v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah... 5
D. Variabel Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
F. Tujuan Penelitian ... 7
G. Hipotesis Penelitian ... 7
H. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II PEMBELAJARAN VIRTUAL DAN INTERAKTIF ………..9
A. Kurikulum ICT ... ..9
B. Pembelajaran Konseptual Interaktif ... 10
vi
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
A. Metode Penelitian ... 24
B. Jenis dan Desain Penelitian ... 24
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 26
E. Prosedur Penelitian ... 27
F. Uji Coba Instrumen ... 31
G. Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 33
H. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 38
I. Teknik Pengolahan Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
B. Pembahasan ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……… 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Rekomendasi ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Desain Penelitian ... 25
3.2 Interpretasi Validitas ... 31
3.3 Kriteria Reliabilitas ... 32
3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 33
3.5 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ... 36
3.6 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 42
3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 49
4.1 Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 52
4.2 Rata-Rata Skor Tes Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ... 52
4.3 Rata-Rata Aspek Kognitif pada Posttest Kelas Eksperimen ... 53
4.4 Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol... 54
4.5 Rata-Rata Skor Tes Prestasi Belajar Kelas Kontrol ………... 54
4.6 Rata-Rata Aspek Kognitif pada Posttest Kelas Kontrol ….….………... 55
4.7 Rata-Rata Skor Tes Prestasi Belajar ……….. 55
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Flash Media ... 12
2.2 Media Simulasi Virtual (PhET) ………’’14
2.3 Hyperphysics ………... 15
2.4 Diagram Klasifikasi Tes Menurut Atribut yang Diungkap ... 20
2.5 Hirarkis Ranah Kognitif Menurut Taksonomi Bloom ... 23
3.1 Diagram Alur Penelitian ... 30
3.2 Diagram Alur Pengolahan Data ... 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 69
B. INSTRUMEN UJI COBA DAN ANALISIS UJI COBA ……….. 100
C. INSTRUMEN PENELITIAN ……….. 114
D. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN ………. 146
E. DOKUMENTASI PENELITIAN ……….. 154
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan cabang ilmu pengetahuan yang lekat dengan kehidupan sehari-hari. Hakikat ilmu sains yaitu proses penemuan, sedangkan output dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
1. Proses
Dalam proses penemuan di dalam pembelajaran sains, kemampuan peserta didik yang dapat diasah antara lain kemampuan untuk mengamati, mengumpulkan data, mengolah data, menginterpretasikan data, menyimpulkan, mengkomunikasikan, dan lain sebagainya.
2. Produk
Hasil yang diperoleh berdasarkan proses penemuan yang telah dilakukan adalah berupa konsep, dalil, hukum, teori, dan prinsip
3. Sikap
Selama proses pembelajaran sains berlangsung hingga akhirnya terbentuk suatu produk secara tidak langsung dapat menumbuhkan beberapa sikap ilmiah seperti terbuka, obyektif, berorientasi pada kenyataan, bertanggungjawab, bekerja sama, dan lain-lain.
hal ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran memegang peranan penting dalam suatu pembelajaran sains. Maka dari itu dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat agar konsep yang dijelaskan dapat lebih dipahami dan dapat melatih berbagai kemampuan yang diharapkan.
Pengalaman peserta didik melalui proses belajar dapat diperoleh dengan bebagai cara dan menghasilkan presentasi perolehan yang berbeda pula. Seperti dikemukakan oleh Parsaoran Siahaan dan Iyon Suyana (2010), bahwa pengalaman belajar diperoleh dari membaca (10%), mendengar (20%), melihat (30%), berdiskusi (50%), menyajikan presentasi (70%), melakukan (90%). Pembelajaran sains melalui penjelasan suatu fenomena dapat menghasilkan persentasi perolehan yang besar, namun bila ditinjau kembali jika peserta didik melakukan sendiri ternyata menghasilkan persentasi yang paling besar. Proses melakukan disini dapat diartikan sebagai pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Escalada dan Zollman (1997) menegaskan bahwa pengalaman eksperimen merupakan komponen penting dalam penguatan dan pemahaman konsep siswa. Dan hal ini secara tidak langsung berdampak kepada prestasi belajar yang dicapai siswa.
3
terbiasa dengan kegiatan eksperimen serta melatih ketereampilan proses sains siswa. Namun dengan kondisi peralatan yang ada, kegiatan tersebut tidak dapat dilakukan.
Selain itu, eksperimen cenderung membuat siswa lebih terhibur dan keterlibatan mereka dalam kegiatan eksperimen membuat mereka lebih paham akan konsep yang diajarkan. Karena apabila pemahamaman konsep siswa rendah, maka akan berimplikasi pada rendahnya prestasi belajar yang diraih oleh siswa. Dari data yang diperoleh, nilai rata-rata ujian fisika kelas XI SMA Negeri di kota Bandung berada pada kisaran 40-50. Nilai tersebut masih di bawah standar KKM sekolah yang di usung yaitu 65. Hanya beberapa siswa saja yang bisa memperoleh nilai di atas standar KKM tersebut.
Seperti diungkapkan sebelumnya, permasalahan lain yang cukup menyulitkan guru adalah menampilkan fenomena fisis yang bersifat abstrak seperti pada materi termodinamika. Termodinamika membahas proses, hukum, dan kareakteristik gas, fenomena untuk konsep termodinamika membutuhkan kondisi yang serba ideal, mulai dari suhu, volume, dan tekanan. Kondisi ideal sulit dicapai jika eksperimen dilakukan menggunakan alat-alat real, apalagi peralatan untuk konsep termodinamika jarang bisa ditemukan di laboratorium sekolah. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan alat ini dapat diatasi dengan suatu eksperimen yang bersifat virtual melalui suatu media simulasi yang telah teruji.
Instrustion (ICI). Ciri utama dari ICI yaitu berfokus pada segi konseptual (Conceptual Focus), mengutamakan interaksi kelas (Clasroom interaction), menggunakan bahan-bahan ajar berbasis penelitian (Research-based materials) dan menggunakan referensi (use of texts). Berdasarkan penelitian Savinainen dan Scott, penerapan pembelajaran konsptual interaktif sangat membantu pemahaman konsep.
Penerapan pembelajaran koseptual interaktif pada penelitian kali ini menitikberatkan pada eksperimen virtual sebagai media yang bisa meningkatkan pemahaman konsep pada materi termodinamika. Selain itu eksperimen virtual adalah salah satu solusi bagi permasalahan keterbatasan alat laboratorium yang tersedia di sekolah serta sebagai solusi bagi konsep termodinamika yang kegiatan eksperimennya sulit untuk dilakukan secara real.
Penelitian ini penting untuk dilakukan agar kita dapat mengetahui keefektifan penerapan pembelajaran konseptual interaktif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Juga agar dapat mengetahui apakah pembelajaran konseptual interaktif dapat diterapkan di konsep fisika lain selain konsep gaya yang seperti yang telah dikembangkan oleh Savinainen dan Scott .
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apakah penerapan pembelajaran konseptual interaktif efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa ?”.
Permasalahan penelitian diatas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan berikut :
1. Bagaimanakah efektivitas penerapan pembelajaran konseptual interaktif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?
2. Bagaimanakah efektivitas penerapan pembelajaran konvensional terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?
3. Manakah yang lebih efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan prestasi belajar siswa diidentifikasi dengan gain yang dinormalisasi <g>.
2. Efektivitas penerapan pembelajaran konseptual interaktif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa diketahui melalui uji hipotesis.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas, yaitu pembelajaran konseptual interaktif 2. Variabel terikat, yaitu prestasi belajar siswa
E. Definisi Operasional
Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembelajaran konseptual interaktif (interactive conceptual instruction, ICI) didefinisikan sebagai suatu pendekatans pembelajaran yang menekankan pada penanaman konsep dan juga interaksi antara siswa, guru dan media pembelajaran yang digunakan. Pendekatan ini memiliki 4 ciri-ciri utama seperti berikut : berfokus pada segi konseptual (Conceptual Focus), mengutamakan interaksi kelas (Clasroom interaction), menggunakan bahan-bahan ajar berbasis penelitian (Research-based materials) dan menggunakan referensi (use of texts). Keterlaksanaan pendekatan konseptual interaktif dalam pembelajaran ditunjukan oleh lembar observasi yang diisi oleh observer selama pembelajaran.
