• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

฀AFTAR PERTANYAAN

฀. Sudah berapa lama menikah?

2. Bisa ceritakan kembali bagaimana pertemuan awal bapak/ibu sampai menjalin hubungan?

3. Dalam keluarga bahasa apa yang digunakan sehari-hari? 4. Tradisi apa yang dipilih untuk melangsungkan perkawinan?

5. Bagaimana penyesuaian anda dengan pasangan anda? Apakah bapak/ibu menemukan kesulitan dalam penyesuaian?

6. Bagaimana penyesuaian diri dengan keluarga besar pasangan? Apakah ada kesulitan penyesuaian?

7. Menurut bapak/ibu apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga harmonis?

8. Setelah menikah, apakah bapak/ibu menemukan hal-hal diluar dugaan yang dilakukan oleh pasangan yang dapat menimbulkan salah paham atau konflik? Ceritakan!

9. Bisa kasih gambaran tentang sifat pasangan bapak/ibu?

฀0. Saat anda dan pasangan anda sedang dalam salah paham atu konflik? Kira-kira siapa yang mengarahkan jalan keluar terbaik?

฀฀. Apakah setelah pernikahan bapak/ibu menemukan bahwa pasangan bapak/ibu tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan?

(2)

HASIL WAWANCARA INFORMAN 1

Nama : ฀iana M

Umur : 37 Tahun

Tempat : Kota ฀enpasar Hari/Tanggal : Senin, 4 Januari 2016 Pukul : 16:30-17.40 WITA

Senin, 4 Januari 20฀5, pukul ฀6:30 WITA, saya datang ke rumah Ibu Diana M (37) sebagai informan saya. Kesan pertama saya datang ke rumah Ibu Diana pasti ada rasa canggung, karena baru pertama kalinya saya berkunjung kerumah Ibu Diana. Disana saya tidak langsung bertemu dengan informan karena beliau kebetulan sedang sibuk bersama suami dan anak-anaknya, jadi ada saudaranya yang kebetulan berada disitu sampaikan kalau ada tamu. Akhirnya Ibu Diana M keluar dari dalam rumah. M : Oh iya maaf cari siapa?

P : Iya selamat sore kaka, maaf sudah menggangu ini (sambil jabat tangan) saya ini Rambu Maramba Humba, mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana. Saya sedang skripsi tentang perkawinan campuran, Tujuan saya datang sebenarnya saya mau tanya-tanya sedikit tentang perkawinan campuran. Karena informan menunjukkan ekspresi seperti tidak percaya, saya menunjukkan surat ijin dari Dinas Kesbangpol Kota Denpasar.

M : Oh iya saya, oke kalau begitu.

P : Kira-kira kapan kakak punya waktu untuk saya tanya-tanya? M : Oh sekarang juga bisa langsung tanya.

P : Oh iya kaka terima kasih sebentar saya ambil beberapa daftar pertanyaan yang sudah siapkan dulu kaka e.

M : Iya adik tidak apa-apa

(3)

P : Kakak bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal kakak dengan suami, proses pendekatan, pacaran sampai menikah?

M : Jadi, kami awal kenal dulu waktu saya kerja di Hotel. Kebetulan suami sering pulang-balik Bali untuk urusan bisnis dan dia sering menginap di hotel tempat saya kerja. Kami sering ketemu tapi tidak saling bategur karena belum saling kenal. Akhirnya waktu itu suami langsung minta kenalan dengan saya. Pas sudah saling kenal, suami omong sama saya kalau ternyata dia sudah sering perhatikan saya di tempat kerja dan dia saya bilang sama saya kalau dia suka sama saya. Habis dia omong kalau dia suka sama saya, sebenarnya saya tidak tertarik dengan bule tapi saya pikir tidak ada salahnya saya coba dulu jalani, jadi waktu itu saya bilang sama dia kalau saya juga suka sama dia. Akhirnya, kami dekat selama dua bulan untuk saling kenal kepribadian masing-masing. Setelah PDKT selama 2 bulan dan kami dua rasa cocok akhirnya kami sepakat untuk nikah gereja di Melolo, Sumba Timur pada tahun 2009.

P: Saat komunikasi sehari-hari kaka dengan suami biasanya pakai bahasa apa? Bahasa Inggris atau bahasa Indonesia?

M : Kalau untuk komunikasi dalam keluarga saya dengan suami pakai bahasa inggris karena saya fasih bahasa inggris jadi kami sering pakai bahasa inggris, kalau anak-anak kalau omong sama mereka punya bapa mereka pake bahasa inggris, kalau dengan saya mereka pakai bahasa Indonesia sehari-hari.

P : Waktu nikah kakak dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah Sumba atau Australia?

M : Saat nikah saya dengan suami sepakat untuk pake tradisi nikah orang Sumba, jadi saya dengan dia waktu itu kenoto.

P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa kakak punya kesulitan dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami?

(4)

P : Menurut kakak pribadi, apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga yang harmonis?

M : Menurut saya hal yang penting dalam membina hubungan rumah tangga yang harmonis kita harus saling terbuka. Harus bisa lebih sabar hadapi orang yang beda budaya dengan kita karena kita punya budaya, pola pikir juga kebiasaan hidup pasti jelas beda dengan mereka jadi kita perlu menyesuaikan diri. Kadang memang saya kita punya pola pikir dengan kebiasaan hidupnya mereka tidak sesuia tapi saya coba untuk belajar pahami mereka punya pola pikir proses itu memang butuh kesabaran. P : Apa kakak sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau ada, bisa kakak cerita biasanya salah paham karena apa?

M : Kami sering konflik masalah kebiasaannya suami kalau pulang malam dengan mabuk dia suka ajak bertengkar. Saya orangnya sabar dan tidak mau perpanjang masalah setiap kali kami bertengkar. Saya hanya diam karena saya tau dia dalam kondisi tidak sadar jadi saya tidak tanggapi apa yang dia omong.

P : Saat kakak dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang lebih punya dominasi arahkan jalan keluar terbaik? Kakak atau suami?

M : Pas ada masalah biasanya siapa yang buat salah dia sudah yang minta maaf begitu lebih dahulu. Kami orangnya sama-sama saling cepat untuk minta maaf dan cepat untuk kasih maaf kalau ada masalah

P : Setelah menikah apakah kakak temukan kalau suami tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan? Bisa kakak cerita?

M : Sejauh ini yang saya lihat suami saya sangat konsisten dengan komitmen pernikahan kami, dia orangnya setia walaupun dia tidak selalu sama-sama dengan saya di Bali karena dia kerja di Australia, dia datang satu bulan satu kali. Kami tidak pernah punya masalah perselingkuhan baik dari saya maupun suami.

P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, kakak dengan suami cenderung mendidik anak dengan nilai budaya apa? Budaya Sumba atau Australia?

(5)

HASIL WAWANCARA INFORMAN 2

Nama : Yosina H

Umur : 42 Tahun

Tempat : Kota ฀enpasar

Hari/Tanggal : Senin, 18 Januari 2016 Pukul : 10.40-12.20 WITA

Saat saya berkunjung kerumah informan dua, saya disambut hangat sama pasangan informan 2 yang akrab saya sapa Mamu (Bibi). Informan 2 ini saya kenal karena kebetulan dia kenal keluarga saya di Sumba dan kami sering saling menyapa lewat media sosial facebook.

P : Selamat sore mamu.

H : Selamat sore rambu, apa kabar rambu? Sampe Bali sudah dari kapan? P : Baru datang kemarin tanggal ฀0 Desember mamu.

H : Ha kenapa tidak datang main di mamu punya rumah juga rambu? P : Ini sudah mamu makanya saya datang.

H : Iya, bagaimana kabar kuliah rambu?

P : Baik mamu, ini saya datang karena ada perlu sama mamu sudah ini, mau tanya-tanya tentang perkawinan campuran.

H : Yeha, iya rambu, tanya saja rambu apa yang rambu mau tanya.

P : Iya ini mamu saya mau tanya mamu dengan suami sudah berapa lama menikah?

H : Kami nikah ฀8 April 200฀ jadi sudah hampir ฀5 tahun rambu.

P : Mamu bisa cerita kembali bagaimana pertemuan awal mamu dengan suami, proses pendekatan, pacaran sampai menikah?

(6)
(7)

P: Saat komunikasi sehari-hari mamu dengan suami biasanya pakai bahasa apa? bahasa Inggris, bahasa Jerman atau bahasa Indonesia?

H : Sehari-hari saya dengan suami pakai bahasa Jerman kadang juga pakai Inggris. Kalau anak dia bisa pakai bahasa Indonesia, bahasa Jerman sama bahasa Inggris. P : Waktu nikah mamu dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah Sumba atau Jerman?

H : Waktu nikah kami tidak pake tradisi Sumba atau Jerman, kami nikah secara pemerintahan Jerman. Habis itu baru pemberkatan nikah di gereja begitu rambu. P : Oh iya mamu, baru bagaimana penyesuaian diri mamu dengan suami?

H : Pengalaman pertama kali mamu hidup di Jerman rasanya seperti hidup di penjara rambu karena bahasanya sulit sekali. Setelah satu minggu saya di Jerman suami bilang harus mulai kursus bahasa Jerman. Pas pulang kembali di Indonesia suami lagi yang menyesuaikan diri dengan budayanya kita, tapi sejauh yang saya lihat dia sudah bisa menyesuaikan diri.

P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa mamu punya kesulitan dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami?

H : Kalau penyesuaian diri dengan keluarga suami sejauh ini baik-baik saja rambu. Waktu awal saya di Jerman keluarga tidak terlalu ikut campur soal pacaran, tergantung dari anak kalau cocok atau tidak, apalagi anak laki-laki tidak sama dengan orang sumba kita harus tau asal-usul keluarga suami atau istri, dia anaknya siapa, keturunan apa, orang Jerman tidak begitu, mereka yang penting cocok. Jadi bebas pilih pasangan hidup dan keluarga tidak terlalu ikut campur.

P : Menurut mamu pribadi, apa hal yang jadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga yang harmonis?

(8)

P : Apa ada kesamaan antara mamu dengan suami yang bisa munculkan satu kesepakatan untuk jalan keluar dari konflik?

H : Kami punya hobi yang sama, kadang kalau saya tidak suka suami juga tidak suka. Dari situ saya dan dia belajar saling mengerti satu sama lain.

P : Apa mamu sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau ada, bisa mamu cerita biasanya salah paham karena apa?

H : Biasanya kami salah paham masalah anak saja, tau sendiri orang sumba, kalau anak salah sedikit kita main pukul. Suami bilang tidak boleh, dia bilang harus jelaskan namanya juga anak-anak, jadi kalau ada salah harus dijelaskan begitu, jangan langsung marah atau pukul begitu itu saja. Kalau masalah cemburu atau orang ketiga tidak ada.

P: Saat mamu dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang lebih punya dominasi arahkan jalan keluar terbaik? Mamu atau suami?

H : Kalau ada masalah, harus selesaikan dengan empat mata sudah sampai tuntas. Saya orangnya keras kepala, jadi kalau ada salah paham selalu suami sudah yang mengalah.

P : Setelah nikah apa mamu temukan suami tidak konsisten dengan perjanjian pernikahan? Bisa mamu cerita?

H : Suami sangat konsisten dengan dengan komitmen pernikahan, dia setia dan selama ini kami tidak pernah punya masalah orang ketiga

P : Bisa mamu kasih gambaran tentang sifat suami? H : Suami sifatnya pendiam, penyayang, dan sabar.

P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, mamu dengan suami cenderung mendidik anak dengan nilai budaya apa? Budaya Sumba atau Jerman?

(9)

HASIL WAWANCARA INFORMAN 3

Nama : Herlina F

Umur : 30 Tahun

Tempat : Kota ฀enpasar

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2016 Pukul : 11.13-12.23 WITA

Saat saya berkunjung pertama kali kerumah informan 3, saya disambut hangat oleh keluarga ini karena kebetulan sebelum saya berkunjung, saya dikenalkan terlebih dahuluu via telepon oleh kakak saya yang kebetulan satu SMA dengan informan 3. Setelah saling kenal ditelepon dan saya jelaskan saya ingin ketemu dan tanya-tanya tentang pernikahan campuran akhirnya dia dengan senang hati mau menerima kedatangan saya.

P : Tok, tok, tok. Halo selamat sore ibu, apa betul ini rumahnya ibu Herlina…? F : Iya, saya ibu Herlina maaf siapa dan ada perlu apa ya?

P : Oh iya ini saya rambu yang tadi telepon kaka.

F : Oh maaf adik, saya tidak tau kalau adik yang nama rambu P : Hehehehe, Tidak apa-apa kaka.

F : Ayo masuk adi, maaf sudah kakak tidak tahu kalau ini adik rambu P : Oh iya kaka tidak apa-apa kakak.

F : Jadi, bagaimana adi? Apa ada yang bisa kakak bantu?

P : Oh begini kakak saya kesini sebenarnya mau tanya-tanya soal perkawinan campuran.

F : Oke adik silahkan mau tanya apa?

P : Kalau boleh tau sudah berapa lama kakak menikah? F : Kami nikah gereja dari 20฀3

(10)

F : Dulu saya dengan suami saling kenal karena ketemu di Panti Asuhan Hammu Pangia di Sumba tahun 20฀2. Waktu itu, suami datang di Sumba untuk kerja sebagai relawan sosial (฀olunteer) dalam rangka pelayanan sosial selama tiga bulan. Waktu itu kepala pengurus panti asuhan Hammu Pangia itu saya, jadi kami saling kenalan sudah waktu itu, begitu sudah awal kami dua saling kenal. Pas sudah dua bulan kenal, suami omong kalau dia suka sama saya, saya sebenarnya secara pribadi tertarik dengan dia karena yang saya lihat dia orangnya baik hati dan sangat tulus. Waktu dia bilang kalau dia suka dengan saya, saya juga bilang saya suka sama dia. Jadi waktu itu kami dua pacaran. Sebelum dia pulang ke Belanda, kami dua saling tukar nomor telepon dan id skype supaya bisa terus berkomunikasi. Pas dia di Belanda, komunikasi kami lancar setiap hari telepon dan videocall lewat skype selama beberapa bulan sebelum dia datang kembali lagi ke Sumba. Sebelum pulang ke Belanda suami ngomong dengan saya secara personal kalau dia akan kembali ke Sumba. Dia kasih saya mamuli mas Sumba sebagai ikatan hubungan dan janji antara saya dan dia, mamuli ini juga tanda pengikat supaya saya jangan nikah dengan oranglain. Selama kami komunikasi walaupun long distance kami dua merasa ada kecocokan diantara kami, Jadi tahun 20฀3 suami saya datang ke Sumba sama-sama dengan dia punya keluarga dari Belanda untuk masuk minta dan ikut prosesi adat pernikahan Sumba. Setelah proses adat selesai, bulan Oktober tahun 20฀4 kami nikah gereja.

P : Kalau komunikasi sehari-hari kakak dengan suami biasanya pakai bahasa apa? bahasa Inggris, bahasa Belanda atau bahasa Indonesia?

F : Saya dengan suami kalau komunikasi biasanya pake bahasa Indonesia, kadang juga pake bahasa Inggris, karena suami gampang menyesuaikan diri

P : Waktu nikah kakak dengan suami pilih pakai tradisi nikahnya siapa? Tradisi nikah Sumba atau Belanda?

(11)

kalau dia pakai sistem yang gampang itu sama seperti dia pergi beli makanan dipasar katanya. Dia mau dia lewati proses yang orang sumba buat, supaya saya tahu benar yang namanya belis istri katanya, jadi dia langsung antusias untuk ikut budaya sumba. Jadi dia cari hewan dimana-mana, memang saya juga ikut bantu begitu, dia beli hewan disekitar Haharu dan dia bangga karena dia mampu untuk beradaptasi dengan budaya dengan melewati proses adat, orangtuanya juga ikut itu proses dari pagi sampai sore.

P : Oh iya kakak, bagaimana penyesuaian diri kakak dengan suami?

F : Dalam keluarga kami sama-sama menyesuaikan diri, kami sama-sama belajar sifat dan karakter masing-masing. Karena keluarga dia ada di luar Belanda, jadi lebih banyak dia yang beradaptasi dengan keluarga saya. Saya tidak mau ikut dia ke Belanda, karena saya punya tugas pelayanan di Bali yang tidak bisa saya tinggal. Jadi kami tinggal di Bali. Dia orangnya gampang untuk beradaptasi dengan budaya Sumba, kalau ada acara adat keluarga dia selalu ikut. Tapi saya susah adaptasi dengan budayanya dia.

P : Bagaimana penyesuaian dengan keluarga suami? Apa kakak punya kesulitan dalam penyesuaian diri dengan keluarga suami?

F : Kalau penyesuaian diri dengan keluarga suami, saya dan mertua sangat dekat dekat. Saya punya bapa dengan mama mantu perlakukan saya seperti anak kandung mereka sendiri. Mereka sangat care sama saya, mertua saya sudah seperti mama kandung saya begitu juga dengan kakak ipar saya, kami sangat akrab satu dengan yang lain. Begitu juga sebaliknya, suami saya saya sangat akrab dengan papa mama dan keluarga saya yang lain.

P : Menurut kakak pribadi, apa hal yang menjadi landasan utama dan penting dalam membina hubungan keluarga yang harmonis?

(12)

P : Apa ada kesamaan antara kakak dengan suami dalam yang bisa munculkan satu kesepakatan untuk memutuskan jalan keluar dari konflik?

F : Kami sama-sama pelupa, sama-sama punya rasa empati dan sama-sama suka membantu sesama. Kami juga punya selera musik yang sama, sama-sama suka musik klasik, hehehe. Sama-sama suka alam terbuka dan pegunungan.

P : Apa kakak sama suami pernah punya salah paham atau konflik? Kalau iya, bisa kakak cerita biasanya salahpaham karena apa?

F : Kami sering salah paham masalah komunikasi. Suami orangnya kritis, banyak tanya dan selalu pake logika. Jadi kesannya dia seperti selalu melawan dengan apa yang saya omong, kalau menurut dia tidak berlogika dia akan terus tanya dan protes. Kami juga sering salah paham soal kebiasaan, suami orangnya tidak suka yang terlalu rapi-rapi sedangkan saya orangnya perfectionis, segala sesuatu dirumah harus perfect, bersih, rapi dan segala rencana kedepan harus terlebih dahulu di agendakan. Perbedaan inilah yang kadang-kadang buat kami salahpaham, tapi saya percaya bahwa saya punya hubungan rumah tangga dengan dia akan baik-baik saja, saya tahu bahwa ada beda budaya pasti ada konflik tapi saya sudah siap untuk itu sebaliknya juga, saya bersyukur selama ini kami tidak pernah punya masalah rumah tangga yang serius.

P : Saat kakak dengan suami ada salah paham atau konflik, kira-kira siapa yang mendominasi arahkan jalan keluar terbaik? Kakak atau suami?

F : Suami paling cepat mengalah dan cepat membuat suasana jadi tenang. Tapi kami tidak pernah ribut sampai masalah besar, paling adu mulut habis itu selesai sudah. Dia orangnya suka lucu jadi kadang sementara ribut begitu dia omong-omong lucu ya sudah selesai. Dia hampir tidak pernah marah. Dia marah hanya saat saya cerewet berlebihan berlebihan, kalau dia marah saya cepat menangis dan minta maaf. Paling ributnya cuman 5 menit. Kami punya prinsip masalah tidak boleh sampai besok dan tidak boleh saling diam.

(13)

F : Suami saya sangat konsisten terlebih masalah kepercayaan dan kesetiaan. Sampai saat ini belum pernah kami bermasalah karena orang ketiga. Tahun lalu kami sempat LDR selama satu tahun karena suami kerja di Belanda. Kami tetap saling setia dan saling mendoakan hubungan kami supaya Tuhan menjaga hati kami masing-masing P : Bisa kaka kasih gambaran tentang sifat suami?

F : Menurut saya suami orangnya sedikit keras kepala, dia orangnya juga mudah berempati, sangat baik hati, pemaaf, rendah hati, gampang bergaul dan punya hati suka empati bukan hanya simpati sama orang tapi ada tindakan untuk menolong oranglain. Dia juga adalah malaikat untuk saya, dia selalu minta minta maaf untuk hal-hal yang bukan kesalahannya. Contoh kalau saya frustasi atau marah karena masalah pekerjaan dia selalu bilang, “sayang, itu bukan kamu punya salah, maaf karena saya belum mampu jaga kamu dengan benar”. Hal yang paling berkesan sampai sekarang, ketika dia mempraktekkan cintanya dengan cara yang sangat sederhana. Kalau saya batuk dia langsung inisiatif untuk ambil air minum untuk saya. Dan setiap malam dia selalu bilang terima kasih untuk apapun yang saya buat sepanjang hari.

P : Bagaimana dengan pola mendidik anak, mamu dengan suami cenderung mendidik anak dengan nilai budaya apa? Budaya sumba atau Belanda?

F : Sampai sekarang Tuhan belum kasih kami anak, tapi kami punya rencana kalau kami besok punya anak, anak kami akan kami didik dengan budaya Indonesia saja. Kalau budaya bapaknya mungkin nanti bisa dia pelajari setelah dia besar dan mengerti.

P : Oh iya kakak, begitu saja dulu saya punya pertanyaan, nanti kalau ada pertanyaan tambahan saya bisa kesini lagi toh kakak? Atau saya bisa hubungi kakak via telepon? F : Oh iya adik bisa nanti mau ke sini juga boleh mau via telepon juga boleh. Adik kan sudah simpan saya punya nomor handphone toh?

Referensi

Dokumen terkait

Silogisme Premis kedua dapat dituliskan dalam kalimat positif, yaitu semua peserta beladiri atau renang adalah peserta melukis... P1 : Setiap siswa peserta kesenian adalah

Dari hasil penelitian juga dapat disimpulkan bahwa untuk specimen dengan dimensi 50 mm x 25 mm x 15 mm tepat untuk diberikan tegangan sebesar 26A.Lama waktu

Pem belaj ar an dengan Pendekat an Open Ended dalam Upaya Meningkat kan. Kem am puan Koneksi m at em at ika peser t a

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Suplemen herbal dapat diberikan ke benih ikan lele karena berperan dalam meningkatkan pertumbuhan benih ikan lele, akan

 Memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan (melalui kisah dalam Sepenggal kisah).

membakar lemak, dan setelah melakukan senam irama tubuh menjadi sehat dan hati riang karena pengaruh alunan musik, dan hasil penelitian juga membuktikan bahwa

Untuk mengambil contoh situs yang mengusung sistem belanja online atau E-commerce, saya mengambil contoh situs belanja online yang sudah cukup terkenal di Indonesia, yaitu Lazada,

Deskripsi variabel penelitian observasi awal (n = 51).