• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Prinsip Prinsip University Governance Berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar - Bali T2 922009103 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Prinsip Prinsip University Governance Berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar - Bali T2 922009103 BAB V"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

153

BAB V

BELAJAR DARI UNIVERISTAS MAHASARASWATI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pentingnya nilai-nilai kearifan lokal dan bagaimana nilai-nilai-nilai-nilai ini dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun sebuah model strategi berkelanjutan dalam pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik dan efektif pada lembaga universitas. Nilai-nilai Tri Hita Karana sebagai kearifan lokal di Bali telah dipelihara dan dikembangkan oleh Universitas Mahasaraswati dan dijadikan sebagai inti ajaran (core values) di dalam melaksanakan aktivitas universitas. Etos kerja berdasarkan nilai-nilai Tri Hita Karana yang tidak membenarkan setiap individu untuk bekerja asal-asalan, acuh tak acuh, seenaknya tanpa memperdulikan orang lain, dan menyalahgunakan kekuasaan, dijadikan pedoman untuk melaksanakan aktivitas universitas. Kepatuhan di dalam menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Tri Hita Karana menjadi faktor utama yang mengarahkan perilaku sivitas akademika Universitas Mahasaraswati dalam melaksanakan prinsip-prinsip university governance dengan baik sehingga mampu meningkatkan kinerja universitas, dan pada gilirannya menjadikan Universitas Mahasaraswati sebagai perguruan tinggi yang bermutu.

5.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip University Governance Berlandaskan Tri Hita Karana

(2)

154

5.1.1. Pelaksanaan Prinsip Transparansi

Drs. I Made Legawa, M.Si. (Ketua Badan Penjaminan Mutu dan Pembina Tri Hita Karana Universitas Mahasaraswati) memberikan pernyataan terkait dengan pelaksanaan prinsip transparansi sebagai berikut:

“Seluruh kegiatan itu, segala sesuatu diungkapkan dengan ritual. Penelusuran bakat minat, analisis jabatan, pemilihan pimpinan, kekentalan spritualnya itu ada. Segala sesuatu diungkapkan dengan ritual. Sekan-akan seperti orang hindu yang sulit memisahkan antara berfikir yang benar secara filosofis dengan kebenaran yang diungkapkan melalui ritual, dengan banten.3) Soal transparansi misalnya, dia akan mengungkapkan secara tulus apa yang ada didalam hatinya, bahwa apa yang akan diucapkan dan direncanakan itulah yang dilakukan. Dia bersaksi bukan saja kepada manusia didepannya/audiensnya tetapi dia bersaksi kepada Tuhannya. Pertanggungjawaban tidak semata-mata antara Rektor ke Yayasan tetapi pertangungjawaban kepada Tuhan”.

Transparansi, merupakan salah satu prinsip dasar agar university governance berfungsi dengan baik, yang menggabungkan sistem checks and balances antara pimpinan universitas, manajemen, dan para stakeholder universitas, dan memastikan bahwa manajemen tidak akan terlibat dalam perilaku yang tidak benar atau melanggar hukum. Teori stakeholder menekankan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi. Sehingga melalui transparansi, stakeholder dapat mengetahui perilaku universitas dan dapat mengetahui hasil dari tuntutan yang pada awalnya diklaim oleh stakeholder. Persepsi stakeholder tentang apakah harapan mereka telah terpenuhi atau tidak, harus menghasilkan penilaian yang akan membuat universitas mendapatkan reputasi.

(3)

155 Prinsip transparansi mengharuskan kepada universitas untuk memberikan informasi yang lengkap, akurat, dan tepat, secara terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka atas pertanggungjawaban universitas dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. Dari pemahaman ini dapat diketahui keterkaitan antara unsur-unsur transparansi dengan nilai-nilai Tri Hita Karana, yaitu: 1) Ketaatan dalam memberikan informasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; 2) Kejujuran dalam memberikan informasi yang relevan, dan informasi diberikan sesuai dengan keadaan sebenarnya tanpa disembunyikan; 3) Disiplin dalam memberikan informasi secara akurat dan tepat waktu; dan 4) Tanggung jawab. Mampu memberikan informasi dengan benar terkait pengelolaan sumber daya yang dipercayakan oleh pemangku kepentingan kepada universitas.

5.1.2. Pelaksanaan Prinsip Akuntabilitas

(4)

156

Akuntabilitas mensyaratkan kepada lembaga universitas untuk membuat pertanggungjawaban secara periodik mengenai keberhasilan serta kegagalan terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh universitas. Terkait dengan laporan pertangungjawaban, Dekan Fakultas Hukum mengungkap-kan:

“Apakah pembuatan laporan dilandasi Tri Hita Karana? Ya. Ketulusan, keikhlasan, tanggungjawab yang paling hakiki itu kepada Tuhan. Orang bersaksi kepada Tuhan, sehingga ketika membawakan laporan tanggung-jawab tidak saja kepada manusia tetapi kepada Tuhan. Itu yang sudah dilakukan. Sehingga dalam membawa laporan apa adanya, dalam rapat senat dan dalam menyampaikan laporan kepada yayasan.”

Pernyataan Drs. I Made Legawa, M.Si. dan Dekan Fakultas Hukum terkait dengan pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas yang dilandasi oleh nilai-nilai Tri Hita Karana di atas, dapat dipahami bahwa praktik transparansi dan akuntabilitas menggunakan sistem kepercayaan, dimana pimpinan universitas dipandang sebagai individu yang memiliki pemikiran dan perilaku yang baik, serta bekerja secara sukarela dengan mengabdikan diri sebagai pengayah4) di Universitas Mahasaraswati. Maka dari itu seluruh sivitas akademika meyakini kejujuran pengabdian yang dimiliki oleh pimpinan universitas. Bentuk pelaksanaan prinsip akuntabilitas yang lain adalah acara Open House yang diprogramkan oleh Rektor Universitas Mahasaraswati.

Akuntabilitas dalam pendidikan merupakan suatu perwujudan kewajiban dari lembaga pendidikan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan proses pendidikan dan penggunaan sumber daya keuangan kepada semua pemangku kepentingan sesuai dengan

4) Secara harafiah ngayah berarti melakukan pekerjaan tanpa mendapat upah (kamus Bali-Indonesia,1990). Dari segi etimologis istilah ngayah berakar dari kata “ayah” yang terpancar

dari budaya purusaisme atau patrilineal, terutama berkaitan dengan sistem pewarisan.

Kemudian menjadi “ayahan” yang secara spesifik mengacu pada tanah ayahan desa (sebagai

bagian integral tanah adat) berikut segala konskuensinya. Secara fenomenologis, ngayah

merupakan sebuah gejala sosio-religio-kultural masyarakat Hindu. Dalam kaitan ini ngayah

(5)

157 ketentuan peraturan perundang-undangan. Jadi pelaksanaan prinsip akuntabilitas memerlukan nilai-nilai: 1) Tanggung jawab, yaitu mampu mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang dijalankan kepada semua pemangku kepentingan; 2) Ketaatan. Melalui prinsip akuntabilitas dapat dipastikan bahwa pengambil keputusan telah mematuhi standar publik yang telah disepakati, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan; 3) Kejujuran. Jujur dalam memberikan laporan terutama kejujuran dalam penggunaan sumber daya keuangan dan laporan yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya; 4) Disiplin. Memberikan laporan secara tepat waktu.

5.1.3. Pelaksanaan Prinsip Responsibilitas

Responsibilitas terkait dengan bertindak dengan cara yang tepat dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Sehingga responsibilitas mengacu kepada perilaku taat dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajiban yang dipercayakan kepada individu yang bersangkutan. Bagi individu yang bekerja di Universitas Mahasaraswati, nilai ketaatan dan tanggung jawab ini diperoleh dari ideologi Tri Hita Karana, sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Badan Penjaminan Mutu dan Pembina Tri Hita Karana Universitas Mahasaraswati yang memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Ada pernah situasi dimana Unmas ada dalam keadaan krisis, dan pernah tidak dibayar gaji, tetapi heran juga, mereka, kenapa para pegawai dosen tetap bekerja dengan tulus. Tahun 1987 pak siswi nggak dapat gaji dan pernah berhutang makanan setahun. Walaupun situasi sulit dan tidak dapat gaji kok mereka tetap bekerja, kekeluargaan, situasi sulit tetapi mereka tetap bekerja.

