• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MORAL PADA REMAJA DI DALAM KELUARGA: Suatu Telaah Pendidikan Moral Pada Remaja Yang Di UPayakan Orang Tua Di DAlam Keluarga Di Kelurahan Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kotamadia Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN MORAL PADA REMAJA DI DALAM KELUARGA: Suatu Telaah Pendidikan Moral Pada Remaja Yang Di UPayakan Orang Tua Di DAlam Keluarga Di Kelurahan Sukaluyu Kecamatan Cibeunying Kotamadia Bandung."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

1PENDTDIKAN

MORAL

PAPA

BEMAJA

D I DALAM KELUAJRGA

( Suatu Telaah Pendidikan Moral Pada Renaja

Yang Diupayakan Orang Tua Di Dalan Keluarga

Di Kelurahan Sukaluyu Kecamatan Cibeunying

Kotamadia Bandung)

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan ILnu Pendidikan Bandung

dalam Rangka Menyelesaikan Jenjang S2

Pendidikan Umum

NIM

Oleh : TUKIRAH

9032283/XXII

DEPAKTEMEN

PENDIDIKAN

DAN

KEBUDAYAAN

E>FOGRAM P A S G A S A R J A N A

I K I P BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PROF. DR. H. MOHAMMAD DJAWAD DAHLAN

DR. H. MOHAMMAD ISA SOELAEMAN

DEPERTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM PASCA SARJANA IKIP BANDUNG

(3)

"

Tiada seorang manusia dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah.

Orang tuanyalah yang menjadikan yahudi atau nasrani "

( H. R. Bukhari )

"

Dipersembahkan kepada s

Ibu, Bapakku terkasih, para pendidikku

(4)
(5)

ABSTRAK

Judul tesis : Pendidikan Moral pada Renaja di dalan Keluarga

Sub Judul : Suatu telaah pendidikan noral pada Renaja Yang

Diupayakan Orang Tua di dalan Keluarga di

Kelurahan Sukaluyu Kecanatan Cibeunying

Kota-nadia Bandung.

Penelitian ini nengacu pada pernasalahan pokok

bagai-nana pendidikan noral pada renaja diupayakan orang tua di

dalan keluarga ?

Dari pernasalahan pokok tersebut dirunuskan tujuan

penelitian, yaitu untuk nendapatkan ganbaran tentang

upaya-upaya orang tua nendidik noral pada renaja di dalan

keluarga, neliputi nengupayakan konten noral, netode,

situasi yang diciptakan serta tujuan yang diupayakan hingga

dapat dirunuskan suatu pola pendidikan noral pada renaja di

dalan keluarga. Guna nenperoleh ganbaran upaya-upaya ter

sebut disusun pertanyaan sebagai berikut :

1. Nilai-nilai noral apa yang dididik orang tua pada renaja

2. Nengapa nilai-nilai noral tersebut yang didikkan pada

renaja ?

3. Apa upaya orang tua dalan nenunbuhkan perbuatan noral

pada renaja ?

(6)

4. Dalan situasi bagainana orang tua nenbina nilai noral dan

perbuatan noral pada renaja ?

5. Apa tujuan orang tua nendidik noral pada renaja ?

Dalan penelitian ini digunakan netode deskriptif dan

pendekatan naturalistik, tehnik pengunpulan data nelalui

observasi, wawancara dan dokunentasi. Responden penelitian

adalah keluarga, yaitu orang tua dengan anak. Observasi

difokuskan pada situasi pendidikan yang dilakukan orang tua

pada anak di dalan keluarga. Cara pengolahan data nelalui

analisa data induktif, langkah-langkahnya yang dilakukan

yaitu : deskripsi data nentah, reduksi data, display data,

nenganbil kesinpulan dan verifikasi.

Hasil tenuan penelitian yang diperoleh dikenukakan

sebagai berikut :

1. Nilai-nilai noral yang dididik berupa aturan noral yang

berkaitan langsung dengan nilai kebenaran, kejujuran,

nilai cinta terhadap sesana nanusia, nilai saling

neng-hornati, nilai kepedulian terhadap orang lain dan nilai

toleransi untuk nenbina kebersanaan.

2. Aturan noral dibina pada renaja nelalui berbagai netode

antara lain ; nulai dari nenbiasakan renaja sejak kecil

untuk berbuat sesuai dengan aturan, nenegur renaja yang

nelanggar aturan noral, nenberi isyarat dan nenyuruh

(7)

V I

noral, nenberi kesenpatan pada renaja untuk nenganbil tanggung jawab noral bagi dirinya, orang lain dan nasyarakatnya. Menberi kebebasan nelakukan tindakan yang

benar, bergaul tetapi orang tua nengontrol renajanya,

nenberi contoh dalan kata-kata, sikap dan perbuatan pada

diri orang tua dan nenberi hukunan pada renaja yang

nelakukan perbuatan nelanggar aturan noral.

3. Situasi pendidikan noral di dalan keluarga dipengaruhi

kebiasaan-kebiasaan, pandangan dan sikap hidup orang tua.

Situasi tersebut nenanpilkan suasana pendidikan noral

yang berbeda, ada yang nenanpilkan suasana konunikatif, kurang konunikatif dan tidak konunikatif.

4. Pendidikan noral yang diupayakan orang tua nengarah pada

tujuan nendidik renaja nengerti, nenyadari dan

neng-isyafi aturan-aturan noral dan diwujudkan dalan perilaku yang sesuai dengan noma noral.

5. Pola pendidikan noral dirunuskan sebagai suatu rangkaian

interaksi antar orang tua dengan anak di dalan sisten

sosial yang disebut keluarga, didalannya terdapat sisten nilai, salah satunya nilai noral yang diterina

sebagai noma, selanjutnya diterjenahkan kedalan

aturan-aturan noral. Aturan noral diperkenalkan, dibina oleh

orang tua pada renaja nelalui peranannya sebagai orang

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vii

UCAPAN TERIMA KASIH ix

DAFTAR ISI xii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Masalah 9

C. Kedudukan Pendidikan Moral

dalan Pendidikan Unun 11

D. Perunusan Masalah 13

E. Defenisi Operasional 14

F. Tujuan Penelitian 16

G. Manfaat Penelitian 17

H. Organisasi Tesis 17

BAB II. PROSEDUR PENELITIAN 19

A. Metode dan Pendekatan Penelitian 19

B. Paradigna Penelitian 20

C. Sunber Data dan responden penelitian 22

D. Instrunen dan Tehnik Penelitian 26

E. Pengunpulan Data 30

F. Penguj ian keabsahan data 34

G. Pengolahan dan analisa data penelitian ... 37

(9)

X l l l

BAB III. HASIL PENELITIAN

40

1. Nilai-Nilai Moral Yang

dididik-Orang tua pada Renaja

40

2. Metode Pendidikan Moral

yang diupayakan orang tua

67

3. Situasi Pendidikan Moral

yang diciptakan orang tua

90

4. Tujuan Pendidikan noral

yang diupayakan orang tua

97

5. Pola Pendidikan noral pada renaja di

dalan keluarga 107

BAB IV. PEMBAHASAN, IMPLIKASI TEORI DAN REKOMENDASI

A. Penbahasan Hasil Penelitian 103

B. Inplikasi Teori 135

C. Rekonendasi 140

DAFTAR PUSTAKA 144

TENTANG PENELITI 148

(10)

B A B I

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai upaya dalam pendidikan diarahkan untuk

mem-bina perkembangan kepribadian manusia secara menyeluruh

baik dari aspek kognitif, sikap dan nilai-nilai, serta

keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang atau warga

negara. Arah tujuan pendidikan nasional seperti

dirumus-kan dalam Undang-Undang Sistim Pendididirumus-kan No II Tahun 1989

( 1990 : 4 ) bahwa :

" Pendidikan Nasional bertujuan meneerdaskan ke-hidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Naha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang man tap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan "

Perwujudan manusia seutuhnya tidak muncul dengan

sendirinya tetapi melalui kegiatan terus-menerus yang

melibatkan berbagai fihak. Pembinaan manusia seutuhnya

bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan keluarga dan

masyarakat berperan penting dalam mendidik dan menciptakan

situasi lingkungan pendidikan yang mendukung pembinaan

manusia seutuhnya. Salah satu aspek pembinaan manusia

seutuhnya adalah pendidikan moral. Pendidikan moral perlu

diberikan kepada setiap anak. Pelaksanaan pendidikan moral

dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

(12)

" tiga segmen dari satu lingkaran, ketiga segmen tersebut

sebagai sumber didikan peran dan pengaruhnya tidak mungkin

dipertukarkan" ( Fuad Hasan, 1993 : 6 ) Ketiga sumber

didikan tersebut oleh Ki Hadjar Dewantoro ( 1976 : 70 )

dinamakan Trisentra pendidikan.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang

pertama dan utama karena tugasnya meletakkan dasar-dasar

pertama bagi perkembangan anak. Di dalam keluarga anak

lahir, tumbuh dan berkembang dan pertama kali mengenal

orang lain melalui hubungan dengan orang tuanya.

Hubungan antara orang tua dengan anak berlangsung dengan

wajar. Hubugan wajar orang tua dengan anak memberikan

pengaruh yang intensif pada anak. Pengaruh intensif dari

orang tua merupakan pendidikan yang mendasar (fundamental)

bagi perkembangan kepribadian anak selanjutnya, oleh

karena itu sebagai salah satu lingkungan pendidikan, ke

luarga turut nenunjang perwujudan manusia seutuhnya

yaitu manusia yang beriman, bertaqwa dan berbudi pekerti

luhur. Pendidikan di dalam keluarga berdasar UUSPN No 2

meliputi : keyakinan agama, nilai budaya yang menoakup

nilai moral, aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ke

terampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan

ber-masyarakat, berbangsa dan bernegara" ( 1993 : 26 )

Dewasa ini tripusat pendidikan sering dipertanyakan,

(13)

pen-didikan dikaitkan dengan pendidikan moral anak karena

orang tua dipandang terlalu sibuk dengan urusan di luar

rumah sehingga fungsi edukatif di dalam keluarga

terabaikan. Orang tua menyerahkan pendidikan anak pada

sekolah, sementara sekolah terlalu syarat dengan materi

pelajaran sehingga fungsi sekolah beralih dari mendidik

menj ad i mengaj ar.

Suatu kenyataan bahwa para pendidik ( orang tua dan

guru ) dihadapkan pada suatu tantangan yang kompleks

dalam mendidik moral anak, terutama dalam era global yang

ditandai derasnya informasi telah membawa pengaruh dalam

berbagai bidang kehidupan, pada pandangan dan sikap

hidupnya. Perubahan yang disebabkan era global ini tidak

selalu positif bahkan tidak sedikit yang negatif.

Pengaruh pada kehidupan sosial ekonomi yang nemberi

kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang, banyak ibu

dan ayah terlibat aktivitas di luar rumah sehingga fungsi

pendidikan anak banyak diserahkan pada sekolah. Pengaruh

dari masuknya budaya asing dapat langsung setiap saat

memasuki keluarga-keluarga melalui berbagai media

elektronik: televisi, laser disc dan video, yang

nenampilkan film-film yang tidak sedikit bertentangan

dengan nilai-nilai moral keluarga dan masyarakat serta

melalui media cetak. Disamping itu ada kenyataan di

masyarakat yang menunjukkan situasi pergaulan antar

(14)

nilai-nilai moral, terutama nilai saling menghormati dan

toleransi antar remaja, sehingga muncul berbagai masalah,

antara lain tawuran antar pelajar terutama di kota - kota

besar. Masalah-masalah yang muncul di masyarakat karena

perilaku-perilaku remaja yang menyimpang dari norma-norma

moral merupakan gejala nyata seperti kejahatan, pencurian,

perkelahian antara lain dinyatakan oleh seorang pengamat

Kamtibmas, Anton Taba!- ( Kompas, 1991, 10 Agustus) bahwa

data oknum pelajar yang jahat terus meningkat juga

terlibat kasus perkelahian.. . data kejahatan oknum semakin

diperkuat dengan kasus perampokan bank dan pencurian

kendaraan bermotor serta narkotika yang terjadi di

Yogyakarta lebih dari 70 % dilakukan oleh pelajar"

Istilah

pelajar yang^jahat" seperti dikatakan Anton

Taba , adalah pandangan dari seorang akhli hukum, karena

tindakan remaja dan pelajar telah mengganggu dan

mem-bahayakan keamanan dan ketentraman orang lain. Dari kaca mata pendidikan, penggunaan istilah " remaja dan pelajar

yang jahat" dipandang tidak mendidik, karena pada usia remaja, mereka berada pada masa transisi, perbuatan yang

muncul pada masa itu dipengaruhi oleh gejolak pertumbbuhan fisik dan perkembangan psikisnya. Oleh karenanya di

kalangan

pendidikan

lebih

tepat

digunakan

istilah

kenakalan remaja". Penggunaan istilah ini berdasar

pertimbangan

psikologis, di mana usia remaja berada

pada

(15)

5

Fakta perilaku remaja yang menyimpang dari norma moral dipertegas oleh Kentar Budhojo ( Kompas, 1991, 4

September )

"gejala kenakalan remaja

telah meningkat pada

perilaku

remaja yang nampak semakin beringas,

tidak

saja

merusak benda-benda prasarana umum namun tidak

segan-segan juga menghabisi nyawa manusia".

Perilaku dan tindakan remaja tersebut di atas

merupakan gejala nyata terutama di Kota-kota besar dengan kuantitas dan kualitas yang berbeda, maka cukup kuat untuk

menganggap bahwa pelanggaran moral dikalangan remaja yang telah menjurus pada tindak kriminal merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian dari berbagai fihak terutama

keluarga,

karena

keluarga

mempunyai

tanggung

jawab

langsung untuk mendidik moral

pada anak. Dengan

demikian

dapat diharapkan remaja-remaja yang berkembang baik secara moral dan memiliki tanggung jawab moral terhadap diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan kepada Tuhannya.

Guna membina warga negara yang bertanggung jawab,

pendidikan

moral perlu dan harus diberikan kepada

setiap

individu. Dipandang perlu karena moral mengandung

pertimbangan

baik buruk yang membantu pembinaan

perilaku

seseorang.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa

remaja

dan

pelajar

yang

terlibat

pelanggaran

moral

semakin

meningkat

bukankah

telah mendapat pendidikan

agama

dan

(16)

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya

perilaku pelanggaran moral pada remaja, seperti dikatakan Zakiah Darajat antara lain : " kurangnya pembinaan

mental,...kegoncangan suasana dalam masyarakat, kurang

jelasnya hari depan di mata anak muda, pengaruh

ke-budayaan asing" < 1976 : 48 ). Di samping itu anak usia remaja dikatakan " mulai memikirkan hal-hal yang benar dan tidak benar, tentang norma-norma yang membimbing tingkah lakunya. Dia mulai menyangsikan konsep-konsep mengenai

benar dan salah yang dikemukakan oleh orang tua atau orang

dewasa lainnya " ( Soesilowindradini, .. : 149 ) Dengan

demikian anak usia remaja sedang dihadapkan pada dilema

moral yaitu antara moral yang dianut di dalam keluarga dengan moral yang disaksikan dalam lingkungan.

Sekaitan dengan pelanggaran-pelanggaran moral di

kalangan remaja, pendidikan moral pada remaja yang tengah mengalami sosialisasi merupakan hal perlu, di mana remaja berada dalam masa perkembangan fisik, mental, dan moralnya

yang berinteraksi dengan pengaruh dari luar. Pendidikan moral pada remaja merupakan salah satu aspek dalam upaya

membina manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya tidak lepas

dari kodratnya sebagai mahluk sosial, " itu berarti manusia harus hidup bersama dengan manusia lain dalam

ruang dan waktu yang sama"

( Frants. M. Suseno,

1990

:34

(17)

Manusia lahir dalam masyarakat keluarga dan tercipta untuk

menjadi mitra bagi sesamanya". Sebagai mahluk sosial,

manusia harus bergaul, berinteraksi dan berkomunikasi

dengan sesamanya baik antar pribadi maupun dengan

kelompok. Pergaulan antar pribadi dimulai dalam masyarakat

kecil yaitu keluarga. Di dalam pergaulan tersebut,

perbuatan setiap individu diarahkan oleh norma-norma moral

Norma-norma moral merupakan pedoman yang mengarahkan

bagaimana manusia harus hidup, harus berbuat dan

berperilaku terhadap sesamanya. Menurut Franzt. M. Suseno

(1990 : 19) bahwa"yang menyatakan bagaimana kita harus

hidup bukan etika melainkan ajaran moral..., ajaran moral

dapat diibaratkan dengan buku petunjuk bagaimana kita

harus hidup" Untuk menghindari kesalah fahaman antara

etika dan ajaran moral kiranya perlu ditegaskan, Franzt M.

Suseno (1990 : 14 ) menjelaskan bahwa :

" Ajaran moral maksudnya ajaran-ajaran, wejangan, khotbah, patokan, kumpulan peraturan dan ketetapan yang lisan atau tertulis , tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Sedangkan etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika suatu ilmu bukan ajaran,

etika tidak berwenang menetapkan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak "

Sekaitan dengan pandangan tersebut M. Said ( 1976

23) menjelaskan bahwa "etika dipakai untuk pengkajian

sistem nilai atau kode, lebih menitik beratkan pada sistem

norma-norma sedangkan moral lebih menitik beratkan pada

(18)

8

'/ Dengan demikian jelas bahwa ajaran moral

merupakan

pedoman yang mengarahkan perbuatan manusia dalam bergaul

dengan manusia lain, karena moral selalu mengacu pada baik

buruk perbuatan manusia. Baik buruk perbuatan manusia

tidak sekedar dipandang dari suatu aspek tertentu saja,

melainkan bersifat total yaitu seluruh pribadi manusia.

Manusia tidak tumbuh dan berkembang menjadi bermoral

dengan sendirinya, tetapi melalui proses pendidikan.

Kegiatan pendidikan moral ini sebagai upaya merangsang

ykesadaran

moral

anak.

N. Drijakara. S. J

(1978

:

20)

menyatakan bahwa " kesadaran moral harus dibangunkan dan

terus dibangun, diperkembangkan. Hal ini bukan hanya soal

pengertian, hal ini adalah soal praktek. Moral, kesusilaan

tidak mungkin harus diajarkan teoritis, melainkan harus

diajarkan dengan menjalankan" Pernyataan tersebut men

jelaskan bahwa mendidik moral bukan hanya mengajarkan

teori atau pengertian saja tetapi harus dengan membina

sikap dan perilakunya.

Pendidikan moral pada anak berusia remaja harus

dilakukan, agar anak menjadi dewasa sebagai pribadi,

anggota masyarakat dan mahluk Tuhan yang baik dan

ber-tanggung jawab. Pendidikan moral tersebut dilakukan di

dalam lingkungan keluarga karena keluarga sebagai

lingkungan kehidupan dan pendidikan yang memiliki

kedudukan primer bagi anak dibanding sekolah dan

(19)

dalam arti penghayatan dan pemaknaan situasi kehidupan dan

pendidikannya seperti dikemukakan M. I. Soelaeman (1985,

573 ) bahwa " situasi kehidupan dan pendidikan dalam

keluarga memiliki kedudukan primer, bahkan tampil sebagai

peletak dasar bagi kelangsungan serta penghayatan dan

situasi kehidupan dan pendidikan lainnya "

Sekaitan dengan pendidikan moral pada remaja di

dalam keluarga, dimana orang tua bertanggung jawab

sebagai pendidik dan pembina utama bagi anak telah

meng-undang perhatian dan rasa ingin tahu penulis untuk

mengadakan penelitian terhadap pendidikan moral pada

remaja yang diupayakan orang tua di dalam keluarga.

B. Fokus Masalah

xy Dari

latar

belakang

masalah

tersebut

di

atas,

nampak di satu fihak, begitu besar fungsi dan peran

keluarga dalam pembentukan moral anak, melahirkan

anak-anak yang berkepribadian utuh yang dapat menjadi individu,

anggota masyarakat dan warga negara yang bermoral. Bahkan

orang tuanya dikatakan sebagai pendidik yang pertama dan

utama. Di lain pihak fungsi dan peran keluarga

dipertanya-kan karena di masyarakat ditemukan kenyataan-kenyataan

mengenai perilaku remaja yang tidak mencerminkan telah

terdidik secara moral. Perilaku remaja kurang mencerminkan

adanya nilai-nilai moral di dalam pergaulan antara lain ;

(20)

10

orang

lain hingga menjurus pada

pelanggaran

norma-norma

moral

berupa

perkelahian,

tindakan

kekerasan,

sampai-sampai ada masyarakat yang mengidentikan keadaan

perilaku

remaja tersebut dengan kegagalan orang tua dalam

mendidik

moral

anak, karena kesibukannya seperti

dinyatakan

Bimo

Walgito

yang

dikutif

Sudarsono ( 1989 : 29

)

bahwa

keluarga ( ayah dan Ibu) mempunyai kesibukan di luar rumah

sehingga

orang tua tidak sempat untuk

memberi

perhatian

terhadap pendidikan anak-anaknya

Adanya

fenomena

yang

tampak

kontradiktif

antara

fungsi

dan peran keluarga yang diharapkan dalam

mendidik

moral

anak

dengan

fungsi dan peran

keluarga

di

dalam

masyarakat

yang

sedang

mengalami

perubahan

tersebut,

merupakan

isu yang cukup meresahkan dan

perlu

diteliti.

Isu

tersebut

perlu

diteliti

karena

keluarga

sebagai

lingkungan pendidikan sekaligus sistem sosial termasuk

di

dalamnya nilai-nilai dan norma moral, serta berlangsungnya

hubungan

interpersonal,

dan kelompok.

Dengan

demikian

fokus

penelitian ini mengenai kegiatan

pendidikan

moral

yang

dilakukan

orang

tua pada remaja, hal

ini

diamati

melalui

kehidupan

di dalam keluarga.

Melalui

kehidupan

keluarga

tersebut

pengamatan

diarahkan

pada

situasi

pendidikan,

selanjutnya akan diungkap tentang nilai-nilai

moral apa saja

yang dididik, alat pendidikan atau metode,

situasi

yang

diciptakan, serta

tujuan

yang

diarahkan

(21)

11

C. Kedudukan Pendidikan Moral dalan Pendidikan Unun

Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir studi

program strata 2 bidang Pendidikan Umum; sudah sewajarnya

bila masalah pendidikan moral dalam tesis ini harus jelas

kedudukannya dalam Pendidikan Umum.

Ada tiga alasan pokok agar masalah dalam tesis ini

masuk dalam lingkup Pendidikan Umum :

Pertama. ditinjau dari segi tujuan yang hendak dicapai.

.Pendidikan moral diarahkan untuk membina perilaku manusia

yang memancarkan iman dan taqwa yaitu manusia yang mem

punyai

sifat

kemanusiaan

(

UUSPN No 2,

1993

:

41

)

Manusia yang mempunyai sifat kemanusiaan mampu menghayati dan berperilaku sebagai manusia, mampu membedakan baik dan buruk perbuatannya terhadap sesama manusia. Dengan demi kian pendidikan moral merupakan salah satu aspek pembinaan manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan umum

seperti dikemukakan Sikun Pribadi ( 1981 : 11)

J a) Membiasakan anak berpikir kritis dan terbuka b) Memberikan pandangan tentang berbagai jenis nilai hidup, seperti kebenaran, keindahan, keimanan, ke-baikan; c) Menjadi manusia yang sadar akan dirinya,

sebagai mahluk, sebagai manusia dan sebagai pria

dan

wanita, dan sebagai warga negara; d) Mampu menghadapi

tugasnya, bukan karena menguasai bidang profesinya, tetapi karena mampu mengadakan bimbingan dan hubungan

sosial yang baik dengan lingkungannya

V

Kedua.

ditinjau

dari segi

proses.

Membina

kepribadian

manusia seutuhnya diperlukan lingkungan yang dapat

melangsungkan proses pembinaan. Lingkungan tersebut adalah

(22)

12

salah satu

lingkungan tempat melangsungkan

pembinaan

individu

individu agar kepribadiannya dapat berkembang.

Evelyn Millis Duval (1962 -29 ) nengenukakan bahwa :

'families are the nurturing centers for human personality"

Selain itu Thomas Lickona (1985 :127 ) nengenukakan bahwa

••

personality begins at home. Falsing good and decent

children

has always been the central challenge

of

parenthood"

Dalan tulisan

Abdur Rahnan

Shalih

Abdullah

disunting

oleh M. D. Dahlan dinyatakan bahwa

"lingkungan

merupakan

faktor

yang

berpengaruh

dalam

pembentukan

kepribadian"

( 1991 : 83 )

Ketiga

pandangan

tersebut saling

nenperkuat

bahwa

penbinaan kepribadian nanusia dipengaruhi oleh lingkungan.

Dengan denikian cukup kuat untuk menganggap bahwa keluarga

nerupakan

lingkungan tempat berlangsungnya kegiatan

pen

binaan kepribadian nanusia, dalan upaya nenbina kepribadi

an nanusia seutuhnya. Sehubungan dengan tujuan

pendidikan

unun

yaitu

nenbina

kepribadian

nanusia

seutuhnya,

pendidikan

di

dalan

keluarga

selaras

dengan

tujuan

pendidikan

unun

seperti dikenukakan T. R. Mc

Connel

di

dalan

Nelson

B.

Henry ( 1952 : 4 ) bahwa

"

the

broad

purpose

of general education emphasis on

the

concurent

development of all phase of the individual 's personality

Keliga, ditinjau dari segi isi ( content ) Moral nerupakan

salah satu bidang dalan isi pendidikan unun, naka pendidik

(23)

pen-13

didikan Umum. Menurut Philip. H. Phenix ( 1964 : 8 )

mengemukakan enam kemampuan dasar yang hendak dikembangkan

dalam pendidikan umum dalam rangka pengembangan pribadi

yang utuh. Keenam kemampuan itu berkenaan dengan enam

klasifikasi makna yaitu makna simbolik, empirik, estetik,

sinoetik, etik dan sinoptik. Pembinaan moral mengandung

unsur etik dan filsafat, maka pembinaan moral dapat

di-masukan dalam klasifikasi makna etik dan sinoptik.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah dan fokus pe

nelitian, maka permasalahan penelitian ini dapat

dirumus-kan sebagai berikut: bagaimana pendidikan moral pada

remaja diupayakan orang tua di dalam keluarga " masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan-pertanyaan sebagai

berikut :

1. nilai-nilai moral apa saja yang dididikkan orang tua

pada remaja ?

2. mengapa nilai-nilai moral tersebut yang dididikkan

pada remaja ?

3. apa upaya orang tua dalam menumbuhkan perbuatan moral

pada remaja ?

4. dalam situasi bagaimana orang tua membina nilai-nilai moral dan perbuatan moral pada remaja .?

(24)

14

E. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalah fahaman judul penelitian

suatu telaah pendidikan moral pada remaja yang

diupayakan orang tua di dalam Keluarga " maka sebelum

didefenisikan secara oprasional perlu dijelaskan beberapa

istilah yang terdapat pada judul yaitu :

Pendidikan : oleh Ki hadjar Dewantoro ( 1976 : 14)

diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya

budi pekerti( keluhuran batin), karakter, intelek (

pikir-an dpikir-an tubuh anak " sedangkan menurut Wolfgang Breinzinka

( 1981 : 8 ) The consept of education refers to actions by

which human beings try to improve permanently the

structure of the mental dispositions of other human

being ..." Dari kedua pandangan ini disimpulkan bahwa

pendidikan adalah segala kegiatan, tindakan untuk membantu mengembangkan kemampuan siswa dalam semua aspek; mental,

sosial, moral.

Hoxal •• Arti moral menurut M. Said ( 1976 : 23 ) bahwa

" moral dari bahasa latin mps" jamaknya joores" yang berarti adat atau cara hidup. Moral menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau praktek kelompok manusia. Moral dan moralitas dipakai

untuk perbuatan yang dinilai, moral lebih menitik

beratkan pada perbuatan manusia sendiri

Cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuan atau

(25)

15

"... maksudnya bukan sekedar apa yang biasa dilakukan

orang atau sekelompok orang itu, melainkan apa yang menja

di pemikiran dan pendirian mereka mengenai apa yang baik

dan apa yang tidak baik, mengenai apa yang patut dan apa

yang tidak patut untuk dilakukan, " perbuatan insani

actus humanus" Hal serupa dinyatakan pula oleh Poespo

Projo (1988 : 2-3) bahwa :

"kata moral berasal dari kata mos untuk kebiasaan, .... kebiasaan yang lebih fundamental, berakar pada sesuatu yang lengket pada kodrat manusia seperti ; mengatakan kebenaran, membayar utang, menghormati

orang tua dsb. Perbuatan-perbuatan tersebut bukan sekedar kebiasaan adat semata melainkan perbuatan yang benar dan jika menyeleweng dari padanya berarti

salah "

Dari kedua pandangan moral di atas disimpulkan bahwa

moral bukan sekedar perbuatan yang menjadi adat atau

kebiasaan melainkan perbuatan yang berdasar pada kriteria

baik, buruk, benar salah, sehingga perbuatan tersebut patut dan tidak patut dilakukan manusia.

*' Menurut Robert M. Lieebert di kutif Kosasih Jahiri

( 1992 : 6 ) dinyatakan bahwa " moral mengandung esensi

interpersonal relationship and transactions " Sedangkan S. Nasution ( 1989 : 132 ) mengemukakan bahwa " pendidikan

moral berkenaan dengan pertanyaan benar dan salah dalam

hubungan interpersonal antara manusia dengan manusia

lainya"

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidik

(26)

16

kaidah benar, salah di dalam melangsungkan hubungan antar

manusia agar menjadi manusia yang mampu berpikir, bersikap

dan bertindak secara manusiawi.

Dengan demikian defenisi operasional mengenai judul

" suatu telaah pendidikan moral pada remaja yang diupaya

kan orang tua di dalam keluarga adalah suatu

penyelidik-an terhadap segala kegiatan, tindakan orang tua dalam

membina pemahaman, sikap, perilaku remaja berdasar kaidah

benar, salah di dalam melangsungkan hubungan personal

antar manusia agar menjadi remaja yang mampu berpikir,

bersikap dan berperilaku secara manusiawi.

Upaya-upaya orang tua yang dimaksudkan dalam pe

nelitian ini antara lain : mengupayakan konten moral,

metode, situasi dan tujuan.

F.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : Untuk merumuskan pola pendidikan moral yang diupayakan orang tua pada remaja di

dalam keluarga, setelah diketahui dan diperoleh gambaran

tentang:

a. materi nilai moral yang dibina pada remaja,

b. metode yang diupayakan orang tua

c. situasi pendidikan yang diupayakannya dan

(27)

17

G. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat

untuk mengungkap berbagai informasi mengenai pen

didikan moral yang diupayakan orang tua pada remaja,

terutama yang berkenaan dengan konten moral, metode,

situasi yang diciptakan dan tujuan hingga dapat

dirumuskan suatu pola pendidikan moral di dalam

keluarga.

2. Manfaat penelitian secara praktis, hasil temuan ini

dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penelitian

lebih lanjut. Juga dapat digunakan oleh orang tua,

guru dan lembaga-lembaga yang menyelenggarakan progam

pendidikan moral, sebagai bahan masukkan dalam

mengupayakan kegiatan mendidik moral pada anaknya,

siswa, generasi muda dalam rangka membina remaja yang

memiliki tanggung jawab moral terhadap dirinya,

masyarakat dan Tuhannya.

H. Organisasi Tesis

Untuk memudahkan upaya penyusunan tesis ini, maka

pembahasan dibagi ke dalam empat Bab adalah sebagai

berikut :

BAB I. Pendahuluan

(28)

18

belakang masalah, fokus masalah, kedudukan pen

didikan moral dalam penddikan umum, perumusan

masalah, defenisi operasional, tujuan penelitian,

manfaat penelitian.

BAB II. Prosedur Penelitian

Dalam bab ini dikemukakan : metode dan pendekatan

penelitian, paradigma penelitian, sumber data dan

responden

penelitian,

instrumen

dan

tehnik

penelitian,

pengumpulan

data,

pengolahan

dan

analisa data penelitian, dan

pengujian keabsahan

data.

BAB III. Hasil Penelitian

Yang dikemukakan dalam hasil penelitian adalah

:

nilai-nilai moral yang dibina orang tua,

metode

pendidikan

moral

yang dilakukan orang tua

pada

remaja, situasi pendidikan moral

yang diciptakan

orang tua, tujuan pendidikan moral yang diarahkan

orang tua, dan pola pendidikan moral pada

remaja

di dalam keluarga.

BAB

IV. Pembahasan, Implikasi dan Rekomendasi

Yang

dikemukakan

dalam

bab

ini

adalah

pembahasan hasil penelitian, Implikasi teori dan

rekomendasi yang ditujukan pada keluarga, lembaga

pendidikan

yang

menyelenggarakan

program

pen

didikan

moral remaja, generasi muda, serta

bagi

(29)
(30)

B A B I I I

(31)

BAB III

HASIIL PENELITIAN

1. Nilai-nilai noral yang dididikworang tua pada renaja

Dari interaksi orang tua dengan anak-anaknya

terungkap bahwa orang tua mendidik nilai-nilai kebenaran dan kejujuran pada remaja melalui larangan berbuat dusta, mengambil barang milik orang lain tanpa sepengetahuan

pemiliknya

dan perbuatan judi. Melalui

wawancara

dengan

para

orang

tua,

terungkap

bahwa

larangan

tersebut

diperkenalkan

dan dibiasakan pada anak sejak usia

kecil,

mereka mengharapkan anak-anaknya berbuat benar dan jujur. Walaupun orang tua telah memperkenalkan dan membina

larangan tersebut sejak

kecil,

tetapi kenyataan pada anak

remajanya kadang-kadang terjadi ketidak jujuran.

Ketidak

jujuran ini terutama terungkap saat anak-anaknya melakukan

pelanggaran.

Buktinya

pada keluarga Atmo, Ayah

dan

Ibu

marah ketika mendengar pengakuan anak nomor tiga telah berdusta meminta uang untuk keperluan sekolah lebih besar

dari

yang

diperlukan.

Alasan marah

karena

anak

telah

melakukan tidak jujur, walau anak menyadari perbuatannya

salah di hadapan orang tua tetapi orang tua,

terutama Ayah

tidak memaafkan perbuatan anaknya. Alasannya jika masih anak sudah korupsi bagaimana kalau sudah besar. Ayah

(32)

Ai

menjelaskan perbuatan anaknya akan menjadi kebiasaan

yang

merugikan diri anak dan orang lain. Selain itu ayah,

menyarankan pada anak agar memerinci semua kebutuhan

uang

dan

mengatakan dengan jujur pada Ayah dan Ibu.

Sedangkan

Ibu

sikapnya

lebih lunak, la mengatakan "

asal

uangnya

dipergunakan

untuk

hal

yang

bermanfaat".

Menurut

keterangan

Ibu,

la

dan suaminya

telah

melarang

anak-anaknya berdusta dan mencuri barang orang lain.

Selain itu

orang

tua

telah

mengemukakan

pada

anak-anaknya

bahwa

mereka

tidak senang anak-anaknya, pembantu

rumah

tangga

dan

sopir

berdusta.

Untuk

itu

Ibu

dan

ayah

selalu

membicarakan berbagai hal dengan anak-anak dalam

berbagai

kesempatan.

Alasan

Ibu,

agar

anak-anaknya

terbiasa

berbicara

terbuka

dengan

orang tua.

Orang

tua

sering

menyampaikan

pada anak-anaknya bahwa mereka tidak

senang

anak-anaknya

berbohong

dan berbuat curang.

Bahkan

saat

pembantu

rumah tangganya yang lama berbuat

curang

yaitu

sering menyembunyikan bahan-bahan makanan, Ibu membicara

kan

dengan

ayah dan anak-anak.

Ibu

tidak

mengeluarkan

pembantu

rumah tangganya melainkan menjelaskan

bahwa

di

rumah

ini

tidak

ingin ada orang

yang

berbuat

curang.

Pembantu rumah tangga akhirnya minta keluar sendiri.

Dari

diskusi orang tua dengan anak-anak tetang sinetron " Senja

Pengakuan Surti" terungkap bahwa Ibu

dan anak-anak

tidak

(33)

42

sebagai "pelacur". Selain itu Ibu tidak membenarkan tokoh

ayah

yang menyuruh tokoh anak untuk berbohong pada

tokoh

Gurunya.

Kemudian dari diskusi antara Ibu, anak,

pembantu

rumah tangga dan adik ayahnya terungkap bahwa Ibu tidak membenarkan perbuatan adik iparnya yang akan mentraktir

'ayam

kentaki'

pada

anaknya

dengan

uang

hasil

SDSB.

Sekalipun anak yang akan ditraktirnya telah menolak

tegas

tawaran

pamannya,

alasannya SDSB adalah

judi

dan

judi

dilarang

oleh

agamanya.

Ibu

tidak

setuju

anaknya

ditraktir makan dengan uang SDSB, alasannya Ibu

dan

ayah

sangat hati-hati dalam menghidupi anaknya. Mereka tidak

ingin

anak-anaknya

diberi makan dengan uang

hasil

yang

tidak

halal.

Dari diskusi ibu,

anak dan

pembantu

rumah

tangga,

anak

mengkritik pemerintah

yang

tidak

menutup

SDSB,

menurutnya

karena

banyak

masyarakat

kecil

yang

menjadi korban.

Ibu langsung mengomentari dengan

ungkapan

karena diiming-iming hadiah besar "

Sedangkan pada keluarga Radi, orang tua mendidik

nilai

kebenaran

dan kejujuran pada remaja

sama

seperti

pada

keluarga

Atmo

yaitu

melalui

larangan

berdusta,

mencuri,

akan

tetapi

pelanggaran

terhadap

larangan

tersebut

anak mendapat sangsi tindakan kasar

dari

orang

tua.

Buktinya

Ayah

menyeret kaki

anak

laki-laki

yang

sedang

tidur sampai di pintu tangga dan

dihadapkan

pada

(34)

43

hilang. Uang tersebut menurut Ibu untuk membayar listrik. Mulanya Ibu menyangka ayah yang mengambil, alasannya mungkin untuk beli nomor SDSB, karena Ayah suka membeli

nomor SDSB. Ayah mengaku tidak mengambil uang. Menurut

Ayah, la mempunyai perkiraan anak laki-lakinya yang telah

melakukan. Alasannya hal ini pernah terjadi. Ibu menanyai anaknya perihal uang di lemari tetapi anak diam tidak

mengakui. Ibu marah dan " mencubit paha" anak setelah

anak perempuannya memberi tahukan bahwa la telah melihat

kakaknya mencari-cari sesuatu di dalam lemari. Orang tua mengatakan anak sebagai " pembohong" lalu orang tua pergi

bekerja tanpa membuat masakan untuk anak-anak di rumah.

Sedangkan larangan berjudi tidak diwujudkan dalam keluarga Radi karena Ayah melakukan perbuatan tersebut, sekalipun

mendapat kritikan dan sindiran dari istri dan anak

perempuannya.

Larangan dusta, dilakukan pada keluarga Bayu. Ibu menasihati anak yang minta uang saku sebelum waktunya.

Menurut Ibu, la mengetahui kalau anaknya berdusta telah

menggunakan uangnya boros. Menurut pengakuan Ibu,

sebenarnya la tidak ingin memberi uang pada anaknya tetapi jika tidak di beri, anak tidak kembali ke asramanya. Ibu mengetahui jika anaknya berdusta, alasannya dari kebiasaan

(35)

44

anak pertamanya dan ada yang kadang-kadang berdusta

seperti anak nomor duanya. Ibu tidak memberi tahukan

kebohongan anaknya pada ayah. Alasannya ayah akan marah

dan menasihati anak panjang lebar, karena ayah sering

marah apabila anak-anaknya berbohong dan meminta uang

sekolah lebih satu kali dalam sebulan. Ibu yang telah

mengenai sifat ayah, menjelaskan pada anak agar tidak

menggunakan uang untuk keperluan yang bukan-bukan. Menurut

Ibu, anak-anak takut pada ayahnya. Alasannya Ayah sering

marah apabila anak-anaknya berbohong dan sering meminta

uang. Hal ini dibenarkan oleh salah seorang tetangganya

( Pak WR) yang sering berkunjung ke rumah Keluarga Bayu

bahwa Pak Bayu bersikap keras pada anak-anaknya dan jika

memarahi anak-anaknya dilakukan dihadapan tamu. Sikap

ayah tidak hanya pada anaknya melainkan juga pada anak

kostnya saat tidak pulang dan tidur di rumah tanpa memberi

tahukan. Anak kost ditegur dihadapan orang-orang yang

sedang berbelanja di warungnya. Keluarga Bayu tidak pernah

terlibat dengan judi, begitu pula anak-anaknya. Hal ini

sangat beralasan kerena Pak Bayu seorang yang taat dalam

agama dan sebagai salah seorang staf pengurus mesjid.

Saling mencintai sesama terwujud dari sikap dan

perilaku orang tua yang kasih sayang, perhatian tidak

hanya pada anak melainkan pada pembantu rumah tangga,

(36)

45

keluarga Atmo. Mereka tidak pernah memperlakukan

anak-anaknya kasar, bahkan mencela dan mengejek tidak dilakukan

orang tua pada anak. Mereka cenderung sabar, pemaaf dan

tidak iri kepada siapa saja. Bahkan kasih sayang orang tua

pada anak dan sebaliknya diungkapkan melalui peluk cium

dengan kerinduan saat orang tua pulang dan akan ke luar

kota, ini ditemukan pada keluarga Atmo. Sedangkan

anak-anak bertemu dengan Ayahnya seminggu sekali. Ucapan

assalammualaikum merupakan ucapan yang selalu diungkapkan

oleh Ibu, Ayah dan anak setiap keluar dan memasuki

rumahnya. Pada keluarga Radi dan Bayu kasih sayang dan

perhatian orang tua diungkapkan secara wajar, tidak

disertai peluk cium antara orang tua dengan anak. Ucapan

salam jarang dilakukan oleh orang tua dan anak-anak

keluarga Radi. Sedangkan pada keluarga Bayu mengucapkan

salam dilakukan tetapi tidak konsisten.

Dalam mendidik perhatian dan cinta pada sesama

manusia dilakukan orang tua pada remaja dengan memberikan perhatian, merasakan kesulitan orang lain, serta memberi

pertolongan langsung kepada adik dalam bentuk membimbing

adik belajar, menolong adik yang mendapat kesulitan,

saling membantu dan memperhatikan kebutuhan antar anak.

Menolong pekerjaan orang tua, seperti dilakukan pada

keluarga Bayu, Demikian pula pada keluarga Atmo, walaupun

(37)

46

jika adiknya mempunyai kesulitan, sepeti pada keluarga Radi. Anak-anak keluarga Radi kurang terbina untuk saling memberi perhatian dan menolong antar anak sekalipun telah disuruh oleh orang tuanya. Memberi perhatian dan kasih

sayang pada tetangga diwujudkan dengan membantu tetangga mengasuhkan anak balitanya, karena orang tuanya masih

kuliah, seperti dilakukan keluarga Bayu, alasannya ibu merasa kasihan pada anak yang sering ditinggal ibunya kuliah, juga keluarga ini menyenangi anak-anak. Hal ini

dibenarkan oleh salah seorang tetangganya ( IJ ) bahwa keluarga Bayu menyayangi anak-anak balita, bahkan cucunya sejak umur empat bulan sampai dua tahun tidak pernah diam di rumah karena selalu dibawa oleh keluarga Bayu secara

bergantian. Ada pula kedua orang tuanya bekerja sampai sore dan anak balitanya diasuh oleh keluarga Atmo.

Sikap perhatian orang tua pada anak ada yang dilakukan dengan memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya dengan penuh tidak hanya yang pokok. Ada pula orang tua

yang mengungkapkan kasih sayangnya pada anak secara wajar,

seperti pada keluarga Bayu. Dalam keluarga Bayu, Ibu dan

Bapak tidak ada peluk cium pipi pada anak. Mereka tidak

(38)

47

orang lain, Ibu mengatakan ; nanti kita beli sepuluh, anak

menerima gurauan ibu dengan wajar. Cara memperlakukan

orang lain dengan baik dan terbuka serta menjalin hubungan

baik. Sikap dan tindakan tersebut ditemukan dalam

keluarga Atmo, dimana antara orang tua dengan anak

mempunyai ikatan yang kuat dan akrab. Disamping keluarga

ini mempunyai satu pandangan yang sama antara orang tua

dengan anak-anaknya yaitu bersikap kasih sayang dan

berbuat kebaikan pada orang lain. Mengkhawatirkan anak

yang belum pulang sekolah melebihi waktu magrib. Mudah

memaafkan kesalahan orang lain, antara kakak adik harus

saling membantu. Memberi pelayanan yang baik pada orang

lain, membantu mengasuh anak balita tetangga yang mendapat

kesulitan karena orang tuannya masih kuliah.

Pada keluarga Radipun tidak ada peluk cium antara

orang tua dengan anak. Perhatian orang tua dalam memenuhi

kebutuhan anaknya terutama menyediakan biaya pendidikan

anak-anaknya dipenuhi, walaupun harus meminjam uang pada

orang lain atau berusaha mencari rejeki dari jalan yang

tidak dihalalkan yaitu dengan cara membeli lotere SDSB.

Alasan Ayah membeli nomor SDSB, jika dapat bisa membantu

untuk keperluan keluarga, misalnya bayar uang sekolah

anak. Perlakukan orang tua pada remaja wajar

kadang-kadang kasar, tindakan wajar dilakukan apabila

(39)

48

tua serta aturan-aturan yang berlaku. Tindakan keras

dilakukan orang tua apabila anak-anaknya berbuat yang tidak sesuai dengan harapan dan aturan-aturan seperti kata-kata atau sikap anak menentang orang tua, mencuri atau perbuatan dusta yang diketahui orang tua. Tindakan keras dimaksudkan untuk menyadarkan perbuatan anak yang

tidak benar menurtut harapan dan norm. Sikap lemah lembut

dan kesabaran tidak tampak pada orang tua, bahkan orang

tua bersikap tidak sabar dan menyinggung perasaan anak

apabila

menghadapi

anaknya

yang

berbuat

tidak

sesuai

dengan

harapan

dengan

tindakan

sewenang-wenang

dengan

menyakiti

fisik

dengan tamparan, cubitan

dan

kata-kata

yang tidak baik.

Orang tua membina kepedulian anak pada orang lain

dalam

wujud

yang bervariasi.

Dimulai

dari

antar

anak,

kakak memperhatikan dan membantu adik yang mempunyai

kesulitan

dalam

belajar,

membimbing

mengaji,

seperti

dilakukan keluarga Bayu. Alasannya, Ibu tidak dapat

membimbing

pelajaran

sekolah

anaknya

disamping

kesibukannya di warung. Dalam membimbing anak belajar,

ibu

lebih mempercayakan pada anak pertama, alasannya anak

pertama

lebih telaten dan sabar dibanding

anaknya

nomor

dua

yang

lulusan SPG. Ada orang tua

yang

meminta

anak

(40)

49

bersikap keras terhadap adik-adiknya seperti dilakukan

pada

keluarga Atmo karena keluarga ini ayahnya

bertempat

tinggal di kota yang berbeda dan ibunya sering pergi meninggalkan anak-anak untuk mengunjungi Ayah di luar kota. Selain itu kepedulian dalam wujud memberi perhatian pada keluarga lain yang mengalami kesulitan ekonomi, seperti dilakukan keluarga Atmo. Mulanya Ibu Atmo

mendiskusikan dengan ayah dan anak-anaknya untuk membantu memecahkan masalah dua keluarga yang kekurangan ekonomi

dengan jalan memberi pekerjaan sebagai sopir untuk antar

jemput anak-anak ke sekolah dan kuliah pada keluarga

yang

pertama, sedangkan pada keluarga yang kedua mengambil Ibunya untuk dijadikan pembantu rumah tangga. Keduanya mendapat imbalan uang gaji. Ibu Atmo mendengarkan keluhan sopirnya yang jarang mengunjungi istri muda dan

anak-anaknya karena takut pada istri tuanya, kemudian Ibu Atmo bersama anaknya yang kecil dan sopir memutuskan untuk

menjemput istri muda sopir dengan anak-anaknya. Ibu

memberi kabar pada anak-anaknya mengenai kehadiran istri

muda sopir dan anak-anaknya yang disambut ramah oleh

pembantu dan anak-anak keluarga Atmo. Ibu Atmo membiarkan

(41)

50

sementara ibu Atmo beserta anggota keluarga lain makan

di

saung di taman belakang.

Ibu dengan pembantu rumah

tangga

menyediakan makan untuk para tukang bangunan yang

bekerja

di

rumah

lalu

salah seorang

anaknya

disuruh

menawari

tukang

makan

dan

memberi

kesempatan

untuk

melakukan

sholat.

Ibu memberi contoh pada anak untuk

berbuat

baik

pada

tetangga dengan memberi oleh-oleh yang

dibawa

dari

luar

kota, memberikan makanan pada tetangga

ketika

ayah

naik pangkat sebagai ungkapan syukur pada Tuhan. Orang tua

dengan

anak

membicarakan

perkelahian

dua

pemuda

dan

memberi

jalan keluarnya. Ide masalah awalnya datang

dari

anak, karena anak yang mempunyai informasi perkelahian dua

pemuda

tersebut

dari sumber utama

yaitu

salah

seorang

pemuda

yang berkelahi bersembunyi dan menginap

di

rumah

mereka

pada saat kedua orang tuannya di luar

kota.

Anak

dan

orang

tua membicarakan masalah

yang

dihadapi

para

tokoh sinetron yang melanggar norma moral yang

disaksikan

dalam televisi yaitu sinetron yang berjudul " senja

pengakuan

Surti,

dibalik cermin, Growing pant

dan

Wild

Rose" ceritera tersebut menampilkan karakter-karakter

tokoh yang berlawanan antara

yang benar dan salah

secara

moral.

Anak-anak dengan orang tua mengomentari dan memberi

penilaian terhadap perilaku tokoh yang baik dan tidak baik

dalam sinetron. Anak dengan orang tua dan anggota keluarga

(42)

51

pembelian SDSB, mengkritik pemerintah karena tidak menutup

SDSB. Anak dengan orang tua membicarakan hubungan sosial

yang tidak harmonis antara keluarga Dede dan tetangganya

sehingga keluarga Dede menyarankan agar keluarga Atmo

pindah dan bertetangga kembali dengan keluarga Dede, Ayah

setuju untuk menjadi tetangga keluarga Dede kembali dengan

mengusulkan rumah yang mereka tempati dikontrakkan pada

orang asing dengan harga tinggi tetapi tidak mendapat

persetujuan dari anak-anak dan istrinya, Anaknya tidak

setuju dengan alasan rumah akan kena " AIDS" maksudnya

tidak setuju pada pola hidup bebas yang dianut orang asing

yang akan membawa suasana lain pada rumahnya, ibu tidak

setuju karena orang asing senang memelihara anjing dan

akan menyebabkan rumah " kotor" Kotor dalam pengertian

keluarga ini sebagai orang islam adalah najis. Kesediaan

orang tua dan anak mengasuh anak balita tetangga karena

ibunya bekerja sampai sore. Begitupula yang dilakukan

keluarga Bayu beserta anak-anaknya yaitu mengasuh anak

balita tetangga karena melihat ibunya masih kuliah. Ide

mengasuh anak tetangga bermula dari ibu tetapi mendapat

sambutan baik dari anak-anak dan Ayah. Kesediaan mengasuh

anak-anak balita tetangga baik pada keluarga Atmo maupun

Bayu dilakukan secara sukarela karena perasaan senang pada

(43)

52

Memberi pelayanan pada orang lain yang memerlukan

bantuan untuk belanja barang-barang, ini dilakukan

keluarga Bayu karena keluarga ini mengelola bisnis di

rumah. Orang tua memberi pelayanan yang baik kepada orang

lain yang juga diikuti oleh anak-anaknya. Pada keluarga

Radi kepedulian dibina antar anak ; kakak diminta menolong

adik yang mempunyai kesulitan, sekalipun anak-anaknya

sering tidak mematuhi. Orang tua khusunya Ibu meminta anak

untuk membantu pekerjaan ayah mengambil air dari sumur

tetangga, sekalipun anak sering tidak mematuhi tetapi Ibu

tidak bosan-bosannya menyuruh anak. Sedangkan ibu sendiri

memberi contoh pada anak membantu pekerjan rumah tangga

pada keluarga-keluarga yang mampu untuk meringankan

pekerjaannya, ini dilakukan ibu saat belum bekerja di

restoran.

Nilai hormat terhadap sesama manusia terungkap dari

sikap dan tindakan orang tua yang mengatur anak untuk

menghormati orang tul Buktinya sikap dan perilaku anak

yang tidak menghormati orang tua mendapat teguran langsung

dan sangsi. Pada keluarga Radi, anak yang bersikap tidak

sopan dan menetang pembicaraan orang tua tidak sekedar

diperingatkan dengan kata-kata melainkan dengan tindakan

kasar seperti tamparan di pipinya. Tamparan di pipi

dilakukan ayah saat anaknya mendengarkan musik dari radio

(44)

53

lalu

ayahnya

mengecilkan

radio

tetapi

anaknya

marah.

Alasan

ayah menampar anak, karena anak dianggap

telah

"

kurang ajar" pada orang tua. Selain itu sikap dan tindakan

kasar dilakukan ayah saat anaknya melawan perkataan

orang

tua

yang

menyuruh

anak

untuk

mempertanggung

jawabkan

perbuatannya

mengotori meja tamu dengan abu

dan

puntung

rokok.

Bahkan Ibu " mendegungkan" ( bahasa Sunda)

kepala

anak, alasannya anak telah bersikap tidak sopan dan

tidak

menjawab

pertanyaannya. Bahkan ayah menegur anaknya

yang

berjalan

ditangga

dengan suara keras karena

di

samping

tangga Ibunya sedang tertidur di kursi. Bapak dan Ibu Radi

menuntut

anaknya

untuk menghormati mereka

tetapi

anak-anaknya tidak selamanya mematuhi,

acuh tak acuh dan

tidak

menerima

aturan

tersebut sepenuhnya. Alasan

yang

dapat

diungkap

dari

sikap dan perilaku anak

tersebut,

karena

hubungan

anak dengan orang tua tidak dekat

dan

tindakan

orang tua yang kasar pada anak.

Pada

keluarga

Bayu,

anak

menghormati

orang

tua

diwujudkan

dengan

menerapkan

aturan.

Penerapan

aturan

antara

Ayah dan Ibu tidak konsisten, yaitu ayah

bersikap

kaku

sedangkan

Ibu tidak. Peraturan itu

dilakukan

ayah

dengan membatasi pergaulan dengan anak-anaknya. Ayah tidak

berusaha

dekat dengan anak-anak,

alasannya

jika

terlalu

dekat

" anak akan berani " pada orang tua. Ini

terbukti

(45)

54

terlibat pembicaraan atau diskusi dengan anak serta saat ayah, ibu dengan anak-anak berkumpul di ruang keluarga sambil menyaksikan televisi ayah sering meninggalkan ruangnya. Sedangkan Ibu lebih bersikap lunak pada anak-anak. Ibu lebih akrab dan dekat dengan anak, ibu mengajak

anak untuk berdiskusi untuk bertukar pikiran. Hubungan

akrab dan dekat antara Ibu dengan anak-anak telah

diperingatkan Ayah. Ayah tidak senang melihat kedekatan

anak

dengan orang tua. Sedangkan Ibu tidak

terlalu

kaku

menerapkan aturan tersebut, sekalipun telah diperingatkan oleh ayah agar tidak terlalu dekat dengan anak, Alasannya ayah kurang senang. Sekalipun demikian dari wawancara

dengan

ibu terungkap bahwa Ibu diam-diam setuju

terhadap

sikap ayah yang membatasi pergaulan dengan anak-anaknya,

alasannya

agar

ayah

berwibawa.

Sedangkan

ibu

lebih

bersikap

akrab

dan dekat dengan anak.

Alasannya

anak

telah

remaja

dapat dijadikan teman

berbicara,

diskusi,

minta pendapat, dan bertukar pikiran, disamping la melihat

anak-anaknya

takut pada ayahnya. Ibu

tidak

menginginkan

anak-anaknya

takut

padanya. Sikap

ayah

yang

membatasi

pergaulan

dengan

anak,

membuat

anak-anak

jarang

berkomunikasi dengan ayah, jarang makan bersama bahkan

lebih sering anak-anak makan setelah ayah selesai

kecuali

(46)

55

satu tempat bersama-sama saat keluarga ini dikirim

makanan berkat oleh tetangga.

Pada keluarga Atmo, anak dibiasakan sejak kecil

berbicara dengan bahasa yang baik, tidak melawan orang

tua, tidak mendahului makan kecuali jika terpaksa akan dilakukan dengan ijin lebih dahulu. Orang tua yang

berbicara dengan anak harus didengarkan, mencium tangan

orang tua, mengucapkan

' asalammualaikum ' saat masuk

dan

ke luar rumah, menjawab pertanyaan orang tua dengan bahasa

yang baik, minta ijin apabila akan meninggalkan rumah.

Menghormati tamu, aturan yang diterapkan orang tua

pada

setiap

anak misalnya menyambut tamu yang

hadir

di

rumah dengan bahasa yang baik, sopan dan ramah. Anak-anak yang berperilaku bertentangan dengan aturan secara langsung mendapat teguran dengan kata-kata, isyarat

gerakan

tubuh.

Seperti halnya pada

keluarga

Radi

saat

kehadiran seorang Ibu tua yang masih mempunyai hubungan

famili,

Ibu

telah

memberitahukan

pada

anak

mengenai

(47)

56

langsung

menghampiri tamu, bertegur sapa

dan

menyalami.

Ada orang tua yang memberi isyarat dengan menggerakan dagu

ke

depan pada saat keluarga Bayu kehadiran

tamu

ayahnya

dari kantor, anak yang sedang menyaksikan televisi tanpa

bicara langsung berdiri menghampiri tamu bertegur sapa dan

menyalaminya.

Aturan menghormati tetangga diwujudkan dengan sikap

ramah,

sopan

dan

tidak menggangu orang

lain.

Buktinya

orang

tua

memberi

kesempatan

pada

anak

untuk

bersilaturahmi dengan tetangga, anak-anak tidak dilarang

mendatangi

rumah tetangga dengan alasan main.

Anak

yang

tidak mau bergaul dengan tetangga dinasehati agar

sekali-sekali

bergaul dengan tetangga.

Anak yang

memutar

radio

dengan suara keras ditegur orang tua seperti dilakukan Ibu

dan Pak Radi. Sedangkan pada keluarga Atmo, antar anak

saling menegur apabila salah seorang menegur radio

dengan

suara keras misalnya adik menegur kakak, dan kakak menegur

adik,

alasannya

mengganggu orang lain.

Membiarkan

anak

mengasuh

anak tetangga,

tidak memutar radio dan

televisi

dengan

suara keras. Teguran dilakukan langsung pada

saat

kejadian tersebut berlangsung.

Perhatian dan perbuatan baik didik orang tua pada

remaja

dengan

membagi

makanan

pada

tetangga

walaupun

sedikit

seperti

dilakukan ibu Atmo pada

anak-anak

agar

(48)

57

kepada

tetangga-tetangganya,

mengirim

makanan

pada

tetangga

setelah

saat syukuran kepada Tuhan karena

ayah

mendapat

kebahagiaan

naik

pangkat.

Memberi

pelayanan

dengan

baik

pada

tetangga

yang

membutuhkan

bantuan,

membelanjakan

pesanan

tetangganya

atau

langganannya,

seperti

dilakukan

Ibu,

Ayah keluarga

Bayu

pada

anak-anaknya karena keluarga ini mengelola warung di

rumahnya.

Orang

tua

mendidik

anak untuk

menghormati

orang

lain

dengan

menyuruh anak remajanya yang sedang mengasuh

anak

balita

tetangga

mengembalikan anak

pada

orang

tuanya.

Alasannya

sudah

adzan magrib, anak

harus

dikembalikan

pada

orang tuanya dan orang tua memberi tanda

pada

anak

remajanya

untuk melakukan sholat, sekalipun keluarga

ini

senang mengasuh anak-anak balita tetangganya.

Menghormati

orang yang lebih tua diwujudkan

dalam

sikap pada saat makan ; orang yang lebih tua

dipersilakan

lebih dahulu mengambil makanan seperti pada keluarga Atmo,

ibu

menyilakan kakaknya sopir, sopir lebih

dahulu

untuk

mengambil

makanan

ketimbang

dirinya

dengan

anak-anak.

Mendahulukan

Ayah

untuk mengambil makanan

lebih

dahulu

sebelum

Ibu dan anak-anaknya atau waktu makan ayah

belum

pulang, ibu langsung memisahkan makanan lebih dahulu untuk

ayah.

Keadaan seperti ini dilakukan pula

oleh

anak-anak

saat

makan malam kedua orang tuannya tidak ada di

rumah,

(49)

58

Setelah anak-anak berkumpul dimeja makan dengan kakak

sopir, anak-anak mempersilakan kakak sopir untuk mengambil

makanan lebih dahulu. Seperti juga pada keluarga Bayu, Ibu

selalu mendahulukan membuat makanan kesenangan ayah

ketimbang anak-anaknya, mendahulukan ayah makan ketimbang

anak-anaknya. Ibu menegur langsung pada anak yang bersikap

mementingkan sendiri tanpa memikirkan kedua kakaknya,

karena bergurau akan menikah setahun lagi sementara kedua

kakak perempuannya masih sekolah. Orang tua menganggap

anaknya tidak menghormati kakak-kakaknya.

Bersikap mendengarkan orang lain saat berbicara

merupakan aturan yang ditemukan pada setiap keluarga. Saat

orang tua menasihati anak-anaknya. Anak-anak keluarga Bayu

diam apabila dinasihati ayahnya ini dibenarkan oleh Ibu.

Saat Ayahnya membicarakan kekurangan anak-anaknya pada

orang lain di depan anak-anaknya, anak-anak tidak menyela

atau protes bahkan anak meninggalkan ruangan satu persatu

jika tidak berkenan dengan perkataan ayahnya. Ada orang

tua menerapkan aturan agar anak mendengarkan saat orang

lain berbicara tetapi anak-anaknya tidak mematuhi

seperti pada keluarga Radi. Ibu sedang menasihati anak

agar mempertanggung jawabkan perbuatannya membuat meja

kotor dengan abu rokok dan menanyakan anak mempunyai uang

dari mana bisa membelikan rokok untuk teman-temannya, anak

(50)

59

tidak

mengerti

keadaan anak yang masih capek.

Ibu

yang

sedang berbicara dengan ayah mengenai biaya sekolah anak-anak diprotes oleh anak perempuannya karena ayah membeli nomor tetapi tidak memberi uang SPP. Ayah membentak anak

yang protes pada orang tua dan menganggap anaknya tidak

tahu

apa-apa

tentang urusan orang

tua.

Sedangkan

pada

keluarga Atmo orang tua memberi kesempatan pada anak untuk

berbicara

setelah orang tuanya berbicara. Begitupun

saat

Ayah menasihati anak-anaknya diam setelah selesai

ayahnya

berbicara anak diberi kesempatan untuk berbicara pula. Hal

ini

dibenarkan oleh pembantu rumah

tangganya,

sekalipun

anak-anak akrab dengan kedua orang tuannya tetapi

apabila

ayahnya marah dan menasihati anak-anak, anak-anaknya tidak

ada yang berbicara.

Dalam berbicara dengan orang lain, anak dididik

untuk

mengenai

dan memahmai aturan tidak

menyela

orang

lain yang sedang berbicara, terutama orang yang lebih tua.

Ini dilakukan pada keluarga Bayu, ibu sedang berbicara

dengan

petugas PAM anak bertanya tentang buku, ibu

tidak

menjawab pertannyaan anaknya. Ibu sedang berbicara sambil menyaksikan televisi anak minta uang untuk beli makanan

ikan

Ibu tidak langsung memenuhi permintaan anak.

Begitu

pula

pada keluarga Atmo,

anak-anaknya diam sebelum

orang

tua berhenti bicara dengan orang lain seperti saat di meja

(51)

60

dua pemuda yang berkelahi karena masih mempunyai hubungan famili dengan keluarga ini, selesai ayahnya berbicara

anak-anaknya mengeluarkan pendapatnya masing-masing

mengenai perkelahian dua pemuda tersebut. Anak-anak diam

mendengarkan saat menyaksikan televisi lalu ayahnya

mengusulkan untuk mengontrakkan rumah pada orang asing

setelah ayah selesai berbicara anak-anaknya mengeluarkan

pendapatnya dan ketidak setujuannya . terhadap usul ayah

dengan memberi alasan yang berbeda. Ayah menghargai

keputusan isrti dan anak-anaknya dan tidak melanjutkan

idenya untuk mengontrakan rumah pada orang asing.

Orang tua mendidik nilai toleransi pada anak

dilakukan dalam pekerjaan, menyaksikan televisi dan

berkunjung ke rumah famili. Namun ada orang tua yang

mendidik kebersamaan diantara anak dengan menunggu makan

bersama, pergi sekolah bersama dalam kendaraan keluarga

seperti dilakukan keluarga Atmo.

Didalam melakukan pekerjaan bersama antara orang tua

dengan anak ada yang dilakukan rutin. Setiap pagi setelah sholat shubuh orang tua membangunkan anak-anaknya lalu

ada orang tua yang pergi ke pasar untuk belanja. Anak

laki-laki membuka warung dan menata barang-barang

ditempatnya. Pada saat orang tua pulang dari pasar, warung

telah terbuka, ibu dan ayah menurunkan barang-barang dari

(52)

61

langsung

melayani

para

pembeli.

Melihat

Ibu

melayani

pembeli dan banyak belanjaan yang belum dikeluarkan,

anak

laki-laki

tanpa bicara langsung membuka satu persatu

dan

menatanya.

Selesai

membantu Ibu anak

mengunjungi

rumah

tetangga

dan

mengambil anak balita tetangganya

lalu

di

asuhnya.

Kegiatan rutin itu berlangsung setiap pagi

pada

keluarga

Bayu

karena keluarga ini

mengelola

warung

di

rumahnya

dan

ikut mengasuh anak

tetangga

yang

ibunya

masih kuliah. Ada orang tua setelah membangunkan anak-anak yang belum bangun untuk melakukan sholat, lalu memutar da'wah dari radio dilanjutkan membuat minuman dan makanan untuk sarapan keluarga seperti dilakukan Ibu Atmo. Setelah

minuman

siap

dan anak-anaknya telah

berpakaian

sekolah

dipanggilnya

untuk minum dan sarapan pagi bersama.

Sambil

minum

orang

tua

dengan

anak-anak

berbincang-bincang,

setiap

anak

berbicara pada orang tuannya

dengan

akrab,

yang

dibicarakan macam-macam dan

melompat-lompat

antara

lain

mengenai

pengalman anak-anak,

orang

lain.

Selesai

sarapan anak-anak pergi bersama dalam satu kendaraan untuk

di antar sopir ke sekolahnya masing-masing,

kadang-kadang

ibu ikut bersama mengantarkan anaknya yang masih sekolah

dasar

ke

sekolahnya lalu ke pasar.

Pada

keluarga

Radi

setelah

Ibu sholat shubuh lalu membangunkan

anak-anaknya

untuk

membantu ayah mengangkat air dari

sumur

tetangga.

(53)

62

kadang dengan kata-kata mengancam akan menyiramnya dengan

seember air karena anak-anaknya sulit dibangunkan serta

membantu pekerjaan orang tua. Anak-anak sulit dibangunkan

karena tidak biasa bangun pagi. Orang tua tidak mempunyai

waktu banyak dan kurang sabar menghadapi anak-anaknya yang

sulit dibangunkan dan diajak kerja sama karena orang

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Negara mempunyai peranan yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sosok PNS yang

selama 5 tahun pertama kehidupan, maka menyebabkan anak menjadi individu yang dingin, kurang menyayangi, tidak berperasaan dan cenderung menjadi remaja delinkuen

Pengujian (Testing) Setelah proses diatas telah dilalui maka langkah selanjutnya adalah diuji Coba, Pengujian ini dilakukan setelah menyelesaikan semua tahapan pembuatan dengan

Analisis data penelitian ini menggunakan teknik statistik untuk menunjukkan hasil dari kuesioner pada masing-masing pertanyaan terhadap variabel yang ada didalamnya,

Musik merupakan salah satu tehnik penanggulangan nyeri non farmakologi, dimana proses musik dapat mengurangi nyeri adalah pertama musik yang didengarkan akan masuk

Begitu juga dalam masalah nushuz, para aktifis feminis memandang bahwa ada bias gender dalam memahami ayat-ayat yang berhubungan dengan nushuz. Nushuz yang

Kami persembahkan berbagai variasi parsel yang khusus dapat Anda pilih sebagai pemberian yang mengesankan untuk rekan bisnis, kolega, atau keluarga.. Dengan

Pengulangan, iaitu persamaan yang terakhir, menunjukkan bahawa mungkin buli secara siber tidak sejelas seperti dalam kes-kes di dalam buli tradisional, 18 namun,