• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN PEMBAGIAN KEWARISAN TERHADAP PERKARA YANG DICABUT DI PENGADILAN AGAMA KELAS IA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN PEMBAGIAN KEWARISAN TERHADAP PERKARA YANG DICABUT DI PENGADILAN AGAMA KELAS IA PADANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

63 BAB IV

ANALISIS PENYELESAIAN PEMBAGIAN KEWARISAN TERHADAP PERKARA YANG DICABUT DI PENGADILAN AGAMA KELAS IA PADANG A. Cara Penyelesaian Pembagian Warisan dan Alasannya

Pada tahun 2014 ada beberapa pihak yang mengajukan gugatan atau permohonan penyelesaian kewarisan ke Pengadilan Agama Kelas IA Padang. Gugatan atau permohonan tersebut ada yang dicabut kembali oleh para pihak pada sidang pertama dan ada pula yang dicabut kembali oleh para pihak pada sidang ke tiga, alasan para pihak mencabut kembali adalah sebagai berikut:

1. Karena Mendengarkan nasehat majelis hakim untuk menyelesaikan perkaranya secara kekeluargaan. (Dwimazla atau Termohon 2016) 2. Para pihak menyatakan kesediaannya untuk menyelesaikan

masalahnya secara kekeluargaan setelah mendengarkan nesehat majelis hakim (Welda atau Pemohon 2017)

3. Bukti atau dokumen belum lengkap. (Shalfida atau Termohon 2017) 4. Setelah mendengarkan nasehat majelis hakim dalam persidangan para

pihak menyatakan mencabut kembali gugatannya dan menyelesaikan perkaranya secara kekeluargaan (Lisda atau Pemohon 2017)

Permohonan atau gugatan tersebut ada yang diajukan kembali karena ingin menyelesaikan pembagian warisannya melalui jalur hukum serta tidak mengetahui berapa bagian yang harus diterima untuk menghindari pertengkaran dan perselisihan, (Nelli atau Termohon 2016) dan ada yang tidak diajukan kembali oleh para pihak karena kesepakatan bersama untuk membagi warisannya secara kekeluargaan.

Cara penyelesaian pembagian kewarisan yang dilakukan oleh para pihak ini berdasarkan kesepakatan antara para pihak serta hukum adat yang berlaku di daerah masing-masing. Adapun pihak-pihak yang hadir dalam pembagian kewarisan tersebut adalah semua ahli waris serta disaksikan oleh keluarga kedua belah pihak dari pasangan suami dan

(2)

istri. Waktu pembagian warisan dilakukan pada hari ke 100 setelah pewaris meninggal dunia, sebelum harta tersebut dibagikan ada tahap-tahap yang dilakukan oleh ahli waris yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah jika pewaris mempunyai hutang maka ahli waris wajib membayarnya dari harta warisan.

2. Tahap kedua adalah harta bawaan dari pewaris harus dikembalikan kepada keluarga pewaris.

3. Tahap ketiganya adalah pembagian warisan. (Welda atau Pemohon 2017)

Harta bawaan seharusnya tidak dikembalikan kepada keluarga pewaris karena harta bawaan termasuk harta warisan sebagaimana terdapat dalam KHI Pasal 171 huruf (e) bahwa harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, baiya pengurusan jenazah (tahjiz), pembayaran utang dan pembarian untuk kerabat.

Harta warisan yang akan dibagi itu adalah harta pusaka rendah atau harta suami isteri yang diperoleh selama perkawinan berlangsung, sedangkan harta pusaka tinggi atau harta yang telah turun-temurun dari beberapa generasi, harta ini tidak dapat dibagi apalagi dijual tetap menjadi milik kerabat serta dikuasai oleh penghulu atau mamak kepala waris. Sebelum pembagian harta warisan dilakukan oleh para pihak harta tersebut dibagi dua dulu dikeluarkan harta bersamanya baru setelah itu harta warisan tersebut dibagi sesuai dengan bagian masing-masing ahli waris. Cara penyelesaian pembagian kewarisan yang dilakukan oleh para pihak tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyelesaian pembagian harta warisan perkara No. 0572/Pdt.G/2014/PA.Pdg yaitu keluarga Darmansyah meninggal dunia pada tahun 2013, dan meninggalkan ahli waris yaitu seorang isteri dan tiga anak perempuan. Pada tahun 2014 isteri pewaris mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama Padang, pemohon

(3)

(Asmaniar) dan termohon (Reuza, Rika, Riesi) telah hadir di persidangan dan majelis hakim mencoba menasehati dan mendamaikannya agar menyelesaikan perkaranya secara kekeluargaan. Bahwa atas nasehat majelis hakim tersebut kemudian pemohon menyatakan mencabut permohonanya secara lisan di persidangan, dan ingin menyelesaikan perkaranya secara kekeluargaan. Dalam Pembagian harta warisan dilakukan secara hukum atau aturan adat yang berlaku secara turun-temurun di daerah tersebut yaitu dibagi sama rata antara isteri dan tiga orang anak perempuan kandung dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris meskipun anak perempuan belum mengetahui berapa bagiannya, dalam pembagian seperti ini alasannya adalah karena berdasarkan konsep keadilan. Adapun harta warisan yang akan dibagi ialah tanah dengan luas kurang lebih 271 m (dua ratus tujuh pulh satu meter bujur sangkar), tanah dengan luas 64 m (enam puluh empat meter bujur sangkar) dan di atas tanah tersebur dibangun sebuah rumah, tanah beserta rumah tersebut ditaksir dengan harga kurang lebih 800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) (Dwimazla atau Termohon 2016)

2. Penyelesaian pembagian harta warisan perkara No. 0166/Pdt.G/2014/PA.Pdg yaitu keluarga Syahrul Rahman yang meninggal pada tahun 2014, meninggalkan ahli waris yaitu isteri sebagai pemohon penetapan ahli waris dan tiga orang anak kandung (dua orang perempuan dan satu laki-laki) serta ibu kandung pewaris. Dalam hal ini pemohon mencabut kembali permohonannya dengan alasan memperbaiki isi permohonannya, setelah itu diajukan kembali oleh pemohon dengan permohonan hanya diminta untuk penetapan ahli waris, sehingga hakim hanya menetapkan siapa yang menjadi ahli waris. Adapun harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris adalah uang sebanyak 50.000.000 (lima puluh juta), dan sebidang sawah

(4)

dengan luas kurang lebih 357 m (tiga ratus lima puluh tujuh meter bujur sangkar). Pembagian harta warisan dilakukan secara hukum atau aturan yang berlaku di daerah tersebut, yang mana ibu mendapat 1/6, isteri mendapatkan 1/8, dua orang anak perempuan mendapatkan 1/3 (dua orang anak perempuan harus bebabagi sama banyak dari harta 1/3 tadi), sedangkan seorang anak laki-laki mendapatkan 2/3 dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris dengan alasan bahwa ibu berhak mendapat harta yang ditinggalkan oleh anaknya (pewaris), istri juga berhak mendapat harta yang ditinggalkan oleh suaminya (pewaris) karena telah dijelaskan dalam al-Qur’an dalam surat an-Nisa ayat 11 dan 12 dan anak laki-laki mendapat lebih banyak dari anak perempuan. (Welda atau Pemohon 2017)

3. Penyelesaian pembagian harta warisan Perkara No. 0126/Pdt.G/2013/PA.Pdg yaitu keluarga Sailan Gazali yang meninggal dunia pada tahun 2012 dan meninggalkan ahli waris delapan orang anak, lima anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ahli waris (Dasril, Syafrida, Syafriadi, dan Suryati) sebagai pemohon yang mengajukan permohonan ke Pengadilan Agama Padang pada tahun 2014, dan kemudian gugatan tersebut dicabut kembali oleh pemohon di karenakan surat atau dokumen-dokumen mengenai hal ini belum lengkap, maka dari itu permohonan tersebut dicabut kembali. Setelah dicabut gugatan tersebut tidak diajukan kembali karena seluruh ahli waris sepakat dalam pembagian warisan berdasarkan hukum atau aturan yang berlaku di daerahnya. Adapun harta warisan yang akan dibagi ialah sebidang tanah dengan luas kurang lebih 527 m yang berdiri diatas nya tiga rumah kayu yang terletak di kelurahan Padang Pasir, sebidang tanah dengan luas kurang lebih 1.135 m terletak di Jl. Raya BukittinggiPayakumbuh dan beberapa emas. Dalam penyelasaian pembagian warisan ini, anak laki-laki mendapat 2/3

(5)

(lima orang anak laki-laki berbagi sama banyak dari harta 2/3 tadi) sedangkan anak perempuan mendapat 1/3 (3 orang anak perempuan berbagi sama banyak dari harta 1/3 tadi) dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris dengan alasan bahwa dalam Islam bagian anak laki-laki dua kali lipat dari bagian anak perempuan. (Shalfida 2017)

4. Penyelesaian pembagian harta warisan Perkara No. 0031/Pdt.G/2014/PA.Pdg yaitu M. Jafri yang meninggalkan ahli waris 5 orang anak (tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan), yaitu penggugat dan tergugat. Penggugat (Lina) mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama Padang pada tahun 2014, dan gugatan tersebut dicabut kembali karena surat kuasanya belum lengakap. Kemudian gugatan tersebut tidak diajukan kembali dengan alasan diantara ahli waris telah mencapai kesepakatan pembagian kewarisan dibagi berdasarkan hukum Islam yang berlaku. Adapun harta warisan yang akan dibagi ialah sebidang tanah dan bangunan yang berdiri diatasnya dengan luas 250 m. Dalam penyelesaian pembagian warisan tersebut adalah tiga orang anak laki-laki mendapat 6/8 (masing-masing anak laki-laki mendapatkan 2/8) dan dua orang anak perempuan mendapat 2/8 (masing-masing anak perempuan mendapatkan 1/8) dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris dengan alasan bahwa berdasarkan kaidah Qur’aniah atau konsep hukum Islam terdapat dalam surat an-Nisa ayat 11 yang mana bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan. (Lisda 2017)

Semua ahli waris setuju dan tidak merasa keberatan dengan bagian yang didapatkannya, tidak ada terjadi perselisihan setelah pembagian harta warisan, harta warisan yang diterima oleh ahli waris sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan oleh ahli waris.

Berdasarkan data-data hasil wawancara penulis peroleh adalah tiga tahapan yang dilakukan oleh para pihak sebelum melakukan

(6)

pembagian harta warisan ini belum sesuai dengan hukum Islam seperti harta bawaan, karena harta bawaan adalah termasuk harta warisan sebagaimana yang terdapat dalam KHI Pasal 171 huruf (e).

B. Dampak Pencabutan Perkara Kewarisan di Pengadilan Agama Kelas IA Padang Terhadap Para Pihak

Salah satu permasalahan hukum yang mungkin timbul dalam proses berperkara di depan Pengadilan adalah pencabutan gugatan. Alasan pencabutan gugatan sangat bervariasi, alasan pencabutan gugatan disebabkan gugatan yang diajukan tidak sempurna atau dalil gugatan tidak kuat atau dalil gugatan bertentangan dengan hukum dan sebagainya. (Amanda 2012)

Herzeine Inlandsch Reglement (“HIR”) dan Reglement Buiten Govesten (“RBg”) tidak mengatur ketentuan mengenai pencabutan

gugatan. Landasan hukum untuk pencabutan gugatan diatur dalam ketentuan Pasal 271 dan Pasal 272 Reglement op de Rechsvordering (“Rv”). Pasal 271 Rv mengatur bahwa penggugat dapat mencabut perkaranya tanpa persetujuan tergugat dengan syarat pencabutan tersebut dilakukan sebelum tergugat menyampaikan jawabannya.

Tata cara pencabutan gugatan berpedoman pada ketentuan Pasal 272 Rv. Pasal 272 Rv mengatur beberapa hal mengenai pencabutan gugatan, yaitu sebagai berikut :

a. Pihak yang berhak melakukan gugatan

Pihak yang berhak melakukan pencabutan gugatan adalah penggugat sendiri secara pribadi, hal ini dikarenakan penggugat sendiri yang paling mengetahui hak dan kepentingannya dalam kasus yang bersangkutan. Selain penggugat sendiri, pihak lain yang berhak adalah kuasa yang ditunjuk oleh penggugat. Penggugat memberikan kuasa kepada pihak lain dengan surat kuasa khusus sesuai Pasal 123 HIR dan di dalam surat kuasa tersebut dengan tegas diberi penugasan untuk mencabut gugatan. (Amanda 2012)

(7)

b. Pencabutan gugatan atas perkara yang belum diperiksa dilakukan dengan surat

Pencabutan gugatan atas perkara yang belum diperiksa mutlak menjadi hak penggugat dan tidak memerlukan persetujuan dari tergugat. Pencabutan gugatan dilakukan dengan surat pencabutan gugatan yang ditujukan dan disampaikan kepada Ketua Pengadilan. Setelah menerima surat pencabutan gugatan, Ketua Pengadilan menyelesaikan administrasi yustisial atas pencabutan. c. Pencabutan gugatan atas perkara yang sudah diperiksa dilakukan

dalam sidang

Apabila pencabutan gugatan dilakukan pada saat pemeriksaan perkara sudah berlangsung, maka pencabutan gugatan harus mendapatkan persetujuan dari tergugat. Majelis Hakim akan menanyakan pendapat tergugat mengenai pencabutan gugatan tersebut. Apabila tergugat menolak pencabutan gugatan, maka Majelis Hakim akan menyampaikan pernyataan dalam sidang untuk melanjutkan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memerintahkan panitera untuk mencatat penolakan dalam berita acara sidang, sebagai bukti otentik atas penolakan tersebut. Apabila tergugat menyetujui pencabutan, maka Majelis Hakim akan menerbitkan penetapan atas pencabutan tersebut. Dengan demikian, sengketa diantara penggugat dan tergugat telah selesai dan Majelis Hakim memerintahkan pencoretan perkara dari register atas alasan pencabutan. (Amanda 2012)

Pasal 272 Rv juga mengatur akibat hukum pencabutan gugatan yaitu sebagai berikut:

a. Pencabutan mengakhiri perkara

Pencabutan gugatan bersifat final, artinya sengketa diantara penggugat dan tergugat telah selesai.

(8)

Pencabutan gugatan menimbulkan akibat bagi para pihak yaitu demi hukum para pihak kembali pada keadaan semula sebagaimana halnya sebelum gugatan diajukan, seolah-oleh diantara para pihak tidak pernah terjadi sengketa. Pengembalian kepada keadaan semula dituangkan dalam bentuk penetapan apabila pencabutan terjadi sebelum perkara diperiksa. Selain itu pengembalian kepada keadaan semula dituangkan dalam bentuk amar putusan apabila pencabutan terjadi atas persetujuan tergugat di persidangan.

c. Biaya perkara dibebankan kepada penggugat

Pihak yang mencabut gugatan berkewajiban membayar biaya perkara. Ketentuan ini dianggap wajar dan adil karena penggugat yang mengajukan gugatan dan sebelum Pengadilan menjatuhkan putusan tentang kebenaran dalil gugatan, penggugat sendiri mencabut gugatan yang diajukannya. (Amanda 2012)

Dampak dari pencabutan gugatan atau permohonan yang dialami oleh para pihak yang berperkara di Pengadilan Agama Padang ialah sama hal dengan yang dijelaskan diatas yatiu membayar biaya perkara yang telah dibebankan kepada para pihak yang mengajukan gugatan atau permohonan meskipun perkara tersebut belum selesai. Para pihak harus tetap membayar dengan biaya yang telah ditentukan oleh Pengadilan. (Shalfida 2017)

C. Analisa Penulis

Menurut penulis pelaksanaan kewarisan yang dilakukan oleh para pihak yang mencabut gugatan atau permohonan dari Pengadilan Agama Padang ada yang tidak sama dengan hukum Islam atau ketentuan faraidh, contohnya:

1. Perkara No. 0572/Pdt.G/2014/PA.Pdg Sebagaimana yang terjadi pada keluarga Darmansyah yang meninggal dunia pada tahun 2013, dan meninggalkan ahli waris yaitu seorang isteri dan tiga anak

(9)

perempuan. Jika pembagian warisan dibagikan secara hukum Islam maka pembagiannya adalah sebagai berikut:

Isteri mendapat : 1/8 : 3/24 3 anak perempuan mendapat : 2/3 :16/24 Jumlah :19/24

Karena hartanya berlebih maka harta tersebut di raddkan menjadi sebagai berikut:

: 3/19 :16/19 Jumlah :19/19

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 192 menyebutkan bahwa apabila dalam pembagian harta warisan di antara para ahli warisnya Dzawil furudh menunjukkan bahwa angka pembilang lebih besar dari angka penyebut, maka angka penyebut dinaikkan sesuai dengan angka pembilang, dan baru sesudah itu harta warisnya dibagi secara aul menurut angka pembilang.

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 193 menyebutkan bahwa apabila dalam pembagian harta warisan di antara ahli waris Dzawil

furudh menunjukkan bahwa angka pembilan lebih kecil dar angka

penyebut, sedangkan tidak ada ahli waris asabah maka pembagian harta warisan tersebut dilakukan secara radd, yaitu sesuai dengan hak masing-masing ahli waris sedang sisanya dibagi berimbang di antara mereka.

Bahwa masalah radd timbul karena adanya sisa harta sesudah dibagikan kepada dzaul furudh sedangkan ahli waris yang berhak atas sisa harta tidak ada. Jumhur ulama berpendapat bahwa sisa harta yang ada diserahkan kepada ahli waris furudh yang ada desebabkan oleh hubungan rahim. Dengan demikian, ahli waris furudh yang melalui sebab perkawinan tidak berhak menerima pengembalian. Alasan pembatasan ini adalah oleh karena yang menjadi alasan

(10)

adanya radd tersebut adalah hubungan rahim, sedangkan suami atau istri kewarisannya disebabkan hukum dan bukan karena hubungan rahim (Syarifuddin 2004, 109-110).

Diriwayatkan dari Usman bahwa pengemablian yang bernama

radd itu berlaku juga untuk hubungan perkawinan sehingga semua

ahli waris furudh mendapat hak atas radd. Menurut mereka alasan pembatasan itu tidak kuat. Mereka menerima kewajiban yang sama dalam pengurangan waktu terjadi ‘aul tentu tidak ada alasan untuk membedakannya pada waktu menerima kelebihan hak (Syarifuddin 2004, 110).

Bila diperhatikan perbedaan pendapat sehubungan dengan adanya penyelesaian secara radd, tampak pertimbangan pemikiran Usman cukup jelas yaitu tidak membedakan ahli waris dalam penerimaan tambahan sebagaimana tidak dibedakan dalam kewajiban menagnggung kekurangan harta dalam ‘aul (Syarifuddin 2004, 110)

Sedangkan penyelesaian pembagian harta warisan yang dilakukan oleh keluarga Darmansyah ialah antara istri dan 3 anak perempuannya berbagi sama banyak atau sama rata. Berbagi sama rata tersebut tidak sama dengan hukum faraidh, walaupun sama rata belum tentu adil bagi masing-masing ahli waris kecuali setelah masing-masing menyadari atau mengetahui bagian masing-masing. Dalam kewarisan Islam bagian tiga anak perempuan mendapat 2/3, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 11 yaitu sebagai berikut:

 







 







































 

Artinya:

“jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan” (Depag RI 2007, 78)

Sedangkan bagian istri telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nisa ayat 12 yaitu sebagai berikut:

(11)

















































Artinya:

“Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.” (Depag RI 2007, 79)

2. Perkara No. 0166/Pdt.G/2014/PA.Pdg Sebagaimana yang terjadi pada keluarga Syahrul Rahman yang meninggal pada tahun 2014, meninggalkan ahli waris yaitu isteri dan tiga orang anak kandung (dua orang perempuan dan satu laki-laki) serta ibu kandung pewaris. Jika pembagian warisan dibagikan secara hukum Islam, maka pembagiannya adalah sebagai berikut:

Isteri mendapat : 1/8 : 3/24 : 12/96 Ibu mendapat : 1/6 : 4/24 : 16/96

Jumlah : 7/24

Sisa harta : 17/24

2 anak perempuan mendapat : 2/4x17/24 : 34/96 1 anak laki-laki mendapat : 2/4x17/24 : 34/96

Jumlah : 96/96

Sedangkan penyelesaian pembagian harta warisan yang dilakukan oleh para pihak telah sesuai dengan hukum Islam, yang mana bagian istri mendapat 1/8 yang telah disebutkan dalam surat an-Nisa ayat 12 diatas, dan bagian ibu mendapat 1/6, dalam pembagian sebelumnya anak perempuan mendapat 1/3 dan seorang anak laki-laki mendapat 1/3 karena anak laki-laki berbanding 2:1 dengan anak perempuan, (satu anak laki-laki mendapat dua bagian dari anak perempuan) sebagaimana telah dijelaskan dalam surat an-Nisa ayat 11 diatas.

(12)

3. Perkara No. 0126/Pdt.G/2013/PA.Pdg Sebagaimana yang terjadi pada keluarga Sailan Gazali yang meninggal dunia pada tahun 2012 dan meninggalkan ahli waris delapan orang anak, (lima anak laki-laki dan tiga anak perempuan). Jika pembagian warisan dibagikan secara hukum Islam, maka pembagiannya adalah sebagai beikut:

1 anak laki-laki mendapat : 2/13 1 anak laki-laki mendapat : 2/13 1 anak laki-laki mendapat : 2/13 1 anak laki-laki mendapat : 2/13 1 anak laki-laki mendapat : 2/13 1 anak perempuan mendapat : 1/13 1 anak perempuan mendapat : 1/13 1 anak perempuan mendapat : 1/13

Jumlah : 13/13

Penyelesaian pembagian kewarisan yang dilakukan oleh para pihak belum sesuai dengan hukum Islam yang mana antara anak laki-laki dengan anak perempuan berbanding 2:1 jika anak laki-laki-laki-laki itu seorang diri dan anak perempuan dua orang, dan jika anak perempuan itu lebih dari tiga orang maka ia menerima 2/3 sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat an-Nisa ayat 11 diatas. 4. Perkara No. 0031/Pd.G/2014/PA.Pdg Sebagaimana yang terjadi pada keluarga M. Jafri yang meninggalkan ahli waris lima orang anak (tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan). Jika pembagian warisan dibagikan secara hukum Islam, maka pembagiannya adalah sebagai berikut:

1 anak laki-laki mendapat : 2/8 1 anak laki-laki mendapat : 2/8 1 anak laki-laki mendapat : 2/8 1 anak perempuan mendapat : 1/8 1 anak perempuan mendapat : 1/8

(13)

Jumlah : 8/8

Penyelesaian pembagian kewarisan yang dilakukan oleh para pihak telah sama dengan hukum Islam yang mana antara anak laki-laki dengan anak perempuan 2:1 (satu anak laki-laki-laki-laki mendapat dua bagian dari satu anak perempuan) sebagimana telah dijelaskan dalam surat an-Nisa ayat 11 diatas.

Menurut penulis penyelesaian pembagian kewarisan terhadap perkara yang dicabut di Pengadilan Agama Padang yang dilakukan oleh para pihak tersebut belum sama dengan hukum Islam yang berlaku yaitu pembagian kewarisan yang dilakukan oleh keluarga Darmansyah dan keluarga Sailan Gazali.

Dampak dari pencabutan gugatan atau permohonan yang diajukan oleh para pihak yang berperkara di Pengadilan Agama Kelas 1A Padang hanya berdampak kepada para pihak saja tidak berdampak kepada Pengadilan. Dampak tersebut adalah sengketa di antara penggugat atau pemohon dan tergugat atau termohon dianggap selesai, para pihak kembali kepada keadaan semula serta membayar biaya perkara meskipun perkara tersebut dicabut dan tidak diselesaikan di Pengadilan.

Referensi

Dokumen terkait

BAB 4 KARAKTERISTIK DAS DAN HIDROGRAF BANJIR 4.1 Deskripsi Umum DAS di Daerah Penelitian 4.2 Karkateristik Morfometri DAS 4.3 Karkateristik Fraktal DAS 4.4 Karkateristik

Kecerdasan kognitif seorang anak sangat beragam dan mempengaruhi bagaimana proses pendektan atau pembentukan prilaku dan kognitif sosial

Dalam penelitian ini menggunakan deskriptif survei, dimana menurut Creswell (2016, hlm. 208) peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif (angka) beberapa

Perusahaan ini cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang bersifat kurang tegas artinya keputusan kebijakan pemimpin (waroeng) masih dipengaruhi oleh karyawan yang

Hasil analisis dan dasar pemikiran diatas bahwa secara fakta seharusnya pelayanan yang sudah semakin baik dan teknologi yang sudah semakin canggih maka dari

Permasalahan berikutnya, sebagai pelaku ekonomi khususnya para pengusaha kecil dan menengah telah menginvestasikan modal yang dimiliki dengan menggunakan prinsip bagi hasil

Yaitu, area pelatihan dan arena rekreasi di alam terbuka kawasan Militer Kota Cimahi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa sekolah, mahasiswa, aparatur Pemkot Cimahi,

kontrolnya. 2.1, Beberapa type kompresor pada penggunaan R-134a.. Tinjauan Umum Siklus Pendingin, Pompa Kalor dan Refrigeran R-134a RaJ :II -11. Selanjutnya dibawah ini ditabelkan