• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH Fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "2. BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH Fix"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH

Pengantar

Bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah merupakan materi pokok yang dimaksudkan tidak hanya untuk memberikan pengetahuan kebahasaan tetapi juga memberikan bekal penting tentang bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi ilmiah. Dalam konteks tersebut komunikasi ilmiah sesungghnya bisa dalam bentuk narasi atau deskripsi tertulis yang berbasis data-data atau fakta-fakta ilmiah. Penggunaan bahasa lisan yang berbasis data-data atau fakta-fakta ilmiah juga hal lainya yang menjadi perhatian penting dalam materi bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah.

Topik-topik yang dibahasa dalam materi Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi ilmiah secara keseluruhan menggambarkan hal-hal substantif dalam berbahasa. Sebab hal-hal subtantif dalam berbahasa meniscayakan kaidah-kaidah baku dalam berbahasa. Kejelasan kaidah berbahasa akan sangat membantu bagaimana bahasa ilmiah mudah dipahami pembaca atau halayak umum. Dalam materi bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah meliputi materi tentang konsep bahasa ilmiah, ciri-ciri bahasa ilmiah, pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, pilihan kata (diksi), kalimat efektif, dan paragrap.

Kompetensi yang akan Dicapai

Melalui berdiskusi, peserta dapat mengkomunikasikan secara tertulis dan lisan karya ilmiah dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa non ilmiah 2. Menggunakan struktur paragraf dengan baik dan runtut

3. Menggunakan unsur-unsur kebahasaan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

Ruang Lingkup Materi

(2)

2. Ciri-ciri bahasa ilmiah

3. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia 4. Pilihan kata

5. Kalimat efektif 6. Paragraf

Uraian Materi

1. Konsep bahasa ilmiah

a. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

1) Bahasa yang baik mengacu pada pemakaian bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi.

2) Bahasa yang benar mengacu pada pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah/aturan berbahasa.

b. Bahasa Indonesia yang informatif dan komunikatif

1) Bahasa yang informatif mengacu pada pemakaian bahasa yang dapat memberikan kecukupan data/fakta yang dibutuhkan.

2) Bahasa yang komunikatif mengacu pada pemakaian bahasa yang dapat diterima atau dipahami dengan baik oleh lawan tutur.

c. Penggunaan kata/istilah yang tepat dan sesuai 1) Kata yang tepat mengacu pada aspek logika kata 2) Kata yang sesuai mengacu pada aspek sosial kata

2. Ciri-ciri bahasa ilmiah

a. Bahasa yang singkat dan jelas:

1) Singkat: langsung pada intinya (to the point, tidak bertele-tele) 2) Jelas: mengacu pada makna atau pengertian yang sesuai konteks. Contoh:

Tulisan ini (dilakukan dengan maksud untuk) membahas kecendrungan peningkatan kompetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013.

[Catatan: kata-kata yang di dalam kurung sebaiknya dihilangkan]

Istri jenderal yang baik itu meninggal dunia.

(3)

b. Bahasa yang tepat dan tunggal makna (tidak ambigu)

1) Menggunakan istilah bidang ilmu yang tepat 2) Tidak remang nalar ataupun mendua/ambigu. 3) Tidak menggunakan kata yang berkonotasi

Contoh:

Penelitian ini mengkaji metode pembelajaran CTL dengan objek yang efektif dan efisien.

Pasukan itu diterjunkan di lokasi neraka dunia.

3. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan tertuang dalam Permendiknas Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan

berimplikasi pada ketepatan kejelasan makna.

Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972/1975. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya.

Dalam penulisan karya ilmiah perlu ada aturan berbahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis, karena dalam sebuah karya tulis diperlukan tingkat kesempurnaan yang mendetil. Singkatnya, EYD digunakan untuk membuat sebuah tulisan menjadi lebih baik dan benar. Perkembangan ejaan telah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu:

a. Ejaan Van Ophuysen (1901) b. Ejaan Suwandi (1947)

c. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia) (1968) gagal, tidak jadi digunakan. d. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) (1972/1975)

Ruang lingkup ejaan yang disempurnakan adalah: a. Pemakaian huruf

(4)

c. Penulisan kata d. Penulisan unsur e. Pemakaian tanda baca Pemakaian huruf meliputi:

a. Huruf abjad e. Gabungan huruf konsonan

b. Huruf vocal f. Huruf kapital

c. Huruf konsonan g. Huruf miring d. Huruf diftong h. Huruf tebal Penulisan Kata:

a. Kata dasar g. Partikel

b. Kata turunan h. Singkatan dan akronim

c. Bentuk ulang i. Angka dan bilangan

d. Gabungan kata j. Kata ganti (ku-, kau-, -ku, -mu dan –nya)

e. Suku kata k. Kata Sandang (si dan sang)

f. Kata depan ( di, ke dan dari)

Penulisan unsur serapan:

Unsur serapan mengambil dan menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi dan kondisi yang ada. Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Secara adopsi b. Secara adaptasi

Pemakaian Tanda baca meliputi:

a. Tanda titik (.) i. Tanda ellipsis (…) b. Tanda koma (,) j. Tanda petik (“ “)

c. Tanda titik koma (;) k. Tanda petik tunggal (‘ ‘) d. Tanda titik dua (:) l. Tanda kurung (( )) e. Tanda hubung (-) m. Tanda kurung siku ([ ]) f. Tanda pisah (_) n. Tanda garis miring (/)

g. Tanda tanya (?) o. Tanda penyingkat atau apostrof (‘) h. Tanda seru (!)

4. Pilihan kata

a. Syarat Ketepatan

(5)

1) Kata konkret dan kata abstrak

Kata konkret adalah kata yang mempunyai referen berupa objek. Kata abstrak adalah kata yang tidak bisa dirujuk objeknya, atau tidak mengacu kepada satu objek.

Contoh:

Keadaan kesehatan (contoh kata abstrak) anak–anak di desa sangat buruk. Banyak yang menderita malaria, radang paru–paru, cacingan (contoh kata konkret), dan kekurangan gizi.

2) Kata umum dan khusus

Kata umum adalah kata-kata yang memiliki makna dan cakupan pemakaian yang lebih luas. Sedangkan, kata khusus adalah kata-kata yang ruang lingkup dan cakupan maknanya lebih sempit.

Contoh:

Kata Umum Kata Khusus

melihat menengok, menyaksikan, melirik, memandang, memelototi, mengamati, memperhatikan mendatangi mampir, singgah, berkunjung,

sependapat setuju, sepakat

3) Kata populer dan kata kajian

Kata popular adalah kata yang dipergunakan pada berbagai kesempatan dalam komunikasi sehari-hari.

Kata kajian adalah kata yang dipergunakan pada berbagai kelompok profesi tertentu.

Contoh:

Kata Populer Kata Kajian

penduduk populasi

isi volume

hasil produk

untung/laba profit

b. Syarat Kesesuaian

(6)

1) Jargon, kata percakapan dan slang

Jargon adalah kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu atau profesi tertentu.

Slang adalah kata tak baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan akan sesuatu yang baru, bersifat sementara.

2) Nilai-nilai sosial

Nilai-nilai sosial dalam penggunaan kata berkaitan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, sehingga perlu dicermati apakah di kalangan masyarakat tertentu ada kata-kata tabu, atau kata-kata yang mempunyai konotasi lain yang mungkin akan menyinggung nilai kesopanan atau kepercayaan kelompok masyarakat tertentu, kata-kata yang menunjukkan situasi hormat, biasa, akrab, halus, dan sebagainya. Contoh:

Halus Tidak Halus

tuna aksara, niraksara buta huruf

tuna karya penganggur

pekerja kuli, buruh

isteri bini

wafat mati

3) Ragam baku dan nonbaku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.

Ragam nonbaku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh penyimpangan dari norma bahasa baku.

Contoh:

Kata Baku Kata Nonbaku

tidak enggak

membuat bikin

mengapa kenapa, ngapain

(7)

kaidah kaedah

ijazah ijasah

5. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Ciri-ciri kalimat efektif: a. Kesepadanan dan kesatuan

Kesepadanan dan kesatuan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, yaitu kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat akan membuat kalimat itu tidak efektif. Syarat pertama kalimat efektif harus mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, atau bisa ditambah dengan objek, keterangan dan unsur-unsur subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap, melahirkan keterpaduan arti. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

Kalimat tidak efektif:

1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para pembimbing.

2) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

Kalimat efektif:

(8)

2) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.

b. Kesejajaran bentuk dan makna

Kesejajaran bentuk adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang dipakai dalam susunan serial. Kesejajaran (paralelisme) akan membantu memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.

Contoh:

1) Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan, masih ada lagi sumber pengacauan yaitu berupa peniruan yang langsung atau tidak langsung.

2) Seorang teknolog bertugas memecahkan suatu masalah dengan cara tertentu dan membuat masyarakat mau memilih dan memakai cara pemecahan yang dibuatnya.

c. Penekanan dalam kalimat

Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara.

Contoh:

Penekanan dengan repetisi:

1) Jika atasan sudah mengatakan tidak tetap tidak.

Penekanan dengan partikel:

2) Dalam berdemokrasi, apa pun harus transparan kepada rakyat.

Penekanan dengan pertentangan:

3) Dia sebetulnya pandai tetapi malas kuliah. d. Kehematan dalam kalimat

Kehematan dalam kalimat mengacu kepada penggunaan kata-kata secara efisien, tidak berlebihan, dan memiliki fungsi yang jelas.

Contoh:

(9)

1) Para pegawai bekerja dengan produktif karena mereka harus memenuhi target.

2) Nina mengenakan gaun warna ungu dalam sebuah pesta.

3) Karena ia tidak diajak, ia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku.

Kalimat efektif:

4) Para pegawai bekerja dengan produktif karena harus memenuhi target.

5) Nina mengenakan gaun ungu dalam sebuah pesta.

6) Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku.

e. Kevariasian dalam struktur kalimat

Kevariasian diperoleh jika kalimat yang satu dibandingkan dengan kalimat yang lain. Kemungkinan variasi kalimat tersebut adalah:

1) Cara memulai:

a) Subjek pada awal kalimat b) Predikat pada awal kalimat c) Kata modal pada awal kalimat d) Frase pada awal kalimat

2) Panjang – pendek kalimat 3) Jenis kalimat

4) Kalimat aktif dan pasif

5) Kalimat langsung dan tidak langsung

Contoh:

1) Bang Dul dari Betawi menganggap hal ini sebagai suatu cara sederhana untuk mempengaruhi masyarakat (Frase benda)

2) Dibuangnya jauh-jauh perasaan sedih yang mengusiknya akhir-akhir

ini (Frase kerja)

(10)

6. Paragraf

a. Pengertian Paragraf

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama/topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.

b. Kegunaan Paragraf

Kegunaan paragraf yang utama adalah untuk menandai pembukaan topik baru atau pengembangan lebih lanjut topik sebelumnya (yang baru). Kegunaan paragraf yang lain adalah untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk merinci apa yang sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf terdahulu.

c. Jenis Paragraf

Berdasarkan tujuannya, paragraf dibedakan menjadi:

1) Paragraf pembuka, berperan sebagai pengantar untuk sampai ke masalah yang akan diuraikan. Paragraf pembuka mempunyai dua kegunaan: menjelaskan tentang tujuan dari penulisan itu dan menarik perhatian pembaca

2) Paragraf penghubung, berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu, secara kuantitatif, paragraf inilah yang paling panjang dan antara paragraf dengan paragraf harus saling berhubungan secara logis.

3) Paragraf penutup, mengakhiri sebuah karangan berisi kesimpulan dari paragraf penghubung atau dapat pula penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung, jadi tidak boleh terlalu panjang.

(11)

1) Kesatuan paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.

2) Kepaduan/koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan kalimat. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan:

a) Unsur kebahasaan

b) Pemerincian dan urutan isi paragraf 3) Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama.

e. Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf yang memperhatikan unsur kesatuan dan kepaduan, harus memperhatikan hal-hal berikut:

1) Susunlah kalimat topik dengan baik dan layak.

2) Tempatkanlah kalimat topik dalam posisi menyolok dan jelas dalam sebuah paragraf.

3) Tunjanglah (dukunglah) kalimat tersebut dengan detail-detail atau perincian yang tepat.

4) Gunakan kata-kata transisi, frase, dan alat lain di dalam dan di antara paragraph.

Dalam mengembangkan paragraf, ada beberapa cara (teknik) yang dapat kita lakukan, yaitu:

1) Secara alamiah

2) Klimaks dan antiklimaks 3) Umum-khusus

4) Khusus-umum

Daftar Pustaka

Chaer, A. 2007. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta.

(12)

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Bahasa.

Akhadiah, S., M. Arsyad, & S. Ridwan. 2008. Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Airlangga.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Bahasa.

Referensi

Dokumen terkait

Multi akad adalah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu muamalah atau transaksi yang meliputi dua akad atau lebih, misalnya satu transaksi yang terdiri dari akad

Penulis juga ingin berterima kasih atas segala bantuan yang diberikan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini yang berjudul “ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI SISTEM

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai lama fermentasi tempe kedelai yang tepat untuk memperoleh kandungan senyawa fenolik total

diperbolehkan melakukan Transaksi Efek, kecuali menjual Efek yang sudah berada di Rekening Efek Pihak Kedua. 8.4 Apabila Permintaan Pemenuhan Jaminan yang diminta

Metode relaksasi Lagrangian memberikan kemudahan di dalam menyelesaikan masalah penjadwalan produksi flexible flowshops melalui penyederhanaan kendala sinkronisasi yang

Skripsi yang berjudul “pola interaksi sosial dalam pengelolaan perkebunan antara masyarakat desa mahato timur dengan pihak perkebunan dengan sistem pola PIR ” ini disusun

User atau pengguna adalah orang-orang menggunakan fasilitas dari sistem informasi sewa rumah kost dan kontrakan berbasis web untuk membantu memenuhi kebutuhan