• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembagian Warisan (Anak Angkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembagian Warisan (Anak Angkat)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Pembagian Warisan (Anak Angkat)

PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan Dari:

Octora Anggono, Jl. Lapan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur (disidangkan pada hari Jum’at, 17 Zulhijjah 1430 H / 4 Desember 2009)

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Pak ustadz yang dirahmati Allah, ayah saya meninggal dunia lebaran kemarin, sebagai anak laki-laki apa yang harus saya lakukan untuk keluarga pasca meninggalnya ayah saya. Ayah saya meninggalkan :

· 1 orang istri (ibu tiri) dan

· 1 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan (sekandung) · 1 orang anak perempuan satu bapak lain ibu

· ibu sekarang (ibu tiri) tidak mempunyai anak, yang ada 1 orang anak angkat (keponakan ibu tiri)

Yang ingin saya tanyakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembagian warisnya menurut Islam, pak Ustadz?

2. Siapa saja yang berhak mendapatkan warisan, berapa bagiannya dan kapan harus dibagikan warisan tersebut?

3. Harta apa saja yang menjadi warisan? Misal: rumah, motor dll.

4. Apakah uang duka dari kantor, uang dari taspen, dan sumbangan dari koperasi termasuk harta waris yang harus dibagikan?

5. Bila ada pihak yang tidak setuju dengan pembagian cara Islam apa yang harus saya lakukan? (misalnya ibu tiri saya tidak mau membagi harta warisan).

Mohon informasinya dan bimbingannya menurut syariat Islam.

Jawaban:

Perlu diketahui, bahwa sebelum harta warisan dibagikan, terlebih dahulu ahli waris harus menunaikan kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

1. Melaksanakan tajhizul-janazah (perawatan jenazah), artinya melaksanakan keperluan bagi orang yang meninggal, seperti biaya perawatan di rumah sakit, pembelian kain kafan, pemakaman dan sebagainya.

2. Melunasi hutang-hutangnya jika ada, baik hutang kepada Allah seperti zakat atau nadzar yang belum ditunaikan maupun hutang kepada sesama manusia.

3. Melaksanakan wasiat si mayit jika dia berwasiat, yaitu maksimal sepertiga dari hartanya.

(2)

1. Harta bawaan, yaitu harta yang diperoleh atau dimiliki sebelum perkawinan dan harta yang diperoleh sebagai hadiah dan warisan.

2. Separuh harta bersama (harta gono-gini) yaitu harta yang diperoleh oleh keduanya (suami-isteri) pada waktu si mayit masih hidup, seperdua untuk suami (untuk diwariskan) dan seperdua untuk isteri. Ketentuan ini didasarkan kepada pasal 96 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang berbunyi: “Apabila terjadi cerai mati maka separoh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama”.

Setelah semua itu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, maka barulah harta warisan dibagikan.

Allah SWT dalam al-Qur’an surat an-Nisa (4) ayat 11 dan 12 berfirman:

Artinya: “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka) untuk anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan.” [QS. an-Nisa’ (4): 11]

Artinya: “Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak, jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.” [QS. an-Nisa’ (4): 12]

Rasulullah saw juga telah bersabda dalam sebuah hadis:

Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: Berikanlah harta warismu kepada orang yang berhak, jika masih sisa, maka harta itu untuk keluarga lelaki terdekat”. [Muttafaqun „Alaih]

Dari dua ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa istri mendapat seperdelapan bagian harta warisan jika mempunyai anak, dan jika tidak mempunyai anak, isteri mendapat seperempat bagian. Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing mendapatkan satu bagian baik itu yang sekandung atau yang seayah dari harta warisan. Sedangkan anak angkat tidak mendapatkan bagian dari harta warisan, karena anak angkat dalam Islam tidak sama dengan anak kandung. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:

-

(3)

mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka) sebagai saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu, dan tidak ada dosa atasmu terdapat apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [QS. al-Ahzab (33): 4-5]

Namun demikian, anak angkat dapat menerima bagian harta dari si mayit, yaitu melalui cara wasiat apabila semasa hidupnya si mayit pernah berwasiat. Apabila tidak pernah, maka anak angkat berhak atas wasiat wajibah yang besarnya maksimal 1/3 harta warisan, dihitung bersama wasiat-wasiat lain jika ada. Hal ini seperti tersebut di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 209 ayat (2): “Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta warisan orang tua angkatnya”. Bagian anak angkat ini diberikan sebelum dilakukan pembagian warisan, bersamaan dengan penunaian wasiat-wasiat lain.

Cara Pembagian Warisan

Untuk mempermudah pembagian, terlebih dahulu akan dibuat diagram hubungan si mayit dengan para ahli waris dan contoh perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

A = Ayah telah meninggal dunia (si mayit) B = Ibu telah meninggal dunia lebih dahulu

C = Istri kedua ayah (ibu tiri pertama, telah meninggal dunia lebih dahulu) D = Istri ketiga ayah sekarang (ibu tiri kedua)

E = Anak laki-laki sekandung F = Anak perempuan sekandung G = Anak perempuan seayah

H = Anak angkat dari ibu tiri sekarang (keponakannya), bukan termasuk ahli waris

(4)

perawatan jenazah, membayar hutang, wasiat dan pembagian gono-gini, diperhitungkan misalnya sebesar Rp 800.000.000,-.

Istri ketiga (D) mendapatkan 1/8 (karena mempunyai anak), dan sisanya adalah 7/8 untuk ashabah, yaitu satu anak laki-laki (E) dan dua anak perempuan (F) dan (G). Dengan demikian cara perhitungannya adalah:

· Bagian Istri ketiga (D) adalah 1/8 x Rp 800.000.000,- = Rp 100.000.000,-

· Bagian 3 orang anak (E), (F) dan (G) adalah 7/8 x Rp 800.000.000, = Rp 700.000.000,- · Bagian 1 orang anak laki-laki (E) adalah 2/4 x Rp 700.000.000,- = Rp 350.000.000,-

· Bagian 2 orang anak perempuan (F) dan (G) adalah 2/4 x Rp 700.000.000,- = Rp 350.000.000,-

· Bagian masing-masing anak perempuan adalah ½ x Rp 350.000.000,- = Rp 175.000.000,-

Demikianlah tatacara pembagian waris yang dapat kami sampaikan, semoga dapat dipraktikkan dan bermanfaat.

Wallahu a‟lam bish-shawab. *putm)

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan ini cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang bersifat kurang tegas artinya keputusan kebijakan pemimpin (waroeng) masih dipengaruhi oleh karyawan yang

Hukuman dalam bentuk bimbingan jasmani dapat diterapkan dalam proses kependidikan karena di dalam melakukan hukuman tidak didasarkan atas paksaan atau kekerasan

Hal ini membuktikan bahwa semakin baik pengalaman merek online yang didapatkan konsumen ketika berinteraksi dengan suatu produk atau jasa dari merek tertentu maka semakin

a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri; b. memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan wilayah; c. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan

Syarat ini terkait dengan para pihak yang berakad, objek akad dan upah. syarat sah ijārah diantaranya sebagai berikut:.. 1) Adanya unsur kerelaan dari kedua belah pihak yang

Walikota Tegal, Akuisisi Aetra Air, Kekerasan terhadap Muslim Rohingya, Kinerja Indonesia AirAsia, Divestasi Saham PT Freeport, Pilpres 2019, Pilkada 2018, Dana Parpol dan Hak

Praktik Pengalaman Lapangan adalah kegiatan intra kurikuler yang wajib diikuti oleh mahasiswa Program Kependidikan Universitas Negeri Semarang, sebagai pelatihan untuk

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peserta didik yang tuntas pembelajaran, dari prasiklus sebanyak 6 orang (25%) mejadi 15 siswa tuntas pada siklus I (62,5%) dan pada