7
pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar diidentifikasi dengan perbandingan signifikansi uji hipotesis nilai gain yang dinormalisasi yang dicapai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran konseptual interaktif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
2. Mengetahui efektivitas penerapan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
3. Mengetahui perbandingan keefektifan penerapan pembelajaran konseptual interaktif dan konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Penelitian yang berhubungan dengan data kuantitatif biasanya menggunakan rumusan hipotesis nol (H0) atau sering juga disebut hipotesis statistik. Dikatakan hipotesis statistik karena pengujian hipotesis ini didasarkan pada perhitungan statistik. Sedangkan hipotesis kerja/hipotesis alternatif (Ha) muncul sebagai kemungkinan ditolaknya hipotesis nol.
H0 : Penerapan pembelajaran konseptual interaktif tidak efektif dalam meningkatan prestasi belajar siswa.
Ha : Penerapan pembelajaran konseptual interaktif efektif dalam meningkatan prestasi belajar siswa.
H. Kegunaan Penelitian
24 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental). Menurut Usman Rianse (2009) penelitian semu itu bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan, dimana informasi tersebut sebelumnya telah diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya (true experimental) namun dalam keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian semu tidak dilakukan secara random (acak), sehingga tidak dapat digeneralisasi. B. Jenis dan Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-posttest Control Group Design. Desain penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberikan treatment dengan pembelajaran konseptual interaktif di dalam pembelajarannya sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang pembelajarannya menggunakan cara yang biasa dilakukan yaitu metode ceramah.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 - T2
Keterangan :
T1 : Tes awal (Pretest) dilakukan sebelum diberikan perlakuan
(treatment) dan dilaksanakan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
X : Perlakuan (Treatment) dengan pembelajaran konseptual interaktif
T2 : Tes akhir (Posttest) dilakukan setelah diberikan treatment dan dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah seluruh subjek yang berada pada lingkungan penelitian sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Atau secara gamblangnya dijelaskan Arikunto (2006) bahwa populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian yang akan diselenggarakan adalah siswa kelas XI salah satu SMA Negeri di kota Bandung.
26
serta dilihat dari nilai rata-rata kelas untuk ulangan-ulangan harian dan keadaan prestasi siswa yang hampir sama berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang mendukung pencapaian tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan ialah tes dan observasi 1. Tes
Menurut Arikunto (2008:53), “tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang telah ditentukan.” Tes pada penelitian kali ini digunakan sebelum (pretest) dan setelah (post-test) perlakuan, dengan maksud untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi soal berdasarkan KTSP mata pelajaran fisika SMA kelas XI
2) Membuat soal dan kunci jawaban berdasarkan kisi-kisi soal yang telah dibuat.
4) Meminta pertimbangan kepada dua orang dosen yang direkomendasikan oleh dosen pembimbing dan satu orang guru mata pelajaran fisika di SMA kemudian melakukan revisi soal berdasarkan saran dari penimbang instrumen.
5) Melakukan uji instrumen berupa soal tes prestasi belajar.
6) Menganalisis hasil uji instrumen yang meliputi tingkat kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, uji validitas tes dan reliabilitas tes.
7) Melakukan revisi ulang melalui konsultasi dengan dosen pembimbing. 2. Lembar Observasi Pembelajaran
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran konseptual interaktif. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa.
E. Prosedur Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini antara lain diuraikan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi :
1) Studi pendahuluan guna mengetahui permasalahan yang ada untuk diteliti lebih lanjut
28
3) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai pada mata pelajaran TIK (ICT) untuk sisiwa SMA kelas XI.
4) Telaah National Educational Technology Standards yang merupakan kurikulum internasional untuk mata pelajran TIK.
5) Telaah Kurikulum Tingkat Satuan /Pendidikan utnuk mata pelajaran Fisika untuk siswa SMA kelas XI.
6) Observasi awal, dilakukan untuk mengetahui kondisi awal populasi (sekolah) dan sampel (kelas yang akan diuji coba).
7) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran berdasarkan pembelajaran konseptual interaktif yang digunakan
8) Menyusun instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi :
1) Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat prestasi belajar sebelum pembelajaran.
2) Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan pembelajaran konseptual interaktif sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional.
4) Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah pembelajaran.
3. Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain : 1) Mengolah dan menganalisis data hasil pretest dan posttest.
2) Menentukan gain ternormalisasi untuk kelas eksperimen dan kontrol 3) Melakukan uji normalisasi untuk data gain ternormalisasi pada kelas
eksperimen dan kontrol
4) Menguji homogenitas sampel melalui gain ternormalisasi yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kontrol
5) Melakukan uji hipotesis 6) Menganalisis hasil penelitian.
7) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.
8) Memberikan saran-saran terhadap kekurangan yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran.
9) Mengkonsultasikan hasil pengolahan data penelitian kepada dosen pembimbing.
30
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Pembelajaran konseptual Interaktif
Pembelajaran Konvensional
Kesimpulan
Pengembangan Instrumen (Perangkat Tes)
Kelompok Kontrol Kelompok
eksperimen Pre tes
Post tes
Pengolahan dan analisis data
Observasi Rumusan Masalah
Studi Literatur & kurikulum
F. Uji Coba Instrumen
1. Analisis validitas instrumen ujicoba
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien produk momen. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan perumusan : Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi dari persamaan 3.1 di atas, interpretasi validitas soal dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi Validitas 0,800 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
32
2. Analisis reliabilitas instrumen ujicoba
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half). Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan perumusan :
... (3.2)
Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi dari persamaan 3.2 di atas, kriteria reliabilitas soal dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,800 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
r11 = reliabilitas instrumen r
2 1 2
3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:
... (3.3)
Setelah diperoleh nilai indeks kesukaran dari persamaan 3.3 di atas, kriteria klasidikasi tingkat kesukaran soal dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes.
G. Analisis Uji Coba Instrumen Tes
Dalam penelitian ini, instrumen yang disusun untuk mengukur prestasi belajar siswa terlebih dahulu diujicobakan di salah satu sekolah yang dianggap
x J
34
memiliki kesamaan dalam hal prestasi belajar dengan sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Data hasil uji coba instrumen tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dapat digunakan dalam penelitian. Analisis yang dilakukan meliputi analisis validitas butir soal, daya pembeda butir soal, tingkat kesukaran butir soal, dan reliabilitas perangkat instrumen.
Analisis terhadap perangkat instrumen yang telah diujicobakan ditunjukkan pada lampiran B.2. Berikut penjabaran dari analis uji coba instrumen. 1. Analisis Validitas Butir Soal
Analisis validitas butir soal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesahihan dari setiap butir soal yang akan digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Validitas butir soal ini dapat ditentukan berdasarkan koefisien produk momen. Analisis validitas butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5.
Berdasarkan Tabel 3.5, maka diperoleh bahwa terdapat 4 soal (10%) memiliki validitas yang tidak valid, 3 soal (7,5 %) memiliki validitas yang negatif, 5 soal (12,5%) memiliki validitas yang sangat rendah, 6 soal (15%) memiliki validitas yang rendah, 3 soal (7,5 %) memiliki validitas yang cukup, 9 soal (22,5 %) memiliki validitas yang tinggi dan 10 soal (25%) memiliki validitas yang sangat tinggi. Hasil analisis validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2.
2. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Analisis validitas butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5.
Berdasarkan Tabel 3.5, diperoleh informasi bahwa tingkat kesukaran butir soal dari instrumen tes yang diujicobakan ternyata cukup beragam. Analisis kesukaran butir soal menunjukkan bahwa 14 soal (35 %) termasuk kategori mudah, 12 soal (30 %) termasuk kategori sedang, 14 soal (35%) termasuk kategori sukar. Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2.
3. Analisis Daya Pembeda Butir Soal
Analisis daya pembeda butir soal pada hasil uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan setiap butir soal dalam membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Analisis daya pembeda butir soal terhadap hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5.
Dari Tabel 3.7, diperoleh informasi bahwa 3 soal (7,5%) harus dibuang, 13 soal (32,5 %) memiliki daya pembeda yang jelek, 12 soal (30 %) memiliki daya pembeda yang cukup, 7 soal (17,5 %) memiliki daya pembeda yang baik dan 5 soal (12,5 %) memiliki daya pembeda yang baik sekali. Hasil analisis daya pembeda butir soal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2. 4. Analisis Reliabilitas Perangkat Tes
36
menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah-ubah. Untuk menganalisis reliabilitas tes digunakan metoda belah dua (split half). Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode belah dua (Split-half method) ganjil-genap pada data hasil uji coba instrumen, diperoleh nilai reliabilitas instrumen tes yang termasuk kategori cukup yaitu dengan indeks reliabilitas sebesar 0,65. Perhitungan analisis reliabilitas instrumen tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.3.
Selanjutnya, rekapitulasi hasil uji coba instrumen ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5
Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
No
soal
Validitas Tingkat kesukaran Daya pembeda
Keterangan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
No
soal
Validitas Tingkat kesukaran Daya pembeda
Keterangan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
11 0,07 s.rendah 0,6 sedang 0,00 jelek dibuang
12 -0,22 negatif 0,9 mudah -0,1 negatif dibuang
13 1,08 s.tinggi 0,6 sedang 0,80 baik sekali dipakai 14 1,16 s.tinggi 0,6 sedang 0,90 baik sekali dipakai
15 0,81 tinggi 0,3 sedang 0,60 baik dipakai
16 0,07 s.rendah 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang
17 0 s.rendah 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang
18 1,12 s.tinggi 0,2 sedang 0,70 baik sekali dipakai 19 0,89 s.tinggi 0,5 sedang 0,70 baik sekali dipakai
20 0,8 tinggi 0,1 sukar 0,30 cukup dipakai
21 -0,22 negatif 0,2 sukar -0,30 negatif dibuang
22 0,21 rendah 1,0 mudah 0,10 jelek dibuang
23 0,22 rendah 0,3 sedang 0,10 jelek dibuang
24 0,68 tinggi 0,6 sedang 0,60 baik dipakai
25 1,18 s.tinggi 0,6 sedang 0,90 baik sekali dipakai
26 - invalid 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang
27 0,63 cukup 0,3 sedang 0,30 cukup dipakai
28 1,05 s.tinggi 0,0 sukar 0,00 jelek dipakai
29 0,58 cukup 0,7 mudah 0,20 cukup dipakai
30 0,77 tinggi 1,0 mudah 0,20 cukup dipakai
38
No
soal
Validitas Tingkat kesukaran Daya pembeda
Keterangan Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
32 0,32 rendah 0,8 mudah 0,20 cukup dibuang
33 0,8 tinggi 0,1 sukar 0,30 cukup dipakai
34 -0,12 negatif 0,9 mudah -0,10 negatif dibuang
35 0 s.rendah 1,0 mudah 0,00 jelek dibuang
36 - invalid 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang
37 1,09 s.tinggi 0,1 sukar 0,30 cukup dibuang
38 - invalid 0,0 sukar 0,00 jelek dibuang
39 0,77 tinggi 1,0 mudah 0,20 cukup dipakai
40 0,70 tinggi 0,9 mudah 0,20 cukup dipakai
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, diperoleh bahwa dari 40 soal yang diujicobakan, terdapat 20 soal yang layak sebagai instrumen dalam penelitian ini.
H. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data Kuantitatif
2. Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konseptual interaktif. Data ini diperoleh melalui observasi dengan alat pengumpul data berupa lembar observasi keterlaksaan pembelajaran.
I. Teknik Pengolahan Data
Alur pengolahan data pada penelitian kali ini dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini :
Gambar 3.2 Diagram Alur Pengolahan Data
GAIN TERNORMALISASI
UJI NORMALITAS
UJI HOMOGENITAS
PENGUJIAN HIPOTESIS DENGAN UJI -t
KESIMPULAN
Tidak Normal
Normal
DATA TES
SKOR DATA
PENGUJIAN HIPOTESIS
40
1. Data Skor Tes
Dalam penelitian ini, data skor tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Skor tes ini berasal dari nilai tes awal dan tes akhir. Pengolahan data yang dilakukan untuk nilai tes dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemberian Skor
Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.
Pemberian skor dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
S = ΣR………(3.4)
Keterangan:
S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar
b. Perhitungan Skor Gain yang Dinormalisasi
(1) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g) didefinisikan sebagai:
%
% %20 %% … … … . 3.5
(Hake, 1997) Keterangan :
g = gain yang dinormalisasi G = gain aktual
Gmaks = gain maksimum yang mungkin terjadi
Sf = skor tes awal
Si = skor tes akhir
(2) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :
%
% %20 %% … … … . . 3.6
(Hake, 1997) Keterangan :
〈g〉 = rata-rata gain yang dinormalisasi 〈G〉 = rata-rata gain aktual
〈G〉maks= gain maksimum yang mungkin terjadi
〈Sf 〉 = rata-rata skor tes awal
〈Si〉 = rata-rata skor tes akhir
42
Tabel 3.6
Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai 〈〈〈〈g〉〉〉〉 Klasifikasi
〈g〉≥ 0,7 Tinggi
0,7 > 〈g〉≥ 0,3 Sedang
〈g〉 < 0,3 Rendah
c. Uji Normalitas Distribusi Gain Dinormalisasi
Selain menggunakan statistik parametris, uji normalitas suatu data juga dapat dilakukan menggunakan statistik nonparametris. Statistik tersebut dinamakan uji Lilliefors.
Dalam penelitian kali ini data yang dijuji kenormalannya adalah data gain ternormalisasi untuk masing-masing kelompok. Hipotesis statistik (H0) untuk uji normalitas kali ini adalah bahwa data gain terdistribusi normal. Langkah-langkah untuk membuktikan H0 tersebut adalah sebagai berikut :
1) Menentukan nilai baku dari sampel (z) dengan menggunakan persamaan :
"
# … … … . . 3.7
Keterangan :
" %&'& %&'& #&()*+ # #,()&- &- .&/0 #&()*+
3) Menghitung proporsi z1, z2,…,zn yang lebih kecil atau sama dengan zi yang dinyatakan oleh :
.&-4&/-4& 5, 7, … , 8 4&- 3
- … . 3.8
4) Menghitung harga mutlak dari selisih 1
5) Mengambil nilai terbesar dari harga mutlak pada poin 4). Nilai terbesar tersebut dinamakan L0.
6) Menentukan nilai kritis L menggunakan daftar uji Lilliefors, lalu membandingkannya dengan nilai L0. Jika nilai L0 < L maka H0 diterima, atau dalam kata lain data sampel terdistribusi normal, hal ini berlaku untuk kebalikannya.
Uji normalitas data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran D.2.
d. Uji Homogenitas Variansi Gain Dinormalisasi Kedua Kelompok
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varian yang homogen atau tidak. Langkah – langkah uji homogenitas adalah sebagai berikut :
1) Mencari nilai F
Untuk menentukan nilai F dapat digunakan persamaan 3.9 berikut ini :
1
:;:<
…
(3.9) dengan = >#7 … (3. 10)Keterangan :
44
= =&%,&-#, /*@,+
2) Menentukan derajat kebebasan
Setelah diperoleh nilai F,tahapan selajutnya adalah menentukan derajat kebebasan menggunakan persamaaan 3.11 dan 3.12 berikut ini :
>.5 -5 1 … (3.11)
>.7 -7 1 … (3.12) Keterangan :
>.5 >*%&B&' /*.*.&#&-
)*(.,+&->.7 >*%&B&' /*.*.&#&- )*-4*.0'
-5 0/0%&- #&()*+ 4&- =&%,&-#,-4& .*#&%
-7 0/0%&- #&()*+ 4&- =&%,&-#,-4& /*@,+
3) Menentukan nilai F dari daftar
Menggunakan tabel distribusi nilai F ataupun menggunakan persamaan dalam software Microsoft Excel. Pembacaan nilai F pada daftar tabel melibatkan nilai derajat kebebasan yang diperoleh, yaitu dibaca sebagai berikut : 1 C 8D C EFEGH I 8 J?K
J?L
. Nilai pecahan
derajat kebebasan ditulis apa adanya tanpa harus disederhanakan terlebih dahulu.
4) Menentukan homogenitas
Ketentuan untuk menentukan apakah kedua variansi yang dibandingkan homogen atau tidak adalah sebagai berikut :
e. Uji Hipotesis dengan Uji – t
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya. Jika asumsi atau dugaan itu dikhususkan mengenani populasi, umumnya mengenai parameter populasi, maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik. Dan hipotesis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja. Sedangkan pengujian hipotesis adalah langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima atau menolak hipotesis.
Secara umum pengujian hipotesis statistik bisa dilakukan dengan uji statistik parametrik dan uji statistik non-parametrik. Tetapi uji statistik parametrik merupakan suatu pengujian yang paling kuat, dan hanya boleh digunakan bila asumsi-asumsi statistiknya telah dipenuhi. Asumsi ini didasarkan pada populasi yang terdistribusi normal . Pada sub bahasan kali ini adalah pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Langkah-langkah dalam uji-t dapat diuraikan sebagai berikut :
1)Mencari deviasi standar gabungan dengan menggunakan persamaan 3.13 berikut ini :
># M -5 1 =- 5N -7 1 =7
5N -7 2 … 3.13
2)Mencari nilai t dengan menggunakan persamaan 3.14 berikut ini :
' OOO 5 OOO7 ># PQ 1
-5N 1-7R
46
Nilai dari OOO 5 OOO7 dapat diubah menjadi OOO 7 OOO5
3)Menentukan derajat kebebasan dengan menggunakan persamaan 3.15 berikut ini :
>. -5N -7 2 … … … . 3.15
4)Menentukan nilai t dari daftar
Membaca daftar t untuk menentukan nilai t yang sesuai dengan derajat kebebasan pada poin 3) untuk taraf siginfikansi 1 %.
5)Membandingkan nilai thitung dengan ttabel dengan ketentuan :
a) Jika nilai thitung berada di dalam interval ± ttabel maka kedua perlakuan yang diberikan dikatakan sama (tidak ada yang lebih baik)
b) Jika nilai thitung berada di luar atau sama dengan batas interval ± ttabel, tetapi masih di dalam interval ± ttabel maka kedua perlakuan dikatakan berbeda signifikan
c) Jika nilai thitung berada di luar atau sama dengan batas interval ± ttabel maka kedua perlakuan dikatakan berbeda sangat signifikan
f. Uji Hipotesis dengan Uji Wilcoxon
data, dalam mengambil sampel lebih baik diusahakan kedua sampel tersebut berukuran sama (Nurgana, 1985 : 27).
Langkah-langkah pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Wilcoxon (Nurgana, 1985 : 27) adalah sebagai berikut :
1)Membuat daftar rank
Data kedua kelas masing-masing diurutkan dari yang terkecil samapi yang terbesar sehingga diperoleh pasangan yang setaraf dari yang terendah hingga yang tertinggi (pasangan yang setaraf merupakan syarat dari uji Wilcoxon). Setelah mengurutkan data kemudian data kedua kelas diselisihkan. Nilai selisih kemudian diberi rank mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar.
2)Menentukan nilai W (Wilcoxon)
Nilai W (Wilcoxon) ialah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. Jika ternyata jumlah rank positif sama dengan jumlah rank negatif, nilai W diambil salah satunya. 3)Menghitung nilai W dari daftar
Pada daftar W, harga n (sampel) yang paling besar adalah 25. Untuk n > 25, harga W dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
T - - 14 M- - 1 2- N 124 … … … 3.16
48
x = 2, 5758 untuk taraf signifikansi 1 % x = 1,96 untuk taraf signifikansi 5 % (Nurgana, 1985 : 29)
4) Pengujian hipotesis
a) Jika TU CV8D > TW 8, maka H0 diterima, artinya kedua perlakuan berbeda signikan
b) Jika TU CV8D < TW 8, maka H0 ditolak, maka kedua perlakuan tidak berbeda
Jika kedua perlakuan tidak berbeda dengan taraf signifikansi 1 %, selanjutnya coba dengan taraf signifikansi 5 %.
2. Data hasil Observasi
Data hasil observasi diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Observasi aktivitas guru dan siswa ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa. Dalam lembar observasi aktivitas guru disediakan kolom komentar yang dapat diisi dengan kritik maupun saran. Hal ini dilakukan agar kekurangan/kelemahan yang terjadi selama pembelajaran bisa diketahui sehingga diharapkan pembelajaran selanjutnya bisa lebih baik.
1) Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” pada kolom yang telah diisi oleh observer pada format observasi keterlaksanaan pembelajaran
2) Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut:
)%*#*-'&#* X YG Z [ \? EG:YG CYC [ ] 100%...(3.17)
3) Selanjutnya data yang diperoleh dijabarkan secara kualitatif untuk menggambarkan terlaksana atau tidaknya tahapan-tahapan yang ada pada pembelajaran konseptual interaktif maupun pembelajaran konvensional. 4) Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru, dapat diinterpretasikan pada tabel 3.7 berikut: Tabel 3.7
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
Persentase (%) Kategori
64 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan pembahasan data maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Dengan menggunakan taraf signifikansi 1%, pembelajaran konseptual interaktif teruji berlaku efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa 2. Dengan menggunakan taraf signifikansi 1%, pembelajaran konvensional teruji
berlaku tidak efektif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
3. Penerapan pembelajaran konseptual interaktif lebih efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dibanding dengan penerapan pembelajaran konvensional.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat di ajukan beberapa rekomendasi, antara lain:
2. Pembelajaran konseptual interaktif yang menekankan pada aktivitas eksperimen virtual didalamnya membutuhkan sarana dan prasarana yang benar-benar memadai seperti laptop dan infokus, alangkah baiknya jika diterapkan pada sekolah yang telah disurvey terlebih dahulu.
3. Pembelajaran menggunakan media simulasi virtual membutuhkan software-software pendukung agar simulasi dapat berjalan, maka dari itu diperlukan pengecekan terlebih dahulu sebelum hari penelitian untuk memastikan simulasi telah terinstall dan bisa dijalankan dengan benar.
4. Agar kualitas keterlakasanaan pembelajaran yang direncanakan bisa maksimal, kuantitas materi yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kondisi siswa, dalam hal ini tidak melampaui kemampuan siswa
66
DAFTAR PUSTAKA
Adi. (2009). Multimedia Sebagai Media Pembelajaran Interaktif .[Online]. Tersedia:http://ginigitu.wordpress.com/2009/04/21/multimedia-sebagai-media pembelajaran-interaktif/. [20 Februari 2010]
Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Yogyakarta:Bumi Aksara
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. (2007). Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar (edisi II). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Djudin, T. (2010). Pembelajaran Sains di Sekolah.Tersedia :
http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/01/11/pembelajaran-sains-di-sekolah. [26 Oktober 2010]
Escalda, L.T&Zollman, D.A. (1997). ”An Investigation on The Effects of Using Interactive Digital Video in a Physics Classroom on Student Learning and Attitudes”. Journal of Research in Science Teaching.34,(5),467-489.
Finkelstein, N., et al. (2006). High-Tech Tools for Teaching Physics: the Physics Education Technology Project. Dalam Journal of Online Teaching and Learning[Online],29halaman.Tersedia:http://www.colorado.edu/physics/Edu cationIssues/papers/PhET_JOLT.pdf. [22 April 2010]
Irpha. (2009). Mind Map (Peta Konsep). [Online]. Tersedia : http://hereourblog.wordpress.com/2009/12/29/mind-map-peta-konsep/. [6 Juli 2010]
McCullough, L.E. (2000). The Effect of Introducing Computers Into an Introductory Physics Problem-Solving Laboratory. [Online]. Tersedia:http://physics.uwstout.edu/Staff/mccullough/Dissertation/Intro%20 pages.pdf. [8 April 2010]
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
Muhaimin, Yahya, A. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Nuh, Usep. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan
Nurgana,E. (1985). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Permadi
Rianse, U. (2009). Materi Kuliah Metode Penelitian Sosek, Bab Dua, Berbagai Metode dan Macam Penelitian. [Online]. Tersedia : www.google.com/macam-macampenelitian. [20 Maret 2010]
Rochman,H.S.(2007).Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar Fisika. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan
Rohendi, D. (2008). Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X Pada Konsep Suhu dan Kalor. Skripsi pada FPMIPA UPI : tidak diterbitkan
68
Siahaan, P. & Suyana,I. (2010). Hakekat Sains dan Pembelajaran Sains. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.% http://yan.komputasi.web.id/artikel/hyperphysics-situs-konsep-fisika. [6 Juli 2010]
Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Suhandi, A. et al.(2009). Efektivitas Penggunaan Media Simulasi Virtual Pada Pendekatan Pembelajaran Konseptual Interaktif dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Meminimalkan Miskonsepsi. Dalam Jurnal PengajaranMIPA[Online],Vol.13(1),12halaman.Tersedia:http://fpmipa.upi.e du/v3/www/jurnal/april2009/artikel%20jurnal%20pengajaran%20MIPA%20 _andi%20Fisika_%20revisi.pdf [5 April 2010]
Sutrisni, L. ( _____ ). Menyusuri Pembelajaran Sains 3 : Dari Fakata ke Konsep IPA. [Online]. Tersedia : www.scribd.com.
Tri. (2009). Uji Homogenitas. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/23234205/Uji-Homogenitas. [11 November 2010]
Yuliantini, W. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika di SMA. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan