ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA
PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
0712010119 / FE / EM Parwati Adhitya Puspitaayu
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA
PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
0712010119 / FE / EM Parwati Adhitya Puspitaayu
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan rahmatnya sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga
jenjang perguruan tinggi dan menyelesaikan skripsi dengan judul ‘’ANALISIS
PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM DAN SESUDAH
PENGUMUMAN MERGER PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI
INDONESIA’’.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas
dari bimbingan dan bantuan dari pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini saya
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM, Dekan Falkutas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, Ketua Jurusan Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Drs. Ec. Luky Susilowati, MP, Dosen Pembimbing yang telah
mengarakan dan meluangkan waktunya guna menbantu penulis dalam
5. Seluruh Staf Dosen Falkutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan
selama masa perkuliahan.
6. Bapak dan ibu, tercinta yang selalu memberikan doa, semangat
dukungannya dan bantuan materiil serta pengorbanan tiada henti sehingga
saya dapat menyelesaikan studi ini dan dapat memberikan yang terbaik.
7. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu, terima kasih buat dukunganya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam
penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran bagi perbaikan di masa yang akan mendatang. Besar
harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Maret 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………i
DAFTAR ISI……….iii
DAFTAR TABEL………...……viii
DAFTAR GAMBAR………...ix
DAFTAR LAMPIRAN………..x
ABSTRAKSI………..xi
BAB I PENDAHULUAN………...1
1.1. Latar Belakang masalah………...1
1.2. Rumusan Masalah………8
1.3. Tujuan Penelitian………..8
1.4. Manfaat Penelitian………...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….9
2.1. Penelitihan Terdahulu………...………...9
2.2. Tinjauan Teori………....10
2.2.1. Merger..…………...………...10
2.2.1.1. Pengertian Merger……….………....10
2.2.1.2. Pengklasifikasian Merger.……….12
2.2.1.4. Proses Merger…….………...18
2.2.2. Pasar Modal……….………...22
2.2.2.1. Pasar Modal Yang Efisien………...22
2.2.2.2. Return Saham………25
2.2.2.3. Return Tidak Normal (Abnormal Return)……….26
2.2.2.4. Hubungan Pengumuman Marger Dengan Abnormal Return……….……….29
2.3. Kerangka Konseptual………..31
2.4. Hipotesis………..31
BABIII METODE PENELITIAN………32
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………..…32
3.1.1. Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Abnomal Return atau Y)………...32
3.1.2. Variabel Independen Variabel (Di)………...………...34
3.2. Teknik Penentuan Sampel………...34
3.2.1. Populasi………34
3.2.2. Sampel Penelitian..………...………35
3.3. Teknik Pengumpulan Data………..36
3.3.1. Jenis Data………...………..36
3.3.3. Pengumpulan Data………...……37
3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis………....37
3.4.1. Teknik Analisis………37
3.4.2. Pengujian Hipotesis………...38
3.5. Uji Asumsi Klasik………...39
3.5.1. Multikolinieritas………...…………40
3.5.2. Autokorelasi………...………..40
3.5.3. Heteroskedastisitas………...………41
3.6. Uji Normalitas……….42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..………43
4.1. Deskripsi Objek Penelitian………43
4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia………..…...…43
4.1.2. Perkembangan Bursa Efek………..…….46
4.1.3. Maksud dan Tujuan Pembentukan BEI………..…..48
4.1.4. Proses Go Publik di Indonesia………...49
4.1.5. Visi dan Misi PT Bursa Efek Indonesia………...51
4.1.6. Struktur Organisasi PT Bursa Efek Indonesia………..53
4.2. Gambaran Umum Perusahaan……….54
4.2.1. PT Kalbe Farma Tbk………54
4.2.3. PT Bumi Resources Tbk………..56
4.2.4. PT Surya Toto Indonesia Tbk………..56
4.2.5. PT Selamat Sempurna Tbk………...57
4.2.6. PT Mobile 8 Telecom Tbk………...58
4.2.7. PT Bank Multicor Tbk……….58
4.2.8. PT Bank CIMB Niaga Tbk………..…….…59
4.2.9. PT Bentoel Internasional Investama Tbk……….60
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian………...61
4.3.1. Pengumuman Merger (Di)………...62
4.3.2. Abnormal Return (Y)………...62
4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis………64
4.4.1. Asumsi-Asumsi Klasik Regresi………...64
4.4.1.1. Uji Autokorelasi………65
4.4.1.2. Uji Multikolinieritas………..66
4.4.1.3. Uji Heterokedasitas………...67
4.4.1.4. Analisis Regresi Linier Dengan Variabel Dummy………69
4.4.2. Pengujian Hipotesis………..70
4.5. Pembahasan……….71
4.5.1. Perbedaan Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Pengumuman Merger……….71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………..………..74
5.1. Kesimpulan………..74
5.2. Saran………74
Tabel
1. Data Perusahaan Yang Melakukan Merger………..6
2. Data Rata-Rata Abnormal Return………...……….7
3. Data Sampel Perusahaan Yang Melakukan Merger………...62
4. Data Sampel Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Merger………….63
5. Hasil Uji Autokorelasi………66
6. Hasil Uji Heterokedasitas………...68
7. Hasil Analisis Regresi………69
Gambar
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data : Harga Saham, IHSG
Perhitungan : Return Sesungguhnya, Return Ekspektasi, Abnormal Return
ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN SEBELUM
DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA
Oleh :
Parwati Adhitya Puspitaayu
0712010119 / FE / EM
Kondisi pasar modal beberapa tahun ini mengalami perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi serta fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang ketat, mendorong perusahaan-perusahaan di tuntut selalu mengembangkan strateginya guna mempertahankan eksistensinya atau bahkan berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Strategi perusahaan dapat dicapai melalui berbagai cara salah satunya dengan cara melakukan ekspansi ekstern yang memfokuskan pada keputusan keuangan jangka panjang dengan mengacu pada strategi pertumbuhan melalui aliansi strategik dengan perusahaan-perusahaan lain. Salah satu langkah yang dapat pula menjadi cara untuk menyelamatkan usaha dari kebangkrutan adalah restrukturasi usaha dalam merger. motivasi utama yang melatar belakangi sebuah perusahaan memerger perusahaan lain adalah untuk menciptakan sinergi. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi operasi, financial, manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini diharapkan perusahaan mampu mengoptimalkan kinerjanya, baik kinerja operasional berupa profitabilitas maupun kinerja saham yang dapat berupa return saham. Pengumuman merger adalah informasi yang penting dalam suatu industri, karena dua perusahaan akan menyatukan kekuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan Abnormal Return yang di dapat perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan yang go publik di BEI yang melakukan merger periode tahun 2006-2009 meliputi 9 perusahaan merger, data terdiri dari harga saham saham harian selama 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman merger. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dengan variabel dummy.
Berdasarkan hasil analisis menyimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman merger pada perusahaan go publik di Indonesia. Periode pengamatan 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah pengumuman merger.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kondisi pasar modal beberapa tahun ini mengalami perubahan yang
signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan
teknologi dan telekomunikasi serta fragmentasi pasar telah menciptakan
persaingan yang ketat, mendorong perusahaan-perusahaan di tuntut selalu
mengembangkan strateginya guna mempertahankan eksistensinya atau bahkan
berkembang dan memperbaiki kinerjanya. Strategi perusahaan dapat dicapai
melalui berbagai cara salah satunya dengan cara melakukan ekspansi intern
ataupun ekstern. Ekspansi intern terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam
perusahaan tumbuh secara normal melalui kegiatan capital budgeting sedangkan
ekspansi ekstern memfokuskan pada keputusan keuangan jangka panjang dengan
mengacu pada strategi pertumbuhan melalui aliansi strategik dengan
perusahaan-perusahaan lain. Salah satu langkah yang dapat pula menjadi cara untuk
menyelamatkan usaha dari kebangkrutan adalah restrukturasi usaha dalam merger,
akuisisi dan konsolidasi.
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang di
dasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Di Indonesia
di dorong oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger semakin banyak
dilakukan. Di Indonesia isu merger hangat dibicarakan baik oleh para pengamat
Pengumuman merger adalah informasi yang penting dalam suatu industri,
karena dua perusahaan akan menyatukan kekuatannya. Konsekuensinya intensitas
persaingan dalam satu industri akan berubah. Dengan demikian, pengumuman
merger sebagai suatu informasi dapat berpengaruh tidak hanya pada kedua
perusahaan yang melakukan merger, yaitu perusahaan yang memerger dan
perusahaan yang di merger (target firm), namun juga perusahaan lain yang
menjadi pesaing berada dalam satu jenis industri yang sama dengan perusahaan
yang memerger dan (target firm). Reaksi positif dan negatif terhadap kejadian
merger tergantung dari ketersediaan informasi bagi investor pada waktu
pengumuman merger serta persepsi pasar terhadap keputusan merger. Perilaku
harga saham selama pengumuman merefleksikan gambaran semua informasi dan
pengaruh yang dikeluarkan dalam pengumuman merger. (Amin, 2001).
Menurut Moin (2004:5) sesuai dengan peraturan pemerintah Republik
Indonesia No.27 menyebutkan merger sebagai penggabungan, akuisisi sebagai
pengambil alihan dan konsolidasi sebagai peleburan, dengan pengertian sebagai
berikut, Merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau
lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan
selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Akuisisi adalah
pengambil alihan baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut. Konsolidasi
adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan atau lebih untuk
meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru, dan masing-masing
mengemukakan, motivasi utama yang melatar belakangi sebuah perusahaan
memerger perusahaan lain adalah untuk menciptakan sinergi. Di mana manfaat
ekstra atau sinergi ini tidak bisa di peroleh seandainya perusahaan-perusahaan
tersebut bekerja secara terpisah, konsep inilah yang di sebut dengan sinergi,
sebuah terminologi yang biasa di pakai untuk menerangkan manfaat unik yang
dihasilkan dari merger. Sinergi tersebut dapat berupa sinergi operasi, financial,
manajerial, teknologi dan pemasaran. Melalui sinergi ini diharapkan perusahaan
mampu mengoptimalkan kinerjanya, baik kinerja operasional berupa profitabilitas
maupun kinerja saham yang dapat berupa return saham. Jadi tujuan
penggabungan usaha pada dasarnya adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan
secara keseluruan. Nilai perusahaan ditunjukan dari nilai sahamnya, yang artinya
jika saham perusahaan tersebut harga pasarnya naik berarti nilai kekayaan
perusahaan juga mengalami peningkatkan dan begitu pula sebaliknya. Adapun
menurut (Moin, 2004:2) merger dilihat dari sisi keuangan perusahaan adalah salah
bentuk keputusan investasi jangka panjang (penganggaran modal) yang harus di
investigasi dan di analisis dari aspek kelayakan bisnis. Maka tujuan merger tidak
lain adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang
yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan
kemakmuran pemilik perusahaan dan pemegang saham.
Saham merupakan surat berharga yang di perdagangkan di pasar modal
adalah sejenis sekuritas yang paling popular. Secara sederhana, saham dapat di
definisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau badan dalam suatu
yang lebih bagi para pemodal di bandingkan dengan investasi obligasi. Sekuritas
jenis ini lebih mudah di jual sewaktu-waktu karena dapat memberikan expected
return yang lebih tinggi selain itu pendapatan yang di peroleh dari capital gain
tidak di kenakan pajak sebelum terjadi realisasi keuntungan. Pengumuman yang
memiliki informasi konten pada pasar modal efisien, akan langsung tercermin
pada harga saham sehingga mempengaruhi pendapatan saham. Studi peristiwa
menganalisis pendapatan tidak normal (abnormal return) sekuritas yang mungkin
terjadi di sekitar penggumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return merupakan
kelebihan dari return normal. Return normal merupakan return expected (return
yang diharapkan oleh investor). Jogiyanto (2003:434) mendefinisikan abnormal
return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return
ekspektasi.
Hasil penelitian terdahulu dalam jurnal penelitian Amin (2001)
pengumuman merger berpengaruh negatif terhadap abnormal return, kesimpulan
hasil penelitiannya menunjukan adanya abnormal return yang negatif karena
ketidak konsistenan efisiensi pasar dan adanya sugesti yang membuat perubahan
harga pasar yang lebih tinggi serta menggemukakan return yang negatif untuk dua
tahun setelah merger adalah fakta yang tidak dapat di pungkirin.
Adapun penelitian Sjamsu (2007), hasil penelitiannya membuktikan
pengumuman akuisisi menimbulkan reaksi pasar (abnormal return) yang
signifikan pada event date dan periode setelah pengumuman serta adanya
perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dengan sesudah pengumuman
Dengan maraknya merger yang di lakukan perusahaan beberapa tahun ini
maka peneliti tertarik meneliti topik mengenai merger karena rencana
penggumuman merger merupakan salah satu informasi yang bisa mengakibatkan
adanya abnormal return saham perusahaan merger. Seperti halnya yang di
katakan (Moin, 2004:299) Para peneliti menemui kesulitan mencari metode yang
tepat untuk mengevaluasi pengaruh merger terhadap kemakmuran pemegang
saham. Kinerja perusahaan pasca merger bisa di identifikasi melalui laporan
keuangan dalam beberapa tahun setelah penggabungan. Namun mengukur kinerja
ekonomi perusahaan adalah dengan melacak harga sahamnya terhadap kinerja
pasar secara keseluruhan. Dalam pasar yang efisien, nilai yang di harapkan dari
sebuah merger akan di estimasi dengan menganalisis perubahan pasar segera
sesudah pengumuman transaksi merger. Pengujian seperti ini biasanya
menggunakan pengukuran abnormal return.
Abnormal return sebenarnya merupakan sebuah metodologi untuk meneliti
atau menguji pengaruh kandungan informasi terhadap reaksi pasar saham. Jika
pengumuman merger berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga
saham atau terhadap abnormal return berarti pengumuman tersebut mengandung
informasi. Apabila diperoleh abnormal return yang positif berarti terdapat
peningkatan kemakmuran pemegang saham, tetapi sebaliknya jika abnormal
return bernilai negatif berarti terjadi penurunan kemakmuran. Di sisi lain, apabila
pengumuman merger tidak menghasilkan abnormal return atau sama dengan nol
berarti merger tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. ( Moin,
Informasi yang di dapat oleh investor, akan membuat mereka mengadakan
penilaian sendiri tentang keadaan suatu perusahaan. Investor akan tertarik untuk
membeli saham suatu perusahaan apabila menejer perusahaan dapat menjanjikan
hasil pengembalian tinggi di masa datang yang akan didapatkan dari adanya usaha
perusahaan yang berkembang. dengan adanya peristiwa right issue, waran, saham
bonus,merger, dan pembagian deviden merupakan contoh corporate action yang
memiliki muatan informasi yang dapat berpengaruh pada prospek perusahaan.
Terdapat 9 perusahaan go publik yang melakukan merger tahun
2006-2009. Berikut ini di sajikan data perusahaan yang melakukan merger dan rata-rata
abnormal return perusahaan :
Tabel 1.1
Data Perusahaan Yang Melakukan Merger Tahun 2006-2009
Sumber : Bursa Efek Indonesia, IDX
Perusahaan Merger Perusahaan Target
Tanggal Efektif
Code Emiten
1. PT Kalbe Farma Tbk PT Dankos Laboratories Tbk 12/1/2006 KLBF
PT Enseval
2. PT Ades Waters Indonesia Tbk PT Pamargha Indojatim 1/7/2006 ADES
3. PT Bumi Resources Tbk PT Energi Mega Persada Tbk 9/8/2006 BUMI
4. PT Surya Toto Indonesia Tbk PT Surya Pertiwi Paramita 5/12/2006 TOTO
5. PT Selamat Sempurna Tbk
PT Andhi Chandra Automotive
Products Tbk 2/1/2007 SMSM
6. PT Mobile 8 Telecom Tbk
PT Komunikasi Selular Indonesia
31/5/2007 FREN
PT Metro Selular Nusantara PT Telekomindo Selular Raya
7. PT Bank Multicor Tbk PT Bank Windu Kentjana Tbk 8/1/2008 MCOR
8. PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Lippo Tbk 1/11/2008 BNGA
9. PT Bentoel Internasional
Tabel 1.2
Rata-Rata Abnormal Return Perusahaan Merger Tahun 2006-2009
AAR
Dari data di atas dapat di lihat bahwa rata-rata abnormal return perusahaan
sebelum merger berbeda dengan sesudah merger. Perbedaan tersebut terlihat dari
abnormal return yang di peroleh masing-masing perusahaan, ada yang mengalami
penurunan bahkan ada yang mangalami peningkatan. Informasi mengenai
pengumuman merger membuat investor mengadakan penilaian sendiri tentang
keadaan suatu perusahaan. Peneliti tertarik meneliti topik mengenai merger karena
tersebut merupakan salah satu informasi yang bisa mengakibatkan adanya
abnormal return saham perusahaan. Dari ringkasan tersebut, maka peneliti berniat
untuk meneliti perbedaan yang terjadi sebelum dan setelah merger. Ada pun judul
untuk penelitian ini adalah, “ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL
RETURN SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN MERGER PADA
PERUSAHAAN GO PUBLIK DI INDONESIA”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah
Apakah terdapat perbedaan Abnormal return sebelum dan sesudah
pengumuman merger pada perusahaan go publik di Bursa Efek Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui perbedaan Abnormal return sebelum dan sesudah
pengumuman merger pada perusahaan go publik di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti :
Untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya
ilmiah, peningkatan wawasan dan memperdalam pengetahuan dalam bidang pasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Amin Wibowo (2001) yang berjudul
“Pengaruh pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan
akuisitor dan non akuisitor dalam sektor industri yang sama di bursa efek Jakarta”.
Hipotesis yang di kemukakan yaitu di duga pengaruh informasi merger dan
akuisisi terhadap return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor. Pengujian
terhadap return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor menggunakan
periode jendela (event window) 41 hari. Dengan melakukan pengujian hipotesis
dengan uji t dua sisi. Dari pengujian penelitian ini di simpulan adanya
kecenderungan terjadinya kebocoran informasi dari pihak manajemen, yaitu pasar
telah mengetahui informasi merger dan akuisisi sebelum pengumuman di
laksanakan. Hal tersebut di tunjukan dengan signifikansi abnormal return jauh
sebelum pengumuman di lakukan baik untuk saham akuisitor maupun non
akuisitor.
Moch Sjamsu (2007) yang berjudul “Pengaruh pengumuman akuisisi terhadap
Abnormal Return saham perusahaan yang go publik di bursa efek Jakarta
(Indonesia)”. Hipotesis yang di kemukakan yaitu di duga terdapat perbedaan
Abnormal Return yang di peroleh pemegang saham sebelum dan sesudah
pengumuman akuisisi pada perusahaan yang go publik di bursa efek Jakarta.
dengan menguji dua sampel berpasangan. Dari hasil analisis tersebut di simpulkan
bahwa pengumuman akuisisi menimbulkan reaksi pasar (abnormal return) yang
signifikan pada event date dan periode setelah pengumuman serta adanya
perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dengan sesudah pengumuman
akuisisi.
Terdapat perbedaan penelitian yang di lakukan oleh Amin (2001) dan Sjamsu
(2007). Demikian juga penelitian ini. Adapun perbedaan tersebut dalam hal
sebagai berikut :
1. Periode penelitian yang di lakukan Amin dan Sjamsu periode tahun
1991-2002 . Sedangkan penelitian ini periode tahun 2006-2009.
2. Penelitian ini menggunakan 7 perusahaan go publik di Indonesia yang
telah melakukan merger.
3. Variabel dependen (Y) yang di gunakan penelitian ini adalah abnormal
return dan variabel independen (Di) adalah pengumuman merger.
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Merger
2.2.1.1 Pengertian Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian
hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara
yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. (Moin, 2004:5).
Menurut Moin (2004:6) sesuai dengan Ikatan Akuntan Indonesia
satu metode penyatuan usaha (business combination). Penyatuan usaha itu sendiri
didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi
satu entitas ekonomi karena perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau
memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain.
Menurut Moin (2004:13) dilihat dari sisi manajemen keuangannya merger
memiliki manfaat lebih sebagai berikut :
1.Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2.Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih
percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3.Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4.Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5.Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen
baru.
6.Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan.
7.Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
8.Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang labih cepat.
Menurut (Payamta,dkk, 2004), Merger merupakan penggabungan usaha
dengan cara suatu perusahaan menggambil alih satu atau lebih perusahaan yang
lain dimana setelah merger perusahaan yang diambil alih tersebut di likuidasi.
Perbedaan Merger dan Akuisisi didefinisikan sebagai berikut:
Perusahaan-perusahaan yang melakukan merger mengakibatkan hanya
satu perusahaan yang akan mengambil ahli seluruh harta dan meneruskan operasi,
melakukan akuisisi tetap menjalankan operasinya seperti biasa dan secara hukum
masih berdiri. Misalnya perusahaan a, b, c akan melakukan penggabungan usaha.
Jika penggabungan usaha tersebut berbentuk merger, maka hanya satu perusahaan
saja yang berdiri misalnya perusahaan a sedangkan perusahaan b dan c tutup.
Sedangkan pada penggabungan usaha berbentuk akuisisi semua perusahaan akan
tetap eksis (Payamta,dkk, 2004).
2.2.1.2 Pengklasifikasian Merger
Merger biasa dilihat dari beberapa sudut yaitu berdasarkan aktivitas
ekonomik, pola merger, perlakuan Akuntansi (Moin, 2004:22).
Penggabungan usaha berdasarkan aktivitas ekonomik dibedakan dalam lima
macam bentuk:
1. Merger Horisontal
Merger antara dua perusahaan atau lebih yang bergerak dalam industri yang
sama. Sebelum terjadi merger perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama
lain dalam pasar atau industri yang sama.
Merger horizontal bertujuan untuk mengurangi persaingan atau meningkatkan
efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran, distribusi,
riset, pengembangan dan fasilitas administrasi.
2. Merger Vertikal
Integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud
untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan pengguna produk
dalam stabilisasi pasokan dan pengguna.
3. Merger Konglomerat
Merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing bergerak dalam
industri yang tidak terkait. Merger ini terjadi apabila sebuah perusahaan
berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis
yang berbeda sama sekali dengan bidang bisnis semula.
4. Merger Ekstansi Pasar
Merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara
bersama-sama memperluas area pasar.
Merger ini dilakukan bertujuan untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi
produk masing-masing perusahaan.
5. Merger ekstansi produk
Merger yang dilakukan dua perusahaan untuk memperluas lini produk
masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan
lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang
lebih luas.
Penggabungan usaha ditinjau berdasarkan pola merger ada dua macam bentuk
(Moin, 2004:26) :
1. Mothership Merger
Mothership Merger adalah pengadopsian satu pola atau system untuk
2. Platform Merger
Merger hardware dan software yang menjadikan kekuatan masing-masing
perusahaan tetap dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua
system atau pola bisnis, sepanjang itu baik akan diadopsikan oleh perusahaan
hasil merger.
Penggabungan usaha ditinjau berdasarkan perlakuan Akuntansi adalah (Moin,
2004:44) :
1. Metode Pembelian
Sebuah penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian mayoritas
saham secara tunai oleh perusahaan lain yang berakibat beralihnya
pengendalian, maka transaksi ini diperlukan sebagai pembelian dan metode
akuntansi yang digunakan adalah metode pembelian.
2. Metode Penyatuan
Penggabungan usaha diperlakukan sebagai penyatuan kepentingan, jika
pemegang saham perusahaan yang bergabung tetap melanjutkan kepemilikan
terhadap perusahaan hasil penggabungan.
2.2.1.3 Motif Melakukan Merger
Menurut Moin (2004:53) ada beberapa motif yang melatar belakangi
perusahaan melakukan merger atau konsolidasi dan manfaat melakukan merger
1. Motif Ekonomi
Esensi tujuan perusahaan, dalam perspektif manajemen keuangan, adalah
seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi
perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger dan konsolidasi memiliki
motif ekonomi yang bertujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai
peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktiva dan pengambilan
keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini.
2. Motif Strategis
Motif strategis tercapai ketika aktivitas merger dan akuisisi diarahkan untuk
mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif
dalam industri.
3. Motif Politis
Motif politis seringkali dilakukan oleh pemerintah untuk memaksa
perusahaan baik BUMN maupun swasta untuk melakukan merger atau
akuisisi. Muatan politis diambil untuk kepentingan masyarakat umum atau
ekonomi secara makro. Melalui merger diharapkan perusahaan-perusahaan
tersebut mampu beroperasi secara maksimal, karena akan memiliki struktur
permodalan yang kuat dan selanjutnya bisa meningkatkan kinerja perusahaan.
4. Motif Perpajakan
Termasuk motif yang mendasari merger dan akuisisi meskipun perlu
pembuktian empiris. Apabila perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak
ada kesempatan investasi internal yang layak secara ekonomis, maka
5. Motif Sinergi
Bentuk-bentuk sinergi:
a.Sinergi Operasi
Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mampu mencapai
efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal
sumber daya-sumber daya perusahaan. Operating synergy dapat dibedakan
dalam economics of scale dan economies of scope.
b.Sinergi Financial
Sinergi financial dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki
struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari
luar secara mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal
perusahaan semakin menurun.
c.Sinergi Manajerial
Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial
dan skills dari perusahaan satu ke perusahaan lain atau ketika secara
bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas knowhow yang mereka
miliki.
d.Sinergi Teknologi
Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik
e.Sinergi Pemasaran
Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin
luas dan terbukanya pemasaran produk, bertambahnya lini produk yang
dipasarkan, dan semakin banyaknya konsumen yang bisa dijangkau.
f. Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan
melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung
aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing.
Perusahaan mendiversifikasikan usahanya melalui pembelian perusahaan
lain diluar industrinya dengan tujuan untuk mengurangi ketidakstabilan arus
penerimaan kas dan keuntungan. Sehingga perusahaan memiliki arus dan
keuntungan yang saling menutupi.
g.Motif Non-Ekonomi
Adakalanya merger dan akuisisi dilakukan bukan berdasarkan pada
pertimbangan ekonomis semata, tetapi didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan lain seperti prestis dan ambisi pemilik perusahaan.
Selain beberapa motif yang mendasari perusahaan melakukan merger.
Perusahaan juga melihat beberapa faktor dari kelebihan dan kelemahan merger
Menurut Moin (2004:13)
a. Kelebihan dan Manfaat merger:
1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen
baru.
6. Memperoleh system operasional dan administratif yang mapan.
7. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru.
8. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang labih cepat.
b. Kelemahan Merger:
1.Proses integrasi yang tidak mudah.
2.Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3.Biaya konsultan yang mahal.
4.Meningkatnya kompleksitas birokrasi.
5.Biaya koordinasi yang mahal.
6.Seringkali menurunkan moral organisasi.
7.Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.
8.Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
2.2.1.4 Proses Merger
Menurut Moin (2004 : 112) proses merger dilihat dari tahap-tahap proses merger
terbagi sebagai berikut :
1. Identifikasi Awal:
Perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin,
tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan perusahaan
yang seperti apa yang akan dijadikan target merger.
2. Screening :
Adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon target
tersebut yang paling layak untuk di merger. Proses screening ini tidak
dilakukan apabila perusahaan hanya mengidentifikasi satu calon
perusahaan target.
3. Penawaran formal :
Pada tahap ini dilakukan penjajakan pelaksanaan merger antara dua pihak
dan pembicara tentang harga yang akan disepakati. Proses ini tidaklah
singkat karena calon memiliki bargaining power yang mungkin lebih kuat
dari premerger dalam menentukan harga. Sebelum pihak menejemen target
memutuskan untuk menyetujui atau menolak penawaran ini, mereka harus
konsultasi dengan pemegang saham.
4. Due diligence
Atau uji tuntas adalah infestigasi yang menyeluruh dan mendalam
terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini di maksudkan
untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan
target dilihat dari semua aspek.
5. Negosiasi deal :
Terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan
persetujuan agar proses merger berjalan normal (tidak terjadi hostile take
ini setuju dengan syarat-syarat menandatangani nota kesepakatan
(memorandum of understanding) sebagai kelanjutan dari deal mereka.
6. Closing :
Jika negosiasi mencapai deal berarti persetujuan formal merger telah
terlaksana dan selanjutnya dilakukan closing. Closing adalah penutupan
transaksi merger, pada kasus merger closing berarti berakhirnya status
hukum perusahaan yang di merger ke dalam perusahaan hasil merger
bersamaan dengan di serahakannya saham perusahaan hasil merger kepada
pemegang saham perusahaan yang di merger tersebut.
7. Intergrasi :
Berarti tahap dimulainya kehidupan baru setelah perusahaan melakukan
penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi. Perusahaan
hasil merger mulai melaksanakan perencanaan strategic yang telah disusun
sebelumnya.
Tata Cara Pelaksanaan Merger setelah tahap-tahap proses merger :
Menurut Moin (2004: 122) sesuai dengan peraturan pemerintah RI No 27
tentang penggabungan perseroan terbatas, setelah terjadi deal antara kedua pihak
dengan penandatanganan nota kesepakatan secara formal, selanjutnya
masing-masing direksi perusahaan menyusun rencana merger melalui tata cara sebagai
berikut:
1. Masing-masing direksi membuat rencana merger yang wajib mendapatkan
2. Direksi masing-masing perusahaan peserta merger bersama-sama
menyetujui rencana merger dan harus disetujui oleh RUPS masing-masing
perseroan. Rencana merger harus memuat penegasan dari perseroan yang
akan menerima penggabungan mengenai penerimaan peralihan segala hak
dan kewajiban dari perseroan yang akan menggabungkan diri.
3. Mengumumkan ringkasan rancangan merger melalui dua surat kabar
harian nasional dan memberitaukan ringkasan rancangan merger ini secara
tertulis kepada karyawan perseroan masing-masing peserta. Merger paling
lambat 14 hari sebelum pemanggilan RUPS masing-masing perseroan.
Dalam kasus merger ini perusahaan mengubah status dari publik menjadi
privat.
4. Jika RUPS menyetujui rancangan merger, selanjutnya rancangan tersebut
dituangkan dalam akta merger yang dibuat dihadapan notaries.
5. A. Jika merger tersebut dilakukan tanpa disertai perubahan anggaran dasar
perusahaan penerimaan merger, maka merger mulai berlaku sejak tanggal
penandatanganan akta merger. Sejak tanggal ini perusahaan yang
menggabungkan diri bubar demi hukum dan semua hak dan kewajiban
perusahaan yang bubar ini beralih pada perusahaan hasil merger.
B. Jika merger melakukan perubahan anggaran dasar yang harus
dimintakan persetujuan menteri kehakiman, maka merger berlaku efektif
sejak tanggal persetujuan perubahan anggaran dasar oleh menteri.
C. Jika merger dilakukan dengan merubah anggaran dasar tetapi
mulai berlaku efektif sejak tanggal pendaftaran akta merger dan akta
perubahan anggaran dasar dalam daftar perusahaan pada lembaran Negara.
2.2.2 Pasar Modal
Menurut Jogiyanto ( 2003:11 )Pasar modal merupakan sarana perusahaan
untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau
mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti kepemikikan sebagian dari
perusahaan. Obligasi merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam
untuk membayar kembali pokok pinjaman di tambah dengan bunga dalam kurun
waktu tertentuyang sudah di sepakati.
Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga
mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa
mendatang serta kualitas dari manajemenya. Jika calon investor meragukan
kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga
yang turun. Dengan demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak
langsung pengukur kualitas manajemen. Pasar modal juga mempunyai fungsi
sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari
pemberi pinjaman ke peminjam. ( Jogiyanto, 2003:12)
2.2.2.1 Pasar Modal yang Efisien
Menurut Jogiyanto (2003:370) pasar modal yang efisien dapat didasarkan
A. Efisiensi pasar secara informasi:
Pasar efisiensi yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut efisiensi pasar
secara informasi (informationally efficient market). Sedangkan pasar efisien yang
ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang tersedia disebut pasar efisien secara keputusan
(decesionally efficient market).
Kunci utama mengukur pasar efisien secara informasi adalah hubungan antara
harga sekuritas dan informasi. Maka disajikan tiga bentuk utama efisiensi pasar
secara informasi.
1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga sekuritas
mencerminkan secara penuh, informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar
secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak, yang menyatakan
bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang, maka
nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang.
Berarti investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak normal.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh
mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan, termasuk informasi
yang berada dalam laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Pada pasar
yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal
dalam jangka waktu yang lama.
Informasi yang dipublikasikan berbentuk sebagai berikut.
a. Informasi yang mempengaruhi harga saham sekuritas perusahaan yang
mempublikasikan informasi tersebut. Berhubungan dengan peristiwa yang
terjadi di perusahaan emiten, contoh: pengumuman laba, pembagian
deviden, pengembangan produk baru, pergantian pemimpin perusahaan,
dan pengumuman merjer dan akuisisi.
b. Informasi yang mempengaruhi harga-harga sekuritas sejumlah perusahaan.
Berupa peratiran pemerintah atau peraturan regulator yang hanya
berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan yang terkena regulasi
tersebut.
c. Informasi yang mempengaruhi harga-harga sekuritas semua perusahaan
yang terdaftar dipasar saham. Berupa peraturan pemerintah atau peraturan
regulator yang berdampak kesemua perusahaan emiten.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Dikatakan efisiensi dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh
mencerminkan semua informasi yang tersedia secara privat. Tidak ada
individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh
keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi
B. Efisiensi pasar secara keputusan
Pasar efisiensi yang menunjukan efisiensi pasar bentuk setengah kuat yang
didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Efisiensi pasar ini
mempertimbangkan dua faktor yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan
pelaku pasar.
2.2.2.2 Return Saham
Menurut Jogianto ( 2003:109 ) Return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi dimasa mendatang.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi.
Sedangkan yang di maksud dengan return ekspektasi (expected return) adalah
return yang di harapkan akan di peroleh oleh investor di masa yang akan
mendatang.
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam
suatu periode tertentu. Return total disebut dengan return saja. Return total terdiri
dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut:
Return = capital gain (loss) + yield………..…….…(2.1)
(Jogiyanto, 2003:110)
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi
sekarang relative dengan harga periode yang lalu:
Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi dari harga investasi periode
) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi
kerugian modal (capital loss).
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah
persentase deviden terhadap harga saham periode sebelum. Dengan demikian,
return total dapat juga dinyatakan sebagai berikut:
Return =
+
Yield …….………...…….(2.3)(Jogiyanto, 2003:111) Untuk saham biasa yang membayar deviden periodik sebesar D1 rupiah
perlembarnya, maka yield adalah sebesar D1/Pt-1
1
dan return total dapat dinyatakan
sebagai berikut:
(Jogiyanto, 2003:111)
2.2.2.3 Return Tidak Normal (Abnormal Return)
Studi peristiwa menganalisis return tidak normal (abnormal return) dari
sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa.
Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap return normal.
Return normal merupakan return ekspektasi (return yang di harapkan oleh
antara return sesungguhnya yang terjadi dan return ekspektasi (Jogiyanto,
2003:433 ).
RTNi,t = Ri,t – E(Ri,t)
………….……….………(2.5)
(Jogiyanto, 2003:434)
Notasi:
RTNi,t : Return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke i pada periode
peristiwa ke t
Ri,t : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke i pada periode peristiwa
ke t
E(Ri,t) : Return ekspektasi sekuritas ke i untuk periode peristiwa ke t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang
merupakan selisih harga sekarang relatip terhadap harga sebelumnya atau dapat di
hitung dengan rumus (Pi,t – Pi,t -1) / Pi,t -1
a. Mean adjusted model
. Sedangkan return ekspektasi merupakan
return yang harus di estimasi. mengestimasi return ekspektasi menggunakan
model estimasi sebagai berikut:
Model disesuaikan rata-rata (mean adjusted model) ini menganggap bahwa
return ekspektasi bernilai konstan sama dengan rata-rata return realisasi
sebelumnya selama periode estimasi (estimation period). Periode estimasi
umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa
(event period) disebut juga periode pengamatan atau jendela peristiwa (event
b. Market adjusted model
Model disesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa
penduga yang baik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return
indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak
perlu menggunakan periode estimasi untuk model estimasi karena return
sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
c. Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini
dilakukan dengan dua tahap yaitu
1. Membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama
periode estimasi
2. Menggunakan model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi
diperiode jendela. Model ini diekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik
regresi OLS (ordinary least square).
Rmt
IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
2.2.2.4 Hubungan Pengumuman Merger Dengan Abnormal Return
Abnormal return sebenarnya merupakan sebuah metodologi untuk meneliti
atau menguji pengaruh kandungan informasi terhadap reaksi pasar saham. Jika
pengumuman merger berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga
saham atau terhadap abnormal return berarti pengumuman tersebut mengandung
informasi. Apabila diperoleh abnormal return yang positif berarti terdapat
peningkatan kemakmuran pemegang saham, tetapi sebaliknya jika abnormal
return bernilai negatif berarti terjadi penurunan kemakmuran. Disisi lain, apabila
pengumuman merger tidak menghasilkan abnormal return atau sama dengan nol
berarti merger tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. ( Moin,
2004:299).
Moin (2004:298) menyatakan bahwa mengukur kinerja ekonomi
perusahaan adalah dengan melacak harga sahamnya terhadap kinerja pasar secara
keseluruhan. Dalam pasar yang efisien, nilai yang di harapkan dari sebuah merger
akan di estimasi dengan menganalisis perubahan pasar segera sesudah
pengumuman transaksi merger. Pengujian seperti ini biasanya menggunakan
pengukuran abnormal return.
Dalam jurnal penelitian Amin (2001) pengumuman merger berpengaruh
negatif terhadap abnormal return, kesimpulan hasil penelitiannya menunjukan
adanya abnormal return yang negatif karena ketidak konsistenan efisiensi pasar
menggemukakan return yang negatif untuk dua tahun setelah merger adalah fakta
yang tidak dapat di pungkiri.
Penelitian Sjamsu (2007), menyimpulan hasil penelitiannya membuktikan
pengumuman akuisisi menimbulkan reaksi pasar (abnormal return) yang
signifikan pada event date dan periode setelah pengumuman serta adanya
perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dengan sesudah pengumuman
akuisisi.
Teori diatas dapat di simpulkan bahwa pengumuman merger berpengaruh
positif terhadap abnormal return. Hasil yang di peroleh Sjamsu (2007). Berbeda
dengan hasil yang di peroleh Amin (2001) yang menunjukan adanya abnormal
return yang negatif. Dari kedua teori tersebut dapat di artikan adanya perbedaan
abnormal return sebelum dan sesudah merger, yang di peroleh masing-masing
perusahaan, hal ini bisa di karenakan dari penilaian investor yang berbeda-beda
2.3 Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
Diduga terdapat perbedaan Abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman
merger pada perusahaan go publik dibursa efek Indonesia.
Abnormal return (Y) Sebelum dan sesudah
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah sesuatu yang menjadi obyek pengamatan
dalam suatu penelitian yang berdasarkan sifat atau hal-hal yang di definisikan atau
di amati. Maka variabel yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.1.1 Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Abnormal Return/ Y)
Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah abnormal return
Variabel abnormal return ini diukur menggunakan skala rasio. Perhitungan
Abnormal Return di dapat dengan rumus sebagai berikut :
1. Abnormal Return
Abnormal return sebagai selisih antara return ekspektasi (expected return)
dengan return sesungguhnya (actual return) pada hari atau tanggal yang sama.
Dengan menggunakan rasio.
RTNi,t = Ri,t – E(Ri,t
(Jogiyanto, 2003:434) ) ………...…(3.1)
Dimana :
RTNi,t : Return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke i pada periode
peristiwa ke t
Ri,t : Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke i pada periode
E(Ri,t) : Return ekspektasi sekuritas ke i untuk periode peristiwa ke t
Sedangkan untuk menghitung (actual return) dan (expected return) digunakan
rumus sebagai berikut:
2. Return sesungguhnya (actual return)
Return sesungguhnya (actual return) adalah hasil dari perbandingan apresiasi
harga saham suatu saham hari dengan harga saham dari sebelumnya.
Skala pengukuran data yang digunakan adalah rasio
Ri,t
Ri,t : Pendapatan saham sesungguhnya i pada periode t
Pi,t : Harga saham sesungguhnya i pada periode t
Pi,t-1
3. Return ekspektasi (expected return).
: Harga saham sesungguhnya i pada periode t-1
Untuk menghitung return saham yang diharapkan maka digunakan return
pasar model disesuaikan Market model. Yang dirumuskan sebagai berikut
Rmt
Rmt : Return ekspektasi pasar pada periode t
IHSGt : Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
3.1.2 Variabel Independen (Di)
Dalam penelitian ini variabel Independennya adalah pengumuman merger.
Dengan menggunakan variabel dummy, adapun kriteria pengukuran variabel
dummy (Di) sebagai berikut :
Di =
3.2Teknik Penentuan Sampel 1 : Sesudah merger
Di =
0
: Sebelum merger3.2.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang
sama untuk di pilih menjadi anggota sampel (Husein, 2009:77)
Populasi yang di teliti adalah 9 perusahaan go publik di Indonesia yang
melakukan merger dan memiliki saham aktif dari tahun 2006 – 2009.
Dengan melihat pelaksanaan merger maka peneliti menentukan periode
peristiwa yang di sebut juga periode pengamatan atau periode jendela (event
window). Peneliti menetapkan periode jendela selama 11 hari. (t-5, t0, dan t+5)
Periode tersebut yang cukup untuk melihat kandungan informasi tentang
pengumuman pelaksanaan merger. Alasan lain adalah untuk menghindari
pengaruh faktor-faktor lain (seperti pembagian deviden, saham bonus, right issue)
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi (Husein, 2009:77).
Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go publik
di Indonesia yang melakukan merger. Teknik pengambilan sampel penelitian ini
secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik
tertentu yang di anggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi
yang sudah di ketahui sebelumnya (Husein, 2009:92)
Kriteria yang di gunakan untuk memilih sampel sebagai berikut:
1. Perusahaan go publik yang melakukan merger dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (IDX) pada tahun 2006-2009
2. Saham yang diteliti adalah saham perusahaan go publik yang aktif di
perdagangkan di Bursa Efek Indonesia (IDX), dan selama periode penelitian
bukan merupakan saham tidur.
3. Perusahaan yang mempunyai data return saham dan harga saham pada tahun
2006-2009
4. Perusahaan yang hanya melakukan merger pada 1 perusahaan dalam 1 tahun
5. Data emiten yang di teliti lengkap.
Dalam penelitian ini sampel di tetap kan 7 perusahaan go publik di Indonesia
yang melakukan merger pada tahun 2006-2009 berdasarkan dari bursa efek
1. PT Ades Waters Indonesia Tbk
2. PT Bumi Resources Tbk
3. PT Surya Toto Indonesia Tbk
4. PT Selamat Sempurna Tbk
5. PT Bank Multicor Tbk
6. PT Bank CIMB Niaga Tbk
7. PT Bentoel Internasional Investama Tbk
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
bersumber dari data sekunder, yaitu berupa tanggal pengumuman merger yang
diperoleh dari laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia
(IDX) sebagai berikut:
1. Harga saham emiten yang merupakan harga penutupan harian (closing price)
selama tahun 2006-2009
2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian selama tahun 2006-2009
3. Data tanggal, bulan dan tahun terjadinya merger secara resmi melalui Bursa
Efek Indonesia (IDX) pada tahun 2006-2009.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang di butuhkan dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek
3.3.3 Pengumpulan Data
Penelitian ini mengunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dengan mengadakan studi kepustakaan yang mempelajari
literatur dan karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Dokumentasi
Data-data yang di perlukan untuk penelitian ini di peroleh dari Bursa Efek
Indonesia (IDX). data-data tersebut di kumpulkan melalui teknik
dokumentasi.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis
Pengujian menggunakan variabel abnormal return sebelum melakukan
merger yaitu 5 hari dan 5 hari sesudah melakukan merger. Hari pada waktu
pengumuman pelaksanaan merger tidak di ambil, karena pada hari tersebut
permulaan pengumuman pelaksanaan merger. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman
merger masing-masing perusahaan. Di hitung dengan menggunakan Market
model.
Untuk menguji perbedaan rata-rata digunakan analisis regresi linier
dengan variabel dummy sebagai berikut:
Yi = α + βDi + µi ………(3.4)
Dimana :
Y : Variabel abnormal return α : konstanta
µi : variabel pengganggu
3.4.2 Pengujian Hipotesis
Hipotesis statistik yang disusun dalam pengujian adalah :
1
H1 : β
= 0 (Tidak terdapat perbedaan yang signifikan Y untuk D=1 dan
D=0)
dengan rumus sebagai berikut :
hit =
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi (α) 0,05
dengan derajat bebas (n-k)
Dimana:
k = Jumlah variabel
3. Kriteria yang dipakai dalam uji t yaitu:
Dengan menggunakan derajat kebebasan (n-2) dan α = 5% serta uji dua sisi
(kemungkinan terdapat atau tidak terdapat perbedaan), maka hasil
perhitungan t hitung dibandingkan t tabel, dimana :
a.Hipotesis diterima apabila nilai t hit < -t tab atau t hit > t tab, artinya H0
ditolak dan H1
b.Hipotesis ditolak apabila nilai -t tab ≤ t tab ≤ t tab, artinya H diterima.
0 diterima dan
H1 ditolak.
3.5.Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (1995) bahwa dalam analisis linier berganda perlu
menghindari penyimpangan asumsi klasik supaya tidak timbul masalah dalam
penggunaan analisis regresi linier berganda.
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estmator),
artinya pengembalian keputusan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan
keputusan yang BLUE harus memenuhi tiga asumsi yang tidak boleh dilanggar,
yaitu :
1. Tidak boleh ada Multikolinieritas
2. Tidak boleh ada Autokolerasi
3.5.1 Multikolinieritas
Menurut Gujarati (1995) Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana antar
variabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan yang
sempurna atau mendekati sempurna (koefisien kolerasinya tinggi atau bahkan
satu). Adanya multikolinieritas menyebabkan standart eror cenderung makin besar
dengan meningkatnya tingkat kolerasi antar variabel dan standart eror menjadi
sangat sensitive terhadap perubahan data. Diperlukan pembuktian atau identifikasi
secara statistic ada tidaknya gejala multikolinieritas. Beberapa metode untuk
menguji gejala multikolinieritas sebagai berikut :
a. Melihat kolerasi antar variabel bebas, jika kolerasi antar variabel
melebihi 0,50 diduga terdapat gejala multikolinieritas.
b. Melihat pada nilai variance inflation factor (VIF) , jika nilai VIF
kurang dari 10 maka tidak terdapat multikolinieritas.
c. Koefisien determinasi (r2) tinggi, uji parsial tidak satu pun yang
signifikan.
3.5.2 Autokolerasi
Menurut Gujarati (1995:201) Autokolerasi dapat di definisikan sebagai
kolerasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urutan waktu (data time
series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross section), uji
autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
Identifikasi ada tidaknya gejala autokolerasi dapat dilihat dengan nilai
durbin Watson dengan rumus sebagai berikut:
d =
(
2)
d = Nilai Durbin watson
et
=
Residual periode tet -1
3.5.3 Heterokedastisitas
=
Residual periode t-1Menurut Gujarati (1995) Heterokedasitas dapat di definisikan sebagai uji
untuk melihat apakah terdapat ketidak samaan varians dari residual satu
kepengamatan-kepengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain, tetap atau disebut homoskedastisitas.
Persoalan heterokedasitas sering terjadi pada data cross section
(elemen/anggota/populasi) pada suatu saat tertentu dan mempunyai karakteristik
yang berbeda. Cara mengidentifikasi heterokedastisitas dengan menggunakan uji
rank spearman antara residual dan seluruh variabel bebas (Gujarati, 1995:188)
Rumus uji rank spearman :
Dimana :
Di = Selisih ranking standar deviasi (S) dan ranking nilai mutlak eror
N = Banyaknya sampel
Bila tingkat signifikansi Rank Spearman lebih besar daripada 0,05 maka
diasumsikan tidak ada kasus heterokedastisitas untuk variabel bebas.
3.6 Uji Normalitas
Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam
model statistik variabel-variabel peneliti berdistribusi normalatau tidak normal.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Test
statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-smirnov test yaitu perbandingan
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu di
dirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
kolonial VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang di harapkan,
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan
II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah
Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa
efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di
• 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia di bentuk di
Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda.
• 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia Ditutup Selama Perang Dunia I.
• 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta di buka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya di.
• Awal tahun 1939 : Karena isu politik ( perang dunia ke II ) Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya di tutup.
• 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta di tutup kembali selama perang
dunia ke II.
• 1952 : Bursa Efek di Jakarta di aktifkan kembali dengan UU Darurat
Pasar Modal 1952, yang di keluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman
Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro
Djojohadikusumo).Instrumen yang di perdagangkan obligasi pemerintah
RI (1950).
• 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
• 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
• 10 Agustus 1977 : Bursa Efek di resmikan kembali oleh presiden
Soeharto. BEJ di jalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus di peringati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga di tandai dengan go public PT
• 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan di bandingkan instrumen Pasar Modal.
• 1987 : Ditandai dengan hadirnya paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
penawaran umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
• 1988 – 1990 : Paket diregulasi di bidang perbankan dan pasar modal di
luncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
• 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan di
kelola oleh persatuan perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
• Desember 1988 : pemerintah mengeluarkan paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif perusahaan bagi
pertumbuhan pasar modal.
• 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan di kelola
oleh perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
• 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi badan
pengawas pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
• 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ di laksanakan
• 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai di berlakukan mulai
Januari 1996.
• 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
• 2000 : Sistem Perdagangan tanpa Wartkat ( scrip trading) mulai di
aplikasikan di pasar modal Indonesia.
• 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
• 2007 : penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
• 02 Maret 2009 : Peluncuran perdana system perdagangan baru PT Bursa
Efek Indonesia: JATS-NextG
4.1.2 Perkembangan Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia di mulai dari pendirian Badan
Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi BAPEPAM untuk
memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar, baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang di
keluarkan oleh pemerintah, melalui BAPEPAM, untuk pengembangan
Bursa di Indonesia, nilainya cukup besar yang tidak mungkin di lakukan
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun
untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah BAPEPAM berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan
masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian bursa di
swantanisasikan tahun 1992.
Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia khususnya di
wilayah timur, pemerintah melalui BAPEPAM mempelopori pendirian
BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa Swasta pertama kali
didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian
dilanjutkan dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian
BEJ adalah seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada
tahun 1992, pemerintah mengalihkan peran BAPEPAM sebagai
penyelanggara Bursa kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya,
pada tahun 1993 pemerintah melalui perserikatan perdagangan uang dan
efek (PPUE) mendirikan Bursa Pareral Indonesia (BPI) untuk
mengakomodasi tranaksi di luar Bursa (over the counter). Perkembangan
berikutnya pada tahun 1995 BPI di gabungkan dengan BES dan setelah
pengabungan BES telah mampu mengembangkan fasilitas pencatatan dan
perdagangan bagi perusahaan menegah kecil serta obligasi/ surat utang.
Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan
BPI di gabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham,