• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE TUTOR SEBAYA DALAM PENGAJARAN REMEDIAL PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 25 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE TUTOR SEBAYA DALAM PENGAJARAN REMEDIAL PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 25 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER II

SMP NEGERI 25 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Yulitta Radita Kusumasari

NIM : 4101905054

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

dalam Pengajaran Remedial Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 Telah dipertahankan di hadapan sidang panitia ujian Skripsi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada: Hari : Rabu

Tanggal : 29 Agustus 2007 Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Kasmadi Imam S,M.Si Drs. Supriyono, M.Si NIP. 13078101 NIP. 130815345 Pembimbing Utama, Ketua Penguji,

Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd. Dra. Sunarmi, M.Si. NIP. 131862201 NIP. 131763886 Pembimbing Pendamping, Anggota Penguji,

Iwan Junaedi, S.Si, M.Pd.. Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd. NIP. 132231406 NIP. 131862201

Anggota Penguji,

Iwan Junaedi, S.Si, M.Pd.

NIP. 132231406

(3)

MOTTO :

™ Keramahan adalah bahasa yang dapat disuarakan oleh tuna wicara dan 

dapat didengar serta dipahami oleh tuna rungu. (Christian Nestell 

Bovee) 

™ Mencintai  sesama  secara  utuh  berarti  dapat  berkata  kepadanya, 

”Bagaimana kabar Anda?”. (Simone Well) 

™ Orang  yang  berkarakter  menemukan  daya  tarik  khusus  dalam 

kesulitan, karena hanya lewat kesulitan ia dapat menyadari potensi‐

potensinya. (Charles de Gaulle) 

™ Tak ada satu pun di dunia ini yang merupakan hasil karya sendiri. 

Anda  mencapai  tujuan  Anda  selalu  berkat  bantuan  orang  lain. 

(George Shinn)

PERSEMBAHAN :

1. Untuk Bapak dan Ibu atas doa‐doanya 

dan bimbingannya 

2. Untuk adikku  mia yang endut 

3. Untuk keluarga besarku 

  4.  Teman‐temanku  seperjuangan  dan 

teman‐temanku  Pendidikan 

Matematika Transfer

(4)

Yulitta Radita Kusumasari, 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Melalui Metode Tutor Sebaya dalam Pengajaran Remedial Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.

Skripsi, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

Kata Kunci: kesulitan belajar, pengajaran remedial, metode tutor sebaya.

Kesulitan siswa dalam belajarnya harus segera diperbaiki salah satunya adalah dengan melakukan pengajaran remedial, yaitu suatu bentuk pengajaran yang sifatnya khusus membantu siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial ini salah satunya adalah metode tutor sebaya. Peran teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam pengajaran remedial. Manfaat dari penelitian ini adalah bagi peneliti, guru, dan siswa.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VIII C di SMP Negeri 25 Semarang. Subjek yang diteliti adalah seluruh siswa kelas VIII C di SMP Negeri 25 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 6,5 sebagai peserta remedial. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan nilai rata-rata kelas pada siklus I 2,75 dan siklus II 8,64. Sedangkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, kekompakan dalam berkelompok dan keberanian siswa bertanya dapat ditumbuh kembangkan. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan aktivitas siswa pada siklus I 65,46% atau kategori aktif dan siklus II 84,54% atau kategori sangat aktif. Jadi dapat disimpulkan melalui metode tutor dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pengajaran remedial matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007.

(5)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan hidyah-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Tutor Sebaya dalam Pengajaran Remedial Pada Siswa Kelas VIII semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam penelitian maupun penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang,

2. Drs. Kasmadi Imam S.,M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika Universitas Negeri Semarang,

3. Drs.Supriyono, M.Si, Ketua Jurusan Matematika Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang,

4. Dra. Emi Pujiastuti,M.Pd., sebagai Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi,

(6)

penyusunan skripsi,

6. Drs. Hariyanto Dwiyantoro, MM., Kepala SMP Negeri 25 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian,

7. Ari Idayani, S.Pd., Guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 25 Semarang yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini,

8. Siswa-siswi kelas VIII C SMP Negeri 25 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 semester II atas ketersediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini,

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki masih kurang, sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan tulisan berikutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pembaca yang budiman.

Semarang, Agustus 2007

Penulis

(7)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Pemecahan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat ... 7

F. Penegasan Istilah ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II : KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 11

A. Pengertian Belajar ... 11

B. Kesulitan Belajar ... 12

C. Tutor Sebaya ... 20

(8)

F. Hipotesis Tindakan ... 57

BAB III : METODE PENELITIAN ... 58

A. Lokasi Penelitian ... 58

B. Subyek Penelitian ... 58

C. Prosedur Penelitian ... 58

D. Siklus Kegiatan ... 59

E. Data dan cara pengambilannya ... 64

F. Indikator Keberhasilan ... 65

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Siklus I ... 67

2. Siklus II ... 77

B. Pembahasan ... 85

BAB V : PENUTUP ... 92

A. Simpulan ... 92

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

LAMPIRAN ... 95

(9)

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 95

Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 101

Lampiran 3. Daftar Nama Siswa Kelas VIII C ... 143

Lampiran 4. Daftar Nama Kelompok ... 144

Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Tes Diagnostik ... 145

Lampiran 6. Soal-soal Tes Diagnostik ... 146

Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Tes Diagnostik ... 148

Lampiran 8. Daftar Nilai Tes Diagnostik ... 152

Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Tes Siklus I ... 154

Lampiran 10. Soal Tes Siklus I ... 155

Lampiran 11. Kunci Jawaban Soal Tes Siklus I ... 157

Lampiran 12. Tabel Analisis Tes Formatif Siklus I ... 161

Lampiran 13. Kisi-kisi Soal Tes Siklus II ... 164

Lampiran 14. Soal Tes Siklus I ... 165

Lampiran 15. Kunci Jawaban Soal Tes Siklus II ... 168

Lampiran 16. Tabel Analisis Tes Formatif Siklus II ... 174

Lampiran 17. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 177

(10)

Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 179

Lampiran 20. Lembar Observasi Tutor ... 180

Lampiran 21. Lembar Observasi Tutor Siklus I ... 181

Lampiran 22 Lembar Observasi Tutor Siklus II ... 182

Lampiran 23. Lembar Observasi Guru ... 183

Lampiran 24. Lembar Observasi Guru Siklus I ... 184

Lampiran 25. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 185

(11)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang sangat diperlukan, matematika berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam berbagai ilmu dan kehidupan. Pada umumnya matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dimengerti oleh siswa sehingga siswa terlebih dahulu takut terhadap mata pelajaran matematika. Indikasi ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Rendahnya hasil belajar ini lebih terlihat khususnya dalam pokok bahasan yang bersifat abstrak sehingga memerlukan visualisasi. Para siswa beranggapan bahwa matematika hanya berlaku dengan penyajian yang berbentuk angka-angka yang dianggap kurang bermanfaat bagi kehidupan siswa. Padahal kalau dicermati di setiap segi kehidupan manusia tidak lepas dari asas yang berlaku atau dipelajari dalam matematika dan pada gilirannya akan mempermudah dalam pemecahan masalah.

(12)

Kesiapan belajar siswa sangat tergantung pada siswa itu sendiri, sedangkan suasana belajar ditentukan oleh guru sesuai dengan kompetensinya. Lebih lanjut Ruseffendi (2001:8), mengatakan ”siswa sebagai individu yang potensial tidak dapat berkembang banyak tanpa bantuan guru”. Dari hal tersebut di atas berarti pula bahwa kompetensi guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa.

Seorang guru dituntut untuk selalu berinovasi dalam mencari penyelesaian dari persolaan tersebut yang sampai saat ini belum menghasilkan jawaban yang menggembirakan antara lain kesulitan siswa dalam belajarnya harus diperbaiki, yaitu dalam pengajaran remedial, yaitu suatu bentuk pengajaran yang sifatnya khusus membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Pengajaran remedial merupakan salah satu upaya kegiatan belajar mengajar yang sudah dilaksanakan di kelas untuk menghasilkan yang lebih baik.

Dalam bentuk belajar siswa, terdapat tipe emosional. Pada tipe ini siswa mampu belajar bila melalui orang perorang, hanya diperhatikan bahwa siswa semacam ini perlu dihadapkan kepada seseorang yang disenangi atau disegani karena akan mudah menerima apa yang diajarkan. Siswa yang mempunyai cara seperti ini baik ditempatkan dalam kelompok, sebab siswa akan menggemari metode tatap muka.

(13)

Metode tutor sebaya adalah salah satu metode pengajaran remedial yang memanfaatkan siswa dengan keistimewaan di dalam kelas untuk membantu memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang nilainya masih rendah atau di bawah rata-rata. Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika antara lain disebabkan ketidakmampuan siswa dalam memahami materi. Siswa yang ditunjuk sebagai tutor, ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima materi yang diberikan oleh guru. Siswa yang ditugaskan sebagai tutor adalah siswa yang tergolong lebih pandai dan mampu menerangkan kepada teman-temannya. Dengan metode ini, siswa lebih berani bertanya mengenai materi yang diberikan guru kepada tutornya (dalam kelompok). Menurut Suryo dan Amin (1984:51), bantuan yang diberikan teman-teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Peran teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya.

Penguasaan materi pelajaran akan lebih cepat ditangkap oleh siswa yang pandai, sebaliknya siswa yang daya tangkapnya kurang akan mendapat kesulitan dalam menerima materi pelajaran. Oleh karena itu, siswa yang daya tangkapnya kurang perlu diberikan waktu tersendiri atau jam tambahan setelah jam sekolah selesai, yaitu dalam pengajaran remedial.

(14)

Negeri 25 Semarang, dari masalah-masalah konsep, rumus-rumus maupun penerapannya, hal ini membuktikan dengan masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai matematika kurang dari 6,5 terutama pada kelas yang tidak unggulan, yaitu kelas VIII C di SMP Negeri 25 Semarang.

Berdasarkan pengalaman guru matematika di SMP Negeri 25 Semarang, bahwa siswa dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar banyak yang merasa kesulitan. Hasil belajar yang dicapai siswa sering kali tidak sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan guru, hal ini dapat terjadi karena metode pembelajaran yang sering diperoleh siswa adalah metode pembelajaran yang bersifat memberikan informasi saja sehingga siswa hanya berperan pasif, karena pelajaran tidak dibuat menantang dan kurang mengesankan. Dari data yang peneliti peroleh hasil belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar di SMP Negeri 25 Semarang belum nenunjukkan hasil yang memuaskan terbukti dengan belum tercapainya batas ketuntasan belajar (65%) dan nilai rata-rata 6,5 dan hasil perolehan nilai matematika pokok bahasan bangun ruang sisi datar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Nilai Banyak Siswa (orang)

0 9

1 – 2 8

3 – 4 8

5 – 6 4

7 – 8 5

9 – 10 4

(15)

materi kepada siswanya, akan tetapi ia mempunyai peranan juga sebagai pembimbing. Keberhasilan seorang guru terletak dalam kemampuan-nya melaksanakan proses belajar mengajar yang sebaik-baiknya, sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, setiap guru berkeinginan siswanya mendapat hasil yang diharapkan, namun kenyataannya masih banyak siswa yang hasil belajarnya menunjukkan kurang atau tidak sesuai dengan harapan guru. Keadaan tersebut pada kenyataannya dapat terlihat di lapangan, yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih rendah dalam mata pelajaran matematika bahkan cenderung semakin menurun. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika di dalam kelas sangat berpengaruh terhadap peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Selama ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat dikatakan selalu rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Metode tutor sebaya dan metode pemberian tugas merupakan metode pengajaran remedial yang sangat penting dalam pembelajaran matematika dewasa ini, dalam menggunakan metode tutor sebaya dan metode pemberian tugas siswa dituntut harus aktif.

(16)

Pengajaran Remedial Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 25 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah ”Apakah hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui metode tutor sebaya dalam pengajaran remedial matematika?”.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada materi pokok bangun ruang sisi datar yang terdiri atas.

1. Menentukan luas permukaan dan volum prisma 2. Menghitung luas permukaan dan volum prisma. 2. Menentukam luas permukaan dan volum limas. 4. Menghitung luas permukaan dan volum limas.

D. Pemecahan Masalah

(17)

kepada tutor dalam mengerjakan soal-soal untuk dapat membimbing anggota kelompoknya agar dapat memperoleh hasil yang optimal dan tutor akan mendapatkan tambahan nilai tersendiri.

E. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam pengajaran remedial.

2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai pengajaran remedial matematika dengan menggunakan metode tutor sebaya.

b. Bagi Guru

1) Dapat menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya.

2) Dapat mengembangkan kreativitas guru dalam menciptakan variasi pembelajaran di kelas.

3) Dapat sebagai masukan dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Bagi Siswa

(18)

2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan masing-masing.

3) Melatih siswa agar berani untuk mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan.

4) Meningkatkan kerja sama bagi siswa dalam kelompok dan meningkatkan kemampuan bersosialisasi siswa.

5) Menumbuhkan semangat dan meningkatkan aktivitas siswa yang menjadi tutor.

F. Penegasan Istilah

1. Meningkatkan Hasil Belajar

Hasil belajar dikatakan meningkat jika semua mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 6,5 dengan sesudah mendapatkan pengajaran remedial.

2. Tutor Sebaya

Tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Tutor dalam penelitian ini diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi (Suryo dan Amin, 1984:51).

3. Pengajaran Remedial

(19)

menyembuhkan atau membetulkan. Pengajaran remedial merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud menyembuhkan/memperbaiki kesulitan belajar siswa yang diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai kemampuan siswa.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara garis besar penulisan skripsi ini akan dipaparkan sistematika penulisanya. Penulisan skripsi ini dibagi dalam 3 bagian yaitu: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

1. Bagian awal skripsi ini berisi halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdiri dari 5 bab sebagai berikut.

BAB I: PENDAHULUAN, berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat, penegasan istilah serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II: KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN, berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibuat dalam penelitian ini meliputi gambaran umum penelitian dan hipotesis tindakan dalam penelitian ini.

(20)

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi tentang hasil penelitian yang diperoleh dan pembahasan hasil penelitian.

(21)

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Pengertian Belajar

Keberhasilan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dengan prestasi belajar, telah banyak para ahli mencoba untuk menyelidiki peristiwa belajar dengan memandang dari berbagai aspek, sehingga menimbulkan berbagai macam pengertian belajar.

Menurut Mohamad Surya, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:9), belajar adalah suatu perubahan pada diri seseorang yang terjadi karena pengalaman.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dalam memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan latihan untuk memperoleh keterampilan baru.

Unsur-unsur dalam belajar antara lain sebagai berikut.

a. Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar dan peserta latihan.

(22)

c. Memori. Memori pembelajaran berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan aktivitas belajar sebelumnya.

d. Respon. Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance) (Anni, 2004:3-4).

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain: a. faktor internal meliputi: aspek fisik, psikis, dan sosial, dan

b. faktor eksternal meliputi: tingkat kesulitan bahan ajar, tempat belajar, iklim atau cuaca dan suasana lingkungan.

Oleh karena itu agar belajar berlangsung efektif pada diri siswa, guru harus menguasai bahan belajar keterampilan dan evaluasi pembelajaran secara terpadu (Anni, 2004:11-12).

B. Kesulitan Belajar

(23)

Hasil identifikasi Burton (dalam Makmun, 1997:207) bahwa seorang siswa yang berkasus dapat dipandang atau diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

Kegagalan belajar didefinisikan oleh Burton (dalam Makmun, 1997:207) adalah sebagai berikut.

a. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pengajaran tertentu. Seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion refrenced). Dalam konteks sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu adalah angka 65 atau 65%. Kasus semacam ini dapat digolongkan dalam lower group.

b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya: intelegensi, bakat). Ia diramalkan (predicated) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus semacam ini dapat digolongkan ke dalam under archievers.

(24)

(norm-refrenced). Kasus siswa bersangkutan dapat dikategorikan ke dalam slow learners.

d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya, kasus siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learners atau belum matang (immature) sehingga mungkin harus menjadi pengulang (repeaters) pelajaran.

Kegagalan yang terjadi dapat disebabkan kurangnya persiapan siswa dalam belajar. Menurut Nasution (1997:179) kesiapan belajar adalah kondisi-kondisi yang mendahului kegiatan belajar. Tanpa kesiapan atau kesediaan proses belajar tidak akan terjadi.

Siswa yang gagal memenuhi kriteria atau standar yang ditentukan menurut rumusan tujuan pembelajaran, harus mengulangi pelajaran agar dikuasainya, karena jika ia tidak memahaminya ia akan mengalami kesukaran dalam pelajaran selanjutnya (Nasution, 1997:193).

(25)

diperhatikan kesulitan yang dialami siswa, sehingga diharapkan siswa mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa diantaranya adalah kesungguhan siswa untuk memahami pelajaran, ketekunan siswa dan kesempatan yang disediakan untuk mempelajari ruang lingkup bahan yang sudah ditentukan. Ketiga faktor tersebut terlihat bervariasi pada siswa-siswa yang terlihat dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu hasil yang diperoleh berbeda satu sama lain. Ada siswa yang cepat belajarnya, sedang dan ada siswa yang lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.

Setiap guru senantiasa mengharapkan siswa-siswanya dapat mencapai hasil belajar yang optimum. Dalam kenyataan sering dijumpai siswa yang menunjukkan gejala tidak mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan atau dengan kata lain guru sering menjumpai siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar. Menurut Suhito (1986:24), kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan itu dapat bersifat psikologis, sosiologis ataupun fisiologis dalam kesuluruhan proses belajarnya.

Berdasarkan jenis-jenis kesulitan belajar menurut Suhito (1986:24), kesulitan belajar dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:

a) Learning disorder (kekacauan belajar)

Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan di mana proses

(26)

menyebabkan hasil belajar yang dicapai siswa tersebut akan lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.

b) Learning disabilities (ketidak mampuan belajar)

Learning disabilities atau ketidak mampuan belajar adalah hambatan belajar

yang mengacu kepada gejala di mana anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai berada di bawah potensi intelektualnya.

c) Learning dysfunction

Learning dysfunction adalah kesulitan belajar yang mengacu kepada gejala

di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan-gangguan psikologis lain.

d) Underachiever

Underachiever adalah hambatan belajar yang mengacu kepada anak-anak

yang memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.

e) Slow learner (lambat belajar).

Slow learner atau lambat belajar adalah hambatan belajar yang berupa

lambat dalam proses belajarnya sehingga siswa tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

(27)

tingkat ketuntasan yang ditentukan. Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah laku.

Gejala kesulitan belajar termanifestasikan baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam berbagai bentuk tingkah laku. Beberapa ciri-ciri tingkah laku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar adalah sebagai berikut.

a) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok atau di bawah potensi yang dimilikinya.

b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Usaha telah dilakukan oleh siswa yang bersangkutan, namun hasil yang diperoleh selalu rendah.

c) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, siswa yang bersangkutan selalu tertinggal menyelesaikan tugasnya.

d) Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan sebagainya.

e) Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, terlambat datang, tidak mengerjakan tugas, mengganggu temas sekelasnya, tidak mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tidak mau berteman dan sebagainya.

(28)

misalnya dalam menghadapi nilai rendah yang diperoleh tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal.

Menurut Suhito (1986:33) beberapa jenis masalah belajar yang dihadapi siswa tentu ada sebabnya, secara terperinci faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi 4 adalah sebagai berikut.

a) Kondisi-kondisi fisiologis yang permanen, meliputi: (1) Intelegensi yang terbatas

(2) Hambatan penglihatan dan pendengar (3) Masalah persepsi.

b) Kondisi-kondisi fisiologis temporer (1) Masalah makanan

(2) Kecanduan (drugs) (3) Kecapaian.

c) Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang permanen (1) Harapan orang tua terlalu tinggi

(2) Konflik keluarga.

d) Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial temporer

(1) Ada-ada bagian dalam urutan belajar yang belum dipahami (2) Persaingan intern.

Menurut Suryo dan Amin (1984:21), kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa-siswa disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang terdapat dalam dirinya, maupun di luar dirinya adalah sebagai berikut.

(29)

(1) Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan dasar (intelegensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar. Jika kemampuan ini rendah maka hasil yang akan dicapai pun akan rendah pula, dan ini akan menimbulkan kesulitan belajar. (2) Kurangnya bakat khusus yang mendasari kegiatan belajar tertentu.

Karena bakat merupakan dasar untuk mencapai tingkat hasil belajar tertentu maka siswa yang kurang atau tidak berbakat dalam suatu kegiatan belajar tertentu, kemungkinan akan mengalami kesulitan belajar.

(3) Kurang motivasi atau dorongan untuk belajar. Tanpa motif yang memadai, murid akan banyak mengalami kesulitan belajar, karena motif ini merupakan faktor pendorong.

(4) Situasi pribadi terutama emosional yang dialami siswa. Misalnya pertentangan yang dialami dalam dirinya, situasi kekecewaan (frustasi), suasana kesedihan, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.

(30)

(6) Faktor-faktor bawaan (heriditer), seperti buta warna, kidal, cacat tubuh dan sebagainya.

b) Faktor-faktor yang terletak di luar dirinya (faktor eksternal) baik yang terdapat di sekolah, di rumah maupun di masyarakat antara lain sebagai berikut.

(1) Faktor lingkungan sekolah yang kurang menunjang proses belajar seperti kurang memadainya: cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang dipelajari, perlengkapan belajar yang kurang, cara evaluasi, ruang belajar, sistem administrasi, waktu belajar, situasi sosial di sekolah, dan sebagainya.

(2) Situasi dalam keluarga yang kurang menunjang proses belajar seperti: kekacauan rumah tangga (broken home) kurang perhatian orang tua, kurangnya perlengkapan belajar, kurangnya kemampuan orang tua, dan sebagainya.

(3) Lingkungan sosial yang kurang memadai, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kacau, gangguan kebudayaan seperti film, bacaan-bacaan, dan sebagainya.

C. Tutor Sebaya

(31)

Pengajaran tutoring merupakan pengajaran melalui kelompok yang terdiri atas satu siswa dan satu pengajar (tutor, mentor) atau boleh jadi seorang siswa mampu memegang tugas sebagai mentor, bahkan sampai taraf tertentu dapat menjadi tutor (Winkel, 1996:401).

Ada beberapa teori dalam mendasari strategi pembelajaran dengan tutor sebaya adalah sebagai berikut.

a. Zaini (dalam Suyitno, 2004:36) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan materi kepada teman-temannya.

b. Conny Semiawan (dalam Suherman dkk, 2003:276) mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah siswa yang pandai memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan teman-teman di luar sekolah.

Mengingat bahwa siswa merupakan elemen pokok dalam pengajaran, yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, maka siswa harus dijadikan sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran.

c. Suryo dan Amin (1984:51) yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar.

(32)

mempunyai keistimewaan, kepandaian dan kecakapan di dalam kelas untuk membantu memberi penjelasan, bimbingan dan arahan kepada siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran yang usianya hampir sama atau sekelas dalam pengajaran remedial.

Manfaat dari pelaksanaan pengajaran remedial oleh teman sebaya bukan hanya dirasakan oleh tutor saja, tetapi juga menjadi penambah semangat bagi siswa yang dibimbingnya, ia akan lebih memahami konsep dari pada sebelum pengajaran remedial diberikan oleh tutornya. Hasil penelitian Hakim (dalam Zuchri, 1996:16) menerangkan bahwa peran teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan prestasi belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan pengajar atau tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya.

Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tutor diperlukan pertimbangan-pertimbangan sendiri, diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Memiliki kepandaian lebih unggul daripada siswa lain.

b. Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru.

c. Mempunyai kesadaran untuk membantu teman lain.

d. Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program tutor sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya dan rajin.

(33)

f. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.

Agar pelaksanaan pengajaran tutor sebaya dapat berlangsung secara efektif dan berhasil, guru perlu memperhatikan pemilihan petugas tutor sebaya dan pembentukan kelompok. Banyaknya petugas tutor sebaya ditentukan oleh ciri-ciri yang telah disebutkan di atas dan disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelas tersebut dan banyaknya siswa dalam tiap-tiap kelompok yang akan direncanakan. Karena jumlah siswa ada 30 orang direncanakan tiap kelompok 4 atau 5 orang, maka petugas tutor sebaya ada 6 orang. Keenam petugas itu dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin.

Mengenai berapa banyaknya anggota setiap kelompok tidak ada ketentuan yang mutlak harus ditaati sebagai pedoman. Kelompok kecil sebaiknya dengan anggota 4-5 orang, dengan dasar pemikiran bahwa makin banyak anggota kelompoknya, keefektifan, keefektifan belajar tiap anggota berkurang. Sebaliknya jika terlalu sedikit 2 atau 3 orang, kurang dapat membentuk iklim kelompok yang baik. Kelompok-kelompok itu dapat dibentuk atas dasar minat dan latar belakang, pengalaman atau prestasi belajar. Kehangatan atau iklim kelompok yang baik dapat terbentuk berdasarkan adanya rasa persaudaraan antar anggota.

Menurut Suryo dan Amin (1982:51), beberapa kelebihan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut.

(34)

b. Bagi tutor sendiri, kegiatan remedial ini merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.

c. Bersifat efisien, artinya bisa lebih banyak yang dibantu.

d. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri. Adapun kekurangan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut.

a. Siswa yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa yang dibantu.

b. Siswa yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.

D. Pengajaran Remedial

1. Pengertian Pengajaran Remedial

Dalam proses pembelajaran akan selalu ada siswa-siswa yang memerlukan bantuan baik dalam mencerna materi pelajaran maupun dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya, sering ditemui seseorang atau kelompok siswa yang tidak mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Hasil belajar seorang siswa kadang-kadang di bawah rata-rata bila dibandingkan dengan hasil belajar teman-teman sekelasnya, siswa-siswa seperti inilah yang perlu memperoleh pengajaran remedial.

(35)

pengajaran yang bermaksud menyembuhkan atau memperbaiki kesulitan belajar siswa yang diarahkan kepada pencapaian hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan siswa.

Aspek-aspek yang diperbaiki dalam pengajaran remedial adalah sebagai berikut.

a) Cara-cara belajar siswa b) Cara mengajar

c) Materi pelajaran

d) Alat belajar dan lingkungan yang turut serta mempengaruhi proses belajar-mengajar.

2. Tujuan Pengajaran Remedial

Secara umum tujuan pengajaran remedial tidaklah berbeda dengan tujuan pengajaran pada umumnya yaitu agar setiap siswa dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Suhito (1986:46) menyatakan tujuan pengajaran remedial adalah agar siswa:. a) Memahami dirinya, khususnya yang menyangkut hasil belajarnya,

meliputi segi kekuatan, segi kelemahan, jenis dan sifat kesulitannya. b) Dapat memperbaiki cara-cara belajar ke arah yang lebih baik sesuai

dengan kesulitan yang dihadapinya.

c) Dapat memilih fasilitas belajar secara tepat.

(36)

e) Dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar baru yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang lebih baik.

f) Dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan. 3. Fungsi Pengajaran Remedial

Berdasarkan pengertian pengajaran remedial terlihat bahwa pengajaran remedial mempunyai fungsi yang menentukan dalam keseluruhan proses belajar-mengajar yang diperbaiki melalui pengajaran remedial adalah sebagai berikut.

a. Fungsi Korektif

Pengajaran remedial mempunyai fungsi korektif, artinya bahwa melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan terhadap aspek-aspek yang dipandang belum mencapai harapan semestinya dalam keseluruhan proses belajar-mengajar. Hal-hal yang diperbaiki melalui pengajaran remedial, antara lain sebagai berikut.

1) Perumusan tujuan

2) Penggunaan metode mengajar 3) Cara-cara belajar

4) Alat pengajaran 5) Evaluasi

6) Segi-segi pribadi siswa.

(37)

b. Fungsi pemahaman

Yang dimaksud fungsi pemahaman ialah bahwa dengan pengajaran remedial memungkinkan guru siswa dan pihak-pihak lainnya dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap pribadi siswa. Siswa diharapkan dapat lebih memahami terhadap dirinya dengan segala aspeknya. Demikian pula guru dan pihak-pihak lainnya dapat lebih memahami keadaan pribadi siswa.

c. Fungsi penyesuaian

Pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. Dalam pengajaran remedial terdapat penyesuaian yang baik antara siswa dengan tuntutan dalam proses belajarnya. Siswa dapat belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan pribadinya, sehingga mempunyai peluang yang lebih besar untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. tuntutan belajar yang diberikan kepada siswa telah disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitannya sehingga diharapkan siswa lebih giat belajar.

d. Fungsi pengayaan

(38)

e. Fungsi akselerasi

Yang dimaksud dengan fungsi akselerasi adalah bahwa pengajaran remedial dapat mempercepat proses belajar baik dalam arti waktu maupun materi siswa yang tergolong lambat dalam belajar, dapat dibantu dengan pengajaran remedial sehingga proses belajarnya lebih cepat.

f. Fungsi terapeutik

Secara langsung atau tidak langsung, pengajaran remedial dapat memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan.

4. Identifikasi dan Diagnostik Kesulitan Belajar

Langkah awal sebelum pengajaran remedial dilaksanakan adalah melakukan identifikasi kesulitan belajar. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah mengetahui dan mencari siswa-siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Tujuan utama kegiatan ini adalah mengenal dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar yang dimiliki siswa. Berbagai cara untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa antara lain dengan menggunakan:

a. Teknik observasi atau pengamatan

Adalah teknik yang dilaksanakan dengan cara menjadikan pengamatan secara teliti serta pencatatan sistematik.

b. Teknik meneliti hasil pekerjaan siswa

(39)

c. Teknik test

Yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan memberi tes kepada siswa untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang kemampuan siswa. Tes yang digunakan adalah tes diagnostik yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa. Berdasarkan kelemahan-kelemahan ini, siswa diberi bantuan sesuai dengan letak, jenis, dan sifat kesulitannya.

Dengan cara tersebut di atas dapat diketahui siswa-siswa mana yang mengalami kesulitan belajar. Setelah kegiatan identifikasi dilaksanakan, kegiatan selanjutnya adalah diagnosis kesulitan belajar.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengajaran remidial adalah sebagai berikut.

a. Indentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Untuk maksud itu dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Menandai siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar

baik yang sifatnya umum ataupun khusus dalam mata pelajaran tertentu. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membandingkan hasil belajar yang diperoleh siswa dengan rata-rata kelompok atau kelas atau dengan membandingkan hasil belajar yang dicapai siswa dengan tingkat penguasaan minimal yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu.

(40)

bagi setiap angka nilai siswa. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah menghitung nilai rata-rata kelas atau kelompok, kemudian menandai siswa yang memiliki rata-rata angka nilai hasil belajarnya di bawah rata-rata nilai kelas. Untuk mengadakan prioritas layanan, dengan membuat peringkat (ranking) berdasarkan angka yang diperoleh. Dengan cara demikian dapat dikatakan bahwa siswa-siswa yang nilai rata-ratanya di bawah nilai rata-rata kelasnya, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. b. Lokalisasi letak kesulitan siswa

Setelah ditemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka persoalan selanjutnya adalah pada bagian mana siswa mengalami kesulitan belajar, pada ruang lingkup bahan yang manakah kesulitan belajar itu terjadi? Untuk menemukan hal-hal tersebut, menurut Suhito (1986:38) langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut. 1) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi.

Cara yang cukup sederhana dapat dilakukan adalah membandingkan angka nilai prestasi individu yang bersangkutan dari semua bidang studi dengan batas lulus yang telah ditetapkan. 2) Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan ruang lingkup bahan

yang dipelajari.

(41)

3) Mendeteksi dalam segi-segi proses belajar.

Hasil analisis empiris terhadap catatan keterlambatan penyelesaian tugas, prosentasi dan partisipasi kehadiran, kurang penyesuaian sosial akan memberikan gambaran yang cukup jelas adanya kesulitan belajar dalam segi proses belajar.

c. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan belajar. Pada langkah ini disusun suatu rencana atau beberapa rencana yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa. Rencana itu hendaknya berisi:

1) Bahan-bahan apa yang harus diberikan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar.

2) Strategi dan pendekatan mana yang harus dilakukan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa.

d. Tindak lanjut

Kegiatan yang diperkirakan paling tepat untuk kegiatan tindak lanjut adalah sebagai berikut.

1) Melaksanakan pengajaran remedial. Kegiatannya dapat berupa pengajaran remedial bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. 2) Melaksanakan pengecekan terhadap kemajuan belajar siswa baik

(42)

5. Metode, Strategi dan Pendekatan serta Prosedur Pengajaran Remedial

Metode pengajaran remedial merupakan metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan kegiatan remedial mulai dari identifikasi kasus sampai dengan langkah tindak lanjut. Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pengajaran remedial antara lain metode : pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, tutor sebaya, dan pengjaran individual (Suryo dan Amin, 1984:43). Akan tetapi dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam pengajaran remedial matematika adalah menggunakan metode tutor sebaya.

Metode tutor sebaya adalah kegiatan bantuan perbaikan yang diberikan oleh teman-teman sekelas dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Manfaat dari pelaksanaan pengajaran remedial oleh teman sebaya bukan hanya dirasakan oleh tutor saja, tetapi juga menjadi penambah semangat bagi siswa yang dibimbingnya, ia akan lebih memahami konsep daripada sebelum pengajaran remedial diberikan oleh tutornya. Hasil penelitian Hakim (dalam Zuchri, 1996:16) menerangkan bahwa peranan teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan prestasi belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan pengajar atau tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya.

(43)

”bantuan yang diberikan oleh teman-teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Hubungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, pada umumnya terasa lebih dekat dibandingkan dengan hubungan antara siswa dengan guru”. Seringnya siswa yang belum berhasil belajar matematika menghubungi tutor sebaya menyebabkan lebih sering siswa itu belajar.

Siswa yang ditunjuk sebagai tutor akan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar berdasarkan petunjuk-petunjuk yang diberikan guru. Siswa yang ditugaskan sebagai tutor adalah siswa yang tergolong mempunyai keistimewaan, kepandaian, kecakapan di dalam kelas untuk membantu memberikan penjelasan, bimbingan, dan arahan kepada siswa (temannya) yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menerima pelajaran. Namun demikian, fungsi tutor di sini hanya membantu guru dalam melaksanakan kegiatan perbaikan bagi siswa yang memerlukan. Artinya pelaksana utama kegiatan perbaikan ini tetaplah guru itu sendiri dan guru bertanggung jawab terhadap penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari.

(44)

itu strategi dan pendekatan pengajaran remedial harus disesuaikan dengan keadaan kesulitan belajar siswa agar sasaran akhir dapat tercapai. Strategi dan pendekatan pengajaran remedial terdiri atas tiga macam yaitu: strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat kuratif, strategi dan pendekatan pengajaran remedial bersifat preventif, strategi dan pendekatan pengajaran remedial yang bersifat pengembangan. Akan tetapi dalam penelitian ini, strategi dan pendekatan yang digunakan dalam pengajaran remedial matematika adalah menggunakan strategi dan pendekatan remedial yang bersifat kuratif.

Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif apabila dilakukan setelah program proses belajar mengajar utama. Tindakan ini dilakukan berdasarkan atas kenyataan empirik bahwa ada siswa atau beberapa siswa ataupun bahkan sebagian besar siswa dalam kelas atau kelompok belajar dipandang tidak mampu menyelesaikan program proses belajar mengajar sesuai dengan kriteria ketuntasan keberhasilan yang ditetapkan.

Pengajaran remedial yang bersifat kuratif ini dpaat dilakukan dengan teknik pendekatan berupa pengulangan. Pengulangan ini dapat terjadi pada beberapa tingkatan yaitu sebagai berikut.

a. Pada setiap akhir jam pelajaran.

(45)

Pelaksanaan layanan pengajaran remedial ini dapat diberikan secara perorangan dan kelompok adalah sebagai berikut.

a. perorangan, jika siswa yang memerlukan bantuan jumlahnya terbatas, dan

b. kelompok, jika sejumlah siswa yang mempunyai jenis, lokasi dan sifat kesulitan yang sama.

Waktu dan cara pelaksanaannya dapat dilakukan:

a. pada jam pelajaran berikutnya, jika sebagaian besar siswa mempunyai kesulitan belajar yang sama,

b. di luar jam pelajaran biasa, misalnya diberi jam pelajaran tambahan pada hari atau jam tertentu, dan

c. diadakan kelas remedial, khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar tertentu. Sedangkan siswa yang lain belajar dalam kelas biasa, apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar tersebut telah mencapai tingkat penguasaan tertentu, maka dapat belajar bersama-sama lagi dengan temannya dikelas biasa.

Prosedur yang dapat dilakukan untuk mengadakan pengajaran remedial adalah sebagai berikut.

a. Memberikan tes diagnostik yang berfungsi untuk mengukur kemampuan serta kesulitan yang ada pada diri siswa.

b. Menganalisis hasil tes diagnostik tertentu.

(46)

prasyarat yang belum dikuasai siswa. Dengan demikian kita dapat meneliti pada kawasan tujuan belajar yang manakah kesulitan belajar itu terjadi dan meneliti ruang lingkup bahan yang manakah kesulitan belajar itu terjadi.

c. Memberikan angket, cek-list sikap atau mengadakan wawancara untuk memperkirakan jenis, sifat, dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. d. Membuat rencana pembelajaran remedial, dengan memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1). Materi sajian dalam pengajaran remedial berkaitan erat dengan prasyarat yang belum dikuasai siswa.

2). Strategi, pendekatan dan metode pengajaran remedial berkaitan erat dengan jenis, sifat dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar. 6. Alat Peraga

(47)

mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam segi:

a. Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa.

b. Alat peraga memungkinkan pendidikan lebih sesuai dengan perorangan di mana para siswa belajar dengan banyak kemungkinan dan sumber-sumber sehingga belajar berlangsung lebih menyenangkan bagi masing-masing perorangan.

c. Alat peraga memungkinkan belajar lebih cepat segera bersesuaian antara yang ada di kelas dengan yang ada di luar kelas. Alat peraga menjadi jembatan antara keduanya sehingga para siswa mendapat pengalaman yang baik.

d. Alat peraga memungkinkan mengajara lebih merata. Ini mempunyai arti bahwa dengan menggunakan alat peraga, perhatian anak memungkinkan meningkat dan mengarah kepada yang sedang diragakan sehingga kemungkinan mengantuk berkurang.

e. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis, teratur dan dipersiapkan secara sistematis dan teratur pula.

(48)

a. Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat) b. Bentuk dan warnanya menarik

c. Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit)

d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak.

e. Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar atau diagram.

f. Sesuai dengan konsep matematika

g. Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman konsep matematika).

h. Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi siswa.

i. Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif, alat peraga itu supaya dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan, dipasangkan, dicopot (diambil dari susunannya)

j. Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat (banyak).

Alat peraga tidak selamanya membuahkan hasil belajar siswa lebih cepat, lebih meningkat, lebih menarik dan sebagainya. Kadang-kadang akan menyebabkan siswa gagal dalam belajarnya. Kegagalan menggunakan alat peraga akan terjadi bila:

a. generalisasi konsep abstrak dari representasi hal-hal konkret tidak tercapai,

(49)

c. tidak disajikan pada saat yang tepat, d. memboroskan waktu,

e. digunakan terhadap anak yang sebenarnya tidak memerlukannya, dan f. tidak menarik, mempersulit konsep yang dipelajari, mudah rusak.

Gambar 1. Alat Peraga Prisma

Gambar 2. Alat Peraga Limas 7. Lembar Kerja Siswa (LKS)

(50)

LKS dipahami dalam penerapan metode penemuan terbimbing. Sedangkan strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan latihan pengembangan. LKS ini sebaliknya dirancang dan dikembangkan oleh guru sendiri sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajaran (Suyitno, 1997:7).

LKS dapat digunakan sebagai sarana pengajaran individual mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggungjawab, dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap pemahaman konsep (menyampikan pemahaman konsep). Karena LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik. Pemanfaatan LKS pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap pemahaman konsep.

a. Kriteria Pembuatan LKS

Menurut Tim Penatar Propinsi Dati I Jawa Tengah, hal-hal yang diperlukan dalam penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah

1) Berdasarkan GBPP yang berlaku, Analisis Materi Pelajaran (AMP) buku pegangan siswa (buku paket).

2) Mengutamakan bahan-bahan yang penting.

3) Menyesuaikan tingkat kematangan berpikir siswa. b. Kelebihan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Menurut Pandoyo, kelebihan dari penggunaan LKS adalah 1) Meningkatkan aktivitas belajar.

(51)

3) Membimbing siswa secara baik ke arah pengembangan konsep. c. Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS)

1) Bisa disalahgunakan guru.

Sewaktu siswa mengerjakan LKS, guru seharusnya mengamati bukan meninggalkannya. Hal ini terjadi bila guru tidak bertanggungjawab atas proses belajar mengajar yang dipimpinnya.

2) Memerlukan biaya yang belum tentu dianggap murah.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media pengajaran matematika yang dibuat sendiri oleh guru atau tim khusus yang dengan tujuan mengajarkan suatu konsep atau prinsip. Siswa dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang diajarkan guru. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, pembimbing, dan membantu siswa untuk menemukan pengetahuan baru. Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) juga merupakan salah satu variasi pengajaran agar siswa tidak bosan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) terbagi menjadi dua (2) kategori sebagai berikut.

a. Lembar Kerja Siswa (LKS) tak berstruktur.

LKS tak berstruktur adalah LKS yang berisi sarana untuk menunjang materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan belajar siswa yang dipakai guru untuk menyampikan pelajaran, contohnya: tabel, kertas bertitik, kertas milimeter, kertas berpetak, dan sebagainya.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS) berstruktur.

(52)

dalam pelajaran. Pada lembar kerja ini telah disusun petunjuk dan pengarahannya. Lembar kerja ini tidak bisa menggantikan peran guru dalam mengajar. Guru tetap membimbing dan membantu siswa yang memerlukan bantuan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam penelitian ini penulis memberikan tanda warna untuk menemukan rumus Luas Permukaan Prisma dan Limas, Volum Prisma dan Limas, warna tersebut untuk memudahkan siswa menemukan dan menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

8. Tinjauan Materi

Pada umumnya dalam menyampaikan pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar khususnya prisma dan limas yang bersifat abstrak, guru jarang menggunakan alat peraga tetapi hanya berupa ilustrasi gambar saja. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi perlu menggunakan alat peraga, alat peraga sangat mendukung dalam pengajaran pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar untuk menghitung luas permukaan dan volum prisma, dan luas permukaan dan volum limas.

(53)

Setiap prisma dibatasi oleh oleh dua bidang berhadapan yang kongruen (memiliki bentuk dan ukuran yang sama) dan sejajar. Pada gambar di atas bidang yang saling sejajar dan kongruen ditandai dengan arsiran, sedangkan bidang-bidang lainnya berpotongan menurut garis-garis yang sejajar sehingga terdapat rusuk-rusuk yang sejajar.

Prisma diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alas atau bidang atasnya. Pada gambar di atas terlihat bahwa

rusuk-rusuk tegak lurus terhadap bidang alas maupun bidang atas sehingga prisma-prisma di atas disebut prisma.

(54)

Perhatikan gambar di atas !

a) Bidang ABC disebut bidang (sisi) alas dan bidang EFD disebut bidang (sisi) atas.

b) Bidang ACFD, BCFE, ABED disebut bidang tegak. c) Garis AC, AB, BC disebut rusuk alas.

d) Garis EF, FD, DE disebut rusuk atas.

e) Garis AD, CF, BE disebut rusuk tegak (tinggi prisma). 3) Luas Permukaan Prisma

Perhatikan Prisma yang alasnya berbentuk segitiga berikut! D

Karena pada prisma tegak rusuk-rusuk tegaknya tegak lurus dengan alas, maka bidang-bidang tegak prisma berbentuk persegi panjang. Luas permukaan prisma diperoleh dengan menjumlahkan luas bidang-bidang pada permukaannya yaitu bidang alas, bidang atas dan bidang tegak.

Diketahui: AC = AB = BC

(55)

Luas Permukaan Prisma = Luas bidang alas + Luas bidang atas + Luas bidang tegak

= Luas I + Luas II + Luas III + Luas IV + Luas V

Karena Luas I = Luas II maka diperoleh :

Luas Permukaan Prisma = Luas I + Luas I + Luas III + Luas IV + Luas V

= (2 x Luas I) + Luas III + Luas IV + Luas V = 2 x Luas bidang alas + (AC x AD) + (BC

x CF) + (AB x AD)

Luas Permukaan Prisma = 2 x Luas bidang alas + (AC x AD) + (BC x AD) + (AB x AD)

= 2 x Luas bidang alas +(AC + BC + AB) x AD

Karena AC + BC + AB = Keliling Δ ABC = Keliling bidang alas maka,

= 2 x Luas bidang alas + (Keliling bidang alas x tinggi)

= 2 x Luas alas + (Keliling alas x tinggi) Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk setiap prisma segitiga maupun segi-n, berlaku rumus berikut :

(56)

Contoh soal:

Adik membeli cokelat toblerone, dan adik ingin membuat bungkus dari coklat toblerone dari karton seperti pada gambar di atas. Jika panjang AD = 30 cm, DE = 9 cm, EF = 12 cm, dan DE tegak lurus EF, berapa luas karton yang dibutuhkan adik untuk membungkus cokelat tersebut? (sketsa gambar dapat dilihat pada gambar di atas) Penyelesaian:

Diket. : AD = 30 cm, DE = 9 cm EF = 12 cm dan DE tegak lurus EF

Dita : Luas karton yang dibutuhkan adik untuk membungkus cokelat tersebut ... ?

(57)

(c) Keliling alas = 15 + 12 + 9 ⇔ = 36 cm.

(d) Luas permukaan = 2 x La + Ka x t ⇔ = 2 x 54 + 36 x 30 ⇔ = 108 + 1080 ⇔ = 1188 cm2.

Jadi, luas karton yang dibutuhkan adik untuk membungkus cokelat tersebut adalah 1.188 cm2.

4) Volum Prisma

Rumus untuk volum prisma dapat dibuktikan berdasarkan rumus volum bangun ruang yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu volum balok atau volum prisma.

p

l t

Gambar di atas menunjukkan balok dipotong menurut bidang diagonal dan diperoleh dua buah prisma yang alasnya berbentuk segitiga.

Volum prisma segitiga = ½ x volum balok

(58)

Untuk menentukan volum prisma yang alasnya bukan berbentuk segitiga, dapat dilakukan dengan cara membagi prisma tersebut menjadi beberapa prisma segitiga.

Volum prisma segienam = 6 x volum prisma segitiga = 6 x luas daerah segitiga x tinggi = (6 x luas daerah segitiga) x tinggi = luas daerah segienam x tinggi = luas alas x tinggi

Oleh karena setiap prisma segi banyak dapat dibagi menjadi beberapa buah prisma segitiga, maka dapat disimpulkan bahwa untuk setiap prisma berlaku rumus :

Volum prisma (V) = L x t

Dengan V = volum, L = Luas alas, dan t = tinggi Contoh soal:

(59)

sampai 3 m pada ujung yang paling dalam. Berapa liter air yang harus diisi ke dalam kolam itu? (sketsa kolam renang dapat dilihat pada gambar di bawah ini)

50 1

3

20

Penyelesaian:

Diket. : Suatu kolam renang mempunyai ukuran panjang 50 m dan lebar 20 m. Kedalaman air pada ujung yang dangkal 1 m dan terus melandai sampai 3 m pada ujung yang paling dalam.

Dita : Air yang harus diisi ke dalam kolam tersebut ... ?

Jawab :

Sketsa kolam renang tersebut berbentuk prisma, karena dibatasi oleh dua sisi berhadapan yang kongruen dan sejajar yang berbentuk trapesium. Dengan demikian, alas prisma berbentuk trapesium dan sebagai tinggi prisma adalah lebar kolam.

(60)

(b) Volum prisma = La x tinggi ⇔ = 100 x 20

⇔ = 2000 m3 = 2.000.000 dm3.

Jadi, banyak air yang harus diisi dalam kolam renang tersebut adalah 2.000.000 dm3 = 2.000.000 liter.

b. LIMAS

1) Pengertian Limas

Limas Segilima

Limas Segitiga Limas Segiempat

Setiap limas dibatasi oleh sebuah segitiga atau segibanyak sebagai alas dan beberapa buah segitiga sebagai bidang tegak yang titik puncaknya bertemu pada satu titik.

Seperti halnya prisma, limas diberi nama juga berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alasnya.

(61)

2). Bagian-bagian Limas T

A B

C D

O

T

T

T T

A B

C D

O

Perhatikan Limas T.ABCD di atas !

a) Bidang ABCD disebut bidang (sisi) alas. Bidang TAB, TBC, TCD, TAD disebut bidang (sisi) tegak.

b) Garis AB, BC, CD, DA disebut rusuk alas, sedangkan garis AT disebut rusuk tegak.

c) Garis AC, BD disebut diagonal bidang.

(62)

3) Luas Permukaan Limas

Luas permukaan limas dapat dicari dengan menjumlahkan luas bidang yang membatasinya yaitu luas bidang alas dan luas bidang tegak. Perhatikan limas T.ABCD berikut :

T

Luas Permukaan Limas T.ABCD

= Luas bidang alas + Luas bidang tegak

= Luas ABCD + Luas TAB + Luas TBC + Luas TCD + Luas TAD

(63)

= Luas ABCD + (3 x Luas TAB) Di mana Luas TAB = ½ x AB x ET.

Jadi secara umum dapat disimpulkan bahwa Luas permukaan limas segitiga maupun segibanyak adalah :

Luas Permukaan Limas = Luas alas + Jumlah luas segitiga pada bidang tegak

Contoh soal:

Tenda seperti pada gambar di samping berbentuk limas dengan ukuran seperti terlihat pada sketsa gambar di bawah ini. Hitunglah luas bahan yang diperlukan untuk membuat tenda tersebut beserta alasnya!

2 m

2 m 2,5 m

2 m

2 m 2,5 m Penyelesaian:

(64)

Dita : Luas bahan yang diperlukan untuk membuat tenda tersebut

Jadi, luas bahan yang diperlukan untuk membuat tenda tersebut adalah 14 m2.

Rumus untuk volum limas dapat dibukttikan berdasarkan rumus volum bangun ruang yang telah dipelajari sebelumnya yaitu volum kubus.

Perhatikan kubus ABCD.EFGH di atas! Dalam kubus tersebut ternyata dapat dibuat enam buah limas yang sama salah satunya adalah limas T.ABCD. Masing-masing limas tersebut beralaskan bidang alas kubus dan tingginya setengah panjang rusuk kubus.

(65)

Jika volum masing-masing limas adalah V, maka volum 6 buah limas sama dengan volum kubus, sehingga diperoleh hubungan sebagai berikut:

Dengan demikian untuk setiap limas segiempat maupun segi-n berlaku rumus sebagai berikut :

V = Lt 3 1

dengan V = volum, L = Luas alas, dan t = tinggi

atau

Volum Limas Tegak = 3 1

Luas alas x tinggi

(66)

Rumah Dr. Acong atapnya berbentuk limas dengan alas persegi panjang yang panjangnya 25 m dan lebarnya 15 m. Apabila tinggi atap rumah tersebut 8 m, berapa meter kubikkah udara yang ada di ruang atap rumah Pak Amir!

Penyelesaian:

Diket. : Rumah Dr. Acong atapnya berbentuk limas dengan alas persegi panjang yang panjangnya 25 m dan lebarnya 15 m. Apabila tinggi atap rumah tersebut 8 m.

Dita : Udara yang ada di ruang atap rumah Pak Amir ... ?

Jadi, udara yang ada di ruang atap rumah Pak Amir adalah 1.000 m3.

E. Kerangka Berpikir

(67)

Menurut teori, siswa akan lebih menemukan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan masalah tersebut pada orang lain, serta kemungkinan teman yang sebaya lebih dapat diterima penjelasannya karena tidak terpengaruh, rasa tajut dan sebagainya.

Dengan demikian proses pembelajaran dapat mencapai hasil yang lebih baik apabila siswa terdorong untuk melakukan. Proses pembelajaran bangun ruang sisi datar menemukan dan menghitung rumus luas permukaan dan prisma, menemukan dan menghitung luas permukaan dan volum limas dengan tutor sebaya ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar, sehingga akan terbiasa menghadapai soal-soal khususnya bangun ruang sisi datar menemukan dan menghitung rumus luas permukaan dan prisma, menemukan dan menghitung luas permukaan dan volum limas. Pada akhirnya siswa tidak akan beranggapan bahwa soal tentang bangun ruang sisi datar menemukan dan menghitung rumus luas permukaan dan prisma, menemukan dan menghitung luas permukaan dan volum limas sukar, sehingga prestasi belajarnya meningkat.

F. Hipotesis Tindakan

(68)

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas VIII C di SMP Negeri 25 Semarang.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah seluruh siswa kelas VIII C di SMP Negeri 25 Semarang tahun pelajaran 2006/2007. Siswa yang mendapat nilai kurang dari 6,5 sebagai peserta remedial.

C. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas. Masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut.

1. Karena banyaknya indikator pembelajaran. 2. Agar kompetensi dapat dicapai secara tuntas. 3. Agar indikator pembelajaran dapat tercapai.

(69)

D. Siklus Kegiatan

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masing-masing terdiri dari tiga pertemuan dengan pola yang sama dan tetap, meliputi 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

1. Siklus I

a. Perencanaan (planing)

1) Guru menyusun rencana pembelajaran dengan materi pokok prisma dan limas. Indikator pembelajarannya yaitu menemukan rumus luas permukaan dan volum prisma dan limas, dan menghitung luas permukaan dan volum prisma dan limas.

2) Guru membentuk kelompok belajar secara heterogen, tiap 6 sampai 7 orang siswa dengan setiap kelompok dipandu oleh seorang tutor. 3) Guru menyediakan/membuat alat peraga untuk menemukan rumus

luas permukaan dan volum prisma dan limas.

4) Guru mempersiapkan LKS untuk menemukan rumus luas permukaan dan volum limas beserta kunci jawabannya.

5) Guru mempersiapkan kisi-kisi kuis 1 beserta kunci jawabannya sebagai evaluasi siklus I.

6) Guru mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan guru.

(70)

b. Tindakan

Pada pertemuan I diberikan materi tentang luas permukaan limas dan volum limas dengan langkah-langkah adalah sebagai berikut.

1) Pendahuluan

Pada pendahuluan meliputi pembentukan kelompok dan penunjukan tutor, pemberian motivasi, mengadakan tes untuk mengetahui siswa yang remedial.

2) Pengembangan pertama

Pada pengembangan pertama dibahas tentang luas permukaan limas dengan mengingat kembali tentang rumus-rumus luas daerah bangun datar (persegi, persegi panjang, dan segitiga).

3) Penerapan pertama

Pada penerapan pertama siswa mengerjakan lembar kerja siswa secara berkelompok dipandu dengan teman sebagai tutor tentang menemukan rumus luas permukaan limas. Selanjutnya wakil salah satu kelompok mengerjakan ke depan (mempresentasikan) sedang kelompok lain menanggapinya.

4) Pengembangan kedua

Pada pengembangan kedua ini dibahas tentang volum limas. 5) Penerapan kedua

(71)

kelompok mengerjakan ke depan (mempresentasikan) sedang kelompok lain menanggapinya.

6) Penutup

Pada penutup, siswa diarahkan membuat rangkuman dan diberi pekerjaan rumah.

Pada pertemuan II dilanjutkan dengan siklus I dengan langkah-langkah adalah sebagai berikut.

1) Pendahuluan

Pada pendahuluan ini dibahas lebih dahulu pekerjaan rumah. 2) Pengembangan ketiga

Pada pengembangan ketiga dibahas tentang luas permukaan limas dengan mengingat kembali tentang rumus-rumus luas daerah bangun datar (persegi, persegi panjang, dan segitiga).

3) Penerapan ketiga

Pada penerapan ketiga siswa mengerjakan soal-soal secara berkelompok dipandu dengan teman sebagai tutor tentang menghitung rumus luas permukaan limas. Selanjutnya wakil salah satu kelompok mengerjakan ke depan (mempresentasikan) sedang kelompok lain menanggapinya.

4) Pengembangan keempat

Pada pengembangan keempat ini dibahas tentang volum limas. 5) Penerapan keempat

(72)

menghitung rumus volum limas. Selanjutnya wakil salah satu kelompok mengerjakan ke depan (mempresentasikan) sedang kelompok lain menanggapinya.

6) Penutup

Pada penutup, siswa diarahkan membuat rangkuman dan diberi pekerjaan rumah.

Pada pertemuan III diadakan ulangan akhir siklus I. c. Observasi

Pada tahap demi tahap dilakukan observasi terhadap siswa pada proses pembelajaran, sedangkan keaktifan guru sebagai fasilitator diamati oleh guru lain, yakni guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 25 Semarang.

d. Refleksi

1) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran.

2) Mendiskusikan hasil analisis refleksi untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus berikutnya.

Refleksi dilakukan untuk mencatat semua pertemuan baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, selanjutnya untuk mengadakan perbaikan pada siklus II.

2. Siklus II

Gambar

Gambar 2. Alat Peraga Limas
gambar di atas bidang yang saling sejajar dan kongruen ditandai
Gambar di atas menunjukkan balok dipotong menurut bidang
gambar di bawah ini)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Klaim berdasarkan Nine Dash Line inilah yang kemudian digunakan oleh Republik Rakyat China untuk masuk ke wilayah Zona Ekonomi Ekslusif negara-negara tetangganya

Salah satu komunitas anak muda yang eksis di Salatiga adalah komunitas club motor RAC, club motor RAC berdiri pada Juli 1989 dan masih bertahan hingga

Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,

dapat digunakan untuk mengecek keabsahan data, (4) teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, (5) pada kasus-kasus tertentu

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

Bila nilai variabel sama dengan nilai yang ada dalam daftar konstanta 1 maka pernyataan 1 dikerjakan, bila sama dengan nila yang ada dalam daftar konstanta 2 maka pernyataan

Dalam penyelenggaraan Pelkada Partisipasi masyarakat dalam tahap kampanye masyarakat tidak terlalu antusias baik dalam kamapanye yang bersifat terbuka maupun dalam kampanye yang

Upaya widyaiswara dalam meningkatkan kinerja PLKB melalui pelatihan refreshing di bali pelatihan pengembangan BKKBN JAWA BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia |