• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tatalaksana Fakoemulsifikasi pada Katarak Morgagni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tatalaksana Fakoemulsifikasi pada Katarak Morgagni"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO BANDUNG

Laporan Kasus : Tatalaksana Fakoemulsifikasi pada Katarak Morgagni Penyaji : Liani Mulasari Gunawan

Pembimbing : dr. Andrew M.H Knoch, SpM(K).,MKes

Telah diperiksa dan disetujui oleh : Pembimbing Unit Katarak dan Bedah Refraktif

dr. Andrew M.H Knoch, SpM(K).,MKes

Jumat, 19 Maret 2021 Pukul. 07.30 WIB

(2)

1

MANAGEMENT OF MORGAGNIAN CATARACT WITH PHACOEMULSIFICATION TECHNIQUE

ABSTRACT

Introduction: Cataract is the primary cause of blindness in the world, including in Indonesia. Senile cataract is the most common type of cataract, caused by the aging process, and involving many factors. Morgagnian cataract is a form of hypermature cataract formed by liquefaction of the cortex and sinking of the dense nucleus to the bottom of the capsular bag. The incidence of Morgagnian cataract is rare in developed country. Surgical approach with phacoemulsification technique is one of the management for morgagnian cataract.

Purpose: to report management of Morgagnian Cataract with phacoemulsification.

Case Report: A 63 year old male came to National Eye Center, Cicendo Eye Hospital Bandung with chief complain blurred vision of both eyes since 5 years ago. Visual acuity of right eye was light perception (LP) with good projection and left eye was 1/300. Ophthalmological examination revealed lens in both eyes is cloudy, in the right eye lens with brown sclerosed nucleus is present in capsular bag filled by milky white, liquefied cortex. This patient was diagnosed Morgagnian cataract in right eye and mature cataract in left eye. Phacoemulsification was done along with the insertion of +24.00 D intra ocular lens (IOL) in the bag. One weeks after surgery, visual acuity increased to 0.63 with pinhole 0.8.

Conclusion: Morgagnian is a form of hypermature cataract in which could only be managed by surgical approach. Phacoemulsification could also be applied safely in Morgagnian cataract case, with good intraoperative and postoperative technique can provide improvement of visual acuity.

Keywords : Cataract, Morgagnian, Phacoemulsification

I. PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. The World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 18 juta orang mengalami kebutaan bilateral akibat katarak dan kondisi tersebut menyebabkan 48% kasus kebutaan diseluruh dunia. The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Vision Health memperkirakan bahwa katarak akan meningkat menjadi 30.1 juta pada tahun 2020. Penelitian Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) pada tahun 2014-2016 di Indonesia menunjukkan katarak menjadi penyebab terbesar kebutaan yaitu 64.3-94.1%. Program WHO 2020 bertujuan untuk mengatasi kebutaan yang dapat dicegah karena katarak dengan meningkatkan jumlah dan kualitas dari operasi katarak.1-4

(3)

Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini dapat diakibatkan karena faktor usia, kelainan kongenital, gangguan tumbuh kembang, trauma pada mata, penyakit metabolik, dan paparan sinar matahari. Katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling sering ditemukan Secara klinis, kekeruhan lensa dapat mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang berat sampai kebutaan. Kekeruhan pada lensa yang dibiarkan semakin lama akan mengakibatkan kalsifikasi pada lensa dan mengalami proses degenerasi lanjut dapat menjadi keras atau lembek dan mencair atau disebut dengan katarak Morgagni. Insidensi katarak Morgagni jarang terjadi di negara maju.1,5-8

Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk mencegah kebutaan yang disebabkan oleh katarak adalah dengan tindakan operasi. Teknik operasi katarak yang sering dilakukan di negara maju dan negara berkembang adalah dengan teknik fakoemulsifikasi. Cara kerja fakoemulsifikasi adalah menghancurkan lensa melalui ultrasonic probe menggunakan handpiece dari tip fakoemulsifikasi yang mampu bergetar dengan frekuensi yang sangat tinggi yaitu setara dengan frekuensi gelombang ultrasound dan dimasukkan melalui insisi yang kecil pada kornea.7-10 Sari kepustakaan ini bertujuan untuk membahas tatalaksana katarak Morgagni dengan teknik fakoemulsifikasi.

II. LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki Tn.A usia 63 tahun datang ke poli Katarak dan Bedah Refraktif Rumah Sakit Pusat Mata Nasional Cicendo pada 8 Februari 2021 dengan keluhan kedua mata buram sejak 5 tahun SMRS. Keluhan memberat sejak 1 tahun terakhir dengan keluhan mata kanan lebih berat dibandingkan mata kiri. Keluhan lain seperti mata merah, keluar kotoran, dan penggunaan obat-obatan steroid disangkal. Pasien sering membeli obat tetes di warung yang digunakan 2x sehari. Pasien sebelumnya bekerja sebagai petani sejak usia 15 tahun. Riwayat alergi, trauma, penggunaan kacamata, dan operasi disangkal. Riwayat merokok sejak usia 20 tahun. Pasien memiliki riwayat hipertensi yang sudah diketahui sejak 10 tahun, namun pasien

(4)

tidak meminum obat secara teratur. Riwayat diabetes tidak diketahui karena belum pernah dilakukan pemeriksaan sebelumnya.

Status generalis keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, pemeriksaan fisik tekanan darah 150/80mmHg, nadi 88x/m, respiratori 20x/m, dan suhu 36.2.

Pemeriksaan tajam penglihatan mata kanan light perception (LP) dengan light projection baik ke segala arah dan mata kiri 1/300. Pemeriksaan refraktometer pada kedua mata no target dan tidak dapat dikoreksi. Tekanan bola mata pada kedua mata dengan menggunakan non kontak tonometri (NCT) didapatkan 16 dan 14.

Kedudukan bola mata ortotropia dengan gerak bola mata baik ke segala arah.

Pemeriksaan segmen anterior mata kanan pada kornea didapatkan sikatrik parasentral, pupil bulat, refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif, relative afferent pupillary defect (RAPD) negatif. Diameter pupil kecil 2mm dan pupil lebar 6.5mm. Lensa tampak keruh dengan gambaran korteks yang mencair, tampak ekuator lensa di bagian superior, dan nukleus turun yang berwarna kecoklatan (morgagni) dengan grading NO6NC6. Pemeriksaan mata kiri pupil bulat dengan refleks cahaya langsung dan tidak langsung positif, RAPD negatif. Diameter pupil kecil 2mm dan pupil lebar 6.5mm. Lensa tampak keruh dengan grading NO4NC4C5.

a) b)

Gambar 2.1. Pemeriksaan dengan menggunakan slit-lamp a) Pemeriksaan segmen anterior mata kanan b) Pemeriksaan segmen anterior mata kiri

Pemeriksaan segmen posterior dengan menggunakan funduskopi sulit dinilai dikarenakan media keruh, sehingga dilakukan pemeriksaan diagnostik

(5)

menggunakan ultrasonografi (USG) pada kedua mata dengan hasil segmen posterior terdapat vitreous opacity e.c suspek fibrosis dd/ sel radang.

a)

b)

Gambar 2.2. Pemeriksaan USG kedua mata

a) Pemeriksaan segmen posterior mata kanan b) Pemeriksaan segmen posterior mata kiri

Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan Intra Ocular Lens (LIO) master 700 didapatkan mata kanan K1 44.47 D, K2 45.87 D, ∆K: -1.40, ketebalan lensa 4.83mm, kedalaman bilik mata depan 2.76mm, dan diameter limbus 11.7mm.

Pengukuran panjang bola mata dengan LIO master tidak dapat dinilai dikarenakan media keruh. Pemeriksaan pada mata kiri didapatkan K1 44.95, K2 46.46D, ∆K: - 1.51, ketebalan lensa 5.14mm, kedalaman bilik mata depan 2.41mm, dan diameter limbus 11.7mm. Kepadatan sel endotel kornea mata kanan 2184 sel/mm2 dengan heksagonal 52% dan mata kiri 2045 sel/mm2 dengan heksagonal 67%. Pemeriksaan panjang bola mata dilakukan dengan A-scan didapatkan panjang bola mata kanan 21.93mm, ukuran LIO +24.00/118.4 dengan rumus SRK/T. Panjang bola mata kiri 21.90mm dengan ukuran LIO +23.50/118.4 dengan rumus SRK/T.

Pasien kemudian di diagnosis Katarak Senilis Hipermatur (morgagni) OD + Katarak Senilis Matur OS + Hipertensi. Pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan ekstraksi lensa dengan teknik fakoemulsifikasi serta pemasangan LIO

(6)

pada mata kanan terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan mata kiri dengan selang waktu +- 1 bulan. Tindakan fakoemulsifikasi dan pemasangan LIO in the bag dilakukan tanggal 15 Februari 2021 dengan pemberian obat-obatan pasca operasi levofloksasin tetes 6x1gtt OD, prednisolon asetat 6x1gtt OD,dan antibiotik siprofloksasin oral 2x500mg selama 5 hari, kemudian pasien disarankan untuk kontrol 1 hari pasca operasi.

Pemeriksaan satu hari pasca operasi pada tanggal 16 Februari 2021 didapatkan pemeriksaan tajam penglihatan VOD CFFC dengan pinhole sulit dan pada mata kiri 1/300, dengan tekanan intraokular 14 dan 15. Pemeriksaan segmen anterior didapatkan hiperemis pada konjungtiva, kornea edema, terdapat lipat descemet, dan mikrobula, bilik mata depan Van Herricks grade III dengan flare dan cell sulit dinilai, pupil bulat dan LIO (+) pada bilik mata belakang. Segmen anterior mata kiri didapatkan lensa keruh. Pasien kemudian di diagnosis Peudofakia OD + Katarak Senilis Matur OS + Hipertensi, lalu pasien diberikan obat tambahan natrium klorida 5% tetes 3xOD, kemudian pasien disarankan untuk kontrol satu minggu yang akan datang.

Gambar 2.3. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan pasca 1 hari operasi

Pasien datang ke poli Katarak dan Bedah Refraktif Rumah Sakit Pusat Mata Nasional Cicendo 7 hari pasca operasi pada tanggal 22 Februari didapatkan VOD 0.63 dengan pinhole 0.8 dan mata kiri 1/300. Pemeriksaan mata kanan dengan refraktometer C-1.00 x 113, dengan koreksi C-0.75 x 115 menjadi 0.8. Pemeriksaan NCT pada kedua mata 12 dan 13. Pemeriksaan segmen anterior kornea edema minimal, pemeriksaan bilik mata depan Van Herricks grade III dengan flare dan

(7)

cell negatif, dan LIO (+) pada bilik mata belakang. Pemeriksaan pada mata kiri lensa keruh. Pasien kemudian di diagnosis Pseudofakia OD + Katarak Senilis Matur OS + Hipertensi, kemudian pasien diminta untuk datang 3 minggu kemudian dengan terapi levofloksasin tetes mata 6x1gtt OD disarankan untuk dihabiskan dan prednisolon asetat 1% yang diturunkan dosisnya setiap minggu menjadi 5x/3x/2x.

Prognosis quo ad vitam adalah dubia ad bonam, quo ad functionam adalah ad bonam, dan quo ad sanationam adalah ad bonam.

a) b)

Gambar 2.4. Pemeriksaan 7 hari pasca operasi

a) Pemeriksaan segmen posterior mata kanan b) Pemeriksaan segmen posterior mata kiri

III. DISKUSI

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi, serta faktor lingkungan. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki progresifitas yang berbeda.1,7,8,11 Pada pasien ini faktor internal yang berpengaruh adalah usia dan jenis kelamin, serta adanya faktor eksternal antara lain riwayat merokok sejak usia 20 tahun dan riwayat pekerjaan sebagai petani, dengan risiko terpapar sinar matahari yang cukup tinggi sehingga menyebabkan munculnya katarak pada kedua mata.

Katarak senilis merupakan katarak yang terjadi pada usia >40 tahun dan merupakan 90% dari semua jenis katarak. Terdapat beberapa jenis katarak senilis

(8)

berdasarkan lokasi kekeruhannya yaitu katarak nuklearis, kortikal, dan subkapsuler.

Berdasarkan maturitas terbagi menjadi katarak insipien, imatur, matur, dan hipermatur.8-10 Pada pasien ini terjadi katarak yang hipermatur pada mata kanan dan katarak yang matur pada mata kiri.

Pada katarak imatur kekeruhan lensa akan terlihat berwarna keabuan. Keadaan

imatur mengakibatkan proses hidrasi akan terjadi lebih cepat sehingga bentuk lensa menjadi lebih cembung. Kekeruhan seluruh lensa yang semakin lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa, fase ini akan berlanjut menjadi katarak matur.

Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai bagian korteks lensa, sehingga akan terlihat berwarna keputihan. Fase katarak hipermatur akan mengakibatkan bagian korteks mencair dan menyebabkan nukleus terbenam atau terjatuh ke bagian inferior yang biasa disebut dengan katarak Morgagni.1,6,7

a) b)

Gambar 3.1. Gambaran Katarak a) Morgagni b) Matur Dikutup dari: Cantor1

Dalam menentukan tatalaksana katarak diperlukan pemeriksaan menyeluruh pada bagian anterior dan posterior mata, salah satunya dengan menentukan derajat kekeruhan katarak. Penentuan derajat kekeruhan dapat ditentukan dengan menggunakan klasifikasi Lens Opacities Classifications System III (LOCS III) yaitu dengan melihat gambaran pada saat pemeriksaan. Klasifikasi ini memberikan gambaran derajat kekeruhan pada setiap struktur pada lensa dan dapat membantu perencanaan tindakan operasi. Klasifikasi Burrato juga digunakan untuk menentukan derajat katarak yang dinilai berdasarkan kekerasan nukleus.6-8,16 Pada pasien ini, kekeruhan pada kedua mata dilakukan grading berdasarkan klasifikasi

(9)

LOCS III. Pada mata kanan tingkat kekeruhan NO6NC6 dan pada mata kiri NO4NC4C5.

Gambar 3.2. Klasifikasi LOCS III Dikutup dari: Steinert RF10

Tatalaksana definitif untuk katarak adalah dengan tindakan operasi yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan. Tatalaksana untuk operasi katarak dapat dilakukan dengan metode ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), Small Incision Cataract Surgery (SICS), dan fakoemulsifikasi. Teknik fakoemulsifikasi adalah tindakan operasi yang sering dilakukan di negara maju dan negara berkembang. Teknik fakoemulsifikasi dipilih karena mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan astigmatisma pasca bedah.10-13

Salah satu langkah penting dari operasi katarak adalah membuat bukaan pada kapsul anterior untuk mengeluarkan lensa. Penelitian Sinh dkk. mengatakan gold standard dalam kapsulotomi anterior adalah dengan continuous circular capsulorhexis (CCC). Teknik CCC dipopulerkan oleh Gimbel dan Neuhann dideskripsikan dengan pembentukan bukaan yang berkesinambungan, sirkuler, sentral dengan tusukan jarum yang dibuat robekan searah jarum jam atau berlawanan. Pembentukan CCC yang baik dapat menempatkan LIO pada posisi yang tepat dan stabil, memiliki batas kapsul yang tegas, kuat, dan cukup untuk menahan robekan ketika diregangkan saat pengeluaran korteks dan penanaman

(10)

LIO. Teknik lain yang dapat digunakan untuk kasus katarak Morgagni atau hipermatur adalah teknik envelope yang dipopulerkan oleh Galand. Teknik ini dilakukan dengan membuat insisi linier pada sepertiga tengah dan superior dari kapsul anterior, diikuti dengan pengeluaran nukleus, dan penanaman lensa.

Kemudian kapsul anterior dipotong dengan gunting vannas atau sistotom secara radial.12,13,17

a)

b)

Gambar 3.3. Kapsulotomi a) teknik CCC b) teknik envelope Dikutup dari: Sharma12

Pada pasien ini dilakukan tindakan operasi dengan teknik fakoemulsifikasi dengan teknik kapsulotomi anterior CCC. Teknik fakoemulsifikasi dengan CCC dapat mempertahankan kapsul anterior perifer untuk memastikan penempatan LIO dalam posisi in the bag dengan sentrasi LIO yang baik dan tahan lama. Pada pasien ini dengan menggunakan LIO ukuran +24.00/118.4 memberikan hasil tajam penglihatan yang baik setelah evaluasi tindakan 7 hari pasca operasi, dengan tajam penglihatan pre operasi LP menjadi 0.63. Pemantauan tindakan pasca bedah masih harus terus dilanjutkan sampai 1 bulan pasca operasi dan 3 bulan pasca operasi.

Tindakan operasi untuk mata kiri dapat dilakukan setelah 1 bulan pasca operasi mata kanan.

(11)

IV. SIMPULAN

Katarak Morgagni adalah jenis katarak yang terjadi karena proses degenerasi korteks yang mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa turun ke bagian kapsul.

Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan tindakan operasi. Teknik fakoemulsifikasi adalah teknik operasi yang sering dilakukan pada negara maju dan negara berkembang. Teknik ini mempunyai kelebihan penyembuhan luka yang cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan astigmatisma pasca bedah. Pada penelitian ini telah dilakukan fakoemulsifikasi pada katarak hipermatur, dengan intra dan pasca operasi yang baik, serta memberikan hasil tajam penglihatan pasca operasi yang meningkat.

(12)

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Cantor LB, Rapuano CJ,Cioffi GA. American Academy of Ophthalmology. Basic clinical science course section 11: Lens and Cataract. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2019. Hal 25-7; 54-7

2. International Agency for the Prevention of Blindness. Roadmap of Visual Impairment Control Program in Indonesia 2017-2030. Jakarta; 2017

3. World Health Organization Blindness and Vision impairment. 2018. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/blindness-and-visual- impairment.

4. Mandelblum J, Fischer N, Achiron A, et al. A Simple Pre-Operative Nuclear Classification Score (SPONCS) for Grading Cataract Hardness in Clinical Studies.

Journal of clinical medicine. 2020.

5. Mora P, Calzetti G, Avellis FO, et al. A case of morgagnian cataract mimicking an iris tumor. American Journal of Ophthalmology Case Report. Elsevier. 2020.

6. Wan Y, Wang Y, Zhao L, et al. Correlation among Lens Opacities Classification System III grading, the 25-item National Eye Institute Visual Functioning Questionnaire, and Visual Function Index-14 for age-related cataract assessment.

International ophthalmology. 2020.

7. Boyd Benjamin. The Art and the Science of Cataract Surgery. South America.

Highlights of Ophthalmology. 2001. Hal. 365-74.

8. Burrato L, Brint SF, Caretti L. Cataract surgery in complicated cases. Italy: Slack Incorporated; 2013. Hal. 15-22;

9. Chaudhari SV, Shelke ST, Surekha VB, et al. Association Between Refractive Errors and Senile Cataract In Rural Area of Western Maharashtra. International Journalof Medical Research & Health Science. 2015.

10. Steinert RF. Cataract Surgery. California: Elsevier Health Sciences; 2010. Hal 3- 10; 16-9; 33-6.

11. Tang Y, Wang X, Wang J, et al. Risk factors of age-related cataract in a Chinese adult population: the Taizhou Eye Study.Clinical & experimental ophthalmology.

2018.

12. Sharma B, Abell RG, Arora T, et al. Techniques of anterior capsulotomy in cataract surgery. Indian J Ophthalmol 2019.

13. Kamble V, Ray A, Priya B, et al. Advantage of Small Incision Cataract Surgery in Eyes with White Mature Cataract: A Hospital Based study: Experience as a Beginner. GSJ. 2020.

14. Burrato L, Brint SF, Romano MR. Cataract surgery complications. Italy: Slack Incorporated; 2013. Hal. 19-26;

15. Burrato L, Brint SF, Sacchi L. Cataract surgery introduction and preparation. Italy:

Slack Incorporated; 2014. Hal. 65-79;

16. Gali HE, Sella R, Afshari NA. Cataract grading systems:a review of past and present.Current opinion in ophthalmology. 2019

17. Singh K, Misbah A, Saluja P et al. Review of manual small-incisonctaract surgery.Indian journalof ophthalmology. 2017

Referensi

Dokumen terkait

Uraian  di  atas  mengajarkan  bahwa  efektivitas  janji  yang  dikuman‐ dangkan  oleh bank sentral, tidak  hanya tergantung  pada  kepercayaan  ma‐ syarakat 

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa,

Panduan ini dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam menyiapkan rencana pemulangan pasien yang dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II..

Pengaruh konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjadi tanggung jawab dan kewajibanpemerintah serta

Ukuran tubuh pekerja Indonesia khususnya pemotong pelat eser, lebih kecil dibandingkan di negara-negara maju seperti Eropa. Kondisi tersebut sering

Operasi HIDiC pada nilai β lebih besar dari satu akan menurunkan beban panas reboiler dari luar sistem, akan tetapi diikuti dengan kenaikan nilai exergy loss. Pada

Faktor pendukung dalam meningkatkan minat baca yaitu kemauan warga masyarakat dalam diri untuk memanfaatkan waktu luangnya mengunjungi TBM, menambah wawasan pengetahuan dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem penjualan kredit di PT. Surya Putra Sumatera Raya II Pasir Putih Pasir Pengaraian terhadap penarikan