• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Transaksi Non Tunai: pengujian Theory of Interpersonal Behaviour T2 912014021 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Transaksi Non Tunai: pengujian Theory of Interpersonal Behaviour T2 912014021 BAB IV"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan salah satu teknik Non-Probability Sampling, yaitu purposive sampling. Sampel yang diambil adalah nasabah bank umum dan paling tidak memiliki satu produk alat pembayaran non tunai yang dikeluarkan oleh bank. Dengan kriteria pengambilan sampel tersebut maka diperoleh data sebesar 155 responden.

Tabel 4.1. Deskripsi Karakterisistik Nasabah Bank Umum

Karakteristik Jumlah Responden

Persentase (%)

A. Usia (Tahun)

20 – 25 26 – 30 31 – 35 36 – 40 > 40

30

70

23

29

3

19,4 45,2 14,8 18,7 1,9 Jumlah 155 100,0 B. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 70

85

(2)

SMP SMA D3 S1

Pasca sarjana

4 16 17 112 6

2,6 10,3 11,0 72,3 3,9

Jumlah 155 100,0 D. Pekerjaan

Wiraswasta Karyawan Swasta PNS

35 62 58`

22,6 40,0 37,4

Jumlah 155 100,0

Sumber:Data Primer, 2016.

(3)

Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pengguna alat pembayaran non tunai terbanyak adalah karyawan swasta yaitu sebesar 40%. Namun demikian di DKI Jakarta, pengguna alat pembayaran non tunai relatif merata dari 3 profesi yaitu Wiraswasta (22,6%), Karyawan Swasta (40%), dan PNS (37,4%). Penggunaan alat pembayaran non tunai oleh para wiraswasta dapat menjadi indikasi bahwa transaksi/perdagangan yang dilakukan oleh individu yang pendapatannya tidak berasal dari gaji tetap dari sebuah perusahaan, telah menggunakan cara non tunai. Sedangkan untuk profesi karyawan swasta dan PNS dinilai menggunakan alat transaksi non tunai dikarenakan sistem penggajian yang melalui Bank.

(4)

4.2. Uji Kualitas Instrumen

Uji Validitas

Data dengan sampel sebesar 155 responden dilakukan uji validas terlebih dahulu. Pengujian validitas dilakukan menggunakana confirmatory factor analysis (CFA). Pengujian validitas yang menurut Sekaran (2006) bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pengujian validitas dilakukan menggunakana confirmatory factor analysis (CFA). Menurut Hair et. al. (1998), factor loading ≥ 0,50 dianggap signifikan.

Pada penelitian ini variabel yang diteliti sebanyak tujuh variabel, yaitu Attitude (AT), Social Factor (SF), Affect Emosional (AF), Intention (I), Frequency Of Post Behavior ( EP), Habits (H) dan Facilitating Condition (FC). Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini.

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Dengan Analisis Faktor.

Estimate

AT3 <--- AT .828

AT2 <--- AT .835

AT1 <--- AT .896

SF3 <--- SF .740

(5)

Estimate

AF3 <--- AF .843

AF2 <--- AF .735

AF1 <--- AF .945

FP3 <--- FP .751

FP2 <--- FP .820

FP1 <--- FP .842

I1 <--- IN .794

I2 <--- IN .818

I3 <--- IN .857

FC1 <--- FC .822

FC2 <--- FC .841

FC3 <--- FC .844

FC4 <--- FC .836

FC5 <--- FC .860

B1 <--- B .727

B2 <--- B .798

B3 <--- B .773

H3 <--- H .841

H2 <--- H .882

H1 <--- H .845

SF4 <--- SF .759

SF1 <--- SF .928

Sumber:Data Primer, 2016

(6)

Uji Reliabilitas.

Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi item-item pertanyaan yang digunakan. Untuk mengukur reliabilitas dari instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha masing-masing variabel sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Attitude 0,925 Reliabel

Social Factor 0,727 Reliabel

Affect Emosional 0,896 Reliabel

Intention 0,850 Reliabel

Frequency Of Post Behavior

0,837 Reliabel

Habits 0,882 Reliabel

Facilitating Condition 0,925 Reliabel

Behavior 0.819 Reliabel

Sumber: Data primer yang diolah, 2016.

(7)

alpha 0,8 – 1,0 yang berarti reliabilitas tersebut dikatakan sudah baik ( Sekaran, 2003)

4.3. Analisis Statistik Deskriptif

(8)

Tabel 4.4. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Indikator Empirik Min Max Mean Std.Dev A.Behaviour

1. Transaksi non tunai mendukung

profesi/pekerjaan

2 5 3.73 0.792

2. Menggunakan alat pembayaran non tunai membuat saya merasa lebih aman.

2 5 3.70 0.833

3. Dengan alat pembayaran non tunai, proses pembayaran yang saya lakukan menjadi lebih

cepat /

mempersingkat waktu.

2 5 3.81 0.739

Rata-rata Behaviour 2 5 3.75 0.788 B. Attitude

1. Transaksi non tunai meningkatkan

kemampuan pengelola keuangan

2 5 3.73 0.863

2. Penggunaan alat pembayaran non tunai mempermudah

keputusan jual-beli

2 5 3.73 0.816

3. Penggunaan alat pembayaran non tunai lebih disukai oleh kerabat/keluarga .

2 5 3.66 0.841

Rata-rata Attitude 2 5 3.71 0.840 C. Social Factor

1. Pemerintah daerah

maupun pusat

mengeluarkan

peraturan yang mendorong

penggunaan transaksi non tunai.

(9)

2. Penggunaan transaksi non tunai disarankan oleh kerabat/keluarga

2 5 3.70 0.854

3. Penggunaan transaksi non tunai disarankan

oleh rekan

kerja/atasan tempat saya bekerja.

2 5 3.75 0.848

4 Transaksi non-tunai disarankan oleh komunitas

(bergabung).

2 5 3.68 0.820

Rata-rata Social Factor 2 5 3.68 0.847 D. Affect Emosional.

1. Merasa, menggunakan alat pembayaran non tunai menimbulkan rasa praktis.

2 5 3.77 0.849

2. Merasa, menggunakan alat pembayaran non tunai menimbulkan rasa tenang karena dapat mentransfer uang sewaktu-waktu ke keluarga/kerabat pada saat darurat.

2 5 3.76 0.806

3. Merasa, menggunakan alat pembayaran non

tunai tidak

menimbulkan kekhawatiran.

2 5 3.75 0.792

Rata-rata Affect Emosional

2 5 3.76 0.816

D. Intention

1. Saya berkeinginan menggunakan alat transaksi non tunai dalam kehidupan sehari-hari.

2 5 3.85 0.851

2. Saya lebih berminat menggunakan alat transaksi non tunai

(10)

ketika ada pilihan untuk bertransaksi tunai atau non tunai. 3. Berusaha

menggunakan alat pembayaran non tunai jika ada kebutuhan yang dimungkinkan untuk dibayar secara non tunai.

2 5 3.79 0.858

Rata-rata Intention 2 5 3.84 0.853 E. Frequency of post behavior

1. Saya sering menggunakan alat transaksi non tunai dalam kehidupan sehari-hari

2 5 3.62 0.955

2. Saya sering menggunakan alat transaksi non tunai ketika ada pilihan untuk bertransaksi tunai atau non tunai

2 5 3.59 0.812

3 Saya sering

menggunakan alat pembayaran non tunai jika ada kebutuhan yang dimungkinkan untuk dibayar secara non tunai.

2 5 3.55 0.831

Rata-rata Frequency of post behavior

2 5 3.59 0.866

F. Habits

1 Setiap melakukan pembayaran, saya mengutamakan

penggunaan alat pembayaran non tunai (kartu debit, kredit, e-money, dsb.).

2 5 3.66 0.792

2. Saya selalu menggunakan alat

(11)

pembayaran non tunai ketika ada pilihan untuk bertransaksi tunai atau non tunai 3. Saya selalu

menyiapkan alat pembayaran non tunai (kartu debit, kredit, e-money, dsb.) saat menuju tempat pembayaran/kasir yang memungkinkan untuk bertransaksi non tunai.

2 5 3.65 0.787

`Rata-rata Habits 2 5 3.62 0.808 G. Facilitating Condition

1. Ketersediaan alat pembayaran non tunai (kartu debit, kredit, e-money, dsb.) dapat

saya temui

dilingkungan sekitar

2 5 3.57 0.720

2. Ketika saya melakukan transaksi non tunai , jaringan komunikasi yang tersedia stabil.

2 5 3.53 0.792

3. Saya dapat memiliki alat pembayaran non tunai (kartu debit, kredit, e-money, dsb.) dengan syarat dan biaya yang relatife

mudah untuk

dipenuhi.

2 5 3.48 0.759

4. Saya dapat

menggunakan alat transaksi non tunai (kartu debit, kredit, e-money, dsb.) yang saya miliki dengan mudah.

(12)

5. Ketika saya melakukan transaksi non tunai , tidak terkendala jaringan system dari pihak Bank.

2 5 3.62 0.808

Rata-rata Facilitating Condition

2 5 3.55 0.772

Sumber:Data primer, 2016.

Berdasarkan tabel 4.4. mengenai data statistik deskriptif menunjukkan nilai mean atau rata-rata keseluruhan item variabel behaviour adalah sebesar 3,75 nilai tersebut terletak pada interval jawaban 3,41-4,20 yang berarti sebagian responden memiliki behaviour yang tinggi. Dari tiga item tersebut yang paling dominan atau mempunyai nilai mean tertinggi adalah item nomor 3 yaitu sebesar 3,81 yang berarti sebagian besar responden setuju tentang penggunaan alat pembayaran non tunai dipilih karena pengguna secara sadar mengerti bahwa dengan menggunakan alat pembayaran non tunai, proses pembayaran yang saya lakukan menjadi lebih cepat.

(13)

pengguna memiliki kemampuan yang lebih untuk mengelola keuangan pribadi, dan lebih mudah dalam pengambilan keputusan jual beli saat menggunakan alat transaksi non tunai. Hal tersebut yang mendorong individu untuk menggunakan alat transaksi non tunai.

Nilai rata-rata secara keseluruhan item pada social faktor sebesar 3,71, nilai tersebut terletak pada interval jawaban 3,41-4,20 yang berarti sebagian responden memiliki social faktor yang tinggi. Dari keempat item tersebut yang paling dominan atau mempunyai nilai mean tertinggi adalah item nomor 3 yaitu sebesar 3,75 yang berarti sebagian besar responden setuju dan mengharapkan penggunaan transaksi non tunai disarankan oleh rekan kerja/atasan tempat responden bekerja.

(14)

Variabel intention mempunyai nilai rata-rata keseluruhan item sebesar 3,84, nilai tersebut terletak pada interval jawaban 3,41-4,20 yang berarti sebagian responden memiliki intention yang tinggi. Dari ketiga item tersebut yang paling dominan atau mempunyai nilai mean tertinggi adalah item nomor 2 yaitu sebesar 3,87 yang berarti sebagian besar responden setuju dan lebih berminat menggunakan alat transaksi non tunai.

Variabel frequency of post behavior mempunyai nilai rata-rata keseluruhan item sebesar 3,59, nilai tersebut terletak pada interval jawaban 3,41-4,20 yang berarti sebagian responden memiliki frequency of post behavior yang tinggi. Dari ketiga item yang terdapat pada variabel tersebut mempunyai nilai rata-rata paling dominan adalah item 1 sebesar 3,62 yang berarti responden sering menggunakan alat transaksi non tunai dalam kehidupan sehari-hari.

(15)

Variabel facilitating condition smempunyai nilai rata keseluruhan item sebesar 3,55 nilai rata-rata variabel-variabel tersebut yang terletak pada interval jawaban 3,41-4,20 yang tinggi. Adapun kelima item facilitating condition yang paling dominan pada item nomor 5 yang berarti responden merasa bahwa tidak terkendala pada jaringan system dari pihak Bank ketika melakukan transaksi non tunai.

4.4. Uji Asumsi-Asumsi Structural Equation Model.

(16)

+ 2,58 maka data dapat dikatakan normal. Berikut hasil uji normalitas data:

Tabel 4.5. Assessment of Normality

Var Min max Skew c.r. kurtosis c.r.

H1 2.00 0

5.00

0 -.039 -.198 -.492 -1.250

H2 2.00 0

5.00

0 .065 .333 -.628 -1.597

H3 2.00 0

5.00

0 -.166 -.843 -.369 -.937

B3 2.00 0

5.00

0 -.161 -.818 -.308 -.782

B2 2.00 0

5.00

0 -.198

-1.008 -.504 -1.281

B1 2.00 0

5.00

0 -.188 -.958 -.393 -.998

IN1 60.0 00

375.

000 .128 .650 .006 .015 FC

5

2.00 0

5.00

0 -.094 -.479 -.474 -1.206 FC

4

2.00 0

5.00

0 .102 .518 -.457 -1.162 FC

3

2.00 0

5.00

0 .278 1.414 -.326 -.829 FC

2

2.00 0

5.00

0 .180 .913 -.466 -1.185 FC

1

2.00 0

5.00

0 .210 1.066 -.366 -.930

I3 2.00 0

5.00

0 -.210

-1.069 -.663 -1.685

I2 2.00 0

5.00

0 -.323

-1.643 -.564 -1.435

I1 2.00 0

5.00

0 -.410

-2.084 -.397 -1.008

FP1 2.00 0

5.00

0 -.209

(17)

Var Min max Skew c.r. kurtosis c.r.

FP2 2.00 0

5.00

0 -.210

-1.067 -.430 -1.093

FP3 2.00 0

5.00

0 -.018 -.091 -.556 -1.412

SF4 2.00 0

5.00

0 -.141 -.717 -.508 -1.290 AF

1

2.00 0

5.00

0 -.127 -.646 -.717 -1.822 AF

2

2.00 0

5.00

0 .010 .053 -.728 -1.851 AF

3

2.00 0

5.00

0 -.087 -.440 -.544 -1.383

SF1 2.00 0

5.00

0 -.221

-1.124 -.605 -1.537

SF2 2.00 0

5.00

0 -.083 -.421 -.691 -1.756

SF3 2.00 0

5.00

0 -.345

-1.756 -.421 -1.070

AT1 2.00 0

5.00

0 -.241

-1.224 -.582 -1.479

AT2 2.00 0

5.00

0 -.257

-1.309 -.400 -1.016

AT3 2.00 0

5.00

0 -.209

-1.065 -.511 -1.299 Mul

tiva r

2.312 .351

Sumber:Data Primer, 2016.

(18)

multivariare (bersama-sama) sebaran data pada variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2005).

Penilaian Kriteria Goodness of Fit Indices Full Structural Model

Penilaian kriteria Goodness of Fit Indices Full Structural Model dilakukan untuk menguji kesesuaian struktur model sehingga penelitian ini sah dilakukan karena modelnya telah sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam validitas model SEM (Structural Equation Model). Hasil uji kesesuian model dalam penelitian ini secara lengkap sebagai berikut:

(19)

Rangkuman hasil pengujian akan diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6. Hasil Goodness of fit Model Pengukuran Indeks

Model goodness of fit

Cut-off Value

Hasil Model

Evaluasi Model

chi-square Mendekati

0 735,775 Marginal

Probabilitas ≥ 0,05 0,000 Buruk

CMIN/DF ≤ 2,00 2,278 Buruk

GFI ≥0,90 0,768 Marginal

RMSEA ≤ 0,08 0,091 Buruk

AGFI ≥ 0,90 0,709 Marginal

TLI ≥0,90 0,876 Marginal

CFI ≥ 0,90 0,894 Baik

Sumber: Data Primer, 2016.

(20)

dari indikator variabel. Hasil modifikasi model sebagai berikut:

Gambar 4.2. Model Persamaan Struktural (SEM) Modifikasi

(21)

Tabel 4.7. Hasil Goodness of fit Model Pengukuran Modifikasi

Indeks Model goodness

of fit

Cut-off Value

Hasil Model

Evaluasi Model

chi-square Mendekati

0 392,882 Marginal

Probabilitas ≥ 0,05 0,000 Tidak Fit

CMIN/DF ≤ 2,00 1,305 Baik

GFI ≥0,90 0,869 Reasonable

RMSEA ≤ 0,08 0,045 Baik

AGFI ≥ 0,90 0,809 Reasonable

TLI ≥0,95 0,969 Baik

CFI ≥ 0,95 0,975 Baik

Sumber: Data Primer, 2016.

Berdasarkan tabel 4.7 hasil yang didapat adalah:

a. X2 Chi Square statistik, model yang akan diuji

akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ2

(22)

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Aproximation) adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai RMSEA sebesar 0,045. sehingga penelitian dapat diterima.

c. GFI (Goodness of Fit Index), indeks ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matrik kovarian sampel yang dijelaskan oleh matrik kovarian populasi yang terestimasi. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila GFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. Dari hasil penelitian dihasilkan GFI sebesar 0,858 sehingga data penelitian reasonable atau dapat dipertimbangkan seperti yang diungkapkan oleh Joreskog dan Sorbam (1984) dalam Imam Ghozali (2004).

(23)

model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. Dari hasil penelitian dihasilkan nilai AGFI sebesar 0.809 yang berarti model reasonable. e. TLI (Tucker Lewis Index), TLI adalah sebuah

alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan lebih besar atau sama dengan 0,90. Dari tabel IV.3 nilai TLI sebesar 0,969 yang berarti tingkat penerimaan yang baik.

f. CFI (Comparative Fit Index), besaran indeks ini adalah rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1 mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi. Sedangkan hasil perhitungan menunjukkan nilai CFI sebesar 0,975, yang berarti model dapat diterima.

4.5. Uji Kausalitas Model

(24)

dari Attitude, Social Factor, dan Affect Emosional terhadap Intention. Selanjutnya dilakukan pengujian kausalitas untuk mengetahui Attitude, Social Factor, Affect Emosional, Frequency of post behavior, Habits, Facilitating Conditions dan Behavior saling berpengaruh. Adapun hasil perhitungannya disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8. Evaluasi Bobot Regresi Uji Kausalitas Esti

mat e

C.R .

P Labe

l Intentio n Intentio n <-- <-- Attitude Sosial Factor 0.12 1 0.04 6 3.54 7 2.08 4 0.000 0.037 *** ** Intentio n

<-- Affect 0.06 8

2.83 3

0.005 *

Behavio ur

<-- Intention 2.03 4

3.21 6

0.001 **

Habits <-- Frequency of past behavior 0.95 2 9.42 5

0.000 ***

Behavio r

<-- Habits -0.18 4

-1.21 6

0.002 **

Interaks i

<-- Facilitating Condition -1.08 2 -9.89 5

0.000 ***

(25)

Pada tabel 4.8. uji statistik dilakukan dengan mengamati tingkat signifikansi hubungan antar variabel yang ditunjukkan oleh C.R yang identik dengan uji-t dalam regresi dan nilai probabilitasnya (P). Penjelasan lebih lanjut analisis evaluasi bobot regresi tersebut dapat diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel attitude mempengaruhi secara signifikan positif pada intention karena nilai probabilitas = 0.000 < 0,01. Maka hipotesis pertama H1 : Sikap (Attitude) berpengaruh signifikan positif pada minat (Intention) terhadap transaksi non tunai dapat diterima. b. Variabel Social Factor mempengaruhi secara

signifikan pada intention karena nilai probabilitas =0.037 < 0,05. Maka hipotesis kedua H2 : Faktor lingkungan sosial (Social Factors) berpengaruh signifikan positif pada minat (Intention) terhadap transaksi non tunai dapat diterima.

(26)

d. Variabel Intention mempengaruhi secara signifikan pada respon/perilaki (Behaviour) karena nilai probabilitas =0.001 < 0,05. Maka hipotesis keempat H4 : Minat (Intention) berpengaruh signifikan positif pada respon/perilaku (Behaviour) masyarakat terhadap transaksi non tunai dapat diterima. e. Variabel Frequency of Past Behaviour

mempengaruhi secara signifikan pada kebiasaan (habits) karena nilai probabilitas=0,000 < 0.01. Maka hipotesis kelima H5: Perilaku yang dilakukan secara berulang (Frequency of Past Behaviour) berpengaruh signifikan pada pembentukan kebiasaan (habit) dapat diterima.

f. Variabel kebiasaan (habits) berpengaruh signifikan terhadap variabel behaviour karena nilai probabilitas = 0,002 > 0.05, sehingga hipotesis ke enam H6: Kebiasaan dapat berpengaruh signifikan positif langsung dalam membentuk perilaku bertransaksi non tunai, dapat diterima.

(27)

membentuk perilaku bertransaksi non tunai tidak dapat diterima.

h. Variabel ketersediaan fasilitas yang membantu (Facilitating Condition) mempengaruhi secara signifikan terhadap interaksi dengan Behaviour karena nilai probabilitas =0,000 < 0,01. Maka hipotesis H7: Ketersediaan fasilitas yang membantu (Facilitating Condition) memberikan memberikan pengaruh signifikan positif dalam proses pengambilan keputusan perilaku transaksi non tunai dapat diterima.

4.6. Pembahasan

(28)

Ajzen (1991) juga menyatakan bahwa sikap adalah tingkat dimana individu memiliki evaluasi yang positif/negatif terhadap suatu perilaku tertentu, sehingga sikap terhadap suatu perilaku (attitude toward behavior) ditentukan oleh keyakinan terhadap suatu perilaku (behavior beliefs) dan biaya atau keuntungan dari perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Tingkat pendidikan dinilai juga ikut membantu masyarakat dalam menentukan biaya atau keuntungan yang diperoleh dalam sebuah perilaku seperti yang dikemukakan Ajzen tersebut, mengingat 72,3% responden memiliki pendidikan terakhir tingkat sarjana. Selain ditentukan oleh biaya atau keuntungan yang diperoleh, sikap juga termasuk perasaan tentang sesuatu yang ingin dicapai dari perilaku yang dia lakukan (Sharma et. al., 2003). Sampel pengguna jasa keuangan perbankan di DKI Jakarta menunjukkan pandangan dan sikap masyarakat yang mendukung profesi/pekerjaan dengan transaksi non tunai pembayaran menjadi lebih cepat, meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan dan mempermudah keputusan jual beli.

(29)

Cashless Society merujuk pada gaya hidup masyarakat yang cenderung untuk melakukan transaksi keuangan sehari-hari secara non-tunai karena gaya hidup yang menganggap trend dalam sebuah komunitas sebagai hal yang penting untuk diikuti, juga mempengaruhi minat masyarakat terhadap era non tunai. Seperti yang telah diungkapkan oleh Karaiskos et. al., (2012) bahwa faktor lingkungan sosial (Social Factors) merepresentasikan kepercayaan yang berifat normatif dari seorang individu. Gaya hidup tersebut tidak hanya terbatas pada pekerja swasta saja, melainkan juga mencakup pada Pegawai Negeri Sipil, mengingat jumlah responden untuk tiap-tiap pekerjaan tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Triandis (1980) menjelaskan bahwa social factors berakar pada persetujuan interpersonal dari seorang individu terhadap komunitas yang dianutnya dalam sebuah lingkungan sosial tertentu.

(30)

Affect adalah respon emosional secara langsung pada sebuah pemikiran tentang perilaku tertentu. Respon emosional tersebut digambarkan sebagai perasaan kesuka citaan, kerelaan, kebersediaan, atau kebalikannya (Triandis, 1980). Responden yang ada menunjukkan bahwa respon emosional tersebut tidak tergantung pada gender. Mengingat persentase jumlah responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 54,8% tidak jauh berbeda dengan jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu 45,2%.

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa minat (Intention) berpengaruh signifikan pada respon/perilaku (Behaviour) masyarakat terhadap transaksi non tunai. Dalam hal ini bahwa masyarakat pengguna jasa keuangan DKI Jakarta sudah mempunyai minat dan merespon adanya transaksi non tunai, dengan kata lain, semakin besar minat seorang individu untuk terlibat dalam suatu perilaku, semakin besar kecenderungan ia untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut. Menurut Shrestha et al, (2012) dalam penelitiannya di Oregon mengartikan bahwa minat (intention) sebagai rencana sadar atau keputusan yang diambil oleh seorang individu untuk menunjukkan suatu perilaku.

(31)

terbukti. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan secara berulang dapat membentuk kebiasaan pada transaksi non tunai. Bamberg of Schmidt (2003) menjelaskan sebagai perilaku yang dilakukan secara berulang, yang tidak disadari membentuk sebuah kebiasaan (habit) seorang individu. Sejalan dengan penjelasan Moody & Siponen (2013) bahwa perilaku yang dilakukan secara berulang dan sering, dapat menjadi suatu hal yang otomatis.

Pada penelitian ini juga terbukti bahwa kebiasaan (habits) seorang individu untuk bertransaksi non tunai dapat memperkuat pembentukan perilaku seseorang untuk bertransaksi non tunai. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Triandis (1980) menegaskan bahwa habit adalah perilaku yang sudah terotomasi pada situasi yang telah tersedia. Sehingga habit dapat membentuk sebuah perilaku secara langsung dan perlu proses pembangunan minat terlebih dahulu.

(32)

Gambar

Tabel 4.1. Deskripsi Karakterisistik Nasabah Bank
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Dengan Analisis
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa semua
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial

Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing

Pf,MENANC LELANG!. Nt6a

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

MALANG - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kini ditunjuk sebagai penyelenggara program pendidikan guru dalam jabatan.. Misinya

Pada hari ini, Rabu tanggal Dua Puluh Dua bulan Mei tahun Dua Ribu Tiga Belas , telah dilaksanakan Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) secara on-line pada lpse Kabupaten

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah