• Tidak ada hasil yang ditemukan

STT GEREJA KRISTEN SULAWESI TENGAH TENTENA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STT GEREJA KRISTEN SULAWESI TENGAH TENTENA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

0

YAYASAN PERGURUAN TINGGI KRISTEN GKST

STT GEREJA KRISTEN SULAWESI TENGAH TENTENA

Central Sulawesi Christian Church Theological Seminary Alamat :Jl.Torulemba No 21 Tentena 94663 Poso Sulawesi Tengah

Tentena, 10 Juni 2021 No. : 03/Kurikulum/STT/VI/2021

Lamp. : Kerangka Acuan Kegiatan

Hal : Permohonan Membawakan Materi

Kepada YTh.

Pdt. Justitia Vox Dei Hattu, Th.D.

Di Jakarta

Salam dalam kasih Tuhan!

Kurikulum 2017 Program Studi Sarjana Pendidikan Agama Kristen di STT GKST telah diimplementasikan selama empat tahun. Kini, Kurikulum tersebut memasuki tahap revisi untuk penyusunan Kurikulum Baru Tahun 2021.

Sehubungan dengan hal itu, kami membutuhkan pandangan Ibu sebagai pakar di bidang Pendidikan Agama Kristen untuk memberikan masukan terkait Perkembangan Keilmuan Pendidikan Agama Kristen di Aras Global dan Nasional, sehingga dari padanya Profil Lulusan, Capaian Pembelajaran Lulusan dan Bahan Kajian Keilmuan Pendidikan Agama Kristen dapat dirumuskan.

Kerangka Acuan terlampir bersama surat ini.

Demikian permohonan kami. Atasnya diucapkan banyak terima kasih.

Teriring salam dan doa, Tim Kerja,

Ketua, Sekretaris,

Pdt. Naomi H.M. Tololiu, M.Teol. Pdt. Dr. I Gede Supradnyana Mengetahui

Ketua STT GKST Tentena,

Pdt. Elfin Efriani Saino, M.Teol.

Surat Keputusan Menteri Hukum&HakAsasiManusia RI Nomor : C-485.HT.03.01 Th.2005 Surat Keputusan DirektoratJenderalBimas Kristen Kementerian Agama RI :Nomor. DJ.III/Kep/HK.00.5/217/2014

(3)

1

KERANGKA ACUAN

KONSULTASI DAN LOKAKARYA KURIKULUM 2021

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA KRISTEN SULAWESI TENGAH (STT GKST) TENTENA Tentena, 14-18 Juni 2021

1. Nama Lembaga dan alamat

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kristen Sulawesi Tengah (STT GKST) Tentena Jl. Torulemba No. 21 Tentena 94663 Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia 2. Nama Program Konsultasi dan Lokakarya Revisi Kurikulum 2021

3. Penanggung jawab/ Contact person

Naomi H.M. Tololiu (Puket 1 Bidang Akademik dan Kurikulum) Asyer Tandapai (Puket 2 Bidang Keuangan)

I Gede Supradnyana (Unit Penjaminan Mutu Internal)

4. Latar belakang Dalam kurun waktu enam tahun Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN- Dikti) telah mengalami tiga kali perubahan, yaitu dari Permenristekdikti No 49 tahun 2014 diubah menjadi Permenristekdikti No 44 tahun 2015, dan terakhir diubah menjadi Permendikbud No 3 tahun 2020 seiring dengan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).

Tampaknya perubahan ini dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman, kebutuhan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) serta

kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat, maupun pengguna lulusan perguruan tinggi. Perkembangan IPTEKS di abad ke-21 yang berlangsung secara cepat mengikuti pola logaritma, menyebabkan SN-Dikti juga mengikuti perubahan tersebut.

Bagi STT GKST Tentena sendiri, berbagai perubahan tersebut pada awalnya telah menghasilkan Kurikulum 2017. Ini adalah Kurikulum pertama yang dihasilkan oleh STT GKST Tentena sendiri sebagaimana yang diharapkan dari peraturan menteri tersebut, yakni kurikulum dihasilkan oleh

perguruan tinggi yang bersangkutan sesuai dengan ciri khas program studi yang dikembangkannya. Sebelumnya, selama bertahun-tahun, kurikulum yang berlaku di STT GKST Tentena adalah Kurikulum yang diturunkan dari Direktorat Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama Republik Indonesia.

Dalam perencanaan dan impelementasinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi mensyaratkan agar kurikulum pendidikan tinggi secara ocalt setiap empat atau lima tahun mengalami perubahan agar segera menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, STT GKST Tentena juga bermaksud untuk melakukan revisi Kurikulum 2017 pada tahun 2021 ini. Hal tersebut juga bertepatan waktunya dengan dikeluarkannya Permendikbud No 3 tahun 2020 sebagaimana yang telah disebut di atas.

Karakteristik Permendikbud No 3 tahun 2020, yang membedakannya dari peraturan sebelumnya, adalah dimuatnya kemampuan yang diperlukan dalam Era Industri 4.0, yakni:

a) literasi data, kemampuan pemahaman untuk membaca, menganalisis, menggunakan data dan informasi (big data) di dunia digital;

b) literasi teknologi, kemampuan memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, dan engineering principle);

c) literasi manusia, kemampuan pemahaman tentang humanities, komunikasi dan desain;

d) keterampilan abad 21 yang menumbuhkan HOTS (high order thinking skills), meliputi Communication, Collaboration, Critical thinking, Creative thinking, Computational logic, Compassion dan Civic responsibility;

(4)

2

e) pemahaman Era Industri 4.0 dan perkembangannya;

f) pemahaman ilmu untuk diamalkan bagi kemaslahatan bersama secara ocal, nasional, dan global.

g) capaian pembelajaran dan kompetensi tambahan yang dapat dicapai di luar prodi melalui program MBKM.

Sekaitan dengan itu, survey yang dilakukan terhadap 193 orang mahasiswa STT GKST Tentena berkaitan dengan Literasi Teknologi, Informasi dan Komputer menunjukkan bahwa:

a) 17% mahasiswa tidak memiliki ocalto/laptop;

b) 10% mahasiswa kurang tahu mengoperasikan aplikasi pengolahan dokumen seperti Ms. Word;

c) 19% mahasiswa kurang tahu mengoperasikan aplikasi pengolahan presentasi seperti Ms. Powerpoint;

d) 60% mahasiswa kurang tahu mengoperasikan aplikasi pengolahan data seperti Ms. Excel.

Data itu belum termasuk kemampuan untuk mengolah gambar dan video atau penggunaan aplikasi pemrograman sebagaimana yang dibutuhkan oleh masyarakat Era Industri 4.0.

Perubahan regulasi pemerintah yang merespon perubahan zaman dan kondisi mahasiswa STT GKST Tentena tersebut menunjukkan signifikansi dan urgensi perubahan kurikulum di STT GKST Tentena.

5. Tujuan yang

hendak dicapai program

Secara teknis, kegiatan konsultasi dan lokakarya ini akan menghasilkan Dokumen Kurikulum STT GKST Tentena 2021.

Dokumen kurikulum tersebut disusun minimal terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

a) Identitas Program Studi, yang berisi Nama Perguruan Tinggi, Prodi, Akreditasi, Jenjang Pendidikan, Gelar Lulusan, Visi dan Misi.

b) Evaluasi Kurikulum dan Tracer Study, yang menjelaskan hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum yang telah dan sedang berjalan, dengan menyajikan mekanisme hasil evaluasi kurikulum. Analisis kebutuhan berdasarkan kebutuhan pemangku kepentingan dari hasil tracer study.

c) Landasan Perancangan dan Pengembangan Kurikulum, berisi landasan filosofis, landasan sosiologis, landasan psikologis, landasan yuridis, dan lain-lain.

d) Rumusan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, dan University Value.

e) Rumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang dinyatakan dalam Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL). CPL terdiri dari aspek: Sikap, dan Keterampilan Umum minimal diadopsi dari SN-Dikti, serta aspek Pengetahuan, dan Keterampilan Khusus dirumuskan mengacu pada ocaltor KKNI sesuai dengan jenjangnya.

f) Penetapan Bahan Kajian. Berdasarkan CPL dan/atau menggunakan Body of Knowledge suatu Program Studi, yang kemudian digunakan untuk pembentukan mata kuliah baru, dan evaluasi serta rekonstruksi terhadap mata kuliah lama atau sedang berjalan.

g) Pembentukan Mata Kuliah (MK) dan Penentuan Bobot sks, yang menjelaskan mekanisme pembentukan mata kuliah berdasarkan CPL (beserta turunannya di level MK) dan bahan kajian, serta penetapan bobot sks nya.

h) Matriks dan Peta Kurikulum, yang berisi gambaran organisasi mata kuliah atau peta kurikulum dalam struktur yang logis dan sistematis sesuai dengan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Studi.

Distribusi mata kuliah disusun dalam rangkaian semester selama masa studi lulusan Program Studi.

i) Rencana Pembelajaran Semester (RPS). RPS disusun dari hasil

rancangan pembelajaran, dituliskan lengkap untuk semua mata kuliah pada Program Studi, disertai perangkat pembelajaran lainnya di

(5)

3

antaranya: rencana tugas, ocaltor penilaian dalam bentuk ocal dan/atau portofolio, bahan ajar, dan lain-lain.

j) Rencana Implementasi Hak Belajar Maksimum 3 Semester di Luar Prodi. Hal ini merupakan implementasi kebijakan “Merdeka Belajar–

Kampus Merdeka” yang dinyatakan dalam penetapan pilihan:

1) Belajar di luar Prodi di PT yang sama, 2) Belajar di Prodi yang sama di luar PT, 3) Belajar di Prodi yang berbeda di luar PT, dan 4) Belajar di luar PT.

k) Manajemen dan Mekanisme Pelaksanaan Kurikulum – Rencana pelaksanaan kurikulum dan perangkat Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di perguruan tinggi masing-masing yang terkait dengan pelaksanaan kurikulum.

6. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan program ini adalah Konsultasi dan Lokakarya.

a) Konsultasi

Konsultasi dipetakan melalui bagan berikut:

Konsultasi bertujuan untuk menghasilkan Capaian Pembelajaran Lulusan setelah dilakukan analisis kebutuhan oleh stakeholders dan kajian keilmuan oleh experts.

Setiap butir dari rumusan CPL lulusan paling tidak mengandung kemampuan yang harus dimiliki dan bahan kajian yang harus dipelajari oleh mahasiswa. Dalam perumusan CPL perlu dilakukan analisis kebutuhan untuk mengetahui kemampuan apa yang diperlukan oleh pemangku kepentingan, dan diperlukan kajian-kajian dari pengembangan disiplin bidang ilmu (body of knowledge) di program studi tersebut untuk menentukan bahan kajian yang akan dipelajari oleh mahasiswa.

b) Lokakarya 1: Pembentukan Mata Kuliah

Lokakarya pembentukan mata kuliah dipetakan melalui bagan berikut:

Pertama, mata kuliah dibentuk berdasarkan CPL. Lokakarya pada masing- masing Prodi memilih beberapa butir CPL yang sesuai sebagai dasar pembentukan mata kuliah. Diupayakan bahwa setiap mata kuliah mengandung unsur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Secara simultan dilakukan pemilahan bahan kajian yang terdapat dalam

(6)

4

beberapa butir CPL tersebut, yang kemudian dijabarkan dalam materi pembelajaran pada mata kuliah tersebut.

Kedua, penetapan mata kuliah untuk kurikulum yang sedang berjalan dilakukan dengan mengevaluasi tiap-tiap mata kuliah dengan acuan CPL prodi yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Evaluasi dilakukan dengan mengkaji seberapa jauh keterkaitan setiap mata kuliah (materi

pembelajaran, bentuk tugas, soal ujian, dan penilaian) dengan CPL yang telah dirumuskan.

Ketiga, kurikulum program studi baru diperlukan tahapan pembentukan mata kuliah baru. Pembentukan mata kuliah baru didasarkan pada beberapa butir CPL yang dibebankan padanya.

c) Lokakarya 2: Organisasi Mata Kuliah

Lokakarya organisasi mata kuliah dipetakan melalui bagan berikut:

Pertama, organisasi mata kuliah dalam struktur kurikulum perlu dilakukan secara cermat dan sistematik untuk memastikan tahapan belajar

mahasiswa telah sesuai, menjamin pembelajaran terselenggara secara efisien dan efektif untuk mencapai CPL Prodi. Organisasi mata kuliah dalam struktur kurikulum terdiri dari organisasi ocaltor dan organisasi vertical.

Organisasi mata kuliah ocaltor dalam semester dimaksudkan untuk perluasan wacana dan keterampilan mahasiswa dalam konteks yang lebih luas. Sedangkan organisasi mata kuliah secara ocalto dalam jenjang semester dimaksudkan untuk memberikan ke dalam penguasaan

kemampuan sesuai dengan tingkat kesulitan belajar untuk mencapai CPL Program studi yang telah ditetapkan.

Kedua, tahapan perancangan pembelajaran, dalam tahapan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi CPL yang dibebankan pada mata kuliah;

2) Merumuskan capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK) yang bersifat spesifik terhadap mata kuliah berdasarkan CPL yang dibebankan pada MK tersebut;

3) Merumuskan sub-CPMK yang merupakan kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran, dan dirumuskan berdasarkan CPMK;

4) Melakukan analisis pembelajaran untuk memberikan gambaran pada mahasiswa tahapan belajar yang akan dijalani;

5) Melakukan analisis kebutuhan belajar untuk mengetahui kebutuhan keluasan dan kedalaman materi pembelajaran, serta perangkat pembelajaran yang diperlukan;

6) Menentukan ocaltor pencapaian Sub-CPMK sebagai kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk memenuhi CPL;

7) Menetapkan kriteria penilaian dan mengembangkan ocaltor

penilaian pembelajaran berdasarkan ocaltor pencapaian Sub-CPMK;

8) Memilih dan mengembangkan bentuk pembelajaran, metode pembelajaran, dan penugasan mahasiswa sebagai pengalaman belajar;

(7)

5

9) Mengembangkan materi pembelajaran dalam bentuk bahan ajar dan sumber-sumber belajar yang sesuai;

10) Mengembangkan dan melakukan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran terdiri dari evaluasi formatif, yang bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, dan evaluasi sumatif yang bertujuan untuk memutuskan hasil capaian pembelajaran mahasiswa;

7. Jumlah dan data

Peserta program Peserta Jumlah

Pimpinan STT GKST Tentena 4

YPTK GKST 2

Pengurus Alumni 2

Pengurus BEM 2

Dosen dan Tenaga Kependidikan 15

Bimas Kristen Kabupaten: Poso & Morowali Utara 2 Kepala Dinas Pendidikan Kab. Poso & Morowali Utara 2

Majelis Sinode GKST 1

Majelis Klasis Poso Kota 1

Majelis Klasis Palu 1

Majelis Klasis Kolonodale 1

Majelis Klasis Malili-Nuha 1

Majelis Klasis Pamona Timur 1

Majelis Klasis Beteleme 1

Majelis Klasis Pamona Utara 1

Majelis Klasis Mori Atas 1

Majelis Klasis Tojo 1

Majelis Klasis Bungku-Mohoni 1

Majelis Klasis Parigi Utara 1

Majelis Klasis Wana Mamosalato 1

Majelis Klasis Wana Bungku Utara 1

Majelis Klasis Ampana 1

Kepala SMA GKST 1 Tentena 1

Kepala SMA GKST 2 Tentena 1

Kepala SMK GKST 1 Tentena 1

Kepala SMP GKST 1 Tentena 1

Kepala SMAN 2 Poso 1

Total Peserta : 56 orang 8. Waktu dan tempat

pelaksanaan

Program dilaksanakan secara online dan onsite di STT GKST Tentena pada tanggal 14-18 Juni 2021

9. Tim pelaksana (panitia lokal)

Pengarah:

Pdt. Elfin Efriani Saino, M.Teol.

Pelaksana

Ketua : Pdt. Naomi H.M. Tololiu, M.Teol.

Sekretaris : Pdt. Dr. I Gede Supradnyana Bendahara : Pdt. Dr. Asyer Tandapai Anggota:

Pdt. Silvana M. Palenewen, M.Teol.

Pdt. Asri. E. Sauru, M.Si.

Pdt. Frederika P. Kulas, M.Th.

10. Rencana Anggaran pm

(8)

6

Tentena, 4 Juni 2021

Tim Kerja,

Ketua, Sekretaris,

Pdt. Naomi H.M. Tololiu, M.Teol. Pdt. Dr. I Gede Supradnyana Mengetahui

Ketua STT GKST Tentena,

Pdt. Elfin Efriani Saino, M.Teol.

(9)

8

DETAIL KEGIATAN Hari/Tanggal : Senin, 14 Juni 2021

No. Jam Kegiatan Rincian Person Peserta Tempat Luaran

1. 08.00-09.00 Pembukaan Ibadah Pembukaan Asyer Tandapai ● Pimpinan STT GKST

● Dosen-Dosen

● YPTK GKST

● Pengurus BEM

● Pengurus Alumni

● Pemerintah: BIMAS dan Kepala Dinas

● Majelis Klasis GKST

● Kepala Sekolah

Jemaat Sion Sangele & Ruang Virtual

Sambutan Ketua E.E. Saino

2. 09.00-10.30 Kajian Keilmuan Pendidikan Agama Kristen

Presentasi “Perkembangan keilmuan Pendidikan Kristiani di aras global dan nasional” dan tanggapan

Justitia Vox Dei Hattu

(STFT Jakarta)

Masukan ahli terkait

perkembangan keilmuan PAK 3. 10.30-11.00 Break

11.00-12.00 Kajian Keilmuan Teologi

Presentasi “Perkembangan

keilmuan Teologi di aras global dan nasional” dan tanggapan

Julianus Mojau (F.Th. UNIERA)

Masukan ahli terkait

perkembangan keilmuan Teologi 4. 12.00-13.00 Evaluasi Kurikulum Presentasi hasil evaluasi kurikulum

2017 dan tanggapan

I Gede Supradnyana

Laporan Evaluasi dan Input CPL 5. 13.00-14.00 Makan Siang

6. 14.00-15.30 Penetapan Profil Lulusan dan Perumusan CPL

FGD tentang Profil Lulusan Sarjana Teologi & Sarjana Pendidikan Agama Kristen (PAK)

Naomi Tololiu untuk Teologi Asri Sauru untuk PAK

Peserta dibagi menjadi dua kelompok: Teologi dan PAK

Rumusan Profil Lulusan

7. 15.30-17.00 Presentasi Presentasi hasil FGD

8. 17.00-18.00 Sharing Tracer study untuk STT GKST Alumni Input Alumni

9. 18.00-18.30 Penutupan Ucapan Terima Kasih Ketua E.E. Saino 10. 18.30 - selesai Makan Malam

(10)

9

No. Kegiatan Rincian Fasilitator Peserta Tempat Luaran

Selasa, 15 Juni 2021 1. Penetapan Bahan

Kajian

Perumusan bahan kajian dalam Mata Kuliah dengan keluasan dan kedalaman materi pembelajaran yang disesuaikan dengan CPL

I Gede Supradnyana

● Pimpinan STT GKST

● Dosen-Dosen

● Perwakilan Mahasiswa

Aula STT GKST Proyeksi Mata Kuliah, deskripsi dan besarnya SKS

Rabu, 16 Juni 2021 2. Organisasi Mata

Kuliah

Menetapkan Mata-Mata Kuliah berdasarkan posisinya di struktur dan peta kurikulum

I Gede Supradnyana

● Dosen-Dosen

● Tenaga Kependidikan

● Perwakilan Mahasiswa

Aula STT GKST Struktur dan Peta

Kurikulum

Kamis-Jumat, 17-18 Juni 2021 3. Perangkat

Pembelajaran

Menyusun RPS dan Rencana Tugas I Gede

Supradnyana

Dosen-Dosen Aula STT GKST RPS dan Rencana Tugas

(11)

LAPORAN KEGIATAN SEBAGAI NARASUMBER LOKAKARYA PENYUSUNAN KURIKULUM STT GKST

14 JUNI 2021

1. Saya selaku dosen STFT Jakarta bidang Studi Pendidikan Kristiani diundang untuk memberi pemaparan dalam acara “Lokakarya Penyusunan Kurikulum Program Studi Sarjana (Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) STT GKST.” Seminar ini diselenggarakan oleh Panitia Penyusunan Kurikulum STT GKST, Tentena. Lokakarya ini diperuntukkan untuk semua stakeholders STT GKST.

2. Tema pemaparan materi saya pada lokakarya ini adalah “Perkembangan Keilmuan PK di Era Global dan Nasional.” Dalam lokakarya ini saya diminta untuk menyampaikan beberapa perkembangan terkini dari Pendidikan Kristiani pada konteks global (dunia) maupun konteks lokal (Indonesia). Dalam pemamparan materi, saya memfokuskan pemetaan saya pada sejumlah perubahan/pergeseran yang terjadi dalam ranah Pendidikan Kristiani dalam kurun waktu 15-20 tahun terakhir ini dan melihat implikasinya bagi penyusunan kurikulum untuk bidang teologi/PK. Sejumlah perubahan atau pergeseran tersebut antara lain: (1) perubahan nama PAK (Pendidikan Agama Kristen) menjadi PK (Pendidikan Kristiani); (2) konsep PK yang multidimensi dan multidisipliner; (3) tujuan PK; (4) konteks PK; dan (5) model-metode PK. Di bagian akhir dari pemaparan, saya memberikan sejumlah rekomendasi mata kuliah pada ranah PK yang bisa dipertimbangkan sesuai konteks STT GKST dan GKST secara menyeluruh.

3. Pada saat kegiatan ini berlangsung ada sekitar 30 orang yang hadir dan mengikuti secara on site di salah satu jemaat GKST dan 5 orang mengikuti via aplikasi Google Meet.

Pemaparan dan diskusi berlangsung sekitar 2 jam (08.00 – 10.00 WIB/09.00-11.00 WITA) yang difasilitasi oleh moderator dan berlangsung dengan baik. Ada cukup banyak respons dan sharing pengalaman yang sangat baik yang disampaikan oleh stakeholders yang hadir sebagai respons terhadap materi yang saya sampaikan maupun sebagai catatan pertimbangan untuk revisi kurikulum yang sedang dikerjakan.

4. Terlampir undangan dan materi tertulis yang saya sampaikan dalam lokakarya ini.

Jakarta, 30 Juni 2021

Justitia Vox Dei Hattu, Th.D.

(12)

Perkembangan Keilmuan

Pendidikan Kristiani

di Aras Global dan Nasional

Lokakarya Kurikulum STT GKST – Senin, 14 Juni 2021

Disiapkan oleh: Justitia Vox Dei Hattu, Th.D.

(13)

Alur Presentasi

1 2

Pemetaan

Perubahan dan Perkembangan

PK

Beberapa Usulan untuk Pengembangan

Kurikulum

(14)

Perubahan Nama

Pada awal tahun 2000-an, sejumlah fakultas dan

sekolah teologi mengubah nama PAK (Pendidikan Agama

Kristen) menjadi PK

(Pendidikan Kristiani)

(15)

• Christian Education

• Religious Education

• Christian Religious Education

Global

• Pendidikan Agama Kristen:

sebagai sebuah disiplin ilmu dalam teologi, prodi, mata kuliah, dll.

• Pendidikan Kristiani

Indonesia

(16)

Konsep PK

1

• PK identik dengan anak- anak

2

• PK hanya terkait dengan

sekolah (papan tulis, kapur,

meja-kursi)erkait dengan sekolah (papan tulis, kapur, meja-kursi)

Kesalahpahaman tentang PK:

(Lihat: Maria Harris, Fashion Me a People dan

Justitia Vox Dei Hattu, “Keterkaitan PK di Gereja dan Sekolah”

(17)

Dampak Kesalahpahaman

1

• PK sebagai sebuah prodi, mata kuliah, bidang kajian, seringkali dinomor-duakan setelah teologi, padahal PK bagian dari teologi (practical theology)

2

• Tidak ada keterkaitan yang

signifikan antara PK di sekolah

dan di gereja. Masing-masing

berjalan sendiri. apur, meja-kursi)

(18)

Konsep PK

Ragam pendekatan

dalam PK:

memperlihatkan

wajah PK yang multidimensi

dan multidisipliner

(19)

• Diedit oleh Jack L. Seymour dan Donald E. Miller

• Memperkenalkan LIMA pendekatan:

Religious Instruction, Faith Community, Developmental, Liberation, dan

Interpretation

Buku

“Contemporary

Approaches to Christian

Education”

• Diedit oleh Jack L. Seymour

• Memperkenalkan EMPAT pendekatan:

Social Transformation, Faith Community, Personal Developmental, dan Religious Instruction

Buku

“Mapping

Christian

Education”

(20)

PK sebagai instruksi religius

Mengajar, instruksi, indoktrinasi

transmisi iman, katekisasi,

sekolah

PK sebagai proses sosialisasi ( faith

community )

Komunikasi, interaksi,

dan relasi

PK sebagai proses pertumbuhan

Karakter dan perilaku, iman, moral,

relasi sosial, dan bahasa.

(Ditandai dengan perpindahan individu dari

satu tahap ke tahap

berikutnya)

PK sebagai proses pembebasan dan transformasi sosial

Berpikir kritis, transformasi

dan

pembebasan dari

ketertindasan

Pemetaan Tiap Pendekatan ...

(21)

Terbit tahun 1998

Terbit tahun 2002

Terbit tahun 2019

(22)
(23)

• Diedit oleh Andar Ismail

• Memuat: PAK sebagai disiplin ilimiah, pendidikan moral dan perilaku, didaktik, metode PAK, ekologi,HAM, pendidikan anak, pendidikan remaja, PAK untuk pemuda, PAK untuk lansia, PAK di sekolah, tantangan PAK di abad ke-21.

Buku

“Ajarlah Mereka Melakukan”

• Diedit oleh Kadarmanto Hardjowasito, dkk.

• Memuat: PAK sebagai sebuah mata kuliah dan tempatnya dalam pendidikan teologi, PAK Dewasa, kurikulum PAK, Sejarah PAK,

pendidikan perdamaian, PAK Transformatif, PAK untuk Remaja, PAK dan pendidikan anti kekerasan, spiritualitas, pendidikan moral dan dan PAK dalam konteks multiagama.

Buku

“Memperlengkapi Bagi Pelayanan

dan

Pertumbuhan”

• Diedit oleh Justitia Vox Dei Hattu

• Memuat: prinsip pengajaran, PK Inklusi (isu disabilitas), pendidikan kritis, pendidikan untuk transformasi sosial, pendidikan multikultural, pembinaan warga gereja, Gereja ramah anak, pembelajaran ramah anak, kurikulum

katekisasi, pendidikan perdamaian, spiritualitas, pendidikan pengasuhan (parenting), hermeneutik, dan model pembelajaran.

Buku

“Mendidik dalam

Kasih, Keadilan

dan Kebenaran”

(24)

Tujuan PK

Jika pada awalnya berorientasi pada transmisi pengetahuan (Alkitab) saja, maka saat ini PK berorientasi pada:

a. Menghubungkan apa yang dipelajari dengan realitas masa kini;

b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebagai seorang Kristen;

c. Mengasah sensitivitas dan kepekaan dan berwujud dalam perilaku dalam komunitas Kristen maupun

multiagama.

(25)

PK berada di antara ...

KEBERLANJUTAN

( Continuity ) – Apa yang dipertahankan

PERUBAHAN

( Change ) – Apa yang harus diubah,

menyesuaikan pada

tuntunan zaman

(26)

Formation Transformation

Stabilization Transformation

Socialization Transformation

Memory Hope

Continuity Change

Being Becoming

(27)

Konteks PK

PK tidak lagi berkutat di dalam gedung Gereja,

tetapi juga melampaui

batas gedung Gereja,

di ruang PUBLIK.

(28)

KONTEKS

Pendidikan

Kristiani Kategorial Intergenerasi

Di dalam Gereja

(29)

KONTEKS

Pendidikan Kristiani

Di luar Gereja

Rumah-rumah warga jemaat (keluarga), ruang dialog antar umat beragama, dll.

Ruang Publik: Pendidikan Anti Kekerasan, PK dalam Konteks

Masyarakat Majemuk, PK Berbasis

Kewarganegaraan, PK Inklusi, dsb.

(30)

KONTEKS

Pendidikan Kristiani

Konteks bukan hanya soal fisik ...

Emosional dan perilaku: hospitalitas, keterbukaan ( openness ), dan

keamanan ( safety )

Nilai-nilai budaya (lokal)

(Karen B. Tye, Basics of Christian Education, 39-40)

(31)

Model – Metode PK

Terjadi pergeseran signifikan

dari model-model pembelajaran yang bersifat indoktrinatif ke

model-model pembelajaran yang lebih humanis dan

membebaskan: partisipatif, dialogis dan mengasah

kemampuan berpikir kritis dan

kepekaan.

(32)

Ragam Pemrosesan Informasi Ragam Interaksi Kelompok

Ragam Komunikasi Tidak Langsung

Ragam Pengembangan Pribadi

Ragam Aksi - Refleksi

Sara Little

“To Set One’s Heart”

(33)

Kelompok Model Pengajaran MEMPROSES INFORMASI

Kelompok Model Pengajaran SOSIAL

Kelompok Model Pengajaran PERSONAL

Kelompok Model Pengajaran SISTEM PERILAKU

Bruce Joyce, dkk

“Models of Teaching”

(34)

Beberapa isu yang mengemuka dalam 10-15 tahun terakhir...

1 •Pendidikan Perdamaian

2 •Pendidikan Multikultural

3 •Pendidikan Pengasuhan

4 •Pendidikan Karakter

1

(35)

Beberapa isu yang mengemuka dalam 10-15 tahun terakhir...

5 • Pendidikan Kristiani Inklusi

6 • Pendidikan Kewarganegaraan

7 • Pendidikan Intergenerasi

8 • Pendidikan (Gereja) Ramah Anak

2

(36)

Beberapa isu yang mengemuka dalam 10-15 tahun terakhir...

9 • Pendidikan yang Membebaskan

10 • Model-model Pembelajaran (interdisipliner)

11 • Mengajar melalui Rekreasi

12 • Teknologi Pembelajaran

3

(37)

Sumber Bacaan:

Harris, Maria. Fashion Me a People. Lousville: Westminster & John Knox Press, 1989.

Hattu, Justitia Vox Dei. “Keterkaitan Pendidikan Kristiani di Sekolah dan Gereja. Indonesian Journal of Theology 5, no. 1 (Juli 2019): 25-45.

Tye, Karen B. Basics of Christian Education. Danvers, MA: Chalice Press,

2000.

(38)

1 Lokakarya Penyusunan Kurikulum STT GKST, Sulawesi Tengah

Senin, 14 Juni 2021

Perkembangan Pendidikan Kristiani di Aras Global dan Nasional

(Disiapkan oleh: Justitia Vox Dei Hattu)

A. Beberapa Perkembangan dalam Ranah Pendidikan Kristiani

Dalam 15-20 tahun terakhir ini, terjadi berbagai perubahan signifikan dalam konteks Pendidikan Kristiani di Indonesia, jika dibandingkan dengan awal munculnya dalam konteks berteologi di Indonesia pada tahun 1955 ketika diselenggarakannya Konferensi Pendidikan Agama Kristen di Sukabumi. Perubahan-perubahan tersebut tentu memberi dampak signifikan bagi wajah Pendidikan Kristiani di Indonesia. Beberapa perubahan tersebut, antara lain: PERTAMA, Perubahan Nama PAK menjadi PK. Pada awal tahun 2000-an, sejumlah fakultas dan sekolah teologi di Indonesia mengubah nama Pendidikan Agama Kristen (disingkat: PAK) menjadi Pendidikan Kristiani (disngkat: PK). Perubahan nama ini dilatar-belakangi oleh satu alasan mendasar, yaitu semakin terdistorsinya nama PAK menjadi hanya sebagai sebuah mata pelajaran atau mata kuliah di sekolah/sekolah tinggi/universitas, padahal PAK sejatinya adalah seluruh gerak pelayanan dan pembinaan bagi warga gereja (untuk juga para siswa/mahasiswa di sekolah/universitas) untuk menolong mereka berkarakter Kristiani dan menunjukkan gaya hidup Kristiani dalam laku hidup sehari-hari di masyarakat.

KEDUA, Konsep Pendidikan Kristiani. Oleh karena distorsi makna pada nama

tersebut, maka seringkali muncul kesalahpahaman tentang PK. Maria Harris, dalam

bukunya berjudul Fashion Me a People, memetakan setidaknya dua kesalahpahaman

terhadap PK, yang saya kira juga terjadi dalam konteks di Indonesia, yaitu: (a) PK identik

dengan anak-anak, sehingga siapa yang mengambil bidang ini, akan dianggap cakap

mengajar anak-anak, tidak lebih; (b) PK hanya terkait dengan sekolah (papan tulis, kapur,

meja-kursi), tidak lebih. Dampak dari kesalahpahaman ini mewujud dalam beberapa hal,

antara lain: (a) PK sebagai sebuah prodi, mata kuliah, bidang kajian, seringkali dinomor-

duakan setelah teologi, padahal PK bagian dari teologi (practical theology); (b) Tidak ada

keterkaitan yang signifikan antara PK di sekolah dan di gereja. Masing-masing berjalan

sendiri. Padahal PK sendiri adalah sebuah disiplin ilmu yang punya keterkaitan dengan

(39)

2

disiplin ilmu yang lain. Hal ini tampak dari beragam pendekatan dalam PK yang memperlihatkan wajah PK yang multidimensi dan multidisipliner. Beberapa literatur dalam bidang PK memperlihatkan secara jelas hal ini. Dalam konteks global ada dua buku yang bisa dijadikan contoh, yaitu:

a) Buku “Contemporary Approaches to Christian Education” yang diedit oleh Jack L.

Seymour dan Donald E. Miller. Buku ini memperkenalkan ada lima pendekatan dalam PK, yaitu: Religious Instruction, Faith Community, Developmental, Liberation, dan Interpretation.

b) Buku “Mapping Christian Education” yang diedit oleh Jack L. Seymour. Buku ini memperkenalkan empat pendekatan dalam PK, yaitu: Social Transformation yang menekankan pada kemampuan berpikir kritis, transformasi dan pembebasan dari ketertindasan; Faith Community yang menekankan pada dimensi komunikasi, interaksi, dan relasi; Personal Development yang menekankan pada perkembangan karakter dan perilaku, iman, moral, relasi sosial, dan bahasa yang ditandai dengan perpindahan individu dari satu tahap ke tahap berikutnya; dan Religious Instruction yang menekankan pada aktivitas mengajar, instruksi, indoktrinasi transmisi iman, katekisasi, dan sekolah.

Dalam konteks nasional (Indonesia), setidaknya ada tiga buku yang memperlihatkan perkembangan bagaimana PK menjadi sesuatu yang multidisipliner. Tiga buku ini setidaknya memperlihatkan bagaimana terjadi perkembangan signifikan dalam hal literatur PK di Indonesia yang berbeda dari dua buku sebelumnya yang dipakai oleh banyak sekolah-sekolah teologi di Indonesia sejak dulu (dan bahkan masih digunakan sampai sekarang), yaitu: buku “Pendidikan Agama Kristen” karangan Dr. E.G.

Homrighausen dan Dr. I. H. Enklaar dan buku kedua “Dinamika Pendidikan Kristen”

karangan Iris V. Cully. Tiga buku tersebut adalah:

1) Buku “Ajarlah Mereka Melakukan” yang diedit oleh Andar Ismail. Buku ini memuat sejumlah artikel yang memperkenalkan berbagai isu yang terkait dengan bidang displin ilmu yang lain, antara lain: pendidikan moral dan perilaku, didaktik, metode PAK, ekologi, HAM, pendidikan anak, pendidikan remaja, PAK untuk pemuda, PAK untuk lansia, PAK di sekolah, tantangan PAK di abad ke-21.

2) Buku “Memperlengkapi Bagi Pelayanan dan Pertumbuhan” yang diedit oleh

Kadarmanto Hardjowasito, dkk. Buku ini memuat: PAK sebagai sebuah mata

(40)

3

kuliah dan tempatnya dalam pendidikan teologi, PAK Dewasa, kurikulum PAK, Sejarah PAK, pendidikan perdamaian, PAK Transformatif, PAK untuk Remaja, PAK dan pendidikan anti kekerasan, spiritualitas, pendidikan moral dan dan PAK dalam konteks multiagama.

3) Buku “Mendidik dalam Kasih, Keadilan dan Kebenaran” yang diedit oleh Justitia Vox Dei Hattu. Buku ini memuat sejumlah artikel tentang: prinsip pengajaran, PK Inklusi (isu disabilitas), pendidikan kritis, pendidikan untuk transformasi sosial, pendidikan multikultural, pembinaan warga gereja, Gereja ramah anak, pembelajaran ramah anak, kurikulum katekisasi, pendidikan perdamaian, spiritualitas, pendidikan pengasuhan (parenting), hermeneutik, dan model pembelajaran.

KETIGA, Tujuan Pendidikan Kristiani. Jika pada awalnya berorientasi pada transmisi pengetahuan (Alkitab) saja, maka saat ini PK berorientasi setidaknya pada tiga hal penting, antara lain: (a) Menghubungkan apa yang dipelajari dengan realitas masa kini;

(b) mengembangkan kemampuan berpikir kritis sebagai seorang Kristen; dan (c) mengasah sensitivitas dan kepekaan dan berwujud dalam perilaku dalam komunitas Kristen maupun multiagama. Sejumlah perubahan ini memperlihatkan bahwa proses pendidikan Kristiani tidak lagi berorientasi semata-mata pada upaya mentransmisi pengetahuan (dan doktrin) Alkitab, tetapi lebih dari pada itu menolong setiap orang untuk bisa menghubungkan apa yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan sehari- harinya sehingga apa yang dipelajari menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan nyata.

KEEMPAT, Konteks Pendidikan Kristiani. PK tidak lagi berkutat di dalam gedung gereja, tetapi juga melampaui batas gedung gereja, yakni di ruang publik.

a. Di dalam gereja , kita menemukan adanya ketegangan antara kelompok-kelompok kategorial dan upaya-upaya untuk membuat pelayanan lebih intergenerasional.

b. Diluar gereja, PK terjadi dalam beberapa konteks: (1) Rumah-rumah warga jemaat

(keluarga); (2) ruang dialog antar umat beragama; (3) ruang publik untuk

melakukan Pendidikan Anti Kekerasan, PK dalam Konteks Masyarakat Majemuk,

PK Berbasis Kewarganegaraan, PK Inklusi, dsb.

(41)

4

c. Konteks tidak hanya terkait dengan soal fisik, tetapi juga dua hal ini: (1) Faktor emosional dan perilaku: hospitalitas, keterbukaan ( openness ), dan keamanan ( safety ); dan (2) Nilai-nilai budaya (lokal) (Karen Tye 2000, 39-40).

KELIMA, Model – Metode Pembelajaran Pendidikan Kristiani. Terjadi pergeseran signifikan dari model-model pembelajaran yang bersifat indoktrinatif ke model-model pembelajaran yang lebih humanis dan membebaskan: partisipatif, dialogis dan mengasah kemampuan berpikir kritis dan kepekaan. Dua diantaranya adalah: (a) Lima Ragam Mengajar menurut Sara Little, yaitu: Ragam Pemrosesan Informasi, Ragam Interaksi Kelompok, Ragam Komunikasi Tidak Langsung, Ragam Pengembangan Pribadi, dan Ragam Aksi-Refleksi. (b) Empat Kelompok Model Pengajaran menurut Bruce Joyce, dkk., yaitu: Kelompok Model Pengajaran Memproses Informasi, Kelompok Model Pengajaran Sosial, Kelompok Model Pengajaran Personal, dan Kelompok Model Pengajaran Sistem Perilaku.

Dengan melihat sejumlah perubahan di atas, kita mendapati bahwa PK bukanlah sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri saja, namun ia terkait erat dengan beberapa displin ilmu (baik dalam lingkup teologi) maupun di luar teologi (seperti: psikologi, pendidikan umum, dll).

B. Beberapa Usulan Untuk Pengembangan Kurikulum

Dalam 10-15 tahun terakhir ini kita menjumpai beberapa isu yang mengemuka dalam ranah Pendidikan Kristiani yang kemudian dijadikan sebagai sebuah mata kuliah tematis. Munculnya isu-isu ini dikarenakan berbagai pergumulan konteks yang juga menuntut respons positif dari Pendidikan Kristiani itu sendiri. Isu-isu tersebut di antaranya:

1. Pendidikan Perdamaian 2. Pendidikan Multikultural 3. Pendidikan Pengasuhan 4. Pendidikan Karakter

5. Pendidikan Kristiani Inklusi

6. Pendidikan Kewarganegaraan

7. Pendidikan Intergenerasi

(42)

5

8. Pendidikan (Gereja) Ramah Anak

9. Pendidikan yang membebaskan 10. Model-model Pembelajaran 11. Mengajar melalui Rekreasi 12. Teknologi Pembelajaran

Daftar Acuan

Boehlke, Robert R. 2013. Sejarah perkembangan pikiran dan praktek pendidikan agama Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Harris, Maria. 1989. Fashion me a people: Curriculum in the church. Louisville:

Westminster John Knox Press, 1989.

Joyce, Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. 2016. Models of teaching. Jakarta:

Pustaka Pelajar.

Little, Sara. 1983. To set one’s heart: Belief and teaching in the church. Atlanta: John Knox Press.

Tye, Karen. B. 2000. Basics of Christian education. Danvers, MA: Chalice Press.

Referensi

Dokumen terkait

Penjahit disarankan untuk duduk pada saat bekerja jangan terlalu lama dengan waktu kurang dari 4 jam, Karena duduk lebih dari 4 jam perhari dapat menyebabkan keluhan

Hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk memgatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan setempat sesuai dengan peraturan

Suatu teknik pengumpulan data melalui sekumpulan pertanyaan tertulis yang tersusun secara sistematis dan rinci dengan maksud dan tujuan untuk diisi oleh.. kondisi

Nilai k pada k -fold cross validation untuk penelitian ini digunakan 3 -fold cross validation dan parameter k sebanyak 10, hasil penelitian ini didapatkan

komponen proses dalam pelaksanaan manajemen pendidikan perguruan tinggi berbasis agama pada universitas Kristen Tentena dalam kategori cukup baik yaitu. berada pada

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencari keliling berbagai

Kenyataan diatas membuat Pemerintah Kabupa- ten Lamongan memandang perlu mengambil prakarsa untuk melakukan penyeder- hanaan proses layanan masyarakat dengan pelayanan satu atap

1) Tuntunan yang berkaitan dengan keimanan/akidah, yaitu ketetapan yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir,