• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA INTERAKSI KONFLIK DAN REAKTUALISASI PENDIDIKAN KARAKTER: Studi Survey Eksplanatori di Universitas Cenderawasih Jayapura Papua.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA INTERAKSI KONFLIK DAN REAKTUALISASI PENDIDIKAN KARAKTER: Studi Survey Eksplanatori di Universitas Cenderawasih Jayapura Papua."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ... 10

C. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… .. 20

A. Pola Interaksi Konflik ……… 20

1. Konsep Konflik ... 20

2. Penyebab Konflik ... 28

3. Metode Resolusi Konflik………34

4. Gaya Manajemen Konflik………. 41

5. Upaya Pengelolaan Konflik……….. 50

B. Pendidikan Karakter sebagai proses pembentukan Kepribadian………..57

C. Karakter Merupakan Dasar dalam Metode Resolusi Konflik Dan Penanggulangan Konflik Demi Keberhasilan Akademik….. 70

D. Menciptakan Budaya Nilai melalui Pendidikan Intervensi dan Pendidikan Habituasi………. 76

E. Reposisi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Sarana Pembentukan Karakter ……….. 83

1. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan ...83

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ...91

3. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan ...93

4. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Pendidikan Nilai dan Pendidikan Moral ...96

5. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Pendidikan Kewarganegaraan ...99

F. Kontribusi ...104

(2)

Halaman

BAB III METODE PENELITIAN ...107

A. Desain Penelitian ...107

B. Populasi Dan Sampel ...108

C. Teknik Pengumpulan Data ...110

D. Instrumen Penelitian ...110

E. Metode Analisi Data ...111

F. Lokasi dan prosedur Penelitian ...111

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 113

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……… 113

B. Deskripsi Hasil Penelitian ……… 118

C. Pembahasan………... 190

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...236

A. Kesimpulan ...236

B. Rekomendasi ...241

DAFTAR PUSTAKA ... 243

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Definisi Konflik Menurut Para Pakar... 26 Tabel 2.2 Karakteristik Konflik Destruktif Dan Konflik Konstruktif…….. 53

Tabel 2.3 Perkembangan Moral ... 68 Tabel 2.4 The Relationship Between Character and Citizenship

Education ... 100 Tabel 2.5 Kajian Terdahulu... 105 Tabel 3.1 Populasi Mahasiswa Universitas Cenderawasih

Semester Ganjil 2010/2011 ... 108 Tabel 4.1 Presentasi Jawaban Responden Tingkat Universitas

Pada Aspek Metode Resolusi Konflik, Gaya Manajemen Konflik Situasi Konflik dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter ... 181 Tabel 4.2 Faktor-Faktor Penyebab Situasi Konflik ... 185 Tabel 4.3 Situasi Konflik yang Terjadi di dalam Kehidupan Kampus

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir ... 19

Gambar 2.1 Kerangka Gaya Manajemen Konflik Pace dan Faules (2005) ... 43

Gambar 2.2 Kerangka Gaya Manajemen Konflik Blake dan Mouton (1964) ... 45

Gambar 2.3 Kerangka Gaya Manajemen Konflik Thomas dan Kilmann (1974) ... 48

Gambar 2.4 Kerangka Gaya manajemen Konflik Rahim (1983) ... 50

Gambar 2.5 Emosi Primer dan Emosi Sekunder ………... 72

Gambar 2.6 Proses Pembudayaan dan Pemberdayaan Karakter ……….. 76

Gambar 4.1 Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas Ekonomi ... 120

Gambar 4.2Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas MIPA ... 123

Gambar 4.3Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik... 125

Gambar 4.4Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 127

Gambar 4.5 Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas Hukum ... 129

Gambar 4.6Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas Kedokteran ... 131

Gambar 4.7Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 133

Gambar 4.8Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Fakultas Teknik... 135

Gambar 4.9Aspek Metode Resolusi Konflik Pada Program Ners ... 137

Gambar 4.10Aspek Gaya Manajemen Konflik Pada Fakultas Ekonomi ... 139

Gambar 4.11Aspek Gaya Manajemen Konflik Pada Fakultas MIPA... 141

(5)

Halaman

Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 144

Gambar 4.14Aspek Gaya Manajemen Konflik Pada Fakultas Hukum... 145

Gambar 4.15 Aspek Gaya Manajemen Konflik Pada Fakultas Kedokteran .... 147

Gambar 4.16Aspek Gaya Manajemen Konflik Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat ... 148

Gambar 4.17Aspek Gaya Manajemen Konflik Pada Fakultas Teknik ... 150

Gambar 4.18Aspek Gaya Manajemen Konflik Pada Program Ners ... 151

Gambar 4.19Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas Ekonomi ... 153

Gambar 4.20 Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas MIPA ... 155

Gambar 4.21 Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 156

Gambar 4.22 Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 158

Gambar 4.23 Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas Hukum ... 159

Gambar 4.24 Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas Kedokteran ... 161

Gambar 4.25 Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat .... 162

Gambar 4.26 Aspek Situasi Konflik Pada Fakultas Teknik ... 164

Gambar 4.27 Aspek Situasi Konflik Pada Program Ners ... 165

Gambar 4.28 Reaktuasisasi Pendidikan Karakter Pada Fakultas Ekonomi ... 167

Gambar 4.29 Reaktuasisasi Pendidikan Karakter Pada Fakultas MIPA ... 168

Gambar 4.30 Reaktuasisasi Pendidikan Karakter Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik... 170

Gambar 4.31 Reaktuasisasi Pendidikan Karakter Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ... 171

Gambar 4.32 Reaktuasisasi Pendidikan Karakter Pada Fakultas Hukum ... 173

(6)

Halaman Gambar 4.35 Reaktuasisasi Pendidikan Karakter Pada Fakultas Teknik ... 177 Gambar 4.36 Reaktuasisasi Pendidikan Karakter Pada Program Ners ... 179 Gambar 4.37 Masalah Papua Dari Masa Lalu,

Masa Kini dan Masa Depan ... ………... 196 Gambar 4.38 Metode Resolusi Konflik yang digunakan oleh

Mahasiswa Papua dan Mahasiswa Non Papua………... 205 Gambar 4.39 Metode Resolusi Konflik pada tingkat Fakultas dan

Universitas ………... 210 Gambar 4.40 Gaya Manajemen Konflik Mahasiswa Papua Dalam

Menghadapi Situasi Konflik... 215 Gambar 4.41 Gaya Manajemen Konflik Mahasiswa Non Papua Dalam

Menghadapi Situasi Konflik... 217 Gambar 4.42 Pelaksanaan Reaktualisasi Pendidikan Karakter ... 226 Gambar 4.43 Model Pengelolaan Konflik yang digunakan oleh

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

(8)
(9)
(10)

Konflik sosial cenderung di nilai banyak orang sebagai sesuatu yang buruk. Pandangan seperti ini ada benarnya walaupun tidak seluruhnya, karena secara teoritik konflik di samping memiliki beberapa dampak negatif ternyata konflik juga memiliki sejumlah fungsi yang positif. Dari segi negatif, konflik menjadi pengganggu ketertiban sosial, menimbulkan inefisiensi, menciptakan ketidakstabilan, menyulut persengketaan dan menyebabkan kehancuran. Sedangkan segi positifnya, konflik dapat menjadi pencegah bagi terciptanya konflik yang lebih serius, sebagai pemacu kreativitas dan inovasi masyarakat, sarana mempercepat kolusi sosial, dan merupakan alat saling kendali antar orang atau kelompok, antar pemerintah dan masyarakat yang diperintahnya (Amstuts, dalam Harjadmo, 1996:37)

(11)

lainnya dan dosen baik secara fisik maupun psikologis.

Ketika mahasiswa pada umumnya mempunyai konflik, mereka cenderung untuk menggunakan kekerasan dalam memecahkan masalahnya. Banyak diantara mereka tidak mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif. Dalam banyak kasus, konflik antara mahasiswa dan dosen diselesaikan oleh pihak yang memiliki otoritas. Keterlibatan pihak otoritas untuk memecahkan konflik antar mahasiswa dan dosen terjadi karena dalam banyak kasus tidak ada yang mengajari / memberikan contoh kepada mahasiswa tentang bagaimana menyelesaikan konflik dalam cara-cara yang konstruktif melalui pendekatan langsung (seperti melalui pembelajaran).

(12)

cara pandangnya terhadap perilaku manusia yang menurutnya didasarkan oleh keinginan yang tidak disadari (unconscious desires) dan pengalaman masa lalu manusia berupa sexual desires dan sexual expression pada masa kanak-kanaknya.

Thomas Lickona (1992) mendukung pendapat Freud dengan mengatakan terdapat sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa yaitu: meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, ketidakjujuran yang membudaya, semakin tingginya rasa tidak hormat kepada orangtua, guru dan figur pemimpin, pengaruh peer group terhadap tindakan kekerasan, meningkatnya kecurigaan dan kebencian, penggunaan bahasa yang memburuk, penurunan etos kerja, menurunnya rasa tanggungjawab individu dan warga negara, meningginya perilaku merusak diri dan semakin kaburnya pedoman moral.

Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu upaya penanggulangan melalui dunia pendidikan, Horace Mann (1796-1859) mengatakan bahwa sekolah negeri haruslah menjadi penggerak utama dalam pendikan yang bebas (free public education), dimana pendidikan sebaiknya bersifat universal, tidak memihak (non sectarian), dan bebas. Pendapat tersebut mendapatkan dukungan dari Mann maupun John Dewey, seorang filsuf pendidikan, tujuan utama pendidikan adalah sebagai penggerak efisiensi sosial, pembentuk kebijakan berkewarganegaraan (civic virtue) dan penciptaan manusia berkarakter, jadi bukan untuk kepentingan salah satu pihak tertentu (sectarian ends).

(13)

pencerahan diri dan kehidupan manusia secara kaffah dan berahklak mulia serta

kehidupan masyarakat Madaniah (Civil Society). Pendidikan nilai, moral dan norma membawakan misi : (1) memelihara / melestarikan dan membina nilai, moral dan norma menjadi lima sistem kehidupan yang mengikat (sistem nilai, sistem budaya, sistem sosial, sistem personal, dan sistem organik); (2) mengklarifikasi dan merevitalisasi sub (1) sebagai “moral conduct” diri dan kehidupan manusia / masyarakat / bangsa / dunia dimana yang bersangkutan berada; 3) memanusiakan (humanizing), membudayakan (civilizing) dan memberdayakan (empowering) manusia dan kehidupannya secara utuh (kaffah) dan beradab (norm / value based). Insan / masyarakat bermoral (morally mature / healthy person) dan masyarakat bangsa berkepribadian; (4) membina dan menegakkan “law and order” serta tatanan kehidupan yang manusiawi-demokratis-taat azas; (5) khusus dinegara kita, disamping hal-hal diatas juga membawakan misi pembinaan dan pengembangan manusia/masyarakat/bangsa yang modern namun tetap berkepribadian Indonesia (sebagaimana kualifikasi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

(14)

(sebagai syariah yang normatif-imperatif dan agama sebagai norma budaya kehidupan beragama), norma budaya/cultural, hukum positif (regional-nasional-internasional), hukum/dalil keilmuan dan norma metafisis. Kelima sistem kehidupan organis yang diutarakan diatas ada dalam setiap aspek kehidupan (Ipoleksosbudag) dan diwarnai oleh salah satu atau sejumlah norma baku serta hidup dalam lingkaran kehidupan (diri pribadi dan keluarga; masyarakat sekitar dan bangsa – negara)dimana manusia berada, sehingga jika dijumlahkan sistem nilai-moral jumlahnya tak terhingga; (2) maka oleh karenanya lahirlah postulat bahwa kehidupan manusia sarat dengan perangkat nilai – moral dari pelbagai sumber norma; yang berakibat adanya keharusan buat manusia untuk mampu:

memahami, menyerap / mempribadikan, menganut, memilih dan memilah /

(15)

Namun kenyataan yang terjadi Indonesia khususnya pendidikan karakter yang diungkapkan oleh Doni Koesoema A (2007) dalam bukunya "Pendidikan Karakter” mencatat alasan kemunduran pendidikan karakter, antara lain : (1) adanya perbedaan pandangan dan visi tentang pendidikan karakter sehingga tidak semua orang sepakat dan sepaham tentang pendidikan karakter; (2) filosofis positivisme yang membedakan antara fakta ilmiah, teruji didukung bukti dengan nilai yang bagi kaum positivistik dipahami hanya sekedar ekspresi perasaan bukan sebagai kebenaran obyektif; (3) personalisme yang merayakan nilai subyektif. Otonomi, dan rasa tanggung jawab pribadi; (4) pluralisme sosio-politik-kultural. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka dalam penelitian sejarah yang dilakukan oleh Bigalke (Jamie S.Davidson & David Henley,Sandra Moniaga, 2010 : 43 - 44), menyingkapkan bahwa konflik dan ketidakstabilan bahkan dalam tata agraria yang tampaknya paling indah sekalipun. Hal ini menegaskan bahwa gagasan tentang adat sebagai sebuah jaminan perdamaian dan keselarasan adalah menyesatkan bukan saja sebagai sebuah preskripsi bagi masa depan, melainkan juga sebagai interpretasi tentang masa lampau.

(16)

bertumbuh menjadi karakter yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku peserta didik.

B. RUMUSAN DAN PEMBATASAN MASALAH 1. RUMUSAN MASALAH

Bertitik tolak dari uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan situasi konflik dapat terjadi dikalangan mahasiswa pada tingkat fakultas dan universitas ?

b. Bagaimana pola interaksi konflik yang dilakukan oleh mahasiswa dan fakultas pada tingkat universitas ?

c. Bagaimana reaktualisasi pendidikan karakter pada personal, lingkungan belajar, pelaksanaan pembelajaran dan program - program kerja di tingkat fakultas dan universitas ?

d. Bagaimanakah upaya pengelolaan situasi konflik yang digunakan oleh mahasiswa dan fakultas pada universitas ?

2. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Pola interaksi konflik dibatasi pada : (1) metode resolusi konflik; (2) gaya manajemen konflik; (3) situasi konflik.

(17)

C. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1. MAKSUD PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan mengenai pola interaksi konflik dan reaktualisasi pendidikan karakter di universitas Cenderawasih. Selain itu, penelitian ini dimaksudkan pula untuk mengkaji faktor-faktor dominan yang mempengaruhi reaktualisasi pendidikan karakter dan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembangunan karakter individu, karakter baik dan karakter bangsa.

2. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan situasi konflik dapat terjadi dikalangan mahasiswa pada tingkat fakultas dan universitas.

b. Untuk mengetahui dan mengkaji pola interaksi konflik yang dilakukan oleh mahasiswa dan fakultas pada universitas.

c. Untuk mengetahui dan mengkaji reaktualisasi pendidikan karakter pada personal, lingkungan belajar, pelaksanaan pembelajaran dan program - program kerja di tingkat fakultas dan universitas.

(18)

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Di harapkan dengan pelaksanaan penelitian ini akan dapat memberikan minimal dua kegunaan antara lain :

a. Aspek Pengembangan Ilmu

Secara keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berpusat pada pendidikan resolusi konflik melalui pengintegrasian dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan , khususnya yang berkaitan dengan membangun karakter mahasiswa yang mampu menyelesaikan konflik secara damai dengan keluaran konflik berupa solusi atas suatu konflik, seperti win & win solution, win & lose solution, serta lose & lose solution. Keluaran konflik juga bisa menciptakan suatu perubahan sistem sosial.

b. Aspek Guna Laksana

(19)

Kewarganegaraan sebagai mata kuliah yang membina mahasiswa menjadi warga negara yang baik, demokrasi dan bertanggungjawab. Selain itu juga dapat memberikan kontribusi dan dijadikan acuan bagi model resolusi konflik yang terjadi di luar masyarakat kampus.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan karakter bangsa dalam masyarakat Indonesia mulai diupayakan melalui strategi dalam bentuk sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama yang akan dilanjutkan dengan koordinasi dan evaluasi dari masing - masing bentuk tersebut, tetapi hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal yang mana hal ini tercermin dari kesenjangan sosial-ekonomi - politik yang masih besar / dominan, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi dikalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan, korupsi yang merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat. Saat ini banyak dijumpai tindakan anarkis, konflik sosial, penurunan bahasa yang buruk dan tidak santun, dan ketidaktaatan berlalu lintas.

(20)

memudarnya kesadaran terhadap nilai - nilai budaya bangsa; (5) ancaman disintegrasi bangsa; dan (6) melemahnya kemandirian bangsa.

Kampus sebagai sebuah sistem sosial merupakan tempat yang memiliki iklim yang kondusif untuk mendukung belajar mengajar. Proses belajar akan berjalan dengan lebih baik jika lingkungan fisik dan psikis sangat kondusif. Lingkungan yang damai dan menyenangkan adalah sangat kondusif untuk memfasilitasi proses belajar yang lebih baik. Sebaliknya, konflik dan kekerasan dalam iklim sosial kampus dampak memberikan dampak negatif terhadap proses belajar mahasiswa.

Konflik - konflik di kampus dapat terjadi dalam bentuk horizontal maupun vertikal. Konflik yang bersifat horizontal misalnya, konflik antar individu mahasiswa, antar kelompok mahasiswa dalam satu kampus, dan antar mahasiswa dari satu kampus dengan mahasiswa dilain kampus, atau antara dosen dengan dosen. Konflik yang bersifat vertikal kampus antara lain dapat terjadi antara mahasiswa dengan dosen, antara dosen dengan pimpinan perguruan tinggi dan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi. Apapun bentuknya, jika konflik hadir, maka konflik tersebut setidaknya akan mengganggu proses belajar dan kemudian akan melemah proses dan prestasi mahasiswa.

(21)

untuk memahami orang lain disekitarnya. Berkaitan dengan faktor - faktor yang mempengaruhi pola interaksi konflik, Wirawan (2009:146) adalah : (1) metode resolusi konflik yang digunakan dalam interaksi konflik; (2) gaya manajemen konflik yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik; (3) perkembangan situasi konflik. Konflik bisa berkembang dari konflik konstruktif menjadi konflik destruktif atau sebaliknya. Situasi konflik tersebut sangat memengaruhi pola interaksi konflik.

Dilain sisi budaya merupakan fenomena empirik tentang sifat, watak, tabiat yang diungkap dalam pola pikir - pola laku – pola rasa dan perbuatan individu maupun kelompok sosial. Dalam konteks budaya lokal atau budaya setempat memiliki kedekatan atau dikelompokkan menjadi budaya kuat – sedang - terbatas (pengikut, lokus tempat, dan fungsinya terbatas). Menurut Ndraha (1997:44-45) mendefinisikan budaya lokal adalah bahwa tingkat budaya dapat diidentifikasi menurut kuantitas dan kualitas sharing (keberbagian) suatu nilai di dalam masyarakat. Pertama, semakin banyak masyarakat yang menganut, memiliki dan menaati suatu nilai, semakin tinggi tingkat budaya tersebut. Di lihat dari sudut ini, ada budaya global, budaya regional, budaya bangsa, budaya daerah, dan budaya setempat. Kedua, sebagai mendasar penataan nilai, semakin kuat budaya. Dilihat dari sudut ini, budaya dapat dikelompokkan menjadi budaya kuat, budaya sedang,dan budaya lemah.

(22)

melalui konflik - konflik, suatu nilai cenderung ditolak dan digantikan dengan yang baru. Kedua, melalui konsensus - konsensus nilai - nilai unggul yang khas dan khusus. Proses kelahirannya merupakan kesepakatan menjadi kekayaan bersama, untuk itu budaya lokal harus dipelihara bersama sehingga tetap hidup dan memberi corak dan variasi pada masyarakat tersebut walaupun pada waktu dan tempat yang berbeda.

Menurut Lickona (1992 : 50-51), pendidikan karakter yang percaya adanya keberadaan moral absolute dan bahwa moral absolute itu perlu diajarkan kepada generasi muda agar mereka paham betul mana yang baik dan benar, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang bersifat absolut (bukan bersifat relatif) yang bersumber dari agama-agama di dunia, yang disebutnya sebagai “the golden rule”. Contohnya adalah berbuat jujur, menolong orang, hormat dan bertanggungjawab.

Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa didik menjadi faham (domein kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domein afektif) nilai yang baik dan mau melakukannya (domein psikomotor). Seperti kata Aristoteles, karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekkan dan dilakukan.

(23)

sesuai dengan usia anak dalam berpikir konkrit perlu diakomodasi. Cerita -cerita kepahlawanan dan kisah kehidupan yang perlu diteladani baik dari para orang bijak, maupun para pejuang bangsa dan humanisme tetap diperlukan. Bahkan imajinasi anak terhadap kehidupan yang ideal ini (meskipun apa yang di lihatnya dari sekitarnya tidaklah demikian) perlu ditekankan kepada anak agar ia mencintai kebajikan dan terdorong untuk berbuat hal yang sama.

Kritik para pendidik progresif tentang indoktrinasi nilai (Simon, Kirschenbaum, dan lain - lain) sebagai sesuatu hal yang tidak boleh dipaksakan kepada anak justru merupakan kelemahan dari mereka sendiri. Sebab pendidikan tanpa nilai moral seperti yang mereka lakukan kepada siswa didik adalah merupakan nilai sendiri. Karena itu dalam mendidik karakter pada anak pengenalan dini terhadap nilai baik dan buruk sangat diperlukan. Namun sejalan dengan perkembangan usia anak maka alasan (reason) atau mengapa (why) di balik nilai - nilai baik dan buruk dapat mulai diajarkan kepada siswa didik.

(24)

pembiasaan; dan (3) contah atau tauladan; (4) pendidikan/pembelajaran secara integral.

Dapat disimpulkan bahwa secara spesifik atau khusus pola intarksi konflik dalam arti penggunaan metode resolusi konflik, gaya manajemen konflik dan situasi konflik akan membentuk dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa yang berkaitan dengan keterampilan resolusi konflik.

Peningkatan pendidikan karakter yang menimbulkan kesan yang baik berupa keluaran konflik dalam bentuk win & win solution, win & lose solution, serta lose & lose solution. Untuk memperoleh pendidikan karakter yang baik dapat diupayakan oleh pimpinan dengan strategi pembangunan karakter melalui sosialisasi, pendidikan, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama oleh semua komponen kampus sebagai sistem sosial dalam mendukung proses belajar mengajar.

Kerangka pemikiran dapat digambarkan secara praktis mengenai pengaruh pola interaksi konflik terhadap reaktualisasi pendidikan karakter dapat dilihat pada gambar 1 sebagai berikut :

(25)

Feed Back

Feed Back

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Kebijakan Pimpinan

Universitas INPUT :

Permasalahan :

Pola interaksi konflik dan reaktualisasi pendidikan karakter di Universitas .

PROCESS :

Pola Intaraksi Konflik :

1.Metode resolusi konflik yang digunakan dalam interaksi konflik; 2.Gaya manajemen konflik

yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat konflik;

3.Situasi konflik

Reaktualisasi pendidikan karakter :

1.Memberi Pemahaman Yang Benar; 2.Pembiasaan; 3.Contah atau Tauladan 4.Pendidikan/pembelajaran

secara integral

OUTPUT :

Keluaran Konflik Berupa Win & Win Solution, Win & Lose Solution, Serta Lose & Lose Solution Dan Aktualisasi Pendidikan Karakter DESAIN INDUK PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA LINGKUNGAN :

Konflik Intrapersonal dan Konflik Interpersonal

Tuntutan :

Profesi akan penerapan inovasi pendidikan melalui program pendidikan resolusi melalui pendekatan komprehensif, yang berarti melibatkan seluruh aktivitas perguruan tinggi, melalui kegiatan

ekstrakurikuler ataupun terintegrasi ke dalam mata kuliah tertentu.

OUT COME :

(26)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian survey menurut Fraenkel dan Wallen (Riyanto, 2001 : 23) adalah penelitian yang bertujuan untuk 1) mencari informasi aktual yang mendetail yang mengambarkan gejala yang ada; 2) mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan; 3) untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan orang-orang yang menjadi sasaran penelitian dalam memecahkan masalah, sebagai bahan penyusunan rencana dan pengambilan keputusan dimasa mendatang . Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena tentang pola interaksi konflik dan reaktualisasi pendidikan karakter pada mahasiswa Universitas Cenderawasih.

Jenis penelitian survey termasuk dalam penelitian deskriptif yang mana penelitian diarahkan untuk memberikan gejala - gejala, fakta - fakta atau kejadian - kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat - sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis. (Riyanto, 2001 : 23)

(27)

dapat dijadikan kekuatan untuk keberhasilan proses pendidikan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Cenderawasih yang terdaftar sebagai mahasiswa semester genap 2010/2011 sebanyak 11.993 orang , yang terdiri dari FKIP, Fakultas Hukum, FISIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas MIPA, Fakultas Teknik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, NERS.

Tabel 3.1.

POPULASI MAHASISWA UNIVERSITAS CENDERAWASIH SEMESTER GANJIL 2010/2011

JENIS POPULASI JUMLAH MAHASISWA

FKIP 2467

Fakultas Hukum 1419

FISIP 2693

Fakultas Ekonomi 1745

Fakultas MIPA 636

Fakultas Teknik 1004

Fakultas Kesehatan Masyarakat 1113

Fakultas Kedokteran 520

NERS 396

Jumlah 11.993

Sumber : Universitas Cenderawasih,2011

(28)

Populasi (N) adalah sebanyak 11.933 orang, taraf kesalahan (e) sebesar 5%, maka besarnya pengambilan sampel (n) adalah sebagai berikut:

11.993

n =

1 + 11.993(0,05)2

n = 387 orang

Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampling aksidental. Menurut Sugiyono (2002), teknik aksidental adalah “teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data dapat dijadikan sampel”. Dilain sisi menurut Ridwan (2004:62) Sampling Aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden). Sampel penelitian ini adalah semua mahasiswa yang sedang melakukan aktifitas pembelajaran maupun kegiatan lainnya di kampus dan saat peneliti melakukan penelitian di Universitas Cenderawasih. Sampel dipilih secara acak tanpa menentukan asal jurusan dan program studinya.

(29)

Untuk memperoleh data yang akurat, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuesioner. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data dari orang (responden) dengan cara mengajukan pertanyaan tertulis. Tujuannya adalah untuk mencari atau menggali informasi dari para responden yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Wawancara. Teknik ini dilakukan dengan cara dialog secara terstruktur. Peneliti mewawancarai responden dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Observasi. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung ke tempat penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan bahan penelitian.

4. Dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil bahan-bahan tertulis atau tercatat. Tujuannya adalah untuk memperkuat data yang diperoleh melalui kuesioner, observasi dan wawancara.

D. Instrumen Penelitian

(30)

perilaku anda.

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini akan mengadakan analisis dengan menghitung persen responden pada setiap item dalam angket. Dengan rumus :

% = %

Persen yang diperoleh selanjutnya dijelaskan dan diuraikan secara sistematis dan akurat. Kemudian dianalisis berdasarkan data wawancara / observasi.

F. Lokasi dan Prosedur Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Universitas Cenderawasih. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut : a. Memudahkan bagi penulis untuk memperoleh data dari responden/ informan. b. Pengetahuan dasar tentang adanya fenomena dan masalah yang layak diteliti

(31)

sebagai wujud nyata menciptakan budaya damai. 2. Prosedur Penelitian

Terdapat tiga tahapan dalam penelitian ini yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akahir.

a. Tahap Persiapan (Studi Pendahuluan)

Kegiatan pokok pada tahap ini adalah mencari informasi aktual yang mendetail, mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan atau kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan orang-orang yang menjadi sasaran penelitian dalam memecahkan masalah, sebagai bahan penyusunan rencana dan pengambilan keputusan dimasa mendatang .

b. Tahap Pelaksanaan

Alat pengumpul data berupa kuesioner yang telah disusun oleh peneliti di bagikan kepada mahasiswa Universitas Cenderawasih, setelah itu dilakukan pengisian kuesioner untuk mengetahui tanggapan mahasiswa tentang pola interaksi konflik dan reaktualisasi pendidikan karakter yang selama ini dilakukan pada tingkat Fakultas dalam menyelesaikan konflik yang terjadi baik antara mahasiswa dengan mahasiswa dan mahasiswa dan dosen.

c. Tahap Akhir

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum.

Konflik sosial cenderung dinilai banyak orang sebagai sesuatu yang buruk. Pandangan seperti ini ada benarnya walaupun tidak seluruhnya, karena secara teoritis konflik disamping memiliki beberapa dampak negatif ternyata konflik juga memiliki sejumlah fungsi yang positif. Dari segi negatif, konflik menjadi pengganggu ketertiban sosial, menimbulkan inefisiensi, menciptakan ketidakstabilitas, menyulut persengketaan dan menyebabkan kehancuran. Sedangkan segi positifnya, konflik dapat menjadi pencegah bagi tercitanya konflik yang lebih serius, sebagai pemacu kreativitas dan inovasi masyarakat, sarana mempercepat kolusi sosial, dan merupakan alat saling kendali antar orang atau kelompok, antar pemerintah, dan masyarakat yang diperintahnya.

(33)

suatu entitas akan ber konflik nilai-nilai kelompok, mulai dari besar seperti perbedaa timbul atau berakhir telah tercapai. Sementara itu untuk memaksimalka Konflik kekuasaan ser ke waktu yang dinam dibedakan oleh pengg manipulasi) sebagai l informasi yang vali alternatif-alternatif tin Berdasarkan p umum dapat disimp pendidikan karakter d untuk dilakukan kare menyebabkan konflik yang dapat berkemban berarti konflik tidak s unsur penting bagi pe meningkatkan keutuh

berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di s dapat melibatkan perbedaan dalam kepe

ari varians kecil dalam perbedaan prinsip sam daan dalam ideologi atau cara hidup. Konflik

ir bila tujuan atau dasar-dasar yang mereka j itu konflik kekuasaan terjadi ketika setiap kelo

kan pengaruh dan kontrol terhadap hubungan sering didaur ulang melalui berbagai issu subst

misasi kalah-menang menjadi biasa. Konflik k ggunaan kekuasaan negatif (melalui ancaman, i lawan dari kekuasaan positif (seperti persua alid, dan konsiderasi atau pertimbangan p tindakan). n pembahasan dan analisis yang dilakukan oleh mpulkan bahwa pola interaksi konflik da di Universitas Cenderawasih sangat penting arena masalah budaya dan masalah kemajemu lik konseptual, konflik kepentingan dan konflik bang menjadi konflik destruktif. Namun dem k selalu disfungsi, dalam derajat tertentu konfli pembentukan kelompok, memperkuat identitas tuhan kelompok. Pola interaksi konflik akan m

i situ. Di lain sisi epercayaan suatu sampai yang lebih ik nilai-nilai dapat a jadikan prioritas

elompok berharap n satu sama lain. bstantif dari waktu

kekuasaan sering an, penipuan, atau uasif, penggunaan pro-kontra dari

leh peneliti secara

(34)

keuntungan kepada mahasiswa , karena dilakukan dua arah. Pihak universitas dapat menyerapkan dinamika kehidupan kemasyarakatan, metode resolusi konflik, dan gaya manajemen konflik terhadap situasi konflik yang selalu akan menjadi bagian dalam dunia kerja. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan diri dalam menghadapi situasi konflik. Dalam pembentukan karakter penting sekali dikembangkan nilai-nilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagai basis karakter yang baik. Perguruan tinggi harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan perguruan tinggi sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antar manusia, dan mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di perguruan tinggi dan masyarakat. Semua komponen perguruan tinggi bertanggung jawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai – nilai inti.

(35)

lingkungannya. Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Setiap individu tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda.

Perbedaan karakter individu tersebut disebebabkan oleh banyak hal, seperti lingkungan, biologis individu, polah asuh, budaya, dan lain sebagainya.

Nurture dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar kita (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang kita percayai, paradigma), pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan perjalanan (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan).

2. Kesimpulan Khusus.

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang ditemukan dilapangan tentang pola interaksi konflik dan reaktualisasi pendidikan karakter di Universitas Cenderawasih, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

(36)

personal yang diabaikan begitu saja oleh semua elemen di Universitas Cenderawasih. Oleh sebab itu sudah saatnya dilakukan revitalisasi dan reaktualisasi karakter melalui pendekatan intervensi dan pendekatan habituasi guna meminimalisir konflik yang terjadi di tingkat Universitas Cenderawasih yang berdampak pada stabilitas keamanan bangsa.

Kedua, Pola interaksi konflik yang meliputi metode resolusi konflik, gaya manajemen konflik dan situasi konflik yang dilakukan oleh mahasiswa dan fakultas secara presentase tidak menunjukkan perbedaan, hal ini disebabkan karena baik mahasiswa dan fakultas sama-sama berusaha menciptakan situasi damai dan menjaga hubungan baik.

(37)

Keempat, Konflik konstruktif dalam interaksi mahasiswa di Universitas Cenderawasih harus terjadi karena dengan adanya konflik konstruktif, maka harus diupayakan pengelolaan konflik yang bertujuan membangun sesuatu yang baru atau mempererat hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik dan meningkatkan kohesivitas secara keseluruhan di Universitas Cenderawasih, memunculkan isu-isu dan harapan-harapan yang terpendam, memperjelas batas-batas dan norma-norma dalam masyarakat, serta mempertegas tujuan yang hendak dicapai.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa rekomendasi yang diberikan dari pola interaksi konflik dan reaktualisasi pendidikan karakter di Universitas Cenderawasih. Adapun rekomendasi yang ditawarkan peneliti sebagai berikut:

1. Perlu adanya kebijakan pada tingkat universitas untuk mengintegrasikan metode resolusi konflik pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di setiap fakultas. Adapun alasan perlu dilakukannya pengintegrasian pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses pembentukan budaya nilai dan iklim konflik yang kondusif pada seluruh mahasiswa.

(38)

3. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal untuk merancang model pendidikan karakter yang menghasilkan good citizen.

4. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan - ketebatasan dalam pelaksanaannya.. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut dari apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini agar pada akhirnya kajian di bidang ini diharapkan semakin menarik dan lengkap. Aspek yang mungkin dapat diteliti lebih lanjut yaitu penelitian ini hanya dikaji secara deskriptif dan sehingga perlu di lakukan pengkajian yang lebih mendalam melalui perhitungan statistik.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I (2006). Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Adriana Elisabeth, dkk,(2005), Agenda dan Potensi Damai di Papua, Jakarta, LIPI.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif (Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi .(1998). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta : Rineka cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Bahan Penelitian Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya

Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan

Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa). Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Berkowitz, M.W., Battistich, V.A., Bier, M.C. (2008). “What Works in Character Education: What IsKnown and What Needs to Be Known”. Handbook of Moral and Character Education. Pages 414-431. New York: Tailor andFrancis.

(40)

Bodine & Crawford.(1998). The Handbook of Conflict Resolution Education: A guide to Building Quality Programs in Schools. San Francisco: NIDR National Institrute For Dispute Resolution Jossey-Bass Publishers.

Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Branson. S. Margaret dkk. (1998). “Belajar “Civic Education” dari Amerika”, Yogyakarta : diterbitkan atas kerjasama : Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) dan The Asia Foundation (TAF).

Budimansyah, D dan Suryadi, Karim.(2008). “PKn dan Masyarakat Multikultural”, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Program Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, D. dan Winataputra,S,U.(2007).Civic education konteks ,landasan, bahan ajar, dan kultur kelas. Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, Dasim dan Syam, Syaifullah (ed) (2006) Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan , menyambut 70 tahun Prof.

Drs. H.A. Kosasih Djahiri, Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS-UPI.

Creswell, J.W. (1998). Research Design Qualitative & Quantitative Approach.

London: Publication.

(41)

Cogan, J. J dan Derricott, R.,(1998).Citizenship for the 21st century : An International perspective on Education.London : Kogan Page

Dewantara, Hajar.(1962). Karja Ki Hadjar Dewanatara. Jogjakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Doni Koesoema A, (2007), Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta : Grasindo

Emmet C. Murphy, (2010), Talent IQ, Jakarta, Pt Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Fidelis E.Waruwu, (2010), Membangun Budaya Berbasis Nilai, Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Goleman,D. 1995. Emotional Intelligence; Why It Can Matter More than IQ. Bantam Books, New York

Hakam, KA. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harjadmo Wahyu Nur, (1996), konflik dan resolusi konflik dalam pengembangan perkotaan, Yogyakarta: UGM

Hidayati, Dkk. (2005). Manajemen Konflik. Jakarta: Piramida Publishing

Irianto Petrus. (2011). Ekspektasi Nilai – Nilai Budi Utama Di Sekolah Sebagai Gerakan Perilaku Positif. Bandung : Dea Pustaka

(42)

Johson.P.D.(1986).Teori Sosiologi Klasik dan Modern II.Jakarta:Gramedia.

Kalidjernih, Freddy Kirana.(2010). Penulisan Akademik.Bandung:Widya Aksara.

Kalidjernih, Freddy Kirana. (2010) . Kamus Studi Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara.

Kalidjernih, F.K (2009). Puspa ragam konsep dan isu kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara Press.

Koesoema A, Doni .(2007).Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta : Grasindo.

Lincol.S.Y dan Denzin. K. Norman. (2009). Handbook Of Qualitative Research.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Lickona, Thomas.(1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility”, New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Maftuh, B. (2008). Pendidikan Resolusi Konflik. Bandung: CV Yasindo Multi Aspek.

(43)

Megawangi, R. 1999. Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender. Pustaka Mizan, Bandung.

Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energy.

_____________. (2007). Character Parenting Space (Menjadi Orang Tua Cerdas untuk Membangun Karakter Anak. Bandung: Mizan Media Utama (MMU).

_____________. (2007). Semua Berakar Pada Karakter (Isu-isu Permasalahan Bangsa). Bandung: Mizan Media Utama (MMU).

Miles, M & Huberman, AM. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Kota Bandung: PT . Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. (2002). Metode Penelitian kualitatif. Kota Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar, M. Soelaiman. (1988). Dinamika Masyarakat Transisi, Mencari Alternatif Teori Sosiologi dan Arah Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muridan S. Widjojo. (2009). Papua Road Map, Negotiating the Past, Improving the Present and Securing the Future, Jakarta : LIPI, Yayasan TIFA dan Yayasan Obor Indonesia.

(44)

Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Parsons, Ruth J.James D. Jorgensen dan Santos H. Hernandez (1994), The

Integration of Social Work Practice, California: Brooks/Cole.

Pemerintah Republik Indonesia.(2010). Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.

Peter Harris dan Ben Reilly. (2000). Demokrasi dan Konflik yang mengakar: Sejumlah Pilihan untuk Negosiasi. Jakarta : AMEEPRO.

Ndraha, Taliziduhu.(1997), Budaya Organisasi. Jakarta : Rineka Cipta

Rauf M dkk. (2008). Refleksi Karkater Bangsa. Jakarta : UI.

Rich,D. 1997. Mega Skills, Building Children’s Achievement for the Information Age. Houghton Mifflin Company, New York.

Schmit. et al. (2005). The Hearth of the Matter: Character and Citizenship Education in Alberta Schools. Canada: Alberta

Setyanto dan Pulungan, (2009). Politik Identitas: agama, etnisitas, dan ruang/space dalam dinamika politik di Indonesia dan Asia Tenggara. Salatiga: Persemaian Cinta Kemanusiaan (Percik).

Simon Fisher, dkk, (2001), Mengelola Konflik: Keterampilan & Strategi Untuk Bertindak, The British Council Indonesia

(45)

Suparno, Paul, Moerti Yoedho K., Detty Titisari, St. Kartono.( 2002). Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Strauss,Levi.(2001).Strukturalisme Mitos Karya Sastra.Yogyakarta :Galang Press.

Stephen R. Covey (2002), Living The 7 Habits (Menerapkan 7 Kebiasaan dalam Kehidupan Sehari-Hari). Alih Bahasa: Drs. Arvin Sapurna. Jakarta, Binarupa Aksara

Stringer, Ernest, T.(1996). Action Research. California: Sage Publication, Inc.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sumantri,E (2008).An Outline Civic Education in South-Asia.Bandung: Rajawali Suseno, Franz Magnis.(1990). Etika Dasar masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta : Kanisius.

Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas.( 2010). Pembinaan PendidikanKarakter di Sekolah Menengah Pertama. Tidak diterbitkan.

UPI. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Warnaen, Suwarsih (2002). Streotip Etnis dalam Masyarakat Multietnis. Jogyakarta : Mata Bangsa

(46)

Wynne,E.A. 1991. Character and Academics in the Elementary School. In J.S. Benigna (ed). Moral Character, and Civic Education in the Elementary

School. Teachers College Press, New York. Wawancara

Agustinus Renyoet, 8 Juni 2010, oleh Petrus Irianto Deasy Widyastomo, 21 Juni 2010, oleh Petrus Irianto Melkior Tappir, 28 Juni 2010, oleh Petrus Irianto Marthina Bunga, 10 Juni 2010, oleh Petrus Irianto Nelson Paru, 25 Juni 2010, oleh Petrus Irianto

Yosephin M. Watofa, 14 Juni 2010, oleh Petrus Irianto John Ronggalaha, 16 Juni 2010 Petrus Irianto

Jurnal/Internet

Althof, W, Berkowitz, MW. (2006). “Moral Education and Character Education: Teir Realtionship and Roles in Citizenship Education”. Journal of Moral Education. 35, (4), 495-518.

Anastasia Priliantini. (2008). “Hubungan antara Gaya Manajemen konflik dengan Kecenderungan Perilaku Agresif Narapidana Usia Remaja di Lapas Anak

Pria Tangerang”Jurnal Psiko-Edukasi Vol 6, Mei 2008

(47)

Budimansyah, D. (2008). “Revitalisasi Pembelajaran PKn melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen”, Acta civicus, Vol 1 No. 2, April 2008, 179-198.

Purwasasmita, M. (2010). “Memaknai Konsep Alam Cerdas dan Kearifan Nilai Budaya Lokal (Cekungan Bandung, Tatar Sunda, Nusantara, dan Dunia)

Peran Local Genius Dalam Pendidikan Krakter”. Prosiding Sememinar Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa. 1, 12-27. Diterbitkan atas kerjasama Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan Penerbit Widya Aksara Press.

Sapriya.(2008).Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Pembangunan Karakter Bangsa (Sebuah Kajian Konseptual-Filosopis

Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Pendidikan IPS).Jurnal Acta

Civicus Vol.1.No.2.April 2008.

Sapriya. (2007). ”Persfektif pemikiran Pakar Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembangunan Karakter Bangsa”, Disertasi, Bandung :Sekolah Pasca Sarjana UPI

Thung Ju Lan. (2007). ”Pendekatan Sosial Budaya Untuk Penyelesaian Konflik di Papua”Jurnal Nasion Volume 4 Nomor 2 Desember 2007, 40-48

Winataputra, U.S. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Disertasi PPS UPI: tidak diterbitkan.

(48)

Winataputra, Udin.(2008). Multikulturalisme - Bhineka Tunggal Ika dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembangunan

Karakter Bangsa Indoensia.Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Acta Civicus.Vol.2.No.1.

Yuyus Kardiman.(2008). Membangun kembali karakter bangsa melalui situs-Situs Kewarganegaraan.Bandung. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Acta Civicus.Vol.2.No.2.

Bambang Sugeng. Penanganan Konflik Sosial. Pdf

(http://ronawajah.wordpress.com/2007/06/08/mengelola-konflik/)

Dwi Hastuti Martianto, Pendidikan Karakter: Paradigma Baru Dalam Pembentukan Manusia Berkualitas (Character Education:New Paradigm To Human Capacity Building) Email: tutimartianto@yahoo.comhttp://t umoutou.net/702_05123/dwi_hastuti.htm

Undang - Undang

Undang - Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang - Undang Dasar 1945 Amandemen ke-4

Makalah, Skripsi, Tesis dan Disertasi

Berth Kambuaya, (2010) “Menghitung Kontribusi Universitas Cenderawasih dalam Pengembangan Sumberdaya Manusia di Papua”. Makalah

Fasli Jalal (2010) “Desain Induk Pembangunan Karakter”. Makalah

(49)

Musta´in. (1995). Interaksi Sosial dan Pilihan-pilihan Penyelesaian Konflik Hubungan Industrial, Studi Kasus di PT Maspion Group Unit I Waru, Sidoardjo Jatim, Tesis S2 UGM, Yagyakarta: PPS2 UGM

Gambar

Tabel 2.1 Definisi Konflik Menurut Para Pakar...........................................
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait