kepada konsumen meskipun jumlahnya cukup besar, sedangkan perusahaan lain mendistribusikan produknya lewat perantara. Dan tidak sedikit perusahaan yang menggunakan beberapa kombinasi saluran distribusi untuk mencapai segmen pasar yang berbeda. Proses penyaluran produk sampai kepada pembeli akhir dapat panjang ataupun pendek, sesuai dengan kebijaksanaan saluran distribusi yang dianut oleh masing-masing perusahaan.

Untuk itu, setiap perusahaan hendaknya dapat menentukan mata rantai yang paling tepat, sebab mata rantai yang tepat untuk perusahaan tertentu belum tentu tepat untuk perusahaan rang lain, begitu juga sebaliknya. Mata rantai jalur distribusi itu akan menjadi panjang bilamana sebelum jatuh ke tangan pemakai, produk yang bersangkutan harus melalui berbagai macam perantara. Sebaliknya,

(28)

mala rantai jalur distribusi tadi dapat rnenjadi pendek bilamana produsen secara langsung menghubungi pembeli akhir untuk menawarkan produk mereka.

Ada beberapa alternatif jenis saluran yang dapat digunakan berdasarkan jenis produk dan segmen pasarnya, yaitu:

a) Saluran distribusi barang konsumsi b) Saluran distribusi barang industri c) Saluran distribusi jasa

a). Saluran distribusi barang konsumsi

Penjualan barang konsumsi ditujukan untuk pasar konsumen, dimana umumnya dijual melalui perantara. Hal ini dimaksudkan untuk menekan biaya pencapaian pasar yang luas menyebar yang tidak mungkin dicapai produsen satu persatu. Dalam menyalurkan barang konsumsi ada lima jenis saluran yang dapat digunakan. Dalam penyaluran barang konsumsi yang ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran. Pada setiap saluran, produsen mempunyai alternatif yang sama untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan. Adapun macam-macam saluran distribusi barang konsumsi adalah:

1) Produsen  Konsumen

Bentuk saluran distribusi yang paling pendek dan yang paling sederhana adalah saluran distribusi dari produsen ke konsumen, tanpa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau langsung mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah). Oleh karena itu saluran ini disebut saluran distribusi langsung.

2) Produsen Pengecer Konsumen

(29)

Seperti halnya dengan jenis saluran yang pertama (Produsen – Konsumen), saluran ini juga disebut sebagai saluran distribusi langsung. Disini, pengecer besar langsung melakukan pembelian kepada produsen. Adapula beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer sehingga dapat secara langsung melayani konsumen. Namun alternatif akhir ini tidak umum dipakai.

3) Produsen  Pedagang Besar  Pengecer  Konsumen

Saluran distribusi semacam ini banyak digunakan oleh produsen, dan dinamakan sebagai saluran distribusi tradisional. Disini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar, kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani pedagang besar, dan pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.

4) Produsen  Agen Pengecer Konsumen

isini, produsen memilih agen sebagai penyalurnya. la menjalankan kegiatan perdagangan besar, dalam saluran distribusi yang ada. Sasaran penjualannya terutama ditujukan kepada para pengecer besar.

5) Produsen Agen Pedagang Besar Pengecer  Konsumen

Dalam saluran distribusi, sering menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Agen yang terlihat dalam saluran distribusi ini terutama agen penjualan.

(30)

Gambar 2.1. Saluran Distribusi b) Saluran Distribusi Barang Industri

Sedangkan untuk barang industri, ada 4 (empat) jenis saluran yang dapat digunakan untuk mencapai pemakai industri. Keempat macam saluran distribusi tersebut adalah :

1). Produsen Pemakai Industri

Saluran distribusi dari produsen ke pemakai industri merupakan saluran yang paling pendek, dan disebut juga saluran distribusi langsung. Saluran semacam ini cocok untuk barang-barang industri seperti : lokomotif, kapal, pesawat terbang, dll.

2). Produsen  Distributor Industri Pemakai industri

Produsen barang-barang jenis perlengkapan operasi dan aksesories atau equipment kecil dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya antara lain : produsen bahan bangunan, produsen alat-alat untuk pembangunan, produsen alat pendingin udara.

(31)

3). Produsen  Agen  Pemakai Industri

Biasanya saluran distribusi semacam ini dipakai oleh produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran juga perusahaan yang ingin memperkenalkan barang baru atau ingin memasuki daerah pemasaran baru, lebih suka menggunakan agen.

4). Produsen  agen  distributor industri  pemakai industri

Saluran distribusi ini dapat digunakan oleh perusahaan dengan pertimbangan antara lain bahwa unit penjualannya terlalu kecil untuk dijual secara langsung.

Selain itu faktor penyimpanan pada saluran perlu dipertimbangkan pula.

Dalam hal ini agen penunjang seperti agen penyimpanan sangat penting peranannya.

c). Saluran Distribusi Jasa

Konsep saluran distribusi juga tidak hanya terbatas pada saluran distribusi barang berwujud saja. Produsen jasa juga menghadapi masalah serupa yakni bagaimana hasil mereka dapat diperoleh sampai ke konsumen. Bagi lembaga penyedia jasa, kebutuhan akan faedah waktu dan tempat menjadi jelas. Jasa harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh pemakainya. Secara tradisional kebanyakan jasa-jasa dijual langsung oleh produsen kepada konsumen atau pemakai industrial. Tenaga perantara tidak digunakan jika jasa-jasa tidak dapat dipisahkan dari penjual, atau jika jasa diciptakan dan dipasarkan seketika itu juga.

Lokasi penjualan jasa harus mudah dicapai pelanggan, oleh karena banyak jasa yang tidak dapat dihantarkan. Pemasaran jasa perantara merupakan cara lain untuk meluaskan distribusi. Beberapa pihak mengadakan pengaturan dengan perusahaan agar gaji pegawainya dapat langsung dimasukkan dalam rekening

(32)

pegawai pada bank itu. Jadi majikan menjadi perantara dalam distribusi jasa bank.

Ciri tak teraba pada jasa berarti bahwa masalah distribusi fisik pada dasarnya tidak ada pada kebanyakan produsen jasa. Akan tetapi tidak semua produsen jasa bebas dari masalah distribusi fisik seperti hotel atau wisma peristirahatan yang mempunyai kelebihan kamar (persediaan) yang dapat merugikan usaha.

2.1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Saluran

Produsen harus memperhatikan berbagai macam faktor yang sangat berpengaruh dalam pemilihan saluran distribusi. Faktor-faktor tersebut adalah:

1). Pertimbangan kondisi pasar

Oleh karena saluran distribusi sangat dipengaruhi oleh pola pembelian konsumen, maka keadaan pasar ini merupakan faktor penentu dalam pemilihan saluran. Beberapa faktor pasar yang perlu diperhatikan adalah :

a). Konsumen / pasar industri

Apabila pasarnya berupa pasar industri maka perusahaan jarang/ bahkan tidak pernah menggunakan pengecer dalam saluran distribusinya. Jika pasarnya berupa konsumen dan pasar industri, maka perusahaan akan menggunakan lebih dari satu saluran.

b). Jumlah pembeli potensial

Jika jumlah konsumen relative kecil dalam pasarnya, maka perusahaan dapat mengadakan penjualan secara langsung pada pembeli.

c). Konsentrasi pasar secara geografis

Untuk daerah konsentrasi yang mempunyai tingkat kepadatan yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.

(33)

d). Jumlah pesanan

Jika volume yang dibeli oleh pemakai produk tidak begitu besar atau relatif kecil, maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri.

e). Kebiasaan dalam pembelian

Kebiasaan membeli dari konsumen akhir dan pemakai industri sangat berpengaruh pula terhadap kebijaksanaan dalam penyaluran. Termasuk dalam kebiasaan membeli ini antara lain :

- kemauan untuk membelanjakan uangnya - tertariknya pada pembelian dengan kredit

- lebih senang melakukan pembelian yang tidak berkali-kali - tertariknya pada pelayanan penjual

2). Pertimbangan Barang

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang ini antara lain :

a). Nilai unit

Jika nilai unit dari barang yang dijual relative rendah maka produsen cenderung untuk menggunakan saluran distribusi yang panjang. Tetapi jika nilai unitnya relative tinggi maka saluran distribusinya pendek atau langsung.

b). Besar dan berat barang

Manajemen harus mempertimbangkan ongkos angkut dalam hubungannya dengan nilai barang secara keseluruhan dimana besar dan berat barang sangat menentukan. Jika ongkos angkut terlalu besar dibandingkan dengan nilai barangnya sehingga terdapat beban yang berat bagi perusahaan, maka

(34)

sebagian beban tersebut dapat dialihkan kepada perantara. Jadi, perantara ikut menanggung sebagian dari ongkos angkut.

c). Mudah rusaknya barang

Jika barang yang dijual mudah rusak maka perusahan tidak perlu menggunakan perantara. Jika ingin menggunakannya maka harus dipilih perantara yang memiliki fasilitas penyimpanan yang cukup baik

d). Sifat teknis

Beberapa jenis barang industri seperti instalasi biasanya disalurkan secara langsung kepada pemakai industri. Dalam hal ini produsen harus mempunyai penjual yang dapat menerangkan berbagai masalah teknis penggunaan dan pemeliharaannya.

e). Barang standard dan pesanan

Jika barang yang dijual berupa barang standard maka dipelihara sejumlah persediaan pada penyalur. Jika barang yang dijual berdasarkan pesanan maka penyalur tidak perlu memelihara persediaan.

f). Luasnya product line

Jika perusahaan hanya membuat satu macam barang saja, maka penggunaan pedagang besar sebagai penyalur adalah baik. Akan tetapi jika macam barangnya banyak maka perusahaan dapat menjual langsung kepada para pengecer.

3). Pertimbangan Perusahaan

Pada sisi perusahaan, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah:

(35)

a). Sumber pembelanjaan

Penggunaan saluran distribusi langsung atau pendek biasanya memerlukan jumlah dana yang lebih besar. Oleh karena itu, saluran distribusi pendek ini kebanyakan hanya dilakukan oleh perusahaan yang kuat dibidang keuangannya. Perusahaan yang tidak kuat kondisi keuangannya akan cenderung menggunakan saluran distribusi yang lebih panjang.

b). Pengalaman dan kemampuan manajemen

Suatu perusahaan yang menjual barang baru, atau ingin memasuki pasaran baru, lebih suka menggunakan perantara. Hal ini terjadi karena umumnya para perantara sudah mempunyai pengalaman

c). Pengawasan saluran

Pengawasan akan lebih mudah dilakukan bila saluran distribusinya pendek. Jadi, perusahaan yang ingin mengawasi penyaluran barangnya cenderung memilih saluran yang pendek walaupun ongkosnya tinggi.

d). Pelayanan yang diberikan oleh penjual

Jika produsen mau memberikan pelayanan yang lebih baik seperti membangun etalase (ruang peragaan), mencari pembeli untuk perantara, maka akan banyak perantara yang bersedia menjadi penyalurnya.

4). Pertimbangan Perantara

Pada segi perantara, beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah : a). Pelayanan yang diberikan oleh perantara

Jika perantara mau memberikan pelayanan yang lebih baik, misalnya dengan menyediakan fasilitas penyimpanan, maka produsen akan bersedia menggunakannya sebagai penyalur.

(36)

b). Kegunaan perantara

Perantara akan digunakan sebagai penyalur apabila ia dapat membawa barang produsen dalam persaingan, dan selalu mempunyai inisiatif untuk memberikan usul tentang barang baru

c). Sikap Perantara terhadap kebijaksanaan produsen

Kalau perantara bersedia menerima resiko yang dibebankan oleh produsen, misalnya resiko turunnya harga, maka produsen dapat memilihnya sebagai penyalur. Hal ini dapat memperingan tanggung jawab produsen dalam menghadapi berbagai macam resiko.

d). Volume penjualan

Dalam hal ini, produsen cenderung memilih perantara yang dapat menawarkan barangnya dalam volume yang besar untuk jangka lama e). Ongkos

Jika ongkos dalam penyaluran barang dapat lebih ringan dengan digunakannya perantara, maka hal ini dapat dilaksanakan terus.

2.1.1.4. Alternatif Saluran Distribusi

Setelah menentukan banyaknya saluran distribusi yang akan dipakai, perusahaan/produsen perlu menentukan jumlah perantara untuk ditempatkan sebagai pedagang besar atau pengecer. Dalam hal ini produsen mempunyai tiga alternatif pilihan, yaitu :

1). Distribusi intensif

Distribusi intensif ini dapat dilakukan oleh produsen yang menjual barang konvenien. Perusahaan berusaha menggunakan penyalur, terutama pengecer sebanyak-banyaknya untuk mendekati dan mencapai konsumen. Semua ini

(37)

dimaksudkan untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan konsumen.

Sedangkan untuk barang industri, distribusi intensif ini biasanya terbatas untuk jenis operating supplies atau barang standard lainnya, seperti minyak pelumas, dan sejenisnya

2). Distribusi selektif

Perusahaan yang menggunakan distribusi selektif ini berusaha memilih suatu jumlah pedagang besar/ pengecer yang terbatas dalam suatu daerah geografis.

Biasanya saluran ini dipakai untuk memasarkan produk baru, barang shopping atau barang special, dan barang industri jenis accessory equipment.

Penggunaan saluran distribusi selektif ini dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang tidak menguntungkan dan meningkatkan volume penjualan dengan jumlah transaksi lebih terbatas.

3). Distribusi eksklusif

Distribusi eksklusif ini dilakukan oleh perusahan dengan hanya menggunakan satu pedagang besar atau pengecer dalam daerah pasar tertentu. Jadi produsen/

penyedia hanya menjual produknya kepada satu pedagang besar atau satu pengecer saja. Pada umumnya, distribusi eksklusif ini banyak dipakai :

a). Untuk barang-barang spesial

b). Apabila penyalur bersedia membuat persediaan dalam jumlah besar sehingga pembeli lebih leluasa dalam memilih produk yang akan dibelinya c). Apabila produk yang dijual memerlukan servis sesudah penjualan (pemasangan, reparasi, dsb), misalnya alat pendingin udara (AC), almari es dan lain sebagainya.

(38)

Setelah diketahui panjangnya saluran dan banyaknya penyalur yang digunakan oleh produsen. Secara keseluruhan dapat diadakan pembandingan untuk jenis-jenis barang konsumsi.

2.1.1.5. Pengendalian Saluran Distribusi

Pengendalian saluran distribusi dapat menjadi suatu masalah yang sulit bagi perusahaan yang mengandalkan fungsi perdagangan besar dan eceran pada penyalur tertentu saja (penyalur independen) karena penyalur independen tersebut melaksanakan kegiatan bisnisnya untuk kepentingan sendiri, artinya, mereka hanya tertarik untuk menjual barang yang dapat meningkatkan laba mereka.

Produsen yang menjual melalui penyalur indipenden tersebut harus dapat merancang produk dan program pemasaran yang menarik. Untuk membuat agar penyalur independent dapat lebih terikat pada produsen, maka produsen harus mengambil beberapa kebijaksanaan seperti :

1). Produsen harus menyatakan bahwa tugasnya tidak berakhir pada saat produk terjual, tetapi masih perlu memberikan pelayanan sesudah penjualan kepada pembeli akhir.

2). Produsen harus menyatakan bahwa masalah yang dihadapi penyalur merupakan masalah bagi produsen dan tidak dapat diabaikan jika ingin mempertahankan posisi pasarnya.

3). Produsen harus memberi ganti kepada penyalur atas garansi dan servis lain yang diberikannya kepada para pembeli.

4). Produsen harus dapat memberikan semangat kepada penyalur dengan memberi sejumlah insentif. Beberapa teknik pemberian insentif yang dapat digunakan antara lain :

(39)

Konsesi harga

Bantuan keuangan

Proteksi

2.1.1.6. Fungsi Distribusi

Menurut Swasta (2003) fungsi distribusi dilakukan oleh badan usaha atau perorangan sejak pengumpulan barang dengan jalan membelinya dari produsen untuk disalurkan ke konsumen, berdasarkan hal tersebut maka fungsi distribusi terbagi atas:

1). Fungsi pertukaran, dimana kegiatan pemasaran atau jual beli barang atau jasa yang meliputi pembelian, penjualan, dan pengambilan resiko (untuk mengatasi resiko bisa dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi pergudangan yang baik, mengasuransikan barang dagangan yang akan dan sedang dilakukan).

Dalam fungsi pertukaran ini memerlukan adanya kegiatan transaksi antara dua pihak atau lebih. Fungsi dalam pertukaran tersebut adalah :

a. Pembelian.

Merupakan usaha dalam memilih produk yang akan dibeli baik barang/jasa untuk dijual kembaliatau digunakan sendiri dengan harga dan kwalitas tertentu. Bila pembelian dilakukan untuk dijual kembali maka fungsi tersebut akan bertindak sebagai saluran distribusi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembelian adalah kwalitas produk, harga dan jumlah yang paling ekonomis

Dalam pembelian untuk mendapatkan harga yang baik maka perlu adanya negoisasi untuk mencapai kesepakatan harga, term of payment dan syarat

(40)

lain yang ditetapkan dalam proses tawar menawar. Harga menjadi sangat penting karena merupakan komponen dalam penentuan Harga Pokok Penjualan muntuk memperoleh gross margin yang ditetapkan perusahaan.

b. Penjualan

Penjualan yang dilakukan adalah sebagai alat pemasaran bagi produsen, yang merupakan salah satu dari Marketing Mix yaitu Place. Adapun fungsi dari penjualan bertujuan untu menjual produk barang/jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai sumber pendapatan bagi perusahaan.

2).Fungsi penyediaan fisik, berkaitan dengan menyediakan barang dagangan dalam jumlah yang tepat mencakup masalah pengumpulan, penyimpanan, pemilahan, dan pengangkutan.

3). Fungsi penunjang, ini merupakan fungsi yang berkaitan dengan upaya memberikan fasilitas kepada fungsi-fungsi lain agar kegiatan distribusi dapat berjalan dengan lancar, fungsi ini meliputi pelayanan, pembelanjaan, penyebaran informasi, dan koordinasi.

2.1.2. Pupuk Bersubsidi 2.1.2.1. Pengertian

Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program Pemerintah sedangkan pupuk non subsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya di luar program Pemerintah dan tidak mendapat subsidi. Menurut Stiglitz (2005), subsidi merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah dalam penentuan kebijakan pengeluaran dana pemerintah.

(41)

Berdasarkan definisi tersebut kebijakan subsidi merupakan kebijakan yang tidak terlepas dengan politik.

Prioritas utama tujuan subsidi adalah terjaminnya ketersediaan pupuk bukan produksi pangan yang meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa selama ini masih terjadi kelangkaan pupuk di berbagai daerah. Kelangkaan dan kekurangan pupuk bersubsidi di berbagai daerah dapat disebabkan oleh dua penyebab yaitu: (1) disebabkan kebutuhan pupuk lebih besar dari alokasi pupuk bersubsidi yang .disediakan karena terbatasnya dana subsidi pupuk, (2) adanya disparitas harga pupuk bersubsidi dan harga non subsidi yang menyebabkan perembesan pupuk bersubsidi perusahaan atau perkebunan besar.

2.1.2.2. Faktor Faktor Penyebab Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

Salah satu penyebab kelangkaan pupuk urea bersubsidi adalah kurangnya peran pemerintah atas keberadaan distributor, Pengawasan mernpakan faktor yang mengindikasikan babwa dalam memilih sistem distribusi pupuk harus diperhatikan suatu sistem yang mudah diawasi sehingga dapat mengurangi peluang-peluang penyelewengan dan kebocoran-kebocoran sehingga tujuan subsidi denga lima T, yaitu tepat jumlah, tepat harga, tepat kualitas, tepat waktu dan tepat sasaran dapat tercapai dengan baik. Pola subsidi dan sistem distribusi yang dipilih atau diprioritaskan adalah pola subsidi tidak langsung (melalui produsen)· dengan sistem distribusi pupuk langsung oleh produsen kepada petani. Prioritas kedua adalah pola subsidi tidak langung (melalui produsen) dengan sistem distribusi pupuk .melalui distributor. Prioritas ketiga pola subsidi pupuk langsung dengan cara pemberian menggunakan voucher

(42)

Faktor lain yang menyebabkan kelangkaan pupuk bersubsidi di pasar domestik adalah perembesan pupuk dari pasar bersubsidi ke pasar non bersubsidi.

Perembesan ini terjadi terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan perkebunan besar. Sejak ditetapkan kebijakan harga pupuk, telah menyebabkan pasar pupuk domestik bersifat dualistik, yaitu pasar bersubsidi dan pasar non- subsidi. Fenomena ini terjadi diduga akibat masih lemahnya penerapan sistem pengawasan pupuk yang telah dibentuk pemerintah. Langka pasok dan lonjak harga juga terjadi akibat perembesan pupuk dari satu wilayah ke wilayah lain dalam pasar yang sama (pasar bersubsidi).

Beberapa hal yang sangat penting yang tertera dalam surat keputusan tersebut seperti dinyatakan bahwa : (a). bahwa peranan pupuk sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional; (b). bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan adanya subsidi pupuk; (c). bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan untuk penyediaan pupuk dengan harga yang wajar sampai di tingkat petani, dipandang perlu menetapkan Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2007.

Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam kemasan 50 kg atau 20 kg yang dibeli oleh petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau udang di kios pengecer resmi secara tunai.

Dalam Pasal 9 diuraikan bahwa produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), distributor, dan pengecer resmi wajib menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atau

(43)

udang sesuai alokasi yang telah ditetapkan. Kemudian pada Pasal 10 dinyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan, penyaluran, dan peredaran pupuk bersubsidi dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.

Ada beberapa hal yang diduga sebagai penyebab terjadi pendistribusian pupuk tidak sesuai dengan rencana. Pertama, pemakaian pupuk urea di tingkat petani melebihi dosis anjuran. Dalam perhitungan subsidi pupuk, dosis pemupukan urea yang dianjurkan pemerintah hanya sebanyak 250 kg/ha, akan tetapi dalam prakteknya banyak petani menggunakan pupuk jenis ini berkisar 350- 500 kg/ha. Penggunaan pupuk berlebih terjadi karena petani masih beranggapan bahwa pupuk urea merupakan pupuk pokok dan mutlak diperlukan, sementara pupuk lainnya seperti SP36 dan KCl hanya merupakan pupuk pelengkap (Adnyana dan Kariyasa, 2000). Sehingga seringkali dijumpai banyak petani yang tidak menggunakan pupuk KCl di samping karena harganya memang relatif mahal.

Kedua, pemilikan lahan yang sempit (dibawah 0.3 ha) juga menyebabkan penggunaan pupuk kalau dikonversi ke dalam satu hektar menjadi sangat tinggi.

Ketiga, tidak adanya ketepatan dalam menghitung luas pertanaman komoditas pangan (padi). Jumlah rencana kebutuhan pupuk yang ditetapkan Departemen Pertanian yang merupakan usulan Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten secara umum lebih rendah dari luas pertanaman sesungguhnya, sehingga jumlah permintaan pupuk selalu melebihi dari yang dialokasikan. Keempat, adanya ketidakdisiplinan petani dalam menentukan pola tanam. Sebagai contoh, pada daerah tertentu yang biasanya menanam padi dua kali, ketika begitu masih ada

(44)

persediaan air yang mencukupi pada gadu dua (MK II) petani pada umumnya menanam padi lagi, sehingga terjadi lonjakan permintaan pupuk. Kebutuhan pupuk pada tanaman hortikultura juga sangat sulit untuk dihitung, mengingat jenis komoditas yang ditanam petani tidak pasti dan selalu berubah-ubah sesuai permintaan pasar. Kelima, terjadi penggunaan pupuk di tingkat petani untuk kebutuhan yang bukan bersubsidi.

2.2. Review Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Agus Nur Abadi, Program Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Jember, 2007, dengan judul Analisis Distribusi Tata Niaga Dan Efisiensi Pemasaran Pupuk Bersubsidi Di Kabupaten Jember dan membuktikan dengan uji regresi linier berganda bahwa faktor faktor permintaan pasar, produk, keberadaan perusahaan dan perantara memberi pengaruh signifikan terhadap sistem distribusi dan pemasaran pupuk bersubsidi.

Penelitian dilakukan terhadap 83 sampel penelitian secara simultan dan parsial (sig-p < 0.05).

Dodi Hendrawan, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor, 2011 dengan judul Analisis Kebijakan Subsidi Pupuk, Penentuan Pola Subsidi dan Sistem Distribusi Pupuk di Indonesia, dengan melakukan penelitian dengan melakukan studi kepustakaan dan membuktikan bahwa pola subsidi dan sistem distribusi pupuk di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kondisi pasar, ketersediaan pupuk, kemampuan pasok dan dan peran perantara.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hermansyah (2012), Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, dengan judul faktor-faktor yang

(45)

mempengaruhi sistem dan pola pendistribusian pupuk bersubsidi dan membuktikan bahwa faktor permintaan pasar, kemampuan pasok, keberadaan produk dan peran perantara berpengaruh signifikan terhadap pendistribusian pupuk bersubsidi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap kelangkaan pupuk.

(46)

Permintaan pasar (X1)

Ketersediaan produk (X2)

Kemampuan pasok perusahaan (X3)

Peran perantara (X4)

Kelangkaan pupuk BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Penelitian tentang sistem pendistribusian pupuk urea bersubsidi pada PT.

Upuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh dimulai dengan mencari gambaran umum organisasi, yaitu mengenai visi dan misi, serta struktur organisasi.

Selanjutnya, menganalisis sistem pendistribusian pupuk urea bersubsidi dengan 4 faktor yang mempengaruhi sistem pendistribusian pupuk urea bersubsidi PT.

Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh terletak di wilayah zona industri Lhokseumawe untuk mengurangi kelangkaan pupuk.

Berdasarkan ke-4 faktor yang mempengaruhi sistem pendistribusian pupuk urea bersubsidi yang meliputi permintaan pasar, ketersediaan produk, kemampuan pasok perusahaan dan peran perantara sehingga kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut;

Variabel Independen Variabel Dependen SISTEM DISTRIBUSI

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

(47)

3.2. Hipotesis

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan tentang hubungan logis antara dua variabel atau yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif sehingga dapat diuji kebenarannya(Sekaran dalam Sinulingga,2011).

Ada pengaruh sistem pendistribusian terhadap kelangkaan pupuk urea bersubsidi pada PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh.

3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisis dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun,2006).

Secara rinci, definisi operasional variabel penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1). Variabel Bebas (Sistem distribusi pupuk)

Yakni sistem pendistribusian pupuk yang diterapkan PT. Pupuk Iskandar Muda Lhoksemuawe Aceh, yang dipengaruhi oleh ke-4 faktor berikut :

a. Permintaan pasar (X1)

Tinggi rendahnya permintaan pasar atas produk pupuk urea bersubsidi tentunya sangat mempengaruhi kelangkaan pupuk bersubsidi

b. Ketersediaan Produk (X2)

Kemampuan PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh menyediakan pupuk turut mempengaruhi kelangkaan pupuk bersubsidi

(48)

c. Kemampuan Pasok (X3)

Kemampuan PT. Pupuk Iskandar Muda. memenuhi kebutuhan pupuk urea bersubsidi juga mempengaruhi kelangkaan pupuk bersubsidi

d. Perantara (X4)

Peran perantara dalam rangka memenuhi kebutuhan pupuk urea bersubsidi juga mempengaruhi langka tidaknya pupuk bersubsidi

2). Variabel Terikat (Kelangkaan Pupuk Urea Bersubsidi )

Yakni tingkat kelangkaan pupuk urea bersubsidi yang didistribusikan oleh PT. Pupuk Iskandar Muda Lhoksemuawe Aceh. Indikator kelangkaan pupuk urea bersubsidi adalah kelangkaan pasok (supply) dan kelangkaan pupuk akibat lonjakan harga akibat perembesan pupuk dari satu wilayah ke wilayah lain dalam pasar yang sama (pasar bersubsidi).

(49)

BAB IV

RANCANGAN PENELITIAN

4.1. Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi asimatris yakni hubungan antara dua variabel (Variabel Bebas dan Variabel Terikat) dimana variabel yang satu bersifat mempengaruhi variabel yang lain, bukan sebaliknya (Sudjana, 2002).

Penelitian ini menggunakan metode survei karena menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada perusahaan PT. Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe Aceh terletak di wilayah zona industri Lhokseumawe. Pabrik ini berdampingan dengan PT. Asean Aceh Fertilizer (AAF) dan pabrik gas alam cair PT. Exxon Mobil. Waktu penelitian dilakukan mulai November sampai Desember 2014.

4.3. Metode Penelitian

4.3.1. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1.1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang (Sugiono; 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh distributor dan pengecer pupuk urea bersubsidi PT. Pupuk Iskandar Muda

Gambar

Gambar 1.1. Sistem Distribusi Pupuk Urea Bersubsidi
Gambar 2.1. Saluran Distribusi   b) Saluran Distribusi Barang Industri
Gambar 3.1.  Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1  Hasil Uji Validitas   Item pertanyaan  r- hitung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penyusunan laporan ini pada umumnya untuk mengetahui penyusunan biaya yang dibutuhkan dalam penyelesaian proyek serta mengetahui permasalah biaya yang di hadapi

Pembuktian hipotesis secara parsial dilakukan dengan menggunakan uji-t yaitu uji untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial atau

Dengan demikian, pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk yaitu strategi pembelajaran yang mengakomodasi potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa, sehingga guru dapat

Sampel yang telah dicetak kemudian di sintering dengan menggunakan vacuum furnace pada suhu 1100°C selama 2 jam dan dikarakterisasi meliputi sifat fisis ( true

Bila biaya transport bahan baku dari lokasi bahan baku ke lokasi pabrik atau perusahaan lebih besar dari biaya transport barang jadi (lokasi pabrik ke lokasi

Berdasarkan kajian teori dan didukung dengan analisis variansi serta mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan di awal, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1)

Amerika dan eropa bisa menghasilkan enam macam barang dengan biaya produksi perunit yang dinyatakan dalam satuan kain wol sebagai berikut:.. Barang Biaya produksi per

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran