• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMBAGIAN HARTA WARISAN

N/A
N/A
CBD Adira Finance Pelaihari

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PEMBAGIAN HARTA WARISAN"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Alm H.ABDURRAHIM

Suami (2009)

Alm HJ. ZAIMAH Istri (2011)

NOR MA’RIFAH Anak Ke-1

NOOR FITRIAH Anak Ke-2

NOOR AINAH Anak Ke-3

FAIZAH Anak Ke-4

SAID Anak Ke-5

ANALISIS PEMBAGIAN HARTA WARISAN Oleh:

Noor Haliza (210102030299)

A. LATAR BELAKANG

Warisan adalah kajian yang berkaitan dengan masalah hibah karena itu berhubungan dengan harta benda dari pemberi harta sehingga bila pemberi harta hibah meninggal maka ia akan berganti menjadi seorang pewaris. Terhadap hal ini maka harta benda yang telah diberikan tersebut menjadi hitungan dalam suatu masalah kewarisan sehingga seorang anak penerima harta hibah pasti akan terlibat dalam masalah pembagian waris.

Dalam hukum waris telah ditentukan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, dan siapa-siapa yang berhak mendapatkan bagian harta warisan tersebut, berapa bagian mereka masing-masing, bagaimana ketentuan pembagiannya, serta diatur pula berbagai hal yang berhubungan dengan soal pembagian harta warisan. Hukum kewarisan yang berlaku di kalangan masyarakat Indonesia sampai saat masih bersifat Pluralistis, yang berarti dalam pembagian warisan ada yang tunduk kepada hukum waris dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata, hukum waris Islam dan hukum adat. Perbedaan pembagian warisan ini terjadi karena masyarakat Indonesia berbhineka yang terdiri dari beragam suku bangsa yang memiliki adat istiadat dan hukum adat yang beragam antar yang satu dengan yang lainnya berbeda, dan memiliki karakteristik tersendiri.

Perpindahan harta seseorang kepada orang lain dalam bentuk kewarisan, harus terpenuhi tiga hal pokok, yaitu adanya pewaris, ahli waris dan harta warisan. Pewaris adalah pemilik harta warisan, dan ahli waris adalah orang-orang yang akan menerima perpindahan harta warisan dari orang yang telah meninggal dunia. Sedangkan harta warisan adalah hak dan harta milik yang ditinggalkan oleh seseorang dengan sebab telah meninggal dunia.

Apabila ketiga hal pokok tersebut telah terpenuhi, maka secara otomatis perpindahan harta warisan orang yang telah meninggal dunia (pewaris) akan berpindah kepada para orang-orang yang masih hidup yang mempunyai hubungan sebab-sebab dan syarat-syarat kewarisan dengan bagian-bagian yang telah ditentukan atau ditetapkan dalam al-Quran.Walaupun syarat kematian atau meninggalnya

(2)

pewaris dipersyaratkan secara mutlak pembagian harta warisan dikatakan sebagai pembagian harta dalam bentuk kewarisan sebagaimana dijelaskan pada al-Quran dan sebagaimana yang diatur pada Pasal 171 huruf b Kompilasi Hukum Islam (KHI).

B. SILSILAH PEWARIS DAN AHLI WARIS

Keterangan: 1 Anak Laki-laki dan 4 Anak Perempuan

C. PEMBAGIAN HARTA WARIS Harta Warisan : Rp.40.000.000,- Asal Masalah : 6

ASHABAH SIHAM BAGIAN

1 Anak Laki (1/3) 2 Rp.13.333.333,-

4 Anak Perempuan (2/3) 4 Rp.26.666.667,-

Masing-masing mendapat Rp.6.666.667,- JUMLAH 6 Rp.40.000.000,-

D. ANALISIS PEMBAGIAN WARIS

Apabila dicermati, hukum waris Islam membagi ahli waris menjadi dua macam yaitu: (1) Ahli waris Nasabiyah yaitu ahli waris yang hubungan kekeluargaannya timbul karena ada hubungan darah. Maka sebab nasab menunjukkan hubungan kekeluargaan antara pewaris dengan ahli waris dan (2) Ahli waris sababiyah yaitu hubungan kewarisan yang timbul karena sebab perkawinan yang sah dan memerdekakan hamba sahaya atau karena perjanjian tolong menolong.

Adapun besar kecilnya bagian yang diterima bagi masing-masing ahli waris dapat dijabarkan sebagai berikut. Pembagian harta waris dalam Islam telah ditentukan dalam AlQur’an surat an-Nisa’ secara gamblang dan dapat disimpulkan bahwa ada 6 tipe persentase pembagian harta waris, yaitu ada pihak yang mendapatkan setengah

(3)

(1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam (1/6).

Mengenai surat al-Nisa’ ayat 11, Sayyid Quṭb memberikan penjelasannya dalam tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’an, tentang makna li ażżakari mislu ḥaẓẓ al-unṡayain, ketika seseorang meninggal dunia tidak memiliki ahli waris kecuali anak-anaknya saja, laki-laki dan perempuan, maka pewarisnya mengambil semua harta peninggalannya. Dengan prinsip 2:1 yakni anak laki-laki mendapatkan dua bagian dan anak perempuan mendapatkan satu bagian.

Menurut KHI Pasal 176 Anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separuh bagian, bila dua orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian, dan apabila anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki dua berbanding satu dengan anak perempuan.

Adapun dalam kasus ini terdiri dari 1 anak laki-laki (1/3) bagian sebesar Rp.13.333.333,- dan 4 anak Perempuan (2/3) sebesar Rp.26.666.667,- dengan masing- masing mendapat bagian sebesar Rp.6.666.667,-.

E. BUKTI PENCARIAN DATA

(4)

F. KESIMPULAN

Pembagian harta warisan ditinjau dari hukum Islam yaitu laki-laki dan perempuan sudah berbeda bagiannya yaitu laki-laki mendapat bagian dua dan perempuan mendapat bagian satu (2:1) Sebab laki-laki apabila dia menikah, maka harta warisan yang dia peroleh dari orang tuanya akan digunakan untuk membayar mahar dan menafkahi istri dan anaknya, sementara anak perempuan jika dia menikah, maka harta warisan yang diperoleh dari orang tuanya tidak terpakai karena dia mendapat nafkah dan mahar dari suaminya.

Referensi

Dokumen terkait

a) Mendapat 1/2 bagian dari harta warisan jika ia seorang saja serta tidak ada anak yang menjadikannya ahli waris asabah. b) Mendapat 2/3 bagian dari harta warisan jika apabila

Adapun sisanya untuk bagian anak-anak, yaitu satu anak laki-laki (bagiannya sama dengan bagian dua anak perempuan), sementara dua anak perempuan masing-masing

Ustadz: Bahwa didalam budaya adat suku Leuwerung itu memang hukum adat tentang pembagian harta warisan hanya sebagian kecil saja yang sesuai dengan syariat Islam

Terkait dengan pembagian warisan dimana laki-laki mendapat bagian lebih besar dibanding perempuan, mengenai jumlah bagian tersebut Muhammad Husain Fadhullah mengatakan

Kedudukan anak laki laki dan perempuan suku batak karo dalam sistem pembagian harta warisan dalam budaya adat pada masyarakat desa Manuk Mulia, sistem kekerabatan bersifat patrilineal

Kesimpulan Pertimbangan masyarakat Desa Bumi Mulya menerapkan pembagian warisan lebih banyak kepada laki-laki dibandingkan perempuan adalah atas dasar kesepakatan para ahli waris,

Deskripsi Use Case Diagram Hak Akses Admin Mengelola Data Hitung Pembagian Harta Warisan Hak Akses Fungsi Use Case Name Mengelola Data Hitung Pembagian Harta Warisan Requirements

Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk memberi hibah kepada kerabat yang hadir dalam pembagian harta warisan, meskipun mereka tidak termasuk ahli waris yang berhak