Dalam manajemen modern sudah ada aturan kepegawaian, kode etik dosen, pegawai. Tetapi karena rohnya sudah Tri Hita Karana. Kalau tidak ada Tri Hita Karana siapa yang mau disuruh bekerja dalam keadaan perut kosong. Contoh pegawai Ketut Siwi punya hutang satu tahun (hutang makan). Silahkan aturan-aturan ditempel di tembok, jika perut kosong mana mungkin bisa bekerja, tetapi bukti menyatakan bahwa kalau tidak ada rohnya Tri Hita Karana maka pasti akan keluar.

(6)

158

Ungkapan di atas menunjukkan tingkat ketaatan dan tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaan yang dilandasi oleh ideologi Tri Hita Karana, dimana konsep Tri Hita Karana mengandung makna mencari keharmonisan dengan tidak semata-mata mencari materi, namun lebih kepada mencari tujuan hidup untuk mendapatkan kebahagian yang kekal.

Kegiatan-kegiatan yang merepresentasikan nilai tanggung jawab yang dijadikan landasan dalam melaksanakan prinsip responsibilitas berupa pemenuhan kebutuhan mahasiswa, kebutuhan pegawai dosen dan non-dosen, dan kebutuhan masyarakat sekitar. Pemenuhan kebutuhan maha-siswa diwujudkan dalam bentuk pemberian layanan administrasi akademik serta layanan yang lain secara maksimal, ramah, dan sopan. Dalam hal meningkatkan kapasitas mutu layanan pendidikan, diwujudkan dalam bentuk program studi lanjut bagi dosen dan melengkapi sarana prasarana guna mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar yang bermutu. Sedangkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial universitas terhadap masyarakat dan lingkungan, diwujudkan dalam kegiatan sosial keagamaan dengan mengadakan Tirtayatra5) dan memberikan dana punia6). Terkait

5)Tirtayatra berasal dari bahasa Sansekerta, Tirta dan Yatra. Tirta artinya pemandian, sungai, kesucian, air, toya atau air suci. Sedangkan Yatra berarti perjalanan suci. Jadi Tirtayatra

adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci. Perjalanan suci atau

tirtayatra bukanlah perjalanan biasa untuk bersembahyang, namun didalamnya termuat pengendalian diri dan pengekangan diri. Dalam kegiatan tirtayatra terjadi suatu interaksi yang positif diantara para pelaku tirtayatra. Tirtayatra akan mendekatkan antara umat satu dengan yang lainnya karena dalam perjalanan akan terjadi suatu komunikasi sosial, suka duka, canda ria dan interaksi lainnya. Tirtayatra juga mendekatkan antara umat dengan tempat suci atau pura dalam pengertian si pelaku tirtayatra akan mengetahui lebih dekat dan lebih dalam mengenai situasi, lokasi, sejarah serta nilai kesucian dan kebenaran yang terkandung pada tempat suci yang dikunjungi. Tirtayatra juga mendekatkan antara manusia dengan Sang Pencipta melalui pemujaan yang dilakukan di tempat suci yang dikunjungi.

6) DanaPuniaberasal dari dua kata yaitu “Dana yang berarti pemberian dan “Punia” berarti selamat, baik, bahagia, indah, dan suci. Jadi, DanaPunia bisa diartikan sebagai pemberian yang baik dan suci. DanaPunia merupakan swadarma umat Hindu dan salah satu bentuk

Yajna. DanaPunia bertujuan untuk melatih diri agar tidak menjadi orang yang pelit dan serakah, tidak mementingkan diri sendiri serta menjadi orang yang murah hati. Sehingga dengan memberi secara tulus ikhlas, maka akan menerima anugrah yang melimpah dari

(7)

159 dengan Tirtayatra dan mepunia, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum mengungkapkan:

“Sisa anggaran, dapat dialokasikan untuk penambahan anggaran studi lanjut untuk dosen, beasiswa bagi mahasiswa, dan kegiatan sosial keagamaan seperti Tirtayatra dan mepunia”

.

Selain Tirtayatra dan mepunia, Universitas Mahasaraswati juga melaksanakan program desa binaan dan program bedah rumah sebagai bentuk tanggung jawab sosial universitas yang pelaksanaannya dikoordinir oleh Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM). Kepala LPPM mengungkapkan:

“Strategi pengembangan pengabdian kepada masyarakat salah satunya berbasis pada kebudayaan lokal. Sebagai wujud kepedulian terhadap permasalahan masyarakat desa, dan sebagai implementasi dharma pengabdian kepada masyarakat ada program desa binaan yang bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan pihak swasta. Ada juga kegiatan bedah rumah”.

(8)

160

mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang dijalankan kepada semua pemangku kepentingan; 2) Ketaatan. Melalui prinsip responsibilitas dapat dipastikan bahwa semua tugas dan kewajiban telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan; dan 3) Disiplin. Melaksanakan tugas dan kewajiban secara tepat waktu.

5.1.4. Pelaksanaan Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan dipromosikan melalui prinsip ekuitas, dimana setiap individu memiliki kesempatan yang sama. Dengan demikian ekuitas dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan yang sama dalam pendidikan terlepas dari umur, jenis kelamin, warna kulit, latar belakang sosial, latar belakang agama atau etnis, tempat tinggal, pendidikan keluarga atau kondisi keuangan keluarga. Dalam konsep Tri Hita Karana, persamaan derajat ini diatur di dalam dimensi Pawongan yang mengatur hubungan manusia dengan sesama, dalam artian bahwa setiap individu harus dapat menjaga keharmonisan hubungan dengan keluarga, teman, dan masyarakat. Dalam menjaga keharmonisan tidak dibenarkan untuk menunjukkan sikap yang membeda-bedakan berdasarkan derajat, agama, ataupun suku. Segala bentuk kegiatan harus menghormati hak-hak setiap individu. Karena setiap individu berhak dan layak memperoleh hak dan kewajiban yang sama untuk mencapai tujuan organisasi. Prinsip keadilan membutuhkan nilai keadilan dan tanggung jawab.

(9)

161

“perhatian universitas untuk memberikan beasiwa kepada mahasiwa sangat beragam dan salah satunya adalah beasiswa bagi mahasiwa kurang mampu. Kami team sebelum memutuskan bahwa mahasiswa tersebut mendapat beasiswa bidik misi kami terjun langsung ke alamat mahasiwa dan melihat secara langsung keadaan rumah dan juga pekerjaan orang tua, disamping adanya pernyataan dari kepala desa, setelah memastikan memang pemohon benar-benar memenuhi kriteria maka beasiswa itu diberikan. Hal itu dilakukan supaya pemberian beasiswa bidik misi memang sampai kepada mereka yang memerlukan/mendapatkan”

Pemberian beasiswa kepada mahasiswa kurang mampu juga dikuatkan oleh pernyataan Badan Eksekutif Mahasiswa Putu Very Setiawan:

“kami mahasiswa yang tidak mampu juga diberi kesempatan untuk menerima beasiswa guna keberlanjutan pendidikan kami, kesempatan itu diberikan tiap-tiap tahun oleh universitas dan kami harus memenuhi persyaratan-persyaratan guna memperoleh beasiswa”

Pemberian beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu tetapi berpotensi di bidang akademik dapat dipahami sebagai perwujudan ajaran yang ada di dalam ideologi Tri Hita Karana tentang Empat Kebajikan Yang Luhur terdiri atas: cinta kasih (maitri), penuh perhatian terhadap yang menderita (karuna), mengampuni (upeksa), dan bersimpati terhadap yang berprestasi (mudita).

5.1.5. Pelaksanaan Prinsip Independensi

(10)

162

masyarakat. Prinsip independensi (otonomi) membutuhkan nilai ketaatan dan tanggung jawab.

Berikut disajikan tabel keterkaitan antara indikator prinsip-prinsip

universitas governance dengan nilai-nilai Tri Hita Karana. Tabel 5.1.

Indikator Prinsip-prinsip University Governance Nilai-nilai Tri Hita Karana

Akuntabilitas Terdapat uraian kerja yang jelas dan tertulis dari setiap pejabat struktural, anggota senat, pengurus yayasan, dosen, dan karyawan.

Responsibilitas Terdapat pembagian tugas yang jelas. Terdapat peraturan kode etik yang berlaku.

Ketaatan Tanggung jawab Disiplin Keadilan Menerapkan perlakuan yang sama pada seluruh civitas

akademika tanpa diskriminasi.

Penerapan sistem reward and punishment.

Ketaatan Keadilan

Independensi Terdapat kebebasan penuh yang diberikan yayasan pada rektorat untuk menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Tidak terdapat konflik kepentingan antara Yayasan dan Rektorat

Ketaatan Tanggung jawab

Sumber: hasil wawancara dengan panitia Tri Hita Karana Universitas Mahasaraswati, 2015.

Penerapan ideologi Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati terlihat pula dalam penataan bangunan gedung, penataan lingkungan areal kampus, dan adanya unsur manusia atau warga universitas. Universitas Mahasaraswati dilengkapi dengan pura yang dibangun di bagian utama

(11)

163

Gambar 5.1.: lokasi tempat suci di kampus Universitas Mahasaraswati

.

5.2. Model Penerapan Prinsip-Prinsip University Governance Berlandaskan Tri Hita Karana

Pola pengembangan universitas berbasis ideologi Tri Hita Karana

merupakan penerapan keseluruhan konsep, pola pikir, tata nilai, sikap, dan cara hidup masyarakat Bali dalam membangun hubungan harmonis dan seimbang antara manusia dengan Tuhan (parhyangan), manusia dengan sesama (pawongan), dan manusia dengan lingkungan (palemahan) kedalam sistem tata kelola universitas. Sehingga setiap individu yang terlibat dalam penatakelolaan universitas mempunyai sikap dan perilaku yang mengacu kepada tata nilai yang terkandung dalam ideologi Tri Hita Karana.

(12)

164

(dharma). Etos kerja yang bersumber dari kitab suci Veda berkaitan erat dengan nilai kejiwaan seseorang untuk mengisi dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik (subha-karma) dan ada rasa kerinduan untuk menunjukkan kepribadian dalam bentuk sikap dan perilaku dalam bekerja yang lebih baik dan lebih bermakna. Dari etos kerja ini, dimensi parhyangan yang mengatur harmonisasi hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan dimensi

pawongan yang mengatur harmonisasi hubungan antara manusia dengan manusia memunculkan nilai-nilai ketaatan, keadilan, kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab. Sedangkan dari dimensi palemahan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan memunculkan nilai ketaatan, dan tanggung jawab.

Nilai-nilai ketaatan, keadilan, kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab dijadikan pedoman berperilaku masyarakat Bali untuk berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungan alam. Setiap individu tidak dibenarkan mengorbankan kepentingan orang lain demi memenuhi kebutuhannya sendiri. Ada kewajiban untuk menjaga keseimbangan kepentingan sehingga semua orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, karena di dalam konsep Tri Hita Karana setiap individu berhak dan layak memperoleh hak dan kewajiban yang sama untuk mencapai tujuan hidup yang bahagia dan sejahtera.

Keterkaitan antara unsur-unsur yang terdapat pada setiap prinsip

university governance dengan nilai-nilai Tri Hita Karana dapat terjadi disebabkan oleh perilaku masyarakat Bali yang ditopang oleh adat istiadat dan budaya yang bertumpu pada nilai-nilai Agama Hindu dan falsafah hidup

Tri Hita Karana. Kedua ajaran ini saling berkaitan, dimana agama Hindu menjiwai falsafah Tri Hita Karana, dan sebaliknya falsafah Tri Hita Karana

mendasarkan pada ajaran agama Hindu. Falsafah hidup Tri Hita Karana

(13)

165 struktur sosial masyarakat Bali dan menjadi pandangan hidup masyarakat Bali, baik dalam mengembangkan sistem pengetahuan, pola perilaku, sikap, nilai-nilai, tradisi, seni, dan sebagainya. Pada akhirnya falsafah Tri Hita Karana ini menjadi ideologi dan core values (inti ajaran) dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali, termasuk dalam mengembangkan lembaga perguruan tinggi/universitas.

Sebagai core values, ideologi Tri Hita Karana dicantumkan di dalam visi dan misi universitas. Hal ini membawa konsekuensi, bahwa di dalam pelaksanaan aktivitas universitas harus selalu mempertimbangkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan duniawi dan kebutuhan yang bersifat sorgawi (religius). Kepatuhan untuk mentaati nilai-nilai yang terkandung didalam ideologi Tri Hita Karana yang telah mengakar didalam kehidupan masyarakat Bali telah menjadi pengikat untuk menciptakan budaya organisasi dalam mengelola aktivitas universitas. Hal ini mendorong terciptanya pola pengelolaan perguruan tinggi yang bermutu dan harmoni, yang pada gilirannya dapat memberikan manfaat materiel antara lain dapat meningkatkan kinerja universitas dengan manajemen yang efektif dan lingkungan kerja yang ideal, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat. Sedangkan manfaat immateriel antara lain mencegah skandal universitas dan penyalahgunaan kekuasaan.

Pola penerapan prinsip-prinsip university governance berlandaskan

(14)

166

Ketaatan Kejujuran Keadilan Disiplin Tanggung jawab

Prinsip-prinsip University Governance

Transparansi Akuntabilitas Responsibilitas Keadilan Independensi

Keterbukaan bidang keuangan.

Terdapat uraian kerja yang jelas dan tertulis dari setiap pejabat

struktu-Pengelolaan Perguruan Tinggi Bermutu dan Harmoni

Manfaat

Immateriil Materiil

1. Mencegah skandal universitas; dan 2. Penyalahgunaan kekuasaan. 3. Mencegah konflik.

1. Meningkatkan kinerja universitasdengan manajemen yang efektif dan lingkungan kerja yang ideal ; dan 2. Meningkatkan kepercayaan masyarakat.

(15)

167 5.3. Belajar Dari Universitas Mahasarwati

Beberapa aktivitas yang dapat dipelajari dari Universitas Mahasaraswati terkait dengan pelaksanaan prinsip-prinsip university governance berlandaskan nilai-nilai Tri Hita Karana adalah:

Acara Open House yang diprogramkan oleh Rektor Universitas Mahasaraswati dilaksanakan setiap hari Jumat dan Sabtu. Pada acara open house ini, Rektor dan para wakil rektor memberikan kesempatan kepada seluruh civitas akademika untuk bertanya dan menyampaikan keluhan dan masukan-masukan atas semua kegiatan universitas. Rektor beserta staf memberikan penjelasan-penjelasan terkait dengan keluhan-keluhan yang diutarakan oleh peserta open house. Dari sisi university governance, open house merupakan salah satu bentuk pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas, yaitu kemampuan pimpinan Universitas Mahasaraswati untuk memberikan jawaban atau penjelasan secara terbuka tentang aktivitas universitas. Sedangkan dari sisi Tri Hita Karana, open house merupakan perwujudan dimensi pawongan, yaitu menjaga harmonisasi hubungan antara manusia dengan manusia. Manfaat dari acara open house ini adalah mengurangi kemungkinan terjadinya konflik. Meskipun konflik tidak selalu dapat sepenuhnya diselesaikan, tapi sering ada beberapa ruang untuk pengelolaan konflik, sehingga suasana kerja yang kondusif tetap terjaga dengan baik.

(16)

168

Tuhan (parhyangan), hubungan antara sesama manusia (pawongan) dan hubungan antara manusia dengan alam semesta (palemahan). Unsur masyarakat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial universitas memiliki keterkaitan dengan dimensi pawongan. Unsur alam dan lingkungan memiliki kaitan dengan dimensi palemahan. Akan tetapi, unsur alam dan lingkungan (palemahan) maupun unsur masyarakat (pawongan) akan selalu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya (parhyangan). Jadi, dapat dikatakan bahwa konsep tanggung jawab sosial universitas merupakan perwujudan keharmonisan hubungan dalam konsep Tri Hita Karana yang dimiliki oleh masyarakat Bali. Melaksanakan program tanggung jawab sosial universitas secara berkelanjutan (suistanable) memiliki dampak yang positif dan manfaat yang lebih besar, baik kepada universitas maupun para stakeholder terkait. Program tanggung jawab sosial universitas yang berkelanjutan diharapkan dapat membentuk kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, mandiri, dan lingkungan sekitar juga tetap terjaga kelestariannya.

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas menunjukkan bahwa konsep Tri Hita Karana yang dijadikan sebagai core values di Universitas Mahasaraswati dapat dijadikan sebagai landasan di dalam melaksanakan prinsip-prinsip

Gambar

Gambar 5.1. menunjukkan skema lokasi tempat suci yang ada di kampus
Gambar 5.1.: lokasi tempat suci di kampus
Gambar 5.2.: Implementasi Prinsip-Prinsip University Governance  Berlandaskan Nilai-Nilai Tri Hita Karana

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, metode komparasi digunakan untuk membandingkan pemikiran Hamdani Bakran Adz- Dzakiey tentang Prophetic Intelligence (kecerdasan kenabian) dengan buku

Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga dan berasal dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,

[r]

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

[r]

Penggunaan stilistika sastra metonimia dalam novel-novel karya Arafat Nur-novel karya Arafat Nur menggunakan bentuk kalimat yang sepadan dengan nama-nama yang unik terhadap

